1. KUMPULAN MATERI ECONOMICS
MANAGERIAL
TULISAN INI DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MANAGERIAL
ECONOMICS. MATERI TETAP MENGACU PADA BUKU ECONOMIC
MANAGERIAL BY EVAN J. DOUGLAS DENGAN TAMBAHAN LITERATURE
LAIN SEBAGAI PENGKAYAAN MATERI ECONOMIC MANAGERIAL
DARI MAKALAH INI DIBUAT SLIDE UNTUK BAHAN DISKUSI AGAR
MAHASISWA MEMPEROLEH WAWASAN LEBIH
Pembimbing Pemahaman Materi ME
DR. Sigit Sardjono,M.Ec
PROGRAM MM 49
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2. DAFTAR ISI
I Strategy Seorang Pengusaha Perusahaan Oligopoli Menetapkan Harga
II Strategi Seorang Pengusaha Perusahaan Monopolistic Menetapkan Harga
III Pricing Decisions In Practice
IV Penentuan Harga Produk Baru
V
Manajemen Periklanan Sebagai Dasar Membangun Perusahaan Yang memiliki Brand
Coorporate Yang Baik
VI Strategi Yang Membuat Produk Advantage
3.
4. TUGAS EKONOMI MANAJERIAL
KELOMPOK 5
Strategy Seorang Pengusaha Perusahaan Oligopoli Menetapkan Harga
Disusun oleh :
Saifudin – 1261800005
M. Khafid Ashar - 1261800011
Andre Wirana S. - 1261800018
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
2019
5. DAFTAR ISI
Cover...................................................................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................................................... ii
Kata Pengantar.....................................................................................................................................iii
I. Pendahuluan.................................................................................................................................. 1
II. Pembahasan................................................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Pasar Oligopoli ................................................................................................ 2
2.2 Karakteristik Pasar Oligopoli............................................................................................. 2
2.3 Model-model oligopoli ...................................................................................................... 3
2.3.1 Duopoli ................................................................................................................... 4
2.3.1.1 Model Cournot............................................................................................... 4
2.3.1.2 Model Bertrand.............................................................................................. 4
2.3.1.3 Model Chamberlin......................................................................................... 5
2.3.1.4 Model Kinked Demand Curve....................................................................... 5
2.3.1.5 Model Stackelberg......................................................................................... 6
2.3.1.6 Model Kartel.................................................................................................. 6
2.4 Memaksimumkan Penjualan Pasar Persaingan Oligopoli ................................................. 7
2.4.1 Kurva Menentukan Keuntungan Pasar Oligopoli .................................................. 7
2.5 Penetapan Harga dalam Pasar Oligopoli ........................................................................... 8
2.6 Memilih Metode Penetapan Harga .................................................................................. 10
2.6.1 Pendekatan Supply and Demand .......................................................................... 10
2.6.2 Pendekatan Yang Berorientasi Pada Biaya........................................................... 10
2.6.2.1 Markup Pricing ........................................................................................... 11
2.6.2.1 Break Even Analysis ................................................................................... 14
2.6.3 Pendekatan Pasar ............................................................................................... 14
III. Kesimpulan ................................................................................................................................. 15
Daftar Pustaka
6. KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat serta kasih-Nya,
serta kesehatan yang telah kami terima. Syukur Alhamdulillah seiring waktu yang berlalu tak terasa
tugas makalah ini dapat kami selesaikan. Sholawat serta salam semoga tetap selalu tercurahkan
kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
Pada makalah ini kami selaku penyusun berusaha menyajikan materi “Strategy Seorang
Pengusaha Perusahaan Oligopoli Menetapkan Harga”. Kami menyadari bahwa keterbatasan
pengetahuan serta pemahaman kami tentang “Strategy Seorang Pengusaha Perusahaan Oligopoli
Menetapkan Harga”, menjadikan makalah kami ini masih terdapat banyak kekurangan serta kesalahan
pada penyusunan.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat membawa manfaat bagi pembaca, setidaknya untuk
sekedar membuka cakrawala berpikir tentang bagaimana mendeskripsikan serta meningkatkan
informasi, pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep perencanaan kebutuhan sumber daya
manusia.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Dr. Sigit Sardjono, selaku
Dosen Ekonomi Manjerial, atas bimbingan serta dukungannya, dan untuk teman-teman program
Magister Manajemen Universitas 17 Agustus 1945 angkatan 49 atas kerjasamanya.
Surabaya, 15 Januari 2019
Penulis
7. BAB I
PENDAHULUAN
Oligopoli adalah pasar di mana penawaran satu jenis barang dikuasai oleh beberapa
perusahaan. Umumnya jumlah perusahaan lebih dari dua tetapi kurang dari sepuluh. Dalam pasar
oligopoli, setiap perusahaan memosisikan dirinya sebagai bagian yang terikat dengan permainan
pasar, di mana keuntungan yang mereka dapatkan tergantung dari tindak-tanduk pesaing mereka.
Sehingga semua usaha promosi, iklan, pengenalan produk baru, perubahan harga, dan sebagainya
dilakukan dengan tujuan untuk menjauhkan konsumen dari pesaing mereka.
Praktik oligopoli umumnya dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menahan perusahaan-
perusahaan potensial untuk masuk ke dalam pasar, dan juga perusahaan-perusahaan melakukan
oligopoli sebagai salah satu usaha untuk menikmati laba normal di bawah tingkat maksimum dengan
menetapkan harga jual terbatas, sehingga menyebabkan kompetisi harga di antara pelaku usaha yang
melakukan praktik oligopoli menjadi tidak ada. Struktur pasar oligopoli umumnya terbentuk pada
industri-industri yang memiliki capital intensive yang tinggi, seperti, industri semen, industri mobil,
dan industri kertas.
Sebagai salah satu variabel bauran pemasaran, selain produk, distribusi, dan promosi, harga
juga mempunyai peranan yang sangat penting bagi pemasar untuk menjangkau pasar sasaran atau
untuk menarik pembeli. Persoalan yang komplek selalu dihadapi oleh pemasar dalam upaya
menetapkan harga untuk produknya. Kita akan melihat bahwa kekomplekan dan pentingnya
penetapan harga ini memerlukan suatu pendekatan yang sistematis, yang melibatkan penetapan tujuan
dan pengembangan suatu truktur penetapan harga yang tepat.
8. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pasar Oligopoli
Oligopoli adalah pasar di mana penawaran satu jenis barang dikuasai oleh beberapa
perusahaan. Umumnya jumlah perusahaan lebih dari dua tetapi kurang dari sepuluh. Oligopoli
memiliki struktur pasarnya sendiri. Dalam pasar oligopoli, setiap perusahaan memosisikan dirinya
sebagai bagian yang terikat dengan permainan pasar, di mana keuntungan yang mereka dapatkan
tergantung dari tindak-tanduk pesaing mereka. Sehingga semua usaha promosi, iklan, pengenalan
produk baru, perubahan harga, dan sebagainya dilakukan dengan tujuan untuk menjauhkan konsumen
dari pesaing mereka.
Praktik oligopoli umumnya dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menahan perusahaan-
perusahaan potensial untuk masuk ke dalam pasar, dan juga perusahaan-perusahaan melakukan
oligopoli sebagai salah satu usaha untuk menikmati laba normal di bawah tingkat maksimum dengan
menetapkan harga jual terbatas, sehingga menyebabkan kompetisi harga di antara pelaku usaha yang
melakukan praktik oligopoli menjadi tidak ada. Struktur pasar oligopoli umumnya terbentuk pada
industri-industri yang memiliki capital intensive yang tinggi, seperti, industri semen, industri mobil,
industri kertas dan lain-lain.
Perusahaan yang bergerak dalam pasar oligopoli disebut oligopolis (oligopolist). Sebagai
produsen, keseimbangan terjadi bila laba maksimum tercapai. Analisis keseimbangan oligopoli tidak
menekankan dimensi waktu, melainkan kompetisi. Perusahaan seimbang atau tidak bukan saja dilihat
dari kemampuan mengatur output dan harga, tetapi juga kemampuan memprediksi prilaku pesaing.
Karena itu oligopolies akan mencapai keseimbangan jika perusahaan dapat melakukan apa yang dapat
dilakukan dan tidak mempunyai alasan lagi untuk mengubah jumlah output dan harga. Demikian juga
dengan para pesaing. Begitu kompleksnya situasi dalam pasar oligopoli, sehingga para ekonomi
mengembangkan beberapa model untuk menganalisi perilaku oligopolis. Sayangnya, tidak ada
satupun model yang dapat diterima secara umum sebagai model terbaik.
2.2 Karakteristik Pasar Oligopoli
Pasar oligopoli memiliki beberapa unsur penting (karakteristik), antara lain sebagai berikut:
1. Produk yang dijual memiliki harga yang hampir sama satu sama lain.
2. Pembedaan produk yang unggul merupakan kunci sukses dalam persaingan oligopoli.
9. 3. Hanya sedikit perusahaan dalam industri (few number of firms). Dalam menentukan suatu
industri masuk dalam pasar oligopoli atau tidak adalah dengan melihat penguasaan pangsa
pasar dari beberapa perusahaan, ini dilihat dari rasio konsentrasi suatu industri.
4. Produknya bisa homogen tetapi bisa juga terdiferensiasi (homogen or differentiated product).
Dilihat dari sifat output yang dihasilkan, pasar oligopoli merupakan peralihan antara pasar
persaingan sempurna dengan monopoli. Semakin besar tingkat diferensiasi, perusahaan makin
tidak tergantung pada kegiatan perusahaan-perusahaan lainnya.
5. Pengambilan keputusan yang saling memengaruhi (interdependence decisions). Keputusan
perusahaan dalam menentukan harga dan jumlah output akan memengaruhi perusahaan
lainnya, baik yang sudah ada (existing firms) maupun yang masih di luar industri (potential
firms).100
6. Kompetensi non harga (non-pricing competition) dalam upayanyamencapai kondisi optimal,
perusahaan tidak hanya bersaing dalam harga namun juga persaingan nonharga. Bentuk
kompetisi nonharga seperti pelayanan purna jual serta iklan untuk memberikan informasi,
membentuk citra yang baik terhadap perusahaan dan merek, serta memengaruhi perilaku
konsumen.
7. Adanya hambatan untuk masuk (barriers to entry) ke dalam industry bagi perusahaan baru,
karena butuh sumber daya yang besar.
8. Perubahan akan diikuti perusahaan yang lain.
Di samping karakteristik diatas, pasar oligopoli mempunyai beberapa ciri-ciri khusus. Ciri-ciri
tersebut diterangkan dalam uraian berikut.
1. Menghasilkan barang standar maupun barang yang berbeda corak. Adakalanya perusahaan
dalam pasar oligopoli menghasilkan barang standar (standardized product). Industri seperti
ini biasanya banyak dijumpai dalam industri yang menghasilkan dahan mentah seperti
produsen bensin dan industri baja aluminium. Di samping itu banyak pula pasar oligopoli
yang terdiri dari perusahaan-perusahaan yangmenghasilkan barang berbeda corak
(differentiated product). Contohnya seperti industri mobil dan truk, industri rokok, dan
industri sabun mandi.
2. Kekuasaan menentukan harga adakalanya lemah dan adakalanya sangat tangguh. Di antara
keduanya akan terwujud, tergantung pada bentuk kerjasama di antara pwrusahaan-perusahaan
dalam pasar oligopoli. Tanpa ada kerjasama kekuasaan menentukan harga menjadi lebih
terbatas. Apabila perusahaan dalam pasar oligopoli bekerjasama dalam mementukan harga,
maka harga dapat distabilkan dalam tingkat yang mereka kehendaki. Dalam hal ini kekuasaan
mereka dalam menentukan harga adalah sangat besar, sama seperti dalam monopoli.
3. Pada umumnya pasar oligopoli perlu melakukan promosi secara iklan. Iklan secara terus
menerus sangat diperlukan dalam pasar oligopoli yang menghasilkan barang yang berbeda
10. corak. Kegiatan promosi secara iklan yang sangat aktif tersebut adalah untuk dua tujuan, yaitu
menarik pembeli baru dan mempertahankan pembeli lama.
2.3 Model-model oligopoli
Sifat dalam pasar oligopoli itu adalah saling ketergantungan antara perusahaan satu dengan
lainnya, karena adanya ketergantungan inilah maka analisa terhadap prilaku mereka itu menjadi sulit.
Maka dari itu kita tidak bisa hanya mengandalkan teori oligopoli saja untuk menjelaskan keadaan
dalam pasar oligopoli, tapi kita juga butuh model-model lain yang umum yang dapat menjelaskan
keadaan dalam pasar oligopoli secara rinci.
2.3.1 Duopoli
Duopoli adalah bentuk sederhana dari oligopoli yang berarti suatu bentuk pasar dimana penawaran
suatu jenis barang hanya dikuasai oleh 2 perusahaan. Dalam duopoli penjual pertama harus
mamperhatikan reaksi penjual kedua, dan dalam duopoli penjual juga harus menentukan berapa
jumlah barang yang akan diproduksi dan juga menentukan harga yang akan di tawarkan di pasaran.
Untuk menjelaskan hal tersebut maka duopoly membagi menjadi beberapa model yaitu sebagai
berikut :
2.3.1.1 Model Cournot
Dalam model Cournot barang yang dihasilkan itu juga bersifat homogen dan struktur biaya
produksinya sama dengan biaya produksi marginal yang = 0. Secara umum dalam model Cournot bisa
di katakana bahwa jika dipasar terdapat 2 perusahaan maka masing-masing perusahaan akan
menentukan berapa banyak kuantitas yang akan diproduksi, setelah menentukan jumlah produksi
maka mereka akan menentukan harga yang bisa diterima di pasar. Keseimbangan model Caurnot ini
hampir sama atau hampir mendekati dengan keseimbangan pasar bersaing sempurna.
