SlideShare a Scribd company logo
OM SWASTYASTU
Anatomi Fisiologi
 Sistem Sensori
Oleh:
ā€¢   Sintya Sandrina         PO7120012043
ā€¢   Anom Sawitri            P07120012046
ā€¢   Ratna Widiarini         P07120012049
ā€¢   Ade Kesari Putri        P07120012050
ā€¢   Nova Yanti Wijaya       P07120012057
ā€¢   Dian Yuniantari         P07120012058
ā€¢   Rianti Rusmadewi        PO7120012068
ā€¢   Jaya Antara             P07120012075
ā€¢   Edi Sanjana             P07120012077
ā€¢   Risma Dian Utami        P07120012080
Anatomi sistem penglihatan
1. Bola Mata
ā€¢ Disusun oleh tiga lapisan, yaitu : sklera,
  koroid, dan retina
ā€¢ Sel kerucut lebih sedikit dibanding sel batang
ā€¢ Sel ā€“ sel batang ditemukan banyak pada
  daerah perifer retina
2. Iris dan lensa
ā€¢ Memberikan warna pada mata
ā€¢ Membran membentuk cairan ( bundar )
  mengandung dilator involunter dan otot ā€“
  otot spingter yang mengatur ukuran pupil
ā€¢ Iris adalah suatu kristal, berbentuk bikonfek (
  cembung ) bening
Fisiologi penglihatan (mata)
ļƒ˜ Cahaya masuk ke mata dan di belokkan
  (refraksi) ketika melalui kornea dan struktur-
  struktur lain dari mata yang mempunyai
  kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan di
  retina, hal ini disebut kesalahan refraksi.
ļƒ˜ Konjungtiva adalah suatu membran tipis
  yang melapisi kelopak mata (konjungtiva
  palpebra), kecuali darah pupil
ļƒ˜ Akomodasi juga dibantu dengan perubahan
  ukuran pupil
1. Tekanan dalam bola mata
ā€¢ Tekanan dalam bola mata dipertahankan
  oleh keseimbangan antara produksi dan
  pengaliran dari humor aqueous
ā€¢ Pengaliran dapat dihambat oleh bendungan
  pada jaringan trabekula
Anatomi sistem pendengaran
ā€¢ Terdiri dari telinga luar, tengah dan dalam
ā€¢ Telinga Luar
  ā€¢ Auricula: Mengumpulkan suara yang diterima
  ā€¢ Meatus Acusticus Eksternus: Menyalurkan atau
    meneruskan suara ke kanalis auditorius eksterna
  ā€¢ Canalis Auditorius Eksternus: Meneruskan suara
    ke memberan timpani
  ā€¢ Membran timpani: Sebagai resonator mengubah
    gelombang udara menjadi gelombang mekanik
ā€¢ Telinga tengah
  ļƒ˜adalah ruang berisi udara yang menghubungkan
   rongga hidung dan tenggorokan dihubungkan
   melalui tuba eustachius
  ļƒ˜Terdiri atas:
    ļƒ¼Tuba auditorius (eustachius)
    ļƒ¼Penghubung faring dan cavum naso
     faringuntuk :
       ļ±Proteksi: melindungi ndari kuman
       ļ±Drainase: mengeluarkan cairan.
       ļ±Aerufungsi: menyamakan tekanan luar dan
        dalam.
       ļ±Tuba pendengaran (maleus, inkus, dan stapes)
ā€¢ Telinga Dalam
  Telinga dalam terdiri dari :
  ļ± Koklea
  ļ¶ Skala vestibule: mengandung perlimfe
  ļ¶ Skala media: mengandung endolimfe
  ļ¶ Skala timani: mengandung perlimfe
  ļ¶ Organo corti
  ļ± Telinga dalam dipenuhi oleh cairan dan terdiri dari
    "cochlea" berbentuk spiral yang disebut rumah
    siput
Fisiologi pendengaran
ā€¢ Getaran suara ditangkap oleh telinga yang dialirkan
  ke telinga dan mengenai memberan timpani,
  sehingga memberan timpani bergetar. Getaran ini
  diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang
  berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes
  menggerakkan perilimfe dalam skala vestibui
  kemudian getaran diteruskan melalui Rissener yang
  mendorong endolimfe dan memberan basal ke arah
  bawah, perilimfe dalam skala timpani akan
  bergerak sehingga tingkap bundar (foramen
  rotundum) terdorong kearah luar. Rangsangan fisik
  tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dan
  ion Na menjadi aliran listrik yang diteruskan ke
  cabang N.VIII yang kemudian neneruskan
  ransangan ke pusat sensori pendengaran di otak
  melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis.
Anatomi sistem penciuman
ā€¢ Struktur hidung luar terdiri atas 3 bagian,
  yaitu :
  ļ‚§ Kubah kartilago (tulang rawan)
  ļ‚§ Kubah tulang
  ļ‚§ Lobulus hidung
  ā€¢ Struktur penting dari anatomi hidung :
  ļ¶Dorsum nasi (batang hidung)
  ļ¶Septum Nasi
  ļ¶Kavum Nasi (Lubang Hidung)
Fisiologi Sistem Penciuman
ā€¢ Indera penciuman mendeteksi zat yang melepaskan
  molekul-molekul di udara. Di atap rongga hidung
  terdapat olfactory epithelium yang sangat sensitif
  terhadap molekul-molekul bau, karena pada bagian
  ini ada bagian pendeteksi bau(smell receptors).
  Receptor ini jumlahnya sangat banyak ada sekitar
