SlideShare a Scribd company logo
MAKALAH
PERKEMBANGAN SENI RUPA
       BARAT




 Kelompok   :
                -   Novalia Rachmah
                -   Raissa D. Agustine
                -   Bella Lerian
                -   Nesha Kristina
                -   Agung agustian
                -   Muhamad iqbal sp
                -   Willy ahmad
                -   Alam riski
                -   Galih indra
                -   Arga
                -   Hapidz


    SMA NEGERI 3 KOTA SUKABUMI
Kelainan/Penyakit pada Pernapasan
Sistem pernapasan dapat mengalami berbagai gangguan, baik karena kelainan sistem
pernapasan atau akibat infeksi kuman. Beberapa jenis gangguan antara lain :

   1. Asma/sesak napas, penyempitan saluran napas akibat otot polos pembentuk
      dinding saluran terus berkontraksi, disebabkan alergi atau kekurangan hormon
      adrenalin.
   2. Asfiksi, gangguan pengangkutan dan penggunaan oksigen oleh jaringan akibat
      tenggelam, pneumonia, keracunan CO.
   3. Asidosis, akibat peningkatan kadar asam karbonat dan asam bikarbonat dalam
      darah
   4. Wajah adenoid (wajah bodoh), penyempitan saluran napas karena pembengkakan
      kelenjar limfa (polip), pembengkakan di tekak (amandel).
   5. Pneumonia, radang paru-paru akibat infeksi bakteri Diplococcus pneumonia.
   6. Difteri, penyumbatan faring/laring oleh lendir akibat infeksi bakteri
      Corynebacterium diphteriae
   7. Emfisema, menggelembungnya paru-paru akibat perluasan alveolus berlebihan.
   8. Tuberculosis (TBC), penyakit paru-paru akibat infeksi bakteri Mycobacterium
      tuberculosa.
   9. Peradangan pada sistem pernapasan :
                   bronchitis, radang bronkhus.
                   laringitis, radang laring
                   faringitis, radang faring
                   pleuritis, radang selaput paru-paru
                   renitis, radang rongga hidung
                   sinusitis, radang pada bagian atas rongga hidung
• Penyakit TBC
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau
kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta
kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh
TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.

Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993
menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%.
Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO
pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256
kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.

Penyebab Penyakit TBC

Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium
tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga
sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert
Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut
diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai
Koch Pulmonum (KP).




                          Bakteri Mikobakterium tuberkulosa

Cara Penularan Penyakit TBC

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada
anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila
sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak
(terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar
melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat
menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran
pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh
yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera
akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui
serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui
pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan
dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan
menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat
sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.

Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant
sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah
banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang
inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah
memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel
berlebih dan positif terinfeksi TBC.

Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan
dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum
optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk
yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping
itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor
yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.

Gejala Penyakit TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul
sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama
pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.

Gejala sistemik/umum

   •   Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
       hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza
       dan bersifat hilang timbul.
   •   Penurunan nafsu makan dan berat badan.
   •   Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
   •   Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

Gejala khusus

   •   Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
       bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah
       bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah
       yang disertai sesak.
   •   Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
       keluhan sakit dada.
   •   Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
       suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada
       muara ini akan keluar cairan nanah.
   •   Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
       sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
       penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui
adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan
penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3
bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA
positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.

Penegakan Diagnosis

Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu
dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:

   o   Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
   o   Pemeriksaan fisik.
   o   Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
   o   Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
   o   Rontgen dada (thorax photo).
   o   Uji tuberkulin.
PENGOBATAN TBC

Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak menderita
TBC) dan II (Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TBC (gejala TBC
tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif) memerlukan pencegahan
dengan pemberian INH 5–10 mg/kgbb/hari.

   1. Pencegahan (profilaksis) primer
      Anak yang kontak erat dengan penderita TBC BTA (+).
      INH minimal 3 bulan walaupun uji tuberkulin (-).
      Terapi profilaksis dihentikan bila hasil uji tuberkulin ulang menjadi (-) atau
      sumber penularan TB aktif sudah tidak ada.
   2. Pencegahan (profilaksis) sekunder
      Anak dengan infeksi TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak ada gejala sakit
      TBC.
      Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan.

Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :

   o    Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.
        Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat
        ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
   o    Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin,
        Kapreomisin dan Kanamisin.

Dosis obat antituberkulosis (OAT)
       Obat           Dosis harian          Dosis 2x/minggu         Dosis 3x/minggu
                     (mg/kgbb/hari)         (mg/kgbb/hari)          (mg/kgbb/hari)
INH               5-15 (maks 300 mg)      15-40 (maks. 900 mg) 15-40 (maks. 900 mg)
Rifampisin        10-20 (maks. 600 mg) 10-20 (maks. 600 mg) 15-20 (maks. 600 mg)
Pirazinamid       15-40 (maks. 2 g)       50-70 (maks. 4 g)      15-30 (maks. 3 g)
Etambutol         15-25 (maks. 2,5 g)     50 (maks. 2,5 g)       15-25 (maks. 2,5 g)
Streptomisin      15-40 (maks. 1 g)       25-40 (maks. 1,5 g)    25-40 (maks. 1,5 g)

Sejak 1995, program Pemberantasan Penyakit TBC di Indonesia mengalami perubahan
manajemen operasional, disesuaikan dengan strategi global yanng direkomendasikan oleh
WHO. Langkah ini dilakukan untuk menindaklanjuti Indonesia – WHO joint Evaluation
dan National Tuberkulosis Program in Indonesia pada April 1994. Dalam program ini,
prioritas ditujukan pada peningkatan mutu pelayanan dan penggunaan obat yang rasional
untuk memutuskan rantai penularan serta mencegah meluasnya resistensi kuman TBC di
masyarakat. Program ini dilakukan dengan cara mengawasi pasien dalam menelan obat
setiap hari,terutama pada fase awal pengobatan.

Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) pertama kali diperkenalkan
pada tahun 1996 dan telah diimplementasikan secara meluas dalam sistem pelayanan
kesehatan masyarakat. Sampai dengan tahun 2001, 98% dari populasi penduduk dapat
mengakses pelayanan DOTS di puskesmas. Strategi ini diartikan sebagai "pengawasan
langsung menelan obat jangka pendek oleh pengawas pengobatan" setiap hari.

Indonesia adalah negara high burden, dan sedang memperluas strategi DOTS dengan
cepat, karenanya baseline drug susceptibility data (DST) akan menjadi alat pemantau dan
indikator program yang amat penting. Berdasarkan data dari beberapa wilayah,
identifikasi dan pengobatan TBC melalui Rumah Sakit mencapai 20-50% dari kasus BTA
positif, dan lebih banyak lagi untuk kasus BTA negatif. Jika tidak bekerja sama dengan
Puskesmas, maka banyak pasien yang didiagnosis oleh RS memiliki risiko tinggi dalam
kegagalan pengobatan, dan mungkin menimbulkan kekebalan obat.

Akibat kurang baiknya penanganan pengobatan penderita TBC dan lemahnya
implementasi strategi DOTS. Penderita yang mengidap BTA yang resisten terhadap OAT
akan menyebarkan infeksi TBC dengan kuman yang bersifat MDR (Multi-drugs
Resistant). Untuk kasus MDR-TB dibutuhkan obat lain selain obat standard pengobatan
TBC yaitu obat fluorokuinolon seperti siprofloksasin, ofloxacin, levofloxacin (hanya
sangat disayangkan bahwa obat ini tidak dianjurkan pada anak dalam masa
pertumbuhan).

Pengobatan TBC pada orang dewasa

   •   Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
       Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap
       hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga
       kali dalam seminggu (tahap lanjutan).
       Diberikan kepada:
           o Penderita baru TBC paru BTA positif.
           o Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.
   •   Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
       Diberikan kepada:
           o Penderita kambuh.
           o Penderita gagal terapi.
           o Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
   •   Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
       Diberikan kepada:
           o Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.


Pengobatan TBC pada anak

Adapun dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6 atau 9 bulan, yaitu:
1. 2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian
      INH +Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 7 bulan (ditambahkan
      Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).
   2. 2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap hari selama 2 bulan
      pertama, kemudian INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 4
      bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).

Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin diberikan bersamaan, dosis
maksimal perhari INH 10 mg/kgbb dan rifampisin 15 mg/kgbb.

Dosis anak INH dan rifampisin yang diberikan untuk kasus:

TB tidak berat
   INH                : 5 mg/kgbb/hari
   Rifampisin         : 10 mg/kgbb/hari
TB berat (milier dan meningitis TBC)
   INH                : 10 mg/kgbb/hari
   Rifampisin         : 15 mg/kgbb/hari
   Dosis prednison    : 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)
OBAT TBC

Tuberkulosis (TBC) dapat menyerang berbagai organ tubuh tetapi yang akan dibahas
adalah obat TBC untuk paru-paru. Tujuan pengobatan TBC ialah memusnahkan basil
tuberkulosis dengan cepat dan mencegah kambuh. Idealnya pengobatan dengan obat TBC
dapat menghasilkan pemeriksaan sputum negatif baik pada uji dahak maupun biakan
kuman dan hasil ini tetap negatif selamanya.

Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :

   •   Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.

       Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat
       ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
   •   Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin,
       Kapreomisin dan Kanamisin.

Meskipun demikian, pengobatan TBC paru-paru hampir selalu menggunakan tiga obat
yaitu INH, rifampisin dan pirazinamid pada bulan pertama selama tidak ada resistensi
terhadap satu atau lebih obat TBC primer ini.

Isoniazid

Isoniazid atau isonikotinil hidrazid yang disingkat dengan INH. Isoniazid secara in vitro
bersifat tuberkulostatik (menahan perkembangan bakteri) dan tuberkulosid (membunuh
bakteri).

Mekanisme kerja isoniazid memiliki efek pada lemak, biosintesis asam nukleat,dan
glikolisis. Efek utamanya ialah menghambat biosintesis asam mikolat (mycolic acid)
yang merupakan unsur penting dinding sel mikobakterium. Isoniazid menghilangkan sifat
tahan asam dan menurunkan jumlah lemak yang terekstrasi oleh metanol dari
mikobakterium.

Isoniazid mudah diabsorpsi pada pemberian oral maupun parenteral. Kadar puncak
diperoleh dalam waktu 1–2 jam setelah pemberian oral. Di hati, isoniazid mengalami
asetilasi dan pada manusia kecepatan metabolisme ini dipengaruhi oleh faktor genetik
yang secara bermakna mempengaruhi kadar obat dalam plasma. Namun, perbedaan ini
tidak berpengaruh pada efektivitas dan atau toksisitas isoniazidbila obat ini diberikan
setiap hari.

Efek samping

Mual, muntah, anoreksia, letih, malaise, lemah, gangguan saluran pencernaan lain,
neuritis perifer, neuritis optikus, reaksi hipersensitivitas, demam, ruam, ikterus, diskrasia
darah, psikosis, kejang, sakit kepala, mengantuk, pusing, mulut kering, gangguan BAK,
kekurangan vitamin B6, penyakit pellara, hiperglikemia, asidosis metabolik,
ginekomastia, gejala reumatik, gejala mirip Systemic Lupus Erythematosus.

Resistensi

Resistensi masih merupakan persoalan dan tantangan. Pengobatan TBC dilakukan dengan
beberapa kombinasi obat karena penggunaan obat tunggal akan cepat dan mudah terjadi
resistensi. Disamping itu, resistensi terjadi akibat kurangnya kepatuhan pasien dalam
meminum obat. Waktu terapi yang cukup lama yaitu antara 6–9 bulan sehingga pasien
banyak yang tidak patuh minum obatselama menjalani terapi.

Isoniazid masih merupakan obat yang sangat penting untuk mengobati semua tipe TBC.
Efek sampingnya dapat menimbulkan anemia sehingga dianjurkan juga untuk
mengkonsumsi vitamin penambah darah seperti piridoksin (vitamin B6).

TB vit B6 sudah mengandung isoniazid dan vitamin B6 dalam satu sediaan, sehingga
praktis hanya minum sekali saja. TB vit B6 tersedia dalam beberapa kemasan untuk
memudahkan bila diberikan kepada pasien anak-anak sesuai dengan dosis yang
diperlukan. TB Vit B6 tersedia dalam bentuk:

   1. Tablet
      Mengandung INH 400 mg dan Vit B6 24 mg per tablet
   2. Sirup
      Mengandung INH 100 mg dan Vit B6 10 mg per 5 ml, yang tersedia dalam 2
      kemasan :
          o Sirup 125 ml
          o Sirup 250 ml




Perhatian:

   •   Obat TBC di minum berdasarkan resep dokter dan harus sesuai dengan dosisnya.
   •   Penghentian penggunaan obat TBC harus dilakukan atas seizin dokter.
• ASMA


Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
adanya respon yang berlebih terhadap rangsangan tertentu dan menyebabkan peradangan,
namun penyempitan ini bersifat sementara. Pada penderita asma, penyempitan saluran
pernafasan merupakan respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak
akan mempengaruhi saluran pernafasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai
rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga.




Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang
melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan dan
pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran
udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus
berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.

Sel-sel tertentu di dalam saluran nafas (terutama sel mast) diduga bertanggungjawab
terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini. Sel mast di sepanjang bronki melepaskan
bahan seperti histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya: - kontraksi otot
polos - peningkatan pembentukan lendir - perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki.
Sel mast mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka
kenal sebagai benda asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di
dalam rumah atau bulu binatang. Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa
alergi tertentu. Reaksi yang sama terjadi jika orang tersebut melakukan olah raga atau
berada dalam cuaca dingin. Stres dan kecemasan juga bisa memicu dilepaskannya
histamin dan leukotrien. Sel lainnya (eosnofil) yang ditemukan di dalam saluran udara
penderita asma melepaskan bahan lainnya (juga leukotrien), yang juga menyebabkan
penyempitan saluran nafas.

Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi pada tiap penderita. Beberapa penderita
lebih sering terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak nafas
yang singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya hampir selalu
mengalami batuk dan mengi (bengek) serta mengalami serangan hebat setelah menderita
suatu infeksi virus, olah raga atau setelah terpapar oleh alergen maupun iritan. Menangis
atau tertawa keras juga bisa menyebabkan timbulnya gejala.

Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan nafas yang berbunyi
(mengi, bengek), batuk dan sesak nafas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita
menghembuskan nafasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan
dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk. Pada kedua keadaan tersebut,
yang pertama kali dirasakan oleh seorang penderita asma adalah sesak nafas, batuk atau
rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa
berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama beberapa hari. Gejala awal pada anak-
anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher. Batuk kering di malam hari atau ketika
melakukan olah raga juga bisa merupakan satu-satunya gejala.

Selama serangan asma, sesak nafas bisa menjadi semakin berat, sehingga timbul rasa
cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak
keringat. Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena
sesaknya sangat hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana
penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur
kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan
oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan. Meskipun telah
mengalami serangan yang berat, biasanya penderita akan sembuh sempurna.

Agonis reseptor beta-adrenergik merupakan obat terbaik untuk mengurangi serangan
asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang mungkin dipicu
oleh olahraga. Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor beta-
adrenergik. Namun, bronkodilator yang yang bekerja pada semua reseptor beta-
adrenergik (misalnya adrenalin), menyebabkan efek samping berupa denyut jantung yang
cepat, gelisah, sakit kepala dan tremor (gemetar) otot. Bronkodilator yang hanya bekerja
pada reseptor beta2-adrenergik, yang terutama ditemukan di dalam sel-sel di paru-paru
( misalnya albuterol ) hanya memiliki sedikit efek samping terhadap organ lainnya.
Sebagian besar bronkodilator bekerja dalam beberapa menit, tetapi efeknya hanya
berlangsung selama 4-6 jam. Bronkodilator tersedia dalam bentuk tablet, suntikan atau
inhaler (obat yang dihirup) dan sangat efektif. Penghirupan bronkodilator akan
mengendapkan obat langsung di dalam saluran udara, sehingga mula kerjanya cepat,
tetapi tidak dapat menjangkau saluran udara yang mengalami penyumbatan berat.
Bronkodilator per-oral (ditelan) dan suntikan dapat menjangkau daerah tersebut, tetapi
memiliki efek samping dan mula kerjanya cenderung lebih lambat.

Jenis bronkodilator yang umum digunakan adalah theophylline. Theophylline biasanya
diberikan per-oral (ditelan); dan tersedia dalam berbagai bentuk. Pada serangan asma
yang berat, bisa diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah). Jumlah
theophylline di dalam darah bisa diukur di laboratorium dan harus dipantau secara ketat,
karena jumlah yang terlalu sedikit tidak akan memberikan efek, sedangkan jumlah yang
terlalu banyak bisa menyebabkan irama jantung abnormal atau kejang. Efek samping
mengkonsumsi theophylline adalah penderita bisa merasakan sedikit mual atau gelisah,
namun Kedua efek tersebut biasanya hilang saat tubuh dapat menyesuaikan diri dengan
obat. Pada dosis yang lebih besar, penderita bisa merasakan denyut jantung yang cepat
atau palpitasi (jantung berdebar), insomnia (sulit tidur), agitasi (kecemasan, ketakuatan),
muntah, dan kejang.

Corticosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat efektif dalam mengurangi
gejala asma. Jika digunakan dalam jangka panjang, secara bertahap corticosteroid akan
menyebabkan berkurangnya kecenderungan terjadinya serangan asma dengan
mengurangi kepekaan saluran udara terhadap sejumlah rangsangan. Tetapi penggunaan
tablet atau suntikan corticosteroid jangka panjang bisa menyebabkan efek samping
seperti : gangguan proses penyembuhan luka, terhambatnya pertumbuhan anak-anak,
hilangnya kalsium dari tulang, perdarahan lambung, katarak prematur, peningkatan kadar
gula darah, penambahan berat badan, kelainan mental.

Tablet atau suntikan corticosteroid bisa digunakan selama 1-2 minggu untuk mengurangi
serangan asma yang berat. Untuk penggunaan jangka panjang biasanya diberikan inhaler
corticosteroid karena dengan inhaler, obat yang sampai di paru-paru 50 kali lebih banyak
dibandingkan obat yang sampai ke bagian tubuh lainnya. Corticosteroid per-oral (ditelan)
diberikan untuk jangka panjang hanya jika pengobatan lainnya tidak dapat
mengendalikan gejala asma.

Cromolin dan nedocromil diduga menghalangi pelepasan bahan peradangan dari sel mast
dan menyebabkan berkurangnya kemungkinan pengkerutan saluran udara. Obat ini
digunakan untuk mencegah terjadinya serangan, bukan untuk mengobati serangan. Obat
ini terutama efektif untuk anak-anak dan untuk asma karena olah raga. Obat ini sangat
aman, tetapi relatif mahal dan harus diminum secara teratur meskipun penderita bebas
gejala.

Obat antikolinergik (contohnya atropin dan ipratropium bromida) bekerja dengan
menghalangi kontraksi otot polos dan pembentukan lendir yang berlebihan di dalam
bronkus oleh asetilkolin. Lebih jauh lagi, obat ini akan menyebabkan pelebaran saluran
udara pada penderita yang sebelumnya telah mengkonsumsi agonis reseptor beta2-
adrenergik.

Pengubah leukotrien (contohnya montelucas, zafirlucas dan zileuton) merupakan obat
terbaru untuk membantu mengendalikan asma. Obat ini mencegah aksi atau pembentukan
leukotrien (bahan kimia yang dibuat oleh tubuh yang menyebabkan terjadinya gejala-
gejala asma).

Suatu serangan asma harus mendapatkan pengobatan sesegera mungkin untuk membuka
saluran pernafasan. Obat yang digunakan untuk mencegah juga digunakan untuk
mengobati asma, tetapi dalam dosis yang lebih tinggi atau dalam bentuk yang berbeda.



m Penanganan dan Pengobatan Penyakit Asma
Penyakit Asma (Asthma) sampai saat ini belum dapat diobati secara tuntas, ini artinya
serangan asma dapat terjadi dikemudian hari. Penanganan dan pemberian obat-obatan
kepada penderita asma adalah sebagai tindakan mengatasi serangan yang timbul yang
mana disesuaikan dengan tingkat keparahan dari tanda dan gejala itu sendiri. Prinsip
dasar penanganan serangan asma adalah dengan pemberian obat-obatan baik suntikan
(Hydrocortisone), syrup ventolin (Salbutamol) atau nebulizer (gas salbutamol) untuk
membantu melonggarkan saluran pernafasan.

Pada kasus-kasus yang ringan dimana dirasakan adanya keluhan yang mengarah pada
gejala serangan asma atau untuk mencegah terjadinya serangan lanjutan, maka tim
kesehatan atau dokter akan memberikan obat tablet seperti Aminophylin dan
Prednisolone. Bagi penderita asma, disarankan kepada mereka untuk
menyediakan/menyimpan obat hirup (Ventolin Inhaler) dimanapun mereka berada yang
dapat membantu melonggarkan saluran pernafasan dikala serangan terjadi.
•   INFLUENZA
    Influenza (flu) adalah suatu infeksi virus yang menyebabkan demam, hidung
    meler, sakit kepala, batuk, tidak enak badan (malaise) dan peradangan pada
    selaput lendir hidung dan saluran pernafasan.

    PENYEBAB
    Virus influenza tipe A atau B.
    Virus ditularkan melalui air liur terinfeksi yang keluar pada saat penderita batuk
    atau bersin; atau melalui kontak langsung dengan sekresi (ludah, air liur, ingus)
    penderita.

    GEJALA
    Influenza berbeda dengan common cold.
    Gejalanya timbul dalam waktu 24-48 jam setelah terinfeksi dan bisa timbul secara
    tiba-tiba.

    Kedinginan biasanya merupakan petunjuk awal dari influenza.
    Pada beberapa hari pertama sering terjadi demam, bisa sampai 38,9-39,4?Celsius.

    Banyak penderita yang merasa sakit sehingga harus tinggal di tempat tidur;
    mereka merasakan sakit dan nyeri di seluruh tubuhnya, terutama di punggung dan
    tungkai.
    Sakit kepala seringkali bersifat berat, dengan sakit yang dirasakan di sekeliling
    dan di belakang mata. Cahaya terang bisa memperburuk sakit kepala.

    Pada awalnya gejala saluran pernafasan relatif ringan, berupa rasa gatal di
    tenggorokan, rasa panas di dada, batuk kering dan hidung berair.
    Kemudian batuk akan menghebat dan berdahak.
    Kulit teraba hangat dan kemerahan, terutama di daerah wajah.
    Mulut dan tenggorokan berwarna kemerahan, mata berair dan bagian putihnya
    mengalami peradangan ringan.
    Kadang-kadang bisa terjadi mual dan muntah, terutama pada anak-anak.

    Setelah 2-3 hari sebagian besar gejala akan menghilang dengan segera dan
    demam biasanya mereda, meskipun kadang demam berlangsung sampai 5 hari.
    Bronkitis dan batuk bisa menetap sampai 10 hari atau lebih, dan diperlukan waktu
    6-8 minggu ntuk terjadinya pemulihan total dari perubahan yang terjadi pada
    saluran pernafasan.
KOMPLIKASI

Influenza merupakan penyakit serius, tetapi sebagian besar penderita akan
kembali sehat dalam waktu 7-10 hari.
Komplikasi bisa memperberat penyakit ini. Resiko tinggi terjadinya komplikasi
ditemukan pada penderita yang sangat muda, usia lanjut dan penderita penyakit
jantung, paru-paru atau sistem saraf.

Kadang influenza menyebabkan peradangan saluran pernafasan yang berat
disertai dahak berdarah (bronkitis hemoragik).
Komplikasi yang paling berat adalah pneumonia virus; yang bisa berkembang
dengan segera dan menyebabkan kematian dalam waktu 48 jam. Pneumonia virus
kemungkinan akan terjadi selama wabah influenza A.
Komplikasi lainnya dalah pneumonia bakteri yang terjadi karena adanya ganguan
dalam kemampuan paru-paru untuk melenyapkan atau mengendalikan bakteri di
dalam saluran pernafasan.

Meskipun sangat jarang terjadi, virus influenza jgua dihubungkan dengan
peradangan otak (ensefalitis), jantung (miokarditis) atau otot (miositis).
Ensefalitis bisa menyebabkan penderita tampak mengantuk, bingung atau bahkan
jatuh dalam keadaan koma. Miokarditis bisa menyebabkan murmur jantung atau
gagal jantung.

Sindroma Reye merupakan komplikasi serius dan bisa berakibat fatal, yang terjadi
terutama pada anak-anak selama wabah influenza B.
Sindroma Reye terutama terjadi jika anak-anak mendapatkan aspirin atau obat
yang mengandung aspirin.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Beratnya penyakit dan
adanya demam tinggi membedakan influenza dari common cold.
Untuk memperkuat diagnosis dilakukan pembiakan virus dari sekret penderita.

PENGOBATAN
Pengobatan flu yang utama adalah istirahat dan berbaring di tempat tidur, minum
banyak cairan dan menghindari kelelahan. Tirah baring sebaiknya dilakukan
segera setelah gejala timbul sampai 24-48 setelah suhu tubuh kembali normal.

Untuk penyakit yang berat tetapi tanpa komplikasi, bisa diberikan asetaminofenn,
aspirin, ibuprofen atau naproksen.
Kepada anak-anak tidak boleh diberikan aspirin karena resiko terjadinya
sindroma Reye.
Obat lainnya yang biasa diberikan adalah dekongestan hidung dan penghirupan
uap.
Jika segera diberikan pada infeksi influenza A yang belum mengalami
komplikasi, obat rimantadin atau amantadin bisa membantu mengurangi lama dan
beratnya demam serta gejala pernafasan.
Ribavirin (dalam bentuk obat hirup atau tablet) mampu memperpendek lamanya
demam dan mempengaruhi kemampuan virus untuk berkembangbiak, tetapi
pemakaiannya masih bersifat eksperimental. Ribavirin bisa diberikan untuk
meringankan gejala pneumonia virus.

Infeksi bakteri sekunder diobati dengan antibiotik.
Pneumonia bakteri karena pneumokokus, bisa dicegah dengan memberikan vaksin
yang mengandung pneumokokus. Tetapi vaksin ini tidak diberikan kepada
seseorang yang telah menderita influenza.

PENCEGAHAN
Seseorang yang pernah terkana virus influenza, akan membentuk antibodi yang
melindunginya terhadap infeksi ulang oleh virus tertentu.
Tetapi cara terbaik untuk mencegah terjadinya influenza adalah vaksinasi yang
dilakukan setiap tahun.

Vaksin influenza mengandung virus influenza yang tidak aktif (dimatikan) atau
partikel-partikel virus.
Suatu vaksin bisa bersifat monovalen (1 spesies) atau polivalen (biasanya 3
spesies).
Suatu vaksin monovalen bisa diberikan dalam dosis tinggi untuk melawan suatu
jenis virus yang baru, sedangkan suatu vaksin polivalen menambah pertahanan
terhadap lebih dari satu jenis virus.

