Dokumen tersebut membahas tentang klasifikasi kemampuan lahan berdasarkan sistem USDA dan modifikasi oleh Sitanala Arsyad. Sistem USDA mengelompokkan lahan ke dalam 8 kelas berdasarkan faktor-faktor penghambatnya, namun istilah-istilahnya bersifat kualitatif. Arsyad melakukan modifikasi dengan memberikan kriteria yang lebih kuantitatif untuk memudahkan interpretasi kondisi lahan di Indonesia."
Dokumen tersebut membahas tentang tanah gambut, termasuk karakteristiknya, klasifikasi, sifat fisik, kimia, dan biologi, serta interaksinya. Juga dibahas mengenai pengelolaan tanah gambut untuk pertanian dan kehutanan secara berkelanjutan agar dapat meminimalkan kerusakan lingkungan.
Dokumen tersebut membahas tentang evaluasi lahan, dimulai dari latar belakang dan manfaat evaluasi lahan untuk perencanaan penggunaan lahan dan kelestarian sumber daya lahan. Dokumen ini juga menjelaskan perbedaan antara tanah dan lahan, serta pengertian evaluasi lahan dan berbagai cara yang dilakukan. Selanjutnya dibahas sistem klasifikasi penggunaan lahan berdasarkan kelas kemampuan lahan untuk menentukan pengguna
Dokumen tersebut membahas sejarah pengelolaan konservasi sumberdaya alam perairan di Indonesia sejak abad ke-19 hingga pengertian, klasifikasi, nilai, kendala, dan identifikasi lahan basah serta konservasi lahan gambut dan mangrove.
Dokumen tersebut membahas tentang tanah gambut, termasuk karakteristiknya, klasifikasi, sifat fisik, kimia, dan biologi, serta interaksinya. Juga dibahas mengenai pengelolaan tanah gambut untuk pertanian dan kehutanan secara berkelanjutan agar dapat meminimalkan kerusakan lingkungan.
Dokumen tersebut membahas tentang evaluasi lahan, dimulai dari latar belakang dan manfaat evaluasi lahan untuk perencanaan penggunaan lahan dan kelestarian sumber daya lahan. Dokumen ini juga menjelaskan perbedaan antara tanah dan lahan, serta pengertian evaluasi lahan dan berbagai cara yang dilakukan. Selanjutnya dibahas sistem klasifikasi penggunaan lahan berdasarkan kelas kemampuan lahan untuk menentukan pengguna
Dokumen tersebut membahas sejarah pengelolaan konservasi sumberdaya alam perairan di Indonesia sejak abad ke-19 hingga pengertian, klasifikasi, nilai, kendala, dan identifikasi lahan basah serta konservasi lahan gambut dan mangrove.
Buku ini membahas tentang karakteristik dan pengelolaan lahan rawa di Indonesia. Lahan rawa dibagi menjadi 3 zona berdasarkan pengaruh air pasang surut, yaitu zona rawa pasang surut air asin, zona rawa pasang surut air tawar, dan zona rawa lebak. Dijelaskan pula jenis-jenis lahan rawa seperti swamp, marsh, bog, dan fed beserta ciri khasnya.
Kelompok 2 terdiri dari 8 orang yang membahas pengertian lahan kering, jenis-jenisnya, manfaat, kondisi saat ini, dan pengelolaannya. Lahan kering adalah lahan pertanian yang bergantung pada air hujan dan memiliki beragam kondisi, sering berlereng dan mudah erosi. Jenisnya adalah ladang, tegalan, kebun, pekarangan, tambak. Manfaatnya untuk tanaman dan peternakan. Kondisinya saat ini subur
Praktikum ini bertujuan untuk mengenali profil tanah secara lengkap melalui penggalian dan pengamatan lapisan-lapisan tanah secara vertikal. Mahasiswa menggali lubang sedalam 1,5 meter dan mengamati 5 lapisan tanah berdasarkan ciri fisik seperti kedalaman dan warna, untuk mempelajari pembentukan dan karakteristik tanah.
