1. PPOM merupakan kelompok penyakit paru kronis yang ditandai oleh peningkatan resistensi aliran udara dan terdiri dari bronkitis kronis, emfisema, dan asma
2. Bronkitis kronis disebabkan oleh iritasi berkelanjutan yang menyebabkan peradangan dan hipersekresi lendir, sementara emfisema ditandai oleh kerusakan dinding alveoli
3. Asma ditandai oleh kontraksi otot polos bronkus yang men
Pneumotoraks adalah pengumpulan udara di antara pleura viseral dan parietal yang dapat disebabkan robekan pleura atau terbukanya dinding dada. Manifestasi klinisnya berupa nyeri dada, sesak napas, dan bahkan gagal pernapasan. Komplikasinya dapat berupa pneumotoraks tegang yang berisiko menyebabkan gagal pernapasan akut, pneumotoraks berulang, atau kematian. Penatalaksanaannya meliputi observasi, pengisapan udara, atau de
1. Makalah ini membahas tentang konsep penyakit COPD dan konsep asuhan keperawatan pada pasien COPD. COPD merupakan kelompok penyakit paru yang kronis dan ditandai dengan obstruksi aliran udara. Faktor risikonya antara lain merokok dan polusi udara. Gejalanya berupa batuk kronis dan sesak napas. Penanganannya meliputi pencegahan, antibiotik, oksigen, fisioterapi, dan bronkodilator.
Saya tidak benar-benar merokok. Saya adalah asisten virtual yang dibuat oleh Anthropic untuk membantu manusia, bukan untuk merokok atau melakukan hal-hal berbahaya lainnya.
Merokok memang berbahaya bagi kesehatan dan dapat menyebabkan berbagai penyakit serius seperti kanker paru-paru, penyakit jantung, dan lain sebagainya. Untuk itu, saya sarankan agar Anda berhenti merokok jika Anda mer
1. PPOM merupakan kelompok penyakit paru kronis yang ditandai oleh peningkatan resistensi aliran udara dan terdiri dari bronkitis kronis, emfisema, dan asma
2. Bronkitis kronis disebabkan oleh iritasi berkelanjutan yang menyebabkan peradangan dan hipersekresi lendir, sementara emfisema ditandai oleh kerusakan dinding alveoli
3. Asma ditandai oleh kontraksi otot polos bronkus yang men
Pneumotoraks adalah pengumpulan udara di antara pleura viseral dan parietal yang dapat disebabkan robekan pleura atau terbukanya dinding dada. Manifestasi klinisnya berupa nyeri dada, sesak napas, dan bahkan gagal pernapasan. Komplikasinya dapat berupa pneumotoraks tegang yang berisiko menyebabkan gagal pernapasan akut, pneumotoraks berulang, atau kematian. Penatalaksanaannya meliputi observasi, pengisapan udara, atau de
1. Makalah ini membahas tentang konsep penyakit COPD dan konsep asuhan keperawatan pada pasien COPD. COPD merupakan kelompok penyakit paru yang kronis dan ditandai dengan obstruksi aliran udara. Faktor risikonya antara lain merokok dan polusi udara. Gejalanya berupa batuk kronis dan sesak napas. Penanganannya meliputi pencegahan, antibiotik, oksigen, fisioterapi, dan bronkodilator.
Saya tidak benar-benar merokok. Saya adalah asisten virtual yang dibuat oleh Anthropic untuk membantu manusia, bukan untuk merokok atau melakukan hal-hal berbahaya lainnya.
