Dokumen tersebut membahas tentang penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan pemahaman konsep pecahan pada siswa kelas VII. Model CTL merupakan pendekatan pembelajaran yang menghubungkan materi pelajaran dengan konteks kehidupan nyata siswa dan memotivasi siswa untuk menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Dokumen tersebut menjelaskan latar belakang, teori-teori ter
Topik 2 Kelompok 4 - Ruang Kolaborasi.pptxNantaAgga1
Rangkuman dokumen tersebut adalah:
Rancangan perencanaan pembelajaran dan asesmen yang melibatkan beberapa pihak seperti guru, pimpinan sekolah, konselor, dan tenaga kependidikan guna menyusun strategi yang efektif dengan mempertimbangkan tantangan seperti keterbatasan waktu dan kemampuan peserta didik yang beragam.
RUANG KOLABORASI FILOSOFI TOPIK 3 KEL 4.pptxmelydachusnulc
Rumusan identitas manusia Indonesia menjadi landasan kuat implementasi pendidikan di Indonesia karena pendidikan bertujuan untuk menyatukan dan mentransformasikan masyarakat dengan nilai-nilai luhur dalam keberagaman sebagai tujuan nasional, serta pendidikan harus dibangun berdasarkan sistem nilai kebudayaan bangsa untuk membentuk kemampuan mental-kultural warga negara.
Modul Ajar Kelas 8 SMP Matematika Fase DModul Guruku
Modul ini membahas tentang bab 5 tentang segitiga dan segiempat pada mata pelajaran matematika untuk kelas 8 SMP/MTs. Modul ini memberikan informasi umum tentang identitas modul, capaian pembelajaran matematika fase D, kompetensi awal, profil pelajar pancasila, sarana dan prasarana, target peserta didik, dan model pembelajaran yang digunakan.
Topik 2 Kelompok 4 - Ruang Kolaborasi.pptxNantaAgga1
Rangkuman dokumen tersebut adalah:
Rancangan perencanaan pembelajaran dan asesmen yang melibatkan beberapa pihak seperti guru, pimpinan sekolah, konselor, dan tenaga kependidikan guna menyusun strategi yang efektif dengan mempertimbangkan tantangan seperti keterbatasan waktu dan kemampuan peserta didik yang beragam.
RUANG KOLABORASI FILOSOFI TOPIK 3 KEL 4.pptxmelydachusnulc
Rumusan identitas manusia Indonesia menjadi landasan kuat implementasi pendidikan di Indonesia karena pendidikan bertujuan untuk menyatukan dan mentransformasikan masyarakat dengan nilai-nilai luhur dalam keberagaman sebagai tujuan nasional, serta pendidikan harus dibangun berdasarkan sistem nilai kebudayaan bangsa untuk membentuk kemampuan mental-kultural warga negara.
Modul Ajar Kelas 8 SMP Matematika Fase DModul Guruku
Modul ini membahas tentang bab 5 tentang segitiga dan segiempat pada mata pelajaran matematika untuk kelas 8 SMP/MTs. Modul ini memberikan informasi umum tentang identitas modul, capaian pembelajaran matematika fase D, kompetensi awal, profil pelajar pancasila, sarana dan prasarana, target peserta didik, dan model pembelajaran yang digunakan.
1. konsep bilangan berpangkat, bentuk akar dan logaritmadarmawati20
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini membahas pelajaran Matematika untuk siswa kelas X semester 1 di SMK Al Qadri Majene. RPP ini menjelaskan kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator pencapaian, tujuan pembelajaran, materi, pendekatan, strategi, metode, alat dan media pembelajaran, serta kegiatan pembelajaran yang terdiri dari 3 pertemuan.
Instrumen Penilaian Hasil Belajar Nontes dalam Pembelajaran Matematika di SDNASuprawoto Sunardjo
Modul ini membahas tentang pengertian instrumen penilaian hasil belajar dan teknik-teknik penilaian yang dapat digunakan guru dalam menilai pencapaian siswa di SD, khususnya untuk mata pelajaran matematika. Modul ini juga menjelaskan bagaimana menyusun instrumen penilaian sesuai dengan teknik-teknik penilaian tersebut.
Model pembelajaran terpadu terdiri dari 10 model yaitu fragmented, connected, nested, sequenced, shared, webbed, threaded, integrated, immersed, dan networked. Kesepuluh model tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing dalam mengintegrasikan konsep, keterampilan, dan sikap antar mata pelajaran.
Makalah ini membahas tentang prinsip fleksibilitas dalam pengembangan kurikulum. Terdapat beberapa poin penting yang dijelaskan yaitu pengertian pengembangan kurikulum, prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, dan pentingnya prinsip fleksibilitas dalam pengembangan dan pelaksanaan kurikulum.