  10 juta. Ketika partikel bau tertangkap oleh
  receptor, sinyal akan di kirim ke the olfactory bulb
  melalui saraf olfactory. Bagian inilah yang mengirim
  sinyal ke otak dan kemudian di proses oleh otak
  bau apakah yang telah tercium oleh hidung kita.
Anatomi sistem peraba (kulit)
ā€¢ Lapisan kulit manusia terdapat beberapa lapisan,
  yaitu:
ļƒ˜ Epidermis
Terdiri atas:
ļƒ¼ Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk
ļƒ¼ Stratum lusidum, yang berfungsi melakukan ā€œpengecatanā€
  terhadap kulit dan rambut
ļƒ¼ Stratum granulosum, yang menghasilkan pigmen warna
  kulit, yang disebut melamin
ļƒ¼ Stratum germinativum, sering dikatakan sebagai sel hidup
  karena lapisan ini merupakan lapisan yang aktif
  membelah.
Anatomi sistem peraba (kulit)
ļƒ˜ Dermis
  ļ±Lapisan dermis terdiri atas
  ļƒ¼Akar Rambut
  ļƒ¼Pembuluh Darah
  ļƒ¼Kelenjar Minyak (glandula sebasea)
  ļƒ¼Kelenjar Keringat (glandula sudorifera), dan
  ļƒ¼Serabut Saraf
Fisiologi Peraba
ā€¢ Fungsi kulit secara umum.
1. Sebagai proteksi.
ļ± Masuknya benda- benda dari luar(benda asing ,invasi
   bacteri.)
ļ± Melindungi dari trauma yang terus menerus.
ļ± Mencegah keluarnya cairan yang berlebihan dari tubuh.
ļ± Menyerap berbagai senyawa lipid vit. Adan D yang larut
   lemak.
ļ± Memproduksi melanin mencegah kerusakan kulit dari sinar
   UV.
2.Pengontrol/pengatur suhu.
ļ± Vasokonstriksi pada suhu dingn dan dilatasi pada kondisi
   panas peredaran darah meningkat terjadi penguapan
   keringat.
Fisiologi Peraba
3. Proses Hilangnya Panas Dari Tubuh:
ļ± Radiasi: pemindahan panas ke benda lain yang suhunya
   lebih rendah.
ļ± Konduksi : pemindahan panas dari ubuh ke benda lain yang
   lebih dingin yang bersentuhan dengan tubuh.
ļ± Evaporasi : membentuk hilangnya panas lewat konduksi
ļ± Kecepatan hilangnya panas dipengaruhi oleh suhu
   permukaan kulit yang ditentukan oleh peredaran darah
   kekulit.(total aliran darah N: 450 ml / menit.)
4. Sensibilitas
ļ± Mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan dan rabaaan.
Fisiologi Peraba
5. Keseimbangan Air
ļ± Sratum korneum dapat menyerap air sehingga mencegah
   kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian
   internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam
   jaringan subcutan.
ļ± Air mengalami evaporasi (respirasi tidak kasat mata)+ 600
   ml / hari untuk dewasa.
Sensasi suhu
ā€¢ Perangsang Reseftor Suhu ā€“ Sensasi Dingin,
  Sejuk, Indeferen Hangat dan Panas
ā€¢ Efek Perangsang dengan Menaikan dan
  Menurunkan Suhu ā€“ Adaptasi Resftor Suhu
ā€¢ Mekanisme Perangsang Reseftor Suhu
ā€¢ Penjumlahan Ruangan dari Sensasi Suhu
Anatomi sistem perasa (lidah)
ā€¢ Lidah memiliki permukaan yang kasar karena
  adanya tonjolan yang disebut papila.
ā€¢ Terdapat tiga jenis papila yaitu:
  o Papila filiformis (fili=benang); berbentuk seperti
    benang halus;
  o Papila sirkumvalata (sirkum=bulat);
    berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V
    di belakang lidah;
  o Papila fungiformis (fungi=jamur);
    berbentuk seperti jamur.
Fisiologi lidah
ā€¢ Substansi yang dirasakan harus berbentuk cairan
ā€¢ Kuncup pengecap bekerja sama dengan reseptor
  pada rambut pengecap.
ā€¢ Sensasi Rasa:
  ļƒ˜ Kuncup pengecap yang sensitive terhadap rasa manis
    terletak di ujung lidah.
  ļƒ˜ Substansi asam dirasakan terutama di bagian samping
    lidah.
  ļƒ˜ Substansi asin dapat dirasakan pada hampir seluruh
    area lidah, tetapi reseptornya terkumpul di bagian
    samping lidah.
  ļƒ˜ Substansi pahit akan menstimulasi kuncup pengecap di
    bagian belakang lidah.
VISUS
ā€¢ Visus adalah ketajaman atau kejernihan penglihatan,
  sebuah bentuk yang khusus di mana tergantung dari
  ketajaman fokus retina dalam bola mata dan sensitifitas
  dari interpretasi di otak
ā€¢ Visus adalah sebuah ukuran kuantitatif suatu
  kemampuan untuk mengidentifikasi simbol-simbol
  berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan
  jarak yang telah distandardisasi serta ukuran dari simbol
  yang bervariasi.
ā€¢ ā€œvisus 20/20ā€ adalah suatu bilangan yang menyatakan
  jarak dalam satuan kaki yang mana seseorang dapat
  membedakan sepasang benda. Satuan lain dalam meter
  dinyatakan sebagai visus 6/6.
Visus sentralis
  Visus sentralis ini dibagi dua yaitu visus sentralis jauh
  dan visus sentralis dekat.