Amantadin atau rimantadin merupakan 2 obat anti-virus yang bisa melindungi
terhadap influenza A saja.
Obat ini digunakan selama wabah influenza A untuk melindungi orang-orang
yang kontak dengan penderita dan orang yang memiliki resiko tinggi-yang belum
menerima vaksinasi.
Pemakaian obat bisa dihentikan dalam waktu 2-3 minggu setelah menjalani
vaksinasi. Jika tidak dapat dilakukan vaksinasi, maka obat diberikan selama
terjadi wabah, biasanya selama 6-8 minggu.
Oba ini bisa menyebabkan gelisah, sulit tidur dan efek samping lainnya, terutama
pada usia lanjut dan pada penderita kelainan otak atau ginjal.
• Faringitis
Virus adalah penyakit radang tenggorokan yang disebabkan oleh virus.
Gejala Klinis

Demam, tidak bergairah, rasa nyeri di kepala, mual Bisa disertai dengan suara serak,
batuk dan radang pada hidung (Rhinitis). Penyakit ini dapat berlangsung selama1-2 hari
atau dalam hal-hal tertentu dapat menetap sampai seminggu lamanya.

Pengobatan

Karena penyebabnya adalah virus maka tidak diperlukan antibiotika, cukup diberikan
obat-obat yang dapat menghilangkan gejala-gejala itu.

Faringitis Streptokokus

Kalau pada Faringitis Virus penyebabnya adalah virus, maka Faringitis Streptokokus
adalah penyakit radang tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri streptokokus,
khususnya streptokokus ß hemolitikus group A.

Gejala Klinis

Penyakit ini cenderung akut dengan disertai demam yang tinggi, sakit kepala, rasa nyeri
di perut dan muntah-muntah. Tenggorokan terasa nyeri, amandel menjadi berwarna
merah dan membengkak. Pada anak yang sudah lebih besar, akan terlihat adanya lapisan
seperti krim di atas amandel (eksudat) yang tidak mengeluarkan darah bila disentuh.
Kelenjar getah bening di leher sering membengkak dan terasa nyeri bila ditekan. Berbeda
dengan faringitis virus, penderita faringitis streptokokus tidak mengalami rhinitis, suara
serak atau batuk.
Komplikasi

Penyakit ini, jika dibiarkan sampai menjadi berat, dapat menimbulkan radang ginjal
(glomerulonefritis akut), demam rematik akut, otitis media (radang telinga bagian
tengah), sinusitis, abses peritonsila dan abses retropharynx (radang di sekitar amandel

atau bagian belakang tenggorokan yang dapat menimbulkan nanah).

Pengobatan

Penisilin G merupakan antibiotika yang dipilih untuk mengatasi faringitis streptokokus.
Respon dapat diharapkan dalam waktu 4-36 jam. Pengobatan diberikan selama paling
sedikit 10-14 hari jika dapat dipastikan bahwa penyebabnya adalah streptokokus ß
hemolitikus grup A. Hal ini adalah untuk mengurangi insiden demam rematik. Untuk
menurunkan panas dan menghilangkan rasa sakit dapat diberikan parasetamol atau
aspirin. Sebaiknya makan makanan yang lunak.

   •   Bronkitis

adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru).

Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi
pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau
penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.

   [sunting] Penyebab

Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan organisme yang menyerupai
bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia)

Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru-paru
dan saluran pernafasan menahun. Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari:

   •   Sinusitis kronis
   •   Bronkiektasis
   •   Alergi
   •   Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.

Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh:

   •   Berbagai jenis debu
   •   Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen sulfida,
       sulfur dioksida dan bromin
   •   Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida
•   Tembakau dan rokok lainnya.

[sunting] Gejala

Gejalanya berupa:

   •   batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)
   •   sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
   •   sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
   •   bengek
   •   lelah
   •   pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
   •   wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
   •   pipi tampak kemerahan
   •   sakit kepala
   •   gangguan penglihatan.

Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung meler,
lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan.

Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk tidak
berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau
kuning. Selanjutnya dahak akan bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau.

Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi
demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu.

Sesak nafas terjadi jika saluran udara tersumbat. Sering ditemukan bunyi nafas mengi,
terutama setelah batuk. Bisa terjadi pneumonia.

[sunting] Diagnosa

Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala, terutama dari adanya lendir. Pada
pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop akan terdengar bunyi ronki atau bunyi
pernafasan yang abnormal.

Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:

   •   Tes fungsi paru-paru
   •   Gas darah arteri
   •   Rontgen dada.
   •

Pengobatan
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita dewasa bisa
diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak sebaiknya hanya diberikan
acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan.

Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa penyebabnya
adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap tinggi)
dan penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru. Kepada penderita dewasa
diberikan trimetoprim-sulfametoksazol, tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin
diberikan walaupun dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae. Kepada
penderita anak-anak diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya virus, tidak diberikan
antibiotik.

Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya sangat berat, maka dilakukan
pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu menentukan apakah perlu dilakukan
penggantian antibiotik.

    • SINUTIS

R       asa sakit di bagian dahi, pipi, hidung atau daerah diantara mata terkadang dibarengi
dengan demam, sakit kepala, sakit gigi atau bahkan menurunnya kepekaan indra penciuman kita
merupakan salah satu gejala sinusitis. Terkadang karena gejala yang kita rasakan tidak spesifik,
kita salah mengartikan gejala-gejala tersebut dengan penyakit lain sehingga membuat penyakit
sinusitis yang diderita berkembang tanpa diobati. Untuk lebih mengenal lagi tentang penyakit
sinusitis & pengobatannya, berikut uraiannya.




Sinusitis adalah penyakit yang terjadi di daerah sinus. Sinus sendiri adalah rongga udara yang
terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung. Fungsi dari rongga sinus sendiri adalah
untuk menjaga kelembapan hidung & menjaga pertukaran udara di daerah hidung. Rongga sinus
sendiri terdiri dari 4 jenis, yaitu :

    •     Sinus Frontal, terletak di atas mata dibagian tengah dari masing-masing alis
    •     Sinus Maxillary, terletak diantara tulang pipi, tepat disamping hidung
    •     Sinus Ethmoid, terletak diantara mata, tepat di belakang tulang hidung
    •     Sinus Sphenoid, terletak dibelakang sinus ethmoid & dibelakang mata
Didalam rongga sinus terdapat lapisan yang terdiri dari bulu-bulu halus yang disebut dengan cilia.
Fungsi dari cilia ini adalah untuk mendorong lendir yang di produksi didalam sinus menuju ke
saluran pernafasan. Gerakan cilia mendorong lendir ini berguna untuk membersihkan saluran
nafas dari kotoran ataupun organisme yang mungkin ada. Ketika lapisan rongga sinus ini
membengkak maka cairan lendir yang ada tidak dapat bergerak keluar & terperangkap di dalam
rongga sinus.

Jadi sinusitis terjadi apabila terdapat peradangan didaerah lapisan rongga sinus yang
menyebabkan lendir terperangkap di rongga sinus & menjadi tempat tumbuhnya bakteri.

Sinusitis sendiri dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

    •   Sinusitis akut : gejala dirasakan selama 2-8 minggu
    •   Sinusitis kronis : biasanya gejala dirasakan lebih dari 8 minggu

Sinusitis akut dapat disebabkan oleh kerusakan lapisan rongga sinus akibat infeksi atau tindakan
bedah. Sedangkan sinusitis kronis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus.




Sinusitis dapat terjadi akibat dari beberapa faktor dibawah ini :

    •   Bulu-bulu halus didalam rongga sinus (cilia) tidak bekerja secara maksimal akibat kondisi
        medis tertentu
    •   Flu & alergi menyebabkan lendir diproduksi secara berlebih atau menutupi rongga sinus
    •   Adanya kelainan pada sekat rongga hidung, kelainan tulang hidung ataupun polip pada
        hidung dapat menutupi rongga sinus

                           Selain hal tersebut diatas, apapun yang dapat menyebabkan bengkak
                           pada lapisan rongga sinus ataupun menahan cilia untuk mendorong
                           lendir dapat menyebabkan sinusitis. Hal ini biasanya disebabkan oleh
                           perubahan pada suhu & tekanan udara. Alergi, penggunaan
                           penyemprot hidung secara berlebihan, merokok, berenang atau
                           menyelam dapat meningkatkan resiko terkena sinusitis.

                        Ketika sinusitis terjadi karena infeksi bakteri ataupun virus, maka akan
                        terjadi infeksi pada rongga sinus. Kadangkala infeksi sinus terjadi
                        setelah kita mengalami flu. Virus flu tersebut akan menyerang lapisan
                        rongga sinus, menyebabkan lapisan sinus bengkak & rongga sinus
                        menjadi mengecil. Tubuh bereaksi terhadap virus tersebut dengan
memproduksi lebih banyak lendir. Tetapi karena rongga sinus mengecil maka lendir terperangkap
didalam rongga sinus & menjadi tempat tumbuhnya bakteri. Bakeri tersebutlah yang
menyebabkan terjadinya infeksi sinus.




Gejala dari sinusitis adalah :

    •   Rasa sakit atau adanya tekanan di daerah dahi, pipi, hidung & diantara mata
    •   Sakit kepala
    •   Demam
    •   Hidung mampet
•   Berkurangnya indra penciuman
    •   Batuk, biasanya akan memburuk saat malam
    •   Nafas berbau (halitosis)
    •   Sakit gigi

Selain gejala tersebut diatas, salah satu gejala sinusitis akut pada orang dewasa adalah adanya
flu yang tidak membaik atau memburuk setelah 5-7 hari. Gejala pada sinusitis kronis sama
seperti diatas tetapi cenderung terlihat lebih ringan & bertahan selama lebih dari 8 minggu.

Gejala sinusitis pada anak-anak meliputi :

    •   Timbul flu atau penyakit pernafasan yang makin memburuk
    •   Demam tinggi disertai dengan adanya lendir pernafasan yang berwarna gelap
    •   Adanya lendir pernafasan dengan atau tanpa adanya flu yang hadir lebih dari 10 hari &
        tidak membaik




Untuk penetapan diagnosa sinusitis, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan berikut :

    •   Mencari tanda adanya polip di hidung
    •   Menyinari rongga sinus dengan cahaya (transiluminasi) untuk melihat adanya
        peradangan
    •   Mengetuk rongga sinus untuk melihat adanya infeksi
    •   Melihat kedalam rongga sinus melalui pemeriksaan fiberoptik (disebut juga dengan
        endoscopy atau rhinoscopy) dapat juga digunakan untuk mendiagnosa sinusitis. Hal ini
        biasanya dilakukan oleh dokter spesialis THT.
    •   Bila perlu CT scan dapat juga dilakukan untuk mendiagnosa adanya sinusitis.
    •   Apabila sinusitis diduga terkait karena tumor atau infeksi jamur, maka MRI terhadap
        rongga sinus dapat dilakukan.

Jika anak anda menderita sinusitis kronis atau yang berulang (sering kambuh) maka tes-tes
berikut perlu juga dilakukan :

    •   Tes alergi
    •   Tes HIV atau tes untuk melihat rendahnya fungsi imun
    •   Tes untuk melihat fungsi cilia
    •   Cytology hidung
    •   Cystic fibrosis




Pengobatan yang biasa dilakukan untuk sinusitis meliputi :

    •   Suntikan anti alergi
    •   Menghindari pencetus alergi
    •   Semprotan hidung yang mengandung kortikosteroid untuk membantu mengurangi
        bengkak di rongga sinus, terutama karena adanya polip ataupun karena alergi

Sinusitis akut sebaiknya diberikan pengobatan selama 10-14 hari, sedangkan sinusitis kronis
sebaiknya diberi pengobatan untuk 3-4 minggu. Bagi beberapa penderita sinusitis kronis mungkin
diperlukan pengobatan untuk mengobati infeksi jamur. Tindakan operasi untuk membersihkan &
mengeringkan rongga sinus mungkin diperlukan terutama bagi pasien yang mengalami
peradangan yang berulang.

Pemberian antibiotika biasanya tidak diperlukan untuk mengobati sinusitis akut, karena biasanya
infeksi akan sembuh dengan sendirinya. Tetapi antibiotika dapat diberikan apabila terjadi hal-hal
berikut ini :

    •   Anak dengan kondisi pilek biasanya disertai dengan batuk yang tidak kunjung membaik
        setelah 2-3 minggu
    •   Demam dengan suhu tubuh lebih dari 39°C
    •   Adanya bengkak yang parah di area sekitar mata
    •   Sakit kepala atau sakit di daerah wajah




Jadi apabila anda merasakan gejala-gejala seperti flu tetapi tidak kunjung sembuh atau sering
terjadi kembali. Jangan anggap remeh gejala tersebut, karena bisa saja hal itu merupakan
pertanda adanya penyakit sinusitis.


    • Pleurisy (Pleuritis)

Definisi Pleurisy

Pleurisy adalah peradangan dari lapisan sekeliling paru-paru (pleura). Ada dua pleura:
satu yang melindungi paru (diistilahkan visceral pleura) dan yang lain melindungi
dinding bagian dalam dari dada (parietal pleura). Dua lapisan-lapisan ini dilumasi oleh
cairan pleural.

Pleurisy seringkali dihubungkan dengan akumulasi dari cairan ekstra dalam ruang antara
dua lapisan dari pleura. Cairan ini dirujuk sebagai pleural effusion. Pleurisy juga dirujuk
sebagai pleuritis.

Serat-serat nyeri dari paru berlokasi pada pleura. Ketika jaringan ini meradang, itu
berakibat pada nyeri yang tajam pada dada yang memburuk dengan napas, atau pleurisy.
Gejala-gejala lain dari pleurisy dapat termasuk batuk, kepekaan dada, dan sesak napas.