Rangkuman dokumen rencana pembelajaran mata pelajaran matematika tentang operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan:
1. Pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning dan pendekatan saintifik untuk membantu peserta didik memahami operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan.
2. Materi diajarkan secara interaktif melalui diskusi kelompok dan penyelesaian masalah untuk mengukur pemahaman siswa.
3. Pen
01 Kurikulum Merdeka dan Perencanaan Pembelajaran.pptxRatnaFitriani15
Kurikulum Merdeka memberikan tiga pilihan bagi sekolah dalam melaksanakan kurikulum, yaitu menerapkan beberapa bagian Kurikulum Merdeka, menggunakan perangkat ajar yang telah disediakan, atau mengembangkan perangkat ajar sendiri.
Dokumen tersebut membahas tentang pengajaran dan pembelajaran abad 21, mulai dari pemahaman kognitif peserta didik, prinsip pengajaran dan asesmen, integrasi teknologi dalam pengembangan media pembelajaran, hingga tahapan perencanaan kegiatan pembelajaran seperti merumuskan kompetensi dan tujuan pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran.
Model ASSURE sebagai Rujukan untuk Pemilihan Mediadindinamuiz
Dokumen tersebut membahas model pembelajaran ASSURE yang terdiri dari 6 langkah, yaitu menganalisis peserta didik, menyatakan tujuan, memilih metode dan media, memanfaatkan media dan bahan, melibatkan partisipasi peserta didik, dan mengevaluasi serta merevisi. Diberikan contoh penerapan model ini dalam pembelajaran IPA tentang proses metamorfosis kupu-kupu di SD dengan menggunakan video animasi.
Dokumen ini membahas tentang daya pembeda dan tingkat kesukaran soal. Daya pembeda menunjukkan kemampuan soal untuk membedakan siswa berkemampuan tinggi dan rendah, diukur dengan indeks diskriminasi antara 0-1. Tingkat kesukaran soal diukur dengan indeks kesukaran antara 0-1, di mana soal yang baik memiliki indeks 0,25-0,75. Butir soal yang baik memiliki indeks kesukaran dan daya pembeda tert
Integrasi nilai budaya pada pembelajaran matematikarezkya agung
Tulisan ini membahas integrasi nilai-nilai budaya bangsa dalam pembelajaran matematika. Nilai-nilai budaya bangsa yang dapat diintegrasikan antara lain taqwa, iman, kebenaran, tertib, setia kawan, harmoni, rukun, disiplin, harga diri, tenggang rasa, ramah tamah, ikhtiar, kompetitif, kebersamaan, dan kreatif. Integrasi dapat dilakukan melalui pemilihan model, strategi, atau metode pembelaj
Makalah ini membahas tentang pencerminan (refleksi) pada bidang datar. Definisi pencerminan dijelaskan sebagai fungsi yang memetakan titik ke titik lain sehingga membentuk sudut yang sama dengan sumbu refleksi. Sifat-sifat pencerminan seperti surjektif, injektif, dan melestarikan jarak juga dibuktikan sehingga pencerminan merupakan transformasi isometri. Contoh soal pencerminan juga diberikan unt
Dokumen tersebut membahas tentang dimensi dan struktur pendidikan IPS yang terdiri atas empat dimensi yaitu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta tindakan. Selain itu juga membahas tentang model struktur pengetahuan IPS yang terdiri atas atribut, kelas, simbol, konsep, dan generalisasi.
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis MasalahNailul Hasibuan
Dokumen tersebut membahas latar belakang pentingnya peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa melalui pembelajaran berbasis masalah. Identifikasi masalahnya adalah kemampuan komunikasi matematis siswa belum memadai dan pembelajaran masih berpusat pada guru. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dan proses jawaban siswa melalui pembelajaran berbasis masalah
1. konsep bilangan berpangkat, bentuk akar dan logaritmadarmawati20
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini membahas pelajaran Matematika untuk siswa kelas X semester 1 di SMK Al Qadri Majene. RPP ini menjelaskan kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator pencapaian, tujuan pembelajaran, materi, pendekatan, strategi, metode, alat dan media pembelajaran, serta kegiatan pembelajaran yang terdiri dari 3 pertemuan.
Instrumen Penilaian Hasil Belajar Nontes dalam Pembelajaran Matematika di SDNASuprawoto Sunardjo
Modul ini membahas tentang pengertian instrumen penilaian hasil belajar dan teknik-teknik penilaian yang dapat digunakan guru dalam menilai pencapaian siswa di SD, khususnya untuk mata pelajaran matematika. Modul ini juga menjelaskan bagaimana menyusun instrumen penilaian sesuai dengan teknik-teknik penilaian tersebut.
Model pembelajaran terpadu terdiri dari 10 model yaitu fragmented, connected, nested, sequenced, shared, webbed, threaded, integrated, immersed, dan networked. Kesepuluh model tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing dalam mengintegrasikan konsep, keterampilan, dan sikap antar mata pelajaran.