a. Visus centralis jauh merupakan ketajaman penglihatan
   untuk melihat benda benda yang letaknya jauh. Pada
   keadaan ini mata tidak melakukan akomodasi.

b. Visus centralis dekat yang merupakan ketajaman
   penglihatan untuk melihat benda benda dekat misalnya
   membaca, menulis dan lain lain. Pada keadaan ini mata
   harus akomodasi supaya bayangan benda tepat jatuh di
   retina
Visus perifer
ā€¢ Fungsinya untuk mengenal tempat suatu benda
  terhadap sekitarnya dan pertahanan tubuh
  dengan reaksi menghindar jika ada bahaya dari
  samping.

ā€¢ Penyebab penurunan tajam peglihatan
  seseorang bermacam macam, salah satunya
  adalah refraksi anomaly/kelainan pembiasan
Beberapa kelaian refraksi anomaly tersebut
  adalah:
A. Hipermetrop
  ā€“ Penderita tidak bisa melihat dengan jelas obyek
    pada jarak dekat
  ā€“ Berkas cahaya sejajar tidak cukup dibelokkan oleh
    system lensa sampai tepat di retina
  ā€“ Untuk mengoreksi mata hipermetrop ini perlu kaca
    mata lensa spheris (+)
B. Miopi
ā€¢ Merupakan kebalikan dari hipermetrop, yaitu
  kurang jelas melihat obyek yang letaknya jauh
ā€¢ Hal ini terjadi karena panjangnya bola mata
  atau terlau besarnya kekuatan system lensa
  mata, sehingga berkas cahaya yang sejajar
  tidak cukup dibiaskan tepat di retina.
ā€¢ Kelainan ini dapat dikoreksi dengan lensa
  spheris (-)
C. Astigmatisme
ā€¢ Merupakan kesalahan refraksi sitem lensa mata
  yang biasanya disebabkan oleh kornea yang
  berbentuk bujur atau lensa yang berbentuk
  bujur.
ā€¢ Karena kelengkungan lensa astigmatisme disatu
  bidang lebih kecil dari bidang yang lain maka
  berkas cahaya yang mengenai bagian perifer
  lensa itu dalam satu bidang tidak bengkok
  sedemikian besar seperti berkas cahaya yang
  mengenai bagian perifer bidang lainnya
ā€¢ Dapat dikoreksi dengan lensa silindris
D. Presbiop
ā€¢ Merupakan kelaianan akomodasi yang terjadi
  pada orang orang tua
ā€¢ Disebabkan lensa kehilangan elastisitasnya,
  sehingga daya lenting lensa berkurang yang
  menyebabkan lensa tidak bias memfokuskan
  bayangan benda yang berjarak dekat dengan
  mata.
ā€¢ Dapat dikoreksi dengan menggunakan lensa
  cembung
Tes pendengaran (Tes rinne, Tes weber, Tes
  swabach)
ā€¢ Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran
  longitudinal molekul di lingkungan eksternal, yaitu masa
  pemadatan dan pelonggaran molekul yang terjadi
  berselang seling mengenai memberan timpani.
ā€¢ Kekerasan suara berkaitan dengan amplitudo
  gelombang suara dan nada berkaitan dengan frekuensi
ā€¢ Variasi timbre mempengaruhi mengetahhi suara
  berbagai alat musik walaupun alat tersebut memberikan
  nada yang sama. (William F.Gannong, 1998)
A. Test rinne
ā€¢ Tujuannya untuk membandingkan antara hantaran
   tulang dengan hantaran udara pada satu telinga
   pasien.
ā€¢ Ada 2 macam tes rinne , yaitu :
   a. Garputal 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu
   menempatkan tangkainya tegak lurus pada planum
   mastoid pasien (belakang meatus akustikus
   eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyinya,
   segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus
   akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika
   pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes
   rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya
b. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu
  menempatkan tangkainya secara tegak lurus
  pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan
  garputala didepan meatus akustikus eksternus.
  Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi
  garputala didepan meatus akustikus eksternus
  lebih keras dari pada dibelakang meatus
  skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne
  positif jika pasien mendengar didepan maetus
  akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes
  rinne negatif jika pasien mendengar didepan
  meatus akustikus eksternus lebih lemah atau
  lebih keras dibelakang.
Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne :
1) Normal : tes rinne positif
2) Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat
  didengar melalui tulang lebih lama)
3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan :
ā€¢ Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi
  getaran garpu tala.
ā€¢ Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau
  tidak (tes rinne: +/-)
ā€¢ Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga
  kanan tuli persepsi pada posisi I yang mendengar
  justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula
B. Test weber
ā€¢ Tujuannya untuk membandingkan hantaran
  tulang antara kedua telinga pasien
ā€¢ Cara kita melakukan tes weber yaitu:
  membunyikan garputala 512 Hz lalu tangkainya
  kita letakkan tegak lurus pada garis horizontal.
  Menurut pasien, telinga mana yang mendengar
  atau mendengar lebih keras. Jika telinga pasien
  mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga
  maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut.
  Jika kedua pasien sama-sama tidak mendengar
  atau sam-sama mendengaar maka berarti tidak
  ada lateralisasi.
Interpretasi:
a. Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah
   kanan disebut lateralisai ke kanan, disebut normal bila
   antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya.
b. Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya:
ļ‚§ Tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya ototis media
   disebelah kanan.
ļ‚§ Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada
   telinga kanan ebih hebat.
ļ‚§ Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri
   terganggu, maka di dengar sebelah kanan.
ļ‚§ Tuli persepsi pada kedua teling, tetapi sebelah kiri lebih
   hebaaaat dari pada sebelah kanan.
ļ‚§ Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kana jarang
   terdapat.
C. Test swabach
ā€¢ Tujuannya membandingkan daya transport melalui
  tulang mastoid antara pemeriksa (normal) dengan
  probandus
ā€¢ Cara Kerja :
      Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah
  digetarkan pada puncak kepala probandus. Probandus akan
  mendengar suara garputala itu makin lama makin melemah
  dan akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. Pada
  saat garputala tidak mendengar suara garputala, maka
  penguji akan segera memindahkan garputala itu, ke puncak
  kepala orang yang diketahui normal ketajaman
  pendengarannya (pembanding). Bagi pembanding dua
  kemungkinan dapat terjadi : akan mendengar suara, atau
  tidak mendengar suara.
NYERI
ā€¢ Nyeri adalah suatu mekanisme proktektif bagi
  tubuh
ā€¢ Nyeri tumbuh bilamana jaringan sedang rusak.
ā€¢ Orang yang sudah kehilangan indra nyeri seperti
  kerusakan medula spinalis, tidak dapat
  merasakan nyeri tersebut dan oleh karena itu
  tidak memindahkan berat badannya.
ā€¢ Ini menyebabkan ulserasi pada daerah tekanan
  tersebut kecuali bila dilakukan tindakan-tindakan
  khusus untuk menggerakan orang tersebut dari
  waktu ke waktu.
Sifat-sifat nyeri
ā€¢ Nyeri telah digolongkan ke dalam tiga jenis utama,
   yaitu tertusuk, terbakar dan pegal.
ā€¢ Nyeri tetusuk dirasakan bila suatu jarum jarum di
   tusukkan ke dalam kulit atau bila kulit dipotong
   dengan pisau.
ā€¢ Nyeri tertusuk sering dirasakan bila daerah kulit
   mengalami iritasi. Nyeri tertusuk disebabkan oleh
   perangsangan serabut nyeri jenis A delta.
   Sedangkan nyeri terbakar adalah jenis nyeri yang
   dirasakan bila kulit terbakar.
ā€¢ Nyeri terbakar dan pegal disebabkan oleh
   perangsangan serabut jenis C yang lebih primitif.
Reseftor nyeri dan perangsangannya
ā€¢ Reseftor nyeri di dalam kulit dan jaringan lain
  semuanya merupakan ujung saraf bebas
ā€¢ Tersebar luas dalam lapisan superficial kulit dan
  juga dalam jaringan dalam tertentu, misalnya
  priosteum, dinding erteri, permukaan sendi
  serta folks dan tentorium serebri
Reaksi terhadap nyeri
ā€¢ Tingkat reaksi nyeri sangat berbeda
ā€¢ Reaksi-reaksi ini sangat bervariasi dari satu
  orang ke orang lain setelah tingkat rangsang
  nyeri yang sebanding.
Proses nyeri dan skala nyeri
ā€¢ Mekanismenya sebagai berikut :
  -> Alur nyeri dari tangan yang terbakar mengeluarkan
  zat kimia bradykinin, prostaglandin kemudian
  merangsang ujung reseptor saraf yang kemudian
  membantu transmisi nyeri dari tangan yang terbakar ke
  otak.
Conā€™t
ā€¢ Impuls disampaikan ke otak melalui nervus ke
  kornu dorsalis pada spinal cord.
ā€¢ Pesan diterima oleh thalamus sebagai pusat
  sensori pada otak.
ā€¢ Impuls dikirim ke corteks dimana intensitas dan
  lokasi nyeri dirasakan.
ā€¢ Penurunan nyeri dimulai sebagai signal dari otak,
  turun melalui spinal cord.
ā€¢ Pada kornu dorsalis zat kimia seperti endorfin
  dikeluarkan untuk menurunkan nyeri.
Teori ā€œGate Controlā€ nyeri
ā€¢ Menyatakan bahwa : saraf berdiameter kecil
  menghantarkan stimulus nyeri ke otak,
  sedangkan saraf berdiameter besar berusaha
  menghambat transmisi impuls nyeri dari spinal
  cord ke otak
ā€¢ Klasifikasi nyeri dapat dibagi menurut :
  a. Dua rasa nyeri utama yaitu :
      Nyeri cepat: bila diberikan stimulus nyeri
  maka rasa nyeri cepat timbul dalam waktu
  kira-kira 0,1 detik.
ā€¢ Rasa nyeri cepat juga digambarkan dengan
  banyak nama pengganti seperti : rasa nyeri
  tajam, rasa nyeri tertusuk, rasa nyeri akut, dan
  rasa nyeri elektrik
ā€¢ Nyeri lambat: timbul setelah 1 detik atau lebih
  dan kemudian secara perlahan bertambah
  selama beberapa detik dan kadang kala bahkan
  beberapa menit.
ā€¢ Rasa nyeri lambat juga mempunyai banyak
  nama tambahan seperti rasa nyeri terbakar
  lambat, nyeri pegal, nyeri berdenyut, nyeri mual
  dan nyeri kronik.
Waktu nyeri
ā€¢ Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi tiba-tiba,
  intensitasnya bervariasi dari sedang sampai
  dengan berat dan berakhir dalam periode singkat
  sampai dengan kurang dari 6 bulan.