Penyebab Pleurisy

Pleurisy dapat disebabkan oleh apa saja dari kondisi-kondisi berikut:

    •   Infeksi-Infeksi: bakteri-bakteri (termasuk yang menyebabkan tuberculosis),
        jamur-jamnur, parasit-parasit, atau virus-virus
    •   Kimia-Kimia Yang Terhisap Atau Senyawa-Senyawa Beracun: paparan pada
        beberapa agen-agen perbersih seperti ammonia
    •   Penyakit-Penyakit Vaskular Kolagen: lupus, rheumatoid arthritis
•   Kanker-Kanker: contohnya, penyebaran dari kanker paru atau kanker payudara ke
       pleura
   •   Tumor-Tumor Dari Pleura: mesothelioma atau sarcoma
   •   Kemacetan: gagal jantung
   •   Pulmonary embolism: bekuan darah didalam pembuluh-pembuluh darah ke paru-
       paru. Bekuan-bekuan ini adakalanya dengan parah mengurangi darah dan oksigen
       ke bagian-bagian dari paru dan dapat berakibat pada kematian pada bagian itu dari
       jaringan paru (diistilahkan lung infarction). Ini juga dapat menyebabkan
       pleurisy.
   •   Rintangan dari Kanal-Kanal Limfa: sebagai akibat dari tumor-tumor paru yang
       berlokasi secara central
   •   Trauma: patah-patahan rusuk atau iritasi dari tabung-tabung dada yang
       digunakan untuk mengalirkan udara atau cairan dari rongga pleural pada dada
   •   Obat-Obat Tertentu: obat-obat yang dapat menyebabkan sindrom-sindrom
       seperti lupus (seperti Hydralazine, Procan, Dilantin, dan lain-lainnya)
   •   Proses-proses Perut: seperti pankreatitis, sirosis hati
   •   Lung infarction: kematian jaringan paru yang disebabkan oleh kekurangan
       oksigen dari suplai darah yang buruk

Gejala-Gejala Pleurisy

   •   Nyeri pada dada yang diperburuk oleh bernapas
   •   Sesak Napas
   •   Perasaan "ditikam"

Gejala yang paling umum dari pleurisy adalah nyeri yang umumnya diperburuk oleh
penghisapan (menarik napas). Meskipun paru-paru sendiri tidak mengandung syaraf-
syaraf nyeri apa saja, pleura mengandung berlimpah-limpah ujung-ujung syaraf. Ketika
cairan ekstra berakumulasi dalam ruang antara lapisan-lapisan dari pleura, nyeri biasanya
dalam bentuk pleurisy yang kurang parah. Dengan jumlah-jumlah akumulasi cairan yang
sangat besar, ekspansi dari paru-paru dapat dibatasi, dan sesak napas dapat memburuk.

Mendiagnosa Pleurisy

Nyeri dari pleurisy adalah sangat khusus. Nyerinya di dada dan biasanya tajam dan
diperburuk oleh bernapas. Bagaimanapun, nyerinya dapat dikacaukan dengan nyeri dari:

   •   Peradangan sekitar jantung (pericarditis)
   •   Serangan jantung (myocardial infarction)
   •   Kebocoran udara didalam dada (pneumothorax)

Untuk membuat diagnosis dari pleurisy, dokter memeriksa dada pada area nyeri dan
seringkali dapat mendegar (dengan stethoscope) friksi (gesekan) yang dihasilkan oleh
gosokan dari dua lapisan pleura yang meradang dengan setaip pernapasan. Bunyi yang
dihasilkan oleh suara ini diistilahkan sebagai pleural friction rub. (Berlawanan
dengannya, friksi dari gosokan yang terdengar dengan pericarditis adalah serempak
dengan denyut jantung dan tidak berubah dengan pernapasan). Dengan jumlah-jumlah
yang besar dari akumulasi cairan pleural, disana mungkin ada suara-suara pernapasan
yang berkurang (suara-suara pernapasan yang kurang didengar melalui stethoscope) dan
dada bunyinya tumpul ketika dokter mengetuk diatasnya (ketumpulan atas ketukan).

X-ray dada pada posisi tegak lurus dan ketika berbaring pada sisi adalah alat yang akurat
dalam mendiagnosa jumlah-jumlah yang kecil dari cairan dalam ruang pleural. Adalah
mungkin untuk memperkirakan jumlah dari cairan ynag terkumpul dengan penemuan-
penemuan pada x-ray. (Adakalaya, sebanyak 4-5 liter cairan dapat berakumulasi didalam
ruang pleural).

Ultrasound adalah juga metode yang sensitif untuk mendeteksi kehadiran cairan pleural.

CT scan dapat sangat bermanfaat dalam mendeteksi kantong-kantong yang terjebak dari
cairan pleural serta dalam menentukan sifat dari jaringan-jaringan yang mengelilingi
area.

Pengangkatan cairan pleural dengan suntikan (penyedotan) adalah penting dalam
mendiagnosa penyebab dari pleurisy. Warna, konsistensi, dan kejernihan dari cairan
dianalisa dalam laboratorium. Analisa cairan didefinisikan sebagai "exudate" (tinggi
dalam protein, rendah dalam gula, tinggi dalam enzim LDH, dan tinggi dalam jumlah sel
putih; karakteristik dari proses peradangan) atau "transudate" (mengandung tingkat-
tingkat yang normal dari kimia-kimia tubuh ini). Penyebab-penyebab dari cairan exudate
termasuk infeksi-infeksi (seperti pneumonia), kanker, tuberculosis, dan penyakit-penyakit
collagen (seperti rheumatoid arthritis danlupus). Penyebab-penyebab dari cairan
transudate adalah gagal jantung kongesti dan penyakit-penyakit hati dan ginjal.
Pulmonary emboli dapat menyebabkan salah satu dari transudates atau exudates pada
ruang pleural.

Cairan juga dapat diuji untuk kehadiran dari organisme-
organisme infeksius dan sel-sel kanker. Pada beberapa kasus-
kasus, potongan kecil dari pleura mungkin diangkat untuk
stMerawat Pleurisy

External splinting dari dinding dada dan obat nyeri dapat mengurangi nyeri dari pleurisy.
Perawatan dari penyakit yang mendasarinya, tentu saja, akhirnya membebaskan pleurisy.
Contohnya, jika kondisi jantung, paru, atau ginjal hadir, ia dirawat. Pengangkatan cairan
dari rongga dada (thoracentesis) dapat menghilangkan nyeri dan sesak napas.
Adakalanya pengangkatan cairan dapat membuat pleurisy memburuk sementara karena
sekarang dua permukaan pleural yang meradang dapat menggosok secara langsung pada
satu sama lainnya dengan setaip pernapasan.

Jika cairan pleural menunjukan tanda-tanda infeksi, perawatan yang tepat melibatkan
antibiotik-antibiotik dan pengaliran dari cairan. Jika ada nanah didalam ruang pleural,
tabung pengaliran dada harus dimasukan. Prosedur ini melibatkan penempatan tabung
didalam dada dibawah pembiusan total. Tabung kemudian disambungkan ke ruang yang
disegel yang dihubungkan ke alat pengisapan dalam rangka untuk menciptakan
lingkungan tekanan negatif. Pada kasus-kasus yang berat, dimana ada jumlah-jumlah
yang besar dari nanah dan jaringan parut (adhesions), ada keperluan untuk
"decortication". Prosedur ini melibatkan pemeriksaan ruang pleural dibawah pembiusan
dengan scope khusus (thoracoscope). Melalui alat seperti pipa, jaringan parut, nanah,
dan puing-puing dapat diangkat. Adakalanya, prosedur operasi terbuka (thoracotomy)
diperlukan untuk kasus-kasus yang menyulitkan.

Pada kasus-kasus dari pleural effusion yang berakibat dari kanker, cairan seringkali
berakumulasi kembali. Pada tatacara ini, prosedur yang disebut pleurodesis digunakan.
Prosedur ini memerlukan menanamkan iritan, seperti bleomycin, tetracycline, atau
bedak talc, didalam ruang antara lapisan-lapisan pleural dalam rangka menciptakan
peradangan. Peradangan ini, pada gilirannya, akan melekatkan dua pleura bersama ketika
luka parut berkembang. Prosedur ini dengan demikian melenyapkan ruang antara pleura
dan mencegah akumulasi kembali dari cairan.

Pencegahan Pleurisy

Pleurisy dapat dicegah, tergantung pada penyebabnya. Contohnya, intervensi dini dalam
merawat pneumonia mungkin mencegah akumulasi dari cairan pleural. Pada kasus dari
penyakit jantung, paru, atau ginjal, manajemen dari penyakit yang mendasarinya dapat
membantu mencegah akumulasi cairan.

udi mikroskopik (dibiopsi) jika ada kecurigaan dari tuberculosis (TB) atau kanker.




Asidosis Metabolik DEFINISI
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan
rendahnya kadar bikarbonat dalam darah.

Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar
menjadi asam.

Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat
sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara
menurunkan jumlah karbon dioksida.
Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara
mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih.
Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan
terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.

PENYEBAB
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama:
1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau
      suatu bahan yang diubah menjadi asam.
      Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap
      beracun.
      Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).
      Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
   2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.
      Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari
      beberapa penyakit; salah satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe I.
      Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan
      menghasilkan asam yang disebut keton.
      Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam
      laktat dibentuk dari metabolisme gula.
   3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam
      dalam jumlah yang semestinya.
      Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak
      berfungsi secara normal.
      Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa
      terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi
      kemampuan ginjal untuk membuang asam.


Penyebab utama dari asidois metabolik:
P Gagal ginjal
   Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
   Ketoasidosis diabetikum
   Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
   Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid,
asetazolamid atau amonium klorida

a Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan
karena diare, ileostomi atau kolostomi.

GEJALA
Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun
biasanya penderita merasakan mual, muntah dan kelelahan.
Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih cepat, namun
kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini.

Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan
kelelahan yang luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami
kebingungan.
Bila asidosis semakin memburuk, tekanan darah dapat turun,
menyebabkan syok, koma dan kematian.
DIAGNOSA
Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH
darah yang diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan
tangan).
Darah arteri digunakan sebagai contoh karena darah vena tidak akurat
untuk mengukur pH darah.

Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbon
dioksida dan bikarbonat dalam darah.

Mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan untuk membantu
menentukan penyebabnya.
Misalnya kadar gula darah yang tinggi dan adanya keton dalam urin
biasanya menunjukkan suatu diabetes yang tak terkendali.
Adanya bahan toksik dalam darah menunjukkan bahwa asidosis
metabolik yang terjadi disebabkan oleh keracunan atau overdosis.

Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan air kemih secara mikroskopis dan
pengukuran pH air kemih.

PENGOBATAN
Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya.
Sebagai contoh, diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan
diatasi dengan membuang bahan racun tersebut dari dalam darah.
Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis atau
keracunan yang berat.

Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung.
Bila terjadi asidosis ringan, yang diperlukan hanya cairan intravena dan
pengobatan terhadap penyebabnya.
Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara
intravena; tetapi bikarbonat hanya memberikan kesembuhan sementara
dan dapat membahayakan.
Sitem pernafasan
Sitem pernafasan

More Related Content

What's hot

Penyuluhan Penyakit Menular Penyakit TB PARU Di Sekolah
Penyuluhan Penyakit Menular Penyakit TB PARU Di SekolahPenyuluhan Penyakit Menular Penyakit TB PARU Di Sekolah
Penyuluhan Penyakit Menular Penyakit TB PARU Di Sekolah
Senang Hati Bazikho Joy
 
Penyuluhan tbc
Penyuluhan tbcPenyuluhan tbc
Penyuluhan tbc
NazarGhazali
 
Power point tbc
Power point tbcPower point tbc
Power point tbc
Dendi Irawan
 
Materi penyuluhan tuberculosis (tbc)
Materi penyuluhan tuberculosis (tbc)Materi penyuluhan tuberculosis (tbc)
Materi penyuluhan tuberculosis (tbc)
Susilawatisusilawati12
 
Ppt penyuluhan-tbc
Ppt penyuluhan-tbcPpt penyuluhan-tbc
Ppt penyuluhan-tbc
asep ujay
 
Penanganan terkini tuberkulosis atau tb
Penanganan terkini tuberkulosis atau tbPenanganan terkini tuberkulosis atau tb
Penanganan terkini tuberkulosis atau tbsimantak
 
Makalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisisMakalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisis
AnbarAfifah
 
Lamp materi penyuluhan tb
Lamp materi penyuluhan tbLamp materi penyuluhan tb
Lamp materi penyuluhan tb
Oliviafebrimarchantia
 
Pow point peny tbc dr faizah
Pow point peny tbc dr faizahPow point peny tbc dr faizah
Pow point peny tbc dr faizah
Faizah dr
 
Tbc epid
Tbc  epidTbc  epid
Tbc epidbjahboi
 
Campak
CampakCampak
Campak
Encepal Cere
 
Lembar Balik TB Paru
Lembar Balik TB ParuLembar Balik TB Paru
Lembar Balik TB Paru
Yusuf Saktian
 
Makalah tb paru
Makalah tb paruMakalah tb paru
Makalah tb paruKANDA IZUL
 

What's hot (19)

Penyuluhan Penyakit Menular Penyakit TB PARU Di Sekolah
Penyuluhan Penyakit Menular Penyakit TB PARU Di SekolahPenyuluhan Penyakit Menular Penyakit TB PARU Di Sekolah
Penyuluhan Penyakit Menular Penyakit TB PARU Di Sekolah
 
Makalah tuberculosis
Makalah tuberculosisMakalah tuberculosis
Makalah tuberculosis
 
Makalah tuberculosis
Makalah tuberculosisMakalah tuberculosis
Makalah tuberculosis
 
