DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
Bin uas
1. MAKALAH
KOMPETENSI BELAJAR BAHASA DAN
PENGEMBANGANNYA
Dosen Pengampu :
AHMAD ILZAMUL HIKAM,M.Pd
Disusun Oleh :
NURUL HIDAYATI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN GENGGONG KRAKSAAN
PROBOLINGGO
2021-2022
2. 1
PEMBAHASAN
A. Kompetensi Sosiolinguistik
Istilah kompetensi linguistik mengacu pada pengetahuan tata bahasa bawah sadar
yang memungkinkan pembicara untuk menggunakan dan memahami suatu bahasa. Juga
dikenal sebagai kompetensi gramatikal atau I-bahasa . Berbeda dengan kinerja linguistik .
Seperti yang digunakan oleh Noam Chomsky dan ahli bahasa lainnya , kompetensi
linguistik bukanlah istilah evaluatif. Sebaliknya, ini mengacu pada pengetahuan linguistik
bawaan yang memungkinkan seseorang untuk mencocokkan suara dan makna. Dalam
Aspects of the Theory of Syntax (1965), Chomsky menulis, "Dengan demikian kami
membuat perbedaan mendasar antara kompetensi (pengetahuan pembicara-pendengar
tentang bahasanya) dan kinerja. (penggunaan bahasa yang sebenarnya dalam situasi
konkret). "Di bawah teori ini, kompetensi linguistik hanya berfungsi" dengan benar "di
bawah kondisi ideal, yang secara teoritis akan menghilangkan hambatan memori,
gangguan, emosi, dan faktor lain yang mungkin menyebabkan penutur asli yang fasih
pembicara membuat atau gagal untuk memperhatikan kesalahan tata bahasa. Ini terkait
erat dengan konsep tata bahasa generatif , yang berpendapat bahwa semua penutur asli
suatu bahasa memiliki pemahaman bawah sadar tentang "aturan" yang mengatur bahasa.
Kompetensi linguistik merupakan pengetahuan tentang bahasa, tetapi pengetahuan
itu diam-diam, tersirat. Ini berarti bahwa orang tidak memiliki akses sadar ke prinsip dan
aturan yang mengatur kombinasi suara, kata, dan kalimat; namun, mereka mengenali
kapan aturan itu dan prinsip-prinsip telah dilanggar Misalnya, ketika seseorang menilai
bahwa kalimat John mengatakan bahwa Jane membantu dirinya sendiri tidak sesuai tata
bahasa, itu karena orang tersebut memiliki pengetahuan diam-diam tentang prinsip tata
bahasa sehingga kata ganti refleksif harus mengacu pada NP di klausa yang sama . " (Eva
M. Fernandez dan Helen Smith Cairns, Fundamentals of Psycholinguistics . Wiley-
Blackwell, 2011).
B. Pengertian Kompetensi Pragmatik
Kompetensi pragmatik merupakan kompetensi yang berdiri sendiri yaitu
kemampuan yang memungkinkan pengguna bahasa untuk menghubungkan aspek-aspek
3. 2
kebahasaan dengan konteks penggunaannya (knowledge that enables language users to
relate linguistic).
Kompetensi pragmatik secara umum dirumuskan oleh Hymes (1972) dalam
pertanyaannya apakah dan sejauh mana ujaran yang digunakan penutur sesuai dengan
kontek penggunaannya, dan diisyaratkan sebagai „the rules of use without which the rules
of grammar will be useless‟ (1972:278). Kompetensi pragmatik yang dikemukakan oleh
Hymes diformulasikan menjadi beberapa konsepsi, yaitu secara implisit dikemukakan
sebagai pengetahuan sosiolinguistik (Canale dan Swain, 1980), kaidah penggunaan bahasa
(a rule of language use) (Canale, 1983), komponen yang memungkinkan pengguna bahasa
untuk menghubungkan arti dan maksud ujaran dengan konteks penggunaannya (Bachman,
1990), dan kemampuan aksional yakni kemampuan mengungkapkan dan memahami
maksud atau tujuan komunikasi melalui penggunaan fungsi bahasa (language fuction) dan
tindak tutur (speech act) (Celce-Murcia et al., 1995). Apabila mengacu pada pembagian
aspek pragmatik oleh Leech (1983), maka kemampuan pragmatik dapat dibagi menjadi
dua yaitu kemampuan sosiopragmatik dan pragmalinguisitk. Kemampuan yang pertama
merupakan kemampuan untuk meggunakan bahasa sesuai dengan konteks sosial tertentu
atau kondisi sosial tertentu yang difahami oleh penutur and petutur. Sedangkan
kemampuan yang kedua merupakan kemampuan untuk menggunakan bentuk-bentuk
linguisitk tertentu yang dipergunakan oleh penutur asli untuk mengungkapkan ilokusi-
ilokusi tertentu Kompetensi pragmatik secara umum dirumuskan oleh Hymes (1972)
dalam pertanyaannya apakah dan sejauh mana ujaran yang digunakan penutur sesuai
dengan kontek penggunaannya, dan diisyaratkan sebagai „the rules of use without which
the rules of grammar will be useless‟ (1972:278). Kompetensi pragmatik yang
dikemukakan oleh Hymes diformulasikan menjadi beberapa konsepsi, yaitu secara implisit
dikemukakan sebagai pengetahuan sosiolinguistik (Canale dan Swain, 1980), kaidah
penggunaan bahasa (a rule of language use) (Canale, 1983), komponen yang
memungkinkan pengguna bahasa untuk menghubungkan arti dan maksud ujaran dengan
konteks penggunaannya (Bachman, 1990), dan kemampuan aksional yakni kemampuan
mengungkapkan dan memahami maksud atau tujuan komunikasi melalui penggunaan
fungsi bahasa (language fuction) dan tindak tutur (speech act) (Celce-Murcia et al., 1995).
