Budidaya ikan patin Siam meliputi pembenihan, pembesaran, dan pemanenan. Pembenihan meliputi persiapan kolam, pemilihan induk, pemijahan, pembesaran larva, dan pemanenan benih. Pembesaran meliputi persiapan lahan, pemberian pakan, penanganan hama dan penyakit, hingga pemanenan. Ikan patin dapat dikonsumsi dalam berbagai ukuran dan harganya berkisar Rp15.000/kg.
PEMILIHAN DAN PENEBARAN BENUR - BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
Benur merupakan akronim dari bahasa jawa yaitu benih urang (bibit udang). Salah satu factor keberhasilan budidaya adalah pemilihan benur yang sehat dan kuat serta memiliki pertumbuhan yang cepat. Pemilihan benur terkait pada semua aspek termasuk pada proses pengangkutan. Kendaraan pengangkut benur tidak boleh digunakan untuk mengangkut bahan yang berbahaya, seperti bahan kimia dan pupuk, yang dapat mengkontaminasi benur. Benur yang dipilih merupakan benur yang bebas dari virus dan diperoleh dari pembenihan (hatchery) bersertifikat yang menerapkan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB). Benih yang dihasilkan telah memenuhi kriteria SPF (Specific Pathogen Free). Induk udang yang didatangkan dari luar negeri harus lulus uji Balai Karantina, min bebas dari WSSV, TSV, IMNV dan EMS.
PEMANENAN DAN PASCA PANEN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
Pemanen adalah proses dimana udang telah mencapai batas budidaya dan bernilai ekonomi sesuai target yang diinginkan. Pada proses ini udang sudah tidak dapat lagi dilakukan budidaya karena beberapa alas an:
1. Sudah siap panen atau sesuai target budidaya
2. Ada kendala pada kolam sehingga mengharuskan diakhiri masa budidayanya (dipanen)
a. Bila terjadi banyak kematian yang bila budidaya tetap dilanjutkan akan berakhir pada kerugian
b. Bila penggunaan pakan telah melampaui target FCR yang ditetapkan
c. Bila kualitas air tidak dapat dikontrol
d. Bila ditemukan penyakit yang masuk kategori harus dimusnahkan dan diisolasi
PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
Hama dan penyakit merupakan factor penyebab kegagalan budidaya yang bila tidak ditangani dengan baik akan menrugikan budidaya. Hama adalah organisme yang dapat mengganggu budidaya dan kemungkinan besar membawa penyakit yang dapat menyerang udang. Penyakit adalah kondisi terjadinya abnormalitas dari struktur, fungsi dan tingkah laku maupun abnormalitas pada metabolisme.
PEMILIHAN DAN PENEBARAN BENUR - BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
Benur merupakan akronim dari bahasa jawa yaitu benih urang (bibit udang). Salah satu factor keberhasilan budidaya adalah pemilihan benur yang sehat dan kuat serta memiliki pertumbuhan yang cepat. Pemilihan benur terkait pada semua aspek termasuk pada proses pengangkutan. Kendaraan pengangkut benur tidak boleh digunakan untuk mengangkut bahan yang berbahaya, seperti bahan kimia dan pupuk, yang dapat mengkontaminasi benur. Benur yang dipilih merupakan benur yang bebas dari virus dan diperoleh dari pembenihan (hatchery) bersertifikat yang menerapkan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB). Benih yang dihasilkan telah memenuhi kriteria SPF (Specific Pathogen Free). Induk udang yang didatangkan dari luar negeri harus lulus uji Balai Karantina, min bebas dari WSSV, TSV, IMNV dan EMS.
PEMANENAN DAN PASCA PANEN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
Pemanen adalah proses dimana udang telah mencapai batas budidaya dan bernilai ekonomi sesuai target yang diinginkan. Pada proses ini udang sudah tidak dapat lagi dilakukan budidaya karena beberapa alas an:
1. Sudah siap panen atau sesuai target budidaya
2. Ada kendala pada kolam sehingga mengharuskan diakhiri masa budidayanya (dipanen)
a. Bila terjadi banyak kematian yang bila budidaya tetap dilanjutkan akan berakhir pada kerugian
b. Bila penggunaan pakan telah melampaui target FCR yang ditetapkan
c. Bila kualitas air tidak dapat dikontrol
d. Bila ditemukan penyakit yang masuk kategori harus dimusnahkan dan diisolasi
PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
Hama dan penyakit merupakan factor penyebab kegagalan budidaya yang bila tidak ditangani dengan baik akan menrugikan budidaya. Hama adalah organisme yang dapat mengganggu budidaya dan kemungkinan besar membawa penyakit yang dapat menyerang udang. Penyakit adalah kondisi terjadinya abnormalitas dari struktur, fungsi dan tingkah laku maupun abnormalitas pada metabolisme.
