Dokumen tersebut membahas tantangan dan strategi dalam program pengendalian penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia. Beberapa tantangan yang dihadapi antara lain kurangnya pemahaman mengenai indikator program, rotasi SDM yang sering, dan belum optimalnya sistem pencatatan dan pelaporan. Untuk mengatasinya, strategi yang disebutkan meliputi sosialisasi pedoman baru, advokasi ke pemerintah daerah, dan pengembangan sistem informasi pelaporan PTM.
"Mengungkap Misteri Kemenangan di Xinslot: Situs Slot Online Gacor"
PTM]Judul singkat yang dioptimalkan untuk dokumen tersebut adalah:"[JUDUL PTM] Program P2PTM
1.
2. TANTANGAN &
KENDALA
1. Belum semua pengelola program mengetahui indikator program P2PTM dan memiliki pemahaman yang
sama terhadap definisi operasional indikator serta cara perhitungannya
2. Perpindahan SDM yang terlalu sering mengakibatkan terputusnya kesinambungan program di daerah
3. Belum tersedianya Sistem pencatatan dan pelaporan yang bisa memonitor pengendalian Tekanan darah
Penyandang Hipertensi baik di tingkat Pusat, Provinsi, Kab/Kota, dan Puskesmas.
4. Sistem Aplikasi Sehat IndonesiaKu belum mengakomodir system pencatatan dan pelaporan Indikator ini
karena PTM belum menjadi prioritas dalam pengembangan ASIK di tahap awal.
5. Kab/kota masih belum bisa menentukan target dan capaian pasien hipertensi setiap tahunnya, sehingga
masih menggunakan data RISKESDAS tahun 2018
6. Masih belum berjalannya system tindak lanjut PIS PK antar program di puskesmas dari penemuan kasus
hipertensi sehingga tidak tertatalaksana sesuai standar.
7. Masih banyak kab/kota yang belum melaksanakan pengendalian Hipertensi dan DM melalui program
PANDU PTM
8. Belum semua Puskesmas mengembangkan pelayanan UBM
9. Belum banyak kab/kota yang mempunyai inovasi terkait program PTM
10.Belum optimalnya sosialisasi dan advokasi program pengendalian PTM di Pemerintah Daerah.
11.Belum berjalannya system pencatatan dan pelaporan di FKTP lainnya, sehingga banyak pasien
Hipertensi yang tidak terlaporkan
12.Masih adanya daerah yang mengalami kesulitan akses internet sehingga tidak dapat melaporakan via
Internet ke Aplikasi Sehat Indonesia Ku.
13.Masih Kurangnya Campaign terkait Hipertensi ke Masyarakat Baik ditingkat Pusat, Provinsi, Kab./Kota
14.Belum banyak kab/kota yang mempunyai inovasi terkait program PTM
15.Walaupun PTM sudah menjadi program prioritas nasional dan Standar Pelayanan Minmal, namun masih
banyak Pemerintah daerah yang belum memprioritaskan PTM
3. 3
STRATEGI
PERCEPATAN
1. Sosialisasi PMK no 13 tahun 2022 tentang RENSTRA KEMENKES tahun 2020-2024
2. Advokasi ke pemerintah daerah baik dari terkait kewajiban pemenuhan SPM khususnya terkait
Pelayanan penderita Hipertensi
3. Percepatan dan penyempurna-an ASIK dan adanya sistem pencatatan kohort untuk mengikuti
Pengendalian dan pengobatan pasien Hipertensi di Puskesmas
4. Penguatan kualitas layanan konseling dan edukasi terkait diet dan aktivitas fisik melalui penguatan
kapasitas Nakes di Puskesmas melalui Pelatihan dan Orientasi secara luring dan daring
5. Penguatan kapasitas tenaga konselor layanan UBM melalui pelatihan secara online, melakukan promosi
dan edukasi masyarakat untuk mendapatkan layanan Upaya Berhenti Merokok
6. Penguatan kapasitas petugas Kesehatan tentang PANDu PTM melalui pelatihan, Orientasi dan OJT
7. Optimalisasi Puskesmas PANDU PTM sebagai upaya untuk pelayanan penderita hipertensi dan DM 🡪
advokasi untuk anggaran
8. Mendorong daerah untuk memperluas cakupan pelayanan Pasien Hipertensi yang tekanan darahnya
terkendali dan DM yang gula darahnya terkendali tidak hanya terbatas di Puskesmas namun juga di FKTP