Makalah ini membahas tentang prinsip fleksibilitas dalam pengembangan kurikulum. Terdapat beberapa poin penting yang dijelaskan yaitu pengertian pengembangan kurikulum, prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, dan pentingnya prinsip fleksibilitas dalam pengembangan dan pelaksanaan kurikulum.
Rangkuman dokumen rencana pembelajaran mata pelajaran matematika tentang operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan:
1. Pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning dan pendekatan saintifik untuk membantu peserta didik memahami operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan.
2. Materi diajarkan secara interaktif melalui diskusi kelompok dan penyelesaian masalah untuk mengukur pemahaman siswa.
3. Pen
01 Kurikulum Merdeka dan Perencanaan Pembelajaran.pptxRatnaFitriani15
Kurikulum Merdeka memberikan tiga pilihan bagi sekolah dalam melaksanakan kurikulum, yaitu menerapkan beberapa bagian Kurikulum Merdeka, menggunakan perangkat ajar yang telah disediakan, atau mengembangkan perangkat ajar sendiri.
Dokumen tersebut membahas tentang pengajaran dan pembelajaran abad 21, mulai dari pemahaman kognitif peserta didik, prinsip pengajaran dan asesmen, integrasi teknologi dalam pengembangan media pembelajaran, hingga tahapan perencanaan kegiatan pembelajaran seperti merumuskan kompetensi dan tujuan pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran.
Model ASSURE sebagai Rujukan untuk Pemilihan Mediadindinamuiz
Dokumen tersebut membahas model pembelajaran ASSURE yang terdiri dari 6 langkah, yaitu menganalisis peserta didik, menyatakan tujuan, memilih metode dan media, memanfaatkan media dan bahan, melibatkan partisipasi peserta didik, dan mengevaluasi serta merevisi. Diberikan contoh penerapan model ini dalam pembelajaran IPA tentang proses metamorfosis kupu-kupu di SD dengan menggunakan video animasi.
Dokumen ini membahas tentang daya pembeda dan tingkat kesukaran soal. Daya pembeda menunjukkan kemampuan soal untuk membedakan siswa berkemampuan tinggi dan rendah, diukur dengan indeks diskriminasi antara 0-1. Tingkat kesukaran soal diukur dengan indeks kesukaran antara 0-1, di mana soal yang baik memiliki indeks 0,25-0,75. Butir soal yang baik memiliki indeks kesukaran dan daya pembeda tert
Integrasi nilai budaya pada pembelajaran matematikarezkya agung
Tulisan ini membahas integrasi nilai-nilai budaya bangsa dalam pembelajaran matematika. Nilai-nilai budaya bangsa yang dapat diintegrasikan antara lain taqwa, iman, kebenaran, tertib, setia kawan, harmoni, rukun, disiplin, harga diri, tenggang rasa, ramah tamah, ikhtiar, kompetitif, kebersamaan, dan kreatif. Integrasi dapat dilakukan melalui pemilihan model, strategi, atau metode pembelaj
Makalah ini membahas tentang pencerminan (refleksi) pada bidang datar. Definisi pencerminan dijelaskan sebagai fungsi yang memetakan titik ke titik lain sehingga membentuk sudut yang sama dengan sumbu refleksi. Sifat-sifat pencerminan seperti surjektif, injektif, dan melestarikan jarak juga dibuktikan sehingga pencerminan merupakan transformasi isometri. Contoh soal pencerminan juga diberikan unt
Dokumen tersebut membahas tentang dimensi dan struktur pendidikan IPS yang terdiri atas empat dimensi yaitu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta tindakan. Selain itu juga membahas tentang model struktur pengetahuan IPS yang terdiri atas atribut, kelas, simbol, konsep, dan generalisasi.
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis MasalahNailul Hasibuan
Dokumen tersebut membahas latar belakang pentingnya peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa melalui pembelajaran berbasis masalah. Identifikasi masalahnya adalah kemampuan komunikasi matematis siswa belum memadai dan pembelajaran masih berpusat pada guru. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dan proses jawaban siswa melalui pembelajaran berbasis masalah
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang permasalahan rendahnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika dan upaya meningkatkannya dengan model pembelajaran two stay two stray
2) Model pembelajaran ini dirancang untuk meningkatkan kerja sama antar siswa dan bertukar informasi antar kelompok
3) Diharapkan model ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang penggunaan model pembelajaran investigasi kelompok untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
2) Masalah yang diidentifikasi adalah kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang masih rendah.
3) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran investigasi kelompok terhadap kemampuan pemecahan masal
1. Dokumen ini membahas perbandingan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang mendapatkan pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan konvensional.
2. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah dan peningkatannya lebih baik untuk siswa yang mendapatkan pembelajaran CPS dibanding konvensional.
3. Metode yang digunakan adalah eksperimen dengan memberikan tes
Kesiapan kognitif dan afektif siswa merupakan hal penting yang perlu diperhatikan guru sebelum memulai pembelajaran. Kesiapan kognitif meliputi tingkat kecerdasan, bakat, dan pengetahuan siswa sebelumnya. Kesiapan afektif meliputi sikap, minat, dan motivasi siswa. Keduanya perlu mendapat perhatian karena mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
Bahan bacaan 1.2 pengalaman belajar peserta didik sekolah dasarÄkäñx Këyñå
Pembelajaran tematik terpadu di sekolah dasar bertujuan untuk membantu peserta didik belajar secara konkrit, integratif, dan hierarkis sesuai dengan tahap perkembangan mereka. Pembelajaran ini menggabungkan beberapa mata pelajaran ke dalam satu tema agar peserta didik dapat memahami hubungan antar konsep dan menerapkan pengetahuan mereka dalam konteks yang bermakna. Pendekatan saintifik digunakan untuk memandu peserta did
Dokumen tersebut memberikan pengenalan mengenai pendidikan bahasa Melayu. Ia menjelaskan konsep dan ciri-ciri strategi pembelajaran berpusatkan murid serta pemilihan bahan bantu pengajaran yang efektif. Dokumen ini juga menyoroti peranan penting guru dalam mengimplementasikan strategi tersebut demi meningkatkan kualiti pendidikan.
1) Dokumen tersebut membahas latar belakang pentingnya belajar matematika dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa, khususnya pada materi operasi matriks. 2) Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh minat belajar siswa terhadap hasil belajar matematika pada materi tersebut. 3) Dokumen ini juga membahas teori-teori terkait belajar matematika dan hasil belaj
Dokumen tersebut membahas pendekatan pembelajaran kontekstual di mana peserta didik diajak untuk belajar secara aktif dengan menghubungkan materi pelajaran dengan konteks kehidupan nyata. Pendekatan ini bertujuan untuk membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi peserta didik."
Dokumen tersebut membahasikan pemilihan kaedah pengajaran dan pembelajaran matematik antara konstruktivisme dan latih tubi. Ia menjelaskan pengertian kedua-dua kaedah tersebut serta beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih kaedah seperti gaya pembelajaran pelajar dan topik pengajaran.
Dokumen tersebut menjelaskan cara menghitung luas daerah lingkaran dengan memecah lingkaran menjadi bagian-bagian persegi panjang dan menggabungkannya kembali. Luas daerah lingkaran diperoleh dengan rumus πr^2 dimana π adalah 22/7 dan r adalah jari-jari lingkaran.
Dokumen tersebut menjelaskan langkah-langkah uji normalitas data dengan uji Liliefors untuk menguji hipotesis apakah data berdistribusi normal atau tidak. Kemudian dilakukan uji terhadap data hasil ujian akhir mata kuliah statistika dan didapatkan nilai Lhitung lebih kecil dari Ltabel sehingga disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal.
Dokumen ini berisi petunjuk untuk mengisi angket motivasi siswa terhadap pelajaran yang terdiri dari 36 pernyataan dengan pilihan jawaban sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, sangat setuju. Angket ini bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi siswa setelah mempelajari suatu materi pembelajaran.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
1. I. PENDAHULUAN
Dalam UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, disebutkan
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolah tentu
memiliki peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang diamanahkan Undang-Undang.
Karena matematika merupakan mata pelajaran yang membekali peserta didik dengan berpikir
logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Adapun tujuan pendidikan matematika sebagaimana
yang terdapat di dalam kurikulum KTSP mata pelajaran matematika (dalam Depdiknas, 2006),
yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model
matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah.
2. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa
ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan masalah.
Dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut, profesionalisme guru dalam
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sangat dituntut. Oleh karena itu, guru harus
mampu mendesain pembelajaran matematika dengan metode atau pendekatan yang mampu
membelajarkan siswa, siswa sebagai subjek belajar bukan lagi objek belajar. Sehingga efek dari
pembelajaran matematika tersebut akan menjadikan siswa memiliki kemampuan penalaran,
komunikasi, koneksi, dan mampu memecahkan masalah.
Pendidikan matematika merupakan salah satu fondasi dari kemampuan sains dan
teknologi. Pemahaman terhadap matematika, dari kemampuan yang bersifat keahlian sampai
kepada pemahaman yang bersifat apresiatif akan berhasil mengembangkan kemampuan sains
dan teknologi yang cukup tinggi (Buchori, 2001:120-121). Mengingat pentingnya matematika
dalam pengembangan generasi melalui kemampuan mengadopsi maupun mengadakan inovasi
sains dan teknologi di era globalisasi, maka tidak boleh dibiarkan adanya anak-anak muda yang
buta matematika. Kebutaan matematika yang dibiarkan menjadi suatu kebiasaan, membuat
masyarakat kehilangan kemampuan berpikir secara disipliner dalam menghadapi masalah –
masalah nyata.
