SlideShare a Scribd company logo
2. INQUIRY 
Salah satu metode pembelajaran dalam matematika, yang sampai sekarang 
masih tetap dianggap sebagai metode yang cukup efektif adalah metode inquiry. 
Inquiry berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan (Trianto, 2007:135). 
David L. Haury dalam artikelnya, Teaching Science Through Inquiry (dalam Sutrisno: 
2008) mengutip definisi yang diberikan oleh Alfred Novak: inquiry merupakan tingkah 
laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional 
fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain, inquiry 
berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus pada pencarian 
pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu. 
Sund (dalam Trianto: 2007) menyatakan bahwa discovery merupakan bagian 
dari inquiry, atau inquiry merupakan perluasan proses discovery yang digunakan 
lebih mendalam. Inquiry sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk 
mencari atau memahami informasi. Gulo (dalam Trianto: 2007) menyatakan strategi 
inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal 
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, 
logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan 
penuh percaya diri. 
Alasan rasional penggunaan metode inquiry adalah bahwa siswa akan 
mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai matematika dan akan lebih 
tertarik terhadap matematika jika mereka dilibatkan secara aktif dalam “melakukan” 
matematika. Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung 
metode inquiry. Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep 
matematika dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Diyakini 
bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berfikir ilmiah tersebut 
(Blosser dalam Sutrisno: 2008). 
Metode inquiry yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa terbukti dapat 
meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap Matematika dan Sains 
(Haury dalam Sutrisno: 2008). Dalam makalahnya Haury menyatakan bahwa 
metode inquiry membantu perkembangan antara lain scientific literacy dan 
pemahaman proses-proses ilmiah, pengetahuan vocabulary dan pemahaman
konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif. Dapat disebutkan bahwa metode inquiry 
tidak saja meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam 
matematika saja, melainkan juga membentuk sikap keilmiahan dalam diri siswa. 
Selanjutnya, metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya 
menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses 
pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas 
dalam memecahkan masalah (Sutrisno: 2008). Siswa benar-benar ditempatkan 
sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode 
inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih 
masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun 
dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas 
guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka 
memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi 
intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi 
(Sagala, 2004). 
Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode pembelajaran inquiry sangat 
beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan 
bahwa pembelajaran dengan metode inquiry (Garton dalam Sutrisno: 2008) memiliki 
5 komponen yang umum yaitu 
Question, Student Engangement,  Cooperative 
Interaction, Performance Evaluation,  dan Variety of 
Resources 
1. Question. Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan 
pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa 
akan suatu fenomena. Untuk memudahkan proses ini, guru menanayakan 
kepada siswa mengenai hipotesis yang memungkinkan. Dari semua gagasan 
yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan 
yang diberi. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan 
sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa. 
Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang 
harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini – sesuai
dengan Taxonomy Bloom – siswa dituntut untuk melakukan beberapa 
langkah seperti evaluasi, sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti 
tidak dapat ditemukan misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat 
atau dikonstruksi.2. Student Engangement. 
Dalam metode inquiry, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan 
sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif 
menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada 
akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah 
produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau 
dalam melakukan sebuah investigasi.3. Cooperative Interaction. 
Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, 
dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang 
berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam 
berbagai bentuk, dan mungkin saja semua jawaban benar.4. Performance 
Evaluation. 
Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah 
produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang 
sedang dipecahkan. Bentuk produk ini dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, 
karangan, dan lain-lain. 
5. Variety of Resources. Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber 
belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan 
ahli, dan lain sebagainya. 
Metode inquiry salah satu strategi pembelajaran yang memungkinkan para 
peserta didik mendapatkan jawabannya sendiri. Metode pembelajaran ini dalam 
penyampaian bahan pelajarannya tak dalam bentuk final dan tak langsung. Artinya, 
dalam metode inquiry peserta didik sendiri diberi peluang untuk mencari, meneliti 
dan memecahkan jawaban, menggunakan teknik pemecahan masalah. 
Pendekatan dan strategi pembelajaran saat ini diharapkan lebih menekankan 
agar siswa dipandang sebagai subjek belajar. Konsep ini bertujuan hasil 
pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung 
alamiah, siswa ‘bekerja’ dan mengalami, bukan berupa transfer pengetahuan dari 
guru ke siswa. Pendidikan tak lagi berpusat pada lembaga atau pengajar yang 
hanya mencetak lulusan kurang berkualitas, tapi berpusat pada peserta didik.
Pendekatan inquiry adalah pendekatan mengajar di mana siswa merumuskan 
masalah, mendesain eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data sampai 
mengambil keputusan sendiri. 
Pendekatan inquiry harus memenuhi empat kriteria ialah kejelasan, 
kesesuaian, ketepatan dan kerumitannya. Setelah guru mengundang siswa untuk 
mengajukan masalah yang erat hubungannya dengan pokok bahasan yang akan 
diajarkan, siswa akan terlibat dalam kegiatan inquiry dengan melalui 5 fase ialah: 
Fase 1 : Siswa menghadapi masalah yang dianggap oleh siswa 
memberikan tantangan untuk diteliti. 
Fase 2 : Siswa melakukan pengumpulan data untuk menguji 
kondisi, sifat khusus dari objek teliti dan pengujian terhadap situasi 
masalah yang dihadapi. 
Fase 3 : siswa mengumpulkan data untuk memisahkan variabel 
yang relevan, berhipotesis dan bereksperimen untuk menguji hipotesis 
sehingga diperoleh hubungan sebab akibat. 
Fase 4 : merumuskan penemuan inquiry hingga diperoleh 
penjelasan, pernyataan, atau prinsip yang lebih formal. 
Fase 5 : melakukan analisis terhadap proses inquiry, strategi yang 
dilakukan oleh guru maupun siswa. Analisis diperlukan untuk 
membantu siswa terarah pada mencari sebab akibat. 
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Inquiry, merupakan perluasan dari 
discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya, inquiry mengandung proses 
mental yang lebih tinggi tingkatannya. Misalnya: Merumuskan problema, merancang 
eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, 
membuat kesimpulan dan sebagainya. 
3. DISCOVERY (PENEMUAN TERBIMBING) 
. DR. J. Richard Suchman (dalam Widdiharto: 2004) mencoba mengalihkan 
kegiatan belajar-mengajar dari situasi yang didominasi guru ke situasi yang 
melibatkan siswa dalam proses mental melalui tukar pendapat yang berwujud
diskusi, seminar, dan sebagainya. Salah satu bentuknya disebut Guided Discovery 
Lesson (pelajaran dengan penemuan terpimpin) 
Discovery (penemuan terbimbing) sering dipertukarkan pemakainnya dengan 
inquiry (penyelidikan). Sund berpendapat bahwa discovery (penemuan terbimbing) 
adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu 
prinsip. Proses mental, misalnya: mengamati, menjelaskan, mengelompokkan, 
membuat kesimpulan dan sebagainya. Sedangkan konsep misalnya: lingkaran, 
segitiga, x < y, dan sebagainya. Prinsip misalnya: “ kuadrat sisi miring pada segitiga 
siku-siku sama dengan jumlah kuadrat sisi siku-sikunya” 
Selanjutnya Sund mengatakan bahwa penggunaan discovery dalam batas-batas 
tertentu adalah baik untuk kelas-kelas rendah, sedangkan inquiry baik untuk 
siswa-siswa di kelas yang lebih tinggi. 
Sebagai model pembelajaran dari sekian banyak model pembelajaran yang 
ada, penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing 
siswa dimana ia diperlukan. Dalam model ini siswa didorong untuk berfikir sendiri, 
sehingga dapat “menemukan” prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang 
telah disediakan oleh guru. Sampai seberapa jauh siswa dibimbing, tergantung pada 
kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari. 
Dengan metode ini, siswa dihadapkan kepada situasi dimana ia bebas 
menyelidiki dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi dan mencoba-coba (trial and 
error) hendaknya dianjurkan. Guru bertindak sebagai penunjuk jalan, ia membantu 
siswa agar mempergunakan ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka 
pelajari sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Pengajuan 
pertanyaan yang tepat oleh guru akan merangsang kreativitas siswa dan membantu 
mereka dalam “menemukan” pengetahuan baru tersebut. 
Model ini membutuhkan waktu yang relatif banyak dalam pelaksanaannya, 
akan tetapi hasil belajar yang dicapai sebanding dengan waktu yang digunakan. 
Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila siswa dilibatkan secara 
langsung dalam proses pemahaman dan ‘mengkonstruksi’ sendiri konsep atau 
pengetahuan tersebut. Model ini bisa dilakukan baik secara perorangan maupun 
kelompok. 
Agar pelaksanaan penemuan terbimbing berjalan dengan efektif, beberapa 
langkah yang mesti ditempuh oleh guru matematika adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan 
data secukupnya, yang dinyatakan dengan pernyataan atau 
pertanyaan. Perumusan harus jelas, hindari pernyataan yang 
menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak 
salah. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan siswa melalui 
kegiatan tersebut perlu ditulis dengan jelas. 
2. Diskusi sebagai pengarahan sebelum siswa melakukan kegiatan. 
Alat/bahan perlu disediakan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam 
melaksanakan kegiatan. 
3. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, 
mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini 
bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. 
Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke 
arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS. 
4. Kegiatan metode penemuan oleh siswa berupa 
penyelidikan/percobaan untuk menemukan konsep-konsep atau 
prinsip-prinsip yang telah ditetapkan. 
5. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang 
dilakukannya. 
6. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat oleh siswa 
tersebut di atas diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk 
meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju 
arah yang hendak dicapai. 
7. Proses berpikir kritis perlu dijelaskan untuk menunjukkan adanya 
mental operasional siswa, yang diharapkan dalam kegiatan. Apabila 
telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, 
maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa 
untuk menyusunnya. Disamping itu perlu diiingat pula bahwa induksi 
tidak menjamin 100 % kebenaran konjektur. 
8. Setelah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru 
menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa 
apakah hasil penemuan itu benar. 
9. Perlu dikembangkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat 
terbuka, yang mengarah pada kegiatan yang dilakukan siswa.
10. Ada catatan guru yang meliputi penjelasan tentang hal-hal yang 
sulit dan factor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil terutama 
kalau penyelidikan mengalami kegagalan atau tak berjalan 
sebagaimana mestinya. 
Model Penemuan Terbimbing memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan 
dari Model Penemuan terbimbing adalah sebagai berikut: 
1. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan. 
2. Menumbuhkan sekaligus menamkan sikap inquiry (mencari-temukan). 
3. Mendukung kemampuan problem solving siswa 
4. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, 
dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia 
yang baik dan benar. 
5. Materi yang disajikan dapat mencapai tingkat kemampuan yang lebih tinggi 
dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses 
menemukannya (Marzano, dalam Widdiharto: 2004). 
Sementara itu kekurangannya (Widdiharto: 2004) adalah sebagai berikut: 
1. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama. 
2. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Dilapangan 
beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah. 
3. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya topik-topik 
yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan Model 
Penemuan Terbimbing 
http://refi07.wordpress.com/pendekatan-inquiry-dan-discovery/ 
Mengenai kelebihan dan kekurangan metode penemuan/discovery-inquiry diuraikan oleh 
Sudirman N, dkk (1992) sebagai berikut : 
Kelebihan metode penemuan/discovery-inquiry : 
1. Strategi pengajaran menjadi berubah dari yang bersifat penyajian informasi oleh guru 
kepada siswa sebagai penerima informasi yang baik tetapi proses mentalnya berkadar 
rendah, menjadi pengajaran yang menekankan kepada proses pengolahan informasi di 
mana siswa yang aktif mencari dan mengolah sendiri informasi yang kadar proses 
mentalnya lebih tinggi atau lebih banyak. 
2. Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar atau ide lebih baik. 
3. Membantu siswa dalam menggunakan ingatan dan dalam rangka transfer kepada 
siutuasi-situasi proses belajar yang baru. 
4. Mendorong siswa untuk berfikur dan bekerja atas inisiatifnya sendiri. 
5. Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar 
yang tida hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar.
6. Metode ini dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari sehingga 
retensinya 9tahan lama dalam ingatan) menjadi lebih baik. 
Kekurangan metode penemuan/discovery-inquiry : 
1. Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari 
guru apa adanya, ke arah membiasakan belajar mandiri dan berkelompok dengan 
mencari dan mengolah informasi sendiri. Mengubah kebiasaan bukanlah sesuatu yang 
mudah, apalagi kebiasaan yang telah bertahun-tahun dilakukan. 
2. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi 
informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar. Inipun 
bukan pekerjaan yang mudah karena umumnya guru merasa belum puas kalau tidak 
banyak menyajikan informasi (ceramah). 
3. Metode ini memberikan kebebasan pada siswa dalam belajar, tetapi tidak berarti 
menjamin bahwa siswa belajar dengan tekun, penuh aktivitas, dan terarah. 
4. Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih baik. 
Dalam kondisi siswa banyak (kelas besar) dan guru terbatas, agaknya metode ini sulit 
terlaksana dengan baik. 
Jenis-Jenis Metode Penemuan (Discovery-Inquiry) 
Moh. Amin (Sudirman N, 1992) menguraikan tentang tujuh jenis inquiry-discovery yang 
dapat diikuti sebagai berikut : 
1. Guided Discovery-Inquiry Lab. Lesson 
Sebagian perencanaan dibuat oleh guru. Selain itu guru menyediakan kesempatan bimbingan 
atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Dalam hal ini siswa tidak merumuskan 
problema, sementara petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat 
diberikan oleh guru. 
1. Modified Discovery-Inquiry 
Guru hanya memberikan problema saja. Biasanya disediakan pula bahan atau alat-alat yang 
diperlukan, kemudian siswa diundang untuk memecahkannya melalui pengamatan, eksplorasi 
dan atau melalui prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya. Pemecahan masalah 
dilakukan atas inisiatif dan caranya sendiri secara berkelompok atau perseorangan. Guru 
berperan sebagai pendorong, nara sumber, dan memberikan bantuan yang diperlukan untuk 
menjamin kelancaran proses belajar siswa. 
1. Free Inquiry 
Kegiatan free inquiry dilakukan setelah siswa mempelajarai dan mengerti bagaimana 
memecahkan suatu problema dan telah memperoleh pengetahuan cukup tentang bidang studi 
tertentu serta telah melakukan modified discovery-inquiry. Dalam metode ini siswa harus 
mengidentifikasi dan merumuskan macam problema yang akan dipelajari atau dipecahkan. 
1. Invitation Into Inquiry
Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan problema sebagaimana cara-cara yang lazim 
diikuti scientist. Suatu undangan (invitation) memberikan suatu problema kepada siswa, dan 
melalui pertanyaan masalah yang telah direncanakan dengan hati-hati mengundang siswa 
untuk melakukan beberapa kegiatan atau kalau mungkin, semua kegiatan sebagai berikut : 
merancang eksperimen, merumuskan hipotesis, menetapkan kontrol, menentukan sebab 
akibat, menginterpretasi datadan membuat grafik 
1. Inquiry Role Approach 
Inquiry Role Approach 
merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan siswa dalam tim-tim yang masing-masing 
terdiri tas empat anggota untuk memecahkan invitation into inquiry. Masing-masing 
anggota tim diberi tugas suatu peranan yang berbeda-beda sebagai berikut : koodinator tim, 
penasihat teknis, pencatat data dan evaluator proses 
1. Pictorial Riddle 
Pendekatan dengan menggunakan pictorial riddle adalah salah satu teknik atau metode untuk 
mengembangkan motivasi dan minat siswa di dalam diskusi kelompok kecil maupun besar. 
Gambar atau peragaan, peragaan, atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk 
meningkatkan cara berfikir kritis dan kreatif siswa. Suatu ridlle biasanya berupa gambar di 
papan tulis, papan poster, atau diproyeksikan dari suatu trasparansi, kemudian guru 
mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan ridlle itu. 
1. Synectics Lesson 
Pada dasarnya syntetics memusatkan pada keterlibatan siswa untyuk membuat berbagai 
macam bentuk metafora (kiasan) supaya dapat membuka intelegensinya dan mengembangkan 
kreativitasnya. Hal ini dapat dilaksankan karena metafora dapat membantu dalam melepaskan 
“ikatan struktur mental” yang melekat kuat dalam memandang suatu problema sehingga 
dapat menunjang timbulnya ide-ide kreatif. 
Sasaran pembelajaran yang dapat dicapai dengan penerapan inkuiri adalah: 
Sasaran kognitif 
1. Memahami bidang khusus dari materi pelajaran 
2. Mengembangkan keterampilan proses sains 
3. Mengembangkan kemampuan bertanya, memecahkan masalah dan melakukan percobaan 
4. Menerapkan pengetahuan dalam situasi baru yang berbeda. 
5. Mengevaluasi dan mensintesis informasi, ide dan masalah baru 
6. Memperkuat keterampilan berpikir kritis 
Sasaran afektif
1. Mengembangkan minat terhadap pelajaran dan bidang ilmu 
1. Memperoleh apresiasi untuk pertimbangan moral dan etika yang relevan dengan bidang 
ilmu tertentu. 
2. Meningkatkan intelektual dan integritas 
3. Mendapatkan kemampuan untuk belajar dan menerapkan materi pengetahuan. 
http://bangkititahermawati.wordpress.com/ipa-kelas-vii/pembelajaran-inquiry-dan-discovery/ 
Strategi Pembelajaran Inquiry & Discovery 
Strategi pembelajaran inquiry & discovery adalah metode pembelajaran yang pertama kali 
dikembangkan oleh Bruner (1966) di mana siswa didorong untuk mengalami, melakukan percobaan, 
dan menemukan sendiri prinsip-prinsip dan konsep yang diajarkan. Strategi pembelajaran inquiry & 
discovery memiliki beberapa keuntungan, seperti dapat membangkitkan rasa keingintahuan 
(curiosity), minat, dan motivasi siswa untuk terus belajar sampai dapat menemukan jawaban. Di 
samping itu, melalui penerapan strategi inquiry, siswa juga dapat belajar memecahkan masalah 
secara mandiri dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis sebab mereka harus menganalisis 
dan mengutak-atik informasi. 
Secara operasional pembelajaran iquiry & discovery dapat ditempuh melalui tahapan-tahapan 
berikut: 
a. Sajikan situasi teka-teki (puzzling situation) yang sesuai dengan tahapan perkembangan siswa. Jelaskan 
prosedur inquiry & discovery dan sajikan masalah. 
b. Minta siswa mengumpulkan informasi melalui observasi atau berdasar pengalaman masing-masing. 
c. Minta siswa menganalisis dan menyajikan hasil dalam bentuk tulisan, gambar, bagan, tabel, atau karya 
lain. 
d. Minta siswa mengkomunikasikan dan menyajikan hasil karyanya, misalnya dalam bentuk penyajian di 
kelas, menempelkan di majalah dinding, menulis di koran, dan sebagainya. 
e. Dalam penyajian di kelas, bangkitkan tanggapan dan penjelasan siswa lain. Minta tanggapan balik 
(counter-sugestions) dan selidiki tanggapan siswa. Hadapkan mereka dengan demonstrasi-demonstrasi 
tambahan untuk mengeksplorasi lebih jauh. 
f. Ciptakan lingkungan yang dapat menerima dan menghargai pendapat orang lain. Selalu minta siswa 
memberi alasan atas jawaban-jawaban mereka. Sajikan tugas-tugas yang berkaitanbkemudian cermati 
dan beri balikan atas pemikiran-pemikiran yang diajukan siswa. 
g. Ciptakan situasi yang memungkinkan siswa dapat berinteraksi dan bersedia bekerjasama dengan tetap 
memperhatikan sopan santun 
http://www.tuanguru.com/2012/08/strategi-pembelajaran-inquiry-discovery.html 
Dalam usaha meningkatkan pendidikan pada umumnya Bruner mengemukakan empat 
tema, yaitu; struktur, kesiapan, intuisi dan motivasi. Bruner menganggap bahwa belajar itu 
meliputi tiga proses kognitif, yaitu; memperoleh informasi baru, transformasi ilmu 
pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Pandangannya terhadap
belajar yang disebutnya sebagai konseptualisme instrumental didasarkan pada dua prinsip, 
yaitu; pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada model-model menganai kenyataan 
yang dibangunnya, dan model-model itu mula-mula diadopsi dari kebudayaan seseorang, dan 
kemudian model-model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu. 
Pematangan intelektual seseorang ditunjukkan oleh bertambahnya ketidakbergantungan 
respon dari sifat stimulus. Pertumbuhan itu tergantung pada bagaimana seseorang 
menginternalisasi peristiwa- peristiwa menjadi suatu “sistem simpanan” yang sesuai dengan 
lingkungan.pertumbuhan itu menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk 
mengemukakan pada dirinya sendiri atau pada orang lain tentang apa yang telah atau akan 
dilakukannya. 
Penyajian kemampuan dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu; cara enaktif, ekonik, dan 
cara simbolik. Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar 
penemuan (discovery learning). Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan 
bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan 
meningkatkan penalaran dan kemampuan dan berfikir secara bebas, dan memilih 
keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah 
dikemukakan oleh Bruner dalam bukunya Toward a Theory of Instruction yang diambil 
dari buku Teori-Teori Belajar tulisan Ratna Wilis Dahar, Bruner mengatakan: 
We teach a subject not to produce litle living libraries on the subject, but rather to get a 
student to think mathematically for him self, to consider matters as an historian does, to take 
part in the process of knowledge-getting. Knowing is a process, not aproduct. 
Jadi kalau kita mengajar sains misalnya, kita bukan akan menghasilkan perpustakaan-perpustakaan 
hidup kecil tentang sains, melainkan kita ingin membuat anak-anak kita berfikir 
secara matematis bagi dirinya sendiri, berperan serta dalam proses perolehan pengetahuan. 
Mengetahui itu adalah suatu proses, bukan suatu produk. 
http://toxicthechemistry.blogspot.com/2013/11/teori-belajar-penemuan-jerome-bruner.html 
Jerome Bruner 
Belajar Penemuan berdasarkan teori Jerome s. Bruner 
Salah satu model kognitif yang sangat berpengaruh adalah model dari Jerome Bruner 
(1966) yang dikenal dengan nama belajar penemuan (discovery learning). Bruner 
menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh 
manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner menyarankan
agar siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip 
agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen 
yang mengizinkan mereka untuk menemukan konsep dan prinsip itu sendiri. 
