SlideShare a Scribd company logo
1 of 41
Oleh: dr. Azizah Retno K., Sp.A
DIARE AKUT PADA ANAK
EPIDEMIOLOGI
 Saat ini 200-400 kejadian diare per 1000
penduduk per tahun
 Sebagian besar (60-80%) anak balita  ±
40 juta kejadian diare per tahun
 Sebanyak 1-2% mengalami dehidrasi 
50-60% akan meninggal bila tidak
mendapat pertolongan
 s/d tahun 1995 angka kematian diare
pada semua golongan umur 54/100.000
penduduk, 2,5 per 1000 anak balita setiap
tahun
 Diare cair akut adalah BAB lembek atau cair
bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi
> 3 kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24
jam dan berlangsung < 14 hari
 Disentri adalah episode diare akut yang pada
tinjanya ditemukan darah secara kasat mata 
sindrom disentri: diare dengan darah dan lendir
dalam feses dan adanya tenesmus
Faktor Risiko Terjadinya Diare
1. Umur
Kebanyakan episode diare terjadi pada
dua tahun pertama kehidupan. Insiden
paling tinggi pada golongan umur 6-11
bulan, pada masa diberikan makanan
pendamping. Hal ini karena belum
terbentuknya kekebalan alami dari anak
pada umur di bawah 24 bulan.
2. Jenis Kelamin
Risiko kesakitan diare pada golongan
perempuan lebih rendah daripada laki-laki
karena aktivitas anak laki-laki dengan
lingkungan lebih tinggi.
3. Musim
Variasi pola musim di daerah tropik
memperlihatkan bahwa diare terjadi
sepanjang tahun, frekuensinya meningkat
pada peralihan musim kemarau ke musim
penghujan.
4. Status Gizi
Status gizi berpengaruh sekali pada diare.
Pada anak yang kurang gizi karena
pemberian makanan yang kurang, episode
diare akut lebih berat, berakhir lebih lama
dan lebih sering. Kemungkinan terjadinya
diare persisten juga lebih sering dan
disentri lebih berat. Risiko meninggal
akibat diare persisten atau disentri sangat
meningkat bila anak sudah kurang gizi.
5. Lingkungan
Di daerah kumuh yang padat penduduk,
kurang air bersih dengan sanitasi yang
jelek penyakit mudah menular. Pada
beberapa tempat shigellosis yaitu salah
satu penyebab diare merupakan penyakit
endemik, infeksi berlangsung sepanjang
tahun, terutama pada bayi dan anak-anak
yang berumur antara 6 bulan sampai 3
tahun.
6. Status Sosial Ekonomi
 Status sosek rendah  status gizi anggota
keluarga.
 Status gizi kurang bahkan status gizi
buruk memudahkan balita tersebut
terkena diare.
 Mereka yang berstatus ekonomi rendah
biasanya tinggal di daerah yang tidak
memenuhi syarat kesehatan sehingga
memudahkan seseorang untuk terkena
diare.
Etiologi:
 Diare cair akut/diare akut cair:
Penyebab terbanyak adalah rotavirus 
20-80% (dunia), Indonesia 55%, baik di
negara maju maupun negara berkembang
 infeksi rotavirus tidak banyak
terpengaruh oleh status higienitas
Patogenesis:
 Rotavirus menginvasi dan
berkembangbiak di epitel vili usus halus 
kerusakan sel epitel dan pemendekan vili
 malabsorpsi
Disentri:
 10% diare akut pada anak < 5 tahun  15-25%
kematian akibat diare
 Lebih lama sembuh
 Komplikasi lebih banyak  mempengaruhi
pertumbuhan anak, risiko kematian lebih tinggi
 Penyebab utama (Indonesia): Shigella,
Salmonella, Campylobacter jejuni, E.coli dan
E.hystolitica
 Disentri berat: S.dysenteriae, S.flexnerri,
Salmonella, EIEC
Patogenesis:
 Bakteri menempel dan berkembangbiak di
usus, melalui antigen (rambut getar) 
pengurangan kapasitas penyerapan 
sekresi cairan
 Toksin akan menghambat fungsi sel epitel
 me(-) absorpsi Na dan me(+) klorida
 sekresi air dan elektrolit
 Diare berdarah  invasi dan perusakan