Penyuluhan tbc
Penyuluhan tbcPenyuluhan tbc
Penyuluhan tbc
 
Power point tbc
Power point tbcPower point tbc
Power point tbc
 
Materi penyuluhan tuberculosis (tbc)
Materi penyuluhan tuberculosis (tbc)Materi penyuluhan tuberculosis (tbc)
Materi penyuluhan tuberculosis (tbc)
 
Bcg
BcgBcg
Bcg
 
Ppt penyuluhan-tbc
Ppt penyuluhan-tbcPpt penyuluhan-tbc
Ppt penyuluhan-tbc
 
Penanganan terkini tuberkulosis atau tb
Penanganan terkini tuberkulosis atau tbPenanganan terkini tuberkulosis atau tb
Penanganan terkini tuberkulosis atau tb
 
Makalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisisMakalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisis
 
Lamp materi penyuluhan tb
Lamp materi penyuluhan tbLamp materi penyuluhan tb
Lamp materi penyuluhan tb
 
Pow point peny tbc dr faizah
Pow point peny tbc dr faizahPow point peny tbc dr faizah
Pow point peny tbc dr faizah
 
Tbc epid
Tbc  epidTbc  epid
Tbc epid
 
POWERPOINT TB PARU
POWERPOINT TB PARUPOWERPOINT TB PARU
POWERPOINT TB PARU
 
Campak
CampakCampak
Campak
 
Lembar Balik TB Paru
Lembar Balik TB ParuLembar Balik TB Paru
Lembar Balik TB Paru
 
Makalah tbc pada anak
Makalah tbc pada anakMakalah tbc pada anak
Makalah tbc pada anak
 
T b c promkes
T b c promkesT b c promkes
T b c promkes
 
Makalah tb paru
Makalah tb paruMakalah tb paru
Makalah tb paru
 

Similar to Sitem pernafasan

Makalah tuberculosis
Makalah tuberculosisMakalah tuberculosis
Makalah tuberculosis
Septian Muna Barakati
 
Apa itu TOSS TBC dan Kenali Gejala TBC.docx
Apa itu TOSS TBC dan Kenali Gejala TBC.docxApa itu TOSS TBC dan Kenali Gejala TBC.docx
Apa itu TOSS TBC dan Kenali Gejala TBC.docx
ErnaYanti21
 
12. tb.paru
12. tb.paru12. tb.paru
12. tb.paru
juarta
 
Makalah tbc pada anak
Makalah tbc pada anakMakalah tbc pada anak
Makalah tbc pada anak
Septian Muna Barakati
 
Askep TB.docx
Askep TB.docxAskep TB.docx
Askep TB.docx
KPSRSUI
 
ASKEP TB.docx
ASKEP TB.docxASKEP TB.docx
ASKEP TB.docx
JaparSadiqAssaqaf1
 
Maklah tbc1
Maklah tbc1Maklah tbc1
Maklah tbc1
Kiki Kiki
 
Makalah tbc pada anakk
Makalah tbc pada anakkMakalah tbc pada anakk
Makalah tbc pada anakk
Septian Muna Barakati
 
Intan Prima Andini- IIK Bhaktiwiyata Kediri - Lengkap.pptx
Intan Prima Andini- IIK Bhaktiwiyata Kediri - Lengkap.pptxIntan Prima Andini- IIK Bhaktiwiyata Kediri - Lengkap.pptx
Intan Prima Andini- IIK Bhaktiwiyata Kediri - Lengkap.pptx
yunnatulmunawwaroh
 
Sosialisasi TB Paru
Sosialisasi TB ParuSosialisasi TB Paru
Sosialisasi TB Paru
puskesmasserayu
 
TB FINAL.pptx
TB FINAL.pptxTB FINAL.pptx
TB FINAL.pptx
LinaHerlina69
 
PPT PENYULUHAN TB terhadapa masyrakat .pptx
PPT PENYULUHAN TB terhadapa masyrakat .pptxPPT PENYULUHAN TB terhadapa masyrakat .pptx
PPT PENYULUHAN TB terhadapa masyrakat .pptx
absensiparu
 
Penyakit tuberkulosis
Penyakit tuberkulosisPenyakit tuberkulosis
Penyakit tuberkulosis
jebatjm
 
Askep ggn pernafasan_tbc
Askep ggn pernafasan_tbcAskep ggn pernafasan_tbc
Askep ggn pernafasan_tbc
Ardian Putra
 
copy-of-infeksi.pptx
copy-of-infeksi.pptxcopy-of-infeksi.pptx
copy-of-infeksi.pptx
AyuAgustriani1
 
Kelompok 2 tbc bu umi
Kelompok 2 tbc bu umiKelompok 2 tbc bu umi
Kelompok 2 tbc bu umiRini Safitri
 
Tbc pada ibu
Tbc pada ibuTbc pada ibu
Tbc pada ibu
Armina Vitari
 

Similar to Sitem pernafasan (20)

Makalah tuberculosis
Makalah tuberculosisMakalah tuberculosis
Makalah tuberculosis
 
Apa itu TOSS TBC dan Kenali Gejala TBC.docx
Apa itu TOSS TBC dan Kenali Gejala TBC.docxApa itu TOSS TBC dan Kenali Gejala TBC.docx
Apa itu TOSS TBC dan Kenali Gejala TBC.docx
 
12. tb.paru
12. tb.paru12. tb.paru
12. tb.paru
 
Makalah tbc pada anak
Makalah tbc pada anakMakalah tbc pada anak
Makalah tbc pada anak
 
Satuan acara penyuluha penanganan tbc
Satuan acara penyuluha penanganan tbcSatuan acara penyuluha penanganan tbc
Satuan acara penyuluha penanganan tbc
 
Askep TB.docx
Askep TB.docxAskep TB.docx
Askep TB.docx
 
ASKEP TB.docx
ASKEP TB.docxASKEP TB.docx
ASKEP TB.docx
 
Maklah tbc1
Maklah tbc1Maklah tbc1
Maklah tbc1
 
Makalah tbc pada anakk
Makalah tbc pada anakkMakalah tbc pada anakk
Makalah tbc pada anakk
 
Intan Prima Andini- IIK Bhaktiwiyata Kediri - Lengkap.pptx
Intan Prima Andini- IIK Bhaktiwiyata Kediri - Lengkap.pptxIntan Prima Andini- IIK Bhaktiwiyata Kediri - Lengkap.pptx
Intan Prima Andini- IIK Bhaktiwiyata Kediri - Lengkap.pptx
 
Makalah tbc pada anakk
Makalah tbc pada anakkMakalah tbc pada anakk
Makalah tbc pada anakk
 
Sosialisasi TB Paru
Sosialisasi TB ParuSosialisasi TB Paru
Sosialisasi TB Paru
 
TB FINAL.pptx
TB FINAL.pptxTB FINAL.pptx
TB FINAL.pptx
 
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
 
PPT PENYULUHAN TB terhadapa masyrakat .pptx
PPT PENYULUHAN TB terhadapa masyrakat .pptxPPT PENYULUHAN TB terhadapa masyrakat .pptx
PPT PENYULUHAN TB terhadapa masyrakat .pptx
 
Penyakit tuberkulosis
Penyakit tuberkulosisPenyakit tuberkulosis
Penyakit tuberkulosis
 
Askep ggn pernafasan_tbc
Askep ggn pernafasan_tbcAskep ggn pernafasan_tbc
Askep ggn pernafasan_tbc
 
copy-of-infeksi.pptx
copy-of-infeksi.pptxcopy-of-infeksi.pptx
copy-of-infeksi.pptx
 
Kelompok 2 tbc bu umi
Kelompok 2 tbc bu umiKelompok 2 tbc bu umi
Kelompok 2 tbc bu umi
 