Presentasi KWU tentang budidaya ikan konsumsi dengan analisa SWOTAldy Jenaka
Ini adalah contoh sederhana tentang presentasi pelajaran KWU untuk melakukan wawancara dengan narasumber seorang peternak ikan konsumsi berupa ikan lele.
Budidaya ikan koi yang baik adalah memperhatikan teknik pemijahkan meliputi k...
Budidaya ikan patin(pangasius)
1. BUDIDAYA IKAN PATIN SIAM
(Pangasius hypopthalmus)Disusun:
1. Handy AgungTresnadi
2. Komang Oktari Ariyani
3. Muhammad Fajar Kurniawan
4. Ni Nyoman Dwi Anjani Putri
5. Riska Priyani
2. Ikan patin (Pangasius hypopthalmus) merupakan
salah satu dari 14 spesies pangasius yang sudah
cukup lama di Indonesia. Pangasius hypopthalmus
berasal dariThailand dan menjadi salah satu ikan
populer yang dibudidayakan di Indonesia.
Dalam budidaya ikan patin ada beberapa yang
harus di perhatikan agar hasil yang didapat lebih
3. • Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan dan budi daya ikan patin adalah
jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan
massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding
kolam.
• Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5%
untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
• Apabila pembesaran patin dilakukan dengan jala apung yang dipasang disungai
maka lokasi yang tepat yaitu sungai yang berarus lambat.
• Kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin harus bersih, tidak terlalu keruh dan
tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
• Suhu air yang baik pada saat penetasan telur menjadi larva di akuarium adalah
antara 26–28 derajat C. Pada daerah-daerah yang suhu airnya relatif rendah
diperlukan heater (pemanas) untuk mencapai suhu optimal yang relatif stabil.
• PH air berkisar antara: 6,5–7
4. Budidaya ikan patin meliputi beberapa
kegiatan. Secara garis besar kegiatan ini
dibagi menjadi dua, yaitu:
1. kegiatan pembenihan dan,
2. kegiatan pembesaran.
5. A.Pembenihan
Kegiatan pembenihan merupakan upaya untuk menghasilkan benih
pada ukuran tertentu. Kegiatan pembenihan umumnya masih
dilakukan di Balai benih ikan milik pemerintah dan jarang dilakukan
oleh masyarakat.
Tahap pembenihan:
1. Persiapan lahan
2. Pemilihan Induk
3. Pemijahan
4. Pembesaran larva
5. Pemanenan
6. A.1 Persiapa lahan
Setidaknya ada 3 jenis kolam yang perlu disiapkan untuk memulai pembenihan ikan patin.
Kolam Pemijahan Kolam PenetasanTelur Kolam Pendederan
Dapat berupa kolam tanah atau bak
tembok atau akuarium, jumlah induk
yang hendak dipijahkan memengaruhi
besarnya ukuran kolam. Misalnya untuk
1 ekor induk yang mempunyai berat 3
kilogram sebaiknya ditempatkan pada
kolam dengan luas 18 m2 yang sudah
dilengkapi dengan kira-kira 18 buah ijuk.
Biasanya dari akuarium, semakin
banyak indukan maka semakin
banyak akuarium yang harus
disediakan.
sebaiknya dibuatkan kolam berbentuk
4 persegi, buatkanlah saluran
(kemalir) pada dasar kolam dan
buatkan juga kubangan di daerah
saluran pengeluaran. Saluran kemalir
dan kubangan dibuat dengan tujuan
untuk mengumpulkan benih pada saat
panen tiba.
7. A.2 Pemilihan Induk
Kriteria Induk Betina
• Induk sudah mempunyai usia diatas 2 tahun.
• Induk sudah mempunyai berat antara 1,5 sampai dengan 2
kilogram.
• Secara visual induk sudah mempunyai perut yang membesar
pada daerah anus.
• Bila diraba perut induk patin akan terasa empuk, lembek dan
tipis.
