SlideShare a Scribd company logo
I. PENDAHULUAN

       Dalam UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, disebutkan

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

      Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolah tentu

memiliki peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang diamanahkan Undang-Undang.

Karena matematika merupakan mata pelajaran yang membekali peserta didik dengan berpikir

logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Adapun tujuan pendidikan matematika sebagaimana

yang terdapat di dalam kurikulum KTSP mata pelajaran matematika (dalam Depdiknas, 2006),

yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :


1.    Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan

      konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah

2.    Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam

      membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan

      matematika.

3.    Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model

      matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4.    Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk

      memperjelas keadaan atau masalah.
5.   Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa

     ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan

     percaya diri dalam pemecahan masalah.

       Dalam     mencapai   tujuan   pembelajaran   tersebut,   profesionalisme   guru   dalam

merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sangat dituntut. Oleh karena itu, guru harus

mampu mendesain pembelajaran matematika dengan metode atau pendekatan yang mampu

membelajarkan siswa, siswa sebagai subjek belajar bukan lagi objek belajar. Sehingga efek dari

pembelajaran matematika tersebut akan menjadikan siswa memiliki kemampuan penalaran,

komunikasi, koneksi, dan mampu memecahkan masalah.


       Pendidikan matematika merupakan salah satu fondasi dari kemampuan sains dan

teknologi. Pemahaman terhadap matematika, dari kemampuan yang bersifat keahlian sampai

kepada pemahaman yang bersifat apresiatif akan berhasil mengembangkan kemampuan sains

dan teknologi yang cukup tinggi (Buchori, 2001:120-121). Mengingat pentingnya matematika

dalam pengembangan generasi melalui kemampuan mengadopsi maupun mengadakan inovasi

sains dan teknologi di era globalisasi, maka tidak boleh dibiarkan adanya anak-anak muda yang

buta matematika. Kebutaan matematika yang dibiarkan menjadi suatu kebiasaan, membuat

masyarakat kehilangan kemampuan berpikir secara disipliner dalam menghadapi masalah –

masalah nyata.

        Proses pembelajaran membutuhkan metode yang tepat. Kesalahan menggunakan

metode, dapat menghambat tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan. Dampak yang lain

adalah rendahnya kemampuan bernalar siswa dalam pembelajaran matematika. Hal ini

disebabkan karena dalam proses siswa kurang dilibatkan dalam situasi optimal untuk belajar,

pembelajaran cenderung berpusat pada guru, dan klasikal. Selain itu siswa kurang dilatih untuk
menganalisis permasalahan matematika, jarang sekali siswa menyampaikan ide untuk menjawab

pertanyaan bagaimana proses penyelesaian soal yang dilontarkan guru.

        Dari beberapa model pembelajaran, ada model pembelajaran yang menarik dan dapat

memicu peningkatan penalaran siswa yaitu model pembelajaran CTL. Pada dasarnya,

pembelajaran CTL adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan

makna dengan menghubungkan muatan akademik dengan konteks dari kehidupan sehari-hari

siswa. Dalam pembelajaran ini siswa harus dapat mengembangkan ketrampilan dan pemahaman

konsep matematika untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

        Pengajaran matematika mempunyai tujuan yang sangat luas, salah satu tujuannya adalah

agar siswa memiliki keterampilan menghubungkan matematika dengan kehidupan sehari-hari

dan menerapkannya dalam soal-soal. Dengan demikian penggunaan model pembelajaran CTL

perlu diberikan oleh guru dalam proses belajar, agar dapat mencapai hasil belajar yang lebih

baik.

        Belajar dengan model pembelajaran CTL akan mampu mengembangkan kemampuan

siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah serta mengambil keputusan secara objektif dan

rasional. Disamping itu juga akan mampu mengembangkan kemampuan berfikir kritis, logis, dan

analitis. Karena itu siswa harus benar-benar dilatih dan dibiasakan berfikir secara kritis dan

mandiri. Dengan menggunakan model pembelajaran CTL diharapkan siswa mampu

menyelesaikan soal–soal matematika.

        Tantangan yang dihadapi para pendidik untuk anak sekolah tingkat SMP/MTs adalah

kondisi anak yang pada usia tersebut berada dalam kondisi masih senang bermain-main, tertawa,

bercanda. Sehingga ilmu yang diberikan oleh guru tidak tertransfer dengan baik. Maka belajar

dengan CTL dapat membuat siswa tetap merasakan bermain sambil belajar. Karena ciri dari
kelas CTL adalah siswa saling bekerjasama dengan menyenangkan, mengasyikkan, tidak

membosankan (joyfull, comfortable), belajar dengan bergairah namun tetap pada pembelajaran

yang terintegrasi dan menggunakan berbagai sumber siswa aktif.

      Penerapan model pembelajaran CTL dalam pembelajaran matematika khususnya pokok

bahasan pecahan, melibatkan siswa untuk dapat berperan aktif dengan bimbingan guru, agar

peningkatan kemampuan siswa dalam memahami konsep dapat terarah lebih baik.

       Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka akan dilakukan pembelajaran dengan

model pembelajaran berbasis Contextual Teaching and Learning untuk peningkatkan

pemahaman konsep pecahan pada siswa kelas VII.

II. Tinjauan Teori

2.1 Proses Belajar dan Pembelajaran

       Trianto (2010:16) mengemukakan bahwa belajar secara umum diartikan sebagai

perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau

perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Proses belajar terjadi melalui

banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan

menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar.

       Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Sedangkan pengalaman

merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya. Jadi, belajar

di sini diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak

paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi

kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri. (Trianto,

2010:16-17)
Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya

dapat dijelaskan. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha

sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan

sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

        Dalam konteks inilah kemudian diperlukan kurikulum atau pengetahuan apa yang

diinginkan siswa dan bagaimana cara efektif untuk mendapatkannya. Maka dibutuhkan titik tolak

atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran yng disebut sebagai pendekatan

pembelajaran. Pendekatan pembelajaran merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu

proses yang sifatnya masih sangat umum. Dimana didalamnya suatu pendekatan pembelajaran

mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan

teoritis tertentu.

        Salah satu pendekatan dalam pembelajaran adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan

konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan

mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan

memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal

dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian

proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk

memberdayakan siswa bukan hanya mengajar siswa.

        Untuk tujuan itulah, pendekatan Contextual Teaching and Learning diterapkan sebagai

salah satu upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dalam proses

pembelajaran agar tercapai dan tuntas sesuai yang diharapkan.


2.2 Pembelajaran Kontekstual

2.2.1 Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Beberapa pengertian pembelajaran kontekstual menurut para ahli pendidikan adalah

sebagai berikut : (Kunandar, 2007: 295-296)

a. Johnson (2002) mengartikan pembelajaran kontekstual adalah suatu proses pendidikan yang

   bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari

   dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan

   konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya.

b. The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning (2001)

   mengartikan pembelajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa

   memperkuat, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademisnya

   dalam berbagai latar sekolah dan diluar sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang

   ada dalam dunia nyata. Pembelajaran kontekstual terjadi ketika siswa menerapkan dan

   mengalami apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah riil yang berasosiasi

   dengan peranan dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat, siswa,

   dan selaku pekerja.

c. Center on Education and Work at the University of Wisconsin Madison (2002) mengartikan

   pembelajaran kontekstual adalah suatu konsepsi belajar mengajar yang membantu guru

   menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat

   hubungan-hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan siswa sebagai

   anggota keluarga, mwsyarakat, dan pekerja serta meminta ketekunan belajar.

       Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kontekstual (

Contextual Teaching and Learning atau CTL ) adalah konsep belajar yang membantu guru

menghubungkan antara materi pelajaran yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Siswa memperolah pengetahuan dan

keterampilan dari konteks yang terbatas sedikit demi sedikit dan dari proses mengonstruksi

sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota

masyarakat.

2.2.2 Elemen dan Karakter Pembelajaran Kontekstual (CTL)

       Menurut Zahorik (1995 dalam Direktorat PLP Depdiknas,2003: 7) ada lima elemen yang

harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual, yaitu :

1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada ( activating knowledge ).

2. Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara

   keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.

3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun (1)

   konsep sementara (hipotesis), (2) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat

   tanggapan itu, (3) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan.

4. Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge).

5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan

   tersebut.

       Selain elemen pokok, pada CTL juga memiliki karakteristik yang membedakan dengan

model pembelajaran lainnya, yaitu: (1) kerja sama; (2) saling menunjang; (3) menyenangkan,

mengasyikkan; (4) tidak membosankan (joyfull, comfortable); (5) belajar dengan bergairah; (6)

pembelajaran terintegrasi; (7) menggunakan berbagai sumber siswa aktif.


2.3 Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas

       Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu kontruktivisme(Contruktivisme),

menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat belajar (Learning community),
pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), dan penilaian CTL yang sebenarnya (Authentic

assessment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan jika menerapkan ketujuh

komponen tersebut dalam pembelajarannya, yaitu sebagai berikut :


1. Kontruktivisme

       Contructivisme (kontruktivisme) merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan CTL,

yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak serta merta. Pengetahuan bukanlah seperangkat

fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus

mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

      Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi

pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa.

Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan

kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan

atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa secara sadar dan menggunakan

strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat member siswa anak tangga yang membawa

siswa ke pemahaman yamh lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak

tangga tersebut. (Trianto, 2010 :28)

      Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses „mengkontruksi‟ bukan

„menerima‟ pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan

mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Siswa menjadi pusat kegiatan,

bukan guru.

      Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektivis, yang

lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan kostruktivis, strategi memperoleh
lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.

Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: (Trianto, 2010 :113)


    1. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,

    2. Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri,

    3. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

     Teori pembelajaran kontekstual berfokus pada multiaspek lingkungannbelajar diantaranya

ruang kelas, laboratorium( IPA, IPS, Bahasa, Bengkel Kerja), laboratorium computer, tempat

bekerja, maupun tempat-tempat lainnya (ladang, sungai, pasar, dan lainnya). Sehingga

mendorong para guru untuk memilih dan mendesain lingkungan belajar yang dimungkinkan

untuk mengaitkan berbagai bentuk pengalaman social, budaya, fisika, dan psikologi dalam

mencapai hasil belajar. Didalam suatu lingkungan yang demikian, siswa menemui hubungan

yang sangat bermakna antara ide-ide abstrak dan penerapan praktis di dalam konteks dunia

nyata. Konsep dipahami melalui proses penemuan, pemberdayaan, dan hubungan.


2. Menemukan (Inquiry)

       Menemukan merupakan bagian inti dari pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan

dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi

hasil dari menemukan sendiri (Depdiknas, 2003). Menemukan atau inkuiri dapat diartikan juga

sebagai proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir

secara sistematis. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu :


        1)    Merumuskan masalah ;

        2)    Mengajukan hipotesis;

        3)    Mengumpulkan data;
4)    Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan;

        5)    Membuat kesimpulan.

       Melalui proses berpikir yang sistematis, diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah,

rasional, dan logis untuk pembentukan kreativitas siswa.


3. Bertanya (Questioning)

      Bertanya merupakan       strategi   utama   dalam    pembelajaran kontekstual. Kegiatan

bertanya digunakan oleh guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir

siswa sedangkan bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan

pembelajaran yang berbasis inquiry. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan

bertanya berguna untuk :


        1)    Menggali informasi, baik administratif maupun akademis;

        2)    Mengecek pengetahuan awal siswa dan pemahaman siswa;

        3)    Membangkitkan respon kepada siswa;

        4)    Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa;

        5)    Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru;

        6)    Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa;

        7)    Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

4. Masyarakat belajar (Learning Community)

      Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari

kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar itu diperoleh dari sharing antarsiswa, antarkelompok,

dan antar yang sudah tahu dengan yang belum tahu tentang suatu materi. Setiap elemen

masyarakat dapat juga berperan disini dengan berbagi pengalaman (Depdiknas, 2003).
5. Pemodelan (Modeling)

         Pemodelan dalam pembelajaran kontekstual merupakan sebuah keterampilan atau

pengetahuan tertentu dan menggunakan model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara

mengoperasikan sesuatu atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Dalam arti guru

memberi model tentang “bagaimana cara belajar”. Dalam pembelajaran kontekstual, guru

bukanlah satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.

       Menurut Bandura dan Walters, tingkah laku siswa baru dikuasai atau dipelajari mula-mula

dengan mengamati dan meniru suatu model. Model yang dapat diamati atau ditiru siswa

digolongkan menjadi :

1. Kehidupan yang nyata (real life), misalnya orang tua, guru, atau orang lain.;

2. Simbolik (symbolic), model yang dipresentasikan secara lisan, tertulis atau dalam bentuk

gambar                                                                                       ;

3. Representasi (representation), model yang dipresentasikan dengan menggunakan alat-alat

audiovisual, misalnya televisi dan radio.


6. Refleksi (Reflection)

         Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir

kebelakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang

baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru. Struktur pengetahun yang baru ini

merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon

terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahun yang baru diterima (Depdiknas, 2003).

         Pada kegiatan pembelajaran, refleksi dilakukan oleh seorang guru pada akhir

pembelajaran. Guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi yang

realisasinya dapat berupa :
I. Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh pada pembelajaran yang baru saja

         dilakukan.;

     II. Catatan atau jurnal di buku siswa;

     III. Kesan dan saran mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.


7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)

       Penilaian autentik merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan

gambaran perkembangan belajar siswa agar guru dapat memastikan apakah siswa telah

mengalami proses belajar yang benar. Penilaian autentik menekankan pada proses pembelajaran

sehingga data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada

saat melakukan proses pembelajaran.

      Karakteristik authentic assessment menurut Depdiknas (2003) di antaranya: dilaksanakan

selama dan sesudah proses belajar berlangsung, bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif,

yang diukur keterampilan dan sikap dalam belajar bukan mengingat fakta, berkesinambungan,

terintegrasi, dan dapat digunakan sebagai feedback. Authentic assessment biasanya berupa

kegiatan yang dilaporkan, PR, kuis, karya siswa, prestasi atau penampilan siswa, demonstrasi,

laporan, jurnal, hasil tes tulis dan karya tulis.

      Penerapan CTL dalam kelas secara garis besar, langkahnya adalah sebagai berikut ini.