sel epitel mukosa, terjadi di kolon, ileum
distal
 Invasi diikuti mikroabses dan ulkus
superfisial  lendir dan darah dalam tinja
Diagnosis  tentukan 3 hal:
 Persistensi
 Etiologi
 Derajat dehidrasi
Persistensi: > 14 hari
Etiologi: Shigella  awalnya lebih cair dan
berdarah setelah 1-2 hari, sering disertai
demam, nyeri perut, nyeri rektum dan
tenesmus
 Kematian akibat sepsis, infeksi
sekunder (pneumonia), gizi buruk
Derajat dehidrasi:
 Asupan per oral, frekuensi miksi/urin,
frekuensi/volume tinja dan muntah
 Obat apa yang diminum
 Amati KU dan aktivitas anak
 Demam karena inflamasi atau dehidrasi
Sunken eyes
Turgor :
Derajat dehidrasi
 Dehidrasi berat: dua atau lebih tanda
berikut  letargi atau penurunan
kesadaran, mata cowong, malas minum,
turgor kulit sangat lambat
 Dehidrasi ringan-sedang: gelisah, mata
cowong, sangat haus, turgor kembali
lambat
 Tanpa tanda dehidrasi: tidak ada tanda-
tanda di atas
Tatalaksana: 5 lintas tatalaksana 
rehidrasi, dukungan nutrisi, suplementasi
Zinc, AB selektif, edukasi orang tua
Rehidrasi: memberi cairan RT (air tajin,
kuah sayur, air sup  yang tepat oralit
 CRO (Cairan Rehidrasi Oral) mengandung
elektrolit dan glukosameningkatkan
penyerapan cairan di usus
 CRO formula baru: Na 75 mmol/L, glukosa
75 mmol/L, osml 245 mmol/L
 Lama: Na 90 mmol/L, Glukosa 111 mol/L,
osml 311 mmol/L  untuk kolera
 Rencana terapi A diare tanpa tanda dehidrasi
- Berikan anak lebih banyak cairan dari biasanya
- Beri tablet zinc < 6 bulan ½ tablet, > 6 bulan
1 tablet 10-14 hari, dilarutkan dalam air matang,
ASI, oralit, anak besar bisa dikunyah
- Beri makanan untuk mencegah kurang gizi:
teruskan ASI atau susu yg biasa diberikan; bila
umur > 6 bln  bubur, sari buah, beri makanan
sedikitnya 6 kali sehari, berikan porsi tambahan
selama 2 minggu
- Bawa anak ke petugas kesehatan bila BAB lebih
sering, muntah terus, haus yang nyata, makan-
minum sedikit, demam, tinja berdarah
- Anak harus diberi oralit di rumah bila setelah
mendapat terapi B dan C  oralit formula baru
 beri ibu 2 bungkus, larutkan 1 dalam 1 liter
air matang untuk 24 jam < 2 tahun 50-100 cc
tiap BAB, > 2 tahun 100-200 cc tiap BAB
Pemantauan 4-6 jam
Rencana terapi B  dehidrasi R-S
Rencana terapi C  Dehidrasi berat
 < 4 bulan (BB < 6 kg) : 200-400 cc
 4-12 bulan (BB 6-10 kg) : 400-700 cc
 12 bulan-2 thn (BB 10-12 kg) : 700-900 cc
 2-5 tahun (12-19 kg) : 900-1400 cc
 Cara pemberian: < 2 tahun satu sendok teh tiap
1-2 menit, yang lebih tua berikan beberapa
teguk, bila muntah tunggu 10 menit  beri
cairan > lama (tiap sendok 2-3 menit)
 Dukungan nutrisi: makanan tetap
diteruskan sesuai umur anak
 Suplementasi Zinc terbukti mengurangi
lama dan beratnya diare, mencegah
berulangnya diare selama 2-3 bulan
 Antibiotika selektif  indikasi untuk diare
berdarah dan kolera: Kotrimoksazol 5-8
mg/kgBB/hari  sefalosporin generasi
ketiga (sefiksim 5 mg/kgBB/hari peroral)
 Pemeriksaan feses  giardiasis dan amubiasis
 metronidazol 7,5 mg/kgBB 3 kali sehari untuk
amubiasis, 5 mg/kgBB 3 kali sehari untuk
giardiasis selama 5 hari
 Lekosit > 10/LPB
 Edukasi orang tua: kembali segera bila ada
demam, tinja berdarah, muntah berulang,
makan dan minum sedikit, sangat haus, diare
makin sering atau belum membaik dalam 3 hari
indikasi rawat inap pd diare akut berdarah:
malnutrisi, < 1 tahun, menderita campak 6
bulan terakhir, ada dehidrasi, adanya komplikasi
PENYULIT DIARE AKUT
 Dehidrasi dengan segala akibatnya 
renjatan, gagal ginjal akut
 Gangguan keseimbangan elektrolit  hipo