• Ada pembengkakan dan timbul warna merah di daerah kloaka.
• Akan keluar beberapa butir telur jika daerah kloaka ditekan.
Kriteria Induk Betina
• Induk sudah mempunyai usia diatas 2 tahun.
• Induk sudah mempunyai berat antara 1,5 sampai dengan 2
kilogram
• Seperti halnya pada induk betina, bila diraba induk jantan
mempunyai perut yang lembek dan tipis.
• Jika diurut sambil ditekan induk jantan akan mengeluarkan
cairan berupa sperma yang berwarna putih.
• Pada bagian kelamin Induk jantan ada pembengkakan dan
mempunyai warna merah tua sebagai tanda bahwa induk siap
dikawinkan.
JANTAN BETINA
8. A.3 Pemijahan
Sebelum Pemijahan Induk yang di pilih akan dikarantina guna memilih induk yang terbaik.
Induk jantan di kolam karantina
Pemijahan ikan patin biasanya dilakukan dengan teknik kawin suntik karena induk patin
sulit terangsang untuk memijah bila dengan perlakuan secara alami.Teknik pemijahan
induksi (induce breeding) dengan menyuntikkan larutan hipofisa dicampur dengan
ovaprim.
Setalah di peroleh hasil pemijahan suntik yang berikutnya yaitu penetasan telur.
Lama penetasan telur ikan setelah ditebar didalam bak fiber yang di lengkapi hapa
yaitu selama 35 - 40 jam setelah pembuahan. Pada keesokan paginya dihitung
jumlah telur yang terbuahi untuk mendapatkan nilai dari Fertility Rate (% FR).
Pada sore harinya dilakukan penghitungan terhadap telur-telur yang sudah
menetas untuk mengetahui daya tetas telur (% HR). Selanjutnya itu dilakukan
pemeliharaan larva.
9. A.4 Pembesaran Larva
Dilakukan pada hapa penetasan telur yang dialiri air
dan dilengkapi dengan aerasi yang tidak terlalu
kencang agar larva tidak teraduk. Pemeliharaan larva
dalam happa dilakukan selama 1 hari tanpa diberi
pakan, karena larva pada saat itu masih
memanfaatkan kuning telur yang ada dalam tubuh
larva itu sendiri.
Larva yang berumur 2 hari diberi pakan berupa
artemia sampai berumur 7 hari kemudian dilanjutkan
dengan pemberian cacing sutera hingga berumur 14
hari. Pada perkembangan larva membutuhkan
lingkungan yang kaya oksigen. Fluktuasi suhu yang
besar perlu dihindari selama stadia larva untuk
mencegah terjadinya stress. Perubahan suhu yang
besar dapat mematikan larva.
Secara morfologi, benih telah memiliki kelengkapan
organ tubuh meskipun dalam ukuran yang sangat kecil
dan berwarna agak putih.
Setelah larva berumur 3 hari selanjutnya benih ditebar
pada bak pemeliharaan. Benih yang ditebar dalam
kondisi sehat, hal ini dapat diketahui dari gerakannya
yang lincah dan bersifat agresif terhadap makanan
10. A.5 Pemanenan
Kegiatan pemanenan dilakukan pada pagi hari, pada
saat larva ikan sudah berumur 14 hari. Larva Ikan yang
berada didalam bak fiber diambil dengan menggunakan
scopnet kemudian dimasukkan kedalam plastik. Sebagian
dijual kepada para petani ikan dan sisanya dibesarkan di
kolam pendederan.
Proses pemanenan larva Patin menggunakan alat bantu
seperti tabung ukur, ember, baskom, plastik dan scopnet.
Sebelum dilakukan panen, air terlebih dahulu dikurangi
sebanyak 80% untuk mempermudah proses pemanenan.
Kemudian larva ditangkap dengan menggunakan scopnet
dan dimasukkan kedalam baskom dan dilakukan
penghitungan dengan menggunakan tabung ukur untuk
selanjutnya dipindahkan kedalam bak pemeliharaan yang
telah disiapkan atau dijual kepada para pembeli.