(Direktorat PLP, 2003: 10)


1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja

    sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan

    barunya.

2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4) Ciptakan „masyarakat belajar‟ (belajar dalam kelompok-kelompok)

5) Hadirkan „model‟ sebagai contoh pembelajaran.

6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

     Adapun penerapan CTL didalam kelas yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :


NO                        GURU                                      SISWA

1     Guru memaparkan tujuan intruksional Siswa memahami indikator yang
      dan indikator yang harus dicapai agar akan dicapai dalam kegiatan belajar
      dapat memberi motivasi yang kuat pada yang           dilalui      pada      pertemuan
      siswa untuk belajar.                         tersebut.

2     Guru      Membagi      siswa    dalam   lima Siswa berkumpul dengan masing-
      kelompok       dengan          masing-masing masing anggota kelompok yang
      kelompok terdiri dari 7-8 orang              telah ditetapkan guru.

3     Guru menjelaskan pembelajaran CTL            Siswa          memahami           tujuan
                                                   pembelajaran CTL pada materi yang
                                                   diajarkan guru.

4     Guru menyediakan waktu yang cukup Siswa                  mengidentifikasi    masalah,
      untuk mengidentifikasi masalah, mencari berdiskusi, melakukan percobaan,
      solusi,    mendeksripsikan,       melakukan dan      menghubungkan penerapan
      metode, dan mengkaji kembali serta materi dengan kehidupan sehari-
      mengevaluasi        untuk       memecahkan hari.
      masalah tersebut.

5     Guru memberi kesempatan kepada siswa Siswa                mendapatkan        jawaban
untuk menetapkan jawaban sementara sementara         dari   hasil     diskusi
    dari hasil diskusi terhadap masalah kelompok masing-masing.
    tersebut.

6   Guru bersama siswa menguji kebenaran Siswa        bersama   guru     menguji
    jawaban sementara tersebut.           kebenaran       jawaban       sementara
                                          tersebut.

7   Guru        bersama   siswa   menarik Siswa       bersama   guru     menarik
    kesimpulan.                           kesimpulan.

8   Guru melakukan refleksi kepada siswa Siswa dapat melakukan refleksi dan
    dan mengevaluasi.                     menyelesaikan evaluasi dari guru.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

                                                   (RPP)

Mata Pelajaran             : Matematika

Kelas/Semester             : VIII/1(satu)

Pertemuan Ke-              :1

Alokasi Waktu              : 2 Jam pelajaran (2x 40 menit)

Standar Kompetensi : Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus

Kompetensi Dasar           : 1.1 Melakukan operasi aljabar

Indikator                  : Menyelesaikan operasi tambah, kurang pada bentuk aljabar


I.       Materi Ajar
       - Bentuk Aljabar

II.     Metode Pembelajaran

       Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

       Metode       : Eksperimen, Diskusi, dan Tanya jawab

III.    Langkah-Langkah Pembelajaran
        a. Kegiatan Pendahuluan (5 menit)
            Guru membuka pelajaran dengan apersepsi yaitu menyampaikan tujuan pembelajaran
            dan memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang pentingnya
            mempelajari materi ini.
        b. Kegiatan Inti (65 menit)

Kegiatan               Kegiatan Guru                         Kegiatan Siswa
Pembelajaran
1. Eksplorasi           - Membimbing peserta didik dalam     - Peserta didik membentuk
       (15 menit)         pembentukan kelompok.                kelompok.
                        - Memotivasi peserta didik untuk
                          memahami proses pembelajaran
melalui pendekatan CTL.
2. Elaborasi        - Memberikan arahan dan petunjuk        - Peserta didik (dibimbing guru)
   (40 menit)         kepada siswa dalam melakukan            melakukan     eksperimen     untuk
                      eksperimen.                             menghitung operasi jumlah dan
                    - Membimbing siswa dalam                  selisih aljabar dengan membuat
                      menemukan sendiri operasi               model variable pada potongan
                      bentuk aljabar menggunakan              kertas      dan      menyusunnya
                      model potongan kertas yang              berdasarkan bentuk yang sama
                      telah diberi tanda untuk tiap           kemudian menghapus pasangan
                      variable.                               model yang bernilai nol. Sehingga
                    - Memberikan kuis atau soal               didapat hasil operasi aljabar yaitu
                      latihan.                                sisa dari model potongan kertas
                                                              tersebut.
                                                            - Peserta didik (dibimbing guru)
                                                              melakukan diskusi kelas dari hasil
                                                              eksperimen yang dilakukan.
3. Konfirmasi       - Memberi penilaian terhadap hasil       - Dapat menerima perbedaan
   (10 menit)         diskusi.                                 pendapat dalam diskusi.
                    - Memancing peserta didik untuk          - Menjawab pertanyaan yang
                      bertanya dengan bertanya kepada          diberikan guru.
                      paserta didik masalah yang sulit.
                    - Sebagai narasumber dan
                      fasilitator bagi peserta didik yang
                      mengalami kesulitan.
                    - Memberi pujian bagi kelompok
                      yang aktif dan member motivasi
                      bagi kelompok yang kurang aktif.
     c. Kegiatan Penutup (10 menit)
        Guru :
          -     Mengajukan beberapa pertanyaan tentang materi aljabar
          -     Membimbing peserta didik merangkum materi pembelajaran
-      Memberikan PR sebagai penugasan terstruktur tentang materi aljabar

IV.   Alat dan Bahan Belajar

           Alat-alat/Bahan : Bahan eksperimen : Potongan kertas karton

           Sumber : Buku Belajar Matematika untuk SMP/MTs (Diknas)

           Sarana/Media : papan tulis, chart, model

V.    Penilaian
           -      Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan saat Tanya jawab atau diskusi,
                  kinerja keterampilan dalam melakukan demonstrasi atau peragaan serta penilaian sikap,
                  minat, dan tingkah laku siswa didalam kelas.
           -      Presentasi didepan kelas
           -      Kuis
           -      Tugas
LEMBAR KERJA SISWA – 1

                                        LINGKARAN

KELOMPOK             :

ANGGOTA KELOMPOK: 1.

                         2.

                         3.

                         4.

                         5.

                         6.

                         7.

                         8.

KELAS                :

Standar Kompetensi : Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus

Kompetensi Dasar     : 1.1 Melakukan operasi aljabar

Indikator            : Menyelesaikan operasi tambah, kurang pada bentuk aljabar


Kerjakan Bersama-sama
Untuk memudahkan memahami cara menyederhanakan bentuk aljabar, kita dapat
menggunakan bantuan model. Model yang digunakan di sini dinamakan ubin aljabar.
Alat dan Bahan         :

          -     Potongan kertas karton yang telah diberi nama sesuai variable yaitu 2x-5-3x+1




Langkah kerja          :

          -     Susun potongan model kertas yang telah diberi nama sesuai bentuk aljabar
                pada soal.
          -     Sederahanakan model tersebut dengan cara mengelompokkan model-model
                sejenis.
          -     Jika pada pengelompokkan itu terdapat pasangan nol (pasangan positif dan
                negative), maka semua pasangan nol yang ada dihapus, atau dikeluarkan dari
                susunan kelompok model.
          -     Susunan model variable yang tersisa merupakan hasil dari operasi aljabar
                tersebut.




