SlideShare a Scribd company logo
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar Berbasis Masalah/Problem Based Learning (PBL)
1. Definisi Pendekatan Belajar Berbasis Masalah (PBL)
Belajar berbasis masalah adalah salah satu bentuk pembelajaran
yang berlandaskan pada paradigma konstruktivisme, yang berorientasi
pada proses belajar siswa (student-centered learning). PBL
merupakan model pembelajaran yang sangat popular dalam dunia
kedokteran sejak 1970-an. PBL berfokus pada penyajian suatu
permasalahan (nyata atau simulasi) kepada siswa, kemudian siswa
diminta mencari pemecahannya melalui serangkaian penelitian dan
investigasi berdasarkan teori, konsep, prinsip yang dipelajarinya dari
berbagai bidang ilmu (multiple perspective). Permasalahan menjadi
fokus, stimulus, dan pemandu proses belajar. Sementara, guru menjadi
fasilitator dan pembimbing (Sanjaya, 2010). PBL mempunyai banyak
variasi, di antaranya terdapat lima bentuk belajar berbasis masalah,
sebagai berikut:
a. Permasalahan sebagai pemandu: masalah menjadi acuan konkret
yang harus menjadi perhatian pemelajar. Bacaan diberikan sejalan
dengan masalah. Masalah menjadi kerangka berpikir pemelajar
dalam mengerjakan tugas.
b. Permasalahan sebagai kesatuan dan alat evaluasi: masalah
disajikan setelah tugas-tugas dan penjelasan diberikan. Tujuannya
memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk menerapkan
pengetahuannya memecahkan masalah.
c. Permasalahan sebagai contoh: masalah dijadikan contoh dan
bagian dari bahan belajar. Masalah digunakan untuk
menggambarkan teori, konsep atau prinsip dan dibahas antara
pemelajar dan guru.
7
d. Permasalahan sebagai fasilitasi proses belajar: masalah dijadikan
alat untuk melatih pemelajar bernalar dan berpikir kritis.
e. Permasalahan sebagai stimulus belajar: masalah merangsang
pemelajar untuk mengembangkan keterampilan mengumpulkan
dan menganalisis data yang berkaitan dengan masalah dan
keterampilan metakognitif.
Definisi pendekatan belajar berbasis masalah (problem based
learning) adalah suatu lingkungan belajar dimana masalah
mengendalikan proses belajar mengajar. Hal ini berarti sebelum pelajar
belajar, mereka diberikan umpan berupa masalah. Masalah diajukan
agar pelajar mengetahui bahwa mereka harus mempelajari beberapa
pengetahuan baru sebelum mereka memecahkan masalah tersebut.
Pendekatan ini juga mencakup keduanya yaitu sebagai sebuah
kurikulum dan sebuah proses. Kurikulum pembelajaran berbasis
masalah terdiri atas masalah-masalah yang telah dirancang dan dipilih
dengan teliti, yang menuntut kemahiran pembelajar dalam critical
knowledge, problem solving proficiency, self-directed learning
strategis dan team participation skills. Dalam prosesnya, pendekatan
belajar berbasis masalah ini meniru pendekatan sistem yang biasa
digunakan untuk memecahkan masalah atau menemukan tantangan-
tantangan yang dihadapi dalam hidup dan karir (Siregar dan Nara,
2010). Para ahli lainnya mengemukakan bahwa, pendekatan berbasis
masalah adalah suatu pendekatan untuk membentuk struktur
kurikulum yang melibatkan pelajar menghadapi masalah dengan
latihan yang memberikan stimulus untuk belajar (Siregar dan Nara,
2010). Pendekatan ini juga merupakan suatu pengajaran yang
menantang pelajar untuk “learn to learn”, bekerjasama dalam sebuah
group untuk mencari solusi dari masalah-masalah yang nyata di dunia
ini. Masalah-masalah ini digunakan untuk menarik rasa keingintahuan
pelajar dan menginisiasikan pokok-pokok perkara. Metode ini
8
mempersiapkan pelajar untuk berpikir kritis dan analitis, serta untuk
menemukan dan menggunakan sumber-sumber belajar.
2. Konsep Dasar dan Karakteristik PBL
PBL dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran
yang menekankan kepada proses penyelsaian masalah yang dihadapi
secara ilmiah.
Terdapat 3 ciri utama dari PBL. Pertama, PBL merupakan
rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi PBL ada
sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. PBL tidak mengharapkan
siswa hanya sekadar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal
materi pelajaran, akan tetapi melalui PBL siswa aktif berpikir,
berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya
menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk
menyelsaikan masalah. PBL menempatkan masalah sebagai kata kunci
dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin
ada proses pembelajaran. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan
menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan
menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan
induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris.
Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan
tertentu; sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah
didasarkan pada data dan fakta yang jelas (Sanjaya, 2010).
Untuk mengimplementasikan PBL, guru perlu memilih bahan
pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan.
Permasalahan tersebut bisa diambil dari buku teks atau dari sumber-
sumber lain misalnya dari peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar,
dari peristiwa dalam keluarga atau dari peristiwa kemasyarakatan.
Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat
diterapkan:
a. Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar
dapat mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan
memahaminya secara penuh.
9
b. Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan
berpikir rasional siswa, yaitu kemampuan menganalisis situasi,
menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru,
mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta
mengembangkan kemampuan dalam membuat judgment secara
objektif.
c. Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk
memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa.
d. Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab
dalam belajarnya.
e. Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang
dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya (hubungan
antara teori dengan kenyataan).
3. Hakikat Masalah dalam PBL
Masalah dalam PBL adalah masalah yang bersifat terbuka.
Artinya jawaban dari masalah tersebut belum pasti. Setiap siswa, bahkan
guru, dapat mengembangkan kemungkinan jawaban. Dengan demikian
PBL memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi
mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkan
masalah yang dihadapi. Tujuan yang ingin dicapai oleh PBL adalah
kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis, dan logis
untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data
secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah (Sanjaya,
2010).
Hakikat masalah dalam PBL adalah gap atau kesenjangan
antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan. Kesenjangan tersebut
bisa dirasakan dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan, atau
kecemasan. Oleh karena itu, maka materi pelajaran atau topik tidak
terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari peristiwa-peristiwa
tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Di bawah ini diberikan
kriteria pemilihan bahan pelajaran dalam PBL.
10
a. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik
(conflict issue) yang bisa bersumber dari berita, rekaman video, dan
yang lainnya.
b. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa,
sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik.
c. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan
kepentingan orang banyak (universal), sehingga terasa manfaatnya.
d. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau
kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum
yang berlaku.
e. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa
merasa perlu untuk mempelajarinya.
4. Tahapan-tahapan PBL
Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan PBL. John
Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan 6
langkah PBL yang kemudian dia namakan metode pemecahan masalah
(problem solving), yaitu:
a. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang
akan dipecahkan
b. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara
kritis dari berbagai sudut pandang.
c. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai
kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya.
d. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan
menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan
masalah.
e. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan
kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang
diajukan.
11
f. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa
menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan
hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
Sanjaya (2010) mengemukakan ada 5 langkah PBL melalui
kegiatan kelompok.
a. Mendefenisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa
tertentu yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas
masalah apa yang akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta
pendapat dan penjelasan siswa tentang isu-isu hangat yang menarik
untuk dipecahkan.
b. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya
masalah, serta menganalisis berbagai faktor baik faktor yang bisa
menghambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam
penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa dilakukan dalam diskusi
kelompok kecil, hingga pada akhirnya siswa dapat mengurutkan
tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis
penghambat yang diperkirakan.
c. Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang
telah dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswa
didorong untuk berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi
tentang kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan.
d. Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan
keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan.
e. Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.
Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh kegiatan pelaksanaan
kegiatan; sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat
dari penerapan strategi yang diterapkan.
12
5. Metode PBL
Menurut Sanjaya (2010), terdapat beberapa metode yang
merupakan bagian dari PBL, yaiyu sebagai berikut:
a. Metode Seven Jump
Marupakan salah satu metode yang digunakan dalam PBL. Langkah-
langkah seven jump adalah:
1) Clarify Unfamiliar Terms
a. Mahasiswa mengidentifikasi kata-kata yang artinya kurang
jelas, anggota lainnya mencoba untuk mendefinisikannya.
b. Mahasiswa mengutarakan secara jujur tentang apa yang belum
diketahuinya.
c. Kata atau nama yang oleh kelompok masih diperdebatkan
ditulis di papan tulis atau flip chart.
2) Define the Problems
a. Problem (masalah), bias berupa istilah, fakta, fenomena, yang
oleh grup masih perlu dijelaskan (sesi terbuka pada step 1).
b. Tutor mendorong seluruh anggota kelompok untuk member
kontribusi dalam diskusi.