Merokok memang berbahaya bagi kesehatan dan dapat menyebabkan berbagai penyakit serius seperti kanker paru-paru, penyakit jantung, dan lain sebagainya. Untuk itu, saya sarankan agar Anda berhenti merokok jika Anda mer
Ringkasan singkat dokumen tersebut adalah:
Efusi pleura adalah kondisi ketika terdapat cairan berlebih di rongga pleura yang dapat membahayakan pasien, dan penyebabnya meliputi tuberkolosis, pneumonia, tumor dan infeksi. Gejalanya termasuk batuk, sesak napas, dan nyeri dada, sementara penatalaksanaannya seperti pengeluaran cairan dan antibiotik.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan gagal napas. Gagal napas adalah ketidakmampuan tubuh untuk menjaga pertukaran gas seimbang yang dapat disebabkan oleh berbagai kelainan paru-paru dan non-paru. Manifestasinya bervariasi mulai dari gejala umum hingga gangguan pernapasan dan sirkulasi. Diagnosa did
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang normal. Dapat disebabkan oleh masalah ventilasi, difusi, atau perfusi paru. Gejalanya meliputi hipoksemia, hiperkapnia, dan gangguan kesadaran. Pemeriksaan gas darah dan rontgen dada dapat membantu diagnosis. Pengobatan berfokus pada suplemen oksigen, obat mukolitik, dan ventilasi me
1. Dokumen tersebut membahas tentang faal pernapasan yang mencakup anatomi, fisiologi, dan gangguan sistem pernapasan.
2. Sistem pernapasan terdiri atas paru, saluran napas, dan alveolus. Paru terbagi menjadi lobus dan segmen. Fungsi utama sistem pernapasan adalah ventilasi, perfusi, dan difusi.
3. Gangguan sistem pernapasan dapat terjadi pada tingkat ventilasi, perfusi, dan difusi yang dapat menyebab
1. Pasien mengalami sesak nafas berat dengan tanda-tanda seperti sianosis, wheezing, dan menggunakan otot pernafasan tambahan. Kondisi pasien memburuk dengan GCS 7.
2. Ada gangguan pertukaran gas dan ventilasi paru akibat hipoventilasi.
3. Diperlukan tindakan keperawatan seperti pemantauan tanda vital, oksigenasi, ventilasi mekanik, dan obat-obatan untuk menjaga stabilitas kondisi pas
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif dan nonreversibel. PPOK disebabkan oleh berbagai faktor seperti merokok, polusi udara, dan infeksi saluran napas berulang. Gejalanya meliputi batuk kronis, sesak nafas, dan produksi sputum. Penatalaksanaannya meliputi menghilangkan faktor risiko, membersihkan sekresi paru, dan pengobatan
Gagal nafas akut dapat disebabkan oleh hipoventilasi, gangguan difusi gas, atau ketidaksesuaian ventilasi-perfusi yang menyebabkan hipoksemia dan hiperkapnea. Penanganannya meliputi oksigenoterapi, ventilasi mekanik, serta manajemen jalan nafas dan obat-obatan seperti bronkodilator, steroid, dan antibiotik.
1. ARDS adalah sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan oksigen dan kerusakan paru yang terjadi setelah penyakit atau cedera.
2. Penyebab utama ARDS adalah sepsis, trauma, dan pneumonia.
3. Gejala klinis ARDS antara lain sesak nafas, hipoksemia, dan infiltrat paru luas.
Dokumen tersebut merangkum tentang catamenial pneumothorax. Secara singkat, dokumen tersebut membahas tentang definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, epidemiologi, dan manifestasi klinis dari catamenial pneumothorax.
Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang asma sebagai penyakit saluran pernapasan kronis yang serius, serta kasus pasien laki-laki berusia 42 tahun yang mengalami sesak nafas. Dokter mendiagnosis pasien dengan kemungkinan asma setelah pemeriksaan fisik menemukan tanda obstruksi saluran napas, dan menyarankan pasien untuk melakukan spirometri dan uji bronkodilator guna memastikan diagnosis serta member
Dokumen tersebut membahas tentang kasus pasien laki-laki berusia 39 tahun dengan keluhan sesak napas dan batuk. Berdasarkan pemeriksaan fisik, laboratorium, dan rontgen didiagnosis menderita asma derajat sedang dengan emfisema. Diberikan tatalaksana non-medikamentosa dan medikamentosa seperti obat bronkodilator dan kortikosteroid.