Jadi bentuk sederhana dari 2x-3x-5+1 adalah …………….

Selanjutnya selesaikan dan diskusikan bentuk aljabar berikut menggunakan ubin aljabar !

1. Tuliskan bentuk-bentuk aljabar berikut dalam bentuk yang paling sederhana.
        a. 4x - 2x
        b. 5 + 2x - 1
        c. 3x - 6x + 4
        d. 8 + 3x - x - 6

2. Gunakanlah juga model ubin aljabar untuk menyederhanakan –y + 5 + 3y – 4.
Penyelesaian :
Tugas Desain Pembelajaran

More Related Content

What's hot

RUANG KOLABORASI-TOPIK 3, kelompok 5.pptx
RUANG KOLABORASI-TOPIK 3, kelompok 5.pptxRUANG KOLABORASI-TOPIK 3, kelompok 5.pptx
RUANG KOLABORASI-TOPIK 3, kelompok 5.pptx
CiciPRahmawati
 
Eksplorasi Konsep Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.pdf
Eksplorasi Konsep Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.pdfEksplorasi Konsep Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.pdf
Eksplorasi Konsep Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.pdf
Delindaheaven
 
1. konsep bilangan berpangkat, bentuk akar dan logaritma
1.    konsep bilangan berpangkat, bentuk akar dan logaritma1.    konsep bilangan berpangkat, bentuk akar dan logaritma
1. konsep bilangan berpangkat, bentuk akar dan logaritma
darmawati20
 
Instrumen Penilaian Hasil Belajar Nontes dalam Pembelajaran Matematika di SD
Instrumen Penilaian Hasil Belajar Nontes dalam Pembelajaran Matematika di SDInstrumen Penilaian Hasil Belajar Nontes dalam Pembelajaran Matematika di SD
Instrumen Penilaian Hasil Belajar Nontes dalam Pembelajaran Matematika di SD
NASuprawoto Sunardjo
 
Sintaks model pembelajaran penemuan terbimbing
Sintaks model pembelajaran penemuan terbimbingSintaks model pembelajaran penemuan terbimbing
Sintaks model pembelajaran penemuan terbimbing
Dewi Scholichati Nurjannah
 
Model pembelajaran terpadu
Model pembelajaran terpaduModel pembelajaran terpadu
Model pembelajaran terpadu
Anwar Sanusi
 
Makalah Prinsip Fleksibilitas
Makalah Prinsip FleksibilitasMakalah Prinsip Fleksibilitas
Makalah Prinsip Fleksibilitas
Dedy Wiranto
 
Bab i 7. operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan
Bab i   7. operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahanBab i   7. operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan
Bab i 7. operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan
Muhammad Alfiansyah Alfi
 
01 Kurikulum Merdeka dan Perencanaan Pembelajaran.pptx
01 Kurikulum Merdeka dan Perencanaan Pembelajaran.pptx01 Kurikulum Merdeka dan Perencanaan Pembelajaran.pptx
01 Kurikulum Merdeka dan Perencanaan Pembelajaran.pptx
RatnaFitriani15
 
Bagan DT Koneksi Antar Materi-1.pdf
Bagan DT Koneksi Antar Materi-1.pdfBagan DT Koneksi Antar Materi-1.pdf
Bagan DT Koneksi Antar Materi-1.pdf
RickyRisma1
 
Topik 2.pdf
Topik 2.pdfTopik 2.pdf
Topik 2.pdf
NurAiniAlthafunnisa
 
MODUL AJAR SD GEOMETRI FASE C KELAS 5 JARING-JARING BANGUN KUBUS DAN BALOK (m...
MODUL AJAR SD GEOMETRI FASE C KELAS 5 JARING-JARING BANGUN KUBUS DAN BALOK (m...MODUL AJAR SD GEOMETRI FASE C KELAS 5 JARING-JARING BANGUN KUBUS DAN BALOK (m...
MODUL AJAR SD GEOMETRI FASE C KELAS 5 JARING-JARING BANGUN KUBUS DAN BALOK (m...
Muhammad Iqbal
 
Rangkuman materi Transformasi Kesebangunan
Rangkuman materi Transformasi KesebangunanRangkuman materi Transformasi Kesebangunan
Rangkuman materi Transformasi Kesebangunan
Nia Matus
 
Teknologi (Model ASSURE) topik 3.pptx
Teknologi (Model ASSURE) topik 3.pptxTeknologi (Model ASSURE) topik 3.pptx
Teknologi (Model ASSURE) topik 3.pptx
RickyRisma1
 
Model ASSURE sebagai Rujukan untuk Pemilihan Media
Model ASSURE sebagai Rujukan untuk Pemilihan MediaModel ASSURE sebagai Rujukan untuk Pemilihan Media
Model ASSURE sebagai Rujukan untuk Pemilihan Media
dindinamuiz
 
Daya pembeda & tingkat kesukaran
Daya pembeda & tingkat kesukaranDaya pembeda & tingkat kesukaran
Daya pembeda & tingkat kesukaran
Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Cirebon
 
Integrasi nilai budaya pada pembelajaran matematika
Integrasi nilai budaya pada pembelajaran matematikaIntegrasi nilai budaya pada pembelajaran matematika
Integrasi nilai budaya pada pembelajaran matematika
rezkya agung
 
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
Nia Matus
 
Dimensi dan struktur pendidikan ips
Dimensi dan struktur pendidikan ipsDimensi dan struktur pendidikan ips
Dimensi dan struktur pendidikan ips
Ahmad Zainuddin
 
Tugas Presentasi Topik 2 (Lanjutan).pptx
Tugas Presentasi Topik 2 (Lanjutan).pptxTugas Presentasi Topik 2 (Lanjutan).pptx
Tugas Presentasi Topik 2 (Lanjutan).pptx
VidyaMatarani2
 

What's hot (20)

RUANG KOLABORASI-TOPIK 3, kelompok 5.pptx
RUANG KOLABORASI-TOPIK 3, kelompok 5.pptxRUANG KOLABORASI-TOPIK 3, kelompok 5.pptx
RUANG KOLABORASI-TOPIK 3, kelompok 5.pptx
 
Eksplorasi Konsep Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.pdf
Eksplorasi Konsep Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.pdfEksplorasi Konsep Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.pdf
Eksplorasi Konsep Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.pdf
 
1. konsep bilangan berpangkat, bentuk akar dan logaritma
1.    konsep bilangan berpangkat, bentuk akar dan logaritma1.    konsep bilangan berpangkat, bentuk akar dan logaritma
1. konsep bilangan berpangkat, bentuk akar dan logaritma
 
Instrumen Penilaian Hasil Belajar Nontes dalam Pembelajaran Matematika di SD
Instrumen Penilaian Hasil Belajar Nontes dalam Pembelajaran Matematika di SDInstrumen Penilaian Hasil Belajar Nontes dalam Pembelajaran Matematika di SD
Instrumen Penilaian Hasil Belajar Nontes dalam Pembelajaran Matematika di SD
 
Sintaks model pembelajaran penemuan terbimbing
Sintaks model pembelajaran penemuan terbimbingSintaks model pembelajaran penemuan terbimbing
Sintaks model pembelajaran penemuan terbimbing
 
Model pembelajaran terpadu
Model pembelajaran terpaduModel pembelajaran terpadu
Model pembelajaran terpadu
 