c. Sangat mungkin ada perbedaan perspektif dalam menilai
masalah.
d. Membandingkan dan mengelompokkan pendapat akan
meluaskan horizon intelektual.
e. Mencatat seluruh issue yang telah dijelaskan oleh kelompok.
3) Brainstorm Possible Hypothesis or Explanation
a. Hipotesis sebagai dasar pemikiran tanpa asumsi benar / salah,
atau sebagai langkah awal untuk mencari informasi lebih
lanjut.
b. Mahasiswa mencoba membuat formulasi, berdiskusi tentang
berbagai kemungkinan yang sesuai dengan masalah.
c. Diskusi tetap dalam tingkat hipotesis, tidak terlalu cepat
masuk ke hal-hal rinci.
d. Mencatat seluruh hipotesis yang ada.
13
4) Arrange Explanations Into Tentative Solutions
Many different explanations
a. Mahasiswa mencoba merinci masalah dan
membandingkannya dengan hipotesis yang sudah
dikembangkan apakah sudah cocok atau belum.
b. Tahap ini merupakan proses aktif dan restrukturisasi
pengetahuan yang ada, dan juga merupakan tahap identifikasi
perbedaan pemahaman.
5) Analyze the problem
Hasil diskusi :
a. Pengorganisasian penjelasan terhadap masalah.
b. Ditulis secara skematik
c. Mahasiswa mencoba menghubungkan ide baru yang muncul
dari anggota kelompok dengan pengetahuan yang ada dan
dengan konteks berbeda.
6) Defining Learning Objectives
a. Kelompok menyusun beberapa tujuan belajar.
b. Tutor mendorong mahasiswa agar inti tujuan belajar menjadi
lebih fokus, tidak terlalu lebar atau superficial serta dapat
diselesaikan dalam waktu yang tersedia.
c. Beberapa mahasiswa mungkin mempunyai tujuan belajar
sendiri (ekstra) karena kebutuhan atau kepentingan mereka
sendiri. Catatan : (1) Setiap mahasiswa harus mempelajari
seluruh sasaran belajar yang telah disepakati (tidak
dibenarkan membagi tugas), (2) Tutor memberi tugas pada
masing-masing mahasiswa untuk membuat resume sasaran
belajar dengan tulisan tangan dan menggunakan tinta biru,
sehingga mahasiswa lebih siap berdiskusi di langkah ke-7.
Resume dinilai pada saat diskusi kedua (langkah ke-7)
14
7) Information Gathering : Private Study
a. Dapat berupa kegiatan mencari informasi di buku, internet,
computerized literarure search, jurnal, specimen patologis /
fisiologis, bertanya kepada pakar, dsb.
b. Hasil kegiatan tersebut dicatat oleh masing-masing anggota
kelompok (student’s individual notes), termasuk sumber
belajarnya. Usahakan sumber pustaka masing-masing
mahasiswa berbeda.
c. Hasil tersebut didiskusikan pada step 7.
8) Synthesize and Test Acquired Informations (Reporting Phase)
a. Masing-masing anggota sudah siap berdiskusi setelah belajar
beberapa literatur maupun sumber belajar lainnya.
b. Tujuannnya mensintesis apa yang telah dipelajari, kemudian
mendiskusikan kembali.
c. Mahasiswa bisa menambahkan, menyanggah, bertanya,
komentar terhadap referensi.
d. Kelompok membuat analisis lengkap tentang masalah yang
ada dan membuat laporan tertulis.
e. Bila ada kesulitan yang tidak bisa terpecahkan dicatat dan
ditanyakan dalam diskusi dengan pakar / narasumber.
(Terry Barret, 2010, http://www.bhmemanual.org/)
b. Jigsaw Learning (Belajar Model Jigsaw)
Strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk
digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi
beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan
penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah melibatkan seluruh
peserta didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang
lain. Strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan
jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa
bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian.
Langkah-langkah:
15
1) Pilihlah materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa
segmen (bagian)
2) Bagi peserta didik menjadi beberapa kelompok sesuai dengan
jumlah segmen yang ada. Jika jumlah peserta didik adalah 50,
sementara jumlah segmen yang ada adalah 5, maka masing-
masing kelompok terdiri dari 10 orang. Jika jumlah ini dianggap
terlalu besar, bagi lagi menjadi dua, sehingga setiap kelompok
terdiri dari 5 orang, kemudian setelah proses selesai, gabungkan
kedua kelompok pecahan tersebut.
3) Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi
kuliah yang berbeda-beda
4) Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain
untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompok
5) Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan
sekiranya ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam
kelompok
6) Beri peserta didik beberapa pertanyaan untuk mengecek
pemahaman mereka terhadap materi (Aryani, Munthe dan Zaini,
2008).
6. Keunggulan dan Kelemahan SPBM/PBL (Sanjaya, 2010)
a. Keunggulan
1) Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang
cukup bagus untuk lebih memahani isi pelajaran.
2) Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang
kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menenmukan pengetahuan baru bagi siswa.
3) Pemecahan masalah (problem solving) dapate meningkatkan
aktivitas pembelajaran siswa.
4) Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa
bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami
masalah dalam kehidupan nyata.
16
5) Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa
untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung
jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Di samping
itu, pemecahan masalah juga dapat mendorong untuk melakukan
evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
6) Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa
memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada
dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus
dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekadar belajar dari guru
atau dari buku-buku saja.
7) Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih
menyenangkan dan disukai siswa.
8) Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan
kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan
kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan
baru.
9) Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan
yang mereka miliki dalam dunia nyata.
10) Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan
minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar
pada pendidikan formal berakhir.
b. Kelemahan
1) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang diipelajari sulit untuk
dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
2) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka
tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
17
B. Metode Pembelajaran Ceramah
1. Definisi Metode Ceramah
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan
pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung
kepada sekelompok siswa. Metode ceramah merupakan metode yang
sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hali
in selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya
faktor kebiasaan baik dari guru ataupun siswa. Guru biasanya belum
merasa puas manakal dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak
melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan
belajar manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui
ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses
belajar dan tidak ada guru berarti tidak ada belajar. Metode ceramah
merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran ekspositori (Sanjaya, 2010).
2. Langkah-langkah Menggunakan Metode Ceramah
Agar metode ceramah berhasil, maka ada beberapa hal yang harus
dilakukan, baik pada tahap persiapan maupun pada tahap pelaksanaan
(Sanjaya, 2010).
a. Tahap persiapan
1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran
adala proses yang bertujuan, oleh sebab itu merumuskan
tujuan yang jelas merupakan langkah awal yang harus
dipersiapkan guru. Apa yang harus dikuasai siswa setelah
proses pembelajaran dengan ceramah berakhir.
2) Menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan.
Keberhasilan suatu ceramah sangat bergantung kepada
tingkat penguasaan guru tentang materi yang akan
diceramahkan. Oleh karena itu, guru harus mempersiapkan
pokok-pokok materi yang akan disampaikan sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Dalam penentuan
18
pokok-pokok ini juga perlu dipersiapkan ilustrasi-ilustrasi
yang relevan untuk memperjelas informasi yang akan
disampaikan.
3) Mempersiapkan alat bantu. Alat bantu sangat diperlukan
untuk menghindari kesalahan persepsi dari siswa. Alat bantu
tersebut misalnya dengan mempersiapkan transparansi atau
media grafis lainnya untuk meningkatkan kualitas ceramah.
b. Tahap pelaksanaan
Pada tahapan ini ada tiga langkah utama yang harus dilakukan:
1) Langkah pembukaan
Langkah pembukaan dalam metode ceramah merupakan
langkah yang menentukan. Keberhasilan pelaksanaan
ceramah sangat ditentukan oleh langkah ini. Ada beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam langkah pembukaan ini
yaitu yakinkan bahwa siswa memahami tujuan yang akan
dicapai, lakukanlah langkap apresepsi yaitu langkah
menghubungkan materi pelajaran yang lalu dengan materi
pelajaran yang akan disampaikan.
2) Langkah penyajian
Tahap penyajian adalah tahap penyampaian materi
pembelajaran dengan cara bertutur. Agar ceramah kita
berkualitas sebagai metode pembelajaran, maka guru harus
menjaga perhatian siswa agar tetap terarah pada materi
pembelajaran yang sedang disampaikan. Untuk menjaga
perhatian ini ada beberapa halyang dapat dilakukan yaitu
menjaga kontak mata secara terus-menerus dengan siswa,
gunakan bahasa yang komunikatif dan mudah dicerna oleh
siswa, sajikan materi pembelajaran secara sistematis, tidak
meloncat-loncat agar mudah ditangkap oleh siswa, tanggapi
respons siswa dengan segera, jagalah agar kelas tetap
kondusif dan menggairahkan untuk belajar.
19
3) Langkah mengakhiri atau menutup ceramah
Ceramah harus ditutup agar materi pelajaran yang sudah
dipahami dan dikuasai siswa tidak terbang kembali.
Ciptakanlah kegiatan-kegiatan yang memungkinkan yang
memungkinkan siswa tetap mengingat materi pembelajaran.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk keperluan tersebut yaitu
membimbing siswa untuk menarik kesimpulan atau
merangkum materi pelajaran yang baru saja disampaikan,
merangsang siswa untuk dapat menanggapi atau member
semacam ulasan tentang materi pembelajaran yang telah
disampaikan, melakukan evaluasi untuk mengetahui
kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran yang baru
saja disampaikan.
3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah (Sanjaya, 2010)
Ada beberapa alasan mengapa ceramah sering digunakan. Alasan ini
sekaligus merupakan keunggulan metode ini.
a. Ceramah merupakan metode yang ‘murah’ dan ‘mudah’ untuk
dilakukan. Murah dalam hal ini dimaksudkan proses ceramah
tidak memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap, berbeda
dengan metode yang lain seperti demonstrasi atau peragaan.
Sedangkan mudah, dengan demikian tidak terlalu memerlukan
persiapan yang rumit.
b. Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya,
materi pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan
pokok-pokoknya oleh guru dalam waktu yang singkat.
c. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu
ditonjolkan. Artinya, guru dapat mengatur pokok-pokok materi
yang mana yang perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan
tujuan yang ingin dicapai.
20
d. Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh
karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang
memberikan ceramah.
e. Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur
menjadi lebih sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting
kelas yang beragam, atau tidak memerlukan persiapan-persiapan
yang rumit. Asal siswa dapat menempati tempat duduk untuk
mendengarkan guru, maka ceramah sudah dapat dilakukan.
Disamping beberapa kelebihan diatas, ceramah juga memiliki
beberapa kelemahan, diantaranya:
a. Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah
akan terbatas pada apa yang dikuasai guru. Kelemahan ini
memang kelemahan yang paling dominan, sebab apa yang
diberikan guru adalah apa yang dikuasainya, sehingga apa yang
dikuasai siswa pun akan tergantung pada apa yang dikuasai
guru.
b. Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat
mengakibatkan terjadinya verbalisme. Verbalisme adalah
“penyakit” yang sangat mungkin disebabkan oleh proses
ceramah. Oleh karena itu, dalam proses penyajiannya guru
hanya mengandalkan kemampuan auditifnya. Sedangkan,
disadari bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang tidak
sama, termasuk dalam ketajaman menangkap materi
pembelajaran melalui pendengarannya.
c. Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik,
ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan.
Sering terjadi, walaupun secara fisik siswa ada di dalam kelas,
namun secara mental siswa sama sekali tidak mengikuti
jalannya pembelajaran; pikirannya melayang kemana-mana,
atau siswa mengantuk, oleh karena gaya bertutur guru tidak
menarik.
21
d. Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh
siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum.
Walaupun ketika siswa diberi kesempatan untuk bertanya, dan
tidak ada seorang pun yang bertanya, semua itu tidak menjamin
siswa seluruhnya sudah paham.
C. Kemampuan Akademis
Dalam perjalanan waktu, belajar sering dikonotasikan hanya untuk
memenuhi salah satu ‘ ranah’ atau tambahan stock modal yang dimiliki
oleh manusia. Semakin terdidik manusia biasanya semakin lebih baik.
Dalam terminology ekonomi, pendidikan adalah sebagai sebuah proses
untuk meningkatkan nilai tambah manusia. Ketika diperoleh sebuah satuan
‘pendidikan’ oleh manusia, maka ekonom mencatat pendidikan yang
diperoleh sebagai stok modal (Elfindri, Rumengan, dkk, 2011). Di dalam
khasanah pedagogik, maka ranah pendidikan sering diklasifikasikan ke
dalam 3 hal. Menurut klasifikasi Bloom yakni: ranah kognitif, ranah
psikomotorik dan ranah afektif.
1. Knowledge (Pengetahuan/Kognitif)
Perilaku yang merupakan proses berpikir atau perilaku
yang termasuk hasil kerja otak. Beberapa contoh berikut bisa
termasuk kawasan kognitif: menyebutkan definisi manajemen,
membedakan fungsi meja dan kursi, menggambarkan kegiatan
proyek dengan PERT, menjabarkan perilaku umum menjadi
perilaku khusus, menyusun desain instruksional, dan lain-lain.
Beberapa kemampuan kognitif tersebut, antara lain sebagai berikut.
a. Pengetahuan, tentang suatu materi yang telah dipelajari.
b. Pemahaman, memahami makna materi.
c. Aplikasi atau penerapan penggunaan materi atau aturan
teoritis yang prinsip.
d. Analisa, sebuah proses analisis teoretis dengan menggunakan
kemampuan akal.
22
e. Sintesa, kemampuan memadukan konsep, sehingga
menemukan konsep baru.
f. Evaluasi, kemampuan melakukan evaluative atas penguasaan
materi pengetahuan.
Dalam Revised Taxonomy (Siregar dan Nara, 2010)
melakukan revisi pada kawasan kognitif. Menurutnya, terdapat dua
kategori, yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan.
Pada dimensi proses kognitif, ada enam jenjang tujuan belajar,
yaitu sebagai berikut.
a. Mengingat : meningkatkan ingatan atas materi yang disajikan
dalam bentuk yang sama seperti yang diajarkan.
b. Mengerti : mampu membangun arti dari pesan pembelajaran,
termasuk komunikasi lisan, tulisan maupun grafis.
c. Memakai : menggunakan prosedur untuk mengerjakan latiha
maupun memecahkan masalah.
d. Menganalisis : memecah bahan-bahan ke dalam unsur- unsur
pokoknya dan menentukan bagaimana bagian-bagian saling
berhubungan satu sama lain dan kepada keseluruhan struktur.
e. Menilai : membuat pertimbangan berdasarkan criteria dan
standar tertentu.
f. Mencipta : membuat suatu produk yang baru dengan
mengatur kembali unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam
suatu pola atau struktur yang belum pernah ada sebelumnya.
Sedangkan pada dimensi pengetahuan, ada empat kategori,
yaitu sebagai berikut.
a. Fakta (factual knowledge): berisi unsur-unsur dasar yang
harus diketahui siswa jika mereka akan diperkenalkan dengan
satu mata pelajaran tertentu atau untuk memecahkan suatu
masalah tertentu (low level abstraction).
23
b. Konsep (conceptual knowledge): meliputi skema, model
mental atau teori dalam berbagai model psikologi kognitif.
c. Prosedur (procedural knowledge): pengetahuan tentang
bagaimana melakukan sesuatu, biasanya berupa seperangkat
urutan atau langkah-langkah yang harus diikuti.
d. Metakognitif (metacognitive knowledge): pengetahuan
tentang pemahaman umum seperti, seperti kesadaran tentang
suatu dan pengetahuan tentang pemahaman pribadi
seseorang.
2. Affective Domain (kawasan afektif)
Perilaku yang dimunculkan seseorang sebagai pertanda
kecenderungan untuk membuat pilihan atau keputusan beraksi di
dalam lingkungan tertentu. Beberapa contoh berikut termasuk
kawasan afektif:
a. Mengganggukkan kepala sebagai tanda setuju,
b. Meloncat dengan muka berseri-seri sebagai tanda kegirangan,
c. Pergi ke gereja atau masjid sebagai perilaku orang beriman
kepada Tuhan YME.
Kawasan afektif (Siregar dan Nara, 2010) meliputi tujuan
belajar yang berkenaan dengan minat, sikap dan nilai serta
pengembangan penghargaan dan penyesuaian diri. Kawasan ini
dibagi dalam lima jenjang tujuan, yaitu sebagai berikut.
a. Penerimaan (receiving): meliputi kesadaran akan adanya
suatu sistem nilai, ingin menerima nilai, dan memperhatikan
nilai tersebut, misalnya siswa menerima sikap jujur sebagai
sesuatu yang diperlukan.
b. Pemberian respons (responding): meliputi sikap ingin
merespons terhadap sistem, puas dalam member respons,
misalnya bersikap jujur dalam setiap tindakannya.
c. Pemberian nilai atau penghargaan (valuing): penilaian
meliputi penerimaan terhadap suatu sistem nilai, memilih
24
sistem nilai yang disukai dan memberikan komitmen untuk
menggunakan sistem nilai tertentu, misalnya jika seseorang
telah menerima sikap jujur, ia akan selalu komit dengan
kejujuran, menghargai orang-orang yang bersikpa jujur dan ia
juga berperilaku jujur.
d. Pengorganisasian (organization): meliputi memilah dan
menghimpun sistem nilai yang akan digunakan, misalnya
berperilaku jujur ternyata berhubungan dengan nilai-nilai
yang lain seperti kedisiplinan, kemandirian, keterbukaan, dan
lain-lain.
e. Karakterisasi (characterization): karakteristik meliputi
perilaku secara terus menerus sesuai dengan sistem nilai yang
telah diorganisasikannya, misalnya karakter dan gaya hidup
seseorang, sehingga ia dikenal sebagai pribadi yang jujur;
keteraturan pribadi, social dan emosi seseorang sehingga
dikenal sebagai orang yang bijaksana.
3. Psychomotor Domain (kawasan psikomotor)
Perilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh
manusia. Domain ini berbentuk gerakan tubuh, antar lain seperti berlari,
melompat, melempar, berputar, memukul, menendang, dan lain-lain.
Siregar dan Nara (2010) mengemukakan lima jenjang tujuan belajar
pada ranah psikomotor, kelima jenjang tujuan tersebut adalah sebagai
berikut.
a. Meniru: kemampuan mengamati suatu gerakan agar dapat
merespons.
b. Menerapkan: kemampuan mengikuti pengarahan, gerakan
pilihan dan pendukung dengan membanyangkan gerakan
orang lain.
c. Memantapkan: kemampuan memberikan respons yang
terkoreksi atau respons dengan kesalahan-kesalahan terbatas
atau minimal.
25
d. Merangkai: koordinasi rangkaian gerak dengan membuat
aturan yang tepat.
e. Naturalisasi: gerakan yang dilakukan secara rutin dengan
menggunakan energi fisik dan psikis yang minimal.
D. Penelitian Terkait
1. Penelitian Ida Bagus Putu Aryana (2004) “Pengaruh penerapan
model PBL dipandu strategi kooperatif tehadap kecakapan berpikir
kritis siswa SMA pada mata pelajaran Biologi”. Data hasil
penelitian berupa skor kemampuan berpikir kritis diperoleh melalui
prates dan pascates. Hasil uji statistik dan interpretasi terhadap uji
tersebut menunjukkan sebagai berikut. (1) Model PBL secara
signifikan lebih baik dalam meningkatkan kecakapan berpikir kritis
siswa dibandingkan dengan model DI. (2) Strategi kooperatif GI
secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kecakapan
berpikir kritis dibandingkan dengan strategi kooperatif STAD. (3)
setiap interaksi antara model belajar dengan strategi kooperatif.
2. Penelitian Fitriany Amarullah dan Dahliana Sari (2008) “ Studi
Atas Pelaksanaan Metode PBL dan Hubungannya dengan Soft Skill
dan Prestasi Belajar Mahasiswa ”. Hasil menunjukkan bahwa
terdapat hubungan positif yang signifikan antara Trigger dengan
peningkatan softskill mahasiswa. Artinya semakin bagus kualitas
trigger, maka semakin tinggi peningkatan softskill mahasiswa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa agar peningkatan
softskill mahasiswa semakin baik, maka trigger yang diberikan
juga semakin baik, yaitu yang menanyakan masalah secara
komprehensif, aplikatif, analitis dan sintesis.
3. Penelitian Agus (2009) Efektifitas Penerapan Metode PBL (
Problem Based Learning ) Terhadap Prestasi Belajar Akuntasi
Pokok Bahasan Jurnal Khusus Kelas XII IPS I SMA PGRI
Wirosari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui proses
pembelajaran PBL (Problem Based Learning) mampu
26
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Jurnal Khusus
Perusahaan Dagang.
4. Penelitian Enny Puspita, (2010). Pengaruh Metode PBL dengan
motivasi dan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah
Kebutuhan Dasar Manusia di STIKES Bahrul Ulum Jombang.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan ada hubungan antar
hubungan metode PBL dengan motivasi dan atau terhadap prestasi
belajar mengajar mahasiswa STIKES Bahrul Ulum Jombang.
E. Kerangka Teori
Metode PBL:
- Definisi PBL
- Konsep dasar PBL
- Hakikat masalah
dalam PBL
- Tahapan-tahapan
dalam PBL
- Keunggulan dan
kelamahan metode
PBL
Metode Ceramah:
- Definisi metode
ceramah
- Langkah-langkah
metode ceramah
- Kelebihan dan
kelemahan metode
ceramah
Kemampuan akademis
mahasiswa (IPK)