Tbc pada ibu
Tbc pada ibuTbc pada ibu
Tbc pada ibu
 

Sitem pernafasan

  • 1. MAKALAH PERKEMBANGAN SENI RUPA BARAT Kelompok : - Novalia Rachmah - Raissa D. Agustine - Bella Lerian - Nesha Kristina - Agung agustian - Muhamad iqbal sp - Willy ahmad - Alam riski - Galih indra - Arga - Hapidz SMA NEGERI 3 KOTA SUKABUMI
  • 2. Kelainan/Penyakit pada Pernapasan Sistem pernapasan dapat mengalami berbagai gangguan, baik karena kelainan sistem pernapasan atau akibat infeksi kuman. Beberapa jenis gangguan antara lain : 1. Asma/sesak napas, penyempitan saluran napas akibat otot polos pembentuk dinding saluran terus berkontraksi, disebabkan alergi atau kekurangan hormon adrenalin. 2. Asfiksi, gangguan pengangkutan dan penggunaan oksigen oleh jaringan akibat tenggelam, pneumonia, keracunan CO. 3. Asidosis, akibat peningkatan kadar asam karbonat dan asam bikarbonat dalam darah 4. Wajah adenoid (wajah bodoh), penyempitan saluran napas karena pembengkakan kelenjar limfa (polip), pembengkakan di tekak (amandel). 5. Pneumonia, radang paru-paru akibat infeksi bakteri Diplococcus pneumonia. 6. Difteri, penyumbatan faring/laring oleh lendir akibat infeksi bakteri Corynebacterium diphteriae 7. Emfisema, menggelembungnya paru-paru akibat perluasan alveolus berlebihan. 8. Tuberculosis (TBC), penyakit paru-paru akibat infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosa. 9. Peradangan pada sistem pernapasan :  bronchitis, radang bronkhus.  laringitis, radang laring  faringitis, radang faring  pleuritis, radang selaput paru-paru  renitis, radang rongga hidung  sinusitis, radang pada bagian atas rongga hidung
  • 3. • Penyakit TBC Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru. Penyebab Penyakit TBC Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP). Bakteri Mikobakterium tuberkulosa Cara Penularan Penyakit TBC Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
  • 4. Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen. Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC. Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC. Gejala Penyakit TBC
  • 5. Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik. Gejala sistemik/umum • Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. • Penurunan nafsu makan dan berat badan. • Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). • Perasaan tidak enak (malaise), lemah. Gejala khusus • Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak. • Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. • Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah. • Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang. Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah. Penegakan Diagnosis Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah: o Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya. o Pemeriksaan fisik. o Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak). o Pemeriksaan patologi anatomi (PA). o Rontgen dada (thorax photo). o Uji tuberkulin.
  • 6. PENGOBATAN TBC Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak menderita TBC) dan II (Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TBC (gejala TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif) memerlukan pencegahan dengan pemberian INH 5–10 mg/kgbb/hari. 1. Pencegahan (profilaksis) primer Anak yang kontak erat dengan penderita TBC BTA (+). INH minimal 3 bulan walaupun uji tuberkulin (-). Terapi profilaksis dihentikan bila hasil uji tuberkulin ulang menjadi (-) atau sumber penularan TB aktif sudah tidak ada. 2. Pencegahan (profilaksis) sekunder Anak dengan infeksi TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak ada gejala sakit TBC. Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan. Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu : o Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini. o Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin. Dosis obat antituberkulosis (OAT) Obat Dosis harian Dosis 2x/minggu Dosis 3x/minggu (mg/kgbb/hari) (mg/kgbb/hari) (mg/kgbb/hari) INH 5-15 (maks 300 mg) 15-40 (maks. 900 mg) 15-40 (maks. 900 mg) Rifampisin 10-20 (maks. 600 mg) 10-20 (maks. 600 mg) 15-20 (maks. 600 mg) Pirazinamid 15-40 (maks. 2 g) 50-70 (maks. 4 g) 15-30 (maks. 3 g) Etambutol 15-25 (maks. 2,5 g) 50 (maks. 2,5 g) 15-25 (maks. 2,5 g) Streptomisin 15-40 (maks. 1 g) 25-40 (maks. 1,5 g) 25-40 (maks. 1,5 g) Sejak 1995, program Pemberantasan Penyakit TBC di Indonesia mengalami perubahan manajemen operasional, disesuaikan dengan strategi global yanng direkomendasikan oleh WHO. Langkah ini dilakukan untuk menindaklanjuti Indonesia – WHO joint Evaluation dan National Tuberkulosis Program in Indonesia pada April 1994. Dalam program ini, prioritas ditujukan pada peningkatan mutu pelayanan dan penggunaan obat yang rasional untuk memutuskan rantai penularan serta mencegah meluasnya resistensi kuman TBC di
  • 7. masyarakat. Program ini dilakukan dengan cara mengawasi pasien dalam menelan obat setiap hari,terutama pada fase awal pengobatan. Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1996 dan telah diimplementasikan secara meluas dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Sampai dengan tahun 2001, 98% dari populasi penduduk dapat mengakses pelayanan DOTS di puskesmas. Strategi ini diartikan sebagai "pengawasan langsung menelan obat jangka pendek oleh pengawas pengobatan" setiap hari. Indonesia adalah negara high burden, dan sedang memperluas strategi DOTS dengan cepat, karenanya baseline drug susceptibility data (DST) akan menjadi alat pemantau dan indikator program yang amat penting. Berdasarkan data dari beberapa wilayah, identifikasi dan pengobatan TBC melalui Rumah Sakit mencapai 20-50% dari kasus BTA positif, dan lebih banyak lagi untuk kasus BTA negatif. Jika tidak bekerja sama dengan Puskesmas, maka banyak pasien yang didiagnosis oleh RS memiliki risiko tinggi dalam kegagalan pengobatan, dan mungkin menimbulkan kekebalan obat. Akibat kurang baiknya penanganan pengobatan penderita TBC dan lemahnya implementasi strategi DOTS. Penderita yang mengidap BTA yang resisten terhadap OAT akan menyebarkan infeksi TBC dengan kuman yang bersifat MDR (Multi-drugs Resistant). Untuk kasus MDR-TB dibutuhkan obat lain selain obat standard pengobatan TBC yaitu obat fluorokuinolon seperti siprofloksasin, ofloxacin, levofloxacin (hanya sangat disayangkan bahwa obat ini tidak dianjurkan pada anak dalam masa pertumbuhan). Pengobatan TBC pada orang dewasa • Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3 Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan). Diberikan kepada: o Penderita baru TBC paru BTA positif. o Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat. • Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3 Diberikan kepada: o Penderita kambuh. o Penderita gagal terapi. o Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat. • Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3 Diberikan kepada: o Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif. Pengobatan TBC pada anak Adapun dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6 atau 9 bulan, yaitu:
  • 8. 1. 2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH +Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 7 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH). 2. 2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 4 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH). Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin diberikan bersamaan, dosis maksimal perhari INH 10 mg/kgbb dan rifampisin 15 mg/kgbb. Dosis anak INH dan rifampisin yang diberikan untuk kasus: TB tidak berat INH : 5 mg/kgbb/hari Rifampisin : 10 mg/kgbb/hari TB berat (milier dan meningitis TBC) INH : 10 mg/kgbb/hari Rifampisin : 15 mg/kgbb/hari Dosis prednison : 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)
  • 9. OBAT TBC Tuberkulosis (TBC) dapat menyerang berbagai organ tubuh tetapi yang akan dibahas adalah obat TBC untuk paru-paru. Tujuan pengobatan TBC ialah memusnahkan basil tuberkulosis dengan cepat dan mencegah kambuh. Idealnya pengobatan dengan obat TBC dapat menghasilkan pemeriksaan sputum negatif baik pada uji dahak maupun biakan kuman dan hasil ini tetap negatif selamanya. Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu : • Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini. • Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin. Meskipun demikian, pengobatan TBC paru-paru hampir selalu menggunakan tiga obat yaitu INH, rifampisin dan pirazinamid pada bulan pertama selama tidak ada resistensi terhadap satu atau lebih obat TBC primer ini. Isoniazid Isoniazid atau isonikotinil hidrazid yang disingkat dengan INH. Isoniazid secara in vitro bersifat tuberkulostatik (menahan perkembangan bakteri) dan tuberkulosid (membunuh bakteri). Mekanisme kerja isoniazid memiliki efek pada lemak, biosintesis asam nukleat,dan glikolisis. Efek utamanya ialah menghambat biosintesis asam mikolat (mycolic acid) yang merupakan unsur penting dinding sel mikobakterium. Isoniazid menghilangkan sifat tahan asam dan menurunkan jumlah lemak yang terekstrasi oleh metanol dari mikobakterium. Isoniazid mudah diabsorpsi pada pemberian oral maupun parenteral. Kadar puncak diperoleh dalam waktu 1–2 jam setelah pemberian oral. Di hati, isoniazid mengalami asetilasi dan pada manusia kecepatan metabolisme ini dipengaruhi oleh faktor genetik yang secara bermakna mempengaruhi kadar obat dalam plasma. Namun, perbedaan ini tidak berpengaruh pada efektivitas dan atau toksisitas isoniazidbila obat ini diberikan setiap hari. Efek samping Mual, muntah, anoreksia, letih, malaise, lemah, gangguan saluran pencernaan lain, neuritis perifer, neuritis optikus, reaksi hipersensitivitas, demam, ruam, ikterus, diskrasia darah, psikosis, kejang, sakit kepala, mengantuk, pusing, mulut kering, gangguan BAK,
  • 10. kekurangan vitamin B6, penyakit pellara, hiperglikemia, asidosis metabolik, ginekomastia, gejala reumatik, gejala mirip Systemic Lupus Erythematosus. Resistensi Resistensi masih merupakan persoalan dan tantangan. Pengobatan TBC dilakukan dengan beberapa kombinasi obat karena penggunaan obat tunggal akan cepat dan mudah terjadi resistensi. Disamping itu, resistensi terjadi akibat kurangnya kepatuhan pasien dalam meminum obat. Waktu terapi yang cukup lama yaitu antara 6–9 bulan sehingga pasien banyak yang tidak patuh minum obatselama menjalani terapi. Isoniazid masih merupakan obat yang sangat penting untuk mengobati semua tipe TBC. Efek sampingnya dapat menimbulkan anemia sehingga dianjurkan juga untuk mengkonsumsi vitamin penambah darah seperti piridoksin (vitamin B6). TB vit B6 sudah mengandung isoniazid dan vitamin B6 dalam satu sediaan, sehingga praktis hanya minum sekali saja. TB vit B6 tersedia dalam beberapa kemasan untuk memudahkan bila diberikan kepada pasien anak-anak sesuai dengan dosis yang diperlukan. TB Vit B6 tersedia dalam bentuk: 1. Tablet Mengandung INH 400 mg dan Vit B6 24 mg per tablet 2. Sirup Mengandung INH 100 mg dan Vit B6 10 mg per 5 ml, yang tersedia dalam 2 kemasan : o Sirup 125 ml o Sirup 250 ml Perhatian: • Obat TBC di minum berdasarkan resep dokter dan harus sesuai dengan dosisnya. • Penghentian penggunaan obat TBC harus dilakukan atas seizin dokter.
  • 11. • ASMA Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena adanya respon yang berlebih terhadap rangsangan tertentu dan menyebabkan peradangan, namun penyempitan ini bersifat sementara. Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan merupakan respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan mempengaruhi saluran pernafasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga. Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas. Sel-sel tertentu di dalam saluran nafas (terutama sel mast) diduga bertanggungjawab terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini. Sel mast di sepanjang bronki melepaskan bahan seperti histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya: - kontraksi otot polos - peningkatan pembentukan lendir - perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki. Sel mast mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka kenal sebagai benda asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam rumah atau bulu binatang. Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa
  • 12. alergi tertentu. Reaksi yang sama terjadi jika orang tersebut melakukan olah raga atau berada dalam cuaca dingin. Stres dan kecemasan juga bisa memicu dilepaskannya histamin dan leukotrien. Sel lainnya (eosnofil) yang ditemukan di dalam saluran udara penderita asma melepaskan bahan lainnya (juga leukotrien), yang juga menyebabkan penyempitan saluran nafas. Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi pada tiap penderita. Beberapa penderita lebih sering terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak nafas yang singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya hampir selalu mengalami batuk dan mengi (bengek) serta mengalami serangan hebat setelah menderita suatu infeksi virus, olah raga atau setelah terpapar oleh alergen maupun iritan. Menangis atau tertawa keras juga bisa menyebabkan timbulnya gejala. Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan nafas yang berbunyi (mengi, bengek), batuk dan sesak nafas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita menghembuskan nafasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk. Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang penderita asma adalah sesak nafas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama beberapa hari. Gejala awal pada anak- anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher. Batuk kering di malam hari atau ketika melakukan olah raga juga bisa merupakan satu-satunya gejala. Selama serangan asma, sesak nafas bisa menjadi semakin berat, sehingga timbul rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak keringat. Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena sesaknya sangat hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan. Meskipun telah mengalami serangan yang berat, biasanya penderita akan sembuh sempurna. Agonis reseptor beta-adrenergik merupakan obat terbaik untuk mengurangi serangan asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang mungkin dipicu oleh olahraga. Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor beta- adrenergik. Namun, bronkodilator yang yang bekerja pada semua reseptor beta- adrenergik (misalnya adrenalin), menyebabkan efek samping berupa denyut jantung yang cepat, gelisah, sakit kepala dan tremor (gemetar) otot. Bronkodilator yang hanya bekerja pada reseptor beta2-adrenergik, yang terutama ditemukan di dalam sel-sel di paru-paru ( misalnya albuterol ) hanya memiliki sedikit efek samping terhadap organ lainnya. Sebagian besar bronkodilator bekerja dalam beberapa menit, tetapi efeknya hanya berlangsung selama 4-6 jam. Bronkodilator tersedia dalam bentuk tablet, suntikan atau inhaler (obat yang dihirup) dan sangat efektif. Penghirupan bronkodilator akan mengendapkan obat langsung di dalam saluran udara, sehingga mula kerjanya cepat, tetapi tidak dapat menjangkau saluran udara yang mengalami penyumbatan berat.