ā€¢ Nyeri kronis adalah : nyeri yang intermitten atau
  persisiten dan berakhir lebih dari 6 bulan
  misalnya nyeri pada penyakit kanker.
Skala Nyeri
ā€¢ 0 :Tidak nyeri
ā€¢ 1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi
   dengan baik.
ā€¢ 4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,
   menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat
   mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
ā€¢ 7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat
   mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan,
   dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
   mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi
   nafas panjang dan distraksi
ā€¢ 10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi
   berkomunikasi, memukul.
SEKIAN

More Related Content

What's hot

Presentasi alat indra pada manusia
Presentasi alat indra  pada manusiaPresentasi alat indra  pada manusia
Presentasi alat indra pada manusiaApapunituzar
Ā 
Indera manusiaku
Indera manusiakuIndera manusiaku
Indera manusiakuAlya Fauzia
Ā 
sistem koordinasi manusia
sistem koordinasi manusiasistem koordinasi manusia
sistem koordinasi manusia
firlylailitasari
Ā 
Sistem koordinasi 1 saraf ssp_sma_2013
Sistem koordinasi 1 saraf ssp_sma_2013Sistem koordinasi 1 saraf ssp_sma_2013
Sistem koordinasi 1 saraf ssp_sma_2013
nurfa .
Ā 
Sistem panca indera
Sistem panca inderaSistem panca indera
Sistem panca inderashafhandustur
Ā 
Anatomi fisiologi-sistem-saraf
Anatomi fisiologi-sistem-sarafAnatomi fisiologi-sistem-saraf
Anatomi fisiologi-sistem-saraf
sardiantidwitirta
Ā 
Biologi SMA Sistem indera
Biologi SMA Sistem inderaBiologi SMA Sistem indera
Biologi SMA Sistem indera
Rifda Latifa
Ā 
Indra manusia
Indra manusiaIndra manusia
Indra manusia
Heri Triyono
Ā 
Modul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem se
Modul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem seModul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem se
Modul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem sesuher lambang
Ā 
Sistem koordinasi atau Saraf pada manusia
Sistem koordinasi atau Saraf pada manusiaSistem koordinasi atau Saraf pada manusia
Sistem koordinasi atau Saraf pada manusia
Mustofa Hidayat
Ā 
Bab.9 sistem koordinasi
Bab.9 sistem koordinasiBab.9 sistem koordinasi
Bab.9 sistem koordinasi
alloysius02
Ā 
Bab 9 sistem koordinasi
Bab 9 sistem koordinasiBab 9 sistem koordinasi
Bab 9 sistem koordinasiKevin Simbolon
Ā 
SISTEM KOORDIASI
SISTEM KOORDIASISISTEM KOORDIASI
SISTEM KOORDIASI
Laurenzia Ayu Laura
Ā 
Sistem Koordinasi pada Manusia
Sistem Koordinasi pada ManusiaSistem Koordinasi pada Manusia
Sistem Koordinasi pada Manusia
Universities Pendidikan Ganesha
Ā 
Indera penciuman dan pendengaran
Indera penciuman dan pendengaranIndera penciuman dan pendengaran
Indera penciuman dan pendengaranDeskatia
Ā 
SYARAF-HORMON-INDRA
SYARAF-HORMON-INDRA SYARAF-HORMON-INDRA
SYARAF-HORMON-INDRA vanessaclarista
Ā 
Power point IPA kel 11
Power point IPA kel 11Power point IPA kel 11
Power point IPA kel 11
viazia
Ā 
Sistem saraf pada manusia
Sistem saraf pada manusiaSistem saraf pada manusia
Sistem saraf pada manusiaDeybi Wasida
Ā 
MATERI Sistem indra KELAS XI SMA
MATERI Sistem indra KELAS XI SMAMATERI Sistem indra KELAS XI SMA
MATERI Sistem indra KELAS XI SMA
Zona Bebas
Ā 

What's hot (20)

Presentasi alat indra pada manusia
Presentasi alat indra  pada manusiaPresentasi alat indra  pada manusia
Presentasi alat indra pada manusia
Ā 
Indera manusiaku
Indera manusiakuIndera manusiaku
Indera manusiaku
Ā 
sistem koordinasi manusia
sistem koordinasi manusiasistem koordinasi manusia
sistem koordinasi manusia
Ā 
Sistem koordinasi 1 saraf ssp_sma_2013
Sistem koordinasi 1 saraf ssp_sma_2013Sistem koordinasi 1 saraf ssp_sma_2013
Sistem koordinasi 1 saraf ssp_sma_2013
Ā 
Sistem panca indera
Sistem panca inderaSistem panca indera
Sistem panca indera
Ā 
Anatomi fisiologi-sistem-saraf
Anatomi fisiologi-sistem-sarafAnatomi fisiologi-sistem-saraf
Anatomi fisiologi-sistem-saraf
Ā 
Biologi SMA Sistem indera
Biologi SMA Sistem inderaBiologi SMA Sistem indera
Biologi SMA Sistem indera
Ā 
Indra manusia
Indra manusiaIndra manusia
Indra manusia
Ā 
Modul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem se
Modul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem seModul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem se
Modul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem se
Ā 
Sistem koordinasi atau Saraf pada manusia
Sistem koordinasi atau Saraf pada manusiaSistem koordinasi atau Saraf pada manusia
Sistem koordinasi atau Saraf pada manusia
Ā 
Bab.9 sistem koordinasi
Bab.9 sistem koordinasiBab.9 sistem koordinasi
Bab.9 sistem koordinasi
Ā 
Bab 9 sistem koordinasi
Bab 9 sistem koordinasiBab 9 sistem koordinasi
Bab 9 sistem koordinasi
Ā 
Sistem saraf
Sistem saraf Sistem saraf
Sistem saraf
Ā 
SISTEM KOORDIASI
SISTEM KOORDIASISISTEM KOORDIASI
SISTEM KOORDIASI
Ā 
Sistem Koordinasi pada Manusia
Sistem Koordinasi pada ManusiaSistem Koordinasi pada Manusia
Sistem Koordinasi pada Manusia
Ā 
Indera penciuman dan pendengaran
Indera penciuman dan pendengaranIndera penciuman dan pendengaran
Indera penciuman dan pendengaran
Ā 
SYARAF-HORMON-INDRA
SYARAF-HORMON-INDRA SYARAF-HORMON-INDRA
SYARAF-HORMON-INDRA
Ā 
Power point IPA kel 11
Power point IPA kel 11Power point IPA kel 11
Power point IPA kel 11
Ā 
Sistem saraf pada manusia
Sistem saraf pada manusiaSistem saraf pada manusia
Sistem saraf pada manusia
Ā 
MATERI Sistem indra KELAS XI SMA
MATERI Sistem indra KELAS XI SMAMATERI Sistem indra KELAS XI SMA
MATERI Sistem indra KELAS XI SMA
Ā 