Survei tanah dilakukan untuk mengumpulkan dan menganalisis data tanah secara sistematis agar dapat dikelompokkan ke dalam satuan-satuan tanah tertentu dan dituangkan ke dalam peta tanah. Peta tanah berguna untuk memberikan informasi tentang jenis tanah, sifat tanah, dan bentuk lahan guna membantu pengambilan keputusan mengenai penggunaan lahan. Survei tanah dilakukan dengan berbagai tingkatan yang berbeda skala
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang konservasi tanah dan air secara vegetatif dan kimia
2. Metode konservasi tanah secara vegetatif meliputi penghutanan kembali, wanatani, dan pertanaman sela
3. Konservasi tanah secara kimia melibatkan penggunaan bahan kimia untuk memperbaiki struktur tanah
Dokumen tersebut merangkum tentang aliran air tanah, sumber air tanah, hubungannya dengan geologi hidrologi dan mekanika fluida, media peresapan air, proses terjadinya aliran air tanah, pembagian air tanah berdasarkan kedalaman, lapisan tanah yang berperan sebagai akuifer, jenis-jenis akuifer, serta metode pendugaan air tanah melalui penyelidikan permukaan dan bawah permukaan.
Lahan kering di Indonesia sangat potensial dikembangkan untuk pengembangan tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Melalui mata kuliah Agroteknologi Lahan Kering, mahasiswa diharapkan mempunyai pengetahuan dan keterampilan membudidayakan tanaman di lahan kering
Sistem Surjan merupakan sistem pengelolaan lahan rawa yang memadukan sistem sawah dan tegalan, memberikan pilihan komoditas seperti padi, palawija, hortikultura, dan perkebunan untuk meningkatkan pangan dan pendapatan serta mengurangi risiko kegagalan panen. Sistem ini didukung oleh teknologi seperti penyiapan lahan, pengelolaan air, pemupukan, pemberian mulsa, varietas unggul, pola tanaman, dan kalender tan
Buku ini membahas tentang karakteristik dan pengelolaan lahan rawa di Indonesia. Lahan rawa dibagi menjadi 3 zona berdasarkan pengaruh air pasang surut, yaitu zona rawa pasang surut air asin, zona rawa pasang surut air tawar, dan zona rawa lebak. Dijelaskan pula jenis-jenis lahan rawa seperti swamp, marsh, bog, dan fed beserta ciri khasnya.
Kelompok 2 terdiri dari 8 orang yang membahas pengertian lahan kering, jenis-jenisnya, manfaat, kondisi saat ini, dan pengelolaannya. Lahan kering adalah lahan pertanian yang bergantung pada air hujan dan memiliki beragam kondisi, sering berlereng dan mudah erosi. Jenisnya adalah ladang, tegalan, kebun, pekarangan, tambak. Manfaatnya untuk tanaman dan peternakan. Kondisinya saat ini subur
Praktikum ini bertujuan untuk mengenali profil tanah secara lengkap melalui penggalian dan pengamatan lapisan-lapisan tanah secara vertikal. Mahasiswa menggali lubang sedalam 1,5 meter dan mengamati 5 lapisan tanah berdasarkan ciri fisik seperti kedalaman dan warna, untuk mempelajari pembentukan dan karakteristik tanah.
Survei tanah dilakukan untuk mengumpulkan dan menganalisis data tanah secara sistematis agar dapat dikelompokkan ke dalam satuan-satuan tanah tertentu dan dituangkan ke dalam peta tanah. Peta tanah berguna untuk memberikan informasi tentang jenis tanah, sifat tanah, dan bentuk lahan guna membantu pengambilan keputusan mengenai penggunaan lahan. Survei tanah dilakukan dengan berbagai tingkatan yang berbeda skala
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang konservasi tanah dan air secara vegetatif dan kimia
2. Metode konservasi tanah secara vegetatif meliputi penghutanan kembali, wanatani, dan pertanaman sela
3. Konservasi tanah secara kimia melibatkan penggunaan bahan kimia untuk memperbaiki struktur tanah
Dokumen tersebut merangkum tentang aliran air tanah, sumber air tanah, hubungannya dengan geologi hidrologi dan mekanika fluida, media peresapan air, proses terjadinya aliran air tanah, pembagian air tanah berdasarkan kedalaman, lapisan tanah yang berperan sebagai akuifer, jenis-jenis akuifer, serta metode pendugaan air tanah melalui penyelidikan permukaan dan bawah permukaan.
Lahan kering di Indonesia sangat potensial dikembangkan untuk pengembangan tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Melalui mata kuliah Agroteknologi Lahan Kering, mahasiswa diharapkan mempunyai pengetahuan dan keterampilan membudidayakan tanaman di lahan kering
Sistem Surjan merupakan sistem pengelolaan lahan rawa yang memadukan sistem sawah dan tegalan, memberikan pilihan komoditas seperti padi, palawija, hortikultura, dan perkebunan untuk meningkatkan pangan dan pendapatan serta mengurangi risiko kegagalan panen. Sistem ini didukung oleh teknologi seperti penyiapan lahan, pengelolaan air, pemupukan, pemberian mulsa, varietas unggul, pola tanaman, dan kalender tan
Dokumen tersebut membahas konsep evaluasi lahan dan klasifikasi kemampuan lahan, termasuk tujuan dan proses evaluasi lahan, klasifikasi kemampuan lahan berdasarkan tingkat hambatan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi klasifikasi kemampuan lahan."