More Related Content

What's hot

Modifikasi Perwajahan Slide Kurikulum 2013-discovery learning
Modifikasi Perwajahan Slide Kurikulum 2013-discovery learningModifikasi Perwajahan Slide Kurikulum 2013-discovery learning
Modifikasi Perwajahan Slide Kurikulum 2013-discovery learning
nurafnisinaga
 
Lutvia resta-setyawati 1406973
Lutvia resta-setyawati 1406973Lutvia resta-setyawati 1406973
Lutvia resta-setyawati 1406973
Nadia Anwar
 
Pbl mm
Pbl mmPbl mm
Pbl mm
nani Ja'afar
 
Pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran matematika
Pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran matematikaPendekatan saintifik dalam proses pembelajaran matematika
Pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran matematika
yudith tae
 
Model pembelajaran berbasis masalah 1
Model pembelajaran berbasis masalah 1Model pembelajaran berbasis masalah 1
Model pembelajaran berbasis masalah 1Taryadi Taryadi
 
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKASTRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Febri Arianti
 
TUGAS UTS STRATEGI PEMBELAJARAN KIMIA
TUGAS UTS STRATEGI PEMBELAJARAN KIMIATUGAS UTS STRATEGI PEMBELAJARAN KIMIA
TUGAS UTS STRATEGI PEMBELAJARAN KIMIA
NisaUlFitri
 
1.3b 3.1.2b discovery learning fis
1.3b 3.1.2b discovery learning  fis1.3b 3.1.2b discovery learning  fis
1.3b 3.1.2b discovery learning fis
PPKHBFISIKAPATI
 
Tugas Desain Pembelajaran
Tugas Desain PembelajaranTugas Desain Pembelajaran
Tugas Desain Pembelajaran
Rieno Septra Nery
 
3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika
3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika
3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika
matematikauntirta
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning
nurqomariah
 
Artikel Strategi Pembelajaran Matematika
Artikel Strategi Pembelajaran MatematikaArtikel Strategi Pembelajaran Matematika
Artikel Strategi Pembelajaran Matematika
rianti aprilia
 
Model 5 E
Model 5 EModel 5 E
Model 5 E
Kusdian
 
Model 5 E
Model 5 EModel 5 E
Model 5 E
Kusdian
 
Makalah penelitian jurnal bintang
Makalah penelitian jurnal bintangMakalah penelitian jurnal bintang
Makalah penelitian jurnal bintang
Lauri Bintang
 
Model Belajar "Probelm Base Learning"
Model Belajar "Probelm Base Learning"Model Belajar "Probelm Base Learning"
Model Belajar "Probelm Base Learning"
Harrys Samosir
 
Kelompok ii pbl
Kelompok ii pblKelompok ii pbl
Kelompok ii pbl
agus saefudin
 
Pembelajaran discovery learning
Pembelajaran discovery learningPembelajaran discovery learning
Pembelajaran discovery learning
DIKPORABANJARMANGU
 
Model assure
Model assureModel assure

What's hot (20)

Modifikasi Perwajahan Slide Kurikulum 2013-discovery learning
Modifikasi Perwajahan Slide Kurikulum 2013-discovery learningModifikasi Perwajahan Slide Kurikulum 2013-discovery learning
Modifikasi Perwajahan Slide Kurikulum 2013-discovery learning
 
Lutvia resta-setyawati 1406973
Lutvia resta-setyawati 1406973Lutvia resta-setyawati 1406973
Lutvia resta-setyawati 1406973
 
Pbl mm
Pbl mmPbl mm
Pbl mm
 
Pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran matematika
Pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran matematikaPendekatan saintifik dalam proses pembelajaran matematika
Pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran matematika
 
Model pembelajaran berbasis masalah 1
Model pembelajaran berbasis masalah 1Model pembelajaran berbasis masalah 1
Model pembelajaran berbasis masalah 1
 
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKASTRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
 
