2. Tantangan SIK dalam Mendukung Program Indonesia Sehat
VIS
I DAN MIS
I PRES
IDEN
9 AGENDA PRIORITAS (NAWA CITA)
Agenda ke 5: Meningkatkan kualitas Hidup Manusia
Indonesia
TRISAKTI:
Berdaulat di bidang politik; Mandiri di bidang ekonomi;
Berkepribadian dlm budaya
PROGRAM INDONESIA
SEHAT
PROGRAM INDONESIA
SEJAHTERA
PROGRAM
INDONESIA
KERJA
PENGUATAN YANKES
PENERAPAN
PARADIGMA SEHAT
JAMINAN KESEHATAN
NASIONAL (JKN)
RENSTRA
2015-2019
3
DIMENSI
PEMBANGUNAN:
PEMBANGUNAN
MANUSIA,
SEKTOR
UNGGULAN,
PEMERATAAN
DAN
KEWILAYAHAN
NORMA
PEMBANGUNAN
KABINET
KERJA
D
T
P
K
KELUARGA SEHAT
PROGRAM
INDONESIA
PINTAR
SISTEM INFORMASI KESEHATAN TERINTEGRASI
3. Tantangan
Mewujudkan
Satu Data
SatuData adalah sebuah inisiatif Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan
interoperabilitas dan pemanfaatan data pemerintah.
Pemanfaatan data pemerintah tidak terbatas pada penggunaan internal antar instansi,
tetapi juga sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan data publik bagi masyarakat.
Kebijakan Satu Data ini dilaksanakan dengan strategi melalui pengembangan satu
standar data, satu metadata yang baku, dan satu portal
6. Meningkatkan ketersediaan dan
kualitas data dan informasi
Meningkatkan kualitas dan
kecepatan proses kerja pelayanan
kesehatan
Fokus Penguatan SIK
Aspek Dasar:
Leadership, Governance, Regulasi, Kebijakan, Standarisasi, Sumber
Daya, dll
Penataan Data Transaksi di
Fasyankes
Optimalisasi Aliran dan Integrasi
Data
Peningkatan Pemanfaatan Data dan Informasi
7. Penguatan SIK
Penataan data
transaksi
•Penataan dan integrasi
Catpor Puskesmas
•Implementasi SIKDA
Generik Puskesmas (SIP-
Elektronik)
Optimalisasi
aliran dan
integrasi data
•Penataan sistem pelaporan data
terintegrasi
•Implementasi DHIS2 sebagai
bank data
Peningkatan
pemanfaatan
data/informasi
•Penyajian data/informasi
(dashboard melalui DHIS2)
•Peningkatan Kualitas Data
(PMKDR)
Leadership,
Governance, Regulasi,
Kebijakan, Standarisasi,
Sumber Daya
8. Kebijakan Satu Data Kesehatan
Berbagi pakai data
(data sharing)
melalui
INTEROPERA-
BILITAS
Perbaikan proses
pengumpulan data
melalui
STANDARISASI
KEBIJAKAN
SATU DATA
KESEHATAN
Pemanfaatan data
yang mendorong
pengambilan
keputusan
berdasar bukti
AKUNTABILITAS
1
2 3
10. Elektronik KELUARGA SEHAT (e-KS)
SISTEM INFORMASI PUSKESMAS
DATA PRIORITAS S P M PROFIL KESEHATAN RS ONLINE
S I P D
DATA PRIORITAS PROFIL KESEHATAN
SATU DATA KESEHATAN
DJ.
Kesmas
PUSDATIN
BPJS
SEKTOR LAIN
PROFIL
KESEHATAN
DATA
PRIORITAS
DESA
PUSKESMAS
KAB./
KOTA
DJ.
P2P
DJ.
Yankes
DJ.
Farmalkes
Badan
Litbang
BPS
BIG
Badan
PPSDM Sekjen Itjen
PROP
P - CARE
S P M
S P M
Satu Standart Data
Satu Metadata Baku
Satu Portal Data
BAPPENAS
e-ATM
e-Logistik
12. Sistem Informasi Puskesmas
Pencatatan dan pelaporan merupakan bagian dari pelayanan
kesehatan di Puskesmas (Pasal 1 PMK 75/2014)
• Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang diberikan oleh
Puskesmas kepada masyarakat, mencakup perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, pencatatan, dan pelaporan yang
dituangkan dalam suatu sistem.