Dokumen tersebut membahas tentang analisis degradasi dan remediasi lahan. Secara ringkas, dokumen menjelaskan tentang pengertian degradasi lahan dan faktor-faktor penyebabnya, jenis-jenis degradasi lahan, serta pengertian dan metode-metode yang dapat dilakukan untuk meremediasi lahan yang terdegradasi.
pengertian klasifikasi tanah, alasan mengapa tanah perlu di klasifikasikan, bagaimana mencegah terjadinya degradasi tanah, kelebihan dan kekurangan masing masing klasifikasi tanah, conoth aplikasi dari klasifikasi tanah tersebut
Dokumen tersebut membahas tentang evaluasi lahan dan perencanaan tata guna lahan. Evaluasi lahan diperlukan untuk mengetahui kemampuan dan kesesuaian lahan agar penggunaan lahan dapat dilakukan secara lestari. Evaluasi lahan meliputi pengklasifikasian lahan berdasarkan faktor-faktor seperti tanah, iklim, dan topografi ke dalam kelas kemampuan lahan. Hasil evaluasi digunakan sebagai dasar dalam perencanaan tata gun
Teknologi produksi padi pada lahan rawa pasang surutdianaeureka1
Teknologi produksi padi pada lahan rawa pasang surut membutuhkan pengelolaan yang tepat, termasuk penataan lahan, pengelolaan air, pemilihan varietas padi yang adaptif, dan teknik budidaya yang sesuai. Pengelolaan lahan dan air penting untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi di lahan rawa.
Dokumen tersebut membahas tentang teknik budidaya tanaman pangan, perkebunan, dan hortikultura. Terdapat informasi mengenai profil tanah, tekstur tanah, klasifikasi tanah pertanian, teknik budidaya tanaman pangan, perkebunan, dan hortikultura meliputi pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen.
Makalah ini membahas tentang erosi dan konservasi lahan. Erosi adalah hilangnya tanah akibat proses alami maupun dipercepat oleh aktivitas manusia. Ada berbagai jenis erosi seperti erosi air, angin, gletser dan abrasi. Faktor penyebab erosi antara lain iklim, topografi, vegetasi dan aktivitas manusia. Untuk menanggulangi erosi perlu dilakukan konservasi lahan.
MK Irigasi dan Drainase Bab 5 pemberian air dan efisiensi plus tugasPurwandaru Widyasunu
Bab 5 dokumen tersebut membahas tentang metode pemberian air dan efisiensi irigasi. Terdapat beberapa metode pemberian air seperti irigasi di atas permukaan, irigasi bawah permukaan, dan irigasi tetes. Efisiensi irigasi terdiri dari efisiensi penyaluran, efisiensi pemberian, dan efisiensi penyimpanan. Faktor yang mempengaruhi efisiensi antara lain metode pemberian air, kondisi tanah dan jaringan irig
Lahan pasang surut merupakan lahan yang terletak di sekitar pantai dan dipengaruhi pasang surut air laut. Terdiri dari tanah gambut dan tanah sulfat masam, lahan ini memiliki potensi untuk pertanian apabila dikelola dengan baik. Ada beberapa jenis lahan pasang surut berdasarkan kedalaman lapisan pirit, ketebalan gambut, dan tingkat intrusi air garam. Pemanfaatan optimal lahan pasang surut dapat meningkatkan produksi pangan melal
Dokumen tersebut membahas tentang proses pembentukan tanah, sifat fisik dan kimia tanah, klasifikasi tanah, erosi tanah, dan konservasi tanah melalui metode vegetatif, mekanik, dan kimia.
Soil Fertility, Fertilizer, and Fertiizization. Chapter 5 THE OM AND SOMPurwandaru Widyasunu
This material is part of my lecturing on soi fertility, fertilizer, and fertilization namely Chapter 6 The OM and SOM written down based on the book of Benjamin Wolf and George H. Snyder. 2002. This material is only for lecture purpose of my class.
Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...Purwandaru Widyasunu
Dokumen tersebut membahas tentang teknik budidaya tanaman pangan. Beberapa poin kuncinya adalah:
1. Perencanaan komoditas tanaman pangan harus mempertimbangkan jenis lahan basah atau kering.
2. Pengelolaan unsur iklim seperti curah hujan, suhu, dan kelembaban penting untuk produktivitas tanaman.
3. Pengelolaan sumber daya air dan tanah seperti irigasi dan drainase sangat mempengaruhi pertumbuhan tan
Chapter 3. Classification and Method of Land Evaluation.
Land Evaluation.
Lecturer: Purwandaru Widyasunu & Tamad.
Agrotechnology, Fac. of Agriculture, UNSOED, Purwokerto.
Chapter 1 Introduction of Agroclimatology. Written by Ismangil and can be used by student of Study Program Agrotechnology, Fac. of Agriculture, UNSOED. This will about 12 hand-out of Agroclimatology.
Purwandaru Widyasunu; Agrotechnology Dept. of Fac. of Agriculture, UNSOED. Soil and Land Resources Evaluation. CHAPTER 1. INTRODUCTION. The Chapter 2, 3, 4 will upload in time series. This my hand-book is for my student class only.
Manfaat futuristik azolla dan lemna untuk pertanian dan lingkungan tropika ed...Purwandaru Widyasunu
Dokumen tersebut membahas manfaat Azolla microphylla dan Lemna polyrhiza untuk pertanian dan lingkungan tropis. Azolla dan Lemna dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik, pakan ternak, dan bahan baku biofuel serta mampu menyerap karbon dioksida dan menjaga kualitas lingkungan. Dokumen ini juga menjelaskan hasil-hasil riset tentang penggunaan Azolla dan Lemna sebagai pupuk organik dan pengaruhnya terhadap tanah, pH, dan
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Bab 4. Evaluasi Kemampuan Lahan 2014
1. HAND OUT
SURVEI DAN EVALUASI LAHAN
BAB. 4. KEMAMPUAN LAHAN
P U R W A N D A R U W I D YA S U N U
L A B O R ATO R I U M TA N A H /
M A N A J E M E N S U M B E R D AYA L A H A N
FA P E R TA U N S O E D
2014
2. 3.1. Pengertian dan Klasifikasi
Kemampuan (capability):
“Kemampuan sesuatu benda untuk
digunakan atau
memproduksi/menghasilkan”.
Kemampuan Lahan:
Kemampuan lahan untuk memproduksi
biomassa vegetasi dan tanaman tanpa
menimbulkan kerusakan biofisik lahan
Menurut USDA ada 3 kategori yaitu
KELAS, SUB-KELAS, dan UNIT.
Sifat-sifat tanah yang dilakuan sebagai PEMBEDA meliputi sifat
FISIK/MORFOLOGI tanah dan lahan yang langsung diamati di lapangan
PRAKTIS DAN DITENTUKAN LANGSUNG DI LAPANGAN
3. A. Kemampuan Lahan Tingkat Kelas:
Tanah dikelompokkan ke dalam Kelas I s/d VIII yaitu
semakin tinggi kelasnya maka KUALITAS LAHAN
semakin jelek alasan: RESIKO KERUSAKAN DAN
BESARNYA FAKTOR PENGHAMBAT BERTAMBAH.
Kelas I – IV sesuai untuk usaha pertanian
Kelas V – VIII tidak sesuai atau diperlukan biaya
tinggi untuk pengelolaannya.
Sejarah Indonesia atas pengelolaan lahan
banyak kasus pelanggaran atas Kelas
Kemampuan Lahan mempercepat
degradasi tanah dan lahan.
4. Lahan Kelas I
Sesuai untuk segala jenis penggunaan
pertanian tanpa memerlukan tindakan KTA
termasuk teknik ameliorasi , reklamasi dan
rehabilitasi yang khusus.
Ciri lahan: datar, solum tanah dalam, tekstur
agak halus s/d sedang, drainase baik, mudah
diolah, responsif terhadap pemupukan.
Pemupukan apa???
Tidak mempunyai faktor penghambat.
Untuk mengetahui standar batas ciri tanah/lahan
yang baik LIHAT HARKAT SIFAT FISIKA, KIMIA,
BIOLOGI TANAH (Puslitannak, USDA, FAO) atau
10 Paramater Kerusakan Tanah KNLH (PP 150 tahun
2001). ATAU PARAMETER KUALITAS TANAH/LAHAN.
5. Lahan Kelas II
Sesuai untuk penggunaan pertanian dengan sedikit
HAMBATAN dan ANCAMAN KERUSAKAN.