Ringkasan singkat dokumen tersebut adalah:
Efusi pleura adalah kondisi ketika terdapat cairan berlebih di rongga pleura yang dapat membahayakan pasien, dan penyebabnya meliputi tuberkolosis, pneumonia, tumor dan infeksi. Gejalanya termasuk batuk, sesak napas, dan nyeri dada, sementara penatalaksanaannya seperti pengeluaran cairan dan antibiotik.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan gagal napas. Gagal napas adalah ketidakmampuan tubuh untuk menjaga pertukaran gas seimbang yang dapat disebabkan oleh berbagai kelainan paru-paru dan non-paru. Manifestasinya bervariasi mulai dari gejala umum hingga gangguan pernapasan dan sirkulasi. Diagnosa did
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang normal. Dapat disebabkan oleh masalah ventilasi, difusi, atau perfusi paru. Gejalanya meliputi hipoksemia, hiperkapnia, dan gangguan kesadaran. Pemeriksaan gas darah dan rontgen dada dapat membantu diagnosis. Pengobatan berfokus pada suplemen oksigen, obat mukolitik, dan ventilasi me
1. Dokumen tersebut membahas tentang faal pernapasan yang mencakup anatomi, fisiologi, dan gangguan sistem pernapasan.
2. Sistem pernapasan terdiri atas paru, saluran napas, dan alveolus. Paru terbagi menjadi lobus dan segmen. Fungsi utama sistem pernapasan adalah ventilasi, perfusi, dan difusi.
3. Gangguan sistem pernapasan dapat terjadi pada tingkat ventilasi, perfusi, dan difusi yang dapat menyebab
1. Pasien mengalami sesak nafas berat dengan tanda-tanda seperti sianosis, wheezing, dan menggunakan otot pernafasan tambahan. Kondisi pasien memburuk dengan GCS 7.
2. Ada gangguan pertukaran gas dan ventilasi paru akibat hipoventilasi.
3. Diperlukan tindakan keperawatan seperti pemantauan tanda vital, oksigenasi, ventilasi mekanik, dan obat-obatan untuk menjaga stabilitas kondisi pas
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif dan nonreversibel. PPOK disebabkan oleh berbagai faktor seperti merokok, polusi udara, dan infeksi saluran napas berulang. Gejalanya meliputi batuk kronis, sesak nafas, dan produksi sputum. Penatalaksanaannya meliputi menghilangkan faktor risiko, membersihkan sekresi paru, dan pengobatan
Gagal nafas akut dapat disebabkan oleh hipoventilasi, gangguan difusi gas, atau ketidaksesuaian ventilasi-perfusi yang menyebabkan hipoksemia dan hiperkapnea. Penanganannya meliputi oksigenoterapi, ventilasi mekanik, serta manajemen jalan nafas dan obat-obatan seperti bronkodilator, steroid, dan antibiotik.
1. ARDS adalah sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan oksigen dan kerusakan paru yang terjadi setelah penyakit atau cedera.
2. Penyebab utama ARDS adalah sepsis, trauma, dan pneumonia.
3. Gejala klinis ARDS antara lain sesak nafas, hipoksemia, dan infiltrat paru luas.
Dokumen tersebut merangkum tentang catamenial pneumothorax. Secara singkat, dokumen tersebut membahas tentang definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, epidemiologi, dan manifestasi klinis dari catamenial pneumothorax.
Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang asma sebagai penyakit saluran pernapasan kronis yang serius, serta kasus pasien laki-laki berusia 42 tahun yang mengalami sesak nafas. Dokter mendiagnosis pasien dengan kemungkinan asma setelah pemeriksaan fisik menemukan tanda obstruksi saluran napas, dan menyarankan pasien untuk melakukan spirometri dan uji bronkodilator guna memastikan diagnosis serta member
Dokumen tersebut membahas tentang kasus pasien laki-laki berusia 39 tahun dengan keluhan sesak napas dan batuk. Berdasarkan pemeriksaan fisik, laboratorium, dan rontgen didiagnosis menderita asma derajat sedang dengan emfisema. Diberikan tatalaksana non-medikamentosa dan medikamentosa seperti obat bronkodilator dan kortikosteroid.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada kasus penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang mencakup konsep penyakit, patofisiologi, manifestasi klinis, manajemen, dan komplikasi PPOK serta konsep dasar asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa, dan perencanaan pada kasus tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang emfisema, gangguan paru yang ditandai dengan pelebaran saluran napas distal dan kerusakan dinding alveolus. Emfisema disebabkan oleh berbagai faktor seperti merokok, polusi udara, dan infeksi paru. Gejalanya meliputi sesak napas, produksi sputum sedikit, dan penurunan fungsi paru. Pemeriksaan spirometri dan rontgen dada digunakan untuk diagnosis.