2.3.1.2 Model Bertrand
Dalam model ini seorang penjual dalam menentukan harga itu bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan yang maksimal yaitu dengan cara menghitung harga yang telah di sepakati bersama.
Dalam model ini masing-masing perusahaan berharap pesaingnya itu untuk tetap mempertahankan
tingkat harga jualnya.
dalam model bertrand ini, masing-masing perusahaan tidak mengarah kepada keuntungan pasar yang
maksimum dan juga tidak pada tingkat keuntungan yang rendah.
11. 2.3.1.3 Model Chamberlin
Model Chamberlin ini dalam pasar oligopoli menyatakan bahwa, suatu keseimbangan yang
stabil akan terjadi jika dalam pasar tersebut sepakat hanya memakai satu harga. Hal ini disebabkan
karena masingmasing perusahaan menyadari bahwa mereka saling tergantung satu sama lain.
Penetapan suatu harga tersebut bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan mereka
masing-masing. Dalam model Chamberlin ini, membolehkan masuknya perusahaan baru yang akan
bergabung dalam pasar. Masuknya perusahaan baru ini bertujuan supaya terciptanya keseimbangan
yang stabil yang tidak dapat di pecahkan oleh pasar monopoli.
2.3.1.4 Model kurva permintaan patah (kinked demand curve)
Dalam model ini keseimbangan suatu perusahaan itu ditentukan pada waktu garis permintaan
yang dihadapi seorang produsen itu patah, karena MR yang dihadapi produsen sama besarnya dengan
MC, itu karena jika ada perubahan struktur biaya produksi maka tidak akan berpengaruh pada tingkat
output dan harga keseimbangan perusahaan. Untuk membuat model kurva permintaan patah coba kita
memulai dengan memperhatikan gambar sebagai berikut :
kinked demand curve
Pada gambar kurva diatas dijelaskan bahwa, sebuah perusahaan memproduksi (q) unit pada harga (p).
Kurva permintaan perusahaan ini tergantung apakah perusahaan lain mengikuti perubahan harga atau
tidak. Pada kurva DD menjelaskan bahwa seorang pesaing tidak akan menandingi perubahan harga.
Tapi pada kurva D’D’ menjelaskan bahwa pesaing akan menandingi bila terjadi perubahan harga.
Pada gambar kurva tersebut menjelaskan, jika seorang pesaing mengikuti penurunan harga
pesaingnya tapi tidak mengikuti kenaikan harganya, maka kurva permintaannya terdiri dari 2 bagian
yaitu berupa DeD’. Pada kurva De menjelaskan jika terjadi kenaikan harga, sedangkan kurva eD’
menjelaskan tentang keadaan bila terjadi penurunan harga De akan terlihat lebih datar (elastic) jika
12. dibandingkan dengan eD’ (inelastic), itu dikarenakan pesaing lebih menandingi penurunan harga dari
pada kenaikan harga.15 Maka bila disimpulkan model kinked demand dalam pasar oligopoly ini
menjelaskan bahwa, jika produsen menurunkan harga, maka perusahaan lain juga akan punya inisiatif
yang sama untuk menurunkan harga yang agar tidak kehilangan konsumen, tetapi jika satu produsen
menaikan harga maka produsen pesaingnya tidak akan ikut menaikan harga. Model ini menjelaskan
mengapa dalam pasar oligopoli tingkat harga itu selalu cenderung tegar atau tidak berubah-ubah.
2.3.1.5 Model Stackelberg
Model ini dianggap sebagai salah satu produsen yang cukup kuat posisinya dalam pasar,
sehingga dapat memaksa perusahaan pesaingnya untuk mengakui dan mengikuti segala aturannya.
Dalam hal ini perusahaan yang terkuat tersebut bertindak seperti monopolis. Dalam model ini di
jelaskan bahwa apabila dipasar terdapat seorang produsen yang kuat posisinya dalam pasar atau yang
bisa disebut market leader, maka dimungkinkan keseimbangan dalam pasar itu akan terbentuk stabil.
2.3.1.6 Model Kartel
Model ini biasanya hanya untuk pasar oligopoli yang telah bergabung. kartel adalah suatu
perjanjian atau kesepakatan yang bersifat resmi diantara beberapa perusahaan dalam oligopoli.
Perjanjian kesepakatan tersebut menetapkan suatu harga dan menyepakati jumlah yang akan di
produksi masing-masing anggota. Tujuan kartel adalah untuk memaksimumkan keuntungan bersama.
Keuntungan yang maksimum itu akan mudah dicapai jika kartel menaikan harga produknya,
mengurangi jumlah output dipasar, dan menghalangi masuknya pesaing baru. Maka dalam hal ini
yang merasa di rugikan adalah konsumen, karena harga menjadi lebih tinggi akibat output yang
terbatas.
Laba kartel itu begitu menggoda, karena laba yang mereka dapatkan adalah laba yang bersifat
monopoli. Dalam kartel, setelah mereka menentukan harga untuk masing-masing anggota dan telah
merasakan keuntungannya, biasanya masing-masing produsen mempunyai inisiatif sendiri untuk
melakukan kecurangan demi mendapatkan keuntungan yang lebih banyak lagi, yaitu dengan secara
diam-diam produsen memproduksi lebih banyak dari jumlah yang ditentukan atau disepakati bersama.
Apabila kadaan ini mereka jalani secara terus menerus maka model kartel ini akan hancur.16
Ringkasnya, kartel tidak akan efektif jika produknya terdeferensiasintar perusahaan, jika biaya
oprasional antar perusahaan itu berbeda, jika banyak terdapat perusahaan-perusahan baru di dalam
pasar dan halangan masuk kedalam pasar itu rendah, dan yang paling penting jika tindakan curang
dan melanggar kesepakatan itu meluas.
13. 2.4 Memaksimumkan Penjualan Pasar Persaingan Oligopoli
Penjualan sering menambah biaya produksi dengan suatu aturan yang sederhana, yaitu
meningkatkan mempertahankan pangsa pasar. Pegangan ini dapat membantu perusahaan oligopoli
dalam menetapkan volume penjualan, dengan mengabaikan interdependensi dan reaksi pesaing.
Perusahaan hanya melihat peranan skala ekonomi, pertumbuhan, pangsa pasar dan sebagainya.
Aturan-aturan seperti ini dapat meningkatkan output penjualan di mana keuntungan perusahaan
maksimum. Memaksimumkan penjualan dapat menurunkan harga penjualan tetapi menaikkan volume
output yang dijual lebih. Tetapi sekali lagi, hasilnya mungkin agak konvensional. Memaksimumkan
penjualan dapat menjadi konsisten dengan maksimisasi keuntungan jangka panjang. Inilah yang
diharapkan manajer-manajer pada akhir orientasi pertumbuhan perusahaan mereka. Untuk
Meningkatkan penjualan dapat mempengaruhi harga dan kuantitas yaitu :
a. Pengaruh Output : Karena harga yang ditetapkan lebih tinggi daripada biaya marjinal, maka
penjualan lebih banyak akan memperbesar laba.
b. Pengaruh Harga : Peningkatan produksi akan memperbesar total penjualan, cenderung
menurunkan harga dan pada akhirnya akan menurunkan laba.
Maksimasi keuntungan oligopoli dalam menjalankan sistem kerjanya dalam menjalankan kerjanya
pasar oligopoli memperoleh maksimasi keuntungan. Perolehan maksimasi keuntungan tersebut
diperoleh dari :
a. Pada tingkat output dan harga dimana dipenuhi kondisi MC = MR
b. Karena ada saat-saat MR bergerak vertikal maka harga bersifat tetap (rigid) dan cenderung
berada pada harga yang ditetapkan pada permulaannya.
2.4.1 Kurva Menentukan Keuntungan Pasar Oligopoli
Dalam pasar oligopoly bersaing dalam hal jumlah perusahaan dan perilaku perusahaan
tersebut. Adapun kurva dalam menentukan keuntungan pasar oligopoly yaitu :
Kurva laba maksimum dalam pasar oligopoli
Keterangan:
14. Misalnya pada mulanya biaya marginal adalah MC0. Untuk memaksimumkan keuntungan
MC0 harus sama dengan MR, maka berdasarkan keadaan dalam Gambar 3 keuntungan maksimum
dicapai apabila harga adalah P0 dan jumlah produksi adalah Q0. Sekiranya terjadi perubahan ke aras
biaya produksi, misalkan biaya produksi mengalami kenaikan sehingga menyebabkan kurva biaya
marginalnya menjadi seperti yang ditunjukkan oleh MC2. Dari keadaan Gambar 3 dapat dilihat bahwa
keuntungan yang maksimum masih akan tetap dicapai oleh perusahaan itu pada ketika harga adalah
P0 dan jumlah barang yang diproduksikan adalah Q0. Hanya setelah kurva biaya marginalnya berada
diatas MC2keseimbangan untuk memaksimumkan keuntungan akan mengalami perubahan. Dari
keadaan dalam Gambar 3 dapat disimpulkan pula bahwa selama perubahan biaya produksi tidak
menyebabkan kurva biaya marginal berada di atas MC2 atau di bawah MC1, keseimbangan
pemaksimuman keuntungan yang dinyatakan di atas tidak akan mengalami perubahan. Dengan
demikian, selama kurva biaya marginal memotong MR diantara titik A1 dan A2 harga dan jumlah
produksi perusahaan tidak akan mengalami perubahan.
Berdasarkan kepada analisis di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pasar oligopoli di mana
perusahaan-perusahaan tidak melakukan persepakatan di antara mereka, tingkat harga adalah bersifat
rigid, yaitu bersifat sukar mengalami perubahan. Ia cenderung untuk tetap berada pada tingkat harga
yang telah ditetapkan pada permulaannya.
2.5 Penetapan Harga dalam Pasar Oligopoli
Dalam memutuskan suatu harga, seorang produsen harus memulai darimenentukan harga
untuk sebuah produk yang baru sampai dengan menentukan kembali harga dari produk yang lama.
Disamping itu, seorang produsen juga harus mempunyai strategi yang jitu dalam memasarkan
produknya demi mendapatkan keuntungan dalam pasar. Dalam proses penentuan harga itu dibutuhkan
pertimbangan yang bijaksana jika nanti terjadi suatu perubahan dalam persaingan. Seorang produsen
suatu perusahaan itu harus mengetahui metode-metode apa yang akan dipakai pesaingnya dalam
menentukan harga, karena semua itu mempengaruhi apakah perusahaan-perusahaan tersebut
mengikuti aturanaturan dalam industri atau bahkan menyimpang dari aturan industri tersebut.
Banyak produsen dalam suatu perusahaan untuk mendapatkan konsumen lebih banyak
cenderung memakai metode promosi atau iklan. Metode promosi non-harga ini dipilih oleh produsen
karena sangat efektif untuk meningkatkan jumlah konsumen, juga menambah keuntungan yang besar
bagi perusahaan. Dalam metode ini seorang konsumen tidak hanya menilai dari segi harga saja tapi
juga menilai dari segi desain, mutu produk, lokasi yang strategis, dan juga tersedianya kredit.
Pada pasar oligopoli, perubahan harga oleh salah satu anggota oligopoly itu akan
menimbulkan reaksi dari anggota-anggota yang lain, karena jika terjadi suatu perubahan harga maka
seorang penjual akan dapat kehilangan pasarnya, jadi kebanyakan perusahaan dalam pasar oligopoli
15. itu menghindari perubahan-perubahan harga. Harga pada kondisi yang sempurna adalah harga yang
bisa memanfaatkan sumber daya yang ada dengan optimal, harga akan memberikan kesejahteraan
yang tinggi bagi konsumen dan produsen. Suatu harga yang sempurna adalah harga yang tidak terlalu
mahal bagi konsumen dan juga tidak terlalu murah bagi produsen, inilah yang disebut harga yang pas.
Maka hanya ada satu harga yang punya ciri seperti yaitu harga yang terbentuk pada pasar persaingan
sempurna.
Dalam struktur pasar bersaing sempurna, sebuah perusahaan itu tidak menentukan harga
produknya tapi masing-masing produsen bertindak sebagai price taker, Karena produsen tidak
mempunyai kekuatan penuh dalam pasar (market power), seorang produsen yang mempunyai market
power akan dapat menentukan harga produknya dalam pasar dan dalam menentukan harga market
power akan tetap memikirkan permintaan konsumennya. Dalam menentukan harga seorang produsen
pasti mengoptimalkan keuntungannya, keuntungan disini berarti Revenues (R) dikurangi Costs (C),
jadi untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal sebuah perusahaan dalam memproduksi, ongkos
atau biaya produksi yang terakhir harus sama dengan pendapatan penjualan terakhir. jika MR > MC,
maka hanya dengan menambah jumlah penjualan akan dapat meningkatkan keuntungan, tapi jika MC
> MR, Maka kerugian terebut bisa ditekan dengan cara mengurangi jumlah produksi.
Kebanyakan keputusan harga itu diambil dalam lingkungan pasar yang berciri persaingan
murni ataupun monopoli. Dalam pasar persaingan tidak sempurna seorang produsen yang menjadi
leader market itu bertanggung jawab atas penetapan harga dan dia harus mempunyai pandangan yang
jelas tentang persaingan. Jika seorang produsen telah mengetahui tujuan penetapan harga maka
produsen tersebut telah siap untuk menetapkan harga dasar suatu produk yang baru dalam pasar.