Proses pembelajaran membutuhkan metode yang tepat. Kesalahan menggunakan
metode, dapat menghambat tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan. Dampak yang lain
adalah rendahnya kemampuan bernalar siswa dalam pembelajaran matematika. Hal ini
disebabkan karena dalam proses siswa kurang dilibatkan dalam situasi optimal untuk belajar,
pembelajaran cenderung berpusat pada guru, dan klasikal. Selain itu siswa kurang dilatih untuk
3. menganalisis permasalahan matematika, jarang sekali siswa menyampaikan ide untuk menjawab
pertanyaan bagaimana proses penyelesaian soal yang dilontarkan guru.
Dari beberapa model pembelajaran, ada model pembelajaran yang menarik dan dapat
memicu peningkatan penalaran siswa yaitu model pembelajaran CTL. Pada dasarnya,
pembelajaran CTL adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan
makna dengan menghubungkan muatan akademik dengan konteks dari kehidupan sehari-hari
siswa. Dalam pembelajaran ini siswa harus dapat mengembangkan ketrampilan dan pemahaman
konsep matematika untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pengajaran matematika mempunyai tujuan yang sangat luas, salah satu tujuannya adalah
agar siswa memiliki keterampilan menghubungkan matematika dengan kehidupan sehari-hari
dan menerapkannya dalam soal-soal. Dengan demikian penggunaan model pembelajaran CTL
perlu diberikan oleh guru dalam proses belajar, agar dapat mencapai hasil belajar yang lebih
baik.
Belajar dengan model pembelajaran CTL akan mampu mengembangkan kemampuan
siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah serta mengambil keputusan secara objektif dan
rasional. Disamping itu juga akan mampu mengembangkan kemampuan berfikir kritis, logis, dan
analitis. Karena itu siswa harus benar-benar dilatih dan dibiasakan berfikir secara kritis dan
mandiri. Dengan menggunakan model pembelajaran CTL diharapkan siswa mampu
menyelesaikan soal–soal matematika.
Tantangan yang dihadapi para pendidik untuk anak sekolah tingkat SMP/MTs adalah
kondisi anak yang pada usia tersebut berada dalam kondisi masih senang bermain-main, tertawa,
bercanda. Sehingga ilmu yang diberikan oleh guru tidak tertransfer dengan baik. Maka belajar
dengan CTL dapat membuat siswa tetap merasakan bermain sambil belajar. Karena ciri dari
4. kelas CTL adalah siswa saling bekerjasama dengan menyenangkan, mengasyikkan, tidak
membosankan (joyfull, comfortable), belajar dengan bergairah namun tetap pada pembelajaran
yang terintegrasi dan menggunakan berbagai sumber siswa aktif.
Penerapan model pembelajaran CTL dalam pembelajaran matematika khususnya pokok
bahasan pecahan, melibatkan siswa untuk dapat berperan aktif dengan bimbingan guru, agar
peningkatan kemampuan siswa dalam memahami konsep dapat terarah lebih baik.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka akan dilakukan pembelajaran dengan
model pembelajaran berbasis Contextual Teaching and Learning untuk peningkatkan
pemahaman konsep pecahan pada siswa kelas VII.
II. Tinjauan Teori
2.1 Proses Belajar dan Pembelajaran
Trianto (2010:16) mengemukakan bahwa belajar secara umum diartikan sebagai
perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau
perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Proses belajar terjadi melalui
banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan
menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar.
Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Sedangkan pengalaman
merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya. Jadi, belajar
di sini diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak
paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi
kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri. (Trianto,
2010:16-17)
5. Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya
dapat dijelaskan. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha
sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan
sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
Dalam konteks inilah kemudian diperlukan kurikulum atau pengetahuan apa yang
diinginkan siswa dan bagaimana cara efektif untuk mendapatkannya. Maka dibutuhkan titik tolak
atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran yng disebut sebagai pendekatan
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum. Dimana didalamnya suatu pendekatan pembelajaran
mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoritis tertentu.
Salah satu pendekatan dalam pembelajaran adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan
konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan
mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan
memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal
dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian
proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk
memberdayakan siswa bukan hanya mengajar siswa.
Untuk tujuan itulah, pendekatan Contextual Teaching and Learning diterapkan sebagai
salah satu upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dalam proses
pembelajaran agar tercapai dan tuntas sesuai yang diharapkan.