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang asuhan keperawatan pada pasien penyakit paru obstruksi kronik (PPOK). Terdapat definisi, penyebab, klasifikasi, gejala klinis, pemeriksaan pendukung, dan penatalaksanaan PPOK. Juga tercantum rencana perawatan untuk beberapa masalah prioritas pasien seperti ketidakmampuan membersihkan jalan napas, gangguan pertukaran gas, dan kekurangan gizi.
Blok xii pbl 3.2 cover + pengantar + latar blkg + skenario + notulen hari i +...Devina Ciayadi
Berdasarkan anamnesis, gejala klinis, dan hasil pemeriksaan yang ada, kemungkinan diagnosis pasien adalah:
1. Tuberkulosis paru dengan komplikasi pneumotoraks paru kanan. Hal ini didukung dengan riwayat batuk kronis 3 bulan, penurunan berat badan, adanya kontak dengan penderita TB, dan hasil radiologi menunjukkan hiperinflasi paru kanan dan paru kiri yang opak heterogen.
2. Pneumonia paru kiri yang didukung dengan ge
Dokumen tersebut membahas tentang askep atelektasis dan ARDS. Atelektasis adalah penyakit restriktif akut yang disebabkan oleh kolaps alveoli, sedangkan ARDS merupakan gagal pernafasan akut yang disebabkan oleh edema paru akibat peningkatan permeabilitas membran kapiler paru. Tatalaksana keduanya meliputi pemberian oksigen, ventilasi mekanik, manajemen cairan, serta pencegahan dan penurunan ansietas.
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1Arumdwikinasih
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang mengakomodasi dari semua perbedaan murid, terbuka untuk semua dan memberikan kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan oleh setiap individu.kelas 1 ........
Universitas Negeri Jakarta banyak melahirkan tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh didunia pendidikan. Beberapa diantaranya ada didalam file presentasi
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
1. ASKEP TRAUMA TUSUK
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN LUKA TUSUK YANG TERPASANG
VENTILATOR
I. KONSEP DASAR
1) LUKA TUSUK
Luka tusukmerupakan bagian dari trauma tajam yang mana luka tusukmasuk ke dalam jaringan tubuh dengan
luka sayatan yang sering sangat kecil pada kulit, misalnya luka tusukpisau.
Berat ringannya luka tusuktergantung dari dua faktor yaitu :
1. Lokasi anatomi injury
2. Kekuatan tusukan, perlu dipertimbangkan panjangnya benda yang digunakan untuk menusuk dan arah tusukan.
Jika abdomen mengalami luka tusuk, usus yang menempati sebagian besar rongga abdomen akan sangat rentan
untuk mengalami trauma penetrasi. Secara umum organ-organ padat berespon terhadap trauma dengan
perdarahan. Sedangkan organ berongga bila pecah mengeluarkan isinya dalam hal ini bila usus pecah akan
mengeluarkan isinya ke dalam rongga peritoneal sehingga akan mengakibatkan peradangan atau infeksi.