Tugas pertama seorang produsen adalah menemukan permintaan untuk produk baru tersebut. Pada
pasar oligopoli, perubahan harga oleh salah satu anggota oligopoly itu akan menimbulkan reaksi dari
anggota-anggota yang lain, karena jika terjadi suatu perubahan harga maka seorang penjual akan
dapat kehilangan pasarnya, jadi kebanyakan perusahaan dalam pasar oligopoli itu menghindari
perubahan-perubahan harga.
16. 2.6 Memilih Metode Penetapan Harga
Pemasar dapat menghadapi dua kendala dalam penetapan harga, yaitu:
1. Kompleksitas persoalan yang ada
2. Informasi yang tidak lengkap, khususnya tentang permintaan dan biaya.
Adanya dua kendala tersebut pemasar berusaha menyederhanakan perhitungannya. Ada tiga
pendekatan dalam penentuan harga:
1. Pendekatan supply dan demand
2. Pendekatan yang berorientasi ke biaya
3. Pendekatan pasar.
Meskipun ketiganya berbeda, tapi pada prinsipnya mereka saling melengkapi. Dengan ketiga alat
tersebut, perusahaan dijamin bahwa harga yang ditentukanakan menutupi biaya, menghasilkan
keuntungan, dan citra produk yang baik pada konsumen.
2.6.1 Pendekatan Supply dan Demand
Interaksi antara supply dan demand merupakan proses tawar menawar yang tidak terlihat
dan informal yang secara terus menerus untuk menegosiasikan jumlah produk yang akan dibuat atau
dikonsumsikan pada tingkat harga tertentu. Pada saat tingkat harga tinggi, produsen akan mau
menghasilkan banyak produk dan jika tingkat harga yang rendah akan mengkonotasikan tingkat
penawaran yang rendah.
Demand adalah kualitas barang yang akan dibeli konsumen pada tingkat harga tertentu.
Harga yang tinggi akan menyebabkan konsumen akan mencari produk alternatif. Sebaliknya, harga
yang rendah akan mendorong konsumen membeli lebih banyak. Equilibrium price adalah tingkatan
harga saat konsumen bersedia membayar seimbang dengan kuantitas yang akan dihasilkan produsen.
Pendekatan ini bisa berjalan untuk pasar keseluruhan, tapi sulit dijalankan untuk suatu produk
individual.
2.6.2 Pendekatan Yang Berorientasi Pada Biaya
Pendekatan ini dilakukan dengan menjumlah biaya yang dikeluarkan untuk membuat
barang ditambah biaya untuk jasa yang terkait, biaya overhead, dan tingkat keuntungan yang
diinginkan. Dalam pendekatan yang berorientasi pada biaya ini, ada dua macam pendekatan yang bisa
digunakan yaitu: mark up pricing dan break-even analysis.
17. 2.6.2.1 Markup pricing
Markup pricing adalah praktik menentukan harga dengan menambahkan persentase markup
ke biaya langsung (atau biaya variabel rata-rata) dari suatu produk
P = AVC + X% (AVC)
Markup tersebut (dalam Rp) ~ kontribusi per unit terhadap biaya overhead dan laba, dan karena itu
penentuan nilai Markup tsersebut berarti penentuan margin kontibusi (CM), sehingga:
P = AVC + CM
Metode markup pricing digunakan jika perushaan kesulitan memperoleh MR & MC, kalaupun bisa
bisanya search costnya lebih dari A TR. Markup tersebut harus cukup besar agar kontribusi total
terhadap biaya overhead dan laba secara aktual bisa menutup biaya overhead dan dapat menghasilkan
laba. Faktor yang menentukan persentase markup adalah elastisitas (harga) permintaan dimana
besarnya markup didasarkan pada biaya dan permintaan agar perusahaan oligopoli bisa bersaing dan
memenuhi keinginan pasar.
Markup pricing sangat berguna jika penetapan harga sebuah produk di bawah ketidakpastian,
di mana informasi tentang permintaan dan biaya tidak tersedia atau atau tidak lengap dan dianggap
terlalu mahal untuk diperoleh. Markup pricing berguna memaksimalkan laba, tergantung pada
elastisitas harga permintaan. Permintaan yang lebih elastis menentukan markup yang lebih rendah
untuk memaksimalkan laba. Hal ini menunjukkan bahwa penetapan harga markup, dengan
menghindari biaya pencarian, dapat tetap optimal meskipun ada perubahan dalam kurva permintaan
dan biaya. Penentuan harga markup juga berfungsi sebagai alat ukur dan alat koordinasi bagi
pengusaha di pasar oligopolis yang peduli dengan perkembangan dari para pesaing.
Dalam kondisi ketidakpastian markup pricing harus disertai dengan penetapan harga
marginalis di mana perkiraan kurva permintaan dan biaya digunakan untuk memprediksi harga
optimal dan tingkat output. Pengamatan selanjutnya dari tingkat penjualan dan laba aktual akan
berfungsi untuk mendukung atau membantah keakuratan estimasi permintaan dan kurva biaya.
Tujuan Markup pricing
Mendapatkan keuntungan yang maksimal
Memaksimumkan penjualan barang
Membatasi new entrance
18. Penentuan Besarnya Markup ditentukan oleh:
Price leader
Perusahaan yang dominan mengambil inisiatif dalam penentuan harga. Tujuannya
adalah untuk meningkatkan laba dengan membentuk kolusi secara implicit (implicit
collusion). Dikatakan kolusi, karena perusahaan dominan berharap perusahaan lain mengikuti
langkah tersebut. Dikatakan implicit, karena kolusi tidak berdasarkan perjanjian formal.
Produsen dominan memberikan sinyal harga (price signaling), misalnya, dengan
menggunakan media masaa (konferensi perss). Produsen dominan memiliki posisi penentu
harga (price setter), perusahaan yang lain sebagai penerima harga (price taker). Diagram di
bawah menggambarkan secara grafis.
Seandainya kolusi eksplisit (ecplicit collusion) diizinkan, produsen membentuk
kerjasama formal yang disebut kartel (cartel), seperti yang dilakukan oleh Negara penghasil
minyak bumi dalam kartel OPEC. Pembentuk kartel menyebabkan produsen yang bergabung
memiliki posisi oligopolies dominan (dominant oligopolies) dan dapat mengambil inisiatif
penentuan harga. Alat analisis perilaku kartel sama persis dengan alat analisis perilaku
perusahaan dominan (price leadership model). Untuk mencapai hasil maksimal, dua syarat
harus dipenuhi kartel, yaitu memiliki potensi monopolis (permintaan inelastic) serta
memelihara kekuatan dan stabilitas kerja sama (komitmen).
Konsensus
Besarnya markup ditentukan oleh pemimpin harga dipasar. Tingkat markup tersebut
besarnya umumnya tidak sama persis untuk tiap-tiap perusahaan yang besaing. Tingkat
markup biasanya berubah jika fungsi dan tujuan perusahaan berubah atau karena kondisi
pasar yang berubah.
Kendala Markup pricing
Kendala markup pricing adalah kondisi pasar atau kemauan konsumen yang mengalami
perubahan dimana oligopolis tidak sepenuhnya bisa mengendalikan.
Visi, misi dan tujuan perusahaan yang mengalami perubahan
Apakah perusahaan menetapkan markup dengan melihat elastisitas harga
Tidak. Perusahaan di pasar oligpoli lebih banyak menggunakan trial and error, yaitu memakai
tingkat markup yang sama yang ditetapkan oleh perusahaan-perusahaan lainnya atau
menentukan sesuai yang ditetapkan oleh price leader di pasar.
19. Pada cara markup yang menghindari search cost yaitu biaya untuk penaksiran kurva
permintaan, maka tingkat markup bisa dilakukan bervariasi dalam batas-batas yang bisa
diterima. Artinya perusahaan tersebut bisa mendapatkan laba paling tidak sama besarnya
dengan laba yg akan diperolehnya jika perusahaan tersebut mengeluarkan search cost untuk
menentukan kurva permintaan dan kemudian menentukan harga, dimana MC = MR
Reconsiliation of Markup and Marginalist Pricing
Berapa Range Mark Up yang dapat diterima?
20. Mark Up Pricing and Iso-elastic Demand Shift
2.6.2.2 Break Even Analysis
Break even analysis (analisis pulang pokok) adalah metoda penentuan jumlah unit yang harus
dijual pada tingkat harga tertentu untuk menutupi biaya dan menghasilkan keuntungan. Dalam metoda
ini, perusahaan membandingkan biaya total dan penerimaan total. Biaya total terdiri atas biaya tetap
dan biaya variabel.
Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya tetap berapapun unit yang diproduksi. Biaya
variable merupakan biaya yang jumlahnya berubah sesuai peningkatan jumlah produk.Penerimaan
total terdapat dari perkalian harga jual dan kualitas produk yang dijual. Titik pulang pokok bisa
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
BEP (UNIT):
BiayaTetap Total
Harga per Unit – Biaya Variabel per Unit
2.6.3 Pendekatan Pasar
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa variable dalam pasar mempengaruhi harga. Faktor-
faktor tersebut meliputi faktor Politik, Sosial, budaya, persepsi Individu, persaingan, waktu, serta
good will.
21. BAB III
KESIMPULAN
Metode Markup Pricing masih diperlukan di era digital seperti saat ini dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan yang dan penjualan yang maksimal dan membatasi pesaing baru masuk ke
pasar oligopoly, namun pola dan strategi aplikasi markup pricing harus lebih tepat dan flexible
mengikuti arah dan keinginan konsumen. Di era kompetisi dan digitalisasi saat ini membuat produk
mempunyai daur hidup yang lebih cepat dari yang seharusnya. Konsep product-life-cycle yang
konvensional berubah banyak dengan percepatan pada growth. Era dahulu menjadikan daur hidup
lebih landai, namun sekarang dengan munculnya generasi ‘growth hacking’ membuat siklus produk
menjadi lebih cepat naik dan cepat turun.
Karena oligopolis lebih banyak menggunakan trial and error dalam menentukan besaran
markup yang sesuai yang ditetapkan oleh price leader di pasar, maka tingkat markup bisa dilakukan
bervariasi dalam batas-batas yang bisa diterima. Artinya perusahaan tersebut bisa mendapatkan laba
paling tidak sama besarnya dengan laba yg akan diperolehnya jika perusahaan tersebut mengeluarkan
search cost untuk menentukan kurva permintaan dan kemudian menentukan harga, dimana MC = MR.
Para oligopolis pada saat ini di tuntut untuk membuat produk yang dapat memberikan
manfaat yang unik kepada pasar. Kalau secara demografi pasar tidak berubah, tetapi secara behaviour
pasti berubah karena adanya digitalisasi yang menjadikan referensi C2C (customer to customer)
menjadi sangat penting. Digitalisasi juga memotong jalur distribusi menjadi lebih pendek. Setiap
oligopolis sekarang mempunyai kesempatan dan kekuatan yang sama untuk memasarkan produk
mereka secara cepat, mudah dan murah.
22. DAFTAR PUSTAKA
Evan J. Douglas, Managerial Economics Analysis and Strategy, Fourth Edition, Prentice-
Hall International, 1995.
Michael R. Baye, Managerial Economics and Business Strategy, Seventh Edition, The
McGraw-Hill Series Economics, 2010
23.
24. TUGAS EKONOMI MANAJERIAL
KELOMPOK 4
Strategi Seorang Pengusaha Perusahaan Monopolistic
Menetapkan Harga
Disusun oleh :
Febru Wahyuningtyas 1261800010
Atik Herawati 1261800017
Luthfi Zakaria 1261800004
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
2019
25. DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….
DAFTAR ISI …………………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………..
1.1 LATAR BELAKANG ………………………………………………….
1.2 RUMUSAN MASALAH ……………………………………………….
1.3 TUJUAN PENULISAN ………………………………………………...
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………….....
2.1 PENGERTIAN PASAR MONOPOLISTIK ..……………………..….....
2.1.1 ASUMSI PASAR MONOPOLISTIK……………………………..
2.2 CIRI-CIRI PASAR MONOPOLISTIK ……………….…………………
2.3 PENETAPAN HARGA OLEH PERUSAHAAN MOMOPOLISTIK……
2.3.1 Tujuan Perusahaan………………………………………………....
2.3.2 Metode Penetapan Harga Dengan Pendekatan Biaya……………..
2.4 PENETAPAN HARGA DAN OUT PUT JANGKA PENDEK DALAM
PERSAINGAN MONOPOLISTIK …….………………………………..
2.5 PENETAPAN HARGA DAN OUT PUT JANGKA PANJANG DALAM
PERSAINGAN MONOPOLISTIK …………………………...
2.6 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARI PASAR PERSAINGAN
MONOPOLISTIK…………………………………………...…………..…
2.7 KESEIMBANGAN DALAM PASAR PERSAINGAN
MONOPOLISTIK………………………………………………………....
2.7.1 KeseimbanganJangka Pendek………………………………….….
2.7.2 Keseimbangan Jangka Panjang…………………………………....
2.8 PENILAIAN KE ATAS PERSAINGAN MONOPOLISTIS…………….
2.8.1 Efisiensi Dalam Menggunakan Sumber Daya……………………....
2.8.2 Efisiensi dan Diferensiasi Produksi…………………………….….
2.8.3 Perkembangan Teknologi dan Inovasi………………………….….
2.8.4 Distribusi Pendapatan……………………………………………....
2.9 PERSAINGAN BUKAN HARGA………………………………………...
2.9.1 Diferensiasi Produksi……………………………………………....
2.9.2 Promosi Penjualan Melalui Iklan…………………………………..
2.9.3 Efek Persaingan Monopolistik……………………………………..
BAB III PENUTUPAN………………………………………………………….....