Makalah Prinsip Fleksibilitas
Makalah Prinsip FleksibilitasMakalah Prinsip Fleksibilitas
Makalah Prinsip Fleksibilitas
 
Bab i 7. operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan
Bab i   7. operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahanBab i   7. operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan
Bab i 7. operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan
 
01 Kurikulum Merdeka dan Perencanaan Pembelajaran.pptx
01 Kurikulum Merdeka dan Perencanaan Pembelajaran.pptx01 Kurikulum Merdeka dan Perencanaan Pembelajaran.pptx
01 Kurikulum Merdeka dan Perencanaan Pembelajaran.pptx
 
Bagan DT Koneksi Antar Materi-1.pdf
Bagan DT Koneksi Antar Materi-1.pdfBagan DT Koneksi Antar Materi-1.pdf
Bagan DT Koneksi Antar Materi-1.pdf
 
Topik 2.pdf
Topik 2.pdfTopik 2.pdf
Topik 2.pdf
 
MODUL AJAR SD GEOMETRI FASE C KELAS 5 JARING-JARING BANGUN KUBUS DAN BALOK (m...
MODUL AJAR SD GEOMETRI FASE C KELAS 5 JARING-JARING BANGUN KUBUS DAN BALOK (m...MODUL AJAR SD GEOMETRI FASE C KELAS 5 JARING-JARING BANGUN KUBUS DAN BALOK (m...
MODUL AJAR SD GEOMETRI FASE C KELAS 5 JARING-JARING BANGUN KUBUS DAN BALOK (m...
 
Rangkuman materi Transformasi Kesebangunan
Rangkuman materi Transformasi KesebangunanRangkuman materi Transformasi Kesebangunan
Rangkuman materi Transformasi Kesebangunan
 
Teknologi (Model ASSURE) topik 3.pptx
Teknologi (Model ASSURE) topik 3.pptxTeknologi (Model ASSURE) topik 3.pptx
Teknologi (Model ASSURE) topik 3.pptx
 
Model ASSURE sebagai Rujukan untuk Pemilihan Media
Model ASSURE sebagai Rujukan untuk Pemilihan MediaModel ASSURE sebagai Rujukan untuk Pemilihan Media
Model ASSURE sebagai Rujukan untuk Pemilihan Media
 
Daya pembeda & tingkat kesukaran
Daya pembeda & tingkat kesukaranDaya pembeda & tingkat kesukaran
Daya pembeda & tingkat kesukaran
 
Integrasi nilai budaya pada pembelajaran matematika
Integrasi nilai budaya pada pembelajaran matematikaIntegrasi nilai budaya pada pembelajaran matematika
Integrasi nilai budaya pada pembelajaran matematika
 
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
 
Dimensi dan struktur pendidikan ips
Dimensi dan struktur pendidikan ipsDimensi dan struktur pendidikan ips
Dimensi dan struktur pendidikan ips
 
Tugas Presentasi Topik 2 (Lanjutan).pptx
Tugas Presentasi Topik 2 (Lanjutan).pptxTugas Presentasi Topik 2 (Lanjutan).pptx
Tugas Presentasi Topik 2 (Lanjutan).pptx
 

Similar to Tugas Desain Pembelajaran

Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis MasalahLaporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Nailul Hasibuan
 
Pendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstualPendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstualRomi Afrizal
 
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinciContoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Maryanto Sumringah SMA 9 Tebo
 
Pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstualPembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstual
putri-uki
 
Skripsi yang benar
Skripsi yang benarSkripsi yang benar
Skripsi yang benar
warnie Tumorang Pande
 
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialBab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialAri Sanjaya
 
Isi
IsiIsi
14. bab i
14. bab i14. bab i
14. bab i
Teguh Panji
 
Pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstualPembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstualSyam Sheya
 
Soal ujian mid semester 2015 landasan
Soal ujian mid semester 2015 landasanSoal ujian mid semester 2015 landasan
Soal ujian mid semester 2015 landasan
Andriani Widi Astuti
 
Bahan bacaan 1.2 pengalaman belajar peserta didik sekolah dasar
Bahan bacaan 1.2  pengalaman  belajar  peserta didik sekolah dasarBahan bacaan 1.2  pengalaman  belajar  peserta didik sekolah dasar
Bahan bacaan 1.2 pengalaman belajar peserta didik sekolah dasar
Äkäñx Këyñå
 
pengalaman belajar peserta didik sekolah dasar
pengalaman  belajar  peserta didik sekolah dasarpengalaman  belajar  peserta didik sekolah dasar
pengalaman belajar peserta didik sekolah dasar
Tohir Haliwaza
 
Tugasan hbml (repaired)
Tugasan hbml (repaired)Tugasan hbml (repaired)
Tugasan hbml (repaired)
Cyn Deb
 
TUGAS 1 PDGK4205 PEMBELAJARAN TERPADU DI SD_DESI RAHMAWATI_857093259.pdf
TUGAS 1 PDGK4205 PEMBELAJARAN TERPADU DI SD_DESI RAHMAWATI_857093259.pdfTUGAS 1 PDGK4205 PEMBELAJARAN TERPADU DI SD_DESI RAHMAWATI_857093259.pdf
TUGAS 1 PDGK4205 PEMBELAJARAN TERPADU DI SD_DESI RAHMAWATI_857093259.pdf
DesiiRahmawatii1
 
Skripsi New
Skripsi NewSkripsi New
Skripsi New
guest88768b
 
UPAYA MWNINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KEATIF DAN ...
UPAYA MWNINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KEATIF DAN ...UPAYA MWNINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KEATIF DAN ...
UPAYA MWNINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KEATIF DAN ...
Muhammad Idris
 
Strategi Pembelajaran Kontextual
Strategi Pembelajaran KontextualStrategi Pembelajaran Kontextual
Strategi Pembelajaran Kontextual
PratiwiKartikaSari
 
Tajuk 4; konstruktivisme vs latih tubi
Tajuk 4; konstruktivisme vs latih tubiTajuk 4; konstruktivisme vs latih tubi
Tajuk 4; konstruktivisme vs latih tubi
Arachnis Flosaeris
 

Similar to Tugas Desain Pembelajaran (20)

Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis MasalahLaporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
 
Pendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstualPendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstual
 
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinciContoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
 
Pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstualPembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstual
 
Makalah dppm
Makalah dppmMakalah dppm
Makalah dppm
 
Skripsi yang benar
Skripsi yang benarSkripsi yang benar
Skripsi yang benar
 
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialBab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
 
Isi
IsiIsi
Isi
 
14. bab i
14. bab i14. bab i
14. bab i
 
Pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstualPembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstual
 
Soal ujian mid semester 2015 landasan
Soal ujian mid semester 2015 landasanSoal ujian mid semester 2015 landasan
Soal ujian mid semester 2015 landasan
 
Bahan bacaan 1.2 pengalaman belajar peserta didik sekolah dasar
Bahan bacaan 1.2  pengalaman  belajar  peserta didik sekolah dasarBahan bacaan 1.2  pengalaman  belajar  peserta didik sekolah dasar
Bahan bacaan 1.2 pengalaman belajar peserta didik sekolah dasar
 
pengalaman belajar peserta didik sekolah dasar
pengalaman  belajar  peserta didik sekolah dasarpengalaman  belajar  peserta didik sekolah dasar
pengalaman belajar peserta didik sekolah dasar
 