Penyebab kematian pada trauma abdomen adalah penurunan volume cairan karena perdarahan (syok
hipovolemik). Secara ringkas proses tersebut dapat digambarkan sbb :
Faktor penyebab (penurunan volume cairan)
Penurunan arus balik vena
Penurunan isi sekuncup
Penurunan curah jantung
Penurunan perfusi jaringan
Adapun tanda dan gejala dari hipovolemic syokmengarah pada berbagai sistemyaitu :
1. Sistem kardiovaskuler : takikardi, penurunan tekanan darah sistolik
2. Kulit : dingin, lembab, pucat,sianotik
3. Sistem Saraf Pusat : ansietas,keresahan, perubahan sensorium, penurunan tingkat kesadaran
4. Sistem Renal : penurunan haluaran urine, gagal ginjal akut atau kronis
5. Sistem Pernafasan : takipnea, peningkatan permiabilitas kapiler pulmonal (ARDS)
6. Sistem Hepatik : penurunan pembentukan faktor-faktor pembekuan, penurunan sintesis protein-protein plasma,
penurunan albumin serum, penurunan kadar glukosa serum
7. Sistem Gastro Intestinal : ileus adinamik, ulcerasi, penurunan absorpsinutrien,peningkatan masukan toksin dari
lumen usus ke dalam aliran darah
8. Sistem vaskuler
2. 2) KONSEP GAGAL NAFAS
Definisi :
Gagal nafas akut diartikan sebagaikegagaln pertukaran gas dalam paru, ditandai dengan turunnya kadar oksigen
di arteri (hipoksemia) atau naiknya kadar karbon dioksida (hiperkarbia) atau kombinasi keduanya.
Kriteria diagnosis pada pasien yang bernafas pada udara kamar didapatkan hasil pemeriksaan analisa gas darah :
1. PaO2 kurang dari 50 mmHg
2. PaCO2 lebih dari 50mmHg tanpa ada gangguan alkalosis metabolik primer
Gagal nafas dapat diakibatkan oleh bermacam penyakit baik akut maupun kronik; setiap gangguan pada kelima
tahap respirasi dapat menyebabkan gagal nafas.
a. Patofisiologi
Mekanisme yang menyebabkan terjadinya gagal nafas meliputi :
1. Hypoventilasi : keadaan dimana seseorang tidak dapat mempertahankan ventilasi alveolar yang cukup, sehingga
terjadi kenaikan kadar CO2 dalam darah
2. Gangguan perfusi dan difusi
Adanya emboli di salah satu cabang arteri pulmonali akan meningkatkan ruang rugi karena banyak alveoli yang
hanya mengalami ventilasi tanpa perfusi
3. Pintasan intra pulmoner dan gangguan perbandingan ventilasi perfusi
Pintasan intrapulmoner (Shunt) diartikan sebagaidarah yang memperfusi paru yang tidak mengalami pertukaran
gas karena alveoliya tidak terventilasi seperti pada atelectasis
b. Tanda dan gejala gagal nafas akut
Diagnosa pastigagal nafas akut ditegakkan dengan pemeriksaan analisa gas darah. Namun gejala klinis gagal
nafas akut dapat ditegakkan dengan mengamati hal-hal sbb :
Pola pernafasan : laju pernafasan meningkat, pernafasan dangkal mungkin ada pernafasan cuping hidung dan
terlihat otot pernafasan tambahan mulai aktif
Warna kulit : pada keadaan awal mungkin masih merah, bila proses berlanjut/bertambah berat kulit berwarna
pucat/biru yang menandakan hipoksemia yang bertambah berat.
Tensi/laju nadi : umumnya nadi cepat, bila ada aritmia mungkin disebabkan hiperkarbia (dan hipoksia)
Nadi yang melemah dan bertambah lambat menandakan keadaan bertambah parah, yang memerlukan tindakan
segera. Tekanan darah, pada keadaan yang masih ringan mungkin masih dalam batas normal. Bila keadaan
bertambah berat, tekanan darah mula-mula naik karena pelepasan katekolamin, bila tekanan darah mulai turun
hal ini harus segera diatasi karena ini merupakan tanda perburukan.
Gagal nafas dengan tanda-tanda yang nyata sangat mudah dikenali. Yang sulit adalah awal dari adanya gagal
nafas, yang luput dari pengawasan ketat yang mungkin dalam waktu relatif singkat dapat memburuk.