TUGAS UTS STRATEGI PEMBELAJARAN KIMIA
TUGAS UTS STRATEGI PEMBELAJARAN KIMIATUGAS UTS STRATEGI PEMBELAJARAN KIMIA
TUGAS UTS STRATEGI PEMBELAJARAN KIMIA
 
1.3b 3.1.2b discovery learning fis
1.3b 3.1.2b discovery learning  fis1.3b 3.1.2b discovery learning  fis
1.3b 3.1.2b discovery learning fis
 
Tugas Desain Pembelajaran
Tugas Desain PembelajaranTugas Desain Pembelajaran
Tugas Desain Pembelajaran
 
3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika
3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika
3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika
 
Mdel pembelajaran discovery learning (dl)
Mdel pembelajaran discovery learning (dl)Mdel pembelajaran discovery learning (dl)
Mdel pembelajaran discovery learning (dl)
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning
 
Artikel Strategi Pembelajaran Matematika
Artikel Strategi Pembelajaran MatematikaArtikel Strategi Pembelajaran Matematika
Artikel Strategi Pembelajaran Matematika
 
Model 5 E
Model 5 EModel 5 E
Model 5 E
 
Model 5 E
Model 5 EModel 5 E
Model 5 E
 
Makalah penelitian jurnal bintang
Makalah penelitian jurnal bintangMakalah penelitian jurnal bintang
Makalah penelitian jurnal bintang
 
Model Belajar "Probelm Base Learning"
Model Belajar "Probelm Base Learning"Model Belajar "Probelm Base Learning"
Model Belajar "Probelm Base Learning"
 
Kelompok ii pbl
Kelompok ii pblKelompok ii pbl
Kelompok ii pbl
 
Pembelajaran discovery learning
Pembelajaran discovery learningPembelajaran discovery learning
Pembelajaran discovery learning
 
Model assure
Model assureModel assure
Model assure
 

Similar to Bab.2.pdf

Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsxModel Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
lalumhw88
 
PPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptx
PPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptxPPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptx
PPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptx
dinariawansutopo1
 
model pembelajaran berbasis masalah
model pembelajaran berbasis masalahmodel pembelajaran berbasis masalah
model pembelajaran berbasis masalah
mujahidah khilafah (Shintia Minandar)
 
Bab 2 skripsi
Bab 2 skripsiBab 2 skripsi
Bab 2 skripsi
Silfia Maria
 
LANGKAH-LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN KUR 13.pptx
LANGKAH-LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN  KUR 13.pptxLANGKAH-LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN  KUR 13.pptx
LANGKAH-LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN KUR 13.pptx
NicoDiasTaroeno1
 
Implementasi penelitian tindakan kelas
Implementasi penelitian tindakan kelasImplementasi penelitian tindakan kelas
Implementasi penelitian tindakan kelassmkfarmasi
 
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi_Purnamasari.docx
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi_Purnamasari.docxLK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi_Purnamasari.docx
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi_Purnamasari.docx
purnamasari98
 
Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)
Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)
Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)
elissugiharti1
 
LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdfLK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
AdinnullahAdinnullah
 
Bab ii ok
Bab ii okBab ii ok
Bab ii ok
Jumarsa Joe
 
Model-model Pembelajaran
Model-model PembelajaranModel-model Pembelajaran
Model-model Pembelajaran
Universitas Negeri Medan
 
PROBLEM BASED LEARNING.pptx
PROBLEM BASED LEARNING.pptxPROBLEM BASED LEARNING.pptx
PROBLEM BASED LEARNING.pptx
hilda405137
 
S d0451 0606586_chapter2(1)
S d0451 0606586_chapter2(1)S d0451 0606586_chapter2(1)
S d0451 0606586_chapter2(1)
Muhamad Jamil
 
MODEL,TEKNIK,METODE,PENDEKATAN,STRATEGI DAN MEDIA DALAM PTK.pptx
MODEL,TEKNIK,METODE,PENDEKATAN,STRATEGI DAN MEDIA DALAM PTK.pptxMODEL,TEKNIK,METODE,PENDEKATAN,STRATEGI DAN MEDIA DALAM PTK.pptx
MODEL,TEKNIK,METODE,PENDEKATAN,STRATEGI DAN MEDIA DALAM PTK.pptx
ssuser88b07c
 
Pendekatan dan model_pembelajaran
Pendekatan dan model_pembelajaranPendekatan dan model_pembelajaran
Pendekatan dan model_pembelajaran
Rusli Lahiya
 
LK. 2.2 Menentukan Solusi Egi Agustian.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi Egi Agustian.pdfLK. 2.2 Menentukan Solusi Egi Agustian.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi Egi Agustian.pdf
EgiAgustian5
 
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi NUNU.pdf
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi NUNU.pdfLK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi NUNU.pdf
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi NUNU.pdf
NurulyDybala1
 
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Model Pembelajaran Berdasarkan MasalahModel Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
MOHAMMAD YASIN, M.Pd
 
Problem based learning
Problem based learningProblem based learning
Problem based learning
sintaroyani
 

Similar to Bab.2.pdf (20)

Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsxModel Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
 
PPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptx
PPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptxPPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptx
PPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptx
 
model pembelajaran berbasis masalah
model pembelajaran berbasis masalahmodel pembelajaran berbasis masalah
model pembelajaran berbasis masalah
 
Bab 2 skripsi
Bab 2 skripsiBab 2 skripsi
Bab 2 skripsi
 
LANGKAH-LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN KUR 13.pptx
LANGKAH-LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN  KUR 13.pptxLANGKAH-LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN  KUR 13.pptx
LANGKAH-LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN KUR 13.pptx
 
Implementasi penelitian tindakan kelas
Implementasi penelitian tindakan kelasImplementasi penelitian tindakan kelas
Implementasi penelitian tindakan kelas
 
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi_Purnamasari.docx
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi_Purnamasari.docxLK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi_Purnamasari.docx
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi_Purnamasari.docx
 
Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)
Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)
Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)
 
LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdfLK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
 
Bab ii ok
Bab ii okBab ii ok
Bab ii ok
 
Model-model Pembelajaran
Model-model PembelajaranModel-model Pembelajaran
Model-model Pembelajaran
 
PROBLEM BASED LEARNING.pptx
PROBLEM BASED LEARNING.pptxPROBLEM BASED LEARNING.pptx
PROBLEM BASED LEARNING.pptx
 
S d0451 0606586_chapter2(1)
S d0451 0606586_chapter2(1)S d0451 0606586_chapter2(1)
S d0451 0606586_chapter2(1)
 
MODEL,TEKNIK,METODE,PENDEKATAN,STRATEGI DAN MEDIA DALAM PTK.pptx
MODEL,TEKNIK,METODE,PENDEKATAN,STRATEGI DAN MEDIA DALAM PTK.pptxMODEL,TEKNIK,METODE,PENDEKATAN,STRATEGI DAN MEDIA DALAM PTK.pptx
MODEL,TEKNIK,METODE,PENDEKATAN,STRATEGI DAN MEDIA DALAM PTK.pptx
 
Pendekatan dan model_pembelajaran
Pendekatan dan model_pembelajaranPendekatan dan model_pembelajaran
Pendekatan dan model_pembelajaran
 
Problem based learning
Problem based learningProblem based learning
Problem based learning
 
LK. 2.2 Menentukan Solusi Egi Agustian.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi Egi Agustian.pdfLK. 2.2 Menentukan Solusi Egi Agustian.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi Egi Agustian.pdf
 
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi NUNU.pdf
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi NUNU.pdfLK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi NUNU.pdf
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi NUNU.pdf
 
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Model Pembelajaran Berdasarkan MasalahModel Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
 
Problem based learning
Problem based learningProblem based learning
Problem based learning
 

Recently uploaded

PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
AqlanHaritsAlfarisi
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
NiaTazmia2
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
sabir51
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
inganahsholihahpangs
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
RUBEN Mbiliyora
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
NanieIbrahim
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
esmaducoklat
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
AsyeraPerangin1
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
NavaldiMalau
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
mukminbdk
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
budimoko2
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
MashudiMashudi12
 
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptxPOWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
cikgumeran1
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 

Recently uploaded (20)

PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
 
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptxPOWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 