Secara umum terdapat dua ciri konsep belajar penemuan Jerome Bruner ini, yaitu: 
1. Tentang (discovery) itu sendiri merupakan ciri umum dari teori Bruner ini, dimana teori ini 
mengarahkan agar peserta didik mendiri dalam menemukan, mengolah, memilah dan dan 
mengembangkan. Berbeda dengan teori yang lain seperti teori, behavioristik yang belajar 
berdasarkan pengalaman tidak memperhatikan aspek kognitifnya seperti teori discovery 
Bruner ini. 
2. Konsep kurikulum spiral merupakan ciri khas dari teori discovery Jerome Bruner ini. Dimana 
dalam teorinya di tuntut adanya pengulangan-pengulangan terhadap pengetahuan yang sama 
namun diulang dengan pembahasan yang lebih luas dan mendalam. 
Yang menjadi ide dasar Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan 
secara aktif dalam belajar di kelas, untuk itu menurut Bruner, murid mengorganisir bahan yang 
dipelajari dalam suatu bentuk akhir. Teori ini disebutnya dengan discovery learning, atau dengan kata 
lain bagaimana cara orang memilih mempertahankan dan mentransformasikan informasi secara aktif, 
dan inilah menurut Bruner inti dari berajar 
http://tujuhkoto.wordpress.com/2010/06/21/teori -belajar-menurut-jerome-bruner/ 
teori discovery learning yang cetuskan oleh Jerome Bruner. Ada beberapa keistimewaan 
discovery learning itu, antara lain: 
& Discovery learning menimbulkan keingintahuan siswa, dapat memotivasi mereka untuk 
melanjutkan pekerjaan sampai mereka menemukan jawaban-jawaban. 
& Pendekatan ini dapat mengajar keterampilan menyelesaikan masalah secara mandiri dan 
mungkin memaksa siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi dan tidak hanya 
menyerap secara sederhana saja 
 Hasilnya lebih berakar dari pada cara belajar yang lain. 
 Lebih mudah dan cepat ditangkap 
 Dapat dimanfaatkan dalam bidang sudi lain atau dalam kehidupan sehari-hari 
 berdaya guna untuk meningkatkan kemampuan siswa menalar dengan baik 
Sedangkan kelemahan teori Discovey Learning Jerome Bruner antara lain: 
 Belajar discovery learning belum tentu bisa diaplikasikan karena kondisi dan sistem 
yang belum mendukuag penemuan sendiri, sementara secara realistis murid 
didominasi hanya menerima dari guru 
 Discovery learning belum tentu semua murid mahir untuk menerapkannya 
 Discavery learning berbahaya bagi murid yang kurang mahir, sebab pengetahuan 
yang ia peroleh tidak akan menambah pengetahuan yang sempurna tapi baru sebatas 
coba-coba. 
http://tujuhkoto.wordpress.com/2010/06/21/teori -belajar-menurut-jerome-bruner/
Beberapa kelebihan dan kelemahan dari metode inkuiri adalah sebagai berikut: 
1. Kelebihan 
a) Siswa ikut berpartisipasi secara aktif di dalam kegiatan belajarnya, sebab metode inkuiri 
menekankan pada proses pengolahan informasi pada peserta didik 
b) Siswa benar-benar dapat memahami suatu konsep dan rumus, sebab siswa menemukan 
sendiri proses untuk mendapatkan konsep atau rumus tersebut. 
c) Metode ini memungkinkan sikap ilmiah dan menimbulkan semangat ingin tahu para siswa. 
d) Dengan menemukan sendiri siswa merasa sangat puas dengan demikian kepuasan mental 
sebagai nilai intrinsik siswa terpenuhi. 
e) Guru tetap memiliki kontak pribadi 
f) Penemuan yang diperoleh peserta didik dapat menjadi kepemilikan yang sangat sulit 
dilupakan. 
2. Kelemahan Metode Inkuiri menurut Fat Hurrahman (2008) adalah: 
a) Persiapan dan pelaksanaannya memakan waktu yang cukup lama. 
b) Metode ini tidak efektif bila tidak ditunjang dengan peralatan yang lengkap sesuai dengan 
kebutuhan. 
c) Sukar dilaksanakan bila siswa belum matang kemampuan untuk melaksanakannya. 
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri 
Setiap model pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar memiliki 
kelebihan dan kekurangan. Model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki kelebihan 
tertentu. Kelebihan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan oleh Bruner 
(Wartono, 2003) yaitu : 
a. Model pembelajaran inkuiri meningkatkan potensi intelektual siswa. Hal ini dikarenakan 
siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari permasalahan 
yang diberikan dengan pengamatan dan pengalaman sendiri. 
b. Ketergantungan siswa terhadap kepuasan ekstrinsik bergeser kearah kepuasan intrinsik. 
Siswa yang telah berhasil menemukan sendiri sampai dapat memecahkan masalah yang ada 
akan meningkatkan kepuasan intelektualnya yang datang dari dalam diri siswa. 
c. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan karena terlibat langsung dalam 
proses penemuan. 
d. Belajar melalui inkuiri dapat memperpanjang proses ingatan. Pengetahuan yang diperoleh 
dari hasil pemikiran sendiri akan lebih mudah diingat.
e. Belajar dengan inkuiri, siswa dapat memahami konsepkonsep sains dan ide-ide dengan baik. 
f. Pengajaran menjadi terpusat pada siswa, salah satu prinsip psikologi belajar menyatakan 
bahwa semakin besar keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, maka semakin besar 
pula kemampuan belajar siswa tersebut. Dalam pembelajaran inkuiri tidak hanya ditujukan 
untuk belajar konsep-konsep dan prinsip-prinsip saja tetapi juga belajar pengarahan diri 
sendiri, tanggung jawab, komunikasi dan sebagainya. 
g. Proses pembelajaran inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan konsep diri siswa. 
Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran inkuiri lebih besar, sehingga memberikan 
kemungkinan kepada siswa untuk memperluas wawasan dan mengembangkan konsep diri 
secara baik. 
h. Tingkat harapan meningkat, tingkat harapan merupakan bagian dari konsep diri. Ini berarti 
bahwa siswa memiliki keyakinan atau harapan dapat menyelesaikan tugasnya secara mandiri 
berdasarkan pengalaman penemuannya. 
i. Model pembelajaran inkuiri dapat mengembangkan bakat. Manusia memiliki berbagai 
macam bakat, salah satunya adalah bakat akademik, semakin banyak kebebasan dalam proses 
pembelajaran maka semakin besar kemungkinan siswa untuk mengembangkan bakatbakat 
lainnya, seperti kreatif, social, dan sebagainya. 
j. Model pembelajaran inkuiri dapat menghindarkan siswa belajar dengan hafalan. 
Pembelajaran inkuiri menekankan kepada siswa untuk menemukan makna lingkungan 
sekelilingnya. 
k. Model pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencerna dan 
mengatur informasi yang didapatkan. 
Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran inkuiri terbimbing juga memiliki 
kekurangan. Adapun kekurangan dari model pembelajaran inkuiri terbimbing, yaitu: 
a. Model pembelajaran inkuiri mengandalkan suatu kesiapan berpikir tertentu siswasiswa yang 
mempunyai kemampuan berpikir lambat bisa kebingungan dalam berpikir secara luas 
membuat abstraksi, menemukan hubungan antara konsepkonsep dalam suatu mata pelajaran, 
atau menyusun apa yang telah mereka peroleh secara tertulis atau lisan. Siswa siswa yang 
mempunyai kemampuan berpikir tinggi bisa memonopoli model pembelajaran penemuan, 
sehingga menyebabkan frustasi bagi siswasiswa lain.
b. Tidak efisien, khususnya untuk mengajar siswa yang berjumlah besar sebagai contoh banyak 
waktu yang dihabiskan untuk membantu seorang siswa dalam menemukan teori-teori 
tertentu. 
c. Harapan-harapan dalam model pembelajaran ini dapat terganggu oleh siswa-siswa dan guru-- 
guru yang telah terbiasa dengan pengajaran tradisional. 
d. Pada bidang sains membutuhkan banyak fasilitas untuk menguji ide-ide. 
http://bintangkecildelapan.blogspot.com/2012/03/normal -0-false-false-false-in-x-none-x_24.html 
Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya 
mengedepankan pemanfaatan kelompok-kelompok siswa. Prinsip yang harus dipegang teguh dalam 
kaitan dengan kelompok kooperatif adalah setiap siswa yang ada dalam suatu kelompok harus 
mempunyai tingkat kemampuan yang heterogen (tinggi, sedang dan rendah) dan bila perlu mereka 
harus berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta mempertimbangkan kesetaraan gender. 
Model pembelajaran kooperatif bertumpu pada kooperasi (kerjasama) saat menyelesaikan 
permasalahan belajar yaitu dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan sehingga tujuan 
pembelajaran dapat dicapai. Sebuah model pembelajaran dicirikan oleh adanya struktur tugas 
belajar, struktur tujuan pembelajaran dan struktur penghargaan ( reward). Dalam kaitan dengan 
model pembelajaran kooperatif, maka tentu saja struktur tugas, struktur tujuan dan struktur 
penghargaan pada model pembelajaran ini tidak sama dengan struktur tugas, struktur tujuan serta 
struktur penghargaan model pembelajaran yang lain. 
Jenis-Jenis Model Pembelajaran Kooperatif yang Dapat Diterapkan Guru 
Berikut ini daftar beberapa model pembelajaran kooperatif yang efektif: 
TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction) 
Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini sebenarnya adalah penggabungan dari 
pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual. Pada model pembelajaran kooperatif 
tipe TAI, siswa mengikuti tingkatan yang bersifat individual berdasarkan tes penempatan, dan 
kemudian dapat maju ke tahapan selanjutnya berdasarkan tingkat kecepatannya belajar. Jadi, setiap 
anggota kelompok sebenarnya belajar unit-unit materi pelajaran yang berbeda. Rekan sekelompok 
akan memeriksa hasil pekerjaan rekan sekelompok lainnya dan memberikan bantuan jika diperlukan. 
Tes kemudian diberikan diakhir unit tanpa bantuan teman sekelompoknya dan diberikan skor. Lalu 
setiap minggu guru akan menjumlahkan total unit materi yang diselesaikan suatu kelompok dan 
memberikan sertifikat atau penghargaan bila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah 
ditetapkan, dan beberapa poin tambahan untuk kelompok yang anggotanya mendapat nilai 
sempurna. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini adalah karena siswa 
bertanggungjawab untuk memeriksa pekerjaan rekannya yang lain, maka guru mempunyai waktu 
yang lebih banyak untuk membantu kelompok-kelompok kecil yang menemuai banyak hambatan 
dalam belajar yang merupakan kumpulan dari anggota-anggota kelompok yang berada pada
tingkatan unit materi pelajaran yang sama. Banyak penelitian melaporkan bahwa model 
pembelajaran kooperatif tipe TAI ini sangat efektif untuk digunakan dalam pembelajaran. 
STAD (Student Teams Achievement Division) 
Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa dikelompokkan ke dalam kelompok kecil 
yang disebut tim. Kemudian seluruh kelas diberikan presentasi materi pelajaran. Siswa kemudian 
diberikan tes. Nilai-nilai individu digabungkan menjadi nilai tim. Pada model pembelajaran 
kooperatif tipe ini walaupun siswa dites secara individual, siswa tetap dipacu untuk bekerja sama 
untuk meningkatkan kinerja dan prestasi timnya. Bila pertama kali digunakan di kelas anda, maka 
ada baiknya guru terlebih dahulu memperkenalkan model pembelajaran kooperatif STAD ini 
kepada siswa. 
Round Table atau Rally Table 
Untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Round table atau Rally Table ini guru 
dapat memberikan sebuah kategori tertentu kepada siswa (misalnya kata-kata yang dimulai dengan 
huruf “s”). Selanjutnya mintalah siswa bergantian menuliskan satu kata secara bergiliran. 
Jigsaw 
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di 
Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John 
Hopkins (Arends, 2001). Tujuan diciptakannya tipe model pembelajaran kooperatif Jigsaw ini adalah 
untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap belajarnya sendiri dan juga belajar anggota 
kelompoknya yang lain. Mereka diminta mempelajari materi yang akan menjadi tanggungjawabnya, 
karena selain untuk dirinya, ia juga harus mengajarkan materi itu kepada anggota kelompoknya yang 
lain. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini ketergantungan antara siswa sangat tinggi. 
Setiap siswa dalam model pembelajaran kooperatif ini adalah anggota dari dua kelompok, yaitu (1) 
kelompok asal (home group) dan (2) kelompok ahli (expert group). Kelompok asal dibentuk dengan 
anggota yang heterogen. Di kelompok asal ini mereka akan membagi tugas untuk mempelajari suatu 
topik. Setelah semua anggota kelompok asal memperoleh tugas masing-masing, mereka akan 
meninggalkan kelompok asal untuk membentuk kelompok ahli. Kelompok ahli adalah kelompok yang 
terbentuk dari anggota-anggota kelompok yang mempunyai tugas mempelajari sebuah topik yang 
sama (berdasarkan kesepakatan mereka di kelompok asal). Setelah mempelajari topik tersebut di 
kelompok ahli, mereka akan kembali ke kelompok asal mereka masing-masing dan saling 
mengajarkan topik yang menjadi tanggungjawab mereka ke anggota kelompok lainnya secara 
bergantian. 
Guru perlu memahami bagaimana model pembelajaran Jigsaw ini dilaksanakan, begitu juga siswa 
Tim Jigsaw 
Untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, tugaskan setiap siswa pada setiap 
kelompok untuk mempelajari seperempat halaman dari bacaan atau teks pada mata pelajaran apa 
saja (misalnya IPS), atau seperempat bagian dari sebuah topik yang harus mereka pelajari atau ingat. 
Setelah setiap siswa tadi menyelesaikan pembelajarannya dan kemudian saling mengajarkan 
(menjelaskan) tentang materi yang menjadi tugasnya atau saling bekerjasama untuk membentuk 
sebuah kesatuan materi yang utuh saat mereka menyelesaikan sebuah tugas atau teka-teki.
Jigsaw II 
Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini adalah modifikasi dari tipe Jigsaw. Jigsaw II 
dikembangkan oleh Robert Slavin pada tahun 1980 di mana semua anggota kelompok asal 
mempelajari satu topik yang sama, hanya saja masing-masing anggota difokuskan untuk mendalami 
bagian-bagian tertentu dari topik itu. Setiap anggota kelompok asal harus menjadi ahli dalam bagian 
topik yang mereka dalami. Seperti Jigsaw, di tipe Jigsaw II ini mereka juga harus mengajarkan 
keahliannya pada anggota kelompok asalnya yang lain secara bergantian. 
Reverse Jigsaw (Kebalikan Jigsaw) 
Tipe model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan oleh Timothy Hedeen (2003). Perbedaanya 
dengan tipe Jigsaw adalah, bila pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw anggota kelompok 
ahli hanya mengajarkan keahliannya kepada anggota kelompok asal, maka pada model 
pembelajaran kooperatif reverse jigsaw ini, siswa-siswa dari kelompok ahli mengajarkan keahlian 
mereka (materi yang mereka pelajari atau dalami) kepada seluruh kelas. 
NHT (Numbered Heads Together) – Kepala Bernomor Bersama 
Pada modelpembelajaran kooperatif tipe NHT, minta siswa untuk menomori diri mereka masing 
dalam kelompoknya mulai dari 1 hingga 4. Ajukan sebuah pertanyaan dan beri batasan waktu 
tertentu untuk menjawabnya. Siswa yang mengangkat tangan jika bisa menjawa pertanyaan guru 
tersebut. Guru menyebut suatu angka (antara 1 sampai 4) dan meminta seluruh siswa dari semua 
kelompok dengan nomor tersebut menjawab pertanyaan tadi. Guru menandai siswa-siswa yang 
menjawab benar dan memperkaya pemahaman siswa tentang jawaban pertanyaan itu melalui 
diskusi. 
TGT (Team Game Tournament) 
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT mirip dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, 
tetapi bedanya hanya pada kuis yang digantikan dengan turnamen mingguan (Slavin, 1994). Pada 
model pembelajaran kooperatif ini, siswa-siswa saling berkompetisi dengan siswa dari kelompok lain 
agar dapat memberikan kontribusi poin bagi kelompoknya. Suatu prosedur tertentu digunakan 
untuk membuat permainan atau turnamen berjalan secara adil. Penelitian menunjukkan bahwa 
model pembelajaran kooperatif tipe TGT terbukti efektif meningkatkan hasil belajar siswa. 
Three-Step Interview (Wawancara Tiga Langkah) 
Pada model pembelajaran kooperatif tipe three-step interview (disebut juga three problem-solving) 
dilakukan 3 langkah untuk memecahkan masalah. Pada langkah pertama guru menyampaikan isu 
yang dapat memunculkan beragam opini, kemudian mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan 
kepada seluruh siswa di kelas. Langkah kedua, siswa secara berpasangan bermain peran sebagai 
pewawancara dan orang yang diwawancarai. Kemudian, di langkah yang ketiga, setelah wawancara 
pertama dilakukan maka pasangan bertukar peran: pewawancara berperan sebagai orang yang 
diwawancarai dan sebaliknya orang yang tadi mewawancarai menjadi orang yang diwawancarai. 
Setelah semua pasangan telah bertukar peran, selanjutnya setiap pasangan dapat membagikan atau 
mempresentasikan hasil wawancara mereka kepada seluruh kelas secara bergiliran. Tipe model 
pembelajaran kooperatif ini (three-step interview) ini efektif untuk mengajarkan siswa problem 
solving (pemecahan masalah).
Three-Minute Review (Reviu Tiga Langkah) 
Model pembelajaran kooperatif tipe three-step review efektif untuk digunakan saat guru berhenti 
pada saat-saat tertentu selama sebuah diskusi atau presentasi berlangsung, dan mengajak siswa 
mereviu apa yang telah mereka ungkapkan saat diskusi di dalam kelompok mereka. Siswa-siswa 
dalam kelompok-kelompok itu dapat bertanya untuk mengklarifikasi kepada anggota lainnya atau 
menjawab pertanyaan-pertanyaan dari anggota lain. Misalnya setelah diskusi tentang proses-proses 
kompleks yang terjadi di dalam tubuh manusia misalnya pencernaan makanan, siswa dapat 
membentuk kelompok-kelompok dan mereviu proses diskusi dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan 
untuk mengklarifikasi. 
GI (Group Investigasi) 
Model pembelajaran kooperatif tipe group investigasi telah banyak dibahas pada blog ptk dan model 
pembelajaran ini. Silakan baca tentang model pembelajaran kooperatif group investigasi: 
 Tinjauan tentang model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigasi 
 Efektivitas kelompok kooperatif pada tipe GI ini juga perlu untuk dievaluasi 
 Evaluasi proses inkuiri yang dilakukan siswa saat model pembelajaran kooperatif tipe 
group investigasi 
 Sintaks model pembelajaran kooperatif tipe GI 
 langkah-langkah desain model dan implementasinya di kelas 
Go Around (Berputar) 
Model pembelajaran kooperatif tipe go around sebenarnya adalah variasi dari model pembelajaran 
kooperatif tipe group investigasi. Baca lebih lanjut tentang langkah-langkah pembelajaran model 
pembelajaran kooperatif Go Around 
Reciprocal Teaching (Pengajaran Timbal Balik) 
Model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching (pengajaran timbal balik) dikembangkan 
oleh Brown & Paliscar (1982). Pengajaran timbal balik atau reciprocal teaching ini juga merupakan 
sebuah model pembelajaran kooperatif yang meminta siswa untuk membentuk pasangan-pasangan 
saat berpartisipasi dalam sebuah dialog (percakapan atau diskusi) mengenai sebuah teks (bahan 
bacaan). Setiap anggota pasangan akanbergantian membaca teks dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, 
menerima dan memperoleh umpan balik ( feedback). Model pembelajaran tipe 
reciprocal teaching ini memungkinkan siswa untuk melatih dan menggunakan teknik-teknik 
metakognitif seperti mengklarifikasi, bertanya, memprediksi, dan menyimpulkan. Model 
pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching ini dikembangkan atas dasar bahwa siswa dapat 
belajar secara efektif dari siswa lainnya. Baca artikel yang lebih rinci tentang model pembelajaran 
kooperatif tipe reciprocal teaching (pengajaran timbal balik). 
CIRC (Cooperative Integrated Reading Composition) 
Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (cooperative integrated reading composition) adalah 
sebuah model pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mengembangkan kemampuan membaca, 
menulis, dan keterampilan-keterampilan berbahasa lainnya baik pada jenjang pendidikan tinggi 
maupun jenjang dasar. Pada tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini siswa tidak hanya 
mendapat kesempatan belajar melalui presentasi langsung oleh guru tentang keterampilan 
membaca dan menulis, tetapi juga teknik menulis sebuah komposisi (naskah). CIRC dikembangkan 
untuk menyokong pendekatan pembelajaran tradisional pada mata pelajaran bahasa yang disebut
“kelompok membaca berbasis keterampilan”. Pada model pembelajaran CIRC ini siswa berpasang - 
pasangan di dalam kelompoknya. Ketika guru sedang membantu sebuah kelompok-membaca 
(reading group), pasangan-pasangan saling mengajari satu sama lain bagaimana “membaca-bermakna” 
dan keterampilan menulis melalui teknik reciprocal (timbal balik). Mereka diminta untuk 
saling bantu untuk menunjukkan aktivitas pengembangan keterampilan dasar berbahasa (misalnya 
membaca bersuara (oral reading), menebak konteks bacaan, mengemukakan pertanyaan terkait 
bacaan, menyimpulkan, meringkas, menulis sebuah komposisi berdasarkan sebuah cerita, hingga 
merevisi sebuah komposisi). Setelah itu, buku kumpulan komposisi hasil kelompok dipublikasikan 
pada akhir proses pembelajaran. Semua kelompok (tim) kemudian diberikan penghargaan atas 
upaya mereka dalam belajar dan menyelesaikan tugas membaca dan menulis. 
The Williams 
Tipe model pembelajaran kooperatif The Williams mengajak siswa melakukan kolaborasi untuk 
menjawab sebuah pertanyaan besar yang merupakan sebuah tujuan pembelajaran. Pada model 
pembelajaran ini siswa dikelompok-kelompoknya secara heterogen seperti pada tipe STAD. 
Kemudian setiap kelompok diberikan pertanyaan yang berbeda-beda dengan tujuan untuk 
meningkatkan kemampuan kognitif yang memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran 
tersebut. 
TPS (Think Pairs Share) 
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (think pairs share) mulanya dikembangkan oleh Frank T. 
Lyman (1981). Tipe model pembelajaran kooperatif ini memungkinkan setiap anggota pasangan 
siswa untuk berkontemplasi terhadap sebuah pertanyaan yang diajukan. Setelah diberikan waktu 
yang cukup mereka selanjutnya diminta untuk mendiskusikan apa yang telah mereka pikirkan tadi 
(hasil kontemplasi) dengan pasangannya masing-masing. Setelah diskusi dengan pasangan selesai, 
guru kemudian mengumpulkan tanggapan atau jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan 
tersebut dari seluruh kelas. 
TPC (Think Pairs Check) 
Model pembelajaran kooperatif tipe think pairs-check adalah modifikasi dari tipe think pairs share, di 
mana penekanan pembelajaran ada pada saat mereka diminta untuk saling cek jawaban atau 
tanggapan terhadap pertanyaan guru saat berada dalam pasangan. 
TPW (Think Pairs Write) 
Tipe model pembelajaran kooperatif TPW (Think Pairs Write) juga merupakan variasi dari model 
pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pairs Share). Penekanan model pembelajaran kooperatif 
tipe ini adalah setelah mereka berpasangan, mereka diminta untuk menuliskan jawaban atau 
tanggapan terhadappertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Model pembelajaran kooperatif tipe 
TPW ini sangat cocok untuk pelajaran menulis. 
Tea Party (Pesta Minum Teh) 
Pada model pembelajaran kooperatif tipe tea party, siswa membentuk dua lingkaran konsentris atau 
dua barisan di mana siswa saling berhadapan satu sama lain. Guru mengajukan sebuah pertanyaan 
(pada bidang mata pelajaran apa saja) dan kemudian siswa mendiskusikan jawabannya dengan siswa 
yang berhadapanan dengannya. Setelah satu menit, baris terluar atau lingkaran terluar bergerak 
searah jarum jamsehingga akan berhadapan dengan pasangan yang baru. Guru kemudian 
mengajukan pertanyaan kedua untuk mereka diskusikan. Langkah-langkah seperti ini terus
dilanjutkan hingga guru selesai mengajukan 5 atau lebih pertanyaan untuk didiskusikan. Untuk 
sedikit variasi dapat pula siswa diminta menuliskan pertanyaan-pertanyaan pada kartu-kartu untuk 
catatan nanti bila diadakan tes. 
Write Around (Menulis Berputar) 
Model pembelajaran kooperatif tipe write around ini cocok digunakan untuk menulis kreatif atau 
untuk menulis simpulan. Pertama-tama guru memberikan sebuah kalimat pembuka (contohnya: Bila 
kamu akan berulang tahun, maka kamu akan meminta hadiah berupa...). Mintalah semua siswa 
dalam setiap kelompok untuk menyelesaikan kalimat tersebut. Selanjutnya mereka ia menyerahkan 
kertas berisi tulisannya tersebut ke sebelah kanan, dan membaca kertas lain yang mereka terima 
setelah diserahkan oleh kelompok lain, kemudian menambahkan satu kalimat lagi. Setelah beberapa 
kali putaran, maka akan diperoleh 4 buah cerita atau tulisan (bila di kelas dibentuk 4 kelompok). 
Selanjutnya beri waktu bagi mereka untuk membuat sebuah kesimpulan dan atau mengedit bagian-bagian 
tertentu, kemudian membagi cerita atau simpulan itu dengan seluruh kelas. Write around 
adalah modifikasi dari model pembelajaran kooperatif go around. 
Round Robin Brainstorming atau Rally Robin 
Contoh pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Round Robin Brainstorming misalnya : berikan 
sebuah kategori (misalnya “nama-nama sungai di Indonesia) untuk didiskusikan. Mintalah siswa 