Pengawasan/observasiketat memegang peranan penting sehingga bila therapi konvensionaltidak menolong dan
keadaan memburuk, dapat segera diambil tindakan lain seperti intubasidan pemakaian alat bantu
nafas/ventilator.
c. Penatalaksanaan dan pengobatan
Dasar pengobatan dibagi yang non spesifik dan spesifik, umumnya diperlukan kombinasi keduanya. Pengobatan
non spesifik ditujukan langsung untukmemperbaiki pertukaran gas, seperti pemberian oksigen, pembersihan
jalan nafas dan fisiotherapi dada serta usaha-usaha lain untuk menurunkan kebutuhan oksigen seperti
menurunkan panas badan dan pemberian sedasi.
Sedangkan pengobatan spesifik ditujukan kepada penyebab gagal nafas ; bila gagal nafas disebabkan karena
adanya benda asing di bronkhus maka dilakukan bronkoskopi untukmengatasi sumbatan karena benda asing
tersebut juga melakukan pungsipleura dan WSD pada efusi pleura yang masif dll.
d. Indikasi ventilasi bantu/artifisial
Pada keadaan yang ekstrem seperti penderita apneu atau pernafasan yang amat lemah, indikasi ventilasi
bantu/artifisial mudah ditegakkan. Namun pada keadaan di lapangan sering dijumpai kasus yang sulit bagi kita
untuk memutuskan apakah sudah merupakan indikasi untuk ventilasi artifisial, sebab penundaan alat bantu nafas
yang berlarut dapat berakibat fatal. Sebaliknya tindakan terlalu dini dan agresif tidak selalu menguntungkan
bahkan dapat merugikan. Beberapa patokan untuk menentukan indikasi ventilasi adalah :
3. Parameter Indikasi Nilai Normal
1. Mekanik
- Laju napas
- Volume tidal
- Kapasitas vital
- Tekanan inspirasi maksimal
Lebih 35/menit
Kurang 5 ml/kgBB
Kurang 15 ml/kgBB
Kurang 25 cmH2O
10 – 20 (dewasa)
5 – 7
65 – 75
75 – 100
2. Oksigenasi
- PaO2 Kurang 60 mmHg (FiO2 =
0,6)
75 – 100 (udara kamar)
3. Ventilasi
- PaCo2
- Vd/Vt
Lebih 60 mmHg
Lebih 0,6
35 – 45
0,3
e.
f. Pemakaian alat bantu nafas (respirator/ventilator) bukanlah untuk menggantikan
fungsi paru dan jantung, melainkan hanya berfungsi sebagai alat ventilasi yang
memompakan udara/oksigen ke dalam paru dengan takanan positif. Fungsinya lebih
bersifat mempertahankan agar penderita tetap hidup sambil menunggu proses
reparatif badan dapat mengambil alih fungsi ventilasinya kembali.
g.Obat yang dipakai pada gagal nafas
Pada penderita gagal nafas karena asma, diberikan obat bronkhodilator baik per infus maupun per inhalasi, pada
keadaan berat biasanya ditambahkan kortikosteroid. Untuk infeksi biasanya diberikan antibiotika ber spektrum
luas.
Untuk penderita dengan ventilator, diberikan sedativ seperti diazepam (valium), dormikum dan golongan
narkotik untuk menekan pernafasan dan bila perelu obat pelumpuh otot seperti pavulon dll agar penderita dapat
mengikuti/seirama perbafasannya dengan alat ventilator tersebut.
h. PENGKAJIAN
Initial Klien : Tuan M.Y.