3.1 KESIMPULAN………………………………………………………....…
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..….
i
ii
iii
1
1
2
2
3
3
4
5
5
5
7
8
10
10
11
12
13
13
14
14
15
15
16
17
18
20
20
21
26. KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas terselesaikannya makalah
yang judul Strategi Seorang Pengusaha Perusahaan Monopolistic Menetapkan Harga
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum
sempurna, baik dari teknik penulisan maupun materi karena pengalaman yang kurang.
Kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Surabaya, 18 Januari 2019
Penulis
27. BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pasar merupakan tulang punggung perekonomian masyarakat, baik masyarakat
yang berada dikalangan kelas bawah ataupun masyarakat yang berada di kalangan kelas
atas. Semua unsur yang berkaitan dengan hal ekonomi berada di pasar mulai dari unsur
produksi, distribusi,ataupun unsur konsumsi.
Pasar monopolistik (monopolistic competition) dikembangkan karena
ketidakpuasan terhadap daya analisis model persaingan sempurna (perfect competition)
maupun monopoli (monopoly). Pasar monopolistik hampir sama dengan persaingan
sempurna. Di dalam industri terdapat banyak perusahaan yang bebas (mudah) keluar-
masuk. Namun produk yang dihasilkan tidak homogen, melainkan terdiferensiasi
(differentiated produk). Namun perbedaan antara satu produk dengan produk yang lain
tidak terlalu besar. Differensiasi ini mendorong perusahaan untuk melakukan persaingan
nonharga. Walaupun demikian output yang dihasilkan sangat mungkin saling substitusi
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai pasar
monopolistik, dantentunya akan membahas mengenai pengaruhnya terhadap kegiatan
ekonomi. Telah kitaketahui bahwa pasar membawa pengaruh yang sengat besar sekali
bagi perubahan zaman yangsudah mencapai puncak kepesatannya. Seiring dengan
bergulirnya waktu dan perubahan duniapasar juga ikut berubah terbawa arus perubahan
dunia yang senakin maju saja. Hal ini dapatkita lihat dengan perkembangan teknologi
yang sudah sangat maju sekali.
28. BAB II
PASAR MONOPOLISTIK
2.1 Pengertian Pasar Monopolistik
Pasar Monopolistik adalah salah satu bentuk pasar di mana terdapat banyak
produsen yang menghasilkan barang serupa tetapi memiliki perbedaan dalam beberapa
aspek. Penjual pada pasar monopolistik tidak terbatas, namun setiap produk yang
dihasilkan pasti memiliki karakter tersendiri yang membedakannya dengan produk
lainnya. Contohnya adalah : shampoo, pasta gigi, kosmetik, dll. Meskipun fungsi semua
shampoo sama yakni untuk membersihkan rambut, tetapi setiap produk yang dihasilkan
produsen yang berbeda memiliki ciri khusus, misalnya perbedaan aroma, perbedaan
warna, kemasan, dan lain-lain.
Pada pasar monopolistik, produsen memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
harga walaupun pengaruhnya tidak sebesar produsen dari pasar monopoli atau oligopoli.
Kemampuan ini berasal dari sifat barang yang dihasilkan. Karena perbedaan dan ciri khas
dari suatu barang, konsumen tidak akan mudah berpindah ke merek lain, dan tetap
memilih merek tersebut walau produsen menaikkan harga. Misalnya, pasar sepeda motor
di Indonesia. Produk sepeda motor memang cenderung bersifat homogen, tetapi masing-
masing memiliki ciri khusus sendiri. Sebut saja sepeda motor Honda, di mana ciri
khususnya adalah irit bahan bakar. Sedangkan Yamaha memiliki keunggulan pada mesin
yang stabil dan jarang rusak. Akibatnyatiap-tiap merek mempunyai pelanggan setia
masing-masing. Pada pasar persaingan monopolistik, harga bukanlah faktor yang bisa
mendongkrak penjualan. Bagaimana kemampuan perusahaan menciptakan citra yang baik
di dalam benak masyarakat, sehingga membuat mereka mau membeli produk tersebut
meskipun dengan harga mahal akan sangat berpengaruh terhadap penjualan perusahaan.
Oleh karenanya, perusahaan yang berada dalam pasar monopolistik harus aktif
mempromosikan produk sekaligus menjaga citra perusahaannya.
2.1.1. Asumsi Pasar Monopolistik
Berikut akan dijelaskan beberapa asumsi tentang pasar monopolistik:
1. Setiap perusahaan dalam menentukan keputusannya tidak tergantung pada
perusahaan lainnya, karena itu setiap perusahaan menganggap bahwa harga-harga
pesaing, iklan dari pesaing tidak berbeda dengan tindakannya sendiri. Oleh
29. karena itu perubahan harga oleh suatu perusahan dianggap tidak akan
mempengaruhi perusahaan lain untuk beraksi mengubah harga-harga mereka.
2. jumlah perusahaan dalam suatu industri sangat banyak dan semuanya
memproduksi produk dasar yang sama. Namun demikian asumsi bahwa produk
adalah homogen sempurna dihilangkan, setiap perusahaan dianggap mampu
untuk membedakan produknya paling tidak dalam beberapa tingkat atau derajat
dari produk-produk perusahaan saingannya. Dalam persaingan monopolistik
sejalan dengan waktu persaingan jangka panjang akan banyak perusahaan yang
akan memasuki pasar. Jika semakin banyak erusahaan yang memasuki industri
tersebut dan menawarkan barang pengganti yang sangat dekat (tetapi tidak
sempurna) maka pangsa pasar dari perusahaan yamg pertama akan menurun.
2.2 Pasar Monopolistik memiliki ciri-ciri
a. Terdapat banyak produsen atau penjual.
Dalam pasar persaingan monopolistis, terdapat cukup banyak pengusaha,
akan tetapi tidak sebanyak seperti yang terdapatpada pasar persaingan sempurna.
Dan apabila di suatu pasar terdapat banyak perusahaan, otomatis disana pasti
terdapat pasar monopolistis, akan tetapi ukuran/besarnya tidak melebihi
perusahaan-perusahaan yang lain. Dengan kata lain, perusahaan dalam pasar
persaingan monopolistik memiliki ukuran yang relatif sama besarnya. Sehingga
mengakibatkan produksi suatu suatu perusahaan relatif sedikit, dibandingkan
dengan seluruh produksi dalam keseluruhan pasar tersebut.
b. Adanya Diferensiasi Produk .
Pasar ini menawarkan produk yang cenderung sama, namun memiliki
perbedaan-perbedaan khusus dengan produk lainnya, misalnya dari cara
pengemasan, pelayanan yang diberikan dan cara pembayaran. Akibat dari
berbagai macam perbedaan ini, barang yang di produksi oleh perusahaan pasar
monopolistis ini tidak bersifat barang pengganti sempurna akan tetapi ia bersifat
barang pengganti yang dekat.
c. Produsen Dapat mempengaruhi harga.
Dalam pasar persaingan monopolistis suatu perusahaan dapat
mempengaruhi suatu harga, akan tetapi pasar ini hanya mendapat sedikit
30. kekuasaan dalam mempengaruhi harga suatu barang produksi di bandingkan
dengan perusahaan oligopoli dan monopoli.
Pasar monopolistis mendapat sedikit kekuasaan dalam mempengaruhi harga
disebabkan oleh barang yang dihasilkan bersifat berbeda corak (different
product).
Karena perbedaan corak inilah yang menyebabkan konsumen atau
pembeli akan otomatis bersifat memilih, yaitu menyukai produk perusahaan satu
dan kurang menyukai produk perusahaan yang lain. Oleh karena itu perusahaan
menaikkan harga barang produksinya, ia akan tetap memiliki pelanggan,
walaupun tidak sebanyak pada waktu sebelum kenaikan harga barang
produksinya. Dan bisa juga sebaliknya, apabila perusahaan tersebut ingin
menurunkan harga barang produksinya, tidaklah mudah untuk menghabiskan
penjualan barang tersebut, karna masih banyak konsumen yang setia dengan
produk yang telah lama ia pakai, walaupun harganya relative mahal..
d. Produsen dapat keluar masuk pasar.
Apabila ada suatu perusahaan baru ingin memulai usahanya didalam pasar
persaingan monopolistik tidak akan banyak mengalami hambatan seperti
halnya dalam pasar oligopoli dan monopoli. Hal ini disebabkan oleh:
Karena modal yang diperlukan relatif besar kalau dibandingkan dengan
mendirikan perusahaan dalam pasar persaingan sempurna.
Karena perusahaan itu harus menciptakan barang produksi yang bercorak
beda dengan barang produksi yang telah beredar dahulu di pasaran dan
mempromosikannya pada masyarakat untuk mendapat pelanggan, dan
dengan promosi tersebut, perusahaan harus dapat meyakinkan pelanggan
akan mutu barang tersebut.
e. Promosi penjualan harus aktif .
Pada pasar ini memungkinkan suatu perusahaan menarik banyak
pelanggan walaupun harga barang produksinya berharga tinggi. Bahkan
sebaliknya, suatu perusahaan tidak mudah menarik banyak pelanggan dengan
harga barang produksi yang relatif rendah. Ini disebabkan oleh barang produksi
yang mereka hasilkan, yaitu barang yang bersifat beda corak dengan barang yang
sudah tersedia di pasaran, dan mempromosikan barang baru tersebut. Maka untuk
mempengaruhi cita rasa pembeli, para pengusaha melakukan persaingan bukan
harga (non price competition). Persaingan yang demikian itu antara lain adalah
31. dalam rangka memperbaiki mutu dan desain barang, melakukan iklan yang terus
menerus memberikan syarat penjualan yang menarik. Kedudukan persaingan
monopolistik akan membuka peluang pasar yang terbatas lingkup konsumennya,
sehingga pencapaian laba tak sebesar seperti kedudukan yang mungkin bisa
dicapai pada pasar persaingan bebas sempuma.
2.3 Penetapan Harga Oleh Perusahaan Monopolistik
Harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam
pemasaran suatu produk karena harga adalah satu dari empat bauran pemasaran /
marketing mix (4P = product, price, place, promotion / produk, harga, distribusi,
promosi). Harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang
dinyatakan dalam satuan moneter. Harga merupakan salah satu penentu
keberhasilan suatu perusahaan karena harga menentukan seberapa besar
keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dari penjualan produknya baik
berupa barang maupun jasa.
Penentuan harga ini merupakan salah satu keputusan yang penting bagi
manajemen. Harga yang ditetapkan harus dapat menutup semua ongkos, atau
bahkan lebih dari itu, yaitu untuk mendapatkan laba. Tetapi jika harga ditentukan
terlalu tinggi akan berakibat kurang menguntungkan. Dalam hal ini pembeli akan
berkurang, volume penjualan berkurang, semua biaya mungkin tidak dapat
ditutup dan akhirnya perusahaan akan menderita rugi. Salah satu prinsip bagi
manajemen dalam penentuan harga ini adalah menitik beratkan pada kemauan
pembeli untuk harga yang telah ditentukan dengan jumlah yang cukup untuk
menutup ongkos-ongkos dan menghasilkan laba.
2.3.1 Tujuan perusahaan
Penetapan harga suatu barang sering dikaitkan dengan tujuan-tujuan yang
akan dicapai. Setiap perusahaan tidak selalu mempunyai tujuan yang sama
dengan perusahaan yang lainnya tujuan-tujuan yang hendak dicapai tersebut
antara lain:
• Laba maksimum
• Volume penjualan tertentu
• Penguasaan pasar
• Kembalinya modal yang tertanam dalam jangka waktu tertentu
32. 2.3.2 Metode Penetapan Harga Dengan Pendekatan Biaya
Penetapan harga barang dan jasa yang efisien sering merupakan masalah
yang sulit bagi sebuah perusahaan. Penetapan ini didasarkan pada biaya,
persaingan, permintaan dan laba, tetapi kombinasi optimal dari faktor-faktor
tersebut berbeda sesuai dengan sifat produknya, pasarnya, dan tujuan
perusahaan.Teknik yang sering dipakai dalam penetapan harga adalah :
a. Penetapan Harga Mark-up (Mark up Pricing)
Mark up merupakan jumlah rupiah yang ditambahkan pada biaya dari
suatu produk untuk menghasilkan harga jual. Jadi mark-up tersebut dipakai untuk
menutup biaya overhead dan laba bagi perusahaan. Biasanya mark-up ini
ditentukan dengan persentase dari biaya produk atau harga jualnya. Biasanya para
pedagang besar dan pengecer lebih banyak menentukan mark-up nya berdasarkan
harga jual, sedangkan produsen menentukan mark-up nya berdasarkan biaya.
Harga Jual = Biaya Produk + Mark Up
Harga Jual = Biaya Produk + (% x Biaya Produk)
Harga Jual = Biaya :
b. Penentuan Harga Dasar dan Laba yang Diharapkan
Dalam kaitannya dengan prosedur penetapan harga maka perlulah
ditentukan berbagai alternatif harga untuk mengetahui seberapa besar laba yang
bisa diharapkan. Alternatif-alternatif tersebut akan tergantung pada pemilihan
perusahaan dan elastisitas yang ada. Dengan semakin luas jarak masing-masing
alternatif harga dan semakin besar elastisitas permintaannya, maka semakin
banyak pula alternatif harga yang harus dipertimbangkan.