  • 13. Bronkodilator per-oral (ditelan) dan suntikan dapat menjangkau daerah tersebut, tetapi memiliki efek samping dan mula kerjanya cenderung lebih lambat. Jenis bronkodilator yang umum digunakan adalah theophylline. Theophylline biasanya diberikan per-oral (ditelan); dan tersedia dalam berbagai bentuk. Pada serangan asma yang berat, bisa diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah). Jumlah theophylline di dalam darah bisa diukur di laboratorium dan harus dipantau secara ketat, karena jumlah yang terlalu sedikit tidak akan memberikan efek, sedangkan jumlah yang terlalu banyak bisa menyebabkan irama jantung abnormal atau kejang. Efek samping mengkonsumsi theophylline adalah penderita bisa merasakan sedikit mual atau gelisah, namun Kedua efek tersebut biasanya hilang saat tubuh dapat menyesuaikan diri dengan obat. Pada dosis yang lebih besar, penderita bisa merasakan denyut jantung yang cepat atau palpitasi (jantung berdebar), insomnia (sulit tidur), agitasi (kecemasan, ketakuatan), muntah, dan kejang. Corticosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat efektif dalam mengurangi gejala asma. Jika digunakan dalam jangka panjang, secara bertahap corticosteroid akan menyebabkan berkurangnya kecenderungan terjadinya serangan asma dengan mengurangi kepekaan saluran udara terhadap sejumlah rangsangan. Tetapi penggunaan tablet atau suntikan corticosteroid jangka panjang bisa menyebabkan efek samping seperti : gangguan proses penyembuhan luka, terhambatnya pertumbuhan anak-anak, hilangnya kalsium dari tulang, perdarahan lambung, katarak prematur, peningkatan kadar gula darah, penambahan berat badan, kelainan mental. Tablet atau suntikan corticosteroid bisa digunakan selama 1-2 minggu untuk mengurangi serangan asma yang berat. Untuk penggunaan jangka panjang biasanya diberikan inhaler corticosteroid karena dengan inhaler, obat yang sampai di paru-paru 50 kali lebih banyak dibandingkan obat yang sampai ke bagian tubuh lainnya. Corticosteroid per-oral (ditelan) diberikan untuk jangka panjang hanya jika pengobatan lainnya tidak dapat mengendalikan gejala asma. Cromolin dan nedocromil diduga menghalangi pelepasan bahan peradangan dari sel mast dan menyebabkan berkurangnya kemungkinan pengkerutan saluran udara. Obat ini digunakan untuk mencegah terjadinya serangan, bukan untuk mengobati serangan. Obat ini terutama efektif untuk anak-anak dan untuk asma karena olah raga. Obat ini sangat aman, tetapi relatif mahal dan harus diminum secara teratur meskipun penderita bebas gejala. Obat antikolinergik (contohnya atropin dan ipratropium bromida) bekerja dengan menghalangi kontraksi otot polos dan pembentukan lendir yang berlebihan di dalam bronkus oleh asetilkolin. Lebih jauh lagi, obat ini akan menyebabkan pelebaran saluran udara pada penderita yang sebelumnya telah mengkonsumsi agonis reseptor beta2- adrenergik. Pengubah leukotrien (contohnya montelucas, zafirlucas dan zileuton) merupakan obat terbaru untuk membantu mengendalikan asma. Obat ini mencegah aksi atau pembentukan
  • 14. leukotrien (bahan kimia yang dibuat oleh tubuh yang menyebabkan terjadinya gejala- gejala asma). Suatu serangan asma harus mendapatkan pengobatan sesegera mungkin untuk membuka saluran pernafasan. Obat yang digunakan untuk mencegah juga digunakan untuk mengobati asma, tetapi dalam dosis yang lebih tinggi atau dalam bentuk yang berbeda. m Penanganan dan Pengobatan Penyakit Asma Penyakit Asma (Asthma) sampai saat ini belum dapat diobati secara tuntas, ini artinya serangan asma dapat terjadi dikemudian hari. Penanganan dan pemberian obat-obatan kepada penderita asma adalah sebagai tindakan mengatasi serangan yang timbul yang mana disesuaikan dengan tingkat keparahan dari tanda dan gejala itu sendiri. Prinsip dasar penanganan serangan asma adalah dengan pemberian obat-obatan baik suntikan (Hydrocortisone), syrup ventolin (Salbutamol) atau nebulizer (gas salbutamol) untuk membantu melonggarkan saluran pernafasan. Pada kasus-kasus yang ringan dimana dirasakan adanya keluhan yang mengarah pada gejala serangan asma atau untuk mencegah terjadinya serangan lanjutan, maka tim kesehatan atau dokter akan memberikan obat tablet seperti Aminophylin dan Prednisolone. Bagi penderita asma, disarankan kepada mereka untuk menyediakan/menyimpan obat hirup (Ventolin Inhaler) dimanapun mereka berada yang dapat membantu melonggarkan saluran pernafasan dikala serangan terjadi.
  • 15. INFLUENZA Influenza (flu) adalah suatu infeksi virus yang menyebabkan demam, hidung meler, sakit kepala, batuk, tidak enak badan (malaise) dan peradangan pada selaput lendir hidung dan saluran pernafasan. PENYEBAB Virus influenza tipe A atau B. Virus ditularkan melalui air liur terinfeksi yang keluar pada saat penderita batuk atau bersin; atau melalui kontak langsung dengan sekresi (ludah, air liur, ingus) penderita. GEJALA Influenza berbeda dengan common cold. Gejalanya timbul dalam waktu 24-48 jam setelah terinfeksi dan bisa timbul secara tiba-tiba. Kedinginan biasanya merupakan petunjuk awal dari influenza. Pada beberapa hari pertama sering terjadi demam, bisa sampai 38,9-39,4?Celsius. Banyak penderita yang merasa sakit sehingga harus tinggal di tempat tidur; mereka merasakan sakit dan nyeri di seluruh tubuhnya, terutama di punggung dan tungkai. Sakit kepala seringkali bersifat berat, dengan sakit yang dirasakan di sekeliling dan di belakang mata. Cahaya terang bisa memperburuk sakit kepala. Pada awalnya gejala saluran pernafasan relatif ringan, berupa rasa gatal di tenggorokan, rasa panas di dada, batuk kering dan hidung berair. Kemudian batuk akan menghebat dan berdahak. Kulit teraba hangat dan kemerahan, terutama di daerah wajah. Mulut dan tenggorokan berwarna kemerahan, mata berair dan bagian putihnya mengalami peradangan ringan. Kadang-kadang bisa terjadi mual dan muntah, terutama pada anak-anak. Setelah 2-3 hari sebagian besar gejala akan menghilang dengan segera dan demam biasanya mereda, meskipun kadang demam berlangsung sampai 5 hari. Bronkitis dan batuk bisa menetap sampai 10 hari atau lebih, dan diperlukan waktu 6-8 minggu ntuk terjadinya pemulihan total dari perubahan yang terjadi pada saluran pernafasan.
  • 16. KOMPLIKASI Influenza merupakan penyakit serius, tetapi sebagian besar penderita akan kembali sehat dalam waktu 7-10 hari. Komplikasi bisa memperberat penyakit ini. Resiko tinggi terjadinya komplikasi ditemukan pada penderita yang sangat muda, usia lanjut dan penderita penyakit jantung, paru-paru atau sistem saraf. Kadang influenza menyebabkan peradangan saluran pernafasan yang berat disertai dahak berdarah (bronkitis hemoragik). Komplikasi yang paling berat adalah pneumonia virus; yang bisa berkembang dengan segera dan menyebabkan kematian dalam waktu 48 jam. Pneumonia virus kemungkinan akan terjadi selama wabah influenza A. Komplikasi lainnya dalah pneumonia bakteri yang terjadi karena adanya ganguan dalam kemampuan paru-paru untuk melenyapkan atau mengendalikan bakteri di dalam saluran pernafasan. Meskipun sangat jarang terjadi, virus influenza jgua dihubungkan dengan peradangan otak (ensefalitis), jantung (miokarditis) atau otot (miositis). Ensefalitis bisa menyebabkan penderita tampak mengantuk, bingung atau bahkan jatuh dalam keadaan koma. Miokarditis bisa menyebabkan murmur jantung atau gagal jantung. Sindroma Reye merupakan komplikasi serius dan bisa berakibat fatal, yang terjadi terutama pada anak-anak selama wabah influenza B. Sindroma Reye terutama terjadi jika anak-anak mendapatkan aspirin atau obat yang mengandung aspirin. DIAGNOSA Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Beratnya penyakit dan adanya demam tinggi membedakan influenza dari common cold. Untuk memperkuat diagnosis dilakukan pembiakan virus dari sekret penderita. PENGOBATAN Pengobatan flu yang utama adalah istirahat dan berbaring di tempat tidur, minum banyak cairan dan menghindari kelelahan. Tirah baring sebaiknya dilakukan segera setelah gejala timbul sampai 24-48 setelah suhu tubuh kembali normal. Untuk penyakit yang berat tetapi tanpa komplikasi, bisa diberikan asetaminofenn, aspirin, ibuprofen atau naproksen. Kepada anak-anak tidak boleh diberikan aspirin karena resiko terjadinya sindroma Reye. Obat lainnya yang biasa diberikan adalah dekongestan hidung dan penghirupan uap.
  • 17. Jika segera diberikan pada infeksi influenza A yang belum mengalami komplikasi, obat rimantadin atau amantadin bisa membantu mengurangi lama dan beratnya demam serta gejala pernafasan. Ribavirin (dalam bentuk obat hirup atau tablet) mampu memperpendek lamanya demam dan mempengaruhi kemampuan virus untuk berkembangbiak, tetapi pemakaiannya masih bersifat eksperimental. Ribavirin bisa diberikan untuk meringankan gejala pneumonia virus. Infeksi bakteri sekunder diobati dengan antibiotik. Pneumonia bakteri karena pneumokokus, bisa dicegah dengan memberikan vaksin yang mengandung pneumokokus. Tetapi vaksin ini tidak diberikan kepada seseorang yang telah menderita influenza. PENCEGAHAN Seseorang yang pernah terkana virus influenza, akan membentuk antibodi yang melindunginya terhadap infeksi ulang oleh virus tertentu. Tetapi cara terbaik untuk mencegah terjadinya influenza adalah vaksinasi yang dilakukan setiap tahun. Vaksin influenza mengandung virus influenza yang tidak aktif (dimatikan) atau partikel-partikel virus. Suatu vaksin bisa bersifat monovalen (1 spesies) atau polivalen (biasanya 3 spesies). Suatu vaksin monovalen bisa diberikan dalam dosis tinggi untuk melawan suatu jenis virus yang baru, sedangkan suatu vaksin polivalen menambah pertahanan terhadap lebih dari satu jenis virus. Amantadin atau rimantadin merupakan 2 obat anti-virus yang bisa melindungi terhadap influenza A saja. Obat ini digunakan selama wabah influenza A untuk melindungi orang-orang yang kontak dengan penderita dan orang yang memiliki resiko tinggi-yang belum menerima vaksinasi. Pemakaian obat bisa dihentikan dalam waktu 2-3 minggu setelah menjalani vaksinasi. Jika tidak dapat dilakukan vaksinasi, maka obat diberikan selama terjadi wabah, biasanya selama 6-8 minggu. Oba ini bisa menyebabkan gelisah, sulit tidur dan efek samping lainnya, terutama pada usia lanjut dan pada penderita kelainan otak atau ginjal.
  • 18. • Faringitis Virus adalah penyakit radang tenggorokan yang disebabkan oleh virus. Gejala Klinis Demam, tidak bergairah, rasa nyeri di kepala, mual Bisa disertai dengan suara serak, batuk dan radang pada hidung (Rhinitis). Penyakit ini dapat berlangsung selama1-2 hari atau dalam hal-hal tertentu dapat menetap sampai seminggu lamanya. Pengobatan Karena penyebabnya adalah virus maka tidak diperlukan antibiotika, cukup diberikan obat-obat yang dapat menghilangkan gejala-gejala itu. Faringitis Streptokokus Kalau pada Faringitis Virus penyebabnya adalah virus, maka Faringitis Streptokokus adalah penyakit radang tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri streptokokus, khususnya streptokokus ß hemolitikus group A. Gejala Klinis Penyakit ini cenderung akut dengan disertai demam yang tinggi, sakit kepala, rasa nyeri di perut dan muntah-muntah. Tenggorokan terasa nyeri, amandel menjadi berwarna merah dan membengkak. Pada anak yang sudah lebih besar, akan terlihat adanya lapisan seperti krim di atas amandel (eksudat) yang tidak mengeluarkan darah bila disentuh. Kelenjar getah bening di leher sering membengkak dan terasa nyeri bila ditekan. Berbeda dengan faringitis virus, penderita faringitis streptokokus tidak mengalami rhinitis, suara serak atau batuk.
  • 19. Komplikasi Penyakit ini, jika dibiarkan sampai menjadi berat, dapat menimbulkan radang ginjal (glomerulonefritis akut), demam rematik akut, otitis media (radang telinga bagian tengah), sinusitis, abses peritonsila dan abses retropharynx (radang di sekitar amandel atau bagian belakang tenggorokan yang dapat menimbulkan nanah). Pengobatan Penisilin G merupakan antibiotika yang dipilih untuk mengatasi faringitis streptokokus. Respon dapat diharapkan dalam waktu 4-36 jam. Pengobatan diberikan selama paling sedikit 10-14 hari jika dapat dipastikan bahwa penyebabnya adalah streptokokus ß hemolitikus grup A. Hal ini adalah untuk mengurangi insiden demam rematik. Untuk menurunkan panas dan menghilangkan rasa sakit dapat diberikan parasetamol atau aspirin. Sebaiknya makan makanan yang lunak. • Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius. [sunting] Penyebab Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia) Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru-paru dan saluran pernafasan menahun. Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari: • Sinusitis kronis • Bronkiektasis • Alergi • Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak. Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh: • Berbagai jenis debu • Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen sulfida, sulfur dioksida dan bromin • Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida
  • 20. Tembakau dan rokok lainnya. [sunting] Gejala Gejalanya berupa: • batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan) • sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan • sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu) • bengek • lelah • pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan • wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan • pipi tampak kemerahan • sakit kepala • gangguan penglihatan. Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan. Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk tidak berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning. Selanjutnya dahak akan bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau. Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu. Sesak nafas terjadi jika saluran udara tersumbat. Sering ditemukan bunyi nafas mengi, terutama setelah batuk. Bisa terjadi pneumonia. [sunting] Diagnosa Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala, terutama dari adanya lendir. Pada pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop akan terdengar bunyi ronki atau bunyi pernafasan yang abnormal. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan: • Tes fungsi paru-paru • Gas darah arteri • Rontgen dada. • Pengobatan
  • 21. Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita dewasa bisa diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak sebaiknya hanya diberikan acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan. Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap tinggi) dan penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru. Kepada penderita dewasa diberikan trimetoprim-sulfametoksazol, tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin diberikan walaupun dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae. Kepada penderita anak-anak diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya virus, tidak diberikan antibiotik. Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya sangat berat, maka dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu menentukan apakah perlu dilakukan penggantian antibiotik. • SINUTIS R asa sakit di bagian dahi, pipi, hidung atau daerah diantara mata terkadang dibarengi dengan demam, sakit kepala, sakit gigi atau bahkan menurunnya kepekaan indra penciuman kita merupakan salah satu gejala sinusitis. Terkadang karena gejala yang kita rasakan tidak spesifik, kita salah mengartikan gejala-gejala tersebut dengan penyakit lain sehingga membuat penyakit sinusitis yang diderita berkembang tanpa diobati. Untuk lebih mengenal lagi tentang penyakit sinusitis & pengobatannya, berikut uraiannya. Sinusitis adalah penyakit yang terjadi di daerah sinus. Sinus sendiri adalah rongga udara yang terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung. Fungsi dari rongga sinus sendiri adalah untuk menjaga kelembapan hidung & menjaga pertukaran udara di daerah hidung. Rongga sinus sendiri terdiri dari 4 jenis, yaitu : • Sinus Frontal, terletak di atas mata dibagian tengah dari masing-masing alis • Sinus Maxillary, terletak diantara tulang pipi, tepat disamping hidung • Sinus Ethmoid, terletak diantara mata, tepat di belakang tulang hidung • Sinus Sphenoid, terletak dibelakang sinus ethmoid & dibelakang mata