Faktor penghambat adalah salah satu atau lebih dari
sifat/faktor berikut: (i) lereng melandai,(ii) kepekaan erosi
sedang, (iii) kedalaman tanah kurang ideal, (iv) struktur
tanah kurang baik, (v) sedikit gangguan salinitas (Na), (vi)
kadang-kadang tergenang banjir, (vii) drainase buruk, (viii)
iklim sedikit menghambat.
Jika dikelola sebagai usaha pertanian tanaman semusim
perlu tindaan pengawetan tanah yang sedang. Misal: (i)
pengolahan tanah menurut kontur, (ii) pembuatan guludan,
(iii) pergiliran tanaman dengan tanaman penutup tanah dan
pupuk hijau dan (iv) tindakan pemupukan.
6. Lahan Kelas III
Sesuai untuk penggunaan pertanian dengan hambatan yang
AGAK BERAT shg. tidak semua jenis tanaman dapat
diusahakan.
Faktor penghambat salah satu atau kombinasi beberapa
sifat tanah atau lahan sbb: (i) lereng agak curam, (ii)
kepekaan erosi tinggi terjadi erosi berat, (iii) sering
tergenang banjir, (iv) permeabilitas lambat, (v) SOLUM
DANGKAL, (vi) daya menahan air rendah, (vii) kesuburan
rendah, (viii) salinitas/Na sedang, (ix) penghambat iklim
sedang.
Memerlukan tindakan pengawetan khusus. Misal:
penanaman dalam strip, pembuatan teras, pergiliran
tanaman dengan vegetasi penutup tanah, pemupukan
sintetik untuk meningatkan kesuburan kimiawi
tanah; organik sbg “soil ameliorant &
amendment”.
7. Lahan Kelas IV
Sesuai untuk penggunaan pertanian dengan
FAKTOR PENGHAMBAT BERAT membatasi
PILIHAN TANAMAN yang diusahakan.
Faktor penghambat salah satu atau beberapa
kombinasi sifat sbb: (i) lereng curam, (ii) kepekaan
erosi tinggi EROSI BERAT, (iii) TANAH
DANGKAL, (iv) daya menahan air rendah, (v) sering
tergenang banjir, (vi) drainase terhambat, (vii)
salinitas/Na agak tinggi, (viii) penghambat iklim
sedang.
Jika diusahakan untuk TANAMAN SEMUSIM perlu
TERAS atau perbaikan drainase atau pergiliran
tanaman dengan vegetasi penutup tanah selama
3-5 tahun.
8. Lahan Kelas V
TIDAK SESUAI UNTUK TANAMAN PERTANIAN (tanaman
reguler/lazim) berarti cari alternatif vegetasi atau
tanaman yang sifatnya MEMELIHARA sistem KTA lahan.
Lahan bisa datar namun mempunyai stau atau beberapa
kombinasi sifat sbb: (i) drainase sangat buruk atau
terhambat, (ii) sering kebanjiran, (iii) BERBATU, (iv)
penghambat iklim cukup besar; lahan bisa curam bisa
cekung/lembah dengan kriteria sulit mengelola lahan
untuk tanaman pertanian reguler terutama tanaman
pangan.
10. Lokasi CUNIL Desa PEGALONGAN
lahan kelas berapa ??
(Sumber: P. Widyasunu, 2009).
Petani perlu diajari
membuat kompos untuk
REKLAMASI LAHAN
11. Lahan bekas penambangan batu di Sunyalangu, Kec. Karanglewas. Mau
diapakan lagi?? Reklamasi?? (Sumber: P. Widyasunu, 2009).
12. Lahan Kelas
VI
Apa yang berbeda dengan kelas
sebelumnya ??
TIDAK SESUAI UNTUK TANAMAN
PERTANIAN.
Lahan mempunyai faktor penghambat yang sulit
diperbaiki: (i) lereng sangat curam, (ii) erosi yang
terjadi sangat berat, (iii) berbatu-batu, (iv) SOLUM
DANGKAL, (v) drainase sangat buruk, (vi) daya
menahan air randah, (vii) penghambat iklim besar.
Sesuai hanya untuk vegetasi rumput (harus dijaga
agar rumput selalu menutup permukaan tanah.
Bila dihutankan penebangan kayu harus
selektif atau untuk Agroforestry.
13. Lahan
Kelas VII
Apa yang berbeda dengan kelas
sebelumnya ??
SAMA SEKALI TIDAK SESUAI UNTUK
TANAMAN SEMUSIM.
Lahan mempunyai faktor pembatas yang lebih
berat dari kelas VI: (i) lereng terjal, (ii) erosi
sangat berat (gully erosion/erosi parit), (iii) tanah
dangkal, (iv) lahan berbatu-batu, (v) drainase
sangat terhambat sebabnya apa??, (vi) iklim
sangat menghambat contohnya
apa/bagaimana??.