natremi, hipernatremi, hipokalemia, dll
 Gangguan keseimbangan asam basa 
asidosis metabolik
 Kehilangan makanan  hipoglikemia,
kurang kalori protein akut, dll
Pencegahan Diare
Upaya pencegahan diare yang sudah
terbukti efektif berupa :
 Perhatikan kebersihan dan gizi yang
seimbang.
 Menjaga kebersihan dengan kebiasaan
mencuci tangan dengan sabun sebelum
makan dan kebersihan dari makanan yang
kita makan.
 Penggunaan jamban yang benar.
 Imunisasi campak.
 Adalah diare akut dengan atau tanpa disertai darah yang
berlangsung selama 14 hari atau lebih
 Etiologi: sama dengan diare akut dengan faktor risiko:
- usia < 4 bulan
- tidak mendapat ASI
- malnutrisi
- diare akut dengan etiologi bakteri invasif
- tatalaksana diare akut yang tidak tepat (AB tidak
sesuai)
Diare persisten
 Kerusakan mukosa usus
 Diare rotavirus: defisiensi laktosa
berkepanjangan
 Malnutrisi: sintesis antibodi berkurang,
motilitas usus menurun, regenerasi sel
mukosa usus lambat
Patogenesis
Pembagian berdasarkan tingkat
dehidrasi
 Diare persisten ringan
 Diare persisten berat
 Keadaan yang sering berkaitan dengan
diare persisten adalah:
- Malnutrisi berat
- HIV
- Intoleransi laktosa
 Beri mikronutrisi dan vitamin
 Nutrisi: terdapat kesulitan mencerna susu
dari hewan  mengganti dengan susu
fermentasi (yoghurt) karena laktosa lebih
sedikit
Diare persisten ringan
 Rehidrasi dengan rencana B atau C
 CRO efektif
 Pada beberapa kasus penyerapan glukosa
terganggu  kenaikan volume tinja
 Periksa infeksi non-pencernaan
(pneumonia, sepsis, ISK, stomatitis, OMA)
 Suplementasi vitamin dan mineral
Diare persisten berat
Diare persisten pada malnutrisi
berat
 Jika terdapat edema pada kedua kaki,
atau pasien sangat kurus  menilai tanda
dehidrasi sulit sekali  anak malnutrisi
dengan diare cair akut diasumsikan
mengalami dehidrasi tak berat
 Jangan rehidrasi i.v. kecuali syok
 Beri cairan resomal (Na 37,5 mol/L, K 40
mmol/L, Mg 3 mmol/L)
 Pasien anak terkena HIV bila terdapat indikasi sebagai
berikut:
- Infeksi berulang
- Stomatitis
- Parotitis kronis
- Limfadenopati general
- Hepatomegali tanpa penyebab yang jelas
- Adanya demam persisten
- Disfungsi neurologis
- Herpes zooster
- HIV dermatitis
Diare persisten pada pasien HIV
Diare persisten dengan intoleransi
laktosa
 Tanda-tanda intoleransi laktosa: diare sangat
sering dan berbau asam, meteorismus, flatulens,
kolik abdomen, diaper rash
 Diagnosis intoleransi laktosa berdasarkan
pemeriksaan penunjang: pH tinja < 6,
penentuan kadar gula dalam tinja dengan tablet
klinitest, laktosa loading (tolerance) test, biopsi
mukosa usus halus, test pernapasan hidrogen
 Hipoglikemi: beri D10% 2 ml/kgBB i.v. bolus; 50
ml air gula lewat NGT atau per oral
 Hiponatremi: kadar Na < 120 mmol/L  NaCl
3% i.v.
 Sepsis: kombinasi antibiotika ampisilin dan
gentamisin
 Perforasi  laparotomi, antibiotika seperti di
atas, dikombinasi dengan metronidazol 8
mg/kgBB/hari
Komplikasi diare
 Megakolon toksik: toksin Shigella bersifat
neurotoksik penurunan motilitas dan distensi
usus yang berat  dekompresi, diet enteral
tunda sementara, diberikan nutrisi parenteral
 Kejang: kejang demam
 Sindrom Hemolitik Uremik ditandai dengan
trias anemia hemolitik (mikroangiopati, gagal
ginjal akut dan trombositopenia)
 Malnutrisi  pencegahan: makanan sedikit-
sedikit, frekuensi sering; anak makan dalam
jumlah khusus, pemberian makanan ekstra
sampai 2 minggu setelah sakit
TATALAKSANA DIARE AKUT PADA ANAK (EFIR).docx