  • 22. Didalam rongga sinus terdapat lapisan yang terdiri dari bulu-bulu halus yang disebut dengan cilia. Fungsi dari cilia ini adalah untuk mendorong lendir yang di produksi didalam sinus menuju ke saluran pernafasan. Gerakan cilia mendorong lendir ini berguna untuk membersihkan saluran nafas dari kotoran ataupun organisme yang mungkin ada. Ketika lapisan rongga sinus ini membengkak maka cairan lendir yang ada tidak dapat bergerak keluar & terperangkap di dalam rongga sinus. Jadi sinusitis terjadi apabila terdapat peradangan didaerah lapisan rongga sinus yang menyebabkan lendir terperangkap di rongga sinus & menjadi tempat tumbuhnya bakteri. Sinusitis sendiri dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu : • Sinusitis akut : gejala dirasakan selama 2-8 minggu • Sinusitis kronis : biasanya gejala dirasakan lebih dari 8 minggu Sinusitis akut dapat disebabkan oleh kerusakan lapisan rongga sinus akibat infeksi atau tindakan bedah. Sedangkan sinusitis kronis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Sinusitis dapat terjadi akibat dari beberapa faktor dibawah ini : • Bulu-bulu halus didalam rongga sinus (cilia) tidak bekerja secara maksimal akibat kondisi medis tertentu • Flu & alergi menyebabkan lendir diproduksi secara berlebih atau menutupi rongga sinus • Adanya kelainan pada sekat rongga hidung, kelainan tulang hidung ataupun polip pada hidung dapat menutupi rongga sinus Selain hal tersebut diatas, apapun yang dapat menyebabkan bengkak pada lapisan rongga sinus ataupun menahan cilia untuk mendorong lendir dapat menyebabkan sinusitis. Hal ini biasanya disebabkan oleh perubahan pada suhu & tekanan udara. Alergi, penggunaan penyemprot hidung secara berlebihan, merokok, berenang atau menyelam dapat meningkatkan resiko terkena sinusitis. Ketika sinusitis terjadi karena infeksi bakteri ataupun virus, maka akan terjadi infeksi pada rongga sinus. Kadangkala infeksi sinus terjadi setelah kita mengalami flu. Virus flu tersebut akan menyerang lapisan rongga sinus, menyebabkan lapisan sinus bengkak & rongga sinus menjadi mengecil. Tubuh bereaksi terhadap virus tersebut dengan memproduksi lebih banyak lendir. Tetapi karena rongga sinus mengecil maka lendir terperangkap didalam rongga sinus & menjadi tempat tumbuhnya bakteri. Bakeri tersebutlah yang menyebabkan terjadinya infeksi sinus. Gejala dari sinusitis adalah : • Rasa sakit atau adanya tekanan di daerah dahi, pipi, hidung & diantara mata • Sakit kepala • Demam • Hidung mampet
  • 23. Berkurangnya indra penciuman • Batuk, biasanya akan memburuk saat malam • Nafas berbau (halitosis) • Sakit gigi Selain gejala tersebut diatas, salah satu gejala sinusitis akut pada orang dewasa adalah adanya flu yang tidak membaik atau memburuk setelah 5-7 hari. Gejala pada sinusitis kronis sama seperti diatas tetapi cenderung terlihat lebih ringan & bertahan selama lebih dari 8 minggu. Gejala sinusitis pada anak-anak meliputi : • Timbul flu atau penyakit pernafasan yang makin memburuk • Demam tinggi disertai dengan adanya lendir pernafasan yang berwarna gelap • Adanya lendir pernafasan dengan atau tanpa adanya flu yang hadir lebih dari 10 hari & tidak membaik Untuk penetapan diagnosa sinusitis, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan berikut : • Mencari tanda adanya polip di hidung • Menyinari rongga sinus dengan cahaya (transiluminasi) untuk melihat adanya peradangan • Mengetuk rongga sinus untuk melihat adanya infeksi • Melihat kedalam rongga sinus melalui pemeriksaan fiberoptik (disebut juga dengan endoscopy atau rhinoscopy) dapat juga digunakan untuk mendiagnosa sinusitis. Hal ini biasanya dilakukan oleh dokter spesialis THT. • Bila perlu CT scan dapat juga dilakukan untuk mendiagnosa adanya sinusitis. • Apabila sinusitis diduga terkait karena tumor atau infeksi jamur, maka MRI terhadap rongga sinus dapat dilakukan. Jika anak anda menderita sinusitis kronis atau yang berulang (sering kambuh) maka tes-tes berikut perlu juga dilakukan : • Tes alergi • Tes HIV atau tes untuk melihat rendahnya fungsi imun • Tes untuk melihat fungsi cilia • Cytology hidung • Cystic fibrosis Pengobatan yang biasa dilakukan untuk sinusitis meliputi : • Suntikan anti alergi • Menghindari pencetus alergi • Semprotan hidung yang mengandung kortikosteroid untuk membantu mengurangi bengkak di rongga sinus, terutama karena adanya polip ataupun karena alergi Sinusitis akut sebaiknya diberikan pengobatan selama 10-14 hari, sedangkan sinusitis kronis sebaiknya diberi pengobatan untuk 3-4 minggu. Bagi beberapa penderita sinusitis kronis mungkin
  • 24. diperlukan pengobatan untuk mengobati infeksi jamur. Tindakan operasi untuk membersihkan & mengeringkan rongga sinus mungkin diperlukan terutama bagi pasien yang mengalami peradangan yang berulang. Pemberian antibiotika biasanya tidak diperlukan untuk mengobati sinusitis akut, karena biasanya infeksi akan sembuh dengan sendirinya. Tetapi antibiotika dapat diberikan apabila terjadi hal-hal berikut ini : • Anak dengan kondisi pilek biasanya disertai dengan batuk yang tidak kunjung membaik setelah 2-3 minggu • Demam dengan suhu tubuh lebih dari 39°C • Adanya bengkak yang parah di area sekitar mata • Sakit kepala atau sakit di daerah wajah Jadi apabila anda merasakan gejala-gejala seperti flu tetapi tidak kunjung sembuh atau sering terjadi kembali. Jangan anggap remeh gejala tersebut, karena bisa saja hal itu merupakan pertanda adanya penyakit sinusitis. • Pleurisy (Pleuritis) Definisi Pleurisy Pleurisy adalah peradangan dari lapisan sekeliling paru-paru (pleura). Ada dua pleura: satu yang melindungi paru (diistilahkan visceral pleura) dan yang lain melindungi dinding bagian dalam dari dada (parietal pleura). Dua lapisan-lapisan ini dilumasi oleh cairan pleural. Pleurisy seringkali dihubungkan dengan akumulasi dari cairan ekstra dalam ruang antara dua lapisan dari pleura. Cairan ini dirujuk sebagai pleural effusion. Pleurisy juga dirujuk sebagai pleuritis. Serat-serat nyeri dari paru berlokasi pada pleura. Ketika jaringan ini meradang, itu berakibat pada nyeri yang tajam pada dada yang memburuk dengan napas, atau pleurisy. Gejala-gejala lain dari pleurisy dapat termasuk batuk, kepekaan dada, dan sesak napas. Penyebab Pleurisy Pleurisy dapat disebabkan oleh apa saja dari kondisi-kondisi berikut: • Infeksi-Infeksi: bakteri-bakteri (termasuk yang menyebabkan tuberculosis), jamur-jamnur, parasit-parasit, atau virus-virus • Kimia-Kimia Yang Terhisap Atau Senyawa-Senyawa Beracun: paparan pada beberapa agen-agen perbersih seperti ammonia • Penyakit-Penyakit Vaskular Kolagen: lupus, rheumatoid arthritis
  • 25. Kanker-Kanker: contohnya, penyebaran dari kanker paru atau kanker payudara ke pleura • Tumor-Tumor Dari Pleura: mesothelioma atau sarcoma • Kemacetan: gagal jantung • Pulmonary embolism: bekuan darah didalam pembuluh-pembuluh darah ke paru- paru. Bekuan-bekuan ini adakalanya dengan parah mengurangi darah dan oksigen ke bagian-bagian dari paru dan dapat berakibat pada kematian pada bagian itu dari jaringan paru (diistilahkan lung infarction). Ini juga dapat menyebabkan pleurisy. • Rintangan dari Kanal-Kanal Limfa: sebagai akibat dari tumor-tumor paru yang berlokasi secara central • Trauma: patah-patahan rusuk atau iritasi dari tabung-tabung dada yang digunakan untuk mengalirkan udara atau cairan dari rongga pleural pada dada • Obat-Obat Tertentu: obat-obat yang dapat menyebabkan sindrom-sindrom seperti lupus (seperti Hydralazine, Procan, Dilantin, dan lain-lainnya) • Proses-proses Perut: seperti pankreatitis, sirosis hati • Lung infarction: kematian jaringan paru yang disebabkan oleh kekurangan oksigen dari suplai darah yang buruk Gejala-Gejala Pleurisy • Nyeri pada dada yang diperburuk oleh bernapas • Sesak Napas • Perasaan "ditikam" Gejala yang paling umum dari pleurisy adalah nyeri yang umumnya diperburuk oleh penghisapan (menarik napas). Meskipun paru-paru sendiri tidak mengandung syaraf- syaraf nyeri apa saja, pleura mengandung berlimpah-limpah ujung-ujung syaraf. Ketika cairan ekstra berakumulasi dalam ruang antara lapisan-lapisan dari pleura, nyeri biasanya dalam bentuk pleurisy yang kurang parah. Dengan jumlah-jumlah akumulasi cairan yang sangat besar, ekspansi dari paru-paru dapat dibatasi, dan sesak napas dapat memburuk. Mendiagnosa Pleurisy Nyeri dari pleurisy adalah sangat khusus. Nyerinya di dada dan biasanya tajam dan diperburuk oleh bernapas. Bagaimanapun, nyerinya dapat dikacaukan dengan nyeri dari: • Peradangan sekitar jantung (pericarditis) • Serangan jantung (myocardial infarction) • Kebocoran udara didalam dada (pneumothorax) Untuk membuat diagnosis dari pleurisy, dokter memeriksa dada pada area nyeri dan seringkali dapat mendegar (dengan stethoscope) friksi (gesekan) yang dihasilkan oleh gosokan dari dua lapisan pleura yang meradang dengan setaip pernapasan. Bunyi yang dihasilkan oleh suara ini diistilahkan sebagai pleural friction rub. (Berlawanan dengannya, friksi dari gosokan yang terdengar dengan pericarditis adalah serempak
  • 26. dengan denyut jantung dan tidak berubah dengan pernapasan). Dengan jumlah-jumlah yang besar dari akumulasi cairan pleural, disana mungkin ada suara-suara pernapasan yang berkurang (suara-suara pernapasan yang kurang didengar melalui stethoscope) dan dada bunyinya tumpul ketika dokter mengetuk diatasnya (ketumpulan atas ketukan). X-ray dada pada posisi tegak lurus dan ketika berbaring pada sisi adalah alat yang akurat dalam mendiagnosa jumlah-jumlah yang kecil dari cairan dalam ruang pleural. Adalah mungkin untuk memperkirakan jumlah dari cairan ynag terkumpul dengan penemuan- penemuan pada x-ray. (Adakalaya, sebanyak 4-5 liter cairan dapat berakumulasi didalam ruang pleural). Ultrasound adalah juga metode yang sensitif untuk mendeteksi kehadiran cairan pleural. CT scan dapat sangat bermanfaat dalam mendeteksi kantong-kantong yang terjebak dari cairan pleural serta dalam menentukan sifat dari jaringan-jaringan yang mengelilingi area. Pengangkatan cairan pleural dengan suntikan (penyedotan) adalah penting dalam mendiagnosa penyebab dari pleurisy. Warna, konsistensi, dan kejernihan dari cairan dianalisa dalam laboratorium. Analisa cairan didefinisikan sebagai "exudate" (tinggi dalam protein, rendah dalam gula, tinggi dalam enzim LDH, dan tinggi dalam jumlah sel putih; karakteristik dari proses peradangan) atau "transudate" (mengandung tingkat- tingkat yang normal dari kimia-kimia tubuh ini). Penyebab-penyebab dari cairan exudate termasuk infeksi-infeksi (seperti pneumonia), kanker, tuberculosis, dan penyakit-penyakit collagen (seperti rheumatoid arthritis danlupus). Penyebab-penyebab dari cairan transudate adalah gagal jantung kongesti dan penyakit-penyakit hati dan ginjal. Pulmonary emboli dapat menyebabkan salah satu dari transudates atau exudates pada ruang pleural. Cairan juga dapat diuji untuk kehadiran dari organisme- organisme infeksius dan sel-sel kanker. Pada beberapa kasus- kasus, potongan kecil dari pleura mungkin diangkat untuk stMerawat Pleurisy External splinting dari dinding dada dan obat nyeri dapat mengurangi nyeri dari pleurisy. Perawatan dari penyakit yang mendasarinya, tentu saja, akhirnya membebaskan pleurisy. Contohnya, jika kondisi jantung, paru, atau ginjal hadir, ia dirawat. Pengangkatan cairan dari rongga dada (thoracentesis) dapat menghilangkan nyeri dan sesak napas. Adakalanya pengangkatan cairan dapat membuat pleurisy memburuk sementara karena sekarang dua permukaan pleural yang meradang dapat menggosok secara langsung pada satu sama lainnya dengan setaip pernapasan. Jika cairan pleural menunjukan tanda-tanda infeksi, perawatan yang tepat melibatkan antibiotik-antibiotik dan pengaliran dari cairan. Jika ada nanah didalam ruang pleural, tabung pengaliran dada harus dimasukan. Prosedur ini melibatkan penempatan tabung didalam dada dibawah pembiusan total. Tabung kemudian disambungkan ke ruang yang
  • 27. disegel yang dihubungkan ke alat pengisapan dalam rangka untuk menciptakan lingkungan tekanan negatif. Pada kasus-kasus yang berat, dimana ada jumlah-jumlah yang besar dari nanah dan jaringan parut (adhesions), ada keperluan untuk "decortication". Prosedur ini melibatkan pemeriksaan ruang pleural dibawah pembiusan dengan scope khusus (thoracoscope). Melalui alat seperti pipa, jaringan parut, nanah, dan puing-puing dapat diangkat. Adakalanya, prosedur operasi terbuka (thoracotomy) diperlukan untuk kasus-kasus yang menyulitkan. Pada kasus-kasus dari pleural effusion yang berakibat dari kanker, cairan seringkali berakumulasi kembali. Pada tatacara ini, prosedur yang disebut pleurodesis digunakan. Prosedur ini memerlukan menanamkan iritan, seperti bleomycin, tetracycline, atau bedak talc, didalam ruang antara lapisan-lapisan pleural dalam rangka menciptakan peradangan. Peradangan ini, pada gilirannya, akan melekatkan dua pleura bersama ketika luka parut berkembang. Prosedur ini dengan demikian melenyapkan ruang antara pleura dan mencegah akumulasi kembali dari cairan. Pencegahan Pleurisy Pleurisy dapat dicegah, tergantung pada penyebabnya. Contohnya, intervensi dini dalam merawat pneumonia mungkin mencegah akumulasi dari cairan pleural. Pada kasus dari penyakit jantung, paru, atau ginjal, manajemen dari penyakit yang mendasarinya dapat membantu mencegah akumulasi cairan. udi mikroskopik (dibiopsi) jika ada kecurigaan dari tuberculosis (TB) atau kanker. Asidosis Metabolik DEFINISI Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma. PENYEBAB Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama:
  • 28. 1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun. Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol). Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik. 2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme. Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula. 3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam. Penyebab utama dari asidois metabolik: P Gagal ginjal Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal) Ketoasidosis diabetikum Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat) Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida a Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare, ileostomi atau kolostomi. GEJALA Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya penderita merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih cepat, namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini. Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan kematian.
  • 29. DIAGNOSA Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH darah yang diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan). Darah arteri digunakan sebagai contoh karena darah vena tidak akurat untuk mengukur pH darah. Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbon dioksida dan bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan untuk membantu menentukan penyebabnya. Misalnya kadar gula darah yang tinggi dan adanya keton dalam urin biasanya menunjukkan suatu diabetes yang tak terkendali. Adanya bahan toksik dalam darah menunjukkan bahwa asidosis metabolik yang terjadi disebabkan oleh keracunan atau overdosis. Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan air kemih secara mikroskopis dan pengukuran pH air kemih. PENGOBATAN Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai contoh, diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan membuang bahan racun tersebut dari dalam darah. Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis atau keracunan yang berat. Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis ringan, yang diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya. Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena; tetapi bikarbonat hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat membahayakan.