14. Lahan Kelas
VIII
SAMA SEKALI TIDAK SESUAI UNTUK PRODUKSI
PERTANIAN.
Lahan mempunyai faktor penghambat lebih berat dari Kelas VII:
(i) lereng sangat terjal, (ii) erosi sangat berat, (iii)
permukaan tanah ditutupi oleh batuan lepas atau singkapan, (iv)
iklim sangat tidak mendukung (kejadian cuaca ekstrim
pendek/panjang sangat sering), (v) selalu tergenang,
(vi) kapasitas menahan air rendah.
Lahan harus dibiarkan dalam keadaan alami atau TETAP
MENJADI FUNGSI HUTAN SEBAGAI ZONA RESAPAN AIR
CAGAR ALAM, HUTAN REKREASI, HUTAN LINDUNG.
15. B. Kemampuan Lahan Tingkat Sub
KelasFAKTOR PENGHAMBAT:
JENIS
Sub Kelas bahaya erosi (e) pada lahan dimana erosi
merupakan masalah utama.
Sub Kelas genangan air (w) kelebihan air merupakan
problem utama, drainase buruk, air tanah dangkal, daerah
banjir.
Sub Kelas perakaran tanaman (s) tanah dangkal, banyak
batuan permukaan/singkapan, kemampuan memegang air
rendah.
Sub Kelas iklim (c) iklim yaitu suhu dan curah hujan
merupakan masalah utama saat ini kaitannya dengan
perubahan iklim dengan fenomena CUACA EKSTRIM sebagai
dampak pemanasan global contoh (i) CH esktrim tinggi
dalam watu singkat, (ii) MK yang ada beberapa kali CH
tinggi, (iii) MK panjang lebih awal; MH panjang, (iv) air laut
pasang naik ke daratan 0,5 m sepanjang pantai
utara Jawa..
16. JENIS-JENIS FAKTOR PENGHAMBAT DITULISKAN
DI BELAKANG ANGKA KELAS
Misal:
III w Lahan Kelas III dengan faktor
penghambat genangan air sehingga
terjadinya kelebihan air merupakan
problem utama, selain itu uumumnya
drainase buruk, air tanah dangkal, daerah
banjir.
IV e bahaya erosi (e) pada lahan dimana
erosi merupakan masalah utama.
17. C. Kemampuan Lahan Tingkat Unit (Satuan
Pengelolaan)
TINGKAT UNIT memberikan keterangan yang lebih
spesifik dan detil daripada SUB KELAS.
Dalam tingkat unit kemampuan lahan diberikan SIMBOL
dengan penambahan angka-angka Arab di belakang simbol
sub kelas angka menunjukkan besarnya
tingkat dari faktor penghambat.
Contoh:
II w-1 penghambat genangan air (kadang-
kadang : banjir menutupi tanah
>24 jam, tidak
teratur dalam periode <1 bln); d1 = drainase baik,
tanah mempunyai peredaran udara baik, profil
tanah berwarna terang, seragam, tidak terdapat
bercak.
III e-3
e3 = erosi agak berat, >75% lap.atas sampai
<25% lap. bawah hilang.
IV k-3 solum tanah
k3 = <25 cm (sangat dangkal).
18.
19. 3.2. Klasifikasi Kemampuan Lahan
Modifikasi Menurut Sitanala Arsyad
Latar Belakang:
Kelas kemampuan Lahan USDA istilah-istilah sifat
tanah tidak KUANTITATIF (tidak dinyatakan dengan
angka-angka) SULIT DIINTERPRETASIKAN.
Contoh: lereng landai, kedalaman tanah kurang,
erosi berat.
ARSYAD (1979) mengadakan modifikasi
terhadap sistem USDA tsb. dan
mengemukakan KRITERIA yang lebih
definitif yang diharapkan dapat
diterapkan di Indonesia.
MENJADI KUANTITATIF.
20. No.
Faktor
KELAS KEMAMPUAN LAHAN
I
1.
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
Tekstur
tanah (t)
a) Lap atas
(40 cm)
b) Lap bwh
t2/t3
t1/t4
*
*
*
*
*
t5
t2/t4
t1/t4
*
*
*
*
*
t5
2.
Lereng (%)
i0
i1
i2
i3
*
i4
i5
i6
3.
Drainase
d0/d1
d2
d3
d4
**
*
*
*
4.
Kedalaman
efektif
k0
0
k1
k2
*
k3
*
*
5.