bergantian untuk menyebutkan item-item yang termasuk ke dalam kategori tersebut. 
LT (Learnig Together) 
Orang yang pertama kali mengembangkan jenis model pembelajaran kooperatif tipe Learning 
Together (Belajar Bersama) ini adalah David johnson dan Roger Johnson di Universitas Minnesota 
pada tahun 1999. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together, siswa dibentuk oleh 
4 – 5 orang siswa yang heterogen untuk mengerjakan sebuah lembar tugas. Setiap kelompok hanya 
diberikan satu lembar kerja. Mereka kemudian diberikan pujian dan penghargaan berdasarkan hasil 
kerja kelompok. Pada model pembelajaran Kooperatif dengan variasi seperti Learning Together ini, 
setiap kelompok diarahkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan untuk membangun kekompakan 
kelompok terlebih dahulu dan diskusi tentang bagaimana sebaiknya mereka bekerjasama dalam 
kelompok. 
Student Team Learning (STL - Kelompok Belajar Siswa) 
Model pembelajaran kooperatif tipe student team learning ini dikembangkan di John Hopkins 
University – Amerika Serikat. Lebih dari separuh penelitian tentang pembelajaran kooperatif di sana 
menggunakan student team learning. Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif yang satu ini 
sama saja dengan model pembelajaran kooperatif yang lain yaitu adanya ide dasar bahwa siswa 
harus bekerjasama dan turut bertanggungjawab terhadap pembelajaran siswa lainnya yang 
merupakan anggota kelompoknya. Pada tipe STL ini penekanannya adalah bahwa setiap kelompok 
harus belajar sebagai sebuah tim. Ada 3 konsep sentral pada model pembelajaran kooperatif tipe 
STL ini, yaitu: (1) penghargaan terhadap kelompok; (2) akuntabilitas individual; (3) kesempatan yang 
sama untuk memperoleh kesuksesan. Pada sebuah kelas yang menerapkan model pembelajaran ini, 
setiap kelompok dapat memperoleh penghargaan apabila mereka berhasil melampaui ktiteria yang 
telah ditetapkan sebelumnya. Akuntabilitas individual bermakna bahwa kesuksesan sebuah 
kelompok bergantung pada pembelajaran yang dilakukan oleh setiap individu anggotanya. Pada 
model pembelajaran tipe STL, setiap siswa baik dari kelompok atas, menengah, atau bawah dapat
memberikan kontribusi yang sama bagi kesuksesan kelompoknya, karena skor mereka dihitung 
berdasarkan skor peningkatan dari pembelajaran mereka sebelumnya. 
Two Stay Two Stray 
Model pembelajaran kooperatif two stay two stray ini sebenarnya dapat dibuat variasinya, yaitu 
berkaitan dengan jumlah siswa yang tinggal di kelompoknya dan yang berpencar ke kelompok lain. 
Misalnya: (1) one stay three stray (satu tinggal tiga berpencar); dan (2) three stay one stray (tiga 
tinggal satu berpencar). Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dikembangkan 
pertama kali oleh Spencer Kagan (1990). Dengan struktur kelompok kooperatif seperti tipe two stay 
two stray ini dapat memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk saling berbagi informasi 
dengan kelompok-kelompok lain. 
Demikian pembahasan mengenai tipe-tipe model pembelajaran kooperatif. Pada artikel selanjutnya, 
blog ptk dan model pembelajaran akan menguraikan lebih detail mengenai beberapa tipe model 
pembelajaran kooperatif yang belum diulas pada artikel -artikel sebelumnya. Sampai jumpa. 
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/02/tipe-model-pembelajaran-kooperatif.html 
Pembelajaran kooperatif muncul karena adanya perkembangan dalam sistem pembelajaran 
yang ada. Pembelajaran kooperatif menggantikan sistem pembelajaran yang individual. 
Dimana guru terus memberikan informasi ( guru sebagai pusat ) dan peserta didik hanya 
mendengarkan. Pembelajaran kooperatif mendapat dukungan dari Vygotsky tokoh teori 
kontruktivisme. Dukungan Vygotsky antara lain: 
a. Menekankan peserta didik mengkonstruksi pengetahuan mealui interaksi sosial dengan 
orang lain. 
b. Selain itu dia juga berpendapat bahwa penekanan belajar sebagai proses dialog interaktif. 
Semua hal tersebut ada dalam pembelajaran kooperatif. 
c. Arti penting belajar kelompok dalam pembelajaran. 
Pembelajaran kooperatif ini membuat siswa dapat bekerjasama dan adanya partisiasi aktif 
dari siswa. Guru sebagai fasilisator dan pembimbing yang akan mengarahkan setiap peserta 
didik menuju pengetahuan yang benar dan tepat. 
PEMBAHASAN 
A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF 
Adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa 
untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. 
B. KONSEP DASAR PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Pada dasarnya manusia mempunyai perbedaan, dengan perbedaan itu manusia saling asah, 
asih, asuh ( saling mencerdaskan ). Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan saling 
menciptakan interaksi yang asah, asih, asuh sehingga tercipta masyarakat belajar ( learning 
community ). Siswa tidak hanya terpaku belajar pada guru, tetapi dengan sesama siswa juga. 
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja 
mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan 
kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat. 
C. CIRI-CIRI PEMBELAJARAN KOOPERATIF 
Didalam pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen yang berkaitan. Menurut Lie ( 
2004 ): 
1. Saling ketergantungan positif 
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa 
merasa saling membutuhkan atau yang biasa disebut dengan saling ketergantungan positif 
yang dapat dicapai melalui : saling ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan 
menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan peran, 
saling ketergantungan hadiah. 
2. Interaksi tatap muka 
Dengan hal ini dapat memaksa siswa saling bertatap muka sehingga mereka akan berdialog. 
Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru tetapi dengan teman sebaya juga karena biasanya 
siswa akan lebih luwes, lebih mudah belajarnya dengan teman sebaya. 
3. Akuntabilitas individual 
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian 
ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. 
Hasil penilaian ini selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua 
kelompok mengetahui siapa kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat 
memberikan bantuan,maksudnya yang dapat mengajarkan kepada temannya. Nilai kelompok 
tersebut harus didasarkan pada rata-rata, karena itu anggota kelompok harus memberikan 
kontribusi untuk kelompnya. Intinya yang dimaksud dengan akuntabilitas individual adalah 
penilaian kelompok yang didasarkan pada rata-rata penguasaan semua anggota secara 
individual. 
4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi 
Keterampilan sosial dalam menjalin hubungan antar siswa harus diajarkan. Siswa yang tidak 
dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga siswa 
lainnya. 
D. UNSUR – UNSUR MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF 
Menurut Roger dan David Johnson ada 5 unsur dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu :
1. Positive interdependence ( saling ketergangtungan positif ) 
Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada 2 pertanggungjawaban 
kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, 
menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan 
tersebut. 
Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif yaitu : 
a) Menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok, 
pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok mencapai tujuan. 
b) Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika 
kelompok mereka berhasil mencapai tujuan. 
c) Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompok hanya 
mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok. 
d) Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung dan saling 
berhubungan, saling melengkapi dan saling terikat dengan peserta didik lain dalam 
kelompok. 
2. Personal responsibility ( tanggung jawab perorangan ) 
Tanggung jawab perorangan merupakan kunci untuk menjamin semua anggota yang 
diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. 
3. Face to face promotive interaction ( interaksi promotif ) 
Unsur ini penting untuk dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri – ciri 
interaksi promotif adalah : 
a. Saling membantu secara efektif dan efisien 
b. Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan 
c. Memproses informasi bersama secara lebih effektif dan efisien 
d. Saling mengingatkan 
e. Saling percaya 
f. Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama 
4. Interpersonal skill ( komunikasi antar anggota / ketrampilan ) 
Dalam unsur ini berarti mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan 
peserta didik, maka hal yang perlu dilakukan yaitu : 
a. Saling mengenal dan mempercayai
b. Mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius 
c. Saling menerima dan saling mendukung 
d. Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif. 
5. Group processing ( pemrosesan kelompok ) 
Dalam hal ini pemrosesan berarti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi 
dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Hal ini 
bertujuan untuk meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap 
kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. 
E. TUJUAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF 
1. Meningkatkan hasil belajar akademik 
Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan social, tetapi juga 
bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas – tugas akademik. Beberapa ahli 
berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep – konsep 
yang sulit. 
2. Penerimaan terhadap keragaman 
Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbada latar belakang dan 
kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas – tugas bersama. 
3. Pengembangan ketrampilan sosial 
Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi untuk saling berinteraksi 
dengan teman yang lain. 
F. PERBEDAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PEMBELAJARAN 
TRADISIONAL 
Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Tradisional 
Adanya saling ketergantungan positif, saling 
membantu dan saling memberikan motivai 
sehingga ada interaksi promotif. 
Guru sering membiarkan adanya siswa 
yang mendominasi kelompok atau 
menggantungkan diri pada kelompok. 
Adanya akuntabilitas individual yang 
mengukur penguasaan materi pelajaran tiap 
anggota kelompok. Kelompok diberi umpan 
balik tentang hasil belajar para anggotanya 
sehingga dapat saling mengetahui siapa yang 
memerlukan bantuan dan siapa yang dapat 
memberikan bantuan. 
Akuntabilitas individual sering diabaikan 
sehingga tugas- tugas sering diborong oleh 
salah seorang anggota kelompok, 
sedangkan anggota kelompok lainnya 
hanya ‘enak-enak saja’ diatas keberhasilan 
temannya yang dianggap ‘ pemborong’. 
Kelompok belajar heterogen, baik dalam 
kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, 
etnik, dsb sehingga dapat saling mengetahui 
Kelompok belajar biasanya homogen
siapa yang memerlukan bantuan dan siapa 
yang dapat memberikan bantuan. 
Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis 
atau bergilir untuk memberikan pengalaman 
memimpin bagi para anggota kelompok. 
Pemimpin kelompok sering ditentukan 
oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk 
memilih pemimpinnya dengan cara 
masing-masing. 
Ketrampilan social yang diperlukan dalam 
kerja gotong royong seperti kepemimpinan, 
kemampuan berkomu nikasi, mempercayai 
orang lain dan mengelola konflik secara 
langsung diajarkan. 
Ketrampilan sosial sering tidak diajarkan 
secara langsung. 
Pada saat belajar kooperatif sedang 
berlangsung, guru terus melakukan 
pemantauan melalui observasi dan melakukan 
intervensi jika terjadi masalah dalam kerja 
sama antar anggota kelompok. 
Pemantauan melalui observasi dan 
intervensi sering dilakukan oleh guru pada 
saat belajarkelompok sedang berlangsung. 
Guru memperhatikan secara langsung proses 
kelompok yang terjadi dalam kelompok – 
kelompok belajar. 
Guru sering tidak memperhatikan proses 
kelompok yang terjadi dalam kelompok – 
kelompok belajar. 
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian 
tugas tetapi juga hubungan interpersonal 
(hubungan antar pribadi yang saling 
menghargai). 
Penekanan sering hanya pada 
penyelesaian tugas. 
G. KEUNTUNGAN PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF 
Keuntungan pembelajaran kooperatif diantaranya adalah : 
1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan social 
2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, 
perilaku sosial, dan pandangan-pandangan. 
3. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial. 
4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai – nilai sosial dan komitmen. 
5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois. 
6. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. 
7. Berbagi ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling 
membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan. 
8. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia. 
9. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif. 
10. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik. 
11. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis 
kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas 
H. SINTAK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF 
FASE – FASE PERILAKU GURU 
Fase 1 : present goals and set 
Menyampaikan tujuan dan memper 
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan 
mempersiapkan peserta didik siap 
belajar.
siapkan peserta didik 
Fase 2 : present information 
Menyajikan informasi 
Mempresentasikan informasi kepada 
paserta didik secara verbal. 
Fase 3 : organize students into 
learning teams 
Mengorganisir peserta didik ke dalam 
tim – tim belajar 
Memberikan penjelasan kepada peserta 
didik tentang tata cara pembentukan tim 
belajar dan membantu kelompok 
melakukan transisi yang efisien. 
Fase 4 : assist team work and study 
Membantu kerja tim dan belajar 
Membantu tim- tim belajar selama 
peserta didik mengerjakan tugasnya. 
Fase 5 : test on the materials 
Mengevaluasi 
Menguji pengetahuan peserta didik 
mengenai berbagai materi pembelajaran 
atau kelompok- kelompok 
mempresentasikan hasil kerjanya. 
Fase 6 : provide recognition 
Memberikan pengakuan atau 
penghargaan 
Mempersiapkan cara untuk mengakui 
usaha dan prestasi individu maupun 
kelompok. 
I. TEKNIK – TEKNIK PEMBELAJARAN KOOPERATIF 
1. Metode STAD ( Student Achievement Divisions ) 
Metode ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan – kawan dari universitas John 
Hopkins. Metode ini digunakan para guru untuk mengajarkan informasi akademik baru 
kepada siswa setiap minggu, baik melalui penilaian verbal maupun tertulis. Langkah – 
langkahnya : 
a. Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing – masing 
terdiri atas 4 atau 5 anggota. Tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen, baik jenis 
kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan ( tinggi, sedang, rendah ). 
b. Tiap anggota tim/kelompok menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling 
membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusiantar sesama anggota 
tim/ kelompok. 
c. Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu akan mengevaluasi untuk 
mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari. 
d. Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada 
siswa secara individual atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna 
diberi penghargaan. Kadang – kadang beberapa atau semua tim memperoleh penghargaan 
jika mampu meraih suatu criteria atau srandar tertentu. 
2. Metode Jigsaw 
Langkah – langkahnya :
a. Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5 siswa dengan 
karakteristik yang heterogen. 
b. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung 
jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut. 
c. Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk 
mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling 
membantu mengkaji bagian bahan tersebut (kelompok pakar / expert group). 
d. Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula 
( home teams )untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam 
kelompok pakar. 
e. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “ home teams “ para siswa dievaluasi 
secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari. 
3. Metode G ( Group Investigation ) 
Metode ini dirancang oleh Herbet Thelen dan diperbaiki oleh Sharn. Dalam metode ini siswa 
dilibatkan sejak perencanaan baik dalam menentukan topik maupun mempelajari melalui 
investigasi. Dalam metode ini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik dalam 
komunikasi dan proses memiliki kelompok. 
Langkah-langkahnya : 
a. Seleksi topik 
b. Merencanakan kerjasama 
c. Implementasi 
d. Analisis dan sintesis 
e. Penyajian hasil akhir 
f. Evaluasi selanjutnya 
4. Metode struktural 
Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan, yang menekankan pada struktur – struktur 
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola – pola interaksi siswa. 
Contoh teknik pembelajaran metode struktural yaitu : 
a. Mencari Pasangan ( Make a Match ) 
Dikembangkan oleh Larana Curran, dimana keunggulan teknik ini adalah siswa mencari 
pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana yang 
menyenangkan. Langkah – langkahnya :
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok 
untuk sesi review ( persiapan menjelang tes atau ujian ). 
2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu. 
3) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. 
4) Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang 
cocok. 
5) Para siswa mendiskusikan penyelesaian tugas secara bersama – sama. 
6) Presentasi hasil kelompok atau kuis. 
b. Bertukar Pasangan 
Langkah – langkahnya : 
1) Setiap siswa mendapatkan satu pasangan ( guru bisa menunjukkan pasangannya atau siswa 
melakukan prosedur / teknik mencari pasangan. 
2) Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya. 
3) Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain. 
4) Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan. Masing – masing pasangan yang baru ini 
kemudian saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka. 
5) Temuan baru yang didapatkan dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan pada 
pasangan semula. 
c. Berkirim Salam dan Soal 
Langkah – langkahnya : 
1) Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan setiap kelompok ditugaskan untuk 
menuliskan beberapa pertanyaan yang akan dikirim ke kelompok lain. Guru bisa mengawasi 
dan membantu memilih soal-soal yang cocok. 
2) Kemudian masing-masing kelompok mengirimkan satu orang utusan yang akan 
menyampaikan salam dan soal dari kelompoknya. 
3) Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain. 
4) Setelah selesai jawaban masing – masing kelompok dicocokan dengan jawaban kelompok 
yang membuat soal. 
d. Bercerita Berpasangan
Teknik ini menggabungkankegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. 
Langkah – langkahnya : 
a) Pengajar membagi bahan pelajaran menjadi dua bagian. 
b) Pengajar memberikan pengenalan topik yang akan dibahas dalam pelajaran. 
c) Siswa dipasangkan 
d) Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama sedangkan siswa yang kedua 
menerima bagian yang kedua. 
e) Kemudian siswa disuruh membaca atau mendengarkan bagian mereka masing-masing 
f) Sambil membaca/mendengarkan siswa mencatat beberapa kata atau frase kunci yang ada 
dalam bagian masing-masing. 
g) Siswa berusaha untuk mengarang bagian lain yang belum dibaca/didengarkan berdasarkan 
kata kunci. 
h) Setelah selesai menulis, beberapa siswa bisa diberi kesempatan untuk membacakan hasil 
karangan mereka. 
i) Pengajar membagiakan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing –masing siswa. 
j) Diskusi mengenai topik tersebut. 
e. Dua Tinggal Dua Tamu ( Two Stay Two Stay ) 
Langkah-langkahnya : 
1) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok berempat. 
2) Siswa bekerjasama dalam kelompok berempat seperti biasa. 
3) Setelah selesai, dua orang dari masing – masing kelompok akan meninggalkan 
kelompoknya dan masing – masing bertamu ke dua kelompok lain. 
4) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi 
mereka ke tamu mereka. 
5) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan 
mereka dari kelompok lain. 
6) Kelompok mencocokan dan membahas hasil – hasil kerja mereka. 
f. Keliling Kelompok 
Langkah – langkahnya :
1) Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok memulai dengan memberikan 
pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan. 
2) Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya 
3) Demikian seterusnya. Giliran bicara bisa dilaksanakan menurut arah perputaran jarum jam 
atau dari kiri ke kanan. 
g. Kancing Gemerincing 
Langkah-langkahnya : 
1) Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing – kancing atau benda kecil lainnya. 
2) Sebelum kelompok memulai tugasnya setiap siswa dalam masing – masing kelompok 
mendapatkan dua atau tiga buah kancing ( jumlah kancing bergantung pada sukar tidaknya 
tugas yang diberikan. 
3) Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat dia harus menyerahkan 
salah satu kancingnya dan meletakkan di tengah – tengah. 
4) Jika kancing yang dimiliki seseorang habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua 
rekannya juga menghabiskan kancing mereka. 
5. Think – Pair – Share 
Langkah-langkah : 
a. Thinking : guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk 
dipikirkan oleh peserta didik. 
b. Pairing : guru meminta peserta didik berpasang – pasangan. Member kesempatan kepada 
pasangan – pasangan untuk berdiskusi. 
c. Sharing : hasil diskusi intersubjektif di tiap – tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan 
pasangan seluruh kelas. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong 
pada pengkonstuksian pengetahuan secara integratif. 
6. Numbered Heads Together 
Langkah – langkahnya : 
a. Guru membagi kelas menjadi kelompok – kelompok kecil 
b. Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap – tiap kelompok. 
Pada kesempatan ini tiap – tiap kelompok menyatukan kepalanya “ Heads Together” 
berdiskusi memikirkan jawaban. 
c. Guru memanggil paserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap – tiap kelompok 
dan memberi kesempatan untuk menjawab.
d. Guru mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan 
jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh. 
7. Bamboo Dancing 
Langkah – langkahnya : 
a. Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru. 
b. Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar dan berpasangan. 
c. Membagikan tugas kepada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas ( diskusi ). 
d. Usai berdiskusi pasangan berubah dengan menggeser posisi mengikuti arah jarum jam 
sehingga tiap- tiap peserta didik mendapat pasangan baru dan berbagi informasi, demikian 
seterusnya hingga kembali kepasangan awal. 
e. Hasil diskusi tiap – tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan kepada seluruh kelas 
f. Guru memfasilitasi terjadinya intersubjektif, dialog interaktif, Tanya jawab sehingga 
pengetahuan yang diperoleh dapat diobjektivikasi dan menjadi pengetahuan bersama seluruh 
kelas. 
8. Point – Counter – Point 
Langkah – langkahnya : 
a. Guru memberi pelajaran yang terdapat isu – isu kontroversi. 
b. Membagi peserta didik ke dalam kelompok – kelompok dan posisinya berhadap – 
hadapan. 
c. Tiap – tiap kelompok diberi kesempatan untuk merumuskan argumentasi – argumentasi 
sesuai dengan perspektif yang dikembangkannya. 
d. Setelah berdiskusi maka mereka mulai berdebat menyampaikan argumentasi sesuai 
pandangan yang dikembangkan kelompoknya. Kemudian minta tanggapan, bantahan atau 
koreksi dari kelompok lain perihal isu yang sama. 
e. Buat evaluasi sehingga peserta didik dapat mencari jawaban sebagai titik temu dari 
argumentasi – argumentasi yang telah mereka munculkan. 
9. The Power of Two 
Langkah – langkahnya : 
a. Ajukan pertanyaan yang membutuhkan pemikiran yang kritis. 
b. Minta peserta didik menjawab pertanyaan yang diterimanya secara perorangan.
c. Minta peserta didik mencari pasangan, dan masing – masing saling menjelaskan 
jawabannya kemudian menyusun jawaban baru yang disepakati bersama. 
d. Membandingkan jawaban – jawaban tersebut dengan pasangan lain sehingga paserta 
didik dapat mengembangkan pengetahuan yang lebih integrative. 
e. Buat rumusan – rumusan rangkuman sebagai jawaban – jawaban atas pertanyaan yang 
telah diajukan. Rumusan tersebut merupakan konstruksi atas keseluruhan pengetahuan yang 
telah dikembangkan selama diskusi. 
10. Listening Team 
Langkah-langkahnya : 