Harga Benih Patin
1 ekor indukan bisa menghasilkan 100.000 s.d 150.000 telur
setiap masa bertelur (1,5 s.d 2 bulan sekali)
Harga di Kolam Pembenihan untuk benih yang berumur 1
bulan (2,5 cm) adalah : Rp. 120,- s.d Rp. 140,-
Sedangkan di pemasar (agen) bisa mencapai Rp. 170,- s.d
Rp. 190,-
11. B. PEMBESARAN
Pemeliharaan Pembesaran ditujukan untuk pemenuhan Ikan Patin
konsumsi. Ikan Patin dikonsumsi dalam berbagai ukuran, antara lain
200 gram sampai 1 kg. Masa panen menyesuaikan dengan permintaan
pasar. Ada sebagian yang lebih senang ukuran kecil sekitar 200 gram
ada yang lebih dari itu. Pada Usia 6 bulan ikan patin sudah mencapai
bobot 600-700 gram.Ikan Patin akan tumbuh lebih baik di kolam
lumpur dengan aliran air yang mengalir cukup baik, meski demikian
bisa juga dipeihara pada kolam semen yang tidak mengalir, tetapi
perlu diperhatikan kualitas air agar tetap dalam konsisi yang baik.
12. Secara umum kegiatan pembesaran terdiri dari
beberapa bagian, yaitu:
1. Persiapan Lahan berupa pempukan.
2. Pemberian pakan.
3. Penanganan Hama Dan Penyakit
4. Pemanenan Ikan Patin
13. B.1 Persiapan Lahan berupa Pemupukan
Pada kolam lumpur idealnya perlu dilakukan pemupukan sebelum ikan patin
ditebarkan. Pemupukan kolam bertujuan untuk meningkatkan makanan alami
dan produktivitas kolam, yaitu dengan cara merangsang pertumbuhan makanan
alami sebanyak-banyaknya.Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk kandang
atau pupuk hijau dengan dosis 50-700 gram/m 2.
14. B.2 Pemberian Pakan
Faktor makanan yang berpengaruh terhadap keberhasilan budi daya ikan patin adalah dari aspek kandungan
gizinya, jumlah dan frekuensi pemberin makanan. Pemberian makan dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Jumlah
makanan yang diberikan per hari sebanyak 3-5% dari jumlah berat badan ikan peliharaan. Jumlah makanan selalu
berubah setiap bulan, sesuai dengan kenaikan berat badan ikan. Hal ini dapat diketahui dengan cara
menimbangnya 5-10 ekor ikan contoh yang diambil dari ikan yang dipelihara (sampel). Pakan yang diberikan
adalah Pelet dan bisa ditambahkan makanan alami lainnya seperti kerang, keong emas,bekicot, ikan sisa, sisa
dapur dan lain-lain. Makanan alami yang diperoleh dari lingkungan selain mengandung protein tinggi juga
menghemat biaya pemeliharaan.
PELET
15. B.3 Penanganan Hama dan Penyakit
Salah satu kendala dan masalah Budi daya ikan patin adalah hama dan penyakit. Pada pembesaran ikan patin di
jaring terapung dan kolam hama yang mungkin menyerang antara lain lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan
burung. Cegah akses masuk hama tersebut ke kolam atau dengan memasang lampu penerangan si sekitar kolam.
Hama tersebut biasanya enggan masuk jika ada sinar lampu. Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan
non-infeksi. Penyakit non-infeksi adalah penyakit yang timbul akibatadanya gangguan faktor yang bukan patogen.
Penyakit non-infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akibat infeksi biasanya timbul karena gangguan
organisme patogen.
16. B.4 Pemanenan Ikan Patin
Pemanenan adalah saat yang ditunggu pada budi daya ikan patin. Meski terlihat sederhana pemanenan juga perlu
memperhatikan beberapa aspek agar ikan tidak mengalami kerusakan,kematian, atau cacat saat dipanen. Penangkapan ikan
dengan menggunakan jala apung akan mengakibatkan ikan mengalami luka-luka. Sebaiknya penangkapan ikan dimulai
dibagian hilir kemudian bergerak kebagian hulu. Jadi bila ikan didorong dengan kere maka ikan patin akan terpojok pada bagian
hulu. Pemanenan seperti ini menguntungkan karena ikan tetap mendapatkan air yang segar sehingga kematian ikan dapat
dihindari. Pemasaran Ikan Patin dalam bentuk segar dan hidup lebih diminati oleh konsumen, karena itu diusahakann menjual
dalam bentuk ini. Harga Ikan Patin Per kilogram kurang lebih Rp 15.000.
17.
18. Baso Ikan Patin
Bahan:
• 500 gr daging ikan Patin
• 2 siung bawang putih, potong tipis, goreng garing dan ditumbuk
halus.