2.2 Pembelajaran Kontekstual
2.2.1 Pengertian Pembelajaran Kontekstual
6. Beberapa pengertian pembelajaran kontekstual menurut para ahli pendidikan adalah
sebagai berikut : (Kunandar, 2007: 295-296)
a. Johnson (2002) mengartikan pembelajaran kontekstual adalah suatu proses pendidikan yang
bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari
dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan
konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya.
b. The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning (2001)
mengartikan pembelajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa
memperkuat, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademisnya
dalam berbagai latar sekolah dan diluar sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang
ada dalam dunia nyata. Pembelajaran kontekstual terjadi ketika siswa menerapkan dan
mengalami apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah riil yang berasosiasi
dengan peranan dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat, siswa,
dan selaku pekerja.
c. Center on Education and Work at the University of Wisconsin Madison (2002) mengartikan
pembelajaran kontekstual adalah suatu konsepsi belajar mengajar yang membantu guru
menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat
hubungan-hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan siswa sebagai
anggota keluarga, mwsyarakat, dan pekerja serta meminta ketekunan belajar.
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kontekstual (
Contextual Teaching and Learning atau CTL ) adalah konsep belajar yang membantu guru
menghubungkan antara materi pelajaran yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
7. penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Siswa memperolah pengetahuan dan
keterampilan dari konteks yang terbatas sedikit demi sedikit dan dari proses mengonstruksi
sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota
masyarakat.
2.2.2 Elemen dan Karakter Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Menurut Zahorik (1995 dalam Direktorat PLP Depdiknas,2003: 7) ada lima elemen yang
harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual, yaitu :
1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada ( activating knowledge ).
2. Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara
keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.
3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun (1)
konsep sementara (hipotesis), (2) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat
tanggapan itu, (3) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan.
4. Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge).
5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan
tersebut.
Selain elemen pokok, pada CTL juga memiliki karakteristik yang membedakan dengan
model pembelajaran lainnya, yaitu: (1) kerja sama; (2) saling menunjang; (3) menyenangkan,
mengasyikkan; (4) tidak membosankan (joyfull, comfortable); (5) belajar dengan bergairah; (6)
pembelajaran terintegrasi; (7) menggunakan berbagai sumber siswa aktif.
2.3 Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas
Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu kontruktivisme(Contruktivisme),
menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat belajar (Learning community),
8. pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), dan penilaian CTL yang sebenarnya (Authentic
assessment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan jika menerapkan ketujuh
komponen tersebut dalam pembelajarannya, yaitu sebagai berikut :
1. Kontruktivisme
Contructivisme (kontruktivisme) merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan CTL,
yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak serta merta. Pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa.
Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan
kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa secara sadar dan menggunakan
strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat member siswa anak tangga yang membawa
siswa ke pemahaman yamh lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak
tangga tersebut. (Trianto, 2010 :28)
Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses „mengkontruksi‟ bukan
„menerima‟ pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan
mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Siswa menjadi pusat kegiatan,
bukan guru.
Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektivis, yang
lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan kostruktivis, strategi memperoleh
9. lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.
Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: (Trianto, 2010 :113)
1. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,
2. Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri,
3. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Teori pembelajaran kontekstual berfokus pada multiaspek lingkungannbelajar diantaranya
ruang kelas, laboratorium( IPA, IPS, Bahasa, Bengkel Kerja), laboratorium computer, tempat
bekerja, maupun tempat-tempat lainnya (ladang, sungai, pasar, dan lainnya). Sehingga
mendorong para guru untuk memilih dan mendesain lingkungan belajar yang dimungkinkan
untuk mengaitkan berbagai bentuk pengalaman social, budaya, fisika, dan psikologi dalam
mencapai hasil belajar. Didalam suatu lingkungan yang demikian, siswa menemui hubungan
yang sangat bermakna antara ide-ide abstrak dan penerapan praktis di dalam konteks dunia
nyata. Konsep dipahami melalui proses penemuan, pemberdayaan, dan hubungan.
2. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan
dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi
hasil dari menemukan sendiri (Depdiknas, 2003). Menemukan atau inkuiri dapat diartikan juga
sebagai proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir
secara sistematis. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu :
1) Merumuskan masalah ;
2) Mengajukan hipotesis;
3) Mengumpulkan data;
10. 4) Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan;
5) Membuat kesimpulan.
Melalui proses berpikir yang sistematis, diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah,
rasional, dan logis untuk pembentukan kreativitas siswa.
3. Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran kontekstual. Kegiatan
bertanya digunakan oleh guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir
siswa sedangkan bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan
pembelajaran yang berbasis inquiry. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan
bertanya berguna untuk :
1) Menggali informasi, baik administratif maupun akademis;
2) Mengecek pengetahuan awal siswa dan pemahaman siswa;
3) Membangkitkan respon kepada siswa;
4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa;
5) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru;
6) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa;
7) Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
4. Masyarakat belajar (Learning Community)
Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari
kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar itu diperoleh dari sharing antarsiswa, antarkelompok,
dan antar yang sudah tahu dengan yang belum tahu tentang suatu materi. Setiap elemen
masyarakat dapat juga berperan disini dengan berbagi pengalaman (Depdiknas, 2003).