a. Diawali dengan pemaparan meteri pembelajaran oleh guru. 
b. Guru membagi kelas menjadi kelompok – kelompok dan setiap kelompok memiliki peran 
masing – masing, misalnya: 
Kelompok 1 : kelompok penanya 
Kelompok 2 : kelompok penjawab dengan perspektif tertentu 
Kelompok 3 : kelompok penjawab dengan perspektif yang berbeda dari kelompok 2 
Kelompok 4 : kelompok yang bertugas mereview dan membuat kesimpulan dari hasil diskusi. 
c. Munculkan diskusi yang aktif karena adanya perbedaan pemikiran sehingga dikusi 
menjadi berkualitas. 
d. Penyampaian berbagai kata kunci atau konsep yang telah dikembangkan oleh peserta 
didik dalam diskusi. 
J. METODE-METODE PENDUKUNG PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN 
KOOPERATIF 
1. PQ4R 
Pengalaman awal dapat dibangun melalui aktivitas membaca sehingga peserta didik akan 
memiliki stock knowledge. Langkah – langkahnya : 
a) P ( Preview ) yaitu peserta didik menemukan ide – ide pokok yang dikembangkan dalam 
bahan bacaan. 
b) Q ( Question ) yaitu peserta didik merumuskan pertanyaan – pertanyaan untuk dirinya 
sendiri yang diarahkan pada pembentukan pengetahuan deklaratif, structural dan pengetahuan 
procedural.
c) R ( Read ) yaitu peserta didik membaca secara detail dari bahan bacaaan yang 
dipelajarinya sehingga paerta didik diarahkan mencari jawaban terhadap semua pertanyaan 
yang dirumuskannya. 
d) R ( Reflect ) yaitu peserta didik memahami apa yang dibacanya. 
e) R ( Recite ) yaitu peserta didik merenungkan kembali apa yang dibacanya dan mampu 
merumuskan konsep – konsep, menjelaskan hubungan antar konsep dan mengartikulasikan 
pokok – pokok penting yang telah dibacanya. 
f) R ( Review ) yaitu peserta didik merangkum atau merumuskan intisari dari bahan yang 
telah dibacanya. Peserta didik mampu merumuskan kesimpulan sebagai jawaban dari 
pertanyaan – pertanyaan yang telah diajukannya. 
2. Guided Note Taking 
Merupakan metode catatan terbimbing yang dikembangkan agar metode ceramah yang 
dibawakan guru mendapat perhatian siswa. Langkah – langkahnya : 
a) Memberikan bahan ajar misalnya yang berupa handout dari materi ajar yang 
disampaikan dengan metode ceramah kepada peserta didik. 
b) Mengosongi sebagian poin – poin yang penting sehingga terdapat bagian – bagian yang 
kosong dalam handout tersebut 
c) Menjelaskan kepada peserta didik bahwa bagian yang kosong dalam handout memang 
sengaja dibuat agar peserta didik tetap berkonsentrasi mengikuti pelajaran. 
d) Selama ceramah berlangsung peserta didik diminta untuk mengisi bagian yang kosong 
tersebut. 
e) Setelah penyampaian materi selesai, minta peserta didik membacakan handoutnya. 
3. Snowball Drilling 
Metode ini dikembangkan untuk menguatkan pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari 
membaca bahan – bahan bacaan. Peran guru adalah mempersiapkan paket soal – soal pilihan 
ganda dan menggelindingkan bola salju berupa soal latihan dengan cara menunjuk atau 
mengundi. Langkah – langkahnya : 
a) Peserta didik di tunjuk arau diundi satu persatu untuk menjawab pertanyaan yang 
diberikan guru. 
b) Jika peserta didik pertama berhasil menjawab maka paserta didik tersebut berhak 
menunjuk teman yang lainya untuk menjawab soal berikutnya. Tetapi jika peserta tersebut 
gagal manjawab pertanyaan pertama maka dia harus menjawab pertanyaan berikutnya 
hingga berhasil menjawab. 
c) Diakhir pelajaran guru memberikan ulasan terhadap hal yang telah dipelajari peserta 
didik.
4. Concept Mapping 
Langkah – langkahnya : 
a) Guru mempersiapkan potongan – potongan kartu yang bertuliskan konsep – konsep 
utama. 
b) Guru membagikan potongan – potongan kartu yang bertuliskan konsep – konsep utama 
kepada peserta didik. 
c) Memberi keempatan kepada peserta didik untuk mencoba membuat peta yang 
menggambarkan hubungan antar konsep. Dan membuat garis hubung serta menuliskan kata 
atau kalimat yang menjelaskan hubungan antar konsep. 
d) Kumpulkan hasil pekerjaan peserta didik dan bandingkan dengan konsep yang benar dan 
dibahas satu persatu. 
e) Ajak seluruh kelas untuk melakukan koreksi atau evaluasi dan rumukan beberapa 
kesimpulan terhadap materi yang dipelajari. 
5. Giving Question and Getting Answer 
Dilakukan untuk melatih peserta didik memiliki kemampuan dan keterampilan bertanya dan 
menjawab pertanyaan. 
Langkah – langkahnya : 
a) Bagikan 2 potongan kertas pada peserta didik, kemudian minta kepada peserta didik 
untuk menuliskan dikartu itu (1) kartu menjawab, (2) kartu bertanya. 
b) Ajukan pertanyaan baik dari peserta didik maupun guru tulis pada kartu bertanya. 
c) Minta kepada peserta didik untuk memberi jawab dan menuliskannya pada kartu 
menjawab dan serahkan pada guru. 
d) Jika sampai akhir masih ada peserta didik yang memegang 2 kartu maka minta mereka 
untuk membuat resume atas proes tanya jawab yang sudah berlangsung. 
6.Question Student Have 
Dilakukan untuk melatih peserta didik memiliki kemampuan bertanya. Langkah – 
langkahnya : 
a) Membagi kelas menjadi 4 kelompok. 
b) Bagikan kartu kosong kepada setiap peserta didik dalam setiap kelompok. 
c) Minta peserta didik menuliskan pertanyaan yang mereka miliki tentang hal – hal yang 
dipelajari.
d) Putar kartu searah jarum jam sehingga ketika setiap kartu diedarkan pada anggota 
kelompok, anggota tersebut harus membacanya dan memberikan tanda (v) jika pertanyaan 
terebut dianggap penting. Putar hingga ampai kapada pemiliknya kembali. 
e) Periksa pertanyaan mana yang memperoleh suara yang banyak dan bandingkan dengan 
perolehan anggota lain. Pertanyaan yang mendapat suara terbanyak menjadi milik kelompok. 
f) Setiap kelompok melaporkan pertanyaan tersebut secara tertulis dan guru memeriksa. 
Setelah diseleksi pertanyaan dikembalikan kepada peserta didik untuk dijawab secara mandiri 
maupun kelompok. 
7. Talking Stick 
Metode ini mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Langkah – 
langkahnya : 
a) Guru menjelaskan materi pokok yang akan dipelajari. 
b) Peserta didik diberi kesempatan untuk membaca dan mempelajari materi tersebut. 
c) Guru meminta kepada peserta didik untuk menutup bukunya. Kemudian guru mengambil 
tongkat dan diberikan kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang mendapat tongkat 
tersebut harus menjawab pertanyaan yang diberikan guru, dan demikian seterusnya. 
d) Guru member keempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap materi 
yang telah dipelajari dan guru member ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan 
peserta didik dan selanjutnya bersama – sama merumuskan kesimpulan. 
8. Everyone is Teacher Here 
Metode ini merupakan cara yang tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara 
keseluruhan maupun individual dan member kesempatan kepada siswa untuk berperan 
sebagai guru bagi teman – temannya. Langkah – langkahnya : 
a) Bagikan kertas/ kartu indeks kepada seluruh peserta didik. 
b) Setiap peserta didik diminta menuliskan satu pertanyaan mengenai meteri pelajaran yang 
sedang dipelajari di kelas. 
c) Kumpulkan kertas dan acak kemudian bagikan kepada setiap peserta didik dan pastikan 
tidak ada yang mendapatkan soalnya sendiri. 
d) Minta kepada peserta didik untuk membaca pertanyaan tersebut dalam hati dan minta 
untuk memikirkan jawabannya. 
e) Minta kepada peserta didik untuk membaca pertanyaan tersebut dan menjawabnya. 
f) Setelah dijawab, minta kepada peserta didik lainnya untuk menambahkan jawabannya. 
9. Tebak Pelajaran
Dikembangkan untuk menarik pehatian siswa selama mengikuti pembelajaran. Langkah – 
langkahnya : 
a) Tulislah atau tayangkan melalui LCD subject matter dari pelajaran yang akan 
disampaikan. 
b) Mintalah kepada siswa untuk menuliskan kata – kata kunci apa saja yang diprediksikan 
muncul dari materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru. 
c) Sampaikan meteri pembelajaran secara interaktif. 
d) Selama proses pembelajaran siswa diminta menandai hasil prediksi mereka yang sesuai 
dengan materi yang disampaikan oleh guru. 
e) Diakhir pelajaran tanyakan berapa jumlah tebakan mereka yang benar. 
K. KEUNGGULAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF 
Pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan – keunggulan dalam pembelajarannya, antara 
lain : 
1. Dengan pembelajaran kooperatif maka setiap anggota dapat saling melengkapi dan 
membantu dalam menyelesaikan setiap materi yang diterima sehingga setiap siswa 
tidak akan merasa terbebani sendiri apabila tidak dapat mengerjakan suatu tugas 
tertentu. 
2. Karena keberagaman anggota kelompok maka memiliki pemikiran yang berbeda – 
beda sehingga pemikirannya menjadi luas dan mampu melihat dari sudut pandang lain 
untuk melengkapi jawaban yang lain. 
3. Pembelajaran kooperatif cocok untuk menyelesaikan masalah – masalah yang 
membutuhkan pemikiran bersama. 
4. Dalam pembelajaran kooperatif para paserta didik dapat lebih mudah memahami 
materi yang disampaikan karena bekerja sama dengan teman – temannya. 
5. Dalam pembelajaran kooperatif memupuk rasa pertemanan dan solidaritas sehingga 
diantara anggotanya akan terjadi hubungan yang positif. 
L. KELEMAHAN PEMBELAAJARAN KOOPERATIF 
Pembelajaran kooperatif selain memiliki keunggulan juga memiliki kelemahan – kelemahan 
antara lain : 
1. Dalam pembelajaran kooperatif apabila kelompoknya tidak dapat bekerjasama dengan 
baik dan kompak maka akan terjadi perselisihan karena adanya berbagai perbedaan 
yang dapat menyebabkan perselisihan. 
2. Terkadang ada anggota yang lebih mendominasi kelompok dan ada yang hanya diam, 
sehingga pembagian tugas tidak merata. 
3. Dalam pembelajarannya memerlukan waktu yang cukup lama sebab harus saling 
berdiskusi bersama teman – teman lain untuk menyatukan pendapat dan pandangan 
yang dianggap benar. 
4. Karena sebagian pengetahuan didapat dari teman dan yang menerangkan teman maka 
terkadang agak sulit dimengerti, sebab pengetahuan terbatas.
http://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/05/27/model -pembelajaran-kooperatif-cooperative-learning/ 
BEBERAPA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING 
1. MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY 
Model pembelajaran Two Stay Two Stray / Dua Tinggal Dua Tamu merupakan model 
pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi 
dengan kelompok lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi/bertamu antar 
kelompok untuk berbagi informasi. 
 Dikembangkan oleh Spencer Kagan (1990) 
 Dapat dikombinaksikan atau digabungkan dengan teknik kepala bernomor 
 Dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan umur 
 Memungkinkan setiap kelompok untuk saling berbagi informasi dengan kelompok-kelompok lain 
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut : 
1. Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang. 
2. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan bersama 
3. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu kedua kelompok yang lain. 
4. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu 
mereka. 
5. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari 
kelompok lain. 
6. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka. 
7. Kesimpulan.. 
2. MODEL PEMBELAJARAN KELILING KELOMPOK
Dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Dalam kegiatan keliling 
kelompok, masing-masing anggota kelompok berkesempaatan untuk memberikan kontribusi mereka 
dan mendengarkan pandangan anggota yang lain. 
Langkah-langkah pembelajarannya: 
1. Salah satu siswa dari masing-masing kelompok memulai dengan memberikan pandangan dan 
pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan. 
2. Siswa berikutnya lalu memberikan kontribusi pemikirannya 
3. Demikian seterusnya. Giliran bicara dapat dilakukan menurut arah perputaran jarum jam atau dari 
kiri ke kanan. 
3. MAKE A MATCH (MENCARI PASANGAN) 
Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh 
Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar 
mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Bisa diteraapkan untuk 
semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Langkah-langkah penerapan metode make a match 
sebagai berikut: 
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk 
sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. 
2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban. 
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. 
4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang 
bertuliskan nama tumbuhan dalam bahasa Indonesia akan berpasangan dengan nama tumbuhan 
dalam bahasa latin (ilmiah). 
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 
6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan 
kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama. 
7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari 
sebelumnya, demikian seterusnya.
8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok. 
9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran. 
4. MODEL PEMBELAJARAN BERTUKAR PASANGAN 
Teknik metode pembelajaran bertukar pasangan merupakan model pembelajaran yang 
memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dengan orang lain. Model pembelajarn ini bisa 
diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. 
Langkah penerapan metode bertukar pasangan sebagai berikut: 
1. Setiap siswa membentuk pasangan-pasangan, bisa ditunjuk langsung oleh guru atau siswa mencari 
sendiri pasangannya. 
2. Guru memberikan tugas untuk dikerjakan oleh setiap pasangan siswa 
3. Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain 
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, masing-masing pasangan yang baru ini saling 
menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka. 
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula. 
Kelebihan Model Pembelajaran Bertukar Pasangan , yaitu: 
1. Siswa dilatih untuk dapat bekerjasama mempertahankan pendapat. 
2. Semua siswa terlibat. 
3. Melatih siswa untuk lebih teliti, cermat, cepat dan tepat. 
Kelemahan Model Pembelajaran Bertukar Pasangan , yaitu: 
1. Proses pembelajaran membutuhkan waktu yang lama. 
2. Guru tidak dapat mengetahui kemampuan siswa masing-masing. 
3. Siswa kurang konsentrasi. 
5. MODEL PEMBELAJARAN CO-OP CO-OP
Co-op co-op adalah sebuah bentuk group investigation yang menempatkan tim dalam 
kooperasi antara satu dengan yang lainnya (seperti namanya) untuk mempelajari sebuah topik di 
kelas. 
Langkah – langkah : 
1). Diskusi kelas terpusat pada siswa 
2). Menyeleksi tim pembelajaran siswa dan pembentukan tim. 
3). Seleksi topik tim. 
4). Pemilihan topik tim. 
5). Persiapan topik kecil. 
6). Presentasi topik kecil. 
7). Persiapan presentasi tim. 
8). Presentasi tim 
9). Evaluasi. 
6. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE (LEARNING TOGETHER) LT 
Slavin (2008) mengungkapkan bahwa David dan Roger Johnson dari Universitas Minnesota 
mengembangkan model Learning Together dari pembelajaran kooperatif (Jhonson and Jhonson 
1987; Jhonson dan Jhonson & Smith, 1991). 
Model yang mereka teliti melibatkan siswa yang dibagi dalam kelompok yang terdiri atas 
empat atau lima siswa dengan latar belakang berbeda mengerjakan lembar tugas. Kelompok-kelompok 
ini menerima satu lembar tugas, menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil 
kerja kelompok. Model ini menekankan pada empat unsur yakni : 
1. Interaksi tatap muka : para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan empat 
sampai lima siswa. 
2. Interdependensi positif : para siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan kelompok.
3. Tanggung jawab individual : para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka secara individual telah 
menguasai materinya. 
4. Kemampuan-kemampuan interpersonal dan kelompok kecil : para siswa diajari mengenai sarana-sarana 
yang efektif untuk bekerja sama dan mendiskusikan seberapa baik kelompok mereka bekerja 
dalam mencapai tujuan mereka. 
Dalam hal ini penggunaan kelompok pembelajaran heterogen dan penekanan terhadap 
interdependensi positif, serta tanggung jawab individual metode-metode Johnson ini sama dengan 
STAD. Akan tetapi, mereka juga menyoroti perihal pembangunan kelompok dan menilai sendiri 
kinerja kelompok, dan merekomendasikan penggunaan penilaian tim ketimbang pemberian 
sertifikat atau bentuk rekognisi lainnya (Slavin,2008). 
Pada pembelajaran kooperatif tipe LT setiap kelompok diharapkan bisa membangun dan 
menilai sendiri kinerja kelompok mereka. Masing-masing kelompok harus bisa memperlihatkan 
bahwa kelompok mereka adalah kelompok yang kompak baik dalam hal diskusi maupun dalam hal 
mengerjakan soal, setiap anggota kelompok harus bertanggung jawab atas hasil yang mereka 
peroleh. Jika hasil tersebut belum maksimal atau lebih rendah dari kelompok lain maka mereka 
harus meningkatkan kinerja kelompoknya. 
Adapun sintaks dari LT adalah: 
1) Guru menyajikan pelajaran. 
2) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 sampai 5 siswa secara heterogen (campuran menurut 
prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain). 
3) Masing-masing kelompok menerima lembar tugas untuk bahan diskusi dan menyelesaikannya. 
4) Beberapa kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya. 
5) Pemberian pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. 
Bentuk penghargaan yang diberikan kepada kelompok didasarkan pada pembelajaran 
individual semua anggota kelompok, sehingga dapat meningkatkan pencapaian siswa dan memiliki 
pengaruh positif pada hasil yang dikeluarkan (Slavin, 2008). 
7. TEAM PRODUCT (TP)
Dinamakan Team product karena setiap kelompok diminta untuk berkreasi atau 
menciptakan sesuatu. Misalnya, guru meminta siswa berkelompok untuk menulis sebuah esai, 
mengerjakan tugas, mendaftar solusi-solusi altermatif tentang masalah tertentu, atau menganalisis 
puisi. semua hal yang dilakukan oleh setiap kelompok haruslah berbentuk produk, baik itu abstrak 
maupun konkret. untuk memastikan adanya tanggung jawab individu, guru dapat memberikan 
peran atau tugas yang berbeda-beda pada masing-masing anggota dalam setiap kelompok untuk 
menciptakan satu produk kelompok. 
8. MODEL PEMBELAJARAN INSIDE OUTSIDE CIRCLE (lingkaran dalam- lingkaran luar) 
 Dikembangkan oleh Spencer Kagan (1990) 
 Memungkinkan siswa saling berbagi informasi pada waktu yang bersamaan 
 Dapat Diterapkan untuk beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan sosial, agama, 
matematika, dan bahasa. Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah 
bahan-bahan yang membutuhkan pertukaran pikiran dan informasi antarsiswa. 
 Dapat diterapkan untuk semua tingkatan kelas dan sangatdigemari terutama anak-anak. 
Langkah-langkah atau sintaks model pembelajaran inside outside circle: 
1. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar 
2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam 
3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran 
informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan 
4. Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di 
lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam. 
5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian 
seterusnya 
Kelebihan model pembelajaran inside outside circle: 
 Tidak ada bahan spesifikasi yang dibutuhkan untuk strategi . Sehingga dapat dengan mudah 
dimasukkan ke dalam pelajaran 
 Kegiatan ini dapat membangun sifat kerjasama antar siswa 
 Mendapatkan informasi yang berbeda pada saat bersamaan.
Kekurangan model pembelajaran inside outside circle: 
 Membutuhkan ruang kelas yang besar. 
 Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau. 
 Rumit untuk dilakukan. 
9. SPONTANEOUS GROUP DISCUSSION (SGD) 
Jika siswa diminta untuk duduk berpasangan aatau berkelompok, kita akan lebih mudah 
menginstruksikan mereka untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, seperti mencari makna 
sesuatu, mencari alasan tentang peristiwa tertentu, aatau memecahkan suatu masaalah. Dikenal 
dengan istilah spontaneous group discussion karena diskusi kelompok ini tidak direncanakan 
sebelumnya, tetapi dilaksanakan secara spontan. Teknik pelaksanaannya pun sederhana, yaitu 
meminta siswa untuk berkelompok dan berdiskusi tentang sesuatu. setelah itu, guru memanggil 
kelompok itu satu per satu untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Diskusi ini bisa 
dilaksanakan beberapa menit atau sepanjang jam pelajaran. Akan tetapi, meskipun spontan diskusi 
kelompok ini tetap mengharuskan guru untuk memperhatikan lima elemen pembelajaran 
kooperatif. Interpredensi positif, akuntabilitas individu, interaksi promotif, keterampilan sosial, dan 
pemrosesan kelompok. 
10. Listening Team 
Strategi Listening Team ini bertujuan membentuk kelompok yang mempunyai tugas atau 
tanggung jawab tertentu berkaitan dengan materi pelajaran sehingga akan diperoleh partisipasi akt if 
siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 
Pembelajaran diawali dengan pemaparan materi pembelajaran oleh guru. Selanjutnya guru 
membagi kelas menjadi kelompok –kelompok, setiap kelompok mempunyai peran masing-masing. 
Kelompok pertama merupakan kelompok penanya, kelompok kedua merupakan kumpulan orang 
yang menjawab berdasarkan perspektif tertentu, kelompok ketiga kumpulan orang yang menjawab 
dengan perspektif yang berbeda dengan kelompok kedua dan kelompok keempat adalah kelompok 
yang bertugas mereview dan membuat kesimpulan dari hasil diskusi. Pembelajaran diakhiri dengan 
penyampaian kata kunci atau konsep yang telah dikembangkan oleh peserta didik dalam berdiskusi. 
Langkah-langkahnya :
1. Bagilah siswa menjadi empat kelompok, masing-masing kelompok mendapat salah satu dari tugas 
berikut ini : 
Tim Peran Tugas 
1 Penanya Setelah pelajaran yang didasarkan ceramah selesai, 
Penanya yang bertugas membuat minimal dua 
pertanyaan mengenai materi yang baru saja 
disampaikan. 
2 Orang yang setuju Setelah pelajaran yang didasarkan pada ceramah 
selesai, menyatakan poin-poin mana yang mereka 
sepakati (atau membantu) dan menjelaskan 
mengapa demikian. Dan Kelompok kedua ini 
merupakan kumpulan orang yang menjawab 
berdasarkan perspektif tertentu. Atau disebut juga 
sebagai kelompok Pendukung yang bertugas 
mencari ide-ide yang disetujui atau dipandang 
berguna dari materi pelajaran yang baru saja 
disampaikan dengan memberi alasan “mengapa 
kami setuju”. 
3 Orang yang tidak Setuju Setelah pelajaran yang didasarkan pada ceramah 
selesai, mengomentari tentang poin mana yang 
tidak mereka setujui (atau tidak membantu) dan 
menjelaskan mengapa demikian. Atau Kelompok 
ketiga ini merupakan kumpulan orang yang 
menjawab dengan perspektif yang berbeda dengan 
kelompok kedua. Atau disebut juga sebagai 
kelompok Penentang yang bertugas mencari ide-ide 
yang tidak disetujui atau dipandang tidak berguna 
dari materi pelajaran yang baru saja disampaikan 
dengan memberi alasan. Perbedaan ini diharapkan 
memunculkan diskusi yang aktif yang ditandai oleh 
adanya proses dialektika berpikir, sehingga mereka
dapat menemukan pengetahuan struktural. 
4 Pemberi Contoh Setelah pelajaran yang didasarkan pada ceramah 
selesai, memberi contoh-contoh khusus atau 
aplikasi materi. Atau merupakan kelompok yang 
bertugas mereview dan membuat kesimpulan dari 
hasil diskusi. Serta Pemberi Contoh yang spesifik 
atau penerapan dari materi yang disampaikan guru 
dengan memberikan alasan. 
2. Sampaikan materi pelajaran dengan metode ceramah yang didasarkan pada sesi tatap muka. Setelah 
selesai, berilah kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk menyelesaikan tugas mereka 
dan beberapa saat untuk mengomentari tugas-tugas mereka. 
3. Mintalah masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil dari tugas mereka. Baik itu akan 
menimbulkan kegiatan bertanya, sepakat, dan sebagainya. Guru hendaknya memperoleh partisipasi 
peserta didik dari pada yang pernah guru bayangkan. 
4. Beri klarifikasi secukupnya. 
Modifikasi : 
a. Jika jumlah siswa banyak, buatlah kelompok ganda artinya terdapat 2 kelompok sebagai penanya 
dan begitu pula pada kelompok lainnya. 
b. Bisa juga dawali dengan tugas individual. 
5. Pembelajaran diakhiri dengan penyampaian berbagai kata kunci atau konsep yang telah 
dikembangkan oleh peserta didik dalam diskusi. 
11. METODE PEMBELAJARAN - SNOWBALL THROWING 
Metode Snowball Throwing yaitu metode pembelajaran yang didalam terdapat unsur-unsur 
pembelajaran kooperatif sebagai upaya dalam rangka mengarahkan perhatian siswa terhadap 
materi yang disampaikan oleh guru. 
Langkah-langkah Pembelajaran dengan Metode Snowball Throwing: 
a. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
4 modelnl
4 modelnl
4 modelnl
4 modelnl
4 modelnl
4 modelnl
4 modelnl
4 modelnl
4 modelnl
4 modelnl
4 modelnl
4 modelnl
4 modelnl
4 modelnl
4 modelnl
4 modelnl
4 modelnl
4 modelnl
4 modelnl
4 modelnl
4 modelnl
4 modelnl