Viewers also liked

Perkembangan Sensorik
Perkembangan SensorikPerkembangan Sensorik
Perkembangan Sensorik
Anda Sella Permata
Ā 
Clubfoot.ppt 2003
Clubfoot.ppt 2003Clubfoot.ppt 2003
Clubfoot.ppt 2003
Edy Waspada
Ā 
Mazidah qurrotu aini 1113016100053-pendidikan biologi 3b 2014
Mazidah qurrotu aini 1113016100053-pendidikan biologi 3b 2014Mazidah qurrotu aini 1113016100053-pendidikan biologi 3b 2014
Mazidah qurrotu aini 1113016100053-pendidikan biologi 3b 2014
mazidahsenjaramadhan qurrotuaini
Ā 
3. fisiologi sistem muskulo skeletal
3. fisiologi sistem muskulo skeletal3. fisiologi sistem muskulo skeletal
3. fisiologi sistem muskulo skeletaltarmizitaher
Ā 
Suryadi Saputera - Inspiring Words For Writer
Suryadi Saputera - Inspiring Words For WriterSuryadi Saputera - Inspiring Words For Writer
Suryadi Saputera - Inspiring Words For WriterSuryadi Saputera
Ā 
Fisiologi pendengaran
Fisiologi pendengaranFisiologi pendengaran
Fisiologi pendengaran
Anna Suraya
Ā 
Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02
Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02
Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02Cut Agam
Ā 
Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)
Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)
Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)opimus
Ā 
Bayi berat lahir rendah
Bayi  berat  lahir  rendahBayi  berat  lahir  rendah
Bayi berat lahir rendah
F.x. Alexander
Ā 
Anatomi pendengaran fisiologi pendengaran dan keseimbangan
Anatomi pendengaran fisiologi pendengaran dan keseimbanganAnatomi pendengaran fisiologi pendengaran dan keseimbangan
Anatomi pendengaran fisiologi pendengaran dan keseimbangan
widiganteng
Ā 
BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)
BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)
BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)Nenggar Sesanti
Ā 
Sistem Pencernaan
Sistem PencernaanSistem Pencernaan
Sistem Pencernaan
Hetty Astri
Ā 
Masa subur dan masa hamil
Masa subur dan masa hamilMasa subur dan masa hamil
Masa subur dan masa hamil
Hetty Astri
Ā 
Persalinan dan nifas
Persalinan dan nifasPersalinan dan nifas
Persalinan dan nifas
Hetty Astri
Ā 
Managemen laktasi
Managemen laktasiManagemen laktasi
Managemen laktasiWitriyani Pia
Ā 

Viewers also liked (20)

Perkembangan Sensorik
Perkembangan SensorikPerkembangan Sensorik
Perkembangan Sensorik
Ā 
Clubfoot.ppt 2003
Clubfoot.ppt 2003Clubfoot.ppt 2003
Clubfoot.ppt 2003
Ā 
Mazidah qurrotu aini 1113016100053-pendidikan biologi 3b 2014
Mazidah qurrotu aini 1113016100053-pendidikan biologi 3b 2014Mazidah qurrotu aini 1113016100053-pendidikan biologi 3b 2014
Mazidah qurrotu aini 1113016100053-pendidikan biologi 3b 2014
Ā 
3. fisiologi sistem muskulo skeletal
3. fisiologi sistem muskulo skeletal3. fisiologi sistem muskulo skeletal
3. fisiologi sistem muskulo skeletal
Ā 
Suryadi Saputera - Inspiring Words For Writer
Suryadi Saputera - Inspiring Words For WriterSuryadi Saputera - Inspiring Words For Writer
Suryadi Saputera - Inspiring Words For Writer
Ā 
Fisiologi pendengaran
Fisiologi pendengaranFisiologi pendengaran
Fisiologi pendengaran
Ā 
Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02
Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02
Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02
Ā 
Sap perawatan payudara
Sap perawatan payudaraSap perawatan payudara
Sap perawatan payudara
Ā 
Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)
Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)
Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)
Ā 
Bblr 2
Bblr 2Bblr 2
Bblr 2
Ā 
Bayi berat lahir rendah
Bayi  berat  lahir  rendahBayi  berat  lahir  rendah
Bayi berat lahir rendah
Ā 
Nutrisi pada BBLR
Nutrisi pada BBLRNutrisi pada BBLR
Nutrisi pada BBLR
Ā 
Anatomi pendengaran fisiologi pendengaran dan keseimbangan
Anatomi pendengaran fisiologi pendengaran dan keseimbanganAnatomi pendengaran fisiologi pendengaran dan keseimbangan
Anatomi pendengaran fisiologi pendengaran dan keseimbangan
Ā 
Leaflet perawatan perineum
Leaflet perawatan perineumLeaflet perawatan perineum
Leaflet perawatan perineum
Ā 
BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)
BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)
BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)
Ā 
Sistem Pencernaan
Sistem PencernaanSistem Pencernaan
Sistem Pencernaan
Ā 
Masa subur dan masa hamil
Masa subur dan masa hamilMasa subur dan masa hamil
Masa subur dan masa hamil
Ā 
Persalinan dan nifas
Persalinan dan nifasPersalinan dan nifas
Persalinan dan nifas
Ā 
Club foot
Club footClub foot
Club foot
Ā 
Managemen laktasi
Managemen laktasiManagemen laktasi
Managemen laktasi
Ā 