Pengertian SIP (Pasal 1 PMK 75/2014)
• Sistem Informasi Puskesmas adalah suatu tatanan yang
menyediakan informasi untuk membantu proses pengambilan
keputusan dalam melaksanakan manajemen Puskesmas untuk
mencapai sasaran kegiatannya.
12
13. Sistem Informasi
Puskesmas
Pencatatan dan Pelaporan
Puskesmas dan
Jaringannya
Survei Lapangan
Laporan Lintas Sektor
Terkait
Laporan Jejaring Fasyankes
di Wilayah Kerjanya
Sistem Informasi Puskesmas
Unsur Sistem Informasi Puskesmas
Ayat (3) Pasal 43 PMK 75/2014
Kewajiban Penyelenggaraan Sistem Informasi di Puskesmas
Pasal 43 PMK 75/2014
(1) Setiap Puskesmas wajib melakukan kegiatan sistem informasi Puskesmas.
(2) Sistem Informasi Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diselenggarakan secara eletronik atau nonelektronik.
SP2TP
14. Sistem Informasi Puskesmas
SIP bagian dari SIKDA Kab/Kota
Pasal 44 PMK 75/2014
(1) Sistem Informasi Puskesmas merupakan bagian dari sistem informasi
kesehatan kabupaten/kota.
Kewajiban menyampaikan laporan
Pasal 44 PMK 75/2014
(2) Dalam menyelenggarakan sistem informasi Puskesmas, Puskesmas wajib
menyampaikan laporan kegiatan Puskesmas secara berkala kepada dinas
kesehatan kabupaten/kota.
(3) Laporan kegiatan Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan sumber data dari pelaporan data kesehatan prioritas yang
diselenggarakan melalui komunikasi data.
16. Pembenahan Sistem Informasi Puskesmas
Penyusunan Standar
DATASET
Sistem Pencatatan dan
Pelaporan Puskesmas
Pengembangan
Sistem Informasi
Puskesmas
Elektronik
Pembenahan
Sistem Informasi
Puskesmas
nonElektronik
Inventarisasi Data
bersumber dari
Puskesmas
Penyusunan Standar
METADATA (Health Data Dictionary)
KaTa-hatI: idn-hdd.kemkes.go.id
telah selesai revisi
SIMPUS (SP2TP/SP3)
dalam kerangka PMK
75/2014
• Kartu
• Register
• Laporan
telah mengembangkan aplikasi
SI Puskesmas elektronik
(SIKDAGen modul Puskesmas)
yang implementasi di sejumlah
kab/kota
Standar Dataset dan Metadata/HDD
yang disusun tidak hanya untuk
Puskesmas tetapi juga untuk Fasyankes
lainnya (RS, dll)
Pusdatin sdh bekerja
selama 2 tahun
(2009-2010)
Dilakukan selama 2
tahun (2010-2011)
Orang
Penyakit Menular, Tidak Menular, Penyakit Tropis
Tanda dan Gejala
JKN dan Integrasi Sistem Informasi Puskesmas
Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan Medis
Gizi
18. Ringkasan Hasil Ratas dengan Ditjen P2P
1 Desember 2016
• Instrumen pencatatan kegiatan Program P2P dalam SIP
berkurang dari 44 formulir menjadi 32 formulir setelah
dilakukan pengurangan dan integrasi formulir dengan tetap
memperhatikan kebutuhan program
• SIP akan mendukung pelaksanaan program P2P, Pendekatan
Keluarga, Germas, program Kemenkes lainnya.
• Pencatatan di Puskesmas meliputi dalam gedung, luar
gedung dan jaringan puskesmas untuk morbititas dan
mortalitas baik rutin maupun KLB.
• Diperlukan penguatan kapasitas setiap jenjang admistrasi
kesehatan untuk implementasi SIP program P2P.