More Related Content

Similar to TATALAKSANA DIARE AKUT PADA ANAK (EFIR).docx

Diare akut dehidrasi
Diare akut dehidrasiDiare akut dehidrasi
Diare akut dehidrasiMalika Jamal
 
Kekurangan kalori dan protein
Kekurangan kalori dan proteinKekurangan kalori dan protein
Kekurangan kalori dan proteinReza Oktarama
 
Leaflet _ Diare Pada Anak
Leaflet _ Diare Pada AnakLeaflet _ Diare Pada Anak
Leaflet _ Diare Pada Anaklidyasrprb
 
Diare & water related disease
Diare & water related diseaseDiare & water related disease
Diare & water related diseaseMuhammad Munandar
 
Mari kenali fix (1)
Mari kenali fix (1)Mari kenali fix (1)
Mari kenali fix (1)Himaandari
 
Asuhan keperawatan gastroenteritis pada anak
Asuhan keperawatan gastroenteritis pada anakAsuhan keperawatan gastroenteritis pada anak
Asuhan keperawatan gastroenteritis pada anakRahmi Sari
 
197431179 case-diare-rotasi-2
197431179 case-diare-rotasi-2197431179 case-diare-rotasi-2
197431179 case-diare-rotasi-2homeworkping3
 
Diare akut yang disertai dehidrasi ringan sedang pada anak
Diare akut yang disertai dehidrasi ringan sedang pada anakDiare akut yang disertai dehidrasi ringan sedang pada anak
Diare akut yang disertai dehidrasi ringan sedang pada anakGefilem98
 
CIRIT-BIRIT DI KALANGAN BAYI & KANAK-KANAK
CIRIT-BIRIT DI KALANGAN BAYI & KANAK-KANAK CIRIT-BIRIT DI KALANGAN BAYI & KANAK-KANAK
CIRIT-BIRIT DI KALANGAN BAYI & KANAK-KANAK Tangan-tangan Putih
 
Simpo pkb kegawatan pada diare dengan dehidrasi berat
Simpo pkb kegawatan pada diare dengan dehidrasi beratSimpo pkb kegawatan pada diare dengan dehidrasi berat
Simpo pkb kegawatan pada diare dengan dehidrasi beratArgo Dio
 
pp diare bu lusi.pptx
pp diare bu lusi.pptxpp diare bu lusi.pptx
pp diare bu lusi.pptxnarindaika
 

Similar to TATALAKSANA DIARE AKUT PADA ANAK (EFIR).docx (20)

Diare Akut
Diare AkutDiare Akut
Diare Akut
 
Diare akut dehidrasi
Diare akut dehidrasiDiare akut dehidrasi
Diare akut dehidrasi
 
Kekurangan kalori dan protein
Kekurangan kalori dan proteinKekurangan kalori dan protein
Kekurangan kalori dan protein
 