Bab.2.pdf

  • 1. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Berbasis Masalah/Problem Based Learning (PBL) 1. Definisi Pendekatan Belajar Berbasis Masalah (PBL) Belajar berbasis masalah adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berlandaskan pada paradigma konstruktivisme, yang berorientasi pada proses belajar siswa (student-centered learning). PBL merupakan model pembelajaran yang sangat popular dalam dunia kedokteran sejak 1970-an. PBL berfokus pada penyajian suatu permasalahan (nyata atau simulasi) kepada siswa, kemudian siswa diminta mencari pemecahannya melalui serangkaian penelitian dan investigasi berdasarkan teori, konsep, prinsip yang dipelajarinya dari berbagai bidang ilmu (multiple perspective). Permasalahan menjadi fokus, stimulus, dan pemandu proses belajar. Sementara, guru menjadi fasilitator dan pembimbing (Sanjaya, 2010). PBL mempunyai banyak variasi, di antaranya terdapat lima bentuk belajar berbasis masalah, sebagai berikut: a. Permasalahan sebagai pemandu: masalah menjadi acuan konkret yang harus menjadi perhatian pemelajar. Bacaan diberikan sejalan dengan masalah. Masalah menjadi kerangka berpikir pemelajar dalam mengerjakan tugas. b. Permasalahan sebagai kesatuan dan alat evaluasi: masalah disajikan setelah tugas-tugas dan penjelasan diberikan. Tujuannya memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk menerapkan pengetahuannya memecahkan masalah. c. Permasalahan sebagai contoh: masalah dijadikan contoh dan bagian dari bahan belajar. Masalah digunakan untuk menggambarkan teori, konsep atau prinsip dan dibahas antara pemelajar dan guru.
  • 2. 7 d. Permasalahan sebagai fasilitasi proses belajar: masalah dijadikan alat untuk melatih pemelajar bernalar dan berpikir kritis. e. Permasalahan sebagai stimulus belajar: masalah merangsang pemelajar untuk mengembangkan keterampilan mengumpulkan dan menganalisis data yang berkaitan dengan masalah dan keterampilan metakognitif. Definisi pendekatan belajar berbasis masalah (problem based learning) adalah suatu lingkungan belajar dimana masalah mengendalikan proses belajar mengajar. Hal ini berarti sebelum pelajar belajar, mereka diberikan umpan berupa masalah. Masalah diajukan agar pelajar mengetahui bahwa mereka harus mempelajari beberapa pengetahuan baru sebelum mereka memecahkan masalah tersebut. Pendekatan ini juga mencakup keduanya yaitu sebagai sebuah kurikulum dan sebuah proses. Kurikulum pembelajaran berbasis masalah terdiri atas masalah-masalah yang telah dirancang dan dipilih dengan teliti, yang menuntut kemahiran pembelajar dalam critical knowledge, problem solving proficiency, self-directed learning strategis dan team participation skills. Dalam prosesnya, pendekatan belajar berbasis masalah ini meniru pendekatan sistem yang biasa digunakan untuk memecahkan masalah atau menemukan tantangan- tantangan yang dihadapi dalam hidup dan karir (Siregar dan Nara, 2010). Para ahli lainnya mengemukakan bahwa, pendekatan berbasis masalah adalah suatu pendekatan untuk membentuk struktur kurikulum yang melibatkan pelajar menghadapi masalah dengan latihan yang memberikan stimulus untuk belajar (Siregar dan Nara, 2010). Pendekatan ini juga merupakan suatu pengajaran yang menantang pelajar untuk “learn to learn”, bekerjasama dalam sebuah group untuk mencari solusi dari masalah-masalah yang nyata di dunia ini. Masalah-masalah ini digunakan untuk menarik rasa keingintahuan pelajar dan menginisiasikan pokok-pokok perkara. Metode ini
  • 3. 8 mempersiapkan pelajar untuk berpikir kritis dan analitis, serta untuk menemukan dan menggunakan sumber-sumber belajar. 2. Konsep Dasar dan Karakteristik PBL PBL dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelsaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari PBL. Pertama, PBL merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi PBL ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. PBL tidak mengharapkan siswa hanya sekadar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui PBL siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelsaikan masalah. PBL menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas (Sanjaya, 2010). Untuk mengimplementasikan PBL, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut bisa diambil dari buku teks atau dari sumber- sumber lain misalnya dari peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar, dari peristiwa dalam keluarga atau dari peristiwa kemasyarakatan. Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan: a. Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh.
  • 4. 9 b. Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir rasional siswa, yaitu kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat judgment secara objektif. c. Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa. d. Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya. e. Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara teori dengan kenyataan). 3. Hakikat Masalah dalam PBL Masalah dalam PBL adalah masalah yang bersifat terbuka. Artinya jawaban dari masalah tersebut belum pasti. Setiap siswa, bahkan guru, dapat mengembangkan kemungkinan jawaban. Dengan demikian PBL memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Tujuan yang ingin dicapai oleh PBL adalah kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah (Sanjaya, 2010). Hakikat masalah dalam PBL adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan. Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan, atau kecemasan. Oleh karena itu, maka materi pelajaran atau topik tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Di bawah ini diberikan kriteria pemilihan bahan pelajaran dalam PBL.
  • 5. 10 a. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik (conflict issue) yang bisa bersumber dari berita, rekaman video, dan yang lainnya. b. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik. c. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak (universal), sehingga terasa manfaatnya. d. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku. e. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk mempelajarinya. 4. Tahapan-tahapan PBL Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan PBL. John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan 6 langkah PBL yang kemudian dia namakan metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu: a. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan b. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang. c. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. d. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. e. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
  • 6. 11 f. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan. Sanjaya (2010) mengemukakan ada 5 langkah PBL melalui kegiatan kelompok. a. Mendefenisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan siswa tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan. b. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai faktor baik faktor yang bisa menghambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa dilakukan dalam diskusi kelompok kecil, hingga pada akhirnya siswa dapat mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis penghambat yang diperkirakan. c. Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswa didorong untuk berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan. d. Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan. e. Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh kegiatan pelaksanaan kegiatan; sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang diterapkan.
  • 7. 12 5. Metode PBL Menurut Sanjaya (2010), terdapat beberapa metode yang merupakan bagian dari PBL, yaiyu sebagai berikut: a. Metode Seven Jump Marupakan salah satu metode yang digunakan dalam PBL. Langkah- langkah seven jump adalah: 1) Clarify Unfamiliar Terms a. Mahasiswa mengidentifikasi kata-kata yang artinya kurang jelas, anggota lainnya mencoba untuk mendefinisikannya. b. Mahasiswa mengutarakan secara jujur tentang apa yang belum diketahuinya. c. Kata atau nama yang oleh kelompok masih diperdebatkan ditulis di papan tulis atau flip chart. 2) Define the Problems a. Problem (masalah), bias berupa istilah, fakta, fenomena, yang oleh grup masih perlu dijelaskan (sesi terbuka pada step 1). b. Tutor mendorong seluruh anggota kelompok untuk member kontribusi dalam diskusi. c. Sangat mungkin ada perbedaan perspektif dalam menilai masalah. d. Membandingkan dan mengelompokkan pendapat akan meluaskan horizon intelektual. e. Mencatat seluruh issue yang telah dijelaskan oleh kelompok. 3) Brainstorm Possible Hypothesis or Explanation a. Hipotesis sebagai dasar pemikiran tanpa asumsi benar / salah, atau sebagai langkah awal untuk mencari informasi lebih lanjut. b. Mahasiswa mencoba membuat formulasi, berdiskusi tentang berbagai kemungkinan yang sesuai dengan masalah. c. Diskusi tetap dalam tingkat hipotesis, tidak terlalu cepat masuk ke hal-hal rinci. d. Mencatat seluruh hipotesis yang ada.