lainnya
9. Memperluas cakupan penggunaan ASIK yang tidak hanya di Puskesmas namun DI FKTP lainnya
10. Mendorong daerah untuk pelaksanaan SPM dan menentukan targetnya dari Indikator PTM yang ada
melalui Surat edaran yang dipantau oleh Kemendagri
11. Pentingnya kontrol dari Provinsi untuk melaihta kemajuan capaian indikator didaerah masing-masing.
12. Pemberian Reward ditahun mendatang melalui pemberian prioritas bantuan dana Alokasi khusus bagi
Kab/kota yang pencatatan dan pelaporannya bagus
8. 8
Sumber Data :
1. Indikator Renstra :
Data Skrinning usia 7-15 : penjaringan berkala, UKS,
Data Skrinning usia >15 thn : posbindu PTM, Data kunjungan
puskesmas,
2. Data Program
Data Kasus : Kelainan Refraksi, Katarak, Low Vision,Kebutaan
pada anak, Retinapati Diabetikum, Glaukoma, OMSK, Tuli
kongenital, Serumen, Presbikusis, HIHL,
9. SPM PTM
CAPAIAN SPM KABUPATEN KOTA INDIKATOR PTM
TAHUN 2022
NO KAB/KOTA
JUMLAH PENDUDUK
(BPS)
PREVALENSI SPM P2PTM
HT DM HIPERTENSI DIABETES MELLITUS USIA PRODUKTIF (70%?)
TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN
1 Kab Kep. Tanimbar 124,075
29.5 0.6
36,602 744 86,853
2 Maluku Tenggara 122,640
38.20 0.8
46,848 981 85,848
3 Maluku Tengah 424,730
31.80 0.7
135,064 2,973 297,311
4 Buru 136,393 24.30 0.3 33,143 409 95,475
5 Kepulauan Aru 102,916
25.40 0.4
26,141 412 72,041
6 Seram Bagian Barat 214,733
26.50 0.5
56,904 1,074 150,313
7 Seram Bagian Timur 140,271
31.90 0.3
44,746 421 98,190
8 Maluku Barat Daya 82,187
29.90 0.1
24,574 82 57,531
9 Buru Selatan 76,715 24.20 0.1 18,565 77 53,701
10 Kota Ambon 347,644 27.80 1.4 96,645 4,867 243,351
11 Kota Tual 90,322 26.50 1.1 23,935 994 63,225
Maluku 1,862,626 29.00 0.7 540,162 13,038 1,303,838
10. PERMASALAHAN
1. Kurangnya koordinasi Lintas Program dalam pelayanan deteksi dini gangguan indera
(Kesga, yankes BKIM )
2. SDM terbatas (Rotasi petugas yang cepat baik di puskesmas maupun kabupaten/kota,
petugas yang kurang)
3. Masih banyak potensi data screnning yang tidak terlaporkan ke dinas kesehatan
kabupaten/kota
4. Kegiatan dalam posbindu belum dilakukan secara optimal ( deteksi dini gangguan
indera)
5. Kegiatan deteksi dini indera di luar gedung memerlukan tempat, ruang , cahaya
12. SUMBER DATA
12
Kabupaten/kota yang minimal 80% puskesmasnya
melaksanakan Pelayanan Terpadu PTM (PANDU PTM)
Selama ini sumber data didapat dari hasil monev dan
bimtek dengan Dinkes Kab/Kota
Rencana akan ada format intrumen pencatatan dan
pelaporan pandu PTM di puskesmas (sesuai kriteria
puskesmas pandu PTM)
13. TANTANGAN &
KENDALA
CAPAIAN
PANDU PTM
PERMASALAHAN
▪ Kurangnya komitmen puskesmas dalam penerapan pandu PTM
▪ Keterbatasan SDM
▪ Program P2PTM belum menjadi prioritas di provinsi dan kab/kota
▪ Belum semua pengelola program memiliki pemahaman yang sama
terhadap definisi operasional indikator Puskesmas PANDU-PTM
(kriteria Puskesmas PANDU-PTM)
▪ Belum ada format pelaporan yang baku
14. Program Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
No Indikator
CAPAIAN