11. 5. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan dalam pembelajaran kontekstual merupakan sebuah keterampilan atau
pengetahuan tertentu dan menggunakan model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara
mengoperasikan sesuatu atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Dalam arti guru
memberi model tentang “bagaimana cara belajar”. Dalam pembelajaran kontekstual, guru
bukanlah satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
Menurut Bandura dan Walters, tingkah laku siswa baru dikuasai atau dipelajari mula-mula
dengan mengamati dan meniru suatu model. Model yang dapat diamati atau ditiru siswa
digolongkan menjadi :
1. Kehidupan yang nyata (real life), misalnya orang tua, guru, atau orang lain.;
2. Simbolik (symbolic), model yang dipresentasikan secara lisan, tertulis atau dalam bentuk
gambar ;
3. Representasi (representation), model yang dipresentasikan dengan menggunakan alat-alat
audiovisual, misalnya televisi dan radio.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir
kebelakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang
baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru. Struktur pengetahun yang baru ini
merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon
terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahun yang baru diterima (Depdiknas, 2003).
Pada kegiatan pembelajaran, refleksi dilakukan oleh seorang guru pada akhir
pembelajaran. Guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi yang
realisasinya dapat berupa :
12. I. Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh pada pembelajaran yang baru saja
dilakukan.;
II. Catatan atau jurnal di buku siswa;
III. Kesan dan saran mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.
7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian autentik merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa agar guru dapat memastikan apakah siswa telah
mengalami proses belajar yang benar. Penilaian autentik menekankan pada proses pembelajaran
sehingga data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada
saat melakukan proses pembelajaran.
Karakteristik authentic assessment menurut Depdiknas (2003) di antaranya: dilaksanakan
selama dan sesudah proses belajar berlangsung, bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif,
yang diukur keterampilan dan sikap dalam belajar bukan mengingat fakta, berkesinambungan,
terintegrasi, dan dapat digunakan sebagai feedback. Authentic assessment biasanya berupa
kegiatan yang dilaporkan, PR, kuis, karya siswa, prestasi atau penampilan siswa, demonstrasi,
laporan, jurnal, hasil tes tulis dan karya tulis.
Penerapan CTL dalam kelas secara garis besar, langkahnya adalah sebagai berikut ini.
(Direktorat PLP, 2003: 10)
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja
sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan
barunya.
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
13. 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4) Ciptakan „masyarakat belajar‟ (belajar dalam kelompok-kelompok)
5) Hadirkan „model‟ sebagai contoh pembelajaran.
6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Adapun penerapan CTL didalam kelas yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
NO GURU SISWA
1 Guru memaparkan tujuan intruksional Siswa memahami indikator yang
dan indikator yang harus dicapai agar akan dicapai dalam kegiatan belajar
dapat memberi motivasi yang kuat pada yang dilalui pada pertemuan
siswa untuk belajar. tersebut.
2 Guru Membagi siswa dalam lima Siswa berkumpul dengan masing-
kelompok dengan masing-masing masing anggota kelompok yang
kelompok terdiri dari 7-8 orang telah ditetapkan guru.
3 Guru menjelaskan pembelajaran CTL Siswa memahami tujuan
pembelajaran CTL pada materi yang
diajarkan guru.
4 Guru menyediakan waktu yang cukup Siswa mengidentifikasi masalah,
untuk mengidentifikasi masalah, mencari berdiskusi, melakukan percobaan,
solusi, mendeksripsikan, melakukan dan menghubungkan penerapan
metode, dan mengkaji kembali serta materi dengan kehidupan sehari-
mengevaluasi untuk memecahkan hari.
masalah tersebut.
5 Guru memberi kesempatan kepada siswa Siswa mendapatkan jawaban
14. untuk menetapkan jawaban sementara sementara dari hasil diskusi
dari hasil diskusi terhadap masalah kelompok masing-masing.
tersebut.
6 Guru bersama siswa menguji kebenaran Siswa bersama guru menguji
jawaban sementara tersebut. kebenaran jawaban sementara
tersebut.
7 Guru bersama siswa menarik Siswa bersama guru menarik
kesimpulan. kesimpulan.
8 Guru melakukan refleksi kepada siswa Siswa dapat melakukan refleksi dan
dan mengevaluasi. menyelesaikan evaluasi dari guru.
15. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII/1(satu)
Pertemuan Ke- :1
Alokasi Waktu : 2 Jam pelajaran (2x 40 menit)
Standar Kompetensi : Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus
Kompetensi Dasar : 1.1 Melakukan operasi aljabar
Indikator : Menyelesaikan operasi tambah, kurang pada bentuk aljabar
I. Materi Ajar
- Bentuk Aljabar
II. Metode Pembelajaran
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Metode : Eksperimen, Diskusi, dan Tanya jawab
III. Langkah-Langkah Pembelajaran
a. Kegiatan Pendahuluan (5 menit)
Guru membuka pelajaran dengan apersepsi yaitu menyampaikan tujuan pembelajaran
dan memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang pentingnya
mempelajari materi ini.
b. Kegiatan Inti (65 menit)
Kegiatan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pembelajaran
1. Eksplorasi - Membimbing peserta didik dalam - Peserta didik membentuk
(15 menit) pembentukan kelompok. kelompok.
- Memotivasi peserta didik untuk
memahami proses pembelajaran
16. melalui pendekatan CTL.
2. Elaborasi - Memberikan arahan dan petunjuk - Peserta didik (dibimbing guru)
(40 menit) kepada siswa dalam melakukan melakukan eksperimen untuk
eksperimen. menghitung operasi jumlah dan
- Membimbing siswa dalam selisih aljabar dengan membuat
menemukan sendiri operasi model variable pada potongan
bentuk aljabar menggunakan kertas dan menyusunnya
model potongan kertas yang berdasarkan bentuk yang sama
telah diberi tanda untuk tiap kemudian menghapus pasangan
variable. model yang bernilai nol. Sehingga
- Memberikan kuis atau soal didapat hasil operasi aljabar yaitu
latihan. sisa dari model potongan kertas
tersebut.
- Peserta didik (dibimbing guru)
melakukan diskusi kelas dari hasil
eksperimen yang dilakukan.
3. Konfirmasi - Memberi penilaian terhadap hasil - Dapat menerima perbedaan
(10 menit) diskusi. pendapat dalam diskusi.
- Memancing peserta didik untuk - Menjawab pertanyaan yang
bertanya dengan bertanya kepada diberikan guru.
paserta didik masalah yang sulit.
- Sebagai narasumber dan
fasilitator bagi peserta didik yang
mengalami kesulitan.
- Memberi pujian bagi kelompok
yang aktif dan member motivasi
bagi kelompok yang kurang aktif.
c. Kegiatan Penutup (10 menit)
Guru :
- Mengajukan beberapa pertanyaan tentang materi aljabar
- Membimbing peserta didik merangkum materi pembelajaran
17. - Memberikan PR sebagai penugasan terstruktur tentang materi aljabar
IV. Alat dan Bahan Belajar
Alat-alat/Bahan : Bahan eksperimen : Potongan kertas karton
Sumber : Buku Belajar Matematika untuk SMP/MTs (Diknas)
Sarana/Media : papan tulis, chart, model
V. Penilaian
- Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan saat Tanya jawab atau diskusi,
kinerja keterampilan dalam melakukan demonstrasi atau peragaan serta penilaian sikap,
minat, dan tingkah laku siswa didalam kelas.
- Presentasi didepan kelas
- Kuis
- Tugas
18. LEMBAR KERJA SISWA – 1
LINGKARAN
KELOMPOK :
ANGGOTA KELOMPOK: 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
KELAS :
Standar Kompetensi : Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus
Kompetensi Dasar : 1.1 Melakukan operasi aljabar
Indikator : Menyelesaikan operasi tambah, kurang pada bentuk aljabar
Kerjakan Bersama-sama
Untuk memudahkan memahami cara menyederhanakan bentuk aljabar, kita dapat
menggunakan bantuan model. Model yang digunakan di sini dinamakan ubin aljabar.
19. Alat dan Bahan :
- Potongan kertas karton yang telah diberi nama sesuai variable yaitu 2x-5-3x+1
Langkah kerja :
- Susun potongan model kertas yang telah diberi nama sesuai bentuk aljabar
pada soal.
- Sederahanakan model tersebut dengan cara mengelompokkan model-model
sejenis.
- Jika pada pengelompokkan itu terdapat pasangan nol (pasangan positif dan
negative), maka semua pasangan nol yang ada dihapus, atau dikeluarkan dari
susunan kelompok model.
- Susunan model variable yang tersisa merupakan hasil dari operasi aljabar
tersebut.
Jadi bentuk sederhana dari 2x-3x-5+1 adalah …………….
Selanjutnya selesaikan dan diskusikan bentuk aljabar berikut menggunakan ubin aljabar !
1. Tuliskan bentuk-bentuk aljabar berikut dalam bentuk yang paling sederhana.
a. 4x - 2x
b. 5 + 2x - 1
c. 3x - 6x + 4
d. 8 + 3x - x - 6
2. Gunakanlah juga model ubin aljabar untuk menyederhanakan –y + 5 + 3y – 4.