19. Ringkasan Hasil Ratas dgn Ditjen Kesmas
23 Desember 2016
• Jumlah Instrumen pencatatan kegiatan Program Kesmas
dalam SIP berkurang dari 49 menjadi 9 formulir.
• Instrumen pelaporan kegiatan Program Kesmas dalam SIP
menjadi Formulir terintegrasi yang dikirimkan secara
periodik (bulanan dan tahunan).
• Tidak ada lagi permintaan data secara ad hoc.
• Dibedakan antara pencatatan untuk kepentingan individu
dan kepentingan jabatan fungsional.
• Data yang terkumpul melalui (Bank Data Pusdatin) dapat
dipergunakan oleh pengelola Program di masing-masing
unit. Misalnya Ibu hamil dengan Hipertensi, Penyakit akibat
Kerja dan lain-lain.
• Pengumpulan data dilakukan melalui survei, riset, sensus.
20. Hasil Pertemuan Sesjen dengan
Sesditjen Kesmas dan Sesditjen P2P
29 Desember 2016
• Perlu disederhanakan kembali ke arah data yang bermakna,
dan dimanfaatkan, serta tidak membebani Puskesmas
• SIP terdiri dari rekam medis dan program yang sangat
diperlukan pencatatan dan pelaporan tak perlu terlalu
rinci
• Unit utama dapat segera berkoordinasi di internal sehingga
informasi yang diharapkan memberi makna dalam
peningkatan program.
• Perlu adanya pendekatan keluarga pada pencatatan dan
pelaporan yang terintegrasi ini.
21. Tindak lanjut Pertemuan dengan Sesjen
• Sebagai tindak lanjut staf Ditjen Kesmas telah
melakukan pertemuan koordinasi dengan seluruh unit
utama di lingkup Ditjen Kesmas dengan hasil sebagai
berikut.
– Penguatan kesepakatan antar unit utama tentang
jumlah Instrumen pencatatan kegiatan Program
Kesmas dalam SI Puskesmas berkurang dari 49
menjadi 9 formulir.
– Penguatan kesepakatan tentang instrumen
pelaporan kegiatan Program Kesmas dalam SIP
menjadi Formulir terintegrasi yang dikirimkan secara
periodik (bulanan dan tahunan)
22. Tindak lanjut Pertemuan dengan Sesjen
• Pada tanggal 17 Januari 2017 telah dilakukan pembahasan
tentang penyederhanaan sistem informasi di Puskesmas oleh
staf Setditjen P2P dengan unit utama di lingkungan Ditjen P2P
dengan hasil sebagai berikut.
– Jumlah Instrumen pencatatan kegiatan Program P2P dalam SI Puskesmas
berkurang dari 43 formulir menjadi 13 register dan 1 kartu.
– Pencatatan kegiatan program HIV-AIDS dan Infeksi Menular Seksual di
Puskesmas terintegrasi ke dalam Register Pelayanan Laboratorium.
– Pencatatan kegiatan Kesehatan Jiwa dan NAPZA terintegrasi ke dalam
Register Penyuluhan Individu dan Register Penyuluhan Kelompok
Program Promosi Kesehatan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat.
– Pelaporan program P2P terintegrasi dengan unit lainnya, yakni
menggunakan format Laporan Bulanan Kesakitan Umum (UKP), dan
Laporan Bulanan Upaya Kesehatan Masyarakat Esesnsial (UKME), serta
Laporan Tahunan (LT)
23. Perkembangan Terakhir
• Berdasarkan arahan dari Sekretaris Jenderal
Kementerian Kesehatan telah dilakukan upaya sebagai
berikut :
– Penyederhanaan kembali ke arah data yang bermakna, dan
dimanfaatkan, serta tidak membebani Puskesmas
– SIP terdiri dari rekam medis dan program yang sangat diperlukan
pencatatan dan pelaporan tak terlalu rinci
– Unit utama telah berkoordinasi di internal sehingga informasi yang
diharapkan memberi makna dalam peningkatan program.