Diare
DiareDiare
Diare
 
Diare1
Diare1Diare1
Diare1
 
Leaflet _ Diare Pada Anak
Leaflet _ Diare Pada AnakLeaflet _ Diare Pada Anak
Leaflet _ Diare Pada Anak
 
Diare usia 1 3 tahun=
Diare  usia 1 3 tahun=Diare  usia 1 3 tahun=
Diare usia 1 3 tahun=
 
Diare
Diare Diare
Diare
 
Diare & water related disease
Diare & water related diseaseDiare & water related disease
Diare & water related disease
 
Diare Pada Anak
Diare Pada AnakDiare Pada Anak
Diare Pada Anak
 
Mari kenali fix (1)
Mari kenali fix (1)Mari kenali fix (1)
Mari kenali fix (1)
 
Asuhan keperawatan gastroenteritis pada anak
Asuhan keperawatan gastroenteritis pada anakAsuhan keperawatan gastroenteritis pada anak
Asuhan keperawatan gastroenteritis pada anak
 
197431179 case-diare-rotasi-2
197431179 case-diare-rotasi-2197431179 case-diare-rotasi-2
197431179 case-diare-rotasi-2
 
Askep diare bu arma print lengkap
Askep diare bu arma print lengkapAskep diare bu arma print lengkap
Askep diare bu arma print lengkap
 
leaflet diare pada anak.docx
leaflet diare pada anak.docxleaflet diare pada anak.docx
leaflet diare pada anak.docx
 
Diare akut yang disertai dehidrasi ringan sedang pada anak
Diare akut yang disertai dehidrasi ringan sedang pada anakDiare akut yang disertai dehidrasi ringan sedang pada anak
Diare akut yang disertai dehidrasi ringan sedang pada anak
 
Masalah gz dh
Masalah gz dhMasalah gz dh
Masalah gz dh
 
CIRIT-BIRIT DI KALANGAN BAYI & KANAK-KANAK
CIRIT-BIRIT DI KALANGAN BAYI & KANAK-KANAK CIRIT-BIRIT DI KALANGAN BAYI & KANAK-KANAK
CIRIT-BIRIT DI KALANGAN BAYI & KANAK-KANAK
 
Simpo pkb kegawatan pada diare dengan dehidrasi berat
Simpo pkb kegawatan pada diare dengan dehidrasi beratSimpo pkb kegawatan pada diare dengan dehidrasi berat
Simpo pkb kegawatan pada diare dengan dehidrasi berat
 
pp diare bu lusi.pptx
pp diare bu lusi.pptxpp diare bu lusi.pptx
pp diare bu lusi.pptx
 

Recently uploaded

KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxZuheri
 
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfKOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfnoviarani6
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiAikawaMita
 
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAPROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAkompilasikuliahd3TLM
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanFeraAyuFitriyani
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdfbendaharadakpkmbajay
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptxNezaPurna
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxPoliJantung
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaFeraAyuFitriyani
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptssuserbb0b09
 
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptxProses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptxArdianAdhiwijaya
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxDwiHmHsb1
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxkemenaghajids83
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RambuIntanKondi
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptssuser551745
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptAcephasan2
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxIrfanNersMaulana
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 

Recently uploaded (20)

KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfKOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAPROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptxProses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 