Titik break-even ini sangat penting karena dapat menunjukkan tingkatan
operasi yang menguntungkan. Adanya peningkatan dalam permintaan atau
penurunan dalam biaya total akan memperluas tingkat operasi yang
menguntungkan dan meningkatkan laba.
c. Penetapan Harga dalam Kondisi Tidak Pasti
Perusahaan biasanya menyesuaikan harga dasar mereka dengan
mempertahankan berbagai macam pelanggan dan situasi yang berubah, ada tujuh
macam penyelesaian harga yaitu :
Penetapan harga diskon dan pengurangan harga, Mengurangi harga
untuk menghargai pelanggan yang memberikan respon seperti membayar
lebih awal atau mempromosikan produk.
33. Penetapan harga tersegmentasi, Menyesuaikan harga agar ada perbedaan
untuk pelanggan produk dan alokasi.
Penetapan harga psikologik, Pendekatan harga yang mempertimbangkan
psikologi harga dan bukan hanya ekonomi harga yang dipakai untuk
menyatakan sesuatu mengenai produk.
Penetapan harga promosi, Perusahaan sementara mengurangi harga untuk
menarik penjualan jangka pendek.
Penetapan harga berdasarkan nilai, Menyesuaikan harga untuk
menawarkan kombinasi yang tepat dari mutu dan pelayanan dengan harga
yang wajar.
Penetapan harga geografik, Menyesuaikan harga untuk memperhitungkan
lokasi geografik pelanggan.
Penetapan harga internasional, Menyesuaikan harga untuk pasar
internasional.
Jadi dalam penetapan harga terllebih dahulu harus menetapkan tujuan
sehingga dapat menarik konsumen untuk membeli dan dapat menimbulkan
kepuasan setelah melakukan pembelian. Maka dalam tujuan penetapan harga jual
produsen harus menetapkan harga yang sesuai dengan pangsa pasar yang dituju
sehingga harga tersebut dapat terjangkau dan dapat menimbulkan rasa puas pada
diri konsumen atau pembeli, dimana harga yang ditentukan pun bersaing dengan
para pesaingnya dengan menyesuaikan mutu produk, serta fasilitas dan pelayanan
yang baik sehingga menetapkan harga yang wajar dan dapat diterima oleh pasar
sehingga harga tersebut diterima oleh konsumen karena terjangkau dan para
konsumen merasa puas dengan harga yang ditetapkan.
2.4 Penetapan Harga dan Output Jangka Pendek dalam Persaingan
MonopoListik
Karena perusahaan persaingan monopolistik menghasilkan produk yang
terdiferensiasi, kurva permintaan yang dihadapinya memiliki kemiringan negatif,
tetapi karena terdapat banyak produk substitusi yang dekat untuk produk, kurva
permintaannya sangat elastis terhadap perubahan harga. Elastisitas harga
permintaan semakin tinggi, kalau diferensiasi produknya semakin sedikit. Seperti
halnya dalam monopoli, kanena kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan
memiliki kemiringan negarif dan linier, maka kurva penerimaan marjinalnya
berada di bawah kurva permintaan, yang mendorong sumbu harga pada rink yang
satuan dan memiliki kemiringan absolut dua kali lipat kurva permintaan.
34. Seperti juga semua perusahaan dalam struktur pasar lain yang telah
dibahas, tingkat output terbaik dan perusahaan persaingan monopolistik dalam
jangka pendek, dicapai ketika penerimaan marjinal satuan dengan biaya marjinal,
sepanjang harga (yang ditentukan pada kurva permintaan) melebihi biaya
variabel rata-rata.Hal ini ditunjukkan dalam Gambar 9-9.Gambar 9-9
menunjukkan bahwa tingkat output terbaik dalam jangkapendek, dan perusahaan
persaingan monopolistik yang “umum” atau“mewakili”, adalah 6 unit dan
ditunjukkan oleh titik E, ketika MR = MC. PadaQ < 6, MR > MC dan laba total
perusahaan bisa diperbesar denganmeningkatkan output. Pada Q > 6, MC > MR
dan laba total perusahaanbisa diperbesar dengan mengurangi output. Untuk bisa
menjual padatingkat output terbaik (yaitu, 6 unit), perusahaan membebankan
harga sebesar $9 per unit (titik A pada kurva D). Karena pada Q = 6, ATC =
$7(titik F dalam gambar), maka perusahaan persaingan monopolistik
inimemperoleh laba per unit sebesar AF = $2 dan laba total sebesar AFBC =$12
(daerah yang diarsir dalam gambar). Seperti halnya dalam kasusperusahaan
persaingan sempurna maupun kasus monopolis, perusahaan persaingan
monopolistik bisa memperoleh laba, mencapai titik impas, atau justru merugi
dalam jangka pendek. Jika pada tingkat output terbaiknya, F>ATC, maka
perusahaan memperoleh laba; jika P = ATC maka perusahaan mencapai titik
impas, dan jika P < ArC, maka perusahaan mengalami kerugian, tetapi
meminimalkan kerugiannya jika perusahaan tetap berproduksi sepanjang P >
AVC. Terakhir, karena kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan
persaingan monopolistik memiliki kemiringanyang negatif, MR = MC < P pada
tingkat output terbaiknya, sehingga(seperti juga dalam kasus monopoli) bagian
kurva MC yang menanjak dan terletak di atas kurva AVC bukan merupakan
kurva penawaran jangka pendek dan perusahaan persaingan monopolistik.
35. 2.5 Penetapan Harga dan Output Jangka Panjang Persaingan MonopoListik
Jika perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik memperoleh laba
dalam jangka pendek (atau akan memperoleh laba dalam jangka panjang dengan
membangun skala pabrik yang optimal untuk berproduksi padatingkat output
terbaik mereka), lebih banyak perusahaan akan memasuki pasar dalam jangka
panjang. Ini berarti kurva permintaanyang dihadapioleh setiap perusahaan dalam
pasar bergeser ke sebelah kin (karenapangsa pasarnya berkurang), hingga
akhirnya bersinggungan dengankurva LAC perusahaan. Jadi, dalam jangka
panjang, semua perusahaanpersaingan monopolistik hanya mencapai titik impas
dan berproduksi padabagian kurva MC yang memiliki kemiringan negatif (dan
tidak pada titikterendah sebagaimana dalam kasus pasar persaingan
sempurna).Hal iniditunjukkan dalam Gambar 9-10.Dalam Gambar 9-10, D’
adalah kurva permintaanyang dihadapi olehperusahaan yang “umum” atau
“mewakili” pasar persaingan monopolistik dalam jangka panjang.
Kurva permintaanD’ lebih rendah dan elastisitasharganya lebih tinggi
dibanding kurva D yang dihadapi oleh perusahaandalam jangka pendek. Artinya,
semakin banyak perusahaan memasukipasar persaingan monopolistik dalam
jangka panjang (yang tertarik olehlaba yang diperoleh), setiap perusahaan
persaingan monopolistik akan memperoleh pangsa pasar yang semakin kecil dan
menghadapi kurvapermintaanyang semakin tinggi tingkat elastisitas harganya,
karenasemakin banyak produk saingan yang tersedia dalam jangka panjang.
Perhatikan bahwa kurva permintaanLi bersinggungan dengan kurva
MCdan SATC’ pada titik A’, yaitu tingkat output ketika MR’ = LMC = SMC’
(titikE’ dalam gambar). Dengan demikian, perusahaan dalam pasar
persainganmonopolistik menjual 4 unit produk tersebut pada tingkat harga $6 per
unitdan mencapai titik impas dalam jangka panjang (bandingkan dengan Q 6pada
P $9 dan laba per unit $2 serta laba total $12 dalam jangka panjang).
36. Pada tingkat harga lainnya, perusahaan tersebut akan mengalami
kerugiandalam jangka panjang, dan dengan jumlah perusahaan yang berbeda,
tidakakan tercapai titik impas. Kenyataan bahwa perusahaan persaingan
monopolistik berproduksi di sebelah kiri titik terendah kurva LAC-nya ketika
mencapai keseimbanganjangka panjang, berarti bahwa biaya rata-rata produksi
dan harga danproduk dalam pasar persaingan monopolistik lebih tinggi dibanding
pasar persaingan sempurna ($6 pada titik A’ dibanding $5 pada titik E”,
secaraberturut-turut, dalam Gambar 9-10).Perbedaan ini tidak besar karena
kurvapermintaanyang dihadapi oleh perusahaan persaingan monopolistik
sangatelastis. Akan tetapi, sedikit lebih tingginya MC dan P dalam
pasarpersaingan monopolistik dibanding pasar persaingan sempurna,
bisadianggap sebagai biaya untuk menyediakan sejumlah variasi
produkterdiferensiasi yang sesuai dengan berbagai macam selera
konsumen,ketimbang hanya memiliki satu produk yang tidak terdiferensiasi.
Kenyataan bahwa setiap perusahaan persaingan monopolistik
berproduksidi sebelah kiri titik terendah kurva MC, berarti bahwa setiap
perusahaanberproduksi dengan kapasitas berlebih (excess capacity) dan terdapat
jauhlebih banyak perusahaan (artinya, terjadi overcrowding) ketika bentuk
pasaradalah persaingan monopolistik dibanding jika bentuknya pasar
persaingansempurna.
2.6 Kelebihan dan kekurangan dari pasar persaingan monopolistik
Pasar Monopolistik memiliki kebaikan sebagai berikut :
1. Banyaknya produsen di pasar memberikan keuntungan bagi konsumen untuk
dapat memilih produk yang terbaik baginya.
2. Kebebasan keluar masuk bagi produsen, mendorong produsen untuk selalu
melakukan inovasi dalam menghasilkan produknya.
3. Diferensiasi produk mendorong konsumen untuk selektif dalam menentukan
produk yang akan dibelinya, dan dapat membuat konsumen loyal terhadap
produk yang dipilihnya
4. Pasar ini relatif mudah dijumpai oleh konsumen, karena sebagian besar
kebutuhan sehari-hari tersedia dalam pasar monopolistic
Selain memiliki kebaikan, Pasar Monopolistik juga memiliki kelemahan sebagai
berikut :
37. 1. Pasar monopolistik memiliki tingkat persaingan yang tinggi, baik dari segi
harga,kualitas maupun pelayanan. Sehingga produsen yang tidak memiliki modal
dan pengalaman yang cukup akan cepat keluar dari pasar.
2. Dibutuhkan modal yang cukup besar untuk masuk ke dalam pasar monopolistik,
karena pemain pasar di dalamnya memiliki skala ekonomis yang cukup tinggi.
3. Pasar ini mendorong produsen untuk selalu berinovasi, sehingga akan
meningkatkan biaya produksi yang akan berimbas pada harga produk yang harus
dibayar olehkonsumen
2.7 Keseimbangan Dalam Pasar Persaingan Monopolistis
Ciri-ciri persaingan monopolistis seperti yang diterangkan dalam bagian yang
lalu menimbulkan pengaruh yang cukup penting ke atas corak permintaan yang dihadapi
oleh perusahaan dalam persaingan monopolistis. Kurva permintaan yang dihadapi oleh
perusahaan dalam persaingan monopolistis adalah lebih elastis dari yang dihadapi
monopoli tetapi elastisitasnya tidak sampai mencapai elastis sempurna yaitu kurva
permintaan yang sejajar sumbu datar yang merupakan kurva permintaan yang dihadapi
suatu perusahaan dalam persaingan sempurna. Maka pada hakikatnva ku permintaan ke
atas barang produksi perusahaan dalam persaingan monopolistis adalah bersifat menurun
secara sedikit demi sedikit (lebih mendatar dan bukan turun dengan curam). Kurva
permintaan yang bersifat seperti ini berarti: apabila perusahaan menaikkan harga maka
jumlah barang yang dijualnya menjadi sangat berkurang, dan sebaliknya apabila
perusahaan menurunkan harga maka jumlah barang yang dijualnya menjadi sangat
bertambah.
Oleh karena kurva permintaan dalam persaingan monopolistis tidak bersifat
elastis sempurna, kurva hasil penjualan marginal (MR) tidak beri dengan kurva
permintaan. Dalam persaingan monopolistis kurva MR ad sama seperti yang terdapat
dalam monopolistis, yaitu kurva tersebut terletak bawah kurva permintaan.
2.7.1 Keseimbangan Jangka Pendek
Oleh karena kurva permintaan adalah menurun sedikit demi sedikit, sebagai
akibatnya kurva MR tidak berimpit dengan kurva permintaan keseimbangan yang dicapai
suatu perusahaan dalam pasar persaingan monopolistis adalah sama dengan di dalam
monopoli. Bedanya, di dalam monopoli yang dihadapi adalah permintaan dari seluruh
38. pasar, sedangkan dalam persaingan monopolistis, permintaan yang dihadapi perusahaan
adalah sebagian dan keseluruhan permintaan pasar
.
Dua keadaan perusahaan monopolistis Yang ditunjukkan dalam gambar diatas
adalah keadaan dimana perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang
maksimum akan diperoleh apabila perusahaan memproduksi pada tingkat di mana
keadaan MC = MR tercapai. Maka keuntungan maksimum tercapai apabila jumlah
produksi adalah Q dan pada tingkat produksi ini tingkat harga adalah P. Segi empat
PABC menunjukkan jumlah keuntungan maksimum yang dinikmati perusahaan
monopolistis itu. Dalam gambar (ii) yang ditunjukkan adalah keadaan di mana
perusahaan mengalami kerugian. Kerugian akan dapat diminimumkan apabila keadaan
MC = MR tercapai. Ini berarti perusahaan harus mencapai tingkat produksi sebanyak Q,
Pada tingkat produksi ini harga mencapai P. Besarnya kerugian yang diderita
digambarkan oleh kotak PABC.