Tugasan hbml (repaired)
Tugasan hbml (repaired)Tugasan hbml (repaired)
Tugasan hbml (repaired)
 
TUGAS 1 PDGK4205 PEMBELAJARAN TERPADU DI SD_DESI RAHMAWATI_857093259.pdf
TUGAS 1 PDGK4205 PEMBELAJARAN TERPADU DI SD_DESI RAHMAWATI_857093259.pdfTUGAS 1 PDGK4205 PEMBELAJARAN TERPADU DI SD_DESI RAHMAWATI_857093259.pdf
TUGAS 1 PDGK4205 PEMBELAJARAN TERPADU DI SD_DESI RAHMAWATI_857093259.pdf
 
Skripsi New
Skripsi NewSkripsi New
Skripsi New
 
UPAYA MWNINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KEATIF DAN ...
UPAYA MWNINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KEATIF DAN ...UPAYA MWNINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KEATIF DAN ...
UPAYA MWNINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KEATIF DAN ...
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Strategi Pembelajaran Kontextual
Strategi Pembelajaran KontextualStrategi Pembelajaran Kontextual
Strategi Pembelajaran Kontextual
 
Tajuk 4; konstruktivisme vs latih tubi
Tajuk 4; konstruktivisme vs latih tubiTajuk 4; konstruktivisme vs latih tubi
Tajuk 4; konstruktivisme vs latih tubi
 

More from Rieno Septra Nery

Tugas ICT
Tugas ICTTugas ICT
Tugas Statistika
Tugas StatistikaTugas Statistika
Tugas Statistika
Rieno Septra Nery
 
Contoh Angket Sikap
Contoh Angket SikapContoh Angket Sikap
Contoh Angket Sikap
Rieno Septra Nery
 

More from Rieno Septra Nery (6)

Tugas ICT
Tugas ICTTugas ICT
Tugas ICT
 
Tugas Statistika
Tugas StatistikaTugas Statistika
Tugas Statistika
 
RPP PMRI
RPP PMRIRPP PMRI
RPP PMRI
 
Soal UN SD 2013
Soal UN SD 2013Soal UN SD 2013
Soal UN SD 2013
 
Contoh Angket Sikap
Contoh Angket SikapContoh Angket Sikap
Contoh Angket Sikap
 
Laporan Tugas PMRI
Laporan Tugas PMRILaporan Tugas PMRI
Laporan Tugas PMRI
 

Recently uploaded

Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
fadlurrahman260903
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
sitispd78
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
SdyokoSusanto1
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudahrefleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
muhamadsufii48
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
MashudiMashudi12
 
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
nimah111
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
OcitaDianAntari
 
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
DrEngMahmudKoriEffen
 
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
abdinahyan
 
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
asepridwan50
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
irvansupriadi44
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
RUBEN Mbiliyora
 

Recently uploaded (20)

Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudahrefleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
 