More Related Content

What's hot

9 metode, pdkt, model dan strategi
9 metode, pdkt, model dan strategi9 metode, pdkt, model dan strategi
9 metode, pdkt, model dan strategirofieamirasyka
 
Sintak berbagai model pembelajaran
Sintak berbagai model pembelajaranSintak berbagai model pembelajaran
Sintak berbagai model pembelajaran
restya21
 
2.2.2 problem based learning
2.2.2 problem based learning2.2.2 problem based learning
2.2.2 problem based learning
MJUNAEDI1961
 
Model pembelajaran
Model pembelajaranModel pembelajaran
Model pembelajaran
saipul anam
 
59 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
59 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran59 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
59 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
Daly Indra
 
Pembelajaran problem based learning
Pembelajaran  problem based learningPembelajaran  problem based learning
Pembelajaran problem based learning
DIKPORABANJARMANGU
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaran
Nasika Kaban
 
Model Pembelajaran
Model PembelajaranModel Pembelajaran
Model Pembelajaran
suep_x
 
Pwer point evaluasi
Pwer point evaluasiPwer point evaluasi
Pwer point evaluasi
Margembug
 
Bab.2.pdf
Bab.2.pdfBab.2.pdf
problem based learning (PBL) pembelajaran berbasis masalah
problem based learning (PBL) pembelajaran berbasis masalahproblem based learning (PBL) pembelajaran berbasis masalah
problem based learning (PBL) pembelajaran berbasis masalah
Desy Aryanti
 
Peta Konsep Media Pembelajaran
Peta Konsep Media PembelajaranPeta Konsep Media Pembelajaran
Peta Konsep Media Pembelajarangawukbalap
 
Slide model pembelajaran
Slide   model pembelajaranSlide   model pembelajaran
Slide model pembelajaran
lavanter simamora
 
Modifikasi Perwajahan Slide Kurikulum 2013-discovery learning
Modifikasi Perwajahan Slide Kurikulum 2013-discovery learningModifikasi Perwajahan Slide Kurikulum 2013-discovery learning
Modifikasi Perwajahan Slide Kurikulum 2013-discovery learning
nurafnisinaga
 
Peta Konsep Media Pembelajaran
Peta Konsep Media PembelajaranPeta Konsep Media Pembelajaran
Peta Konsep Media Pembelajarangawukbalap
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning
nurqomariah
 
Peta konsep
Peta konsepPeta konsep
Peta konsep
Bojes Nhie Anggawie
 
65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
Dani Novita Rahma
 
Group Investigation ppt
Group Investigation pptGroup Investigation ppt
Group Investigation pptMuhamad Yogi
 
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN JIGSAW II
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN JIGSAW IIMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN JIGSAW II
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN JIGSAW II
dina suci
 

What's hot (20)

9 metode, pdkt, model dan strategi
9 metode, pdkt, model dan strategi9 metode, pdkt, model dan strategi
9 metode, pdkt, model dan strategi
 
Sintak berbagai model pembelajaran
Sintak berbagai model pembelajaranSintak berbagai model pembelajaran
Sintak berbagai model pembelajaran
 
2.2.2 problem based learning
2.2.2 problem based learning2.2.2 problem based learning
2.2.2 problem based learning
 
Model pembelajaran
Model pembelajaranModel pembelajaran
Model pembelajaran
 
59 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
59 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran59 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
59 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
 
Pembelajaran problem based learning
Pembelajaran  problem based learningPembelajaran  problem based learning
Pembelajaran problem based learning
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaran
 
Model Pembelajaran
Model PembelajaranModel Pembelajaran
Model Pembelajaran
 
Pwer point evaluasi
Pwer point evaluasiPwer point evaluasi
Pwer point evaluasi
 
Bab.2.pdf
Bab.2.pdfBab.2.pdf
Bab.2.pdf
 
problem based learning (PBL) pembelajaran berbasis masalah
problem based learning (PBL) pembelajaran berbasis masalahproblem based learning (PBL) pembelajaran berbasis masalah
problem based learning (PBL) pembelajaran berbasis masalah
 
Peta Konsep Media Pembelajaran
Peta Konsep Media PembelajaranPeta Konsep Media Pembelajaran
Peta Konsep Media Pembelajaran
 
Slide model pembelajaran
Slide   model pembelajaranSlide   model pembelajaran
Slide model pembelajaran
 
Modifikasi Perwajahan Slide Kurikulum 2013-discovery learning
Modifikasi Perwajahan Slide Kurikulum 2013-discovery learningModifikasi Perwajahan Slide Kurikulum 2013-discovery learning
Modifikasi Perwajahan Slide Kurikulum 2013-discovery learning
 
Peta Konsep Media Pembelajaran
Peta Konsep Media PembelajaranPeta Konsep Media Pembelajaran
Peta Konsep Media Pembelajaran
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning
 
Peta konsep
Peta konsepPeta konsep
Peta konsep
 
65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
 
Group Investigation ppt
Group Investigation pptGroup Investigation ppt
Group Investigation ppt
 
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN JIGSAW II
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN JIGSAW IIMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN JIGSAW II
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN JIGSAW II
 

Viewers also liked

RPP IPA 2
RPP IPA 2RPP IPA 2
RPP IPA 2
Ghian Velina
 
RPP KTSP kelas IV IPS
RPP KTSP kelas IV IPSRPP KTSP kelas IV IPS
RPP KTSP kelas IV IPS
Fike Apriliyanti
 
Jenis jenis model pembelajaran kooperatif
Jenis jenis model pembelajaran kooperatifJenis jenis model pembelajaran kooperatif
Jenis jenis model pembelajaran kooperatif
Zuha Farhana
 
Contoh RPP PLPG KELAS 4 MAPEL IPS
Contoh RPP PLPG KELAS 4 MAPEL IPSContoh RPP PLPG KELAS 4 MAPEL IPS
Contoh RPP PLPG KELAS 4 MAPEL IPS
Ainur Rochim
 
Silabus IPA SD Kelas 4 Semester II
Silabus IPA SD Kelas 4 Semester IISilabus IPA SD Kelas 4 Semester II
Silabus IPA SD Kelas 4 Semester II
Tri Suwandi
 
Contoh RPP MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD
Contoh RPP MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SDContoh RPP MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD
Contoh RPP MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD
Tatik prisnamasari
 
50 model pembelajaran
50 model pembelajaran50 model pembelajaran
50 model pembelajaran
pychan-ketapang. blogspot.com
 
Power point.kls iv smst 2. kd 8.1 & 8.2 (energi)
Power point.kls iv smst 2. kd 8.1 & 8.2 (energi)Power point.kls iv smst 2. kd 8.1 & 8.2 (energi)
Power point.kls iv smst 2. kd 8.1 & 8.2 (energi)
okapartiwi
 

Viewers also liked (9)

RPP IPA 2
RPP IPA 2RPP IPA 2
RPP IPA 2
 
RPP KTSP kelas IV IPS
RPP KTSP kelas IV IPSRPP KTSP kelas IV IPS
RPP KTSP kelas IV IPS
 
Jenis jenis model pembelajaran kooperatif
Jenis jenis model pembelajaran kooperatifJenis jenis model pembelajaran kooperatif
Jenis jenis model pembelajaran kooperatif
 
Contoh RPP PLPG KELAS 4 MAPEL IPS
Contoh RPP PLPG KELAS 4 MAPEL IPSContoh RPP PLPG KELAS 4 MAPEL IPS
Contoh RPP PLPG KELAS 4 MAPEL IPS
 
Rpp ipa kelas 4 smstr 2
Rpp ipa kelas 4 smstr 2Rpp ipa kelas 4 smstr 2
Rpp ipa kelas 4 smstr 2
 
Silabus IPA SD Kelas 4 Semester II
Silabus IPA SD Kelas 4 Semester IISilabus IPA SD Kelas 4 Semester II
Silabus IPA SD Kelas 4 Semester II
 
Contoh RPP MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD
Contoh RPP MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SDContoh RPP MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD
Contoh RPP MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD
 
50 model pembelajaran
50 model pembelajaran50 model pembelajaran
50 model pembelajaran
 
Power point.kls iv smst 2. kd 8.1 & 8.2 (energi)
Power point.kls iv smst 2. kd 8.1 & 8.2 (energi)Power point.kls iv smst 2. kd 8.1 & 8.2 (energi)
Power point.kls iv smst 2. kd 8.1 & 8.2 (energi)
 

Similar to 4 modelnl

Metode Pembelajaran Inquiry
Metode Pembelajaran InquiryMetode Pembelajaran Inquiry
Metode Pembelajaran Inquiry
253545
 
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsxModel Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
lalumhw88
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning
Andi Johar
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning
MJUNAEDI1961
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning
mirdaelisa
 
Discovery Learning
Discovery LearningDiscovery Learning
Discovery Learning
Nurrijal Jhi
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning
sadiman dimas
 
2.2.3 Discovery Learning.ppt
2.2.3 Discovery Learning.ppt2.2.3 Discovery Learning.ppt
2.2.3 Discovery Learning.ppt
MukhsinUchen1
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning
Zo Ri
 
Pembelajaran discovery learning
Pembelajaran discovery learningPembelajaran discovery learning
Pembelajaran discovery learning
DIKPORABANJARMANGU
 
Strategi pengajaran sains kanak kanak secara inkuiri
Strategi pengajaran sains kanak kanak secara inkuiriStrategi pengajaran sains kanak kanak secara inkuiri
Strategi pengajaran sains kanak kanak secara inkuiriIzny Atikah
 
Bab 3 pendekatan saintifik
Bab 3 pendekatan saintifikBab 3 pendekatan saintifik
Bab 3 pendekatan saintifik
anappgsm3T
 
Bab 3 pendekatan saintifik
Bab 3 pendekatan saintifikBab 3 pendekatan saintifik
Bab 3 pendekatan saintifik
anappgsm3T
 
4.6 discovery learning
4.6 discovery learning4.6 discovery learning
4.6 discovery learning
Abang Takujeng
 

Similar to 4 modelnl (20)

Metode Pembelajaran Inquiry
Metode Pembelajaran InquiryMetode Pembelajaran Inquiry
Metode Pembelajaran Inquiry
 
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsxModel Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning
 
2.2.3 discovery learning al kepret
2.2.3 discovery learning al kepret2.2.3 discovery learning al kepret
2.2.3 discovery learning al kepret
 
Mdel pembelajaran discovery learning (dl)
Mdel pembelajaran discovery learning (dl)Mdel pembelajaran discovery learning (dl)
Mdel pembelajaran discovery learning (dl)
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning
 
power poin discovery fitri
power poin discovery fitripower poin discovery fitri
power poin discovery fitri
 
Discovery Learning
Discovery LearningDiscovery Learning
Discovery Learning
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning
 
2.2.3 Discovery Learning.ppt
2.2.3 Discovery Learning.ppt2.2.3 Discovery Learning.ppt
2.2.3 Discovery Learning.ppt
 
Pendekatan Inkuiri
Pendekatan InkuiriPendekatan Inkuiri
Pendekatan Inkuiri
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning
 
3.8. discovery learning
3.8. discovery learning3.8. discovery learning
3.8. discovery learning
 
Pembelajaran discovery learning
Pembelajaran discovery learningPembelajaran discovery learning
Pembelajaran discovery learning
 
Strategi pengajaran sains kanak kanak secara inkuiri
Strategi pengajaran sains kanak kanak secara inkuiriStrategi pengajaran sains kanak kanak secara inkuiri
Strategi pengajaran sains kanak kanak secara inkuiri
 
Bab 3 pendekatan saintifik
Bab 3 pendekatan saintifikBab 3 pendekatan saintifik
Bab 3 pendekatan saintifik
 
Bab 3 pendekatan saintifik
Bab 3 pendekatan saintifikBab 3 pendekatan saintifik
Bab 3 pendekatan saintifik
 
4.6 discovery learning
4.6 discovery learning4.6 discovery learning
4.6 discovery learning
 