  • 8. 13 4) Arrange Explanations Into Tentative Solutions Many different explanations a. Mahasiswa mencoba merinci masalah dan membandingkannya dengan hipotesis yang sudah dikembangkan apakah sudah cocok atau belum. b. Tahap ini merupakan proses aktif dan restrukturisasi pengetahuan yang ada, dan juga merupakan tahap identifikasi perbedaan pemahaman. 5) Analyze the problem Hasil diskusi : a. Pengorganisasian penjelasan terhadap masalah. b. Ditulis secara skematik c. Mahasiswa mencoba menghubungkan ide baru yang muncul dari anggota kelompok dengan pengetahuan yang ada dan dengan konteks berbeda. 6) Defining Learning Objectives a. Kelompok menyusun beberapa tujuan belajar. b. Tutor mendorong mahasiswa agar inti tujuan belajar menjadi lebih fokus, tidak terlalu lebar atau superficial serta dapat diselesaikan dalam waktu yang tersedia. c. Beberapa mahasiswa mungkin mempunyai tujuan belajar sendiri (ekstra) karena kebutuhan atau kepentingan mereka sendiri. Catatan : (1) Setiap mahasiswa harus mempelajari seluruh sasaran belajar yang telah disepakati (tidak dibenarkan membagi tugas), (2) Tutor memberi tugas pada masing-masing mahasiswa untuk membuat resume sasaran belajar dengan tulisan tangan dan menggunakan tinta biru, sehingga mahasiswa lebih siap berdiskusi di langkah ke-7. Resume dinilai pada saat diskusi kedua (langkah ke-7)
  • 9. 14 7) Information Gathering : Private Study a. Dapat berupa kegiatan mencari informasi di buku, internet, computerized literarure search, jurnal, specimen patologis / fisiologis, bertanya kepada pakar, dsb. b. Hasil kegiatan tersebut dicatat oleh masing-masing anggota kelompok (student’s individual notes), termasuk sumber belajarnya. Usahakan sumber pustaka masing-masing mahasiswa berbeda. c. Hasil tersebut didiskusikan pada step 7. 8) Synthesize and Test Acquired Informations (Reporting Phase) a. Masing-masing anggota sudah siap berdiskusi setelah belajar beberapa literatur maupun sumber belajar lainnya. b. Tujuannnya mensintesis apa yang telah dipelajari, kemudian mendiskusikan kembali. c. Mahasiswa bisa menambahkan, menyanggah, bertanya, komentar terhadap referensi. d. Kelompok membuat analisis lengkap tentang masalah yang ada dan membuat laporan tertulis. e. Bila ada kesulitan yang tidak bisa terpecahkan dicatat dan ditanyakan dalam diskusi dengan pakar / narasumber. (Terry Barret, 2010, http://www.bhmemanual.org/) b. Jigsaw Learning (Belajar Model Jigsaw) Strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain. Strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Langkah-langkah:
  • 10. 15 1) Pilihlah materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen (bagian) 2) Bagi peserta didik menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah segmen yang ada. Jika jumlah peserta didik adalah 50, sementara jumlah segmen yang ada adalah 5, maka masing- masing kelompok terdiri dari 10 orang. Jika jumlah ini dianggap terlalu besar, bagi lagi menjadi dua, sehingga setiap kelompok terdiri dari 5 orang, kemudian setelah proses selesai, gabungkan kedua kelompok pecahan tersebut. 3) Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi kuliah yang berbeda-beda 4) Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompok 5) Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan sekiranya ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok 6) Beri peserta didik beberapa pertanyaan untuk mengecek pemahaman mereka terhadap materi (Aryani, Munthe dan Zaini, 2008). 6. Keunggulan dan Kelemahan SPBM/PBL (Sanjaya, 2010) a. Keunggulan 1) Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahani isi pelajaran. 2) Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menenmukan pengetahuan baru bagi siswa. 3) Pemecahan masalah (problem solving) dapate meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa. 4) Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
  • 11. 16 5) Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya. 6) Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekadar belajar dari guru atau dari buku-buku saja. 7) Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa. 8) Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru. 9) Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. 10) Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal berakhir. b. Kelemahan 1) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang diipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba. 2) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. 3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
  • 12. 17 B. Metode Pembelajaran Ceramah 1. Definisi Metode Ceramah Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hali in selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik dari guru ataupun siswa. Guru biasanya belum merasa puas manakal dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru berarti tidak ada belajar. Metode ceramah merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori (Sanjaya, 2010). 2. Langkah-langkah Menggunakan Metode Ceramah Agar metode ceramah berhasil, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan, baik pada tahap persiapan maupun pada tahap pelaksanaan (Sanjaya, 2010). a. Tahap persiapan 1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran adala proses yang bertujuan, oleh sebab itu merumuskan tujuan yang jelas merupakan langkah awal yang harus dipersiapkan guru. Apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran dengan ceramah berakhir. 2) Menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan. Keberhasilan suatu ceramah sangat bergantung kepada tingkat penguasaan guru tentang materi yang akan diceramahkan. Oleh karena itu, guru harus mempersiapkan pokok-pokok materi yang akan disampaikan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Dalam penentuan
  • 13. 18 pokok-pokok ini juga perlu dipersiapkan ilustrasi-ilustrasi yang relevan untuk memperjelas informasi yang akan disampaikan. 3) Mempersiapkan alat bantu. Alat bantu sangat diperlukan untuk menghindari kesalahan persepsi dari siswa. Alat bantu tersebut misalnya dengan mempersiapkan transparansi atau media grafis lainnya untuk meningkatkan kualitas ceramah. b. Tahap pelaksanaan Pada tahapan ini ada tiga langkah utama yang harus dilakukan: 1) Langkah pembukaan Langkah pembukaan dalam metode ceramah merupakan langkah yang menentukan. Keberhasilan pelaksanaan ceramah sangat ditentukan oleh langkah ini. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam langkah pembukaan ini yaitu yakinkan bahwa siswa memahami tujuan yang akan dicapai, lakukanlah langkap apresepsi yaitu langkah menghubungkan materi pelajaran yang lalu dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. 2) Langkah penyajian Tahap penyajian adalah tahap penyampaian materi pembelajaran dengan cara bertutur. Agar ceramah kita berkualitas sebagai metode pembelajaran, maka guru harus menjaga perhatian siswa agar tetap terarah pada materi pembelajaran yang sedang disampaikan. Untuk menjaga perhatian ini ada beberapa halyang dapat dilakukan yaitu menjaga kontak mata secara terus-menerus dengan siswa, gunakan bahasa yang komunikatif dan mudah dicerna oleh siswa, sajikan materi pembelajaran secara sistematis, tidak meloncat-loncat agar mudah ditangkap oleh siswa, tanggapi respons siswa dengan segera, jagalah agar kelas tetap kondusif dan menggairahkan untuk belajar.
  • 14. 19 3) Langkah mengakhiri atau menutup ceramah Ceramah harus ditutup agar materi pelajaran yang sudah dipahami dan dikuasai siswa tidak terbang kembali. Ciptakanlah kegiatan-kegiatan yang memungkinkan yang memungkinkan siswa tetap mengingat materi pembelajaran. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk keperluan tersebut yaitu membimbing siswa untuk menarik kesimpulan atau merangkum materi pelajaran yang baru saja disampaikan, merangsang siswa untuk dapat menanggapi atau member semacam ulasan tentang materi pembelajaran yang telah disampaikan, melakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran yang baru saja disampaikan. 3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah (Sanjaya, 2010) Ada beberapa alasan mengapa ceramah sering digunakan. Alasan ini sekaligus merupakan keunggulan metode ini. a. Ceramah merupakan metode yang ‘murah’ dan ‘mudah’ untuk dilakukan. Murah dalam hal ini dimaksudkan proses ceramah tidak memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap, berbeda dengan metode yang lain seperti demonstrasi atau peragaan. Sedangkan mudah, dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang rumit. b. Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya, materi pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-pokoknya oleh guru dalam waktu yang singkat. c. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan. Artinya, guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana yang perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
  • 15. 20 d. Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan ceramah. e. Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting kelas yang beragam, atau tidak memerlukan persiapan-persiapan yang rumit. Asal siswa dapat menempati tempat duduk untuk mendengarkan guru, maka ceramah sudah dapat dilakukan. Disamping beberapa kelebihan diatas, ceramah juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya: a. Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru. Kelemahan ini memang kelemahan yang paling dominan, sebab apa yang diberikan guru adalah apa yang dikuasainya, sehingga apa yang dikuasai siswa pun akan tergantung pada apa yang dikuasai guru. b. Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme. Verbalisme adalah “penyakit” yang sangat mungkin disebabkan oleh proses ceramah. Oleh karena itu, dalam proses penyajiannya guru hanya mengandalkan kemampuan auditifnya. Sedangkan, disadari bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang tidak sama, termasuk dalam ketajaman menangkap materi pembelajaran melalui pendengarannya. c. Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan. Sering terjadi, walaupun secara fisik siswa ada di dalam kelas, namun secara mental siswa sama sekali tidak mengikuti jalannya pembelajaran; pikirannya melayang kemana-mana, atau siswa mengantuk, oleh karena gaya bertutur guru tidak menarik.