Similar to Biofis - Anatomi Sistem Sensorik

Sistem indra
Sistem indraSistem indra
Sistem indra
Maulana Malik
Ā 
5 lima alat indera manusia
5 lima alat indera manusia5 lima alat indera manusia
5 lima alat indera manusia
Indhara Khanta
Ā 
ANATOMI SISTEM PANCA INDRA__________.pdf
ANATOMI SISTEM PANCA INDRA__________.pdfANATOMI SISTEM PANCA INDRA__________.pdf
ANATOMI SISTEM PANCA INDRA__________.pdf
fonnykurnia12
Ā 
Panca indera manusia
Panca indera manusiaPanca indera manusia
Panca indera manusia
Dalhar Aljafar
Ā 
Alat indra
Alat indraAlat indra
Alat indra
indah nb
Ā 
Biologi SMA - Alat Indera
Biologi SMA - Alat InderaBiologi SMA - Alat Indera
Biologi SMA - Alat Indera
Rifda Latifa
Ā 
Panca Indra
Panca IndraPanca Indra
Panca Indra
Mei Diana Pratiwi
Ā 
Ppt sistem sensori
Ppt sistem sensoriPpt sistem sensori
Ppt sistem sensori
nita maulida
Ā 
Power point makalah kelompok 11
Power point makalah kelompok 11Power point makalah kelompok 11
Power point makalah kelompok 11
HRPTAIS
Ā 
Ppt bio sistem indra kel.5 (edited)
Ppt bio sistem indra kel.5 (edited)Ppt bio sistem indra kel.5 (edited)
Ppt bio sistem indra kel.5 (edited)
namiradiyana98
Ā 
Sistem Indra Pada Manusia.ppt
Sistem Indra Pada Manusia.pptSistem Indra Pada Manusia.ppt
Sistem Indra Pada Manusia.ppt
DimasMaesa
Ā 
anatomi-sistem-panca-indra-120118184237-phpapp01 (1).pdf
anatomi-sistem-panca-indra-120118184237-phpapp01 (1).pdfanatomi-sistem-panca-indra-120118184237-phpapp01 (1).pdf
anatomi-sistem-panca-indra-120118184237-phpapp01 (1).pdf
ZULFIEKAWATY
Ā 
Organ indra kel iii
Organ indra kel iiiOrgan indra kel iii
Organ indra kel iiiWelly Andrei
Ā 
BIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptx
BIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptxBIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptx
BIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptx
LayyouchuangHesty
Ā 
BIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptx
BIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptxBIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptx
BIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptx
LayyouchuangHesty
Ā 
Sistem koordinasi 1 ( indera) kelas 2 SMA/MA
Sistem koordinasi 1 ( indera) kelas 2 SMA/MASistem koordinasi 1 ( indera) kelas 2 SMA/MA
Sistem koordinasi 1 ( indera) kelas 2 SMA/MA
Yaya Nicky
Ā 
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM INDRA (SPECIAL SENSES).pptx
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM INDRA (SPECIAL SENSES).pptxANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM INDRA (SPECIAL SENSES).pptx
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM INDRA (SPECIAL SENSES).pptx
tedy80
Ā 

Similar to Biofis - Anatomi Sistem Sensorik (20)

Sistem indra
Sistem indraSistem indra
Sistem indra
Ā 
Sistem indera
Sistem inderaSistem indera
Sistem indera
Ā 
5 lima alat indera manusia
5 lima alat indera manusia5 lima alat indera manusia
5 lima alat indera manusia
Ā 
ANATOMI SISTEM PANCA INDRA__________.pdf
ANATOMI SISTEM PANCA INDRA__________.pdfANATOMI SISTEM PANCA INDRA__________.pdf
ANATOMI SISTEM PANCA INDRA__________.pdf
Ā 
Panca indera manusia
Panca indera manusiaPanca indera manusia
Panca indera manusia
Ā 
Alat indra
Alat indraAlat indra
Alat indra
Ā 
Biologi SMA - Alat Indera
Biologi SMA - Alat InderaBiologi SMA - Alat Indera
Biologi SMA - Alat Indera
Ā 
Panca Indra
Panca IndraPanca Indra
Panca Indra
Ā 
Ppt sistem sensori
Ppt sistem sensoriPpt sistem sensori
Ppt sistem sensori
Ā 
Power point makalah kelompok 11
Power point makalah kelompok 11Power point makalah kelompok 11
Power point makalah kelompok 11
Ā 
Ppt bio sistem indra kel.5 (edited)
Ppt bio sistem indra kel.5 (edited)Ppt bio sistem indra kel.5 (edited)
Ppt bio sistem indra kel.5 (edited)
Ā 
Sistem Indra Pada Manusia.ppt
Sistem Indra Pada Manusia.pptSistem Indra Pada Manusia.ppt
Sistem Indra Pada Manusia.ppt
Ā 
Sistem indera
Sistem inderaSistem indera
Sistem indera
Ā 
anatomi-sistem-panca-indra-120118184237-phpapp01 (1).pdf
anatomi-sistem-panca-indra-120118184237-phpapp01 (1).pdfanatomi-sistem-panca-indra-120118184237-phpapp01 (1).pdf
anatomi-sistem-panca-indra-120118184237-phpapp01 (1).pdf
Ā 
Organ indra kel iii
Organ indra kel iiiOrgan indra kel iii
Organ indra kel iii
Ā 
BIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptx
BIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptxBIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptx
BIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptx
Ā 
BIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptx
BIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptxBIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptx
BIOLOGI_Sistem_Koordinasi_dan_Alat_Indra.pptx
Ā 
Sistem koordinasi 1 ( indera) kelas 2 SMA/MA
Sistem koordinasi 1 ( indera) kelas 2 SMA/MASistem koordinasi 1 ( indera) kelas 2 SMA/MA
Sistem koordinasi 1 ( indera) kelas 2 SMA/MA
Ā 
Sistem indera
Sistem inderaSistem indera
Sistem indera
Ā 
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM INDRA (SPECIAL SENSES).pptx
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM INDRA (SPECIAL SENSES).pptxANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM INDRA (SPECIAL SENSES).pptx
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM INDRA (SPECIAL SENSES).pptx
Ā 

Recently uploaded

Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
Ā 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
Ā 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
Ā 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
Ā 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
Ā 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
Ā 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
Ā 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
Ā 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
Ā 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
Ā 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
Ā 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
Ā 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
Ā 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
Ā 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
Ā 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
Ā 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
Ā 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
Ā 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
Ā 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
Ā 

Recently uploaded (20)

Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Ā 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Ā 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
Ā 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Ā 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
Ā 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Ā 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Ā 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
Ā 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
Ā 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
Ā 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
Ā 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Ā 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
Ā 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Ā 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
Ā 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Ā 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
Ā 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
Ā 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Ā 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
Ā 

Biofis - Anatomi Sistem Sensorik

  • 3. Oleh: ā€¢ Sintya Sandrina PO7120012043 ā€¢ Anom Sawitri P07120012046 ā€¢ Ratna Widiarini P07120012049 ā€¢ Ade Kesari Putri P07120012050 ā€¢ Nova Yanti Wijaya P07120012057 ā€¢ Dian Yuniantari P07120012058 ā€¢ Rianti Rusmadewi PO7120012068 ā€¢ Jaya Antara P07120012075 ā€¢ Edi Sanjana P07120012077 ā€¢ Risma Dian Utami P07120012080
  • 4. Anatomi sistem penglihatan 1. Bola Mata ā€¢ Disusun oleh tiga lapisan, yaitu : sklera, koroid, dan retina ā€¢ Sel kerucut lebih sedikit dibanding sel batang ā€¢ Sel ā€“ sel batang ditemukan banyak pada daerah perifer retina
  • 5. 2. Iris dan lensa ā€¢ Memberikan warna pada mata ā€¢ Membran membentuk cairan ( bundar ) mengandung dilator involunter dan otot ā€“ otot spingter yang mengatur ukuran pupil ā€¢ Iris adalah suatu kristal, berbentuk bikonfek ( cembung ) bening
  • 6. Fisiologi penglihatan (mata) ļƒ˜ Cahaya masuk ke mata dan di belokkan (refraksi) ketika melalui kornea dan struktur- struktur lain dari mata yang mempunyai kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan di retina, hal ini disebut kesalahan refraksi. ļƒ˜ Konjungtiva adalah suatu membran tipis yang melapisi kelopak mata (konjungtiva palpebra), kecuali darah pupil ļƒ˜ Akomodasi juga dibantu dengan perubahan ukuran pupil
  • 7. 1. Tekanan dalam bola mata ā€¢ Tekanan dalam bola mata dipertahankan oleh keseimbangan antara produksi dan pengaliran dari humor aqueous ā€¢ Pengaliran dapat dihambat oleh bendungan pada jaringan trabekula
  • 8. Anatomi sistem pendengaran ā€¢ Terdiri dari telinga luar, tengah dan dalam ā€¢ Telinga Luar ā€¢ Auricula: Mengumpulkan suara yang diterima ā€¢ Meatus Acusticus Eksternus: Menyalurkan atau meneruskan suara ke kanalis auditorius eksterna ā€¢ Canalis Auditorius Eksternus: Meneruskan suara ke memberan timpani ā€¢ Membran timpani: Sebagai resonator mengubah gelombang udara menjadi gelombang mekanik
  • 9. ā€¢ Telinga tengah ļƒ˜adalah ruang berisi udara yang menghubungkan rongga hidung dan tenggorokan dihubungkan melalui tuba eustachius ļƒ˜Terdiri atas: ļƒ¼Tuba auditorius (eustachius) ļƒ¼Penghubung faring dan cavum naso faringuntuk : ļ±Proteksi: melindungi ndari kuman ļ±Drainase: mengeluarkan cairan. ļ±Aerufungsi: menyamakan tekanan luar dan dalam. ļ±Tuba pendengaran (maleus, inkus, dan stapes)
  • 10. ā€¢ Telinga Dalam Telinga dalam terdiri dari : ļ± Koklea ļ¶ Skala vestibule: mengandung perlimfe ļ¶ Skala media: mengandung endolimfe ļ¶ Skala timani: mengandung perlimfe ļ¶ Organo corti ļ± Telinga dalam dipenuhi oleh cairan dan terdiri dari "cochlea" berbentuk spiral yang disebut rumah siput
  • 11. Fisiologi pendengaran ā€¢ Getaran suara ditangkap oleh telinga yang dialirkan ke telinga dan mengenai memberan timpani, sehingga memberan timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan perilimfe dalam skala vestibui kemudian getaran diteruskan melalui Rissener yang mendorong endolimfe dan memberan basal ke arah bawah, perilimfe dalam skala timpani akan bergerak sehingga tingkap bundar (foramen rotundum) terdorong kearah luar. Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dan ion Na menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang N.VIII yang kemudian neneruskan ransangan ke pusat sensori pendengaran di otak melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis.
  • 12. Anatomi sistem penciuman ā€¢ Struktur hidung luar terdiri atas 3 bagian, yaitu : ļ‚§ Kubah kartilago (tulang rawan) ļ‚§ Kubah tulang ļ‚§ Lobulus hidung ā€¢ Struktur penting dari anatomi hidung : ļ¶Dorsum nasi (batang hidung) ļ¶Septum Nasi ļ¶Kavum Nasi (Lubang Hidung)
  • 13. Fisiologi Sistem Penciuman ā€¢ Indera penciuman mendeteksi zat yang melepaskan molekul-molekul di udara. Di atap rongga hidung terdapat olfactory epithelium yang sangat sensitif terhadap molekul-molekul bau, karena pada bagian ini ada bagian pendeteksi bau(smell receptors). Receptor ini jumlahnya sangat banyak ada sekitar 10 juta. Ketika partikel bau tertangkap oleh receptor, sinyal akan di kirim ke the olfactory bulb melalui saraf olfactory. Bagian inilah yang mengirim sinyal ke otak dan kemudian di proses oleh otak bau apakah yang telah tercium oleh hidung kita.
  • 14. Anatomi sistem peraba (kulit) ā€¢ Lapisan kulit manusia terdapat beberapa lapisan, yaitu: ļƒ˜ Epidermis Terdiri atas: ļƒ¼