4 modelnl

  • 1. 2. INQUIRY Salah satu metode pembelajaran dalam matematika, yang sampai sekarang masih tetap dianggap sebagai metode yang cukup efektif adalah metode inquiry. Inquiry berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan (Trianto, 2007:135). David L. Haury dalam artikelnya, Teaching Science Through Inquiry (dalam Sutrisno: 2008) mengutip definisi yang diberikan oleh Alfred Novak: inquiry merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain, inquiry berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu. Sund (dalam Trianto: 2007) menyatakan bahwa discovery merupakan bagian dari inquiry, atau inquiry merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Inquiry sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Gulo (dalam Trianto: 2007) menyatakan strategi inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Alasan rasional penggunaan metode inquiry adalah bahwa siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai matematika dan akan lebih tertarik terhadap matematika jika mereka dilibatkan secara aktif dalam “melakukan” matematika. Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung metode inquiry. Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep matematika dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berfikir ilmiah tersebut (Blosser dalam Sutrisno: 2008). Metode inquiry yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap Matematika dan Sains (Haury dalam Sutrisno: 2008). Dalam makalahnya Haury menyatakan bahwa metode inquiry membantu perkembangan antara lain scientific literacy dan pemahaman proses-proses ilmiah, pengetahuan vocabulary dan pemahaman
  • 2. konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif. Dapat disebutkan bahwa metode inquiry tidak saja meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam matematika saja, melainkan juga membentuk sikap keilmiahan dalam diri siswa. Selanjutnya, metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah (Sutrisno: 2008). Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi (Sagala, 2004). Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode pembelajaran inquiry sangat beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan metode inquiry (Garton dalam Sutrisno: 2008) memiliki 5 komponen yang umum yaitu Question, Student Engangement,  Cooperative Interaction, Performance Evaluation,  dan Variety of Resources 1. Question. Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena. Untuk memudahkan proses ini, guru menanayakan kepada siswa mengenai hipotesis yang memungkinkan. Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberi. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini – sesuai
  • 3. dengan Taxonomy Bloom – siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti evaluasi, sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti tidak dapat ditemukan misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau dikonstruksi.2. Student Engangement. Dalam metode inquiry, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi.3. Cooperative Interaction. Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua jawaban benar.4. Performance Evaluation. Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain. 5. Variety of Resources. Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya. Metode inquiry salah satu strategi pembelajaran yang memungkinkan para peserta didik mendapatkan jawabannya sendiri. Metode pembelajaran ini dalam penyampaian bahan pelajarannya tak dalam bentuk final dan tak langsung. Artinya, dalam metode inquiry peserta didik sendiri diberi peluang untuk mencari, meneliti dan memecahkan jawaban, menggunakan teknik pemecahan masalah. Pendekatan dan strategi pembelajaran saat ini diharapkan lebih menekankan agar siswa dipandang sebagai subjek belajar. Konsep ini bertujuan hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah, siswa ‘bekerja’ dan mengalami, bukan berupa transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pendidikan tak lagi berpusat pada lembaga atau pengajar yang hanya mencetak lulusan kurang berkualitas, tapi berpusat pada peserta didik.
  • 4. Pendekatan inquiry adalah pendekatan mengajar di mana siswa merumuskan masalah, mendesain eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data sampai mengambil keputusan sendiri. Pendekatan inquiry harus memenuhi empat kriteria ialah kejelasan, kesesuaian, ketepatan dan kerumitannya. Setelah guru mengundang siswa untuk mengajukan masalah yang erat hubungannya dengan pokok bahasan yang akan diajarkan, siswa akan terlibat dalam kegiatan inquiry dengan melalui 5 fase ialah: Fase 1 : Siswa menghadapi masalah yang dianggap oleh siswa memberikan tantangan untuk diteliti. Fase 2 : Siswa melakukan pengumpulan data untuk menguji kondisi, sifat khusus dari objek teliti dan pengujian terhadap situasi masalah yang dihadapi. Fase 3 : siswa mengumpulkan data untuk memisahkan variabel yang relevan, berhipotesis dan bereksperimen untuk menguji hipotesis sehingga diperoleh hubungan sebab akibat. Fase 4 : merumuskan penemuan inquiry hingga diperoleh penjelasan, pernyataan, atau prinsip yang lebih formal. Fase 5 : melakukan analisis terhadap proses inquiry, strategi yang dilakukan oleh guru maupun siswa. Analisis diperlukan untuk membantu siswa terarah pada mencari sebab akibat. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Inquiry, merupakan perluasan dari discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya, inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Misalnya: Merumuskan problema, merancang eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, membuat kesimpulan dan sebagainya. 3. DISCOVERY (PENEMUAN TERBIMBING) . DR. J. Richard Suchman (dalam Widdiharto: 2004) mencoba mengalihkan kegiatan belajar-mengajar dari situasi yang didominasi guru ke situasi yang melibatkan siswa dalam proses mental melalui tukar pendapat yang berwujud
  • 5. diskusi, seminar, dan sebagainya. Salah satu bentuknya disebut Guided Discovery Lesson (pelajaran dengan penemuan terpimpin) Discovery (penemuan terbimbing) sering dipertukarkan pemakainnya dengan inquiry (penyelidikan). Sund berpendapat bahwa discovery (penemuan terbimbing) adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental, misalnya: mengamati, menjelaskan, mengelompokkan, membuat kesimpulan dan sebagainya. Sedangkan konsep misalnya: lingkaran, segitiga, x < y, dan sebagainya. Prinsip misalnya: “ kuadrat sisi miring pada segitiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat sisi siku-sikunya” Selanjutnya Sund mengatakan bahwa penggunaan discovery dalam batas-batas tertentu adalah baik untuk kelas-kelas rendah, sedangkan inquiry baik untuk siswa-siswa di kelas yang lebih tinggi. Sebagai model pembelajaran dari sekian banyak model pembelajaran yang ada, penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam model ini siswa didorong untuk berfikir sendiri, sehingga dapat “menemukan” prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan oleh guru. Sampai seberapa jauh siswa dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari. Dengan metode ini, siswa dihadapkan kepada situasi dimana ia bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi dan mencoba-coba (trial and error) hendaknya dianjurkan. Guru bertindak sebagai penunjuk jalan, ia membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Pengajuan pertanyaan yang tepat oleh guru akan merangsang kreativitas siswa dan membantu mereka dalam “menemukan” pengetahuan baru tersebut. Model ini membutuhkan waktu yang relatif banyak dalam pelaksanaannya, akan tetapi hasil belajar yang dicapai sebanding dengan waktu yang digunakan. Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan ‘mengkonstruksi’ sendiri konsep atau pengetahuan tersebut. Model ini bisa dilakukan baik secara perorangan maupun kelompok. Agar pelaksanaan penemuan terbimbing berjalan dengan efektif, beberapa langkah yang mesti ditempuh oleh guru matematika adalah sebagai berikut:
  • 6. 1. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya, yang dinyatakan dengan pernyataan atau pertanyaan. Perumusan harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan siswa melalui kegiatan tersebut perlu ditulis dengan jelas. 2. Diskusi sebagai pengarahan sebelum siswa melakukan kegiatan. Alat/bahan perlu disediakan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam melaksanakan kegiatan. 3. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS. 4. Kegiatan metode penemuan oleh siswa berupa penyelidikan/percobaan untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan. 5. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya. 6. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat oleh siswa tersebut di atas diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai. 7. Proses berpikir kritis perlu dijelaskan untuk menunjukkan adanya mental operasional siswa, yang diharapkan dalam kegiatan. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya. Disamping itu perlu diiingat pula bahwa induksi tidak menjamin 100 % kebenaran konjektur. 8. Setelah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar. 9. Perlu dikembangkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka, yang mengarah pada kegiatan yang dilakukan siswa.
  • 7. 10. Ada catatan guru yang meliputi penjelasan tentang hal-hal yang sulit dan factor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil terutama kalau penyelidikan mengalami kegagalan atau tak berjalan sebagaimana mestinya. Model Penemuan Terbimbing memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari Model Penemuan terbimbing adalah sebagai berikut: 1. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan. 2. Menumbuhkan sekaligus menamkan sikap inquiry (mencari-temukan). 3. Mendukung kemampuan problem solving siswa 4. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 5. Materi yang disajikan dapat mencapai tingkat kemampuan yang lebih tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya (Marzano, dalam Widdiharto: 2004). Sementara itu kekurangannya (Widdiharto: 2004) adalah sebagai berikut: 1. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama. 2. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Dilapangan beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah. 3. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan Model Penemuan Terbimbing http://refi07.wordpress.com/pendekatan-inquiry-dan-discovery/ Mengenai kelebihan dan kekurangan metode penemuan/discovery-inquiry diuraikan oleh Sudirman N, dkk (1992) sebagai berikut : Kelebihan metode penemuan/discovery-inquiry : 1. Strategi pengajaran menjadi berubah dari yang bersifat penyajian informasi oleh guru kepada siswa sebagai penerima informasi yang baik tetapi proses mentalnya berkadar rendah, menjadi pengajaran yang menekankan kepada proses pengolahan informasi di mana siswa yang aktif mencari dan mengolah sendiri informasi yang kadar proses mentalnya lebih tinggi atau lebih banyak. 2. Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar atau ide lebih baik. 3. Membantu siswa dalam menggunakan ingatan dan dalam rangka transfer kepada siutuasi-situasi proses belajar yang baru. 4. Mendorong siswa untuk berfikur dan bekerja atas inisiatifnya sendiri. 5. Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar yang tida hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar.
  • 8. 6. Metode ini dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari sehingga retensinya 9tahan lama dalam ingatan) menjadi lebih baik. Kekurangan metode penemuan/discovery-inquiry : 1. Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari guru apa adanya, ke arah membiasakan belajar mandiri dan berkelompok dengan mencari dan mengolah informasi sendiri. Mengubah kebiasaan bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi kebiasaan yang telah bertahun-tahun dilakukan. 2. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar. Inipun bukan pekerjaan yang mudah karena umumnya guru merasa belum puas kalau tidak banyak menyajikan informasi (ceramah). 3. Metode ini memberikan kebebasan pada siswa dalam belajar, tetapi tidak berarti menjamin bahwa siswa belajar dengan tekun, penuh aktivitas, dan terarah. 4. Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih baik. Dalam kondisi siswa banyak (kelas besar) dan guru terbatas, agaknya metode ini sulit terlaksana dengan baik. Jenis-Jenis Metode Penemuan (Discovery-Inquiry) Moh. Amin (Sudirman N, 1992) menguraikan tentang tujuh jenis inquiry-discovery yang dapat diikuti sebagai berikut : 1. Guided Discovery-Inquiry Lab. Lesson Sebagian perencanaan dibuat oleh guru. Selain itu guru menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Dalam hal ini siswa tidak merumuskan problema, sementara petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru. 1. Modified Discovery-Inquiry Guru hanya memberikan problema saja. Biasanya disediakan pula bahan atau alat-alat yang diperlukan, kemudian siswa diundang untuk memecahkannya melalui pengamatan, eksplorasi dan atau melalui prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya. Pemecahan masalah dilakukan atas inisiatif dan caranya sendiri secara berkelompok atau perseorangan. Guru berperan sebagai pendorong, nara sumber, dan memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin kelancaran proses belajar siswa. 1. Free Inquiry Kegiatan free inquiry dilakukan setelah siswa mempelajarai dan mengerti bagaimana memecahkan suatu problema dan telah memperoleh pengetahuan cukup tentang bidang studi tertentu serta telah melakukan modified discovery-inquiry. Dalam metode ini siswa harus mengidentifikasi dan merumuskan macam problema yang akan dipelajari atau dipecahkan. 1. Invitation Into Inquiry
  • 9. Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan problema sebagaimana cara-cara yang lazim diikuti scientist. Suatu undangan (invitation) memberikan suatu problema kepada siswa, dan melalui pertanyaan masalah yang telah direncanakan dengan hati-hati mengundang siswa untuk melakukan beberapa kegiatan atau kalau mungkin, semua kegiatan sebagai berikut : merancang eksperimen, merumuskan hipotesis, menetapkan kontrol, menentukan sebab akibat, menginterpretasi datadan membuat grafik 1. Inquiry Role Approach Inquiry Role Approach merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan siswa dalam tim-tim yang masing-masing terdiri tas empat anggota untuk memecahkan invitation into inquiry. Masing-masing anggota tim diberi tugas suatu peranan yang berbeda-beda sebagai berikut : koodinator tim, penasihat teknis, pencatat data dan evaluator proses 1. Pictorial Riddle Pendekatan dengan menggunakan pictorial riddle adalah salah satu teknik atau metode untuk mengembangkan motivasi dan minat siswa di dalam diskusi kelompok kecil maupun besar. Gambar atau peragaan, peragaan, atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berfikir kritis dan kreatif siswa. Suatu ridlle biasanya berupa gambar di papan tulis, papan poster, atau diproyeksikan dari suatu trasparansi, kemudian guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan ridlle itu. 1. Synectics Lesson Pada dasarnya syntetics memusatkan pada keterlibatan siswa untyuk membuat berbagai macam bentuk metafora (kiasan) supaya dapat membuka intelegensinya dan mengembangkan kreativitasnya. Hal ini dapat dilaksankan karena metafora dapat membantu dalam melepaskan “ikatan struktur mental” yang melekat kuat dalam memandang suatu problema sehingga dapat menunjang timbulnya ide-ide kreatif. Sasaran pembelajaran yang dapat dicapai dengan penerapan inkuiri adalah: Sasaran kognitif 1. Memahami bidang khusus dari materi pelajaran 2. Mengembangkan keterampilan proses sains 3. Mengembangkan kemampuan bertanya, memecahkan masalah dan melakukan percobaan 4. Menerapkan pengetahuan dalam situasi baru yang berbeda. 5. Mengevaluasi dan mensintesis informasi, ide dan masalah baru 6. Memperkuat keterampilan berpikir kritis Sasaran afektif
  • 10. 1. Mengembangkan minat terhadap pelajaran dan bidang ilmu 1. Memperoleh apresiasi untuk pertimbangan moral dan etika yang relevan dengan bidang ilmu tertentu. 2. Meningkatkan intelektual dan integritas 3. Mendapatkan kemampuan untuk belajar dan menerapkan materi pengetahuan. http://bangkititahermawati.wordpress.com/ipa-kelas-vii/pembelajaran-inquiry-dan-discovery/ Strategi Pembelajaran Inquiry & Discovery Strategi pembelajaran inquiry & discovery adalah metode pembelajaran yang pertama kali dikembangkan oleh Bruner (1966) di mana siswa didorong untuk mengalami, melakukan percobaan, dan menemukan sendiri prinsip-prinsip dan konsep yang diajarkan. Strategi pembelajaran inquiry & discovery memiliki beberapa keuntungan, seperti dapat membangkitkan rasa keingintahuan (curiosity), minat, dan motivasi siswa untuk terus belajar sampai dapat menemukan jawaban. Di samping itu, melalui penerapan strategi inquiry, siswa juga dapat belajar memecahkan masalah secara mandiri dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis sebab mereka harus menganalisis dan mengutak-atik informasi. Secara operasional pembelajaran iquiry & discovery dapat ditempuh melalui tahapan-tahapan berikut: a. Sajikan situasi teka-teki (puzzling situation) yang sesuai dengan tahapan perkembangan siswa. Jelaskan prosedur inquiry & discovery dan sajikan masalah. b. Minta siswa mengumpulkan informasi melalui observasi atau berdasar pengalaman masing-masing. c. Minta siswa menganalisis dan menyajikan hasil dalam bentuk tulisan, gambar, bagan, tabel, atau karya lain. d. Minta siswa mengkomunikasikan dan menyajikan hasil karyanya, misalnya dalam bentuk penyajian di kelas, menempelkan di majalah dinding, menulis di koran, dan sebagainya. e. Dalam penyajian di kelas, bangkitkan tanggapan dan penjelasan siswa lain. Minta tanggapan balik (counter-sugestions) dan selidiki tanggapan siswa. Hadapkan mereka dengan demonstrasi-demonstrasi tambahan untuk mengeksplorasi lebih jauh. f. Ciptakan lingkungan yang dapat menerima dan menghargai pendapat orang lain. Selalu minta siswa memberi alasan atas jawaban-jawaban mereka. Sajikan tugas-tugas yang berkaitanbkemudian cermati dan beri balikan atas pemikiran-pemikiran yang diajukan siswa. g. Ciptakan situasi yang memungkinkan siswa dapat berinteraksi dan bersedia bekerjasama dengan tetap memperhatikan sopan santun http://www.tuanguru.com/2012/08/strategi-pembelajaran-inquiry-discovery.html Dalam usaha meningkatkan pendidikan pada umumnya Bruner mengemukakan empat tema, yaitu; struktur, kesiapan, intuisi dan motivasi. Bruner menganggap bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu; memperoleh informasi baru, transformasi ilmu pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Pandangannya terhadap
  • 11. belajar yang disebutnya sebagai konseptualisme instrumental didasarkan pada dua prinsip, yaitu; pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada model-model menganai kenyataan yang dibangunnya, dan model-model itu mula-mula diadopsi dari kebudayaan seseorang, dan kemudian model-model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu. Pematangan intelektual seseorang ditunjukkan oleh bertambahnya ketidakbergantungan respon dari sifat stimulus. Pertumbuhan itu tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa- peristiwa menjadi suatu “sistem simpanan” yang sesuai dengan lingkungan.pertumbuhan itu menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk mengemukakan pada dirinya sendiri atau pada orang lain tentang apa yang telah atau akan dilakukannya. Penyajian kemampuan dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu; cara enaktif, ekonik, dan cara simbolik. Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan (discovery learning). Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan dan berfikir secara bebas, dan memilih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah dikemukakan oleh Bruner dalam bukunya Toward a Theory of Instruction yang diambil dari buku Teori-Teori Belajar tulisan Ratna Wilis Dahar, Bruner mengatakan: We teach a subject not to produce litle living libraries on the subject, but rather to get a student to think mathematically for him self, to consider matters as an historian does, to take part in the process of knowledge-getting. Knowing is a process, not aproduct. Jadi kalau kita mengajar sains misalnya, kita bukan akan menghasilkan perpustakaan-perpustakaan hidup kecil tentang sains, melainkan kita ingin membuat anak-anak kita berfikir secara matematis bagi dirinya sendiri, berperan serta dalam proses perolehan pengetahuan. Mengetahui itu adalah suatu proses, bukan suatu produk. http://toxicthechemistry.blogspot.com/2013/11/teori-belajar-penemuan-jerome-bruner.html Jerome Bruner Belajar Penemuan berdasarkan teori Jerome s. Bruner Salah satu model kognitif yang sangat berpengaruh adalah model dari Jerome Bruner (1966) yang dikenal dengan nama belajar penemuan (discovery learning). Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner menyarankan
  • 12. agar siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan konsep dan prinsip itu sendiri. Secara umum terdapat dua ciri konsep belajar penemuan Jerome Bruner ini, yaitu: 1. Tentang (discovery) itu sendiri merupakan ciri umum dari teori Bruner ini, dimana teori ini mengarahkan agar peserta didik mendiri dalam menemukan, mengolah, memilah dan dan mengembangkan. Berbeda dengan teori yang lain seperti teori, behavioristik yang belajar berdasarkan pengalaman tidak memperhatikan aspek kognitifnya seperti teori discovery Bruner ini. 2. Konsep kurikulum spiral merupakan ciri khas dari teori discovery Jerome Bruner ini. Dimana dalam teorinya di tuntut adanya pengulangan-pengulangan terhadap pengetahuan yang sama namun diulang dengan pembahasan yang lebih luas dan mendalam. Yang menjadi ide dasar Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif dalam belajar di kelas, untuk itu menurut Bruner, murid mengorganisir bahan yang dipelajari dalam suatu bentuk akhir. Teori ini disebutnya dengan discovery learning, atau dengan kata lain bagaimana cara orang memilih mempertahankan dan mentransformasikan informasi secara aktif, dan inilah menurut Bruner inti dari berajar http://tujuhkoto.wordpress.com/2010/06/21/teori -belajar-menurut-jerome-bruner/ teori discovery learning yang cetuskan oleh Jerome Bruner. Ada beberapa keistimewaan discovery learning itu, antara lain: & Discovery learning menimbulkan keingintahuan siswa, dapat memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaan sampai mereka menemukan jawaban-jawaban. & Pendekatan ini dapat mengajar keterampilan menyelesaikan masalah secara mandiri dan mungkin memaksa siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi dan tidak hanya menyerap secara sederhana saja  Hasilnya lebih berakar dari pada cara belajar yang lain.  Lebih mudah dan cepat ditangkap  Dapat dimanfaatkan dalam bidang sudi lain atau dalam kehidupan sehari-hari  berdaya guna untuk meningkatkan kemampuan siswa menalar dengan baik Sedangkan kelemahan teori Discovey Learning Jerome Bruner antara lain:  Belajar discovery learning belum tentu bisa diaplikasikan karena kondisi dan sistem yang belum mendukuag penemuan sendiri, sementara secara realistis murid didominasi hanya menerima dari guru  Discovery learning belum tentu semua murid mahir untuk menerapkannya  Discavery learning berbahaya bagi murid yang kurang mahir, sebab pengetahuan yang ia peroleh tidak akan menambah pengetahuan yang sempurna tapi baru sebatas coba-coba. http://tujuhkoto.wordpress.com/2010/06/21/teori -belajar-menurut-jerome-bruner/
  • 13. Beberapa kelebihan dan kelemahan dari metode inkuiri adalah sebagai berikut: 1. Kelebihan a) Siswa ikut berpartisipasi secara aktif di dalam kegiatan belajarnya, sebab metode inkuiri menekankan pada proses pengolahan informasi pada peserta didik b) Siswa benar-benar dapat memahami suatu konsep dan rumus, sebab siswa menemukan sendiri proses untuk mendapatkan konsep atau rumus tersebut. c) Metode ini memungkinkan sikap ilmiah dan menimbulkan semangat ingin tahu para siswa. d) Dengan menemukan sendiri siswa merasa sangat puas dengan demikian kepuasan mental sebagai nilai intrinsik siswa terpenuhi. e) Guru tetap memiliki kontak pribadi f) Penemuan yang diperoleh peserta didik dapat menjadi kepemilikan yang sangat sulit dilupakan. 2. Kelemahan Metode Inkuiri menurut Fat Hurrahman (2008) adalah: a) Persiapan dan pelaksanaannya memakan waktu yang cukup lama. b) Metode ini tidak efektif bila tidak ditunjang dengan peralatan yang lengkap sesuai dengan kebutuhan. c) Sukar dilaksanakan bila siswa belum matang kemampuan untuk melaksanakannya. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri Setiap model pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar memiliki kelebihan dan kekurangan. Model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki kelebihan tertentu. Kelebihan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan oleh Bruner (Wartono, 2003) yaitu : a. Model pembelajaran inkuiri meningkatkan potensi intelektual siswa. Hal ini dikarenakan siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan dengan pengamatan dan pengalaman sendiri. b. Ketergantungan siswa terhadap kepuasan ekstrinsik bergeser kearah kepuasan intrinsik. Siswa yang telah berhasil menemukan sendiri sampai dapat memecahkan masalah yang ada akan meningkatkan kepuasan intelektualnya yang datang dari dalam diri siswa. c. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan karena terlibat langsung dalam proses penemuan. d. Belajar melalui inkuiri dapat memperpanjang proses ingatan. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikiran sendiri akan lebih mudah diingat.
  • 14. e. Belajar dengan inkuiri, siswa dapat memahami konsepkonsep sains dan ide-ide dengan baik. f. Pengajaran menjadi terpusat pada siswa, salah satu prinsip psikologi belajar menyatakan bahwa semakin besar keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, maka semakin besar pula kemampuan belajar siswa tersebut. Dalam pembelajaran inkuiri tidak hanya ditujukan untuk belajar konsep-konsep dan prinsip-prinsip saja tetapi juga belajar pengarahan diri sendiri, tanggung jawab, komunikasi dan sebagainya. g. Proses pembelajaran inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan konsep diri siswa. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran inkuiri lebih besar, sehingga memberikan kemungkinan kepada siswa untuk memperluas wawasan dan mengembangkan konsep diri secara baik. h. Tingkat harapan meningkat, tingkat harapan merupakan bagian dari konsep diri. Ini berarti bahwa siswa memiliki keyakinan atau harapan dapat menyelesaikan tugasnya secara mandiri berdasarkan pengalaman penemuannya. i. Model pembelajaran inkuiri dapat mengembangkan bakat. Manusia memiliki berbagai macam bakat, salah satunya adalah bakat akademik, semakin banyak kebebasan dalam proses pembelajaran maka semakin besar kemungkinan siswa untuk mengembangkan bakatbakat lainnya, seperti kreatif, social, dan sebagainya. j. Model pembelajaran inkuiri dapat menghindarkan siswa belajar dengan hafalan. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada siswa untuk menemukan makna lingkungan sekelilingnya. k. Model pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencerna dan mengatur informasi yang didapatkan. Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran inkuiri terbimbing juga memiliki kekurangan. Adapun kekurangan dari model pembelajaran inkuiri terbimbing, yaitu: a. Model pembelajaran inkuiri mengandalkan suatu kesiapan berpikir tertentu siswasiswa yang mempunyai kemampuan berpikir lambat bisa kebingungan dalam berpikir secara luas membuat abstraksi, menemukan hubungan antara konsepkonsep dalam suatu mata pelajaran, atau menyusun apa yang telah mereka peroleh secara tertulis atau lisan. Siswa siswa yang mempunyai kemampuan berpikir tinggi bisa memonopoli model pembelajaran penemuan, sehingga menyebabkan frustasi bagi siswasiswa lain.
  • 15. b. Tidak efisien, khususnya untuk mengajar siswa yang berjumlah besar sebagai contoh banyak waktu yang dihabiskan untuk membantu seorang siswa dalam menemukan teori-teori tertentu. c. Harapan-harapan dalam model pembelajaran ini dapat terganggu oleh siswa-siswa dan guru-- guru yang telah terbiasa dengan pengajaran tradisional. d. Pada bidang sains membutuhkan banyak fasilitas untuk menguji ide-ide. http://bintangkecildelapan.blogspot.com/2012/03/normal -0-false-false-false-in-x-none-x_24.html Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya mengedepankan pemanfaatan kelompok-kelompok siswa. Prinsip yang harus dipegang teguh dalam kaitan dengan kelompok kooperatif adalah setiap siswa yang ada dalam suatu kelompok harus mempunyai tingkat kemampuan yang heterogen (tinggi, sedang dan rendah) dan bila perlu mereka harus berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta mempertimbangkan kesetaraan gender. Model pembelajaran kooperatif bertumpu pada kooperasi (kerjasama) saat menyelesaikan permasalahan belajar yaitu dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Sebuah model pembelajaran dicirikan oleh adanya struktur tugas belajar, struktur tujuan pembelajaran dan struktur penghargaan ( reward). Dalam kaitan dengan model pembelajaran kooperatif, maka tentu saja struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran ini tidak sama dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain. Jenis-Jenis Model Pembelajaran Kooperatif yang Dapat Diterapkan Guru Berikut ini daftar beberapa model pembelajaran kooperatif yang efektif: TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction) Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini sebenarnya adalah penggabungan dari pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual. Pada model pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa mengikuti tingkatan yang bersifat individual berdasarkan tes penempatan, dan kemudian dapat maju ke tahapan selanjutnya berdasarkan tingkat kecepatannya belajar. Jadi, setiap anggota kelompok sebenarnya belajar unit-unit materi pelajaran yang berbeda. Rekan sekelompok akan memeriksa hasil pekerjaan rekan sekelompok lainnya dan memberikan bantuan jika diperlukan. Tes kemudian diberikan diakhir unit tanpa bantuan teman sekelompoknya dan diberikan skor. Lalu setiap minggu guru akan menjumlahkan total unit materi yang diselesaikan suatu kelompok dan memberikan sertifikat atau penghargaan bila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan, dan beberapa poin tambahan untuk kelompok yang anggotanya mendapat nilai sempurna. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini adalah karena siswa bertanggungjawab untuk memeriksa pekerjaan rekannya yang lain, maka guru mempunyai waktu yang lebih banyak untuk membantu kelompok-kelompok kecil yang menemuai banyak hambatan dalam belajar yang merupakan kumpulan dari anggota-anggota kelompok yang berada pada