– Pendekatan keluarga telah dimasukkan pada pencatatan dan
pelaporan yang terintegrasi ini
– Kesepakatan (sementara) namanya SIKDA Generik V2.0
24. SIKDA GENERIK (1)
• SIKDAGenerik adalah upaya dari Kementerian Kesehatan dalam
menerapkan standardisasi Sistem Informasi Kesehatan sehingga
dapat tersedia data dan informasi kesehatan yang akurat, tepat, dan
cepat dalam pengambilan kebijakan di bidang kesehatan dengan
mendayagunakan teknologi, informasi, dan komunikasi.
• Aplikasi ini diberikan secara gratis dan dikembangkan berdasar
sistem pencatatan dan pelaporan di puskesmas
• SIKDA Generik terbaru (SIKDA Generik 1.4) :
– sudah terintegrasi dengan aplikasi PCare (BPJS);
– digunakan secara online /cloud (Server berada di Pusdatin Kemenkes);
– dapat diakses melalui alamat : http://e-sikda.kemkes.go.id
27. JUMLAH PUSKESMAS YG SUDAH DIBERIKAN HAK AKSES SIKDA GENERIK 1.4 MELALUI GAVI HSS
PER PROVINSI & KAB/KOTA
No Provinsi No. Kab/Kota Jml Puskesmas No Provinsi No. Kab/Kota Jml Puskesmas
1 Sumatera Utara 1 Kab Labuhan Batu 4 3 DKI Jakarta 1 Kota Jakarta Barat 8
2 Kab Batubara 3 2 Kota Jakarta Utara 3
3 Kab Deli Serdang 19 3 Kota Jakarta Timur 10
4 Kab Labuhan Batu Utara 5 4 Jawa Barat 1 Kab Sukabumi 10
5 Kab Asahan 9 2 Kab Cirebon 10
6 Kab Nias Selatan 5 3 Kab Tasikmalaya 10
7 Kab Langkat 4 4 Kab Karawang 12
8 Kab Serdang Bedagai 8 5 Kab Bogor 10
9 Kab Tapanuli Selatan 8 6 Kab Bandung 11
10 Kota Medan 10 7 Kab Cianjur 10
2 Sumatera Selatan 1 Kab Muara Enim 5 8 Kab Majalengka 10
2 Kab OKI 3 9 Kab Garut 7
3 Kab OKU 5 10 Kab Indramayu 12
4 Kab Lahat 3 11 Kota Bogor 24
28. DAFTAR KAB/KOTA YANG SUDAH DIBERIKAN HAK AKSES SIKDA GENERIK 1.4
BERDASARKAN PERMINTAAN SENDIRI
NO. PROVINSI KABUPATEN/KOTA JUMLAH PUSKESMAS
1 ACEH 4 74
2 SUMATERA UTARA 1 39
3 SUMATERA BARAT 2 22
4 RIAU 2 40
5 JAMBI 1 18
6 LAMPUNG 4 36
7 SUMATERA SELATAN 1 2
8 BANGKA BELITUNG 1 8
9 KEP. RIAU 1 17
10 JAWA BARAT 5 105
11 JAWA TIMUR 9 209
12 BANTEN 4 94
13 KALIMANTAN TENGAH 1 15
14 KALIMANTAN UTARA 1 7
15 SULAWESI TENGAH 1 2
16 PAPUA 1 5
16 PROVINSI 39 Kabupaten 693 Puskesmas
Update 27-02-2017
31. Integrasi Data – Integrasi Sistem
SI Puskesmas
INTEGRASI DATA
INTEGRASI
SISTEM
SIKDA GEN
SIMPUS
Jojok
ePuskesmas
SISFOMAS
SIMPUS
Purworejo
SIP Lainnya
SI
Progra
m
SISMAL
SITT
SIHA
32. Model Integrasi SIK
Bridging System – Pangka
Pendek (2014- 2016)
• Masing-masing sistem
informasi berdiri sendiri,
kemudian dibuatkan
mekanisme sharing
data/output (services
bus/service app)
Modular System – Jangka
Panjang (2014- 2019)
• Mengintegrasikan
masing-masing sistem
informasi program ke
dalam SIKDA Generik
Fokus Penguatan SIK yang meliputi :
Penataan Data Transaksi di Fasyankes
Optimalisasi Aliran dan Integrasi Data
Peningkatan Pemanfaatan Data/Informasi
Penguatan sistem informasi kesehatan difokuskan kepada 2 hal, yaitu:
(1) penataan data transaksi di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai sumber data, dengan tujuan meningkatkan kualitas dan kecepatan proses kerja terutama di fasilitas pelayanan kesehatan.