TATALAKSANA DIARE AKUT PADA ANAK (EFIR).docx

  • 1. Oleh: dr. Azizah Retno K., Sp.A DIARE AKUT PADA ANAK
  • 2. EPIDEMIOLOGI  Saat ini 200-400 kejadian diare per 1000 penduduk per tahun  Sebagian besar (60-80%) anak balita  ± 40 juta kejadian diare per tahun  Sebanyak 1-2% mengalami dehidrasi  50-60% akan meninggal bila tidak mendapat pertolongan  s/d tahun 1995 angka kematian diare pada semua golongan umur 54/100.000 penduduk, 2,5 per 1000 anak balita setiap tahun
  • 3.  Diare cair akut adalah BAB lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi > 3 kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam dan berlangsung < 14 hari  Disentri adalah episode diare akut yang pada tinjanya ditemukan darah secara kasat mata  sindrom disentri: diare dengan darah dan lendir dalam feses dan adanya tenesmus
  • 4. Faktor Risiko Terjadinya Diare 1. Umur Kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa diberikan makanan pendamping. Hal ini karena belum terbentuknya kekebalan alami dari anak pada umur di bawah 24 bulan.
  • 5. 2. Jenis Kelamin Risiko kesakitan diare pada golongan perempuan lebih rendah daripada laki-laki karena aktivitas anak laki-laki dengan lingkungan lebih tinggi. 3. Musim Variasi pola musim di daerah tropik memperlihatkan bahwa diare terjadi sepanjang tahun, frekuensinya meningkat pada peralihan musim kemarau ke musim penghujan.
  • 6. 4. Status Gizi Status gizi berpengaruh sekali pada diare. Pada anak yang kurang gizi karena pemberian makanan yang kurang, episode diare akut lebih berat, berakhir lebih lama dan lebih sering. Kemungkinan terjadinya diare persisten juga lebih sering dan disentri lebih berat. Risiko meninggal akibat diare persisten atau disentri sangat meningkat bila anak sudah kurang gizi.
  • 7. 5. Lingkungan Di daerah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih dengan sanitasi yang jelek penyakit mudah menular. Pada beberapa tempat shigellosis yaitu salah satu penyebab diare merupakan penyakit endemik, infeksi berlangsung sepanjang tahun, terutama pada bayi dan anak-anak yang berumur antara 6 bulan sampai 3 tahun.
  • 8. 6. Status Sosial Ekonomi  Status sosek rendah  status gizi anggota keluarga.  Status gizi kurang bahkan status gizi buruk memudahkan balita tersebut terkena diare.  Mereka yang berstatus ekonomi rendah biasanya tinggal di daerah yang tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga memudahkan seseorang untuk terkena diare.
  • 9. Etiologi:  Diare cair akut/diare akut cair: Penyebab terbanyak adalah rotavirus  20-80% (dunia), Indonesia 55%, baik di negara maju maupun negara berkembang  infeksi rotavirus tidak banyak terpengaruh oleh status higienitas
  • 10.
  • 11. Patogenesis:  Rotavirus menginvasi dan berkembangbiak di epitel vili usus halus  kerusakan sel epitel dan pemendekan vili  malabsorpsi
  • 12. Disentri:  10% diare akut pada anak < 5 tahun  15-25% kematian akibat diare  Lebih lama sembuh  Komplikasi lebih banyak  mempengaruhi pertumbuhan anak, risiko kematian lebih tinggi  Penyebab utama (Indonesia): Shigella, Salmonella, Campylobacter jejuni, E.coli dan E.hystolitica  Disentri berat: S.dysenteriae, S.flexnerri, Salmonella, EIEC
  • 13. Patogenesis:  Bakteri menempel dan berkembangbiak di usus, melalui antigen (rambut getar)  pengurangan kapasitas penyerapan  sekresi cairan  Toksin akan menghambat fungsi sel epitel  me(-) absorpsi Na dan me(+) klorida  sekresi air dan elektrolit
  • 14.  Diare berdarah  invasi dan perusakan sel epitel mukosa, terjadi di kolon, ileum distal  Invasi diikuti mikroabses dan ulkus superfisial  lendir dan darah dalam tinja