2.6.2 Keseimbangan Jangka Panjang
Keuntungan lebih dari normal akan menarik perusahaan-perusahaan baru untuk
masuk ke dalam industri tersebut. Dalam persaingan monopolistis tidak terdapat
hambatan kepada perusahaan-perusahaan baru. Maka keuntungan yang melebihi normal
akan menyebabkan pertambahan dalam jumlah perusahaan di pasar. Sebagai akibatnya
setiap perusahaan akan menghadapi permintaan yang semakin sedikit pada berbagai
tingkat harga. Ini berarti kemasukan perusahaan baru akan menggeser kurva permintaan
DD (dan tentunya juga kurva hasil penjualan marginal MR) ke sebelah kiri, Kemasukan
39. perusahaan baru, dan perpindahan kurva DD dan MR ke kiri, akan terus berlangsung
sehingga perusahaan hanya mendapat keuntungan normal saja. Dengan demikian, seperti
halnya dengan perusahaan dalam pasar persaingan sempurna, dalam persaingan
monopolistis setiap perusahaan hanya mendapat keuntungan normal di dalam jangka
panjang.
Gambar diatas menunjukkan keseimbangan perusahaan monopolistis di dalam
jangka panjang. Produksi berjumlah QL dan pada tingkat produksi ini tingkat harga adalah
PL. Dapat dilihat bahwa PL sama dengan biaya total rata-rata, yang berarti bahwa
perusahaan hanya memperoleh untung normal.
Corak kegiatan perusahaan dalam persaingan monopolistis ketika mendapat
keuntungan normal adalah berbeda dengan corak kegiatan perusahaan dalam persaingan
sempurna yang juga memperoleh untung yang normal. Perbedaan itu adalah:
Harga dan biaya produksi di pasar persaingan monopolistis lebih tinggi.
Kegiatan memproduksi di pasar persaingan monopolistis belum mencapai tingkat
yang optimal mencapai tingkat di mana biaya produksi per unit adalah paling
rendah.
2.7 PENILAIAN KE ATAS PERSAINGAN MONOPOLISTIS
Di dalam bagian ini analisis yang dibuat hanya meliputi penilaian ke atas efek
dari pasar bersifat persaingan monopolistis kepada penggunaan sumber-sumber daya,
dorongan untuk mengembangkan teknologi dan melakukan inovasi, dan corak distribusi
pendapatan. Salah satu kegiatan penting yang dilakukan oleh perusahaan monopolistis
40. adalah melakukan promosi penjualan secara iklan. Kebaikan dan keburukan dari kegiatan
ini akan dinilai dalam bagian berikut
2.7.1 Efisiensi Dalam Menggunakan Sumber Daya
Untuk menilai sampai di mana efisiensi pasar persaingan monopolistik di dalam
mengalokasikan sumber-sumber daya, akan dibuat suatu perbandingan dengan efisiensi
perusahaan dalam pasar persaingan sempurna. Perbandingan tersebut menunjukkan
keseimbangan suatu perusahaan dalam pasar persaingan sempurna dan keseimbangan
suatu perusahaan dalam pasar persaingan monopolistis. Kedua keadaan keseimbangan
tersebut adalah di dalam jangka panjang. Dalam membuat perbandingan tersebut biaya
produksi dalam perusahaan persaingan sempurna dan perusahaan monopolistis
bersamaan. Dengan demikian ACS = ACm dan MCS = MCm
Keadaan tersebut menunjukkan bahwa:
Biaya produksi per unit adalah pada tingkat yang paling minimum, Biaya per unit
adalah Ps.
Harga yang berlaku di pasar adalah PS.
Jumlah barang yang diproduksikan adalah Qs.
Sedangkan keadaan yang satu lagi menunjukkan bahwa:
Biaya produksi per unit perusahaan monopolistis adalah lebih tinggi dari biaya
produksi per unit yang paling minimum. Biaya per unit adalah Pm.
Harga yang berlaku di pasar adalah Pm.
Jumlah barang yang diproduksikan adalah Qm.
Kesimpulan pokok yang dapat dibuat dari membuat perbandingan tersebut
adalah: walaupun perusahaan persaingan sempurna dan perusahaan monopolistik
sama-sama mendapat keuntungan normal, tetapi dalam perusahaan monopolistik
biaya produksi per unit lebih tinggi, harga barang lebih tinggi, dan jumlah produksi
lebih rendah (sehingga menyebabkan kapasitas memproduksi yang digunakan
adalah di bawah tingkat yang optimal).
Kesimpulan di atas menunjukkan bahwa perusahaan persaingan sempurna adalah
lebih efisien dari perusahaan monopolistis di dalam menggunakan sumber-sumber daya.
Baik ditinjau dari sudut efisiensi produktif (seperti telah diterangkan ia dicapai apabila
biaya produksi per unit adalah yang paling minimum), maupun dari sudut efisiensi
alokatif (ia dicapai apabila harga sama dengan biaya marginal) perusahaan dalam
persaingan sempurna adalah lebih efisien dari perusahaan dalam persaingan monopolistis.
41. 2.7.2 Efisiensi Dan Diferensiasi Produksi
Telah diterangkan dalam analisis sebelum ini bahwa barang-barang yang
dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan persaingan monopolistis bersifat berbeda corak,
yaitu ia berbeda dari segi mutu barangnya, pembukusannya, dan pelayanan setelah
penjualan. Perbedaan-perbedaan ini menyebabkan para konsumen mempunyai pilihan
yang lebih baik dari pilihan yang dapat dibuat mereka di dalam pasar persaingan
sempurna. Pilihan lebih baik, ini dapatlah dipandang sebagai kompensasi kepada
penggunaan sumber-sumber daya yang kurang efisien seperti yang baru saja
diterangkan.
Persoalannya sekarang adalah: manakah yang lebih baik kepada masyarakat?
Barang yang diproduksikan secara efisien sehingga dapat dijual dengan harga murah?
Ataukah harga yang lebih mahal sedikit tetapi masyarakat dapat menentukan barang yang
akan dikonsuminya dan pilihan jenis barang yang lebih banyak? Ini merupakan persoalan
normatif, yang jawaban sangat tergantung kepada value judgmentmasyarakat tersebut.
Sekiranya mereka lebih menyukai harga yang murah, maka kekurangan pilihan tidak
dipandang sebagai suatu yang merugikan. Sebaiknya, apabila masyarakat menginginkan
pilihan barang yang lebih banyak, sehingga dapat dibuat pilihan yang lebih tepat, harga
yang lebih tinggi sedikit tidaklah perlu terlalu dirisaukan.
2.7.3 Perkembangan Teknologi Dan Inovasi
Sampai di manakah persaingan monopolistis akan mendorong perkembangan
teknologi dan inovasi? Pada umumnya ahli ekonomi berpendapat bahwa pasar persaingan
monopolistis memberikan dorongan yang sangat terbatas untuk melakukan
perkembangan teknologi. Terbatasnya dorongan tersebut disebabkan karena dalam jangka
panjang perusahaan hanya memperoleh keuntungan normal. Keuntungan yang melebihi
normal di dalam jangka pendek dapat mendorong kepada kegiatan mengembangkan
teknologi. Tetapi dorongan tersebut adalah sangat lemah karena perusahaan-perusahaan
menyadari bahwa keuntungan yang diperoleh dari mengembangkan teknologi dan
melakukan inovasi tidak dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Keuntungan
melebihi normal yang diperoleh akan mendorong perusahaan-perusahaan lain untuk
masuk ke industri tersebut, dan ini akan terus berlangsung sehingga keuntungan melebihi
normal tidak ada lagi. Maka dalam jangka panjang keuntungan yang diperoleh dari
perkembangan teknologi dan melakukan inovasi tidak dapat lagi dinikmati.
2.7.4 Distribusi Pendapatan
42. Persaingan monopolistis mengakibatkan corak distribusi pendapatan yang sama
sifatnya seperti yang biasanya terdapat dalam persaingan sempurna, yaitu distribusi
pendapatan adalah seimbang. Karana tidak terdapat keuntungan yang berlebih-lebihan
dalam jangka panjang, maka pengusaha dan pemilik modal tidak memperoleh pendapatan
yang berlebih-lebihan. Di samping itu dalam pasar terdapat banyak perusahaan, dan ini
berarti keuntungan normal yang diperoleh akan dibagikan kepada jumlah pemilik modal
dan pengusaha yang banyak jumlahnya. Berdasarkan kepada kecenderungan ini ahli-ahli
ekonomi berpendapat bahwa pasar persaingan monopolistis menimbulkan distribusi
pendapatan yang lebih merata
2.8 PERSAINGAN BUKAN HARGA
Persaingan bukan-harga pada hakikatnya mengandung arti usaha-usaha di luar
perubahan harga yang dilakukan oleh perusahaan untuk menarik lebih banyak pembeli
ke atas barang yang diproduksinya. Maka pada hakikatnya usaha-usaha untuk melakukan
persaingan bukan-harga bertujuan untuk memindahkan kurva permintaan ke kanan.
Perpindahan itu berarti pada sedap tingkat pendapatan dan kesempatan kerja, jumlah
barang yang diminta menjadi bertambah banyak. Persaingan bukan-harga dapat
dibedakan kepada dua jenis:
Diferensiasi produksi, yaitu menciptakan barang sejenis tetapi berbeda coraknya
dengan produksi perusahaan-perusahaan lain.
Iklan dan berbagai bentuk promosi penjualan.
Di dalam persaingan monopolistis dan oligopoly, persaingan bukan harga sangat
aktif dilakukan. Di dalam dua pasar yang telah diuraikan terlebih dahulu, yaitu persaingan
sempurna dan monopoli persaingan bukan harga tidak begitu dipentingkan. Untuk
monopoli alasannya tidak sukar untuk dicari, yaitu karena perusahaan monopoli tidak
mempunyai saingan. Dalam persaingan sempurna, persaingan bukan harga tidak
dilakukan karena barang yang diproduksikan perusahaan-perusahaan adalah serupa
atau identical. Para pembeli tidak dapat membedakan di antara produksi yang ciptakan
suatu perusahaan dengan perusahaan lain. Oleh sebab itu tidak ada gunanya kepada
sesuatu perusahaan untuk menarik lebih banyak pembeli dengan cara persaingan bukan
harga. Para pembeli tidak akan dapat mengetahui manakah barang yang dihasilkan oleh
perusahaan yang menjalankan persaingan bukan-harga.
2.8.1 Diferensiasi Produksi
Setiap dalam pasar persaingan monopolistis akan berusaha untuk
memproduksikan barang yang mempunyai sifat yang khusus, dan yang dapat dengan jelas
43. dibedakan dari produksi perusahaan-perusahaan lainnya. Maka di dalam pasar akan
terdapat berbagai barang yang dihasilkan suatu industri yang mempunyai corak,
mutu, desain, mode, dan merek yang berbeda-beda. Terdapatnya berbagai variasi dari
sesuatu jenis barang adalah sifat istimewa dari pasar persaingan monopolis, yang tidak
terdapat dalam pasar persaingan sempurna. Seperti telah diterangkan sebelum ini, dalam
pasar persaingan sempurna, barang yang dihasilkan dan diperjualbelikan adalah
sepenuhnya serupa (identical). Terdapatnya barang yang beraneka ragam coraknya di
pasar persaingan monopolistis menimbulkan keuntungan kepada perusahaan mau pun
kepada para konsumen.
Kepada setiap perusahaan, barang yang berbeda-beda sifatnya tersebut akan
menjadi daya penarik khusus ke atas barang yang diproduksikannya. Segolongan
konsumen tertentu akan lebih suka membeli barangnya (walaupun harganya lebih mahal)
kalau dibandingkan dengan barang-barang yang sejenis yang dihasilkan
produsen-produsen lain. Dengan demikian diferensiasi produksi dapat menciptakan suatu
bentuk kekuasaan monopoli. Dengan menghasilkan suatu barang tertentu yang berbeda
dari barang lainnya, perusahaan menciptakan suatu penghambat kepada
perusahaan-perusahaan lain untuk menarik para langganannya. Diferensiasi produksi
memungkinkan seorang produsen dalam pasar monopolistis untuk tetap menjual
produksinya (tetapi jumlahnya semakin sedikit) apabila menaikkan harga. Tetapi
sebaliknya, produsen itu dapat menarik sebagian dari langganan perusahaan-perusahaan
lain, sekiranya penjualan barangnya,
Kepada para konsumen, barang yang sejenis tetapi berbeda tersebut
menimbulkan suatu keuntungan pula, yaitu pilihan mereka untuk membeli sesuatu barang
menjadi lebih beraneka ragam. Ini memungkinkan mereka memilih barang yang
benar-benar sesuai dengan keinginan. Seperti telah disinggung sebelum ini, ahli-ahli
ekonomi banyak- yang memandang pilihan yang beraneka ragam itu sebagai suatu
kompensasi terhadap ketidak efisienan persaingan monopolistis di dalam menggunakan,
sumber-sumber daya.
2.8.2 Promosi Penjualan Melalui Iklan
Di dalam perusahaan-perusahaan modem kegiatan mempersiapkan dan mernbuat
iklan adalah suatu bagian penting dari usaha untuk memasarkan hasil produksinya.