(2) optimalisasi aliran dan integrasi data, dengan tujuan meningkatkan ketersediaan dan kualitas data dan informasi kesehatan dan yang terkait.
(3) peningkatan pemanfaatan data/informasi, dengan tujuan meningkatkan pemanfaatan data dan informasi sebagai masukan untuk pengambilan keputusan dalam manajemen kesehatan.
Namun demikian, penataan atau penguatan pada aspek dasar penyelenggaraan sistem informasi kesehatan seperti kebijakan/regulasi, standar, sumber daya, atau lainnya, tidak dapat ditinggalkan dan bahkan harus lebih dahulu dilakukan. Penataan atau penguatan aspek dasar tersebut untuk memperkuat landasan langkah-langkah penguatan berikutnya. Artinya, walaupun tidak disebutkan dalam fokus prioritas penguatan sistem informasi kesehatan, aspek dasar penyelenggaraan sistem informasi kesehatan ini juga harus menjadi prioritas pembenahan.
Sistem Informasi Kesehatan masih terfragmentasi
Pengelolaan sistem informasi kesehatan saat ini masih terfragmentasi dimana pengelola program dan pemangku kepentingan mempunyai sistem informasi yang tersendiri. Banyaknya sistem informasi yang “stand alone” serta ditambahkan dengan sistem informasi yang dibangun oleh pemangku kepentingan Kementerian lainnya di luar Kementerian Kesehatan, Pemerintah daerah, dan juga program bantuan donor. Hal ini mengakibatkan banyaknya duplikasi kerja dalam pencatatan dan pelaporan yang dilakukan petugas di lapangan sehingga berdasar hasil penilaian di tahun 2010, Dinas Kesehatan Provinsi harus melaporkan secara rutin lebih dari 300 jenis laporan dan menggunakan lebih dari 10 jenis aplikasi sistem informasi yang berbeda.
Permasalahan SIK ini semakin mulai tampak jelas sejak pelaksanaan desentralisasi di awal tahun 2000an, cukup banyak puskesmas, rumah sakit, dinas kabupaten/kota dan dinas provinsi yang menginvestasikan dana untuk upaya modernisasi SIK dengan pemakaian TIK tanpa adanya pedoman atau panduan. Sebagai akibatnya saat ini terdapat beberapa Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang memiliki software aplikasi yang berbeda dari segi data, struktur, dan fungsi yang dikumpulkan sehingga data tidak dapat direkapitulasi di tingkat Provinsi karena tidak dapat berkomunikasinya software-software tersebut.
Lalu, SIK yang seperti apa yang kita inginkan?
Idealnya, penguatan sistem informasi kesehatan dilakukan dengan mengembangkan model sistem informasi kesehatan nasional sebagai terjemahan dari visi sistem informasi kesehatan yang dicita-citakan, yaitu sistem informasi kesehatan yang terintegrasi. Sistem informasi kesehatan yang terintegrasi adalah sistem informasi yang menyediakan mekanisme saling hubung antar sub sistem informasi dengan berbagai cara yang sesuai. Dengan demikian data dari satu sistem secara rutin dapat mengalir, menuju atau diambil oleh satu atau lebih sistem yang lain. Integrasi mencakup sistem secara teknis (sistem yang bisa berkomunikasi antar satu sama lain) dan konten (data set yang sama). Bentuk fisik dari sistem informasi kesehatan terintegrasi adalah sebuah aplikasi sistem informasi yang dihubungkan dengan aplikasi lain (aplikasi sistem informasi puskesmas, aplikasi sistem informasi rumah sakit, dan aplikasi lainnya) sehingga secara interoperable terjadi pertukaran data antar aplikasi.