  • 15. Diagnosis  tentukan 3 hal:  Persistensi  Etiologi  Derajat dehidrasi Persistensi: > 14 hari Etiologi: Shigella  awalnya lebih cair dan berdarah setelah 1-2 hari, sering disertai demam, nyeri perut, nyeri rektum dan tenesmus  Kematian akibat sepsis, infeksi sekunder (pneumonia), gizi buruk
  • 16. Derajat dehidrasi:  Asupan per oral, frekuensi miksi/urin, frekuensi/volume tinja dan muntah  Obat apa yang diminum  Amati KU dan aktivitas anak  Demam karena inflamasi atau dehidrasi
  • 17. Sunken eyes Turgor : Derajat dehidrasi  Dehidrasi berat: dua atau lebih tanda berikut  letargi atau penurunan kesadaran, mata cowong, malas minum, turgor kulit sangat lambat
  • 18.  Dehidrasi ringan-sedang: gelisah, mata cowong, sangat haus, turgor kembali lambat  Tanpa tanda dehidrasi: tidak ada tanda- tanda di atas
  • 19. Tatalaksana: 5 lintas tatalaksana  rehidrasi, dukungan nutrisi, suplementasi Zinc, AB selektif, edukasi orang tua
  • 20. Rehidrasi: memberi cairan RT (air tajin, kuah sayur, air sup  yang tepat oralit  CRO (Cairan Rehidrasi Oral) mengandung elektrolit dan glukosameningkatkan penyerapan cairan di usus  CRO formula baru: Na 75 mmol/L, glukosa 75 mmol/L, osml 245 mmol/L  Lama: Na 90 mmol/L, Glukosa 111 mol/L, osml 311 mmol/L  untuk kolera
  • 21.
  • 22.  Rencana terapi A diare tanpa tanda dehidrasi - Berikan anak lebih banyak cairan dari biasanya - Beri tablet zinc < 6 bulan ½ tablet, > 6 bulan 1 tablet 10-14 hari, dilarutkan dalam air matang, ASI, oralit, anak besar bisa dikunyah - Beri makanan untuk mencegah kurang gizi: teruskan ASI atau susu yg biasa diberikan; bila umur > 6 bln  bubur, sari buah, beri makanan sedikitnya 6 kali sehari, berikan porsi tambahan selama 2 minggu
  • 23.
  • 24. - Bawa anak ke petugas kesehatan bila BAB lebih sering, muntah terus, haus yang nyata, makan- minum sedikit, demam, tinja berdarah - Anak harus diberi oralit di rumah bila setelah mendapat terapi B dan C  oralit formula baru  beri ibu 2 bungkus, larutkan 1 dalam 1 liter air matang untuk 24 jam < 2 tahun 50-100 cc tiap BAB, > 2 tahun 100-200 cc tiap BAB
  • 25.
  • 26. Pemantauan 4-6 jam Rencana terapi B  dehidrasi R-S Rencana terapi C  Dehidrasi berat  < 4 bulan (BB < 6 kg) : 200-400 cc  4-12 bulan (BB 6-10 kg) : 400-700 cc  12 bulan-2 thn (BB 10-12 kg) : 700-900 cc  2-5 tahun (12-19 kg) : 900-1400 cc  Cara pemberian: < 2 tahun satu sendok teh tiap 1-2 menit, yang lebih tua berikan beberapa teguk, bila muntah tunggu 10 menit  beri cairan > lama (tiap sendok 2-3 menit)
  • 27.  Dukungan nutrisi: makanan tetap diteruskan sesuai umur anak  Suplementasi Zinc terbukti mengurangi lama dan beratnya diare, mencegah berulangnya diare selama 2-3 bulan  Antibiotika selektif  indikasi untuk diare berdarah dan kolera: Kotrimoksazol 5-8 mg/kgBB/hari  sefalosporin generasi ketiga (sefiksim 5 mg/kgBB/hari peroral)
  • 28.  Pemeriksaan feses  giardiasis dan amubiasis  metronidazol 7,5 mg/kgBB 3 kali sehari untuk amubiasis, 5 mg/kgBB 3 kali sehari untuk giardiasis selama 5 hari  Lekosit > 10/LPB  Edukasi orang tua: kembali segera bila ada demam, tinja berdarah, muntah berulang, makan dan minum sedikit, sangat haus, diare makin sering atau belum membaik dalam 3 hari indikasi rawat inap pd diare akut berdarah: malnutrisi, < 1 tahun, menderita campak 6 bulan terakhir, ada dehidrasi, adanya komplikasi
