Model pembelajaran berbasis masalah adalah metode pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai titik awal pembelajaran. Siswa diajak untuk memecahkan masalah secara kolaboratif dalam kelompok kecil serta belajar mandiri untuk menemukan solusi masalah tersebut. Metode ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kolaboratif siswa.
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsxlalumhw88
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka adalah suatu pendekatan pendidikan yang diperkenalkan dalam kerangka Kurikulum Merdeka Belajar. Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan kebebasan yang lebih besar kepada siswa dalam proses pembelajaran. Dalam Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka, siswa diarahkan untuk aktif berpartisipasi dalam mengatur dan mengelola pembelajarannya sendiri.
Deskripsi dari Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka mencakup beberapa poin penting:
Kemandirian Siswa: Model ini menekankan pada pengembangan kemandirian siswa dalam mengelola pembelajarannya sendiri. Siswa diberi kebebasan untuk menentukan jalannya pembelajaran sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kemampuan masing-masing.
Pembelajaran Berbasis Proyek: Siswa diundang untuk terlibat dalam proyek-proyek pembelajaran yang relevan dengan kehidupan nyata. Melalui proyek-proyek ini, mereka dapat mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang materi pelajaran serta keterampilan praktis yang diperlukan di dunia nyata.
Kolaborasi dan Komunikasi: Pembelajaran dalam model ini juga mendorong kolaborasi antar siswa dan komunikasi yang efektif. Siswa didorong untuk bekerja sama dalam tim, berbagi pengetahuan, dan memecahkan masalah bersama.
Penilaian Formatif: Penilaian dalam Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka lebih menekankan pada penilaian formatif daripada penilaian sumatif. Siswa diberikan umpan balik secara terus-menerus sehingga mereka dapat terus meningkatkan pemahaman dan keterampilan mereka.
Fleksibilitas: Model ini memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam hal waktu, tempat, dan cara pembelajaran. Siswa dapat belajar secara mandiri, dalam kelompok kecil, atau dalam kelas secara keseluruhan, sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka.
Penggunaan Teknologi: Penggunaan teknologi menjadi salah satu komponen penting dalam Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka. Teknologi digunakan untuk mendukung pembelajaran yang interaktif, akses sumber daya pembelajaran yang beragam, serta memfasilitasi kolaborasi dan komunikasi antar siswa.
Dengan mengadopsi Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka, diharapkan siswa dapat menjadi pembelajar yang lebih aktif, kreatif, dan mandiri, serta siap menghadapi tantangan di era yang terus berkembang dengan cepat.
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsxlalumhw88
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka adalah suatu pendekatan pendidikan yang diperkenalkan dalam kerangka Kurikulum Merdeka Belajar. Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan kebebasan yang lebih besar kepada siswa dalam proses pembelajaran. Dalam Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka, siswa diarahkan untuk aktif berpartisipasi dalam mengatur dan mengelola pembelajarannya sendiri.
Deskripsi dari Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka mencakup beberapa poin penting:
Kemandirian Siswa: Model ini menekankan pada pengembangan kemandirian siswa dalam mengelola pembelajarannya sendiri. Siswa diberi kebebasan untuk menentukan jalannya pembelajaran sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kemampuan masing-masing.
Pembelajaran Berbasis Proyek: Siswa diundang untuk terlibat dalam proyek-proyek pembelajaran yang relevan dengan kehidupan nyata. Melalui proyek-proyek ini, mereka dapat mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang materi pelajaran serta keterampilan praktis yang diperlukan di dunia nyata.
Kolaborasi dan Komunikasi: Pembelajaran dalam model ini juga mendorong kolaborasi antar siswa dan komunikasi yang efektif. Siswa didorong untuk bekerja sama dalam tim, berbagi pengetahuan, dan memecahkan masalah bersama.
Penilaian Formatif: Penilaian dalam Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka lebih menekankan pada penilaian formatif daripada penilaian sumatif. Siswa diberikan umpan balik secara terus-menerus sehingga mereka dapat terus meningkatkan pemahaman dan keterampilan mereka.
Fleksibilitas: Model ini memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam hal waktu, tempat, dan cara pembelajaran. Siswa dapat belajar secara mandiri, dalam kelompok kecil, atau dalam kelas secara keseluruhan, sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka.
Penggunaan Teknologi: Penggunaan teknologi menjadi salah satu komponen penting dalam Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka. Teknologi digunakan untuk mendukung pembelajaran yang interaktif, akses sumber daya pembelajaran yang beragam, serta memfasilitasi kolaborasi dan komunikasi antar siswa.
Dengan mengadopsi Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka, diharapkan siswa dapat menjadi pembelajar yang lebih aktif, kreatif, dan mandiri, serta siap menghadapi tantangan di era yang terus berkembang dengan cepat.
PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN
AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
KEWIRAUSAHAAN KELAS XI PEMASARAN 1
DI SMK NEGERI 2 KEDIRI
Achmat Efendi
Prodi Tata Niaga, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi
UNESA
ABSTRACT
One of the problems facing the education sector in Indonesia is the lack of
learning problems. One way that can be taken to support the implementation of
entrepreneurship subjects learning goals is to implement a learning model PBL
(Problem Based Learning) in the teaching of these subjects, so the pattern of
teaching that is applied can vary.
The purpose of this study is (1) Knowing how teachers 'skills in managing
learning with PBL models on the subjects of entrepreneurship (2) Knowing how
students' learning activities using problem based learning (PBL). This research is a
classroom action research (CAR), which consists of 3 cycles.
The results of teacher activity during the application of problem-based learning
models in entrepreneurial subjects in class XI Marketing 1 SMKN 2 Kediri has
increased in each cycle with value - average per cycle (1) 3 (2) 3.27 (3) 3, 65 while
the value - average student activity per cycle (1) 2.64 (2) 3.1 (3) 3.67. Learning
outcomes of students in the learning process using problem based learning in
entrepreneurship training eye in class XI marketing 1 SMK Negeri 2 Kediri has
increased in each cycle with the percentage of each cycle (1) 79.07% (2) 88.37% (3)
93 , 03%.
Keywords: problem based learning, activity, mastery learning.
ABSTRAK
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan di indonesia adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk
menunjang tercapainnya tujuan pembelajaran mata pelajaran kewirausahaan adalah
dengan menerapkan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dalam
mengajarkan pelajaran ini, sehingga pola mengajar yang diterapkan dapat bervariasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengetahui bagaimana keterampilan guru
dalam mengelola pembelajaran dengan model PBL pada mata pelajaran
kewirausahaan (2) Mengetahui bagaimana aktivitas belajar siswa menggunakan
problem based learning (PBL). Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
(PTK), yang terdiri dari 3 siklus.
Hasil penelitian aktivitas guru selama penerapan model problem based learning
pada mata pelajaran kewirausahaan di kelas XI Pemasaran 1 SMK Negeri 2 Kediri
mengalami peningkatan pada setiap siklus dengan nilai rata - rata setiap siklus (1)3
(2)3,27 (3)3,65 sedangkan nilai rata – rata aktivitas siswa setiap siklus (1)2,64 (2)3,1
(3)3,67. Hasil belajar siswa dalam proses belajar menggunakan problem based
learning pada mata diklat kewirausahaan di kelas XI pemasaran 1 SMK Negeri 2
Kediri mengalami peningkatan pada setiap siklus dengan persentase setiap siklus
(1)79,07% (2)88,37% (3)93,03%.
Kata kunci : problem based learning, aktivitas, ketuntasan belajar.
2
PENDAHULUA
Teori belajar konstruktivistik mengakui bahwa peserta didik akan dapat menginterpretasi-kan informasi ke dalam pikirannya, hanya pada konteks pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri, pada kebutuhan, latar belakang dan minatnya.
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning/PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).
Best Practice Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik.pdfDwiAstuti765533
Laporan Best Practice Meningkatkan motivasi dan minat belajar pesrta didik dalam materi jaringan pada tumbuhan dan hewan melalui model pembelajaran Problem Base Learning kelas X ATPH SMK Negeri Kintap. Laporan ini disajikan untuk memenuhi tugas Uji Kinerja Daljab PPG 2023
PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN
AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
KEWIRAUSAHAAN KELAS XI PEMASARAN 1
DI SMK NEGERI 2 KEDIRI
Achmat Efendi
Prodi Tata Niaga, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi
UNESA
ABSTRACT
One of the problems facing the education sector in Indonesia is the lack of
learning problems. One way that can be taken to support the implementation of
entrepreneurship subjects learning goals is to implement a learning model PBL
(Problem Based Learning) in the teaching of these subjects, so the pattern of
teaching that is applied can vary.
The purpose of this study is (1) Knowing how teachers 'skills in managing
learning with PBL models on the subjects of entrepreneurship (2) Knowing how
students' learning activities using problem based learning (PBL). This research is a
classroom action research (CAR), which consists of 3 cycles.
The results of teacher activity during the application of problem-based learning
models in entrepreneurial subjects in class XI Marketing 1 SMKN 2 Kediri has
increased in each cycle with value - average per cycle (1) 3 (2) 3.27 (3) 3, 65 while
the value - average student activity per cycle (1) 2.64 (2) 3.1 (3) 3.67. Learning
outcomes of students in the learning process using problem based learning in
entrepreneurship training eye in class XI marketing 1 SMK Negeri 2 Kediri has
increased in each cycle with the percentage of each cycle (1) 79.07% (2) 88.37% (3)
93 , 03%.
Keywords: problem based learning, activity, mastery learning.
ABSTRAK
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan di indonesia adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk
menunjang tercapainnya tujuan pembelajaran mata pelajaran kewirausahaan adalah
dengan menerapkan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dalam
mengajarkan pelajaran ini, sehingga pola mengajar yang diterapkan dapat bervariasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengetahui bagaimana keterampilan guru
dalam mengelola pembelajaran dengan model PBL pada mata pelajaran
kewirausahaan (2) Mengetahui bagaimana aktivitas belajar siswa menggunakan
problem based learning (PBL). Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
(PTK), yang terdiri dari 3 siklus.
Hasil penelitian aktivitas guru selama penerapan model problem based learning
pada mata pelajaran kewirausahaan di kelas XI Pemasaran 1 SMK Negeri 2 Kediri
mengalami peningkatan pada setiap siklus dengan nilai rata - rata setiap siklus (1)3
(2)3,27 (3)3,65 sedangkan nilai rata – rata aktivitas siswa setiap siklus (1)2,64 (2)3,1
(3)3,67. Hasil belajar siswa dalam proses belajar menggunakan problem based
learning pada mata diklat kewirausahaan di kelas XI pemasaran 1 SMK Negeri 2
Kediri mengalami peningkatan pada setiap siklus dengan persentase setiap siklus
(1)79,07% (2)88,37% (3)93,03%.
Kata kunci : problem based learning, aktivitas, ketuntasan belajar.
2
PENDAHULUA
Teori belajar konstruktivistik mengakui bahwa peserta didik akan dapat menginterpretasi-kan informasi ke dalam pikirannya, hanya pada konteks pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri, pada kebutuhan, latar belakang dan minatnya.
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning/PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).
Best Practice Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik.pdfDwiAstuti765533
Laporan Best Practice Meningkatkan motivasi dan minat belajar pesrta didik dalam materi jaringan pada tumbuhan dan hewan melalui model pembelajaran Problem Base Learning kelas X ATPH SMK Negeri Kintap. Laporan ini disajikan untuk memenuhi tugas Uji Kinerja Daljab PPG 2023
Similar to PPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptx (20)
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
2. DEFINISI PROBLEM BASED LEARNING
belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon,
merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan
memberikan masukan kepada peserta didik berupa bantuan dan masalah,
sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif
sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari
pemecahannya dengan baik
Problem Based Learning (PBL) adalah metode pendidikan yang medorong
siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk
mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah
digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari
suatu subyek. PBL menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis,
serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-
sumber pembelajaran.
.
Menurut Duch (1995)
Menurut Dewey
3. Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah proses
pembelajaran yang titik awal pembelajaran dimulai berdasarkan masalah
dalam kehidupan nyata siswa dirangsang untuk mempelajari masalah
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman telah mereka miliki
sebelumnya (prior knowledge) untuk membentuk pengetahuan dan
pengalaman baru.
Suyatno (2009 : 58)
Dutch (1994) menyatakan Problem Based Learning (PBL)
merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar “belajar dan
belajar”, bekerja sama dengan kelompok untuk mencari solusi masalah
yang nyata.
DEFINISI PBL
4. Karakteristik Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBL)
• Pembelajaran bersifat student-centered yang aktif
• Pembelajaran dilaksanakan melalui diskusi kelompok kecil dan semua
anggota kelompok memberikan kontribusinya secara aktif
• Diskusi dipicu oleh masalah yang bersifat integrasi interdisiplin yang
• didasarkan pada pengalaman/kehidupan nyata
• Diskusi secara aktif merangsang mahasiswa untuk menggunakan prior
knowledgenya(pengetahuannya)
• Mahasiswa terlatih untuk belajar mandiri dan diharapkan dapat menjadi
dasar bagi pembelajaran seumur hidup
• Pembelajaran berjalan secara efisien, karena informasi yang dikumpulkan
melalui belajar mandiri sesuai dengan apa yang dibutuhkannya (need to
know basis)
• Feedback dapat diberikan sewaktu tutorial, sehingga dapat memacu siswa
untuk meningkatkan usaha pembelajarannya
• Latihan keterampilan diberikan secara paralel.
5. SINTAKS PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH
Orientasi siswa pada
masalah
Mengorganisasi siswa
Membimbing
penyelidikan
Mengembangkan
menyajikan hasil
Menganalisis dan
evaluasi masalah
Menjelaskan dan memotivasi
Menjelaskan tujuan dan perlengkapan
Mendefinisikan masalah
Mengorganisasi tugas belajar
Mendorong mengumpulkan informasi,
eksperimen, untuk menjelaskan masalah
Membimbing siswa mengembangkan
membuat laporan hasil karya
Evaluasi terhadap penyelidikan mereka
dan proses proses yang mereka gunakan
6. Prinsip reaksi menggambarkan bagaimana perilaku guru terhadap
siswa ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pada pembelajaran
Problem Based Learning adalah seorang guru menyajiakan suatu masalah
dalam pembelajaran, kemudian guru membantu siswa untuk mengorganisasikan
suatu masalah, guru membimbing siswa untuk melakukan penyelidikan, guru
membantu siswa merencanakan dan menyiapkan hasil dari pembelajaran yang
telah dilakukan, selanjutnya guru membantu siswa melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses pembelajaran.
Sistem Sosial
Sistem sosial yang terdapat pada model pembelajaran Problem Based Learning
ini adalah kerja sama. Dalam hal ini siswa saling membantu menemukan
pemecahan suatu masalah yang diberikan oleh guru mengenai materi yang
diajarkan. Dalam pembelajaran ini siswa saling membantu utnutk memecahkan
suatu masalah yang dihadapinya, selain itu karena dalam suatu kelompok terdiri
dari beberapa siswa maka dalam menyelasaikan suatu masalah siswa harus
bersikap saling menghargai pendapat dari masing-masing individu.
Prinsip Reaksi
7. Daya Dukung
Sistem pendukung yang diperlukan/ dibutuhkan dalam pembelajaran
Problem Based Learning adalah situasi dan kondisi kelas, kenyamanan serta
fasilitas yang ada dikelas seperti meja, kursi, papan tulis, dll. Selain itu guru dalam
proses pembelajaran ini juga harus mempersiapkan bahan ajar dan materi yang
lengkap agar siswa dapat memahami materi dengan benar dan jelas. Pertanyaan-
pertanyaan yang disiapkan sebelum pembelajaran berlangsung untuk memancing
siswa aktif dalam proses pembelajaran. Serta Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran juga harus disiapkan dengan baik agar dalam proses pembelajaran
dapat berlangsung dengan sistematis dan terstruktur.
Dampak Intruksional dan Dampak Pengiring
Dampak intruksional adalah hasil belajar yang harus didapat atau
dipahami oleh siswa berupa pemahaman dan pengetahuan dari siswa setelah
menerima / mengikuti proses kegiatan belajar mengajar. Dampak pengiring
pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning setelah mengikuti pembelajaran ini siswa diharapkan dapat memahami
materi dan meningkatkan kerjasama dengan duru serta dengan siswa lainnya,
siswa belajar untuk bisa bertoleransi menghargai pendapat orang lain, siswa
berani mengungkapakan pendpatnya didepan umum, siswa dapat berpikir kritis
dalam pembelajaran.
8. Komponen-Komponen Pembelajaran
Berbasis Masalah
Komponen-komponen pembelajaran berbasisi masalah dikemkakan oleh
Arends, diantaranya adalah :
a. Permasalahan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah
mengorganisasikan masalah nyata yang penting secara sosial dan bermanfaat
bagi peserta didik. Permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam dunia nyata
tidak dapat dijawab dengan jawaban yang sederhana.
b. Fokus interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir struktural
dan belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan.
c. Pengamatan autentik. Hal ini dinaksudkan untuk menemukan solusi yang nyata.
Peserta didik diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan masalahnya,
mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan
menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen, membuat inferensi, dan
menarik kesimpulan.
d. Produk. Peserta didik dituntut untuk membuat produk hasil pengamatan.produk
bisa berupa kertas yang dideskripsikan dan didemonstrasikan kepada orang lain.
e. Kolaborasi. Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk
mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.
9. KONSEP DASAR PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH
Dalam implementasi model pembelajaran berbasis masalah, guru perlu
memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan.
Model pembelajaran berbasis masalah ini dapat diterapkan dalam kelas jika :
a. Guru bertujuan agar peserta didik tidak hanya mengetahui dan hafal materi
pelajaran saja, tetapi juga mengerti dan memahaminya.
b. Guru mengiginkan agar peserta didik memecahkan masalah dan membuat
kemampuan intelektual siswa bertambah.
c. Guru menginginkan agar peserta didik dapat bertanggung jawab dalam
belajarnya.
d. Guru menginginkan agar peserta didik dapat menghubungkan antara teori
yang dipelajari di dalam kelas dan kenyataan yang dihadapinya di luar kelas.
e. Guru bermaksud mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan, mengenal antara fakta dan
pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat tugas secara
objektif.
10. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH
TAHAP 1
TAHAP 2
TAHAP 3
TAHAP 4
TAHAP 5
Mengorientasikan peserta didik terhadap
masalah
Mengorganisasikan peserta didik untuk
belajar
Membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
11. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah
memiliki beberapa keunggulan, diantaranya :
1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih
memahami isi pelajaran.
2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta
memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik.
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik.
4. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka
lakukan.
6. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta
didik.
7. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan
dengan pengetahuan baru.
KEUNGGULAN
12. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
KELEMAHAN
Disamping keunggulannya, model ini juga mempunyai kelemahan,
yaitu :
1. Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan,
maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan
masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar
apa yang mereka ingin pelajari.