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
 
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
 
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
 
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
 

Tugas Desain Pembelajaran

  • 1. I. PENDAHULUAN Dalam UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, disebutkan “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolah tentu memiliki peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang diamanahkan Undang-Undang. Karena matematika merupakan mata pelajaran yang membekali peserta didik dengan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Adapun tujuan pendidikan matematika sebagaimana yang terdapat di dalam kurikulum KTSP mata pelajaran matematika (dalam Depdiknas, 2006), yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
  • 2. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut, profesionalisme guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sangat dituntut. Oleh karena itu, guru harus mampu mendesain pembelajaran matematika dengan metode atau pendekatan yang mampu membelajarkan siswa, siswa sebagai subjek belajar bukan lagi objek belajar. Sehingga efek dari pembelajaran matematika tersebut akan menjadikan siswa memiliki kemampuan penalaran, komunikasi, koneksi, dan mampu memecahkan masalah. Pendidikan matematika merupakan salah satu fondasi dari kemampuan sains dan teknologi. Pemahaman terhadap matematika, dari kemampuan yang bersifat keahlian sampai kepada pemahaman yang bersifat apresiatif akan berhasil mengembangkan kemampuan sains dan teknologi yang cukup tinggi (Buchori, 2001:120-121). Mengingat pentingnya matematika dalam pengembangan generasi melalui kemampuan mengadopsi maupun mengadakan inovasi sains dan teknologi di era globalisasi, maka tidak boleh dibiarkan adanya anak-anak muda yang buta matematika. Kebutaan matematika yang dibiarkan menjadi suatu kebiasaan, membuat masyarakat kehilangan kemampuan berpikir secara disipliner dalam menghadapi masalah – masalah nyata. Proses pembelajaran membutuhkan metode yang tepat. Kesalahan menggunakan metode, dapat menghambat tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan. Dampak yang lain adalah rendahnya kemampuan bernalar siswa dalam pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena dalam proses siswa kurang dilibatkan dalam situasi optimal untuk belajar, pembelajaran cenderung berpusat pada guru, dan klasikal. Selain itu siswa kurang dilatih untuk
  • 3. menganalisis permasalahan matematika, jarang sekali siswa menyampaikan ide untuk menjawab pertanyaan bagaimana proses penyelesaian soal yang dilontarkan guru. Dari beberapa model pembelajaran, ada model pembelajaran yang menarik dan dapat memicu peningkatan penalaran siswa yaitu model pembelajaran CTL. Pada dasarnya, pembelajaran CTL adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademik dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Dalam pembelajaran ini siswa harus dapat mengembangkan ketrampilan dan pemahaman konsep matematika untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran matematika mempunyai tujuan yang sangat luas, salah satu tujuannya adalah agar siswa memiliki keterampilan menghubungkan matematika dengan kehidupan sehari-hari dan menerapkannya dalam soal-soal. Dengan demikian penggunaan model pembelajaran CTL perlu diberikan oleh guru dalam proses belajar, agar dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik. Belajar dengan model pembelajaran CTL akan mampu mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah serta mengambil keputusan secara objektif dan rasional. Disamping itu juga akan mampu mengembangkan kemampuan berfikir kritis, logis, dan analitis. Karena itu siswa harus benar-benar dilatih dan dibiasakan berfikir secara kritis dan mandiri. Dengan menggunakan model pembelajaran CTL diharapkan siswa mampu menyelesaikan soal–soal matematika. Tantangan yang dihadapi para pendidik untuk anak sekolah tingkat SMP/MTs adalah kondisi anak yang pada usia tersebut berada dalam kondisi masih senang bermain-main, tertawa, bercanda. Sehingga ilmu yang diberikan oleh guru tidak tertransfer dengan baik. Maka belajar dengan CTL dapat membuat siswa tetap merasakan bermain sambil belajar. Karena ciri dari
  • 4. kelas CTL adalah siswa saling bekerjasama dengan menyenangkan, mengasyikkan, tidak membosankan (joyfull, comfortable), belajar dengan bergairah namun tetap pada pembelajaran yang terintegrasi dan menggunakan berbagai sumber siswa aktif. Penerapan model pembelajaran CTL dalam pembelajaran matematika khususnya pokok bahasan pecahan, melibatkan siswa untuk dapat berperan aktif dengan bimbingan guru, agar peningkatan kemampuan siswa dalam memahami konsep dapat terarah lebih baik. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka akan dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis Contextual Teaching and Learning untuk peningkatkan pemahaman konsep pecahan pada siswa kelas VII. II. Tinjauan Teori 2.1 Proses Belajar dan Pembelajaran Trianto (2010:16) mengemukakan bahwa belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Sedangkan pengalaman merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya. Jadi, belajar di sini diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri. (Trianto, 2010:16-17)
  • 5. Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam konteks inilah kemudian diperlukan kurikulum atau pengetahuan apa yang diinginkan siswa dan bagaimana cara efektif untuk mendapatkannya. Maka dibutuhkan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran yng disebut sebagai pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Dimana didalamnya suatu pendekatan pembelajaran mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Salah satu pendekatan dalam pembelajaran adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk memberdayakan siswa bukan hanya mengajar siswa. Untuk tujuan itulah, pendekatan Contextual Teaching and Learning diterapkan sebagai salah satu upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran agar tercapai dan tuntas sesuai yang diharapkan. 2.2 Pembelajaran Kontekstual 2.2.1 Pengertian Pembelajaran Kontekstual
  • 6. Beberapa pengertian pembelajaran kontekstual menurut para ahli pendidikan adalah sebagai berikut : (Kunandar, 2007: 295-296) a. Johnson (2002) mengartikan pembelajaran kontekstual adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya. b. The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning (2001) mengartikan pembelajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa memperkuat, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademisnya dalam berbagai latar sekolah dan diluar sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada dalam dunia nyata. Pembelajaran kontekstual terjadi ketika siswa menerapkan dan mengalami apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah riil yang berasosiasi dengan peranan dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat, siswa, dan selaku pekerja. c. Center on Education and Work at the University of Wisconsin Madison (2002) mengartikan pembelajaran kontekstual adalah suatu konsepsi belajar mengajar yang membantu guru menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, mwsyarakat, dan pekerja serta meminta ketekunan belajar. Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kontekstual ( Contextual Teaching and Learning atau CTL ) adalah konsep belajar yang membantu guru menghubungkan antara materi pelajaran yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
  • 7. penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Siswa memperolah pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas sedikit demi sedikit dan dari proses mengonstruksi sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat. 2.2.2 Elemen dan Karakter Pembelajaran Kontekstual (CTL) Menurut Zahorik (1995 dalam Direktorat PLP Depdiknas,2003: 7) ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual, yaitu : 1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada ( activating knowledge ). 2. Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya. 3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun (1) konsep sementara (hipotesis), (2) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan itu, (3) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan. 4. Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge). 5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut. Selain elemen pokok, pada CTL juga memiliki karakteristik yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya, yaitu: (1) kerja sama; (2) saling menunjang; (3) menyenangkan, mengasyikkan; (4) tidak membosankan (joyfull, comfortable); (5) belajar dengan bergairah; (6) pembelajaran terintegrasi; (7) menggunakan berbagai sumber siswa aktif. 2.3 Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu kontruktivisme(Contruktivisme), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat belajar (Learning community),
  • 8. pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), dan penilaian CTL yang sebenarnya (Authentic assessment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya, yaitu sebagai berikut : 1. Kontruktivisme Contructivisme (kontruktivisme) merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak serta merta. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa secara sadar dan menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat member siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yamh lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut. (Trianto, 2010 :28) Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses „mengkontruksi‟ bukan „menerima‟ pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan kostruktivis, strategi memperoleh
  • 9. lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: (Trianto, 2010 :113) 1. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, 2. Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, 3. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. Teori pembelajaran kontekstual berfokus pada multiaspek lingkungannbelajar diantaranya ruang kelas, laboratorium( IPA, IPS, Bahasa, Bengkel Kerja), laboratorium computer, tempat bekerja, maupun tempat-tempat lainnya (ladang, sungai, pasar, dan lainnya). Sehingga mendorong para guru untuk memilih dan mendesain lingkungan belajar yang dimungkinkan untuk mengaitkan berbagai bentuk pengalaman social, budaya, fisika, dan psikologi dalam mencapai hasil belajar. Didalam suatu lingkungan yang demikian, siswa menemui hubungan yang sangat bermakna antara ide-ide abstrak dan penerapan praktis di dalam konteks dunia nyata. Konsep dipahami melalui proses penemuan, pemberdayaan, dan hubungan. 2. Menemukan (Inquiry) Menemukan merupakan bagian inti dari pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri (Depdiknas, 2003). Menemukan atau inkuiri dapat diartikan juga sebagai proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu : 1) Merumuskan masalah ; 2) Mengajukan hipotesis; 3) Mengumpulkan data;