Pengeluaran yang dilakukan perusahaan-perusahaan untuk pengiklanan meliputi jumlah
yang cukup besar yang adakalanya menimbulkan pertambahan yang nyata kepada biaya
44. produksi. Perusahaan-perusahaan melakukan kegiatan pengiklanan untuk mencapai salah
satu atau gabungan dari tiga tujuan yang dinyatakan di bawah ini :
1. Untuk memberikan informasi mengenai produk. Iklan seperti ini dilakukan
untuk memberikan penerangan kepada konsumen akan suatu produk. Iklan itu
mungkin untuk barang yang telah lama ada, atau untuk barang yang haru saja
dikembangkan. Iklan seperti ini dinamakan iklan memberi penerangan
atau information advertising.
2. Untuk menekankan kualitas suatu produk secara persuasif. Iklan seperti ini
dilakukan untuk menerangkan kepada konsumen akan kualitas yang sangat baik
dari sebuah produk. Beberapa bentuk Iklan, bertujuan untuk terus menerus
mengingatkan para konsumen bahwa barang tersebut ada di pasar. Iklan seperti
ini dinamakan iklan untuk bersaing atau competitive advertising. Tanpa iklan
seperti ini, konsumen dapat berubah sikapnya dan menjadi langganan. perusahaan
lain yang menghasilkan barang yang sama yang selalu diiklankan.
3. Untuk memelihara hubungan baik dengan para konsumen Iklan tersebut
lebih berbentuk memperkenalkan perusahaan tersebut mengenai,
kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Iklan mengenai hasil-hasil produksinya
adalah begitu ditekankan. Iklan ini juga dilakukan untuk menghindari larangan
pengiklanan yang dilakukan pemerintah (misalnya iklan rokok).
Dari ketiga jenis iklan ini, yang dilakukan perusahaan dalam pasar persaingan
monopolistis adalah jenis iklan yang pertama dan iklan jenis pertama terutama digunakan
pada waktu perusahaan memperkenalkan hasil-hasil produksinya yang baru. Sedangkan
iklan jenis kedua digunakan untuk mempertahankan kedudukannya di pasar
2.8.3 Efek Persaingan Monopolistik
Analisis keseimbangan produsen dalam pasar persaingan monopolistik jangka
panjang,terdapat beberapa hal yang perlu disikapi yaitu:
1. Terjadi ketidak efesienan produksi karena produsen tidak berproduksi pada Biaya
rata-rataMinimum. Hal ini akibat dari kurva permintaan yang menurun harus
bersinggungan denganAC, sehingga tidak mungkin terjadi AC minimum
melainkan pada saat AC menurun. Inimenandakan bahwa perusahaan dalam
jangka panjang masih belum memanfaatkan adanya economies of scale secara
penuh, sehingga terjadi pemborosan sumber ekonomimasyarakat.
45. 2. Konsumen masih harus membayar harga produk yang lebih tinggi dari ongkos
marginaluntuk menghasilkan produk tersebut (P>MC). Hal ini menunjukkan
bahwa masyarakat masihmengalami kerugian akibat adanya kekuasaan monopoli
perusahaan.
46. BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengaruh ekonomi persaingan monopolistik merupakan keseluruhan kerugian
yang tidak diinginkan dari efisiensi alokatif dan produktif: konsumen membayar lebih
dan mampu untuk membeli sedikit daripada di persaingan sempurna. Bagaimanapun juga,
pengaruhnya tidak seserius monopoli dan produk-produk yang dibedakan menyediakan
keragaman yang banyak diminta. Meskipun demikian, beberapa pemborosan ditunjukkan
dalam kelebihan kapasitas dan dalam penggunaan persaingan non harga.
Setiap perusahaan dalam menentukan keputusannya tidak tergantung pada
perusahaan lainnya, karena itu setiap perusahaan menganggap bahwa harga-harga
pesaing, iklan dari pesaing tidak berbeda dengan tindakannya sendiri. Oleh karena itu
perubahan harga oleh suatu perusahan dianggap tidak akan mempengaruhi perusahaan
lain untuk beraksi mengubah harga-harga mereka.
jumlah perusahaan dalam suatu industri sangat banyak dan semuanya
memproduksi produk dasar yang sama. Namun demikian asumsi bahwa produk adalah
homogen sempurna dihilangkan, setiap perusahaan dianggap mampu untuk membedakan
produknya paling tidak dalam beberapa tingkat atau derajat dari produk-produk
perusahaan saingannya. Dalam persaingan monopolistik sejalan dengan waktu persaingan
jangka panjang akan banyak perusahaan yang akan memasuki pasar. Jika semakin banyak
perusahaan yang memasuki industri tersebut dan menawarkan barang pengganti yang
sangat dekat (tetapi tidak sempurna) maka pangsa pasar dariperusahaan yamg pertama
akan menurun.
Mark up pricing merupakan jumlah rupiah yang ditambahkan pada biaya dari
suatu produk untuk menghasilkan harga jual. Jadi mark-up tersebut dipakai untuk
menutup biaya overhead dan laba bagi perusahaan. Biasanya mark-up ini ditentukan
dengan persentase dari biaya produk atau harga jualnya. Biasanya para pedagang besar
dan pengecer lebih banyak menentukan mark-up nya berdasarkan harga jual, sedangkan
produsen menentukan mark-up nya berdasarkan biaya.
47. Penggunaan mark up pricing dipilih karena kurangnya ketidak pastian pada biaya
daripada permintaan. Dengan mendasarkan pada biayanya, penetapan harga ini menjadi
lebih sederhana dan penjual tidak perlu membuat penyesuaian harga terhadap permintaan.
Dalam kaitannya dengan kondisi persaingan dan pasar yang ada di Indonesia,
maka pemilihan mark up pricing menjadi tidak relevan, hal ini disebabkan karena
perusahaan harus menyesuaikan harga dasar mereka dengan mempertahankan berbagai
macam pelanggan dan situasi yang berubah seperti penghargaan kepada pelanggan dalam
rangka promosi produk, perbedaan segmen pasar, pertimbangan psikologi harga, mutu
dan pelayanan, lokasi geografik pelanggan serta penyesuaian terhadap masuknya produk -
produk internasional.
Jadi, dalam penetapan harga pada pasar monopolistic di Indonesia terlebih dahulu
harus menetapkan tujuan sehingga dapat menarik konsumen untuk membeli dan dapat
menimbulkan kepuasan setelah melakukan pembelian. Maka dalam tujuan penetapan
harga jual produsen harus menetapkan harga yang sesuai dengan pangsa pasar yang dituju
sehingga harga tersebut dapat terjangkau dan dapat menimbulkan rasa puas pada diri
konsumen atau pembeli, dimana harga yang ditentukan pun bersaing dengan para
pesaingnya dengan menyesuaikan mutu produk, serta fasilitas dan pelayanan yang baik
sehingga menetapkan harga yang wajar dan dapat diterima oleh pasar sehingga harga
tersebut diterima oleh konsumen karena terjangkau dan para konsumen merasa puas
dengan harga yang ditetapkan.
48. DAFTAR PUSTAKA
http://blogkasman-blogkasmancom.blogspot.com/2012/01/makalh-pasar-
monopolistik.html diakses pada 07 Januari 2019
http://ibnukurniawan-cintailmu.blogspot.com/2012/03/pasar-oligopoli.html diakses
pada 07 Januari 2019
http://ikamaiyastri.blogspot.com/2010/12/pasar-persaingan-monopolistik.html
diakses pada 07 Januari 2019
http://maulidaaisyah.blogspot.com/2012/11/pasar-persaingan-oligopoli.htmldiakses
pada 08 Januari 2019
Rahardja, Prathama. “Pengantar Ekonomi Mikro”, Jakarta : Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2010.
Sukirno, Sadono.2000.Pengantar Teori Mikroekonomi.Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada
Sukirno, Sadono.2012.Mikro Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sarnowo, Henry & Danang Sunyoto. 2011. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro.
Jakarta:CAPS
Partadiredja, Ace.1985. Pengantar Ekonomika. Yogyakarta : BPFE
Sudarman, Ari. 1992. Teori Ekonomi Mikro. Yogyakarta : BPFE
49.
50. MAKALAHEKONOMIMANAJERIAL
BAB 10
“PRICING DECISIONS IN PRACTICE”
OLEH :
MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
TAHUN 2019
Panji D. Herdian 1261800001
Umar Yeni Suyanto 1261800007
Tri Mardi Walyono 1261800014
51. DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
Bab I. Pendahuluan............................................................................................................. 1
A.Latar Belakang.......................................................................................................... 1
B.Rumusan Masalah..................................................................................................... 2
C. Tujuan ...................................................................................................................... 2
Bab II. Kajian Pustaka ........................................................................................................ 3
A. Penentuan Harga Tanpa Informasi yang Lengkap.................................................... 3
1.Marginalistist Pricing pada Keadaan Ketidakpastian ........................................... 3
a. Penggunaan Estimasi Kurve Permintaan dan MC............................................ 3
b. Penggunaan Estimasi Elastisitas Harga dan MC.............................................. 4
c. Penggunaan Estimasi Biaya dan Penerimaan Inkremental............................... 4
2.Praktik Rule of Thumb Pricing.............................................................................. 4
B. Markup Pricing......................................................................................................... 4
1. Rekonsialisasi Markup Pricingdan Marginalist Prcing ....................................... 5
2. Rentang Tingkat Markupyang Dapat Diterima .................................................... 8
3. Markup Pricingdan Pergeseran Permintaan Iso-Elastis ..................................... 10
4.Markup Pricingdalam Kondisi Inflasi................................................................. 11
5.Markup Pricingsebagai Alat Koordinasi............................................................. 14
C. Penetapan Harga dalam Pasar yang Mapan............................................................ 15
1. Strategi Harga Product-Line............................................................................... 15
2. Penentuan Harga untuk Menduga Kualitas ........................................................ 15
3. Penentuan Harga Produk dalam Satu Paket (Bundling) ..................................... 15
4. Discount Kuantitas.............................................................................................. 16
5. Penentuan Harga Promosi................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 17
52. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara teoritis, tidak ada perbedaan signifikan antara perekonomian klasik dengan modern.
Teori harga secara mendasar sama,yakni bahwa harga wajar atau harga keseimbangan diperoleh dari
interaksi antara kekuatan permintaan dan penawaran (suplai) dalam suatu persaingan sempurna, hanya
saja dalam perekonomian modern teori dasar ini berkembang menyadi kompleks karena adanya
diversifikasi pelaku pasar, produk, mekanisme perdagangan, instrumen, maupun perilakunya,yang
mengakibatkan terjadinya distorsi pasar.
Dalam struktur pasar apapun sebuah perusahaan beroperasi, penetapan harga untuk maksimasi
laba mangharuskan analisis yang seksama terhadap hubungan antara biaya marginal dan pendapatan
marginal. Tetapi, riset tentang praktek – praktek penetapan harga aktual menunjukkan bahwa banyak
perusahaan tampaknya menetapkan harga tanpa analisis eksplisit terhadap hubungan marginal. Studi
memperlihatkan bahwa kebanyakan perusahaan menggunakan penetapan harga markup, menetapkan
harga untuk menutup semua biaya langsung ditambah markup sebesar satu presentase tertentu untuk
kontribusi laba (biaya umum dan laba) daripada menetapkan harga di mana MR = MC.
Jika kita memahami prosedur yang dipergunakan untuk keputusan penetapan harga actual,
tidak terdapat konflik antara teori dan praktek. Pada kenyataannya, praktek – praktek penetapan harga
secara markup merupakan alat praktis yang dengannya perusahaan – perusahaan menerapkan analisis
marginal untuk menetapkan harga berbagai barang dan jasa. Praktek penetapan harga secara markup
yang fleksibel dan mencerminkan perbedaan dalam biaya marginal dan elastisitas permintaan
merupakan cara yang efisien untuk beroperasi sehingga MR = MC untuk setiap lini produk yang
dijual.
Demikian pula, praktek penetapan harga untuk musim puncak dan di luar puncak, diskriminasi
harga, dan penetapan harga untuk produk - produk kesemuanya merupakan cara yang efisien untuk
beroperasi sehingga MR = MC untuk setiap pelanggan atau kelompok pelanggan dan kelompok
produk.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menjelaskanmarginalistist pricing pada keadaan ketidakpastian?
2. Apakah yang dimaksud dengan markup pricing ?
3. Bagaimana proses penetapan harga dalam pasar yang mapan?
C. Tujuan
1. Menjelaskan marginalistist pricing pada keadaan ketidakpastian.
2. Menjelaskan markup pricing.
3. Menguraikan penetapan harga dalam pasar yang mapan.
53. BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penentuan Harga Tanpa Informasi Yang Lengkap
Dalam teori penetapan harga di bab sebelumnya dibahas dalam konteks kepastian, dimana
perusahaan diasumsikan mengetahui bentuk dan lokasi kurva biaya dan permintaa mereka. Atas dasar
kurva ini perusahaan, perusahaan memilih harga untuk mendapatkan tujuan yang diinginkan. Jika
tujuan mereka memaksimalkan keuntungan, perusahaan akan menyamakan kurva biaya marginal
dengan kurva pendapatan marginal yang sesuai. Jika fungsi objektif perusahaan selain maksimisasi
keuntungan jangka pendek, kurba biaya dan pendapatan tetap penting dalam pemilihan harga yang
akan memfasilitasi pencapaian fungsi obyektif tertentu.
Namun, di lingkungan bisnis dunia nyata, perusahaan tidak akan menyadari bentuk dan lokasi
kurva biaya dan pendapatan mereka. Kami telah mengemukakan dalam bab 5 dan 8 bahwa firma
tersebut dapat menghasilkan perkiraan permintaan dan fungsi biaya. Dengan analisis data biaya dan
permintaan yang cermat, perusahaan mungkin dapat menggunakan perkiraan terbaik kurva MR dan
MC untuk menetapkan harga yang paling sesuai untuk memenuhi tujuannya.