Keadaan
erosi
e0
e1
e1
e2
*
e3
e4
*
6.
Kerikil/batu
b0
b0
b0
b1
b2
*
*
b3
7.
Banjir
o0
o1
o2
o3
o4
*
*
*
*
dapat mempunyai sembarang faktor penghambat
dari kelas yang lebih berat.
** permukaan tanah selalu tergenang air.
21. Faktor Iklim
Dua komponen yang paling berpengaruh: temperatur
dan hujan.
Udara bebas bergerak turun temperaturnya dengan
1oC setiap 100 m naik di atas permukaan laut. Namun
di Jawa sebesar 0,61 oC. Sehingga besarnya
temperatur di suatu tempat dapat diduga dengan
persamaan berikut:
T = 26,3oC – 0,61 h
Dimana T : tempertur (oC), 26,3 oC : temperatur ratarata pada permukaan laut, h:ketinggian (m).
Penyediaan air alami (curah hujan) mempengaruhi
kemampuan tanah. Sehingga pengaruh interaksi
antara iklim-tanah harus diperhitungkan.
22. Faktor Lereng, ancaman erosi, dan erosi yang
telah terjadi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Kerusakan oleh erosi berpengaruh thd penggunaan
tanah. Cara pengelolaan tanah disebabkan karena alasan:
Suatu kedalaman tanah yang cukup harus dipelihara agar
produktivitas tanaman sedang-tinggi.
Kehilangan lapisan tanah oleh erosi mengurangi hasil
tanaman.
Kehilangan unsur hara oleh tanaman.
Kehilangan lapisan permukaan tanah.
Kehilangan tanah oleh erosi
Bangunan-bangunan pengendali tanah dapat rusak oleh
sedimen yang berasal dari erosi.
Jika terbentuk parit/erosi gully, maka akan lebih sulit
pemulihan tanah untuk menjadi produktif kembali.
23. Faktor Tekstur tanah (t)
Penting dalam mempengaruhi kapasitas
tanah untuk menahan air dan
permeabilitas tanah serta berbagai sifat
fisik dan kimia tanah lainnya.
24. Klasifikasi kemampuan lahan tekstur lapisan
atas dan lapisan bawah:
t1 = tekstur halus : berdebu; liat.
t2 = tekstur agak halus : liat berdebu; lempung
liat berpasir; lempung berliat; lempung
berpasir.
t3 = tekstur sedang: debu; lempung berdebu;
lempung.
t4 = tekstur aga kasar: lempung berpasir.
t5 = testur kasar: pasir; pasir berlempung.
27. Drainase
Drainase tanah diklasifikasikan sebagai berikut :
d0 = baik
Tanah mempunyai peredaran udara baik seluruh profil
tanah berwarna terang seragam dan tidak ada bercakbercak.
d1 = agak baik
Peredaran udara baik, tidak terdapat, berca-berca
warna kuning/coklat/kelabu pada lapisan atas dan
bagian atas lapisan bawah.
d2 = agak buruk
Lapisan atas tanah peredaran udara baik-tidak terdapat
berca-bercak; bercak-bercak terdpt pada seluruh
lapisan bawah.
28. d3 = buruk
Lapisan tanah atas dekat permukaan
terdapat bercak-bercak kelabu/coklat/
kekuningan.
d4 = sangat buruk
Seluruh lapisan permukaan kelabu; tanah
bagian bawah terdapat bercak-bercak
kelabu/coklat/kekuningan.
29. Faktor Kedalaman tanah (kedalaman
efektif)
Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman
tanah yang baik bagi pertumbuhan akar
tanaman. Klasifikasi kedalaman tanah yang
efektif:
ko = >90 cm (dalam)
k1 = 90 – 50 cm (sedang)
k2 = 50 – 25 cm (dangkal)
k3 = <25 cm (sangat dangkal)
30. Keadaan erosi
(kerusakan erosi yang telah terjadi)
dikelompokkan sebagai berikut:
e0 = tidak ada erosi
e1 = ringan, <25% lapisan atas tnh hilang.
e2 = sedang, 25-75% lapisan atas tnh
hilang.
e3 = berat, >75% lap.atas hilang
< 25% lap. bawah hilang.
e4 = sangat berat, >75% lap.atas hilang
>25% lap.bawah hilang.
32. Faktor-faktor khusus
Faktor-faktor penghambat lain yang
mungkin terdapat adalah batu-batuan dan
kerikil, bahaya banjir dan salinitas.