Batas waktu Penanggung Jawab
2020 2021
2022
target Capaian % Capaian
1 2 3 4 5 6 7
1 Persentase
penduduk
sesuai
kelompok usia
yang dilakukan
skrining PTM
prioritas
- - 45 10,77
16. Saat ini, masih
terdapat 73
Kab/Kota di 18
Provinsi yang
belum memiliki
peraturan
Kawasan Tanpa
Rokok
No. Provinsi Jumlah Kab/Kota
Sudah ada
Peraturan KTR
Belum ada
Peraturan KTR
1 Sumatera Utara 33 21 12
2 Papua Tengah 8 0 8
3 Papua Pegunungan 8 0 8
4 NTT 22 14 8
5 Papua Barat 13 6 7
6 Papua 9 2 7
7 Jawa Tengah 35 29 6
8 Jawa Timur 38 35 3
9 Aceh 23 21 2
10 Kalimantan Barat 14 12 2
11 Kalimantan Tengah 14 12 2
12 Papua Selatan 4 2 2
13 Sulawesi Utara 15 14 1
14 Riau 12 11 1
15 Sulawesi Tenggara 17 16 1
16 Bengkulu 10 9 1
17 Maluku Utara 10 9 1
18 Jawa Barat 27 26 1
19 Provinsi lain 202 202 0
Total 514 441 73
17. MASALAH DAN KENDALA
17
Kendala Kab/ Kota yang belum memiliki Peraturan KTR:
• Kurangnya komitmen/ dukungan pimpinan daerah
• Sudah dilakukan advokasi Perda KTR, namun Draft Perda KTR belum masuk ke dalam agenda
Penganggaran Raperda DPR
Kendala Implementasi KTR belum optimal:
• Sudah ada Perda/Perbup namun belum tersosialisasi ke masyarakat
• Kesehatan bekerja sendiri, sehingga implementasi di tujuh tatanan belum optimal
• Kesulitan menginventarisir tatanan mana saja yang termasuk tatanan KTR sebagai baseline data/
denominator kepatuhan KTR, contoh : Tempat Ibadah terdaftar di Kemenag dan Kemensos
• Satgas KTR Lintas Sektor membutuhkan biaya
• Pelaporan Kepatuhan KTR belum diakomodir di SIPTM maupun ASIK
• Form checklist penilaian KTR belum ada di juknis, belum tersosialisasi optimal
18. STRATEGI
18
• Advokasi Perda KTR melibatkan DPR tidak hanya Kepala Daerah,
Kemenkes bekerja sama dengan Kemendagri dan KemenPPPA bersedia
terlibat dalam proses advokasi daerah.
• Melakukan koordinasi dan sosialisasi kepada Pemda bersama dengan
Dinas Pendidikan, Dinas Perhubungan, Satpol PP, Dinas Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak, Kemenag, Dinas Pariwisata untuk
Pembentukan Satgas KTR Daerah.
• Agar Kemenkes melakukan percepatan dashboard e-monev KTR untuk
memudahkan daerah monitor dan evaluasi penerapan KTR di wilayahnya.
• Meminta data daftar yang menjadi sasaran implementasi tatanan KTR dari
kementerian/dinas terkait. Contoh: Meminta data daftar tempat bermain
anak dari Dinas PPPA. (pusat akan memberikan arahan lebih lanjut terkait
hal ini)
19. MASALAH DAN KENDALA
19
• Tenaga Terlatih UBM di puskesmas terbatas
• Tidak ada klien yang datang ke klinik UBM
• Pelaporan UBM tidak rutin diupload perbulan
• Untuk puskesmas yang belum CO – Analyzer sulit mendeteksi perokok, karena
masyarakat akan cenderung menjawab “Tidak Merokok” apabila ditanya merokok
atau tidak.
• Masyarakat belum tahu ada klinik UBM di puskesmas
• Belum optimal dalam follow up kunjungan selanjutnya
20. STRATEGI 20
• Untuk Percepatan Tenaga Konselor UBM, dapat dilakukan Workshop UBM untuk konselor yang
sudah ada di puskesmas, tidak harus menunggu ada Pelatihan UBM.