1. Marginalistist pricing pada Keadaan Ketidakpastian
Ada tiga cara utama untuk mempraktikkan harga marjinal dalam ketidakpastian, yang
masing-masing telah diuraikan di bab sebelumnya. Sekarang kita akan meringkas tiga metode
secara bergantian:
a. Penggunaan Estimasi Kurve Permintaan dan MC
Kurva permintaan diperoleh dari pengestimasian fungsi permintaan. Kemudian
ditentukan kurva MR yang mempunyai titik potong yang sama dan slopenya dua kali nilai
slope kurve permintaan. Oleh karena itu secara cepat dapat menurunkan kurve estimasi MR.
Dengan menetapkan MR = MC, perusahaan dapat menentukan tingkat kuantitas yang
memenuhi persamaan tersebut.
b. Penggunaan Estimasi Elastisitas Harga dan MC
Rumus elastisitas e = dQ/dP x P/Q dapat digunakan untuk mencari slope kurve
permintaan (b = dP/dQ). Kemudian dihitung nilai titik potong a dalam kurve permintaan
tersebut (P = a + bQ), karena nilai P,b dan Q telah diketahui. Selanjutnya dapat ditemukan
MR, harga, dan kuantitas yang optimum.
54. c. Penggunaan Estimasi Biaya dan Penerimaan Inkremental
Pendekatan inkremental atau kontribusi merupakan pendekatan marginalistist, karena
pendekatan tersebut memperhatikan perubahan-perubahan dalam penerimaan total (TR)
maupun biaya total (TC). Pendekatan inkremental tidak memerlukan kemampuan dalarn
menyesuaikan output sebesar 1 unit setiap waktu.
2. Praktik Rule of Thumb Pricing
Prosedur rule of thumb pricing dapat dilihat sebagai metode pembuatan keputusan jalan
pintas yang menghemat penentuan harga dengan cara rule of thumb. Posedur rule ofthumb pricing
yang paling umum dikenal adalah markup pricing.
B. Markup Pricing
Markup pricing atau cost-plus pricing adalah praktik penentuan harga melalui penambahan
persentase tertentu pada biaya langsung (biaya variabel rata-rata AVC) suatu produk. Dengan
demikian,
P = AVC + X% (AVC) (10-1)
Dimana X adalah persentase markup yang dipilih. Markup iniadalah kontribusi per unit terhadap biaya
overhead dan keuntungan, dan karena itu memilih ukuran jumlah markup untuk
menentukanContribution Margin (CM). Jadi persamaan (10-1) dapat dinyatakan sebagai berikut :
P = AVC + CM (10-2)
Markup pricing sering dianggap hanya berbasis biaya, namun jelas bahwa jumlah harga yang dapat
ditandai bergantung pada kondisi permintaan yang dihadapi perusahaan. Ketika ditanya faktor apa
yang menentukan ukuran presentase markup, pelaku bisnis sering merespons bahwa mereka memilih
markup dengan memperhatikan “pasar apa yang akan ditanggung” atau “untuk memenuhi
persaingan”. Pernyataan ini membawa pesan implisit tentang elastisitas harga dari permintaan yang
dihadapi perusahaan, dan karenanya ukuran markup adalah baik berdasarkan biaya maupun
permintaan, bertentangan dengan pandangan naif bahwa market pricing bergantung pada biaya
sendiri.
Karena perusahaan cenderung menggunakan markup pricing dalam praktik, apakah ini berarti
bahwa mereka mengabaikan prinsip penetapan harga marjinal ? Tidak. Kita akan melihat bahwa
markup pricing tidak selalu sesuai dengan prinsip marjinal. Sebenarnya, jika tingkat markup dipilih
dengan benar, itu akan memberikan harga yang dapat memaksimalkan keuntungan.
55. 1. Rekonsialisasi Markup Pricing dan Marginalist Pricing
Hubungan antara rekonsiliasi markup pricing dan marginalist pricing adalah setiap tingkat
harga yang ditentukan dengan prosedur marginalist yaitu MC = MR, telah terkandung persentase
markup. Melalui rekonsiliasi antara kedua pendekatan tersebut, dapat diturunkan aturan sederhana
yang akan menunjukkan apakah tingkat markup tersebut memaksimumkan laba atau tidak.
Untuk setiap tingkat harga yang ditentukan oleh prosedur marjinalis dari pengaturan MC=
MR, terdapat presentase markup tersirat. Misalnya, jika harga maksimalisasi keuntungan adalah $6.00
dan AVC adalah $4.00, markup tersirat adalah $4.00, karena $6.00 adalah 150 persen dari $4.00. pada
gambar 10-1 kita menunjukkan situasi ini.
Pada bagian a, menunjukkan penentuan harga marjinal: MR = MC pada tingkat output Q0 dan
harga maksimalisasi keuntungan ditemukan menjadi P. Pada bagian b, menunjukkan pendekatan
markup – tanpa manfaat data pada permintaan dan kurva pendapatan marjinal, perusahaan hanya
menerapkan 50 persen ke AVC dan mencapai harga yang sama P. Pada harga P, kuantitas yang
diminta adalah Q0, dan perusahaan akan menetapkan harga maksimalisasi keuntungan, meskipun hal
tersebut tidak mengetahui dimana kurva permintaannya. (Sekarang diketahui satu titik pada kurva
permintaannya, yaitu titik A, karena konsumen menuntut unit Q0 pada harga P).
Dalam kasus ini, kita menduga perusahaan yang menggunakan harga markup dibawah
ketidakpastian hanya beruntung – hal tersebut terjadi untuk menerapkan markup maksimalisasi
keuntungan yang diimplikasikan oleh pendekatan marjinal dan, dengan demikian, menetapkan harga
yang memaksimalkan keuntungan tanpa harus mengeluarkan uang untuk aktivitas pencarian untuk
memperkirakan bentuk atau penempatan kurva permintaannya. Bagaimana perusahaan mengetahui
apakah markup nya adalah memaksimalkan keuntungan atau tidak ? Dengan merekonsiliasi kedua
pendekatan tersebut, kita dapat memperoleh sebuah aturan sederhana yang akan mengindikasikan
apakah tingkat markup itu menguntungkan atau tidak. Untuk merekonsialisasi pendekatan marjinal
dan markup terhadap penentuan harga, kita harus memasukkan aturan marjinal, MR = MC, ke dalam
persamaan harga markup (10-1). Kita mulai dengan mencari sebuah ekspresi untuk pendekatan
Gambar 10-1 Marginalis versus Markup Pricing
56. marginal yang menggabungkan elastisitas harga. Total pendapatan adalah produk dari harga dan
kuantitas:
TR = P.Q
Pendapatan marjinal merupakan turunan pertama dari total pendapatan sehubungan dengan output.
Dengan menggunakan aturan rantai, karena P juga bergantung pada Q, kita memiliki:
MR = P + Q
𝑑𝑃
𝑑𝑄
(10-3)
Kami sekarang melakukan manipulasi pada persamaan (10-3) yang akan memungkinkan sebuah
substitusi. Kalikan dan bagilah istilah terakhir dengan P sehingga kita memperoleh:
MR = P +
𝑄𝑃
𝑃
𝑑𝑃
𝑑𝑄
(10-4)
Faktorkan keluar P kita dapatkan:
MR = P + ( 1 +
𝑄
𝑃
.
𝑑𝑃
𝑑𝑄
) (10-5)
Perhatikan bahwa istilah majemuk dalam kurung hanyalah kebalikan dari ungkapan elastisitas harga.
(Lihat persamaan 4-16 di Bab 4 jika ini tidak jelas). Subtitusikan elastisitas e ke dalam persamaan
(10-5) kita dapatkan:
MR = P ( 1 +
1
€
) (10-6)
Mengingat ungkapan ini untuk hubungan antara pendapatan marjinal, harga, dan elastisitas kita
sekarang siap melakukan rekonsiliasi. Harga marjinalis membutuhkan MC = MR. Menetapkan MC
sama dengan ekspresi di atas untuk MR kita punya:
MC = P ( 1 +
1
€
) (10-7)
Disajikan dalam bentuk harga, hal ini dapat disajikan kembali sebagai:
P = MC (
€
€+1
) (10-8)
Dalam situasi bisnis, biaya variabel rata-rata seringkali konstan (atau dipandang konstan) melebihi
rentang keluaran yang relevan. Dalam situasi seperti itu, biaya marjinal sama dengan biaya variabel
rata-rata. Oleh karena itu kita dapat menyatakan kembali persamaan (10-8) sebagai:
P = AVC (
€
€+1
) (10-9)
Yang bisa ditulis ulang sebagai:
P = AVC + (
−1
€+1
) . AVC (10-10)
Jadi, tingkat markup x dalam persamaan (10-1), sama dengan timbal balik negatif dari satu ditambah
elastisitas harga. Mari kita ganti ke persamaan (10-10) nilai sewenang-wenang untuk elastisitas,
katakan € = -5. Dalam kasus ini:
P = AVC + (
−1
−5 +1
) . AVC
P = AVC + (
1
4
) . AVC
P = AVC + 25% . AVC
57. Jadi, markup 25 persen pada biaya variabel rata-rata adalah persentase markup yang memaksimalkan
keuntungan jika nilai elastisitasnya sama -5.
Pada Tabel 10-1, kami menunjukkan tingkat markup maksimalisasi keuntungan untuk
berbagai nilai elastisitas lainnya. Perhatikan bahwa tingkat markup optimal bervariasi berbanding
terbalik dengan nilai absolut elastisitas harga.
Jadi, produk dengan elastisitas harga yang lebih tinggi dari permintaan harus diharapkan
memiliki persentase markup yang relatif lebih rendah untuk memberikan kontribusi total maksimum
terhadap biaya overhead dan keuntungan. Anda akan ingat dari Bab 4 bahwa kita mengharapkan
elastisitas harga menjadi lebih tinggi, semakin besar jumlah subtitusi dan semakin besar proporsi
pendapatan yang dikeluarkan untuk produk tertentu itu. Dalam praktiknya, kita tahu bahwa markup
pada barang belanjaan individu, misalnya, cenderung dan pada item hadiah mereka cenderung tinggi,
sesuai dengan analisis di atas.
2. Rentang Tingkat Markup Yang Dapat Diterima
Tingkat markup yang diterima bervariasi dalam batas-batas tertentu dan dapat diterima, dalam
arti bahwa perusahaan tersebut dapat memperoleh laba paling tidak sama besarnya dengan laba yang
akan diperolehnya apabila perusahaan mula-mula mengeluarkan biaya untuk menentukan kurve dan
kemudian menentukan harga yang ditunjukkan dengan MC = MR.
Tabel 10-1 The Profit Maximizing Markup Rate Given Price
Elasticity
58. Pertimbangkan Gambar 10-2, di mana kita menunjukkan kurva total pendapatan (TR) yang
terkait dengan kurva permintaan aktual yang dihadapi perusahaan. Kurva biaya total (TC) ditunjukkan
sebagai garis lurus, yang mencerminkan biaya variabel marjinal dan rata-rata konstan di atas basis
yang terdiri dari total biaya tetap (fixed cost / TFC). Keuntungan, jarak vertikal antara TR dan TC
pada setiap tingkat output, diwakili oleh kurva π. Sekarang perhatikan biaya pencarian. Jika
perusahaan memutuskan untuk mengeluarkan dana untuk memperkirakan kurva permintaan,
pengeluaran ini akan mengalihkan total biaya tetap dan, karenanya, biaya total ke atas dengan jumlah
yang dikeluarkan untuk aktivitas pencarian. (Biaya pencarian harus dianggap sebagai biaya tetap,
karena tidak terkait dengan tingkat keluaran). Jadi kurva keuntungan harus bergeser turun dengan
jarak vertikal yang sama, yang ditunjukkan sebagai π pada Gambar 10-2.
Harga yang memaksimalkan keuntungan, yang ditunjukkan sebagai P* di bagian bawah
gambar, ditemukan di mana MC = MR atau di mana TC dan TR memiliki kemiringan yang sama di
bagian atas gambar. Perhatikan bahwa harga ini masih merupakan keuntungan yang memaksimalkan
harga, apakah biaya pencarian dilakukan atau tidak. Artinya, titik A adalah titik tertinggi pada kurva
laba π, dan titik E adalah titik tertinggi pada kurva laba π.Namun, begitu perusahaan menanggung
biaya pencarian, titik E adalah yang terbaik yang bisa dilakukan. Itu tidak menimbulkan biaya
pencarian, mungkin cukup beruntung untuk menetapkan harga P* dan memaksimalkan keuntungan
pada poin A. Tetapi perhatikan bahwa setiap titik pada kurva keuntungan π antara B dan C melibatkan
lebih banyak keuntungan daripada titik E. Dalam hal kurva permintaan di bagian bawah gambar,
harga antara P1 dan P2 menjanjikan keuntungan lebih banyak (tanpa biaya pencarian) daripada harga
P* (setelah biaya pencarian telah dikeluarkan). Penjualan dapat bervariasi antara Q2 dan Q1 untuk
harga antara P1 dan P2 dan perusahaan akan setidaknya sama aktifnya (dengan harga P1 atau P2), atau
lebih baik daripada (antara harga P1 dan P2) dengan penuh Informasi dan harga "benar" (di mana MR
= MC).
Gambar 10-2The Range of Acceptable Markup Levels