  • 10. 4) Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan; 5) Membuat kesimpulan. Melalui proses berpikir yang sistematis, diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah, rasional, dan logis untuk pembentukan kreativitas siswa. 3. Bertanya (Questioning) Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran kontekstual. Kegiatan bertanya digunakan oleh guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa sedangkan bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk : 1) Menggali informasi, baik administratif maupun akademis; 2) Mengecek pengetahuan awal siswa dan pemahaman siswa; 3) Membangkitkan respon kepada siswa; 4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa; 5) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru; 6) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; 7) Menyegarkan kembali pengetahuan siswa. 4. Masyarakat belajar (Learning Community) Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar itu diperoleh dari sharing antarsiswa, antarkelompok, dan antar yang sudah tahu dengan yang belum tahu tentang suatu materi. Setiap elemen masyarakat dapat juga berperan disini dengan berbagi pengalaman (Depdiknas, 2003).
  • 11. 5. Pemodelan (Modeling) Pemodelan dalam pembelajaran kontekstual merupakan sebuah keterampilan atau pengetahuan tertentu dan menggunakan model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Dalam arti guru memberi model tentang “bagaimana cara belajar”. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukanlah satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Menurut Bandura dan Walters, tingkah laku siswa baru dikuasai atau dipelajari mula-mula dengan mengamati dan meniru suatu model. Model yang dapat diamati atau ditiru siswa digolongkan menjadi : 1. Kehidupan yang nyata (real life), misalnya orang tua, guru, atau orang lain.; 2. Simbolik (symbolic), model yang dipresentasikan secara lisan, tertulis atau dalam bentuk gambar ; 3. Representasi (representation), model yang dipresentasikan dengan menggunakan alat-alat audiovisual, misalnya televisi dan radio. 6. Refleksi (Reflection) Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru. Struktur pengetahun yang baru ini merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahun yang baru diterima (Depdiknas, 2003). Pada kegiatan pembelajaran, refleksi dilakukan oleh seorang guru pada akhir pembelajaran. Guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi yang realisasinya dapat berupa :
  • 12. I. Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh pada pembelajaran yang baru saja dilakukan.; II. Catatan atau jurnal di buku siswa; III. Kesan dan saran mengenai pembelajaran yang telah dilakukan. 7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) Penilaian autentik merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa agar guru dapat memastikan apakah siswa telah mengalami proses belajar yang benar. Penilaian autentik menekankan pada proses pembelajaran sehingga data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Karakteristik authentic assessment menurut Depdiknas (2003) di antaranya: dilaksanakan selama dan sesudah proses belajar berlangsung, bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, yang diukur keterampilan dan sikap dalam belajar bukan mengingat fakta, berkesinambungan, terintegrasi, dan dapat digunakan sebagai feedback. Authentic assessment biasanya berupa kegiatan yang dilaporkan, PR, kuis, karya siswa, prestasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, hasil tes tulis dan karya tulis. Penerapan CTL dalam kelas secara garis besar, langkahnya adalah sebagai berikut ini. (Direktorat PLP, 2003: 10) 1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
  • 13. 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. 4) Ciptakan „masyarakat belajar‟ (belajar dalam kelompok-kelompok) 5) Hadirkan „model‟ sebagai contoh pembelajaran. 6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan. 7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Adapun penerapan CTL didalam kelas yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : NO GURU SISWA 1 Guru memaparkan tujuan intruksional Siswa memahami indikator yang dan indikator yang harus dicapai agar akan dicapai dalam kegiatan belajar dapat memberi motivasi yang kuat pada yang dilalui pada pertemuan siswa untuk belajar. tersebut. 2 Guru Membagi siswa dalam lima Siswa berkumpul dengan masing- kelompok dengan masing-masing masing anggota kelompok yang kelompok terdiri dari 7-8 orang telah ditetapkan guru. 3 Guru menjelaskan pembelajaran CTL Siswa memahami tujuan pembelajaran CTL pada materi yang diajarkan guru. 4 Guru menyediakan waktu yang cukup Siswa mengidentifikasi masalah, untuk mengidentifikasi masalah, mencari berdiskusi, melakukan percobaan, solusi, mendeksripsikan, melakukan dan menghubungkan penerapan metode, dan mengkaji kembali serta materi dengan kehidupan sehari- mengevaluasi untuk memecahkan hari. masalah tersebut. 5 Guru memberi kesempatan kepada siswa Siswa mendapatkan jawaban
  • 14. untuk menetapkan jawaban sementara sementara dari hasil diskusi dari hasil diskusi terhadap masalah kelompok masing-masing. tersebut. 6 Guru bersama siswa menguji kebenaran Siswa bersama guru menguji jawaban sementara tersebut. kebenaran jawaban sementara tersebut. 7 Guru bersama siswa menarik Siswa bersama guru menarik kesimpulan. kesimpulan. 8 Guru melakukan refleksi kepada siswa Siswa dapat melakukan refleksi dan dan mengevaluasi. menyelesaikan evaluasi dari guru.
  • 15. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : VIII/1(satu) Pertemuan Ke- :1 Alokasi Waktu : 2 Jam pelajaran (2x 40 menit) Standar Kompetensi : Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus Kompetensi Dasar : 1.1 Melakukan operasi aljabar Indikator : Menyelesaikan operasi tambah, kurang pada bentuk aljabar I. Materi Ajar - Bentuk Aljabar II. Metode Pembelajaran Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Metode : Eksperimen, Diskusi, dan Tanya jawab III. Langkah-Langkah Pembelajaran a. Kegiatan Pendahuluan (5 menit) Guru membuka pelajaran dengan apersepsi yaitu menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang pentingnya mempelajari materi ini. b. Kegiatan Inti (65 menit) Kegiatan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Pembelajaran 1. Eksplorasi - Membimbing peserta didik dalam - Peserta didik membentuk (15 menit) pembentukan kelompok. kelompok. - Memotivasi peserta didik untuk memahami proses pembelajaran
  • 16. melalui pendekatan CTL. 2. Elaborasi - Memberikan arahan dan petunjuk - Peserta didik (dibimbing guru) (40 menit) kepada siswa dalam melakukan melakukan eksperimen untuk eksperimen. menghitung operasi jumlah dan - Membimbing siswa dalam selisih aljabar dengan membuat menemukan sendiri operasi model variable pada potongan bentuk aljabar menggunakan kertas dan menyusunnya model potongan kertas yang berdasarkan bentuk yang sama telah diberi tanda untuk tiap kemudian menghapus pasangan variable. model yang bernilai nol. Sehingga - Memberikan kuis atau soal didapat hasil operasi aljabar yaitu latihan. sisa dari model potongan kertas tersebut. - Peserta didik (dibimbing guru) melakukan diskusi kelas dari hasil eksperimen yang dilakukan. 3. Konfirmasi - Memberi penilaian terhadap hasil - Dapat menerima perbedaan (10 menit) diskusi. pendapat dalam diskusi. - Memancing peserta didik untuk - Menjawab pertanyaan yang bertanya dengan bertanya kepada diberikan guru. paserta didik masalah yang sulit. - Sebagai narasumber dan fasilitator bagi peserta didik yang mengalami kesulitan. - Memberi pujian bagi kelompok yang aktif dan member motivasi bagi kelompok yang kurang aktif. c. Kegiatan Penutup (10 menit) Guru : - Mengajukan beberapa pertanyaan tentang materi aljabar - Membimbing peserta didik merangkum materi pembelajaran
  • 17. - Memberikan PR sebagai penugasan terstruktur tentang materi aljabar IV. Alat dan Bahan Belajar Alat-alat/Bahan : Bahan eksperimen : Potongan kertas karton Sumber : Buku Belajar Matematika untuk SMP/MTs (Diknas) Sarana/Media : papan tulis, chart, model V. Penilaian - Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan saat Tanya jawab atau diskusi, kinerja keterampilan dalam melakukan demonstrasi atau peragaan serta penilaian sikap, minat, dan tingkah laku siswa didalam kelas. - Presentasi didepan kelas - Kuis - Tugas
  • 18. LEMBAR KERJA SISWA – 1 LINGKARAN KELOMPOK : ANGGOTA KELOMPOK: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. KELAS : Standar Kompetensi : Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus Kompetensi Dasar : 1.1 Melakukan operasi aljabar Indikator : Menyelesaikan operasi tambah, kurang pada bentuk aljabar Kerjakan Bersama-sama Untuk memudahkan memahami cara menyederhanakan bentuk aljabar, kita dapat menggunakan bantuan model. Model yang digunakan di sini dinamakan ubin aljabar.
  • 19. Alat dan Bahan : - Potongan kertas karton yang telah diberi nama sesuai variable yaitu 2x-5-3x+1 Langkah kerja : - Susun potongan model kertas yang telah diberi nama sesuai bentuk aljabar pada soal. - Sederahanakan model tersebut dengan cara mengelompokkan model-model sejenis. - Jika pada pengelompokkan itu terdapat pasangan nol (pasangan positif dan negative), maka semua pasangan nol yang ada dihapus, atau dikeluarkan dari susunan kelompok model. - Susunan model variable yang tersisa merupakan hasil dari operasi aljabar tersebut. Jadi bentuk sederhana dari 2x-3x-5+1 adalah ……………. Selanjutnya selesaikan dan diskusikan bentuk aljabar berikut menggunakan ubin aljabar ! 1. Tuliskan bentuk-bentuk aljabar berikut dalam bentuk yang paling sederhana. a. 4x - 2x b. 5 + 2x - 1 c. 3x - 6x + 4 d. 8 + 3x - x - 6 2. Gunakanlah juga model ubin aljabar untuk menyederhanakan –y + 5 + 3y – 4.