• ½ sdt garam ( atau sesuai selera )
• ¼ sdt merica bubuk
• 6 sdm tepung kanji
Cara membuat:
1. Cincang atau blender daging ikan.
2.Tambahkan bawang putih, garam dan merica, remas -remas
sampai tercampur rata. Masukkan tepung kanji, aduk lagi pelan2
sampe rata
3. Bentuk adonan menjadi bulatan dengan menggunakan 2
sendok. Rebus dalam air mendidih sampai baso mengapung,
19. Patinky (Patin-
Kentucky)
Bahan Bahan :
1. 1 ekor patin
2. 250 gr tepung terigu
3. 1 butir telur kocok
4. Lada bubuk, kaldu bubuk, garam secukupnya.
Cara Memasak :
•Bumbui patin dengan lada dan garam. Biarkan beberapa saat supaya
meresap dengan sempurna.
•Bumbui tepung terigu dengan lada dan kaldu bubuk, kocok telur di
wadah terpisah.
•Guling dan remas-remas patin kedalam tepung, lalu telur dan tepung
lagi. Sebelum digoreng kibaskan terlebih dahulu.Terakhir goreng
sampai kecoklatan tanda sudah matang.
•Tiriskan dan Patinky sudah siap disajikan.
22. Pemijahan ikan Patin siam (Pangasius hypopthalamus) dilakukan dengan cara pemijahan
buatan yaitu dengan menyuntikan hormon perangsang yang berasal dari kelenjar hipofisa
LH-RH-A atau hCG atau hormon sintetis dengan merk dagang ovaprim. Penyuntikkan
dilakukan dengan tujuan untuk merangsang pemijahan yang sudah matang gonad, ikan patin
sulit dipijahkan secara alami karena keadaan lingkungan yang tidak sesuai.
Pemijahan ikan patin mengalami kesulitan pada musim kemarau karena ikan patin memiliki
kebiasaan memijah pada musim penghujan. Untuk mengatasi hal tersebut maka dilakukan
penyuntikan dengan menggunakan hormon yang berbeda. Penyuntikan dengan
menggunakan hormon bertujuan untuk merangsang perkembangan gonad dan ovulasi secara
lebih cepat pada musim kemarau. Hormon yang biasa digunakan adalah hCG menurut
penyuntikan pada induk betina, hCG digunakan pada penyuntikan pertama dengan dosis 500
IU/kg
Induce breeding
23. Penyuntikan kedua dengan menggunakan ovaprim 0,6 ml/kg. Penyuntikan induk jantan cukup menggunakan
ovaprim dengan satu kali penyuntikan menggunakan dosis 0,2 ml/kg.
Keesokan harinya ikan patin siap untuk dipijahkan atau dilakukan fertilisasi dengan cara pencampuran sperma
dengan telur. Alat - alat yang dibutuhkan berupa peralatan pemijahan (baskom plastik), kain lap, tisu gulung.
Sebelum dilakukan striping pada induk betina, terlebih dahulu dilakukan pengambilan sperma dari induk jantan
dengan cara melakukan pemijatan dari perut ke bawah. Usahakan sperma tidak terkena air dengan terlebih dahulu
dilakukan pengeringan dengan menggunakan tisu. Sedangkan induk betina distriping untuk mendapatkan telur
kemudian telur yang didapatkan dimasukkan kedalam mangkok plastik. Setelah itu telur yang didapat ditambah
dengan sperma dan encerkan dengan menggunakan larutan fisiologis (NaCl).Tujuan dari pengenceran ini adalah
untuk mempertahankan daya hidup spermatozoa dalam waktu yang relatif lama.
Telur dan sperma harus diletakkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari. Selanjutnya telur dan sperma
segera dibawa ke tempat penetasan, dan diaduk dengan menggunakan bulu ayam kemudian menggoyang -
goyangkan wadah secara perlahan kemudian dicuci dengan air sebanyak dua kali, banyak dan lamanya pencucian
dilakukan tergantung dari kondisi telur tersebut, semakin lengket telur maka semakin banyak dan lama pencucian.
Kemudian telur ditebarkan pada bak fiber berukuran 4 x 2 x 0,5 m3 yang dilengkapi hapa didalamnya dengan
ukuran 2 x 1 x 0,3 m3 secara merata agar tidak terjadi penumpukan telur.