  • 29. PENYULIT DIARE AKUT  Dehidrasi dengan segala akibatnya  renjatan, gagal ginjal akut  Gangguan keseimbangan elektrolit  hipo natremi, hipernatremi, hipokalemia, dll  Gangguan keseimbangan asam basa  asidosis metabolik  Kehilangan makanan  hipoglikemia, kurang kalori protein akut, dll
  • 30. Pencegahan Diare Upaya pencegahan diare yang sudah terbukti efektif berupa :  Perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang.  Menjaga kebersihan dengan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan kebersihan dari makanan yang kita makan.  Penggunaan jamban yang benar.  Imunisasi campak.
  • 31.  Adalah diare akut dengan atau tanpa disertai darah yang berlangsung selama 14 hari atau lebih  Etiologi: sama dengan diare akut dengan faktor risiko: - usia < 4 bulan - tidak mendapat ASI - malnutrisi - diare akut dengan etiologi bakteri invasif - tatalaksana diare akut yang tidak tepat (AB tidak sesuai) Diare persisten
  • 32.  Kerusakan mukosa usus  Diare rotavirus: defisiensi laktosa berkepanjangan  Malnutrisi: sintesis antibodi berkurang, motilitas usus menurun, regenerasi sel mukosa usus lambat Patogenesis
  • 33. Pembagian berdasarkan tingkat dehidrasi  Diare persisten ringan  Diare persisten berat  Keadaan yang sering berkaitan dengan diare persisten adalah: - Malnutrisi berat - HIV - Intoleransi laktosa
  • 34.  Beri mikronutrisi dan vitamin  Nutrisi: terdapat kesulitan mencerna susu dari hewan  mengganti dengan susu fermentasi (yoghurt) karena laktosa lebih sedikit Diare persisten ringan
  • 35.  Rehidrasi dengan rencana B atau C  CRO efektif  Pada beberapa kasus penyerapan glukosa terganggu  kenaikan volume tinja  Periksa infeksi non-pencernaan (pneumonia, sepsis, ISK, stomatitis, OMA)  Suplementasi vitamin dan mineral Diare persisten berat
  • 36. Diare persisten pada malnutrisi berat  Jika terdapat edema pada kedua kaki, atau pasien sangat kurus  menilai tanda dehidrasi sulit sekali  anak malnutrisi dengan diare cair akut diasumsikan mengalami dehidrasi tak berat  Jangan rehidrasi i.v. kecuali syok  Beri cairan resomal (Na 37,5 mol/L, K 40 mmol/L, Mg 3 mmol/L)
  • 37.  Pasien anak terkena HIV bila terdapat indikasi sebagai berikut: - Infeksi berulang - Stomatitis - Parotitis kronis - Limfadenopati general - Hepatomegali tanpa penyebab yang jelas - Adanya demam persisten - Disfungsi neurologis - Herpes zooster - HIV dermatitis Diare persisten pada pasien HIV
  • 38. Diare persisten dengan intoleransi laktosa  Tanda-tanda intoleransi laktosa: diare sangat sering dan berbau asam, meteorismus, flatulens, kolik abdomen, diaper rash  Diagnosis intoleransi laktosa berdasarkan pemeriksaan penunjang: pH tinja < 6, penentuan kadar gula dalam tinja dengan tablet klinitest, laktosa loading (tolerance) test, biopsi mukosa usus halus, test pernapasan hidrogen
  • 39.  Hipoglikemi: beri D10% 2 ml/kgBB i.v. bolus; 50 ml air gula lewat NGT atau per oral  Hiponatremi: kadar Na < 120 mmol/L  NaCl 3% i.v.  Sepsis: kombinasi antibiotika ampisilin dan gentamisin  Perforasi  laparotomi, antibiotika seperti di atas, dikombinasi dengan metronidazol 8 mg/kgBB/hari Komplikasi diare
  • 40.  Megakolon toksik: toksin Shigella bersifat neurotoksik penurunan motilitas dan distensi usus yang berat  dekompresi, diet enteral tunda sementara, diberikan nutrisi parenteral  Kejang: kejang demam  Sindrom Hemolitik Uremik ditandai dengan trias anemia hemolitik (mikroangiopati, gagal ginjal akut dan trombositopenia)  Malnutrisi  pencegahan: makanan sedikit- sedikit, frekuensi sering; anak makan dalam jumlah khusus, pemberian makanan ekstra sampai 2 minggu setelah sakit