Apabila mengacu pada pembagian aspek pragmatik oleh Leech (1983), maka kemampuan
pragmatik dapat dibagi menjadi dua yaitu kemampuan sosiopragmatik dan
pragmalinguisitk. Kemampuan yang pertama merupakan kemampuan untuk meggunakan
4. 3
bahasa sesuai dengan konteks sosial tertentu atau kondisi sosial tertentu yang difahami
oleh penutur and petutur. Sedangkan kemampuan yang kedua merupakan kemampuan
untuk menggunakan bentuk-bentuk linguisitk tertentu yang dipergunakan oleh penutur asli
untuk mengungkapkan ilokusi-ilokusi tertentu
C. Pengertian Kompetensi Berbahasa
Kompetensi berbahasa mencakup empat keterampilan, yaitu menyimak,berbicara,
membaca, dan menulis. Kompetensi berbahasa merupakan tindak memergunakan bahasa
secara nyata untuk tujuan berkomunikasi. Kegiatan berbahasa atau kompetensi berunjuk
kerja bahasa merupakan manifestasi nyata kompetensi kebahasaan seseorang. Tinggi
rendahnya kompetensi kebahasaan seseorang pada umumnya tercermin dalam
kemampuan berbahasanya.
Berbagai aspek kebahasaan dan fungsi komunikatif pemahaman dan penggunaan
bahasa haruslah terintegrasi dalam tes kompetensi berbahasa. Artinya, melalui tes
kebahasaan akan diukur pengetahuan kebahasaan seseorang, tetapi ia harus terintegrasi
dalam bentuk pemahaman dan penggunaan Bahasa secara wajar dan kontekstual. Tes
kebahasaan yang dimaksudkan untuk mengukur kompetensi gramatikal yang merupakan
kemampuan dasar untuk berkomunikasi memang perlu mendapatkan perhatian tersendiri.
Akan tetapi, ia tidak boleh lepas dari fungsi komunikatif bahasa, dan jika dipaksakan akan
berubah menjadi jenis tes kebahasaan yang lain yang tidak mengukur kompetensi
berbahasa. Dengan demikian, tes kompetensi berbahasa akan berwujud tes kebahasaan,
pemahaman, dan penggunaan bahasa. Secara konkret, tes kompetensi berbahasa akan
melibatkan keempat aspek itu harus kontekstual. Artinya, ia harus berada dalam situasi
pemakaian yang sesungguhnya, wajar, dan berada dalam konteks tertentu. Jika
mengabaikan hal-hal tersebut, tes terhadap keempat keterampilan berbahasa itu pun dapat
terjerumus ke dalam tes yang terisolasi dan artifisial. Kecenderungan tes yang demikian
inilah sebenarnya yang merupakan masalah dalam tes bahasa dewasa ini (Brown,
2004:10).
Dewasa ini tes tradisional masih saja digunakan dalam pengukuran kompetensi
berbahasa. Tes tradisional di sini dimaksudkan sebagai tes yangmemiliki karakteristik
yang hanya menuntut aktivitas seseorang untuk memilih jawaban, menunjukkan
penguasaan pengetahuan, memanggil kembali atau rekognisi. Jika demikian, tinggi
rendahnya skor seseorang belum tentu sekaligus mencerminkan tingkat kompetensinya.
5. 4
Berbagai bentuk soal tes yang telah menyediakan jawaban, misalnya bentuk soal
tes objektif seperti benar-salah dan pilihan ganda, merupakan contoh tes tradisional.
Berbagai soal yang mengukur kompetensi bahasa seperti tes struktur dan kosakata, apalagi
yang bersifat diskret jelas dikategorikan sebagai soal tes tradisional. Bahkan, soal-soal
yang mengukur kompetensi berbahasa seperti menyimak dan membaca yang dibuat dalam
bentuk pilihan ganda juga dapat dikategorikan sebagai tes tradisional. Berbagai ujian yang
mempergunakan soal pilihan ganda, misalnya ulangan umum, ujian semester, ujian masuk
perguruan tinggi, ujian masuk pegawai, juga masuk kategori tes tradisional.
6. 5
DAFTAR PUSTAKA
“Apa itu Kompetensi Lingustik” 21 jan 2020,hhtp://greelane.com/id/sastra/inggris/what-is-
linguitic-competence-1691123.(05 jul 2021)
Diana, Tustiantina “Tinjauan Pragmatik Dalam Keterampilan Berbicara”05 apr 2017,
hhtp://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/1074935.(05 jul 2021)