  • 16. 21 d. Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum. Walaupun ketika siswa diberi kesempatan untuk bertanya, dan tidak ada seorang pun yang bertanya, semua itu tidak menjamin siswa seluruhnya sudah paham. C. Kemampuan Akademis Dalam perjalanan waktu, belajar sering dikonotasikan hanya untuk memenuhi salah satu ‘ ranah’ atau tambahan stock modal yang dimiliki oleh manusia. Semakin terdidik manusia biasanya semakin lebih baik. Dalam terminology ekonomi, pendidikan adalah sebagai sebuah proses untuk meningkatkan nilai tambah manusia. Ketika diperoleh sebuah satuan ‘pendidikan’ oleh manusia, maka ekonom mencatat pendidikan yang diperoleh sebagai stok modal (Elfindri, Rumengan, dkk, 2011). Di dalam khasanah pedagogik, maka ranah pendidikan sering diklasifikasikan ke dalam 3 hal. Menurut klasifikasi Bloom yakni: ranah kognitif, ranah psikomotorik dan ranah afektif. 1. Knowledge (Pengetahuan/Kognitif) Perilaku yang merupakan proses berpikir atau perilaku yang termasuk hasil kerja otak. Beberapa contoh berikut bisa termasuk kawasan kognitif: menyebutkan definisi manajemen, membedakan fungsi meja dan kursi, menggambarkan kegiatan proyek dengan PERT, menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus, menyusun desain instruksional, dan lain-lain. Beberapa kemampuan kognitif tersebut, antara lain sebagai berikut. a. Pengetahuan, tentang suatu materi yang telah dipelajari. b. Pemahaman, memahami makna materi. c. Aplikasi atau penerapan penggunaan materi atau aturan teoritis yang prinsip. d. Analisa, sebuah proses analisis teoretis dengan menggunakan kemampuan akal.
  • 17. 22 e. Sintesa, kemampuan memadukan konsep, sehingga menemukan konsep baru. f. Evaluasi, kemampuan melakukan evaluative atas penguasaan materi pengetahuan. Dalam Revised Taxonomy (Siregar dan Nara, 2010) melakukan revisi pada kawasan kognitif. Menurutnya, terdapat dua kategori, yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Pada dimensi proses kognitif, ada enam jenjang tujuan belajar, yaitu sebagai berikut. a. Mengingat : meningkatkan ingatan atas materi yang disajikan dalam bentuk yang sama seperti yang diajarkan. b. Mengerti : mampu membangun arti dari pesan pembelajaran, termasuk komunikasi lisan, tulisan maupun grafis. c. Memakai : menggunakan prosedur untuk mengerjakan latiha maupun memecahkan masalah. d. Menganalisis : memecah bahan-bahan ke dalam unsur- unsur pokoknya dan menentukan bagaimana bagian-bagian saling berhubungan satu sama lain dan kepada keseluruhan struktur. e. Menilai : membuat pertimbangan berdasarkan criteria dan standar tertentu. f. Mencipta : membuat suatu produk yang baru dengan mengatur kembali unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu pola atau struktur yang belum pernah ada sebelumnya. Sedangkan pada dimensi pengetahuan, ada empat kategori, yaitu sebagai berikut. a. Fakta (factual knowledge): berisi unsur-unsur dasar yang harus diketahui siswa jika mereka akan diperkenalkan dengan satu mata pelajaran tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu (low level abstraction).
  • 18. 23 b. Konsep (conceptual knowledge): meliputi skema, model mental atau teori dalam berbagai model psikologi kognitif. c. Prosedur (procedural knowledge): pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, biasanya berupa seperangkat urutan atau langkah-langkah yang harus diikuti. d. Metakognitif (metacognitive knowledge): pengetahuan tentang pemahaman umum seperti, seperti kesadaran tentang suatu dan pengetahuan tentang pemahaman pribadi seseorang. 2. Affective Domain (kawasan afektif) Perilaku yang dimunculkan seseorang sebagai pertanda kecenderungan untuk membuat pilihan atau keputusan beraksi di dalam lingkungan tertentu. Beberapa contoh berikut termasuk kawasan afektif: a. Mengganggukkan kepala sebagai tanda setuju, b. Meloncat dengan muka berseri-seri sebagai tanda kegirangan, c. Pergi ke gereja atau masjid sebagai perilaku orang beriman kepada Tuhan YME. Kawasan afektif (Siregar dan Nara, 2010) meliputi tujuan belajar yang berkenaan dengan minat, sikap dan nilai serta pengembangan penghargaan dan penyesuaian diri. Kawasan ini dibagi dalam lima jenjang tujuan, yaitu sebagai berikut. a. Penerimaan (receiving): meliputi kesadaran akan adanya suatu sistem nilai, ingin menerima nilai, dan memperhatikan nilai tersebut, misalnya siswa menerima sikap jujur sebagai sesuatu yang diperlukan. b. Pemberian respons (responding): meliputi sikap ingin merespons terhadap sistem, puas dalam member respons, misalnya bersikap jujur dalam setiap tindakannya. c. Pemberian nilai atau penghargaan (valuing): penilaian meliputi penerimaan terhadap suatu sistem nilai, memilih
  • 19. 24 sistem nilai yang disukai dan memberikan komitmen untuk menggunakan sistem nilai tertentu, misalnya jika seseorang telah menerima sikap jujur, ia akan selalu komit dengan kejujuran, menghargai orang-orang yang bersikpa jujur dan ia juga berperilaku jujur. d. Pengorganisasian (organization): meliputi memilah dan menghimpun sistem nilai yang akan digunakan, misalnya berperilaku jujur ternyata berhubungan dengan nilai-nilai yang lain seperti kedisiplinan, kemandirian, keterbukaan, dan lain-lain. e. Karakterisasi (characterization): karakteristik meliputi perilaku secara terus menerus sesuai dengan sistem nilai yang telah diorganisasikannya, misalnya karakter dan gaya hidup seseorang, sehingga ia dikenal sebagai pribadi yang jujur; keteraturan pribadi, social dan emosi seseorang sehingga dikenal sebagai orang yang bijaksana. 3. Psychomotor Domain (kawasan psikomotor) Perilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh manusia. Domain ini berbentuk gerakan tubuh, antar lain seperti berlari, melompat, melempar, berputar, memukul, menendang, dan lain-lain. Siregar dan Nara (2010) mengemukakan lima jenjang tujuan belajar pada ranah psikomotor, kelima jenjang tujuan tersebut adalah sebagai berikut. a. Meniru: kemampuan mengamati suatu gerakan agar dapat merespons. b. Menerapkan: kemampuan mengikuti pengarahan, gerakan pilihan dan pendukung dengan membanyangkan gerakan orang lain. c. Memantapkan: kemampuan memberikan respons yang terkoreksi atau respons dengan kesalahan-kesalahan terbatas atau minimal.
  • 20. 25 d. Merangkai: koordinasi rangkaian gerak dengan membuat aturan yang tepat. e. Naturalisasi: gerakan yang dilakukan secara rutin dengan menggunakan energi fisik dan psikis yang minimal. D. Penelitian Terkait 1. Penelitian Ida Bagus Putu Aryana (2004) “Pengaruh penerapan model PBL dipandu strategi kooperatif tehadap kecakapan berpikir kritis siswa SMA pada mata pelajaran Biologi”. Data hasil penelitian berupa skor kemampuan berpikir kritis diperoleh melalui prates dan pascates. Hasil uji statistik dan interpretasi terhadap uji tersebut menunjukkan sebagai berikut. (1) Model PBL secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kecakapan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan model DI. (2) Strategi kooperatif GI secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kecakapan berpikir kritis dibandingkan dengan strategi kooperatif STAD. (3) setiap interaksi antara model belajar dengan strategi kooperatif. 2. Penelitian Fitriany Amarullah dan Dahliana Sari (2008) “ Studi Atas Pelaksanaan Metode PBL dan Hubungannya dengan Soft Skill dan Prestasi Belajar Mahasiswa ”. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara Trigger dengan peningkatan softskill mahasiswa. Artinya semakin bagus kualitas trigger, maka semakin tinggi peningkatan softskill mahasiswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa agar peningkatan softskill mahasiswa semakin baik, maka trigger yang diberikan juga semakin baik, yaitu yang menanyakan masalah secara komprehensif, aplikatif, analitis dan sintesis. 3. Penelitian Agus (2009) Efektifitas Penerapan Metode PBL ( Problem Based Learning ) Terhadap Prestasi Belajar Akuntasi Pokok Bahasan Jurnal Khusus Kelas XII IPS I SMA PGRI Wirosari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui proses pembelajaran PBL (Problem Based Learning) mampu
  • 21. 26 meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Jurnal Khusus Perusahaan Dagang. 4. Penelitian Enny Puspita, (2010). Pengaruh Metode PBL dengan motivasi dan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia di STIKES Bahrul Ulum Jombang. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan ada hubungan antar hubungan metode PBL dengan motivasi dan atau terhadap prestasi belajar mengajar mahasiswa STIKES Bahrul Ulum Jombang. E. Kerangka Teori Metode PBL: - Definisi PBL - Konsep dasar PBL - Hakikat masalah dalam PBL - Tahapan-tahapan dalam PBL - Keunggulan dan kelamahan metode PBL Metode Ceramah: - Definisi metode ceramah - Langkah-langkah metode ceramah - Kelebihan dan kelemahan metode ceramah Kemampuan akademis mahasiswa (IPK)