  • 16. tingkatan unit materi pelajaran yang sama. Banyak penelitian melaporkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini sangat efektif untuk digunakan dalam pembelajaran. STAD (Student Teams Achievement Division) Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang disebut tim. Kemudian seluruh kelas diberikan presentasi materi pelajaran. Siswa kemudian diberikan tes. Nilai-nilai individu digabungkan menjadi nilai tim. Pada model pembelajaran kooperatif tipe ini walaupun siswa dites secara individual, siswa tetap dipacu untuk bekerja sama untuk meningkatkan kinerja dan prestasi timnya. Bila pertama kali digunakan di kelas anda, maka ada baiknya guru terlebih dahulu memperkenalkan model pembelajaran kooperatif STAD ini kepada siswa. Round Table atau Rally Table Untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Round table atau Rally Table ini guru dapat memberikan sebuah kategori tertentu kepada siswa (misalnya kata-kata yang dimulai dengan huruf “s”). Selanjutnya mintalah siswa bergantian menuliskan satu kata secara bergiliran. Jigsaw Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Tujuan diciptakannya tipe model pembelajaran kooperatif Jigsaw ini adalah untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap belajarnya sendiri dan juga belajar anggota kelompoknya yang lain. Mereka diminta mempelajari materi yang akan menjadi tanggungjawabnya, karena selain untuk dirinya, ia juga harus mengajarkan materi itu kepada anggota kelompoknya yang lain. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini ketergantungan antara siswa sangat tinggi. Setiap siswa dalam model pembelajaran kooperatif ini adalah anggota dari dua kelompok, yaitu (1) kelompok asal (home group) dan (2) kelompok ahli (expert group). Kelompok asal dibentuk dengan anggota yang heterogen. Di kelompok asal ini mereka akan membagi tugas untuk mempelajari suatu topik. Setelah semua anggota kelompok asal memperoleh tugas masing-masing, mereka akan meninggalkan kelompok asal untuk membentuk kelompok ahli. Kelompok ahli adalah kelompok yang terbentuk dari anggota-anggota kelompok yang mempunyai tugas mempelajari sebuah topik yang sama (berdasarkan kesepakatan mereka di kelompok asal). Setelah mempelajari topik tersebut di kelompok ahli, mereka akan kembali ke kelompok asal mereka masing-masing dan saling mengajarkan topik yang menjadi tanggungjawab mereka ke anggota kelompok lainnya secara bergantian. Guru perlu memahami bagaimana model pembelajaran Jigsaw ini dilaksanakan, begitu juga siswa Tim Jigsaw Untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, tugaskan setiap siswa pada setiap kelompok untuk mempelajari seperempat halaman dari bacaan atau teks pada mata pelajaran apa saja (misalnya IPS), atau seperempat bagian dari sebuah topik yang harus mereka pelajari atau ingat. Setelah setiap siswa tadi menyelesaikan pembelajarannya dan kemudian saling mengajarkan (menjelaskan) tentang materi yang menjadi tugasnya atau saling bekerjasama untuk membentuk sebuah kesatuan materi yang utuh saat mereka menyelesaikan sebuah tugas atau teka-teki.
  • 17. Jigsaw II Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini adalah modifikasi dari tipe Jigsaw. Jigsaw II dikembangkan oleh Robert Slavin pada tahun 1980 di mana semua anggota kelompok asal mempelajari satu topik yang sama, hanya saja masing-masing anggota difokuskan untuk mendalami bagian-bagian tertentu dari topik itu. Setiap anggota kelompok asal harus menjadi ahli dalam bagian topik yang mereka dalami. Seperti Jigsaw, di tipe Jigsaw II ini mereka juga harus mengajarkan keahliannya pada anggota kelompok asalnya yang lain secara bergantian. Reverse Jigsaw (Kebalikan Jigsaw) Tipe model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan oleh Timothy Hedeen (2003). Perbedaanya dengan tipe Jigsaw adalah, bila pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw anggota kelompok ahli hanya mengajarkan keahliannya kepada anggota kelompok asal, maka pada model pembelajaran kooperatif reverse jigsaw ini, siswa-siswa dari kelompok ahli mengajarkan keahlian mereka (materi yang mereka pelajari atau dalami) kepada seluruh kelas. NHT (Numbered Heads Together) – Kepala Bernomor Bersama Pada modelpembelajaran kooperatif tipe NHT, minta siswa untuk menomori diri mereka masing dalam kelompoknya mulai dari 1 hingga 4. Ajukan sebuah pertanyaan dan beri batasan waktu tertentu untuk menjawabnya. Siswa yang mengangkat tangan jika bisa menjawa pertanyaan guru tersebut. Guru menyebut suatu angka (antara 1 sampai 4) dan meminta seluruh siswa dari semua kelompok dengan nomor tersebut menjawab pertanyaan tadi. Guru menandai siswa-siswa yang menjawab benar dan memperkaya pemahaman siswa tentang jawaban pertanyaan itu melalui diskusi. TGT (Team Game Tournament) Model pembelajaran kooperatif tipe TGT mirip dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, tetapi bedanya hanya pada kuis yang digantikan dengan turnamen mingguan (Slavin, 1994). Pada model pembelajaran kooperatif ini, siswa-siswa saling berkompetisi dengan siswa dari kelompok lain agar dapat memberikan kontribusi poin bagi kelompoknya. Suatu prosedur tertentu digunakan untuk membuat permainan atau turnamen berjalan secara adil. Penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT terbukti efektif meningkatkan hasil belajar siswa. Three-Step Interview (Wawancara Tiga Langkah) Pada model pembelajaran kooperatif tipe three-step interview (disebut juga three problem-solving) dilakukan 3 langkah untuk memecahkan masalah. Pada langkah pertama guru menyampaikan isu yang dapat memunculkan beragam opini, kemudian mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan kepada seluruh siswa di kelas. Langkah kedua, siswa secara berpasangan bermain peran sebagai pewawancara dan orang yang diwawancarai. Kemudian, di langkah yang ketiga, setelah wawancara pertama dilakukan maka pasangan bertukar peran: pewawancara berperan sebagai orang yang diwawancarai dan sebaliknya orang yang tadi mewawancarai menjadi orang yang diwawancarai. Setelah semua pasangan telah bertukar peran, selanjutnya setiap pasangan dapat membagikan atau mempresentasikan hasil wawancara mereka kepada seluruh kelas secara bergiliran. Tipe model pembelajaran kooperatif ini (three-step interview) ini efektif untuk mengajarkan siswa problem solving (pemecahan masalah).
  • 18. Three-Minute Review (Reviu Tiga Langkah) Model pembelajaran kooperatif tipe three-step review efektif untuk digunakan saat guru berhenti pada saat-saat tertentu selama sebuah diskusi atau presentasi berlangsung, dan mengajak siswa mereviu apa yang telah mereka ungkapkan saat diskusi di dalam kelompok mereka. Siswa-siswa dalam kelompok-kelompok itu dapat bertanya untuk mengklarifikasi kepada anggota lainnya atau menjawab pertanyaan-pertanyaan dari anggota lain. Misalnya setelah diskusi tentang proses-proses kompleks yang terjadi di dalam tubuh manusia misalnya pencernaan makanan, siswa dapat membentuk kelompok-kelompok dan mereviu proses diskusi dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengklarifikasi. GI (Group Investigasi) Model pembelajaran kooperatif tipe group investigasi telah banyak dibahas pada blog ptk dan model pembelajaran ini. Silakan baca tentang model pembelajaran kooperatif group investigasi:  Tinjauan tentang model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigasi  Efektivitas kelompok kooperatif pada tipe GI ini juga perlu untuk dievaluasi  Evaluasi proses inkuiri yang dilakukan siswa saat model pembelajaran kooperatif tipe group investigasi  Sintaks model pembelajaran kooperatif tipe GI  langkah-langkah desain model dan implementasinya di kelas Go Around (Berputar) Model pembelajaran kooperatif tipe go around sebenarnya adalah variasi dari model pembelajaran kooperatif tipe group investigasi. Baca lebih lanjut tentang langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran kooperatif Go Around Reciprocal Teaching (Pengajaran Timbal Balik) Model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching (pengajaran timbal balik) dikembangkan oleh Brown & Paliscar (1982). Pengajaran timbal balik atau reciprocal teaching ini juga merupakan sebuah model pembelajaran kooperatif yang meminta siswa untuk membentuk pasangan-pasangan saat berpartisipasi dalam sebuah dialog (percakapan atau diskusi) mengenai sebuah teks (bahan bacaan). Setiap anggota pasangan akanbergantian membaca teks dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, menerima dan memperoleh umpan balik ( feedback). Model pembelajaran tipe reciprocal teaching ini memungkinkan siswa untuk melatih dan menggunakan teknik-teknik metakognitif seperti mengklarifikasi, bertanya, memprediksi, dan menyimpulkan. Model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching ini dikembangkan atas dasar bahwa siswa dapat belajar secara efektif dari siswa lainnya. Baca artikel yang lebih rinci tentang model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching (pengajaran timbal balik). CIRC (Cooperative Integrated Reading Composition) Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (cooperative integrated reading composition) adalah sebuah model pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan keterampilan-keterampilan berbahasa lainnya baik pada jenjang pendidikan tinggi maupun jenjang dasar. Pada tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini siswa tidak hanya mendapat kesempatan belajar melalui presentasi langsung oleh guru tentang keterampilan membaca dan menulis, tetapi juga teknik menulis sebuah komposisi (naskah). CIRC dikembangkan untuk menyokong pendekatan pembelajaran tradisional pada mata pelajaran bahasa yang disebut
  • 19. “kelompok membaca berbasis keterampilan”. Pada model pembelajaran CIRC ini siswa berpasang - pasangan di dalam kelompoknya. Ketika guru sedang membantu sebuah kelompok-membaca (reading group), pasangan-pasangan saling mengajari satu sama lain bagaimana “membaca-bermakna” dan keterampilan menulis melalui teknik reciprocal (timbal balik). Mereka diminta untuk saling bantu untuk menunjukkan aktivitas pengembangan keterampilan dasar berbahasa (misalnya membaca bersuara (oral reading), menebak konteks bacaan, mengemukakan pertanyaan terkait bacaan, menyimpulkan, meringkas, menulis sebuah komposisi berdasarkan sebuah cerita, hingga merevisi sebuah komposisi). Setelah itu, buku kumpulan komposisi hasil kelompok dipublikasikan pada akhir proses pembelajaran. Semua kelompok (tim) kemudian diberikan penghargaan atas upaya mereka dalam belajar dan menyelesaikan tugas membaca dan menulis. The Williams Tipe model pembelajaran kooperatif The Williams mengajak siswa melakukan kolaborasi untuk menjawab sebuah pertanyaan besar yang merupakan sebuah tujuan pembelajaran. Pada model pembelajaran ini siswa dikelompok-kelompoknya secara heterogen seperti pada tipe STAD. Kemudian setiap kelompok diberikan pertanyaan yang berbeda-beda dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif yang memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut. TPS (Think Pairs Share) Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (think pairs share) mulanya dikembangkan oleh Frank T. Lyman (1981). Tipe model pembelajaran kooperatif ini memungkinkan setiap anggota pasangan siswa untuk berkontemplasi terhadap sebuah pertanyaan yang diajukan. Setelah diberikan waktu yang cukup mereka selanjutnya diminta untuk mendiskusikan apa yang telah mereka pikirkan tadi (hasil kontemplasi) dengan pasangannya masing-masing. Setelah diskusi dengan pasangan selesai, guru kemudian mengumpulkan tanggapan atau jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan tersebut dari seluruh kelas. TPC (Think Pairs Check) Model pembelajaran kooperatif tipe think pairs-check adalah modifikasi dari tipe think pairs share, di mana penekanan pembelajaran ada pada saat mereka diminta untuk saling cek jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan guru saat berada dalam pasangan. TPW (Think Pairs Write) Tipe model pembelajaran kooperatif TPW (Think Pairs Write) juga merupakan variasi dari model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pairs Share). Penekanan model pembelajaran kooperatif tipe ini adalah setelah mereka berpasangan, mereka diminta untuk menuliskan jawaban atau tanggapan terhadappertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Model pembelajaran kooperatif tipe TPW ini sangat cocok untuk pelajaran menulis. Tea Party (Pesta Minum Teh) Pada model pembelajaran kooperatif tipe tea party, siswa membentuk dua lingkaran konsentris atau dua barisan di mana siswa saling berhadapan satu sama lain. Guru mengajukan sebuah pertanyaan (pada bidang mata pelajaran apa saja) dan kemudian siswa mendiskusikan jawabannya dengan siswa yang berhadapanan dengannya. Setelah satu menit, baris terluar atau lingkaran terluar bergerak searah jarum jamsehingga akan berhadapan dengan pasangan yang baru. Guru kemudian mengajukan pertanyaan kedua untuk mereka diskusikan. Langkah-langkah seperti ini terus
  • 20. dilanjutkan hingga guru selesai mengajukan 5 atau lebih pertanyaan untuk didiskusikan. Untuk sedikit variasi dapat pula siswa diminta menuliskan pertanyaan-pertanyaan pada kartu-kartu untuk catatan nanti bila diadakan tes. Write Around (Menulis Berputar) Model pembelajaran kooperatif tipe write around ini cocok digunakan untuk menulis kreatif atau untuk menulis simpulan. Pertama-tama guru memberikan sebuah kalimat pembuka (contohnya: Bila kamu akan berulang tahun, maka kamu akan meminta hadiah berupa...). Mintalah semua siswa dalam setiap kelompok untuk menyelesaikan kalimat tersebut. Selanjutnya mereka ia menyerahkan kertas berisi tulisannya tersebut ke sebelah kanan, dan membaca kertas lain yang mereka terima setelah diserahkan oleh kelompok lain, kemudian menambahkan satu kalimat lagi. Setelah beberapa kali putaran, maka akan diperoleh 4 buah cerita atau tulisan (bila di kelas dibentuk 4 kelompok). Selanjutnya beri waktu bagi mereka untuk membuat sebuah kesimpulan dan atau mengedit bagian-bagian tertentu, kemudian membagi cerita atau simpulan itu dengan seluruh kelas. Write around adalah modifikasi dari model pembelajaran kooperatif go around. Round Robin Brainstorming atau Rally Robin Contoh pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Round Robin Brainstorming misalnya : berikan sebuah kategori (misalnya “nama-nama sungai di Indonesia) untuk didiskusikan. Mintalah siswa bergantian untuk menyebutkan item-item yang termasuk ke dalam kategori tersebut. LT (Learnig Together) Orang yang pertama kali mengembangkan jenis model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together (Belajar Bersama) ini adalah David johnson dan Roger Johnson di Universitas Minnesota pada tahun 1999. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together, siswa dibentuk oleh 4 – 5 orang siswa yang heterogen untuk mengerjakan sebuah lembar tugas. Setiap kelompok hanya diberikan satu lembar kerja. Mereka kemudian diberikan pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. Pada model pembelajaran Kooperatif dengan variasi seperti Learning Together ini, setiap kelompok diarahkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan untuk membangun kekompakan kelompok terlebih dahulu dan diskusi tentang bagaimana sebaiknya mereka bekerjasama dalam kelompok. Student Team Learning (STL - Kelompok Belajar Siswa) Model pembelajaran kooperatif tipe student team learning ini dikembangkan di John Hopkins University – Amerika Serikat. Lebih dari separuh penelitian tentang pembelajaran kooperatif di sana menggunakan student team learning. Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif yang satu ini sama saja dengan model pembelajaran kooperatif yang lain yaitu adanya ide dasar bahwa siswa harus bekerjasama dan turut bertanggungjawab terhadap pembelajaran siswa lainnya yang merupakan anggota kelompoknya. Pada tipe STL ini penekanannya adalah bahwa setiap kelompok harus belajar sebagai sebuah tim. Ada 3 konsep sentral pada model pembelajaran kooperatif tipe STL ini, yaitu: (1) penghargaan terhadap kelompok; (2) akuntabilitas individual; (3) kesempatan yang sama untuk memperoleh kesuksesan. Pada sebuah kelas yang menerapkan model pembelajaran ini, setiap kelompok dapat memperoleh penghargaan apabila mereka berhasil melampaui ktiteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Akuntabilitas individual bermakna bahwa kesuksesan sebuah kelompok bergantung pada pembelajaran yang dilakukan oleh setiap individu anggotanya. Pada model pembelajaran tipe STL, setiap siswa baik dari kelompok atas, menengah, atau bawah dapat
  • 21. memberikan kontribusi yang sama bagi kesuksesan kelompoknya, karena skor mereka dihitung berdasarkan skor peningkatan dari pembelajaran mereka sebelumnya. Two Stay Two Stray Model pembelajaran kooperatif two stay two stray ini sebenarnya dapat dibuat variasinya, yaitu berkaitan dengan jumlah siswa yang tinggal di kelompoknya dan yang berpencar ke kelompok lain. Misalnya: (1) one stay three stray (satu tinggal tiga berpencar); dan (2) three stay one stray (tiga tinggal satu berpencar). Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dikembangkan pertama kali oleh Spencer Kagan (1990). Dengan struktur kelompok kooperatif seperti tipe two stay two stray ini dapat memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk saling berbagi informasi dengan kelompok-kelompok lain. Demikian pembahasan mengenai tipe-tipe model pembelajaran kooperatif. Pada artikel selanjutnya, blog ptk dan model pembelajaran akan menguraikan lebih detail mengenai beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang belum diulas pada artikel -artikel sebelumnya. Sampai jumpa. http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/02/tipe-model-pembelajaran-kooperatif.html Pembelajaran kooperatif muncul karena adanya perkembangan dalam sistem pembelajaran yang ada. Pembelajaran kooperatif menggantikan sistem pembelajaran yang individual. Dimana guru terus memberikan informasi ( guru sebagai pusat ) dan peserta didik hanya mendengarkan. Pembelajaran kooperatif mendapat dukungan dari Vygotsky tokoh teori kontruktivisme. Dukungan Vygotsky antara lain: a. Menekankan peserta didik mengkonstruksi pengetahuan mealui interaksi sosial dengan orang lain. b. Selain itu dia juga berpendapat bahwa penekanan belajar sebagai proses dialog interaktif. Semua hal tersebut ada dalam pembelajaran kooperatif. c. Arti penting belajar kelompok dalam pembelajaran. Pembelajaran kooperatif ini membuat siswa dapat bekerjasama dan adanya partisiasi aktif dari siswa. Guru sebagai fasilisator dan pembimbing yang akan mengarahkan setiap peserta didik menuju pengetahuan yang benar dan tepat. PEMBAHASAN A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF Adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. B. KONSEP DASAR PEMBELAJARAN KOOPERATIF
  • 22. Pada dasarnya manusia mempunyai perbedaan, dengan perbedaan itu manusia saling asah, asih, asuh ( saling mencerdaskan ). Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan saling menciptakan interaksi yang asah, asih, asuh sehingga tercipta masyarakat belajar ( learning community ). Siswa tidak hanya terpaku belajar pada guru, tetapi dengan sesama siswa juga. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat. C. CIRI-CIRI PEMBELAJARAN KOOPERATIF Didalam pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen yang berkaitan. Menurut Lie ( 2004 ): 1. Saling ketergantungan positif Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan atau yang biasa disebut dengan saling ketergantungan positif yang dapat dicapai melalui : saling ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan peran, saling ketergantungan hadiah. 2. Interaksi tatap muka Dengan hal ini dapat memaksa siswa saling bertatap muka sehingga mereka akan berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru tetapi dengan teman sebaya juga karena biasanya siswa akan lebih luwes, lebih mudah belajarnya dengan teman sebaya. 3. Akuntabilitas individual Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian ini selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua kelompok mengetahui siapa kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan,maksudnya yang dapat mengajarkan kepada temannya. Nilai kelompok tersebut harus didasarkan pada rata-rata, karena itu anggota kelompok harus memberikan kontribusi untuk kelompnya. Intinya yang dimaksud dengan akuntabilitas individual adalah penilaian kelompok yang didasarkan pada rata-rata penguasaan semua anggota secara individual. 4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi Keterampilan sosial dalam menjalin hubungan antar siswa harus diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga siswa lainnya. D. UNSUR – UNSUR MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF Menurut Roger dan David Johnson ada 5 unsur dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu :
  • 23. 1. Positive interdependence ( saling ketergangtungan positif ) Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada 2 pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut. Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif yaitu : a) Menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok, pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok mencapai tujuan. b) Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai tujuan. c) Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompok hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok. d) Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi dan saling terikat dengan peserta didik lain dalam kelompok. 2. Personal responsibility ( tanggung jawab perorangan ) Tanggung jawab perorangan merupakan kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. 3. Face to face promotive interaction ( interaksi promotif ) Unsur ini penting untuk dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri – ciri interaksi promotif adalah : a. Saling membantu secara efektif dan efisien b. Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan c. Memproses informasi bersama secara lebih effektif dan efisien d. Saling mengingatkan e. Saling percaya f. Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama 4. Interpersonal skill ( komunikasi antar anggota / ketrampilan ) Dalam unsur ini berarti mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan peserta didik, maka hal yang perlu dilakukan yaitu : a. Saling mengenal dan mempercayai
  • 24. b. Mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius c. Saling menerima dan saling mendukung d. Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif. 5. Group processing ( pemrosesan kelompok ) Dalam hal ini pemrosesan berarti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. E. TUJUAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF 1. Meningkatkan hasil belajar akademik Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan social, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas – tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep – konsep yang sulit. 2. Penerimaan terhadap keragaman Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbada latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas – tugas bersama. 3. Pengembangan ketrampilan sosial Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi untuk saling berinteraksi dengan teman yang lain. F. PERBEDAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PEMBELAJARAN TRADISIONAL Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Tradisional Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan motivai sehingga ada interaksi promotif. Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok. Kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas- tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok lainnya hanya ‘enak-enak saja’ diatas keberhasilan temannya yang dianggap ‘ pemborong’. Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dsb sehingga dapat saling mengetahui Kelompok belajar biasanya homogen
  • 25. siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok. Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing. Ketrampilan social yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomu nikasi, mempercayai orang lain dan mengelola konflik secara langsung diajarkan. Ketrampilan sosial sering tidak diajarkan secara langsung. Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok. Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering dilakukan oleh guru pada saat belajarkelompok sedang berlangsung. Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok yang terjadi dalam kelompok – kelompok belajar. Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok – kelompok belajar. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai). Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas. G. KEUNTUNGAN PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF Keuntungan pembelajaran kooperatif diantaranya adalah : 1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan social 2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan. 3. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial. 4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai – nilai sosial dan komitmen. 5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois. 6. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. 7. Berbagi ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan. 8. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia. 9. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif. 10. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik. 11. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas H. SINTAK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF FASE – FASE PERILAKU GURU Fase 1 : present goals and set Menyampaikan tujuan dan memper Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar.
  • 26. siapkan peserta didik Fase 2 : present information Menyajikan informasi Mempresentasikan informasi kepada paserta didik secara verbal. Fase 3 : organize students into learning teams Mengorganisir peserta didik ke dalam tim – tim belajar Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien. Fase 4 : assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar Membantu tim- tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya. Fase 5 : test on the materials Mengevaluasi Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok- kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6 : provide recognition Memberikan pengakuan atau penghargaan Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok. I. TEKNIK – TEKNIK PEMBELAJARAN KOOPERATIF 1. Metode STAD ( Student Achievement Divisions ) Metode ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan – kawan dari universitas John Hopkins. Metode ini digunakan para guru untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penilaian verbal maupun tertulis. Langkah – langkahnya : a. Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing – masing terdiri atas 4 atau 5 anggota. Tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan ( tinggi, sedang, rendah ). b. Tiap anggota tim/kelompok menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusiantar sesama anggota tim/ kelompok. c. Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu akan mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari. d. Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individual atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang – kadang beberapa atau semua tim memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu criteria atau srandar tertentu. 2. Metode Jigsaw Langkah – langkahnya :
  • 27. a. Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen. b. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut. c. Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut (kelompok pakar / expert group). d. Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula ( home teams )untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar. e. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “ home teams “ para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari. 3. Metode G ( Group Investigation ) Metode ini dirancang oleh Herbet Thelen dan diperbaiki oleh Sharn. Dalam metode ini siswa dilibatkan sejak perencanaan baik dalam menentukan topik maupun mempelajari melalui investigasi. Dalam metode ini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik dalam komunikasi dan proses memiliki kelompok. Langkah-langkahnya : a. Seleksi topik b. Merencanakan kerjasama c. Implementasi d. Analisis dan sintesis e. Penyajian hasil akhir f. Evaluasi selanjutnya 4. Metode struktural Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan, yang menekankan pada struktur – struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola – pola interaksi siswa. Contoh teknik pembelajaran metode struktural yaitu : a. Mencari Pasangan ( Make a Match ) Dikembangkan oleh Larana Curran, dimana keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana yang menyenangkan. Langkah – langkahnya :