• Kolaborasi lintas program (Promkes, Psikolog, Dokter, Konselor program lain yang ada di
puskesmas)
• Data klien UBM harus diupload setiap bulan (minimal 1 klien) agar puskesmas tetap teridentifikasi
sebagai Puskesmas UBM di SIPTM
• Sosialisai tentang bahaya merokok dan manfaat berhenti merokok pada berbagai even kesehatan
dan kesempatan lainnya dan juga mengenalkan UBM.
• Kegiatan UBM dapat dilakukan terintegrasi dengan program lain, seperti :
a. Algoritma PANDU-PTM
b. Tindak lanjut dari kegiatan Posbindu PTM,
c. Deteksi dini program kesehatan jiwa dengan menggunakan instrumen ASSIST,
d. Penjaringan awal dan berkala di sekolah,
e. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK), dan
f. Skrining UBM di sekolah.
• Sosialisasi layanan UBM bisa dilakukan melalui Telepon Quitline dan Quitina Bot yang bisa diakses
melalui Peduli Lindungi, untuk masyarakat yang kurang nyaman untuk konseling Tatap Muka
21. 21
Perhitungan
dan DO
Indikator Jumlah kabupaten/kota yang memiliki lebih dari 40%
puskesmas yang menyelenggarakan Layanan Upaya
Berhenti Merokok
Cara Perhitungan :
Jumlah kumulatif kabupaten/kota dengan > (lebih dari 40%
Puskesmas yang menyelenggarakan Layanan Upaya Berhenti
Merokok:
Contoh : Pada Kabupaten X mempunyai 100 PKM, maka
Indikator tercapai bila > terdapat 40 PKM yang
menyelenggarakan Layanan Konseling UBM
Jumlah
Kab/Kota yang
Melakukan
Pelayanan UBM
22. TANTANGAN PELAKSANAAN PROGRAM P2PTM
NO PERMASALAHAN/KENDALA RTL
1 Situasi COVID-19 menjadi masalah dalam
mengoptimalisasi pelaksanaan Deteksi Dini Program
PTM
Inovasi ditengah pandemi dgn
menyesuaikan Kebijakan kondisi
wilayah
2 Underreporting masalah P2PTM gangguan indera
dimana kegiatan skrining belum di update ke Sistem
Informasi PTM (SIPTM)
Refresh/ penguatan kapasitas
seluruh PP PTM (Dinkes &
Fasyankes) terkait RR Program
PTM kedalam SIPTM
3 Integrasi program dan Sinkronisasi Data dengan lintas
program dan Multisektor belum optimal
Penjadualan integrasi dan sinkronisasi
Data dengan Lintas Program dan lintas
sektor
4 Keterbatasan dana sosialisasi dan mobilisasi kader
dalam deteksi dini Program P2PTM di masyarakat
Mapping Data dan Validasi rutin untuk
bahan advokasi
5 Masih kurangnya puskesmas yang terakreditasi paripurna Kebutuhan koordinasi dalam
pembahasan standar Akreditasi
Paripurna
6 Kemampuan petugas kesehatan karena adanya mutasi dan
rotasi
Kebutuhan standar dan peningkatan
kapasitas petugas Kesehatan termasuk
23. KESIMPULAN
1. Tren menunjukkan peningkatan prevalensi PTM di Indonesia termasuk Penyebab
angka kematian tertinggi
2. Fokus program PTM pada pencegahan dan pengendalian faktor risiko serta
melaksanakan meningkatkan kualitas kuratif dan rehabilitasi
3. Indikator PTM dalam RPJMN 2020-2024 masih tetap menjadi prioritas, dibutuhkan
komitmen dan inovasi dari pemangku kepentingan terkait
4. Program PTM harus diintegrasikan dengan program lainnya seperti PIS-PK, SPM,
GENTAS, GERMAS, SDIDTK, posbindu, posyandu dan deteksi dini faktor risiko PTM
lainnya, dengan melibatkan OP terkait, Komite Daerah, ORMAS
5. SPM adalah KPI Bupati/walikota, diharapkan dapat menjadi daya ungkit bagi Dinkes
Kab/Kota