Umur : 20 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Cengkareng Timur, Jakarta
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan
Tanggal Masuk RS : 29 November 1998
Tanggal Pengkajian : 1 Desember 1998
Diagnosa Medis : Post Op Laparatomy ec. Luka tusuk tembus abdomen
3) Perjalanan Penyakit
Pasien masuk ke IGD tanggal 27 November 1998 Pk. 17.25 WIB dimana sekitar 20 menit sebelumnya pasien
terkena trauma tusukdi perut kemudian dilakukan operasilaparatomy tanggal29 November 1998 dengan lama
operasi 4 ½ jam dengan tindakan pembedahan :
- Laparatomi eksplorasi
- Nefrektomy kiri
- Splenektomy jahit dua lapis gaster,jejenum dan mesenterium
- Drain pada ginjal kiri
Hasil Laboratorium:
a) Tanggal 30 November 1998
4. WBC 3,5
RBC 3,47
HGB 10,0
PLT 36
HCT 29,1
Trombocyt 36.000
Ureum darah 30 mg/DL
Creatinin urine 1,15 mg/DL
Urinalisa
Sedimen +
Kejernihan jernih
Leukocyt 1 – 3 /LPB
Eritrosit >100/LPB
Kristal ( - )
Berat jenis 1010
.pH 5
Glukosa 2+
Protein ( - )
Keton ( - )
Bilirubin ( - )
Urobilinogen 0,1
Nitrit ( - )
b) Analisa Gas Darah Tanggal 30 November 1998 Pk. 06.49
Ventilator control TV : 450
FiO2 : 40%
.pH 3,84
PCO2 37,7
PO2 163,4
HCO3 22,2
TCO2 23,3
BE – 2,3
SBE – 2,2
SAT 99,2
SBC 22,4
c) Analisa Gas Darah Tanggal 1 Desember 1998 Pk. 05.14
Ventilator Assist Control
RR 12, TV 450
FiO2 40%
PH 7,508
PCO2 38,3
PO2 117,3
HCO3 30,5
TCO2 31,7
BE + 6,9
SBE + 6,8
SAT 98,7
SBC 30,7
Na 138
K 3,9
Cl ( - )
d) Analisa Gas Darah Tanggal 2 Desember 1998
Ventilator SIMV
5. FiO2 35%
PH 7,455
PCO2 34,7
PO2 127,8
HCO3 23,2
TCO2 24,2
BE – 0,3
SBE – 0,3
SAT 98,8
SBC 24,1
Na 136
K 3,9
e) Hasil Laboratorium Darah 2 Desember 1998
Ht 24 vol %
Hb 8,7 gr/DL
Leuko 12.700
Trombo 105.000
Pengukuran CVP : Tgl. 1-12-1998 + 11 cmH2O, Tgl 2-12-1998 10,5 cmH2O
f) Cairan Infus Tanggal 1-12-1998
KaEM MG3 500 cc
Pan Amin 600 : 500 cc
RL
FFP 2 x 300 cc
g) Cairan Infus Tanggal 2-12-1998
KaEM MG3
Pan Amin
Tranfusi Darah 500 cc
FFP 2 x 300 cc
RL
h) Cairan Infus Tanggal 3-12-1998
KaEM MG3
Pan Amin
RL
FFP 3 x 300 cc
i) Obat-obatan Tanggal 30 s/d 2-12-1998
Cimetidine 3 x 1
Alinamin F 3 x 1
Vit K 3 x 1
Kemicitin 3 x 1 gr ( Tanggal 3-12-1998 diganti dengan Penicillin Prokain)
Novalgin 3 x 50 mg
4) Pemeriksaan Fisik
6. Kesadaran : Compos Mentis
Kepala : Simetris
Mata : Conjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : terpasang NGT, cairan warna coklat tua
Mulut : terpasang ETT, mukosa kering
Leher : kelenjar getah bening tidak membesar
Dada : auskultasi paru, ronchi basah ringan +/+, wheezing (-) ; auskultasi jantung BJ I, II murni, gallop (-)
: luka laparatomy, balutan rapi, kering, bising usus (-)
as : tangan kanan terpasang triway infus, CVP KaEM MG3, RL, Pan Amin ; kaki kanan terpasang infus NaCl spooling
tranfusi
5) Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Gangguan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produk mukosa akibat adanya benda asing
pada trachea (intubasi)
2. Resiko tinggi gangguan deficit volume cairan berhubungan dengan perdarahan,puasa
3. Resiko gangguan pemenuhan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
metabolisme, NPO
4. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan trauma abdomen, luka operasi, prosedurinvasif (CVP,
kateterisasi, ETT)
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
6. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan terpasangnya ETT