  • 28. 1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review ( persiapan menjelang tes atau ujian ). 2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu. 3) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. 4) Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok. 5) Para siswa mendiskusikan penyelesaian tugas secara bersama – sama. 6) Presentasi hasil kelompok atau kuis. b. Bertukar Pasangan Langkah – langkahnya : 1) Setiap siswa mendapatkan satu pasangan ( guru bisa menunjukkan pasangannya atau siswa melakukan prosedur / teknik mencari pasangan. 2) Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya. 3) Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain. 4) Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan. Masing – masing pasangan yang baru ini kemudian saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka. 5) Temuan baru yang didapatkan dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan pada pasangan semula. c. Berkirim Salam dan Soal Langkah – langkahnya : 1) Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan setiap kelompok ditugaskan untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang akan dikirim ke kelompok lain. Guru bisa mengawasi dan membantu memilih soal-soal yang cocok. 2) Kemudian masing-masing kelompok mengirimkan satu orang utusan yang akan menyampaikan salam dan soal dari kelompoknya. 3) Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain. 4) Setelah selesai jawaban masing – masing kelompok dicocokan dengan jawaban kelompok yang membuat soal. d. Bercerita Berpasangan
  • 29. Teknik ini menggabungkankegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Langkah – langkahnya : a) Pengajar membagi bahan pelajaran menjadi dua bagian. b) Pengajar memberikan pengenalan topik yang akan dibahas dalam pelajaran. c) Siswa dipasangkan d) Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua. e) Kemudian siswa disuruh membaca atau mendengarkan bagian mereka masing-masing f) Sambil membaca/mendengarkan siswa mencatat beberapa kata atau frase kunci yang ada dalam bagian masing-masing. g) Siswa berusaha untuk mengarang bagian lain yang belum dibaca/didengarkan berdasarkan kata kunci. h) Setelah selesai menulis, beberapa siswa bisa diberi kesempatan untuk membacakan hasil karangan mereka. i) Pengajar membagiakan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing –masing siswa. j) Diskusi mengenai topik tersebut. e. Dua Tinggal Dua Tamu ( Two Stay Two Stay ) Langkah-langkahnya : 1) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok berempat. 2) Siswa bekerjasama dalam kelompok berempat seperti biasa. 3) Setelah selesai, dua orang dari masing – masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing – masing bertamu ke dua kelompok lain. 4) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka. 5) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. 6) Kelompok mencocokan dan membahas hasil – hasil kerja mereka. f. Keliling Kelompok Langkah – langkahnya :
  • 30. 1) Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok memulai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan. 2) Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya 3) Demikian seterusnya. Giliran bicara bisa dilaksanakan menurut arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan. g. Kancing Gemerincing Langkah-langkahnya : 1) Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing – kancing atau benda kecil lainnya. 2) Sebelum kelompok memulai tugasnya setiap siswa dalam masing – masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing ( jumlah kancing bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan. 3) Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkan di tengah – tengah. 4) Jika kancing yang dimiliki seseorang habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka. 5. Think – Pair – Share Langkah-langkah : a. Thinking : guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. b. Pairing : guru meminta peserta didik berpasang – pasangan. Member kesempatan kepada pasangan – pasangan untuk berdiskusi. c. Sharing : hasil diskusi intersubjektif di tiap – tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengkonstuksian pengetahuan secara integratif. 6. Numbered Heads Together Langkah – langkahnya : a. Guru membagi kelas menjadi kelompok – kelompok kecil b. Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap – tiap kelompok. Pada kesempatan ini tiap – tiap kelompok menyatukan kepalanya “ Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban. c. Guru memanggil paserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap – tiap kelompok dan memberi kesempatan untuk menjawab.
  • 31. d. Guru mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh. 7. Bamboo Dancing Langkah – langkahnya : a. Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru. b. Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar dan berpasangan. c. Membagikan tugas kepada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas ( diskusi ). d. Usai berdiskusi pasangan berubah dengan menggeser posisi mengikuti arah jarum jam sehingga tiap- tiap peserta didik mendapat pasangan baru dan berbagi informasi, demikian seterusnya hingga kembali kepasangan awal. e. Hasil diskusi tiap – tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan kepada seluruh kelas f. Guru memfasilitasi terjadinya intersubjektif, dialog interaktif, Tanya jawab sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat diobjektivikasi dan menjadi pengetahuan bersama seluruh kelas. 8. Point – Counter – Point Langkah – langkahnya : a. Guru memberi pelajaran yang terdapat isu – isu kontroversi. b. Membagi peserta didik ke dalam kelompok – kelompok dan posisinya berhadap – hadapan. c. Tiap – tiap kelompok diberi kesempatan untuk merumuskan argumentasi – argumentasi sesuai dengan perspektif yang dikembangkannya. d. Setelah berdiskusi maka mereka mulai berdebat menyampaikan argumentasi sesuai pandangan yang dikembangkan kelompoknya. Kemudian minta tanggapan, bantahan atau koreksi dari kelompok lain perihal isu yang sama. e. Buat evaluasi sehingga peserta didik dapat mencari jawaban sebagai titik temu dari argumentasi – argumentasi yang telah mereka munculkan. 9. The Power of Two Langkah – langkahnya : a. Ajukan pertanyaan yang membutuhkan pemikiran yang kritis. b. Minta peserta didik menjawab pertanyaan yang diterimanya secara perorangan.
  • 32. c. Minta peserta didik mencari pasangan, dan masing – masing saling menjelaskan jawabannya kemudian menyusun jawaban baru yang disepakati bersama. d. Membandingkan jawaban – jawaban tersebut dengan pasangan lain sehingga paserta didik dapat mengembangkan pengetahuan yang lebih integrative. e. Buat rumusan – rumusan rangkuman sebagai jawaban – jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan. Rumusan tersebut merupakan konstruksi atas keseluruhan pengetahuan yang telah dikembangkan selama diskusi. 10. Listening Team Langkah-langkahnya : a. Diawali dengan pemaparan meteri pembelajaran oleh guru. b. Guru membagi kelas menjadi kelompok – kelompok dan setiap kelompok memiliki peran masing – masing, misalnya: Kelompok 1 : kelompok penanya Kelompok 2 : kelompok penjawab dengan perspektif tertentu Kelompok 3 : kelompok penjawab dengan perspektif yang berbeda dari kelompok 2 Kelompok 4 : kelompok yang bertugas mereview dan membuat kesimpulan dari hasil diskusi. c. Munculkan diskusi yang aktif karena adanya perbedaan pemikiran sehingga dikusi menjadi berkualitas. d. Penyampaian berbagai kata kunci atau konsep yang telah dikembangkan oleh peserta didik dalam diskusi. J. METODE-METODE PENDUKUNG PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF 1. PQ4R Pengalaman awal dapat dibangun melalui aktivitas membaca sehingga peserta didik akan memiliki stock knowledge. Langkah – langkahnya : a) P ( Preview ) yaitu peserta didik menemukan ide – ide pokok yang dikembangkan dalam bahan bacaan. b) Q ( Question ) yaitu peserta didik merumuskan pertanyaan – pertanyaan untuk dirinya sendiri yang diarahkan pada pembentukan pengetahuan deklaratif, structural dan pengetahuan procedural.
  • 33. c) R ( Read ) yaitu peserta didik membaca secara detail dari bahan bacaaan yang dipelajarinya sehingga paerta didik diarahkan mencari jawaban terhadap semua pertanyaan yang dirumuskannya. d) R ( Reflect ) yaitu peserta didik memahami apa yang dibacanya. e) R ( Recite ) yaitu peserta didik merenungkan kembali apa yang dibacanya dan mampu merumuskan konsep – konsep, menjelaskan hubungan antar konsep dan mengartikulasikan pokok – pokok penting yang telah dibacanya. f) R ( Review ) yaitu peserta didik merangkum atau merumuskan intisari dari bahan yang telah dibacanya. Peserta didik mampu merumuskan kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan – pertanyaan yang telah diajukannya. 2. Guided Note Taking Merupakan metode catatan terbimbing yang dikembangkan agar metode ceramah yang dibawakan guru mendapat perhatian siswa. Langkah – langkahnya : a) Memberikan bahan ajar misalnya yang berupa handout dari materi ajar yang disampaikan dengan metode ceramah kepada peserta didik. b) Mengosongi sebagian poin – poin yang penting sehingga terdapat bagian – bagian yang kosong dalam handout tersebut c) Menjelaskan kepada peserta didik bahwa bagian yang kosong dalam handout memang sengaja dibuat agar peserta didik tetap berkonsentrasi mengikuti pelajaran. d) Selama ceramah berlangsung peserta didik diminta untuk mengisi bagian yang kosong tersebut. e) Setelah penyampaian materi selesai, minta peserta didik membacakan handoutnya. 3. Snowball Drilling Metode ini dikembangkan untuk menguatkan pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari membaca bahan – bahan bacaan. Peran guru adalah mempersiapkan paket soal – soal pilihan ganda dan menggelindingkan bola salju berupa soal latihan dengan cara menunjuk atau mengundi. Langkah – langkahnya : a) Peserta didik di tunjuk arau diundi satu persatu untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru. b) Jika peserta didik pertama berhasil menjawab maka paserta didik tersebut berhak menunjuk teman yang lainya untuk menjawab soal berikutnya. Tetapi jika peserta tersebut gagal manjawab pertanyaan pertama maka dia harus menjawab pertanyaan berikutnya hingga berhasil menjawab. c) Diakhir pelajaran guru memberikan ulasan terhadap hal yang telah dipelajari peserta didik.
  • 34. 4. Concept Mapping Langkah – langkahnya : a) Guru mempersiapkan potongan – potongan kartu yang bertuliskan konsep – konsep utama. b) Guru membagikan potongan – potongan kartu yang bertuliskan konsep – konsep utama kepada peserta didik. c) Memberi keempatan kepada peserta didik untuk mencoba membuat peta yang menggambarkan hubungan antar konsep. Dan membuat garis hubung serta menuliskan kata atau kalimat yang menjelaskan hubungan antar konsep. d) Kumpulkan hasil pekerjaan peserta didik dan bandingkan dengan konsep yang benar dan dibahas satu persatu. e) Ajak seluruh kelas untuk melakukan koreksi atau evaluasi dan rumukan beberapa kesimpulan terhadap materi yang dipelajari. 5. Giving Question and Getting Answer Dilakukan untuk melatih peserta didik memiliki kemampuan dan keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan. Langkah – langkahnya : a) Bagikan 2 potongan kertas pada peserta didik, kemudian minta kepada peserta didik untuk menuliskan dikartu itu (1) kartu menjawab, (2) kartu bertanya. b) Ajukan pertanyaan baik dari peserta didik maupun guru tulis pada kartu bertanya. c) Minta kepada peserta didik untuk memberi jawab dan menuliskannya pada kartu menjawab dan serahkan pada guru. d) Jika sampai akhir masih ada peserta didik yang memegang 2 kartu maka minta mereka untuk membuat resume atas proes tanya jawab yang sudah berlangsung. 6.Question Student Have Dilakukan untuk melatih peserta didik memiliki kemampuan bertanya. Langkah – langkahnya : a) Membagi kelas menjadi 4 kelompok. b) Bagikan kartu kosong kepada setiap peserta didik dalam setiap kelompok. c) Minta peserta didik menuliskan pertanyaan yang mereka miliki tentang hal – hal yang dipelajari.
  • 35. d) Putar kartu searah jarum jam sehingga ketika setiap kartu diedarkan pada anggota kelompok, anggota tersebut harus membacanya dan memberikan tanda (v) jika pertanyaan terebut dianggap penting. Putar hingga ampai kapada pemiliknya kembali. e) Periksa pertanyaan mana yang memperoleh suara yang banyak dan bandingkan dengan perolehan anggota lain. Pertanyaan yang mendapat suara terbanyak menjadi milik kelompok. f) Setiap kelompok melaporkan pertanyaan tersebut secara tertulis dan guru memeriksa. Setelah diseleksi pertanyaan dikembalikan kepada peserta didik untuk dijawab secara mandiri maupun kelompok. 7. Talking Stick Metode ini mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Langkah – langkahnya : a) Guru menjelaskan materi pokok yang akan dipelajari. b) Peserta didik diberi kesempatan untuk membaca dan mempelajari materi tersebut. c) Guru meminta kepada peserta didik untuk menutup bukunya. Kemudian guru mengambil tongkat dan diberikan kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang mendapat tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan yang diberikan guru, dan demikian seterusnya. d) Guru member keempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajari dan guru member ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta didik dan selanjutnya bersama – sama merumuskan kesimpulan. 8. Everyone is Teacher Here Metode ini merupakan cara yang tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan maupun individual dan member kesempatan kepada siswa untuk berperan sebagai guru bagi teman – temannya. Langkah – langkahnya : a) Bagikan kertas/ kartu indeks kepada seluruh peserta didik. b) Setiap peserta didik diminta menuliskan satu pertanyaan mengenai meteri pelajaran yang sedang dipelajari di kelas. c) Kumpulkan kertas dan acak kemudian bagikan kepada setiap peserta didik dan pastikan tidak ada yang mendapatkan soalnya sendiri. d) Minta kepada peserta didik untuk membaca pertanyaan tersebut dalam hati dan minta untuk memikirkan jawabannya. e) Minta kepada peserta didik untuk membaca pertanyaan tersebut dan menjawabnya. f) Setelah dijawab, minta kepada peserta didik lainnya untuk menambahkan jawabannya. 9. Tebak Pelajaran
  • 36. Dikembangkan untuk menarik pehatian siswa selama mengikuti pembelajaran. Langkah – langkahnya : a) Tulislah atau tayangkan melalui LCD subject matter dari pelajaran yang akan disampaikan. b) Mintalah kepada siswa untuk menuliskan kata – kata kunci apa saja yang diprediksikan muncul dari materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru. c) Sampaikan meteri pembelajaran secara interaktif. d) Selama proses pembelajaran siswa diminta menandai hasil prediksi mereka yang sesuai dengan materi yang disampaikan oleh guru. e) Diakhir pelajaran tanyakan berapa jumlah tebakan mereka yang benar. K. KEUNGGULAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF Pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan – keunggulan dalam pembelajarannya, antara lain : 1. Dengan pembelajaran kooperatif maka setiap anggota dapat saling melengkapi dan membantu dalam menyelesaikan setiap materi yang diterima sehingga setiap siswa tidak akan merasa terbebani sendiri apabila tidak dapat mengerjakan suatu tugas tertentu. 2. Karena keberagaman anggota kelompok maka memiliki pemikiran yang berbeda – beda sehingga pemikirannya menjadi luas dan mampu melihat dari sudut pandang lain untuk melengkapi jawaban yang lain. 3. Pembelajaran kooperatif cocok untuk menyelesaikan masalah – masalah yang membutuhkan pemikiran bersama. 4. Dalam pembelajaran kooperatif para paserta didik dapat lebih mudah memahami materi yang disampaikan karena bekerja sama dengan teman – temannya. 5. Dalam pembelajaran kooperatif memupuk rasa pertemanan dan solidaritas sehingga diantara anggotanya akan terjadi hubungan yang positif. L. KELEMAHAN PEMBELAAJARAN KOOPERATIF Pembelajaran kooperatif selain memiliki keunggulan juga memiliki kelemahan – kelemahan antara lain : 1. Dalam pembelajaran kooperatif apabila kelompoknya tidak dapat bekerjasama dengan baik dan kompak maka akan terjadi perselisihan karena adanya berbagai perbedaan yang dapat menyebabkan perselisihan. 2. Terkadang ada anggota yang lebih mendominasi kelompok dan ada yang hanya diam, sehingga pembagian tugas tidak merata. 3. Dalam pembelajarannya memerlukan waktu yang cukup lama sebab harus saling berdiskusi bersama teman – teman lain untuk menyatukan pendapat dan pandangan yang dianggap benar. 4. Karena sebagian pengetahuan didapat dari teman dan yang menerangkan teman maka terkadang agak sulit dimengerti, sebab pengetahuan terbatas.
  • 37. http://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/05/27/model -pembelajaran-kooperatif-cooperative-learning/ BEBERAPA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING 1. MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY Model pembelajaran Two Stay Two Stray / Dua Tinggal Dua Tamu merupakan model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi/bertamu antar kelompok untuk berbagi informasi.  Dikembangkan oleh Spencer Kagan (1990)  Dapat dikombinaksikan atau digabungkan dengan teknik kepala bernomor  Dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan umur  Memungkinkan setiap kelompok untuk saling berbagi informasi dengan kelompok-kelompok lain Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut : 1. Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang. 2. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan bersama 3. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu kedua kelompok yang lain. 4. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka. 5. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. 6. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka. 7. Kesimpulan.. 2. MODEL PEMBELAJARAN KELILING KELOMPOK
  • 38. Dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Dalam kegiatan keliling kelompok, masing-masing anggota kelompok berkesempaatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan anggota yang lain. Langkah-langkah pembelajarannya: 1. Salah satu siswa dari masing-masing kelompok memulai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan. 2. Siswa berikutnya lalu memberikan kontribusi pemikirannya 3. Demikian seterusnya. Giliran bicara dapat dilakukan menurut arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan. 3. MAKE A MATCH (MENCARI PASANGAN) Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Bisa diteraapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut: 1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. 2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban. 3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. 4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan nama tumbuhan dalam bahasa Indonesia akan berpasangan dengan nama tumbuhan dalam bahasa latin (ilmiah). 5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama. 7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
  • 39. 8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok. 9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran. 4. MODEL PEMBELAJARAN BERTUKAR PASANGAN Teknik metode pembelajaran bertukar pasangan merupakan model pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dengan orang lain. Model pembelajarn ini bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Langkah penerapan metode bertukar pasangan sebagai berikut: 1. Setiap siswa membentuk pasangan-pasangan, bisa ditunjuk langsung oleh guru atau siswa mencari sendiri pasangannya. 2. Guru memberikan tugas untuk dikerjakan oleh setiap pasangan siswa 3. Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain 4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, masing-masing pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka. 5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula. Kelebihan Model Pembelajaran Bertukar Pasangan , yaitu: 1. Siswa dilatih untuk dapat bekerjasama mempertahankan pendapat. 2. Semua siswa terlibat. 3. Melatih siswa untuk lebih teliti, cermat, cepat dan tepat. Kelemahan Model Pembelajaran Bertukar Pasangan , yaitu: 1. Proses pembelajaran membutuhkan waktu yang lama. 2. Guru tidak dapat mengetahui kemampuan siswa masing-masing. 3. Siswa kurang konsentrasi. 5. MODEL PEMBELAJARAN CO-OP CO-OP
  • 40. Co-op co-op adalah sebuah bentuk group investigation yang menempatkan tim dalam kooperasi antara satu dengan yang lainnya (seperti namanya) untuk mempelajari sebuah topik di kelas. Langkah – langkah : 1). Diskusi kelas terpusat pada siswa 2). Menyeleksi tim pembelajaran siswa dan pembentukan tim. 3). Seleksi topik tim. 4). Pemilihan topik tim. 5). Persiapan topik kecil. 6). Presentasi topik kecil. 7). Persiapan presentasi tim. 8). Presentasi tim 9). Evaluasi. 6. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE (LEARNING TOGETHER) LT Slavin (2008) mengungkapkan bahwa David dan Roger Johnson dari Universitas Minnesota mengembangkan model Learning Together dari pembelajaran kooperatif (Jhonson and Jhonson 1987; Jhonson dan Jhonson & Smith, 1991). Model yang mereka teliti melibatkan siswa yang dibagi dalam kelompok yang terdiri atas empat atau lima siswa dengan latar belakang berbeda mengerjakan lembar tugas. Kelompok-kelompok ini menerima satu lembar tugas, menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. Model ini menekankan pada empat unsur yakni : 1. Interaksi tatap muka : para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan empat sampai lima siswa. 2. Interdependensi positif : para siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan kelompok.
  • 41. 3. Tanggung jawab individual : para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka secara individual telah menguasai materinya. 4. Kemampuan-kemampuan interpersonal dan kelompok kecil : para siswa diajari mengenai sarana-sarana yang efektif untuk bekerja sama dan mendiskusikan seberapa baik kelompok mereka bekerja dalam mencapai tujuan mereka. Dalam hal ini penggunaan kelompok pembelajaran heterogen dan penekanan terhadap interdependensi positif, serta tanggung jawab individual metode-metode Johnson ini sama dengan STAD. Akan tetapi, mereka juga menyoroti perihal pembangunan kelompok dan menilai sendiri kinerja kelompok, dan merekomendasikan penggunaan penilaian tim ketimbang pemberian sertifikat atau bentuk rekognisi lainnya (Slavin,2008). Pada pembelajaran kooperatif tipe LT setiap kelompok diharapkan bisa membangun dan menilai sendiri kinerja kelompok mereka. Masing-masing kelompok harus bisa memperlihatkan bahwa kelompok mereka adalah kelompok yang kompak baik dalam hal diskusi maupun dalam hal mengerjakan soal, setiap anggota kelompok harus bertanggung jawab atas hasil yang mereka peroleh. Jika hasil tersebut belum maksimal atau lebih rendah dari kelompok lain maka mereka harus meningkatkan kinerja kelompoknya. Adapun sintaks dari LT adalah: 1) Guru menyajikan pelajaran. 2) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 sampai 5 siswa secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain). 3) Masing-masing kelompok menerima lembar tugas untuk bahan diskusi dan menyelesaikannya. 4) Beberapa kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya. 5) Pemberian pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. Bentuk penghargaan yang diberikan kepada kelompok didasarkan pada pembelajaran individual semua anggota kelompok, sehingga dapat meningkatkan pencapaian siswa dan memiliki pengaruh positif pada hasil yang dikeluarkan (Slavin, 2008). 7. TEAM PRODUCT (TP)
  • 42. Dinamakan Team product karena setiap kelompok diminta untuk berkreasi atau menciptakan sesuatu. Misalnya, guru meminta siswa berkelompok untuk menulis sebuah esai, mengerjakan tugas, mendaftar solusi-solusi altermatif tentang masalah tertentu, atau menganalisis puisi. semua hal yang dilakukan oleh setiap kelompok haruslah berbentuk produk, baik itu abstrak maupun konkret. untuk memastikan adanya tanggung jawab individu, guru dapat memberikan peran atau tugas yang berbeda-beda pada masing-masing anggota dalam setiap kelompok untuk menciptakan satu produk kelompok. 8. MODEL PEMBELAJARAN INSIDE OUTSIDE CIRCLE (lingkaran dalam- lingkaran luar)  Dikembangkan oleh Spencer Kagan (1990)  Memungkinkan siswa saling berbagi informasi pada waktu yang bersamaan  Dapat Diterapkan untuk beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan sosial, agama, matematika, dan bahasa. Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan-bahan yang membutuhkan pertukaran pikiran dan informasi antarsiswa.  Dapat diterapkan untuk semua tingkatan kelas dan sangatdigemari terutama anak-anak. Langkah-langkah atau sintaks model pembelajaran inside outside circle: 1. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar 2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam 3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan 4. Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam. 5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya Kelebihan model pembelajaran inside outside circle:  Tidak ada bahan spesifikasi yang dibutuhkan untuk strategi . Sehingga dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam pelajaran  Kegiatan ini dapat membangun sifat kerjasama antar siswa  Mendapatkan informasi yang berbeda pada saat bersamaan.
  • 43. Kekurangan model pembelajaran inside outside circle:  Membutuhkan ruang kelas yang besar.  Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau.  Rumit untuk dilakukan. 9. SPONTANEOUS GROUP DISCUSSION (SGD) Jika siswa diminta untuk duduk berpasangan aatau berkelompok, kita akan lebih mudah menginstruksikan mereka untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, seperti mencari makna sesuatu, mencari alasan tentang peristiwa tertentu, aatau memecahkan suatu masaalah. Dikenal dengan istilah spontaneous group discussion karena diskusi kelompok ini tidak direncanakan sebelumnya, tetapi dilaksanakan secara spontan. Teknik pelaksanaannya pun sederhana, yaitu meminta siswa untuk berkelompok dan berdiskusi tentang sesuatu. setelah itu, guru memanggil kelompok itu satu per satu untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Diskusi ini bisa dilaksanakan beberapa menit atau sepanjang jam pelajaran. Akan tetapi, meskipun spontan diskusi kelompok ini tetap mengharuskan guru untuk memperhatikan lima elemen pembelajaran kooperatif. Interpredensi positif, akuntabilitas individu, interaksi promotif, keterampilan sosial, dan pemrosesan kelompok. 10. Listening Team Strategi Listening Team ini bertujuan membentuk kelompok yang mempunyai tugas atau tanggung jawab tertentu berkaitan dengan materi pelajaran sehingga akan diperoleh partisipasi akt if siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran diawali dengan pemaparan materi pembelajaran oleh guru. Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok –kelompok, setiap kelompok mempunyai peran masing-masing. Kelompok pertama merupakan kelompok penanya, kelompok kedua merupakan kumpulan orang yang menjawab berdasarkan perspektif tertentu, kelompok ketiga kumpulan orang yang menjawab dengan perspektif yang berbeda dengan kelompok kedua dan kelompok keempat adalah kelompok yang bertugas mereview dan membuat kesimpulan dari hasil diskusi. Pembelajaran diakhiri dengan penyampaian kata kunci atau konsep yang telah dikembangkan oleh peserta didik dalam berdiskusi. Langkah-langkahnya :
  • 44. 1. Bagilah siswa menjadi empat kelompok, masing-masing kelompok mendapat salah satu dari tugas berikut ini : Tim Peran Tugas 1 Penanya Setelah pelajaran yang didasarkan ceramah selesai, Penanya yang bertugas membuat minimal dua pertanyaan mengenai materi yang baru saja disampaikan. 2 Orang yang setuju Setelah pelajaran yang didasarkan pada ceramah selesai, menyatakan poin-poin mana yang mereka sepakati (atau membantu) dan menjelaskan mengapa demikian. Dan Kelompok kedua ini merupakan kumpulan orang yang menjawab berdasarkan perspektif tertentu. Atau disebut juga sebagai kelompok Pendukung yang bertugas mencari ide-ide yang disetujui atau dipandang berguna dari materi pelajaran yang baru saja disampaikan dengan memberi alasan “mengapa kami setuju”. 3 Orang yang tidak Setuju Setelah pelajaran yang didasarkan pada ceramah selesai, mengomentari tentang poin mana yang tidak mereka setujui (atau tidak membantu) dan menjelaskan mengapa demikian. Atau Kelompok ketiga ini merupakan kumpulan orang yang menjawab dengan perspektif yang berbeda dengan kelompok kedua. Atau disebut juga sebagai kelompok Penentang yang bertugas mencari ide-ide yang tidak disetujui atau dipandang tidak berguna dari materi pelajaran yang baru saja disampaikan dengan memberi alasan. Perbedaan ini diharapkan memunculkan diskusi yang aktif yang ditandai oleh adanya proses dialektika berpikir, sehingga mereka
  • 45. dapat menemukan pengetahuan struktural. 4 Pemberi Contoh Setelah pelajaran yang didasarkan pada ceramah selesai, memberi contoh-contoh khusus atau aplikasi materi. Atau merupakan kelompok yang bertugas mereview dan membuat kesimpulan dari hasil diskusi. Serta Pemberi Contoh yang spesifik atau penerapan dari materi yang disampaikan guru dengan memberikan alasan. 2. Sampaikan materi pelajaran dengan metode ceramah yang didasarkan pada sesi tatap muka. Setelah selesai, berilah kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk menyelesaikan tugas mereka dan beberapa saat untuk mengomentari tugas-tugas mereka. 3. Mintalah masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil dari tugas mereka. Baik itu akan menimbulkan kegiatan bertanya, sepakat, dan sebagainya. Guru hendaknya memperoleh partisipasi peserta didik dari pada yang pernah guru bayangkan. 4. Beri klarifikasi secukupnya. Modifikasi : a. Jika jumlah siswa banyak, buatlah kelompok ganda artinya terdapat 2 kelompok sebagai penanya dan begitu pula pada kelompok lainnya. b. Bisa juga dawali dengan tugas individual. 5. Pembelajaran diakhiri dengan penyampaian berbagai kata kunci atau konsep yang telah dikembangkan oleh peserta didik dalam diskusi. 11. METODE PEMBELAJARAN - SNOWBALL THROWING Metode Snowball Throwing yaitu metode pembelajaran yang didalam terdapat unsur-unsur pembelajaran kooperatif sebagai upaya dalam rangka mengarahkan perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Metode Snowball Throwing: a. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.