Penguatan sistem informasi kesehatan yang diarahkan kepada sistem informasi yang terintegrasi didasarkan pada pemikiran bahwa (1) kebutuhan yang semakin meningkat terhadap Data dan Informasi Kesehatan yang akurat dan lengkap dengan akses yang cepat dan mudah; (2) data dan Informasi Kesehatan sangat berguna sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan dan meningkatkan manajemen program pembangunan kesehatan; dan (3) diperlukan keterpaduan Sistem Informasi Kesehatan secara nasional dalam rangka menunjang upaya kesehatan menjadi lebih efektif dan efisien.
Pada SIKDA Generik modul Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota akan diintegrasikan dengan aplikasi Komunikasi Data (menggunakan 28 dari 172 data set prioritas) dan dhis2 (district health information software version 2) sebagai dashboard
Dengan telah ditetapkannya Permenkes 75 tahun 2014, maka Penyelenggaraan Puskesmas harus mengikuti standar yang tercantum dalam Permenkes tersebut.
Dalam hubungannya dengan pencatatan pelaporan dan informasi Puskesmas, Permenkes 75 tahun 2014 menyatakan bahwa pelayanan kesehatan Puskesmas itu termasuk pencatatan dan pelaporan dimana semua kegiatan pelayanan kesehatan dituangkan dalam suatu sistem.
Tatanan informasi yang membantu proses pengambilan keputusan Puskesmas inilah yang disebut Sistem Informasi Puskesmas, dimana dalam penyelenggaraan sistem tersebut Puskesmas berwenang untuk melakukan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhadap akses, mutu dan cakupan pelayanan kesehatan
Kewajiban Penyelenggaraan Sistem Informasi di Puskesmas serta unsur Sistem Informasi Puskesmas yang tercantum dalam Permenkes no 75 tahun 2014 tentang Puskesmas
Sistem Informai Kesehatan di Puskesmas berdasarkan Permenkes no 75 tahun 2014 tentang Puskesmas termasuk kewajiban menyampaikan laporan ke Dinkes Kab/Kota
Bapak Ibu sekalian
Revisi SP2TP/SP3/SIMPUS telah melalui tahapan yang panjang sebagai berikut.
Masa sentralisasi
Pra SP2TP
SP2TP Kepmenkes RI No. 63/Menkes/SK/II/81 tentang SP2TP
Perbaikan SP2TP Kep Dirjen Binkesmas no: 590/BM-Info/V/96 tentang SIMPUS
Penyederhanaan SP2TP menjadi SP3 Pusdatin (Jabar dan Banten)
Masa desentralisasi
Bagaimana?
SP2TP/SP3 yang ada belum dapat memenuhi kebutuhan pelaporan program
program menciptakan sistem pelaporan sendiri
duplikasi data
membebani Puskesmas
SP2TP/SP3 perlu direview dan dirumuskan kembali
disesuaikan dengan perkembangan saat ini
menampung kebutuhan pelaporan program
Telah banyak dilakukan upaya untuk mereview dan merumuskan kembali
dilakukan masih kurang mendasar
kurang komprehensif, masih parsial untuk program tertentu
Dilakukan review dan perumusan kembali sistem pencatatan dan pelaporan Puskesmas secara komprehensif
Alasan utama perlunya Revisi SP2TP adalah karena :
Perubahan tatanan pemerintahan
Perkembangan kesehatan dan sistem kesehatan
Perkembangan Kebutuhan Data dan Fragmentasi Data
Pergeseran peran dan fungsi Puskesmas (PMK 75 tahun 2014)
Perkembangan IPTEK
UU No 11 Tahun 2008 tentang ITE, menegaskan pemanfaatan TI dan Transaksi elektronik ditujukan untuk memberikan rasa aman dan kepastian hukum.
Dalam pasar gelap di dunia maya, informasi kesehatan terkait terutama tentang rekam medis sangat bernilai bila dibandingkan dengan data kartu kredit.
Dengan data tersebut sangat memungkinkan untuk digunakan berbagai kejahatan yang dapat mendatangkan keuntungan finansial bagi pelaku kejahatan tersebut.