6. Kerikil/batu (sampai kedalaman 20
cm???)
a) Kerikil (2 mm – 7,5 cm)
b0 = tidak ada/sedikit : 0 – 15%
volume tanah.
b1 = sedang 15 – 50 % volume tanah.
b2 = banyak 50 – 90 % volume tanah.
b3 = sangat banyak >90% volume tanah.
33. b) Batu kecil (7,5 cm – 25 cm; bulat); sumbu panjang
15 – 40cm
b0 = tidak ada/sedikit : 0 – 15% volume tanah.
b1 = sedang 15 – 50 % volume tanah pengolahan
tanah mulai agak sulit, pertumbuhan tanaman
agak terganggu.
b2 = banyak 50 – 90 % volume tanah, pengolahan
tanah sangat sulit, pertumbuhan tanaman
terganggu.
b3 = sangat banyak >90% volume tanah,
pengolahan tanah tidak mungkin dilakukan,
pertumbuhan tanaman terganggu.
34. Stone: batuan bebas/lepas yang terletak/berserakan di atas
permukaan tanah diameter > 25 cm (bulat) atau
sumbu > 40 cm (gepeng).
b0 = tidak ada : < 0,01 % luas areal.
b1 = sedikit : 0,01-3% permukaan tanah tertutup,
pengolahan tanah dengan mesin agak terganggu, tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman.
b2 = sedang : 3-15 % permukaan tanah tertutup,
pengolahan tanah mulai agak sulit.
b3 = banyak : 15-90 % permukaan tanah tertutup,
pengolahan tanah dan penanaman menjadi sulit.
b4 = sangat banyak: > 90% permukaan tanah tertutup,
sama sekali tidak dapat digunakan untuk tanaman.
35. ROCK: batuan yang tersingkap di atas permukaan tanah dan
merupakan bagian dari batu besar yang terpendam.
bo = tidak ada: < 2 % permukaan tanah tertutup.
b1 = sedikit: 2-10 % permukaan tanah tertutup, pengolahan
tanah dan penanaman agak terganggu.
b2 = sedang: 10-50 % permukaan tanah tertutup,
pengolahan tanah dan penanaman terganggu.
b3 = banyak: 50-90 % permukaan tanah tertutup,
pengolahan tanah dan penanaman sangat terganggu.
b4 = sangat banyak: > 90 % permukaan tanah tertutup,
tidak dapat diusahaakan untuk pertanian.
36. Klasifikasi ancaman banjir/genangan (O)
O0 = tidak pernah : dalam 1 th tanah tidak
pernah
tertutup banjir untuk waktu >24 jam.
O1 = jarang : banjir menutupi tanah
>24 jam, tidak
teratur dalam periode <1 bln.
O2 = kadang-kadang: selama 1 bln dalam 1 th tanah
secara teratur tertutupi banjir yang >24 jam.
O3 = sering: selama 2-5 bulan dalam 1 th, secara
teratur selalu banjir yang lamanya > 24 jam.
O4 = sangat sering: selama waktu > 6 bln tanah selalu
dilanda banjir yang teratur yang lamanya >24 jam
future PIG pantai utara Jawa terendam air laut air laut pasang.
37. Permeabilitas
Dikelompokkan sebagai berikut:
P1 = lambat
: 0,5 cm/jam
P2 = agak lambat
: 0,5 – 2 cm/jam
P3 = sedang
: 2 – 6,25 cm/jam
P4 = agak cepat
: 6,25 – 12,5 cm/jam
P5 = cepat
: >12,5 cm/jam
38. Klasifikasi Salinitas
Salinitas tanah dinyatakan dalam kandungan garam
terlarut atau hambatan listrik ekstrak tanah sbb:
g0 = bebas = 0 – 0,15% garam larut; 0 – 4 (EC
x 103)
mmhos/cm pada suhu 250C.
g1 = terpengaruh sedikit = 0,15 – 0,35% garam larut; 4
– 8 (EC x 103) mmhos/cm pada
suhu 250C.
g2 = terpengaruh sedang = 0,35 – 0,65% garam larut; 8
– 15 (EC x 103) mmhos/cm pada suhu 250C.
g3 = terpengaruh hebat = lebih dari 0,65% garam larut;
lebih dari 15 (EC x 103)
mmhos/cm pada suhu
250C.
40. Pagerejo, Kertek, Wonosobo: kerusakan tubuh tanah, struktur batuan kerusakan
hidrologis dan biodiversitas akibat penambangan batu dan pasir fisiografi vulkan.
Lereng selatan Gunung Sindoro. Penggunaan lahan pertanian VERSUS pertambangan.
Mau dimenangkan mana? (P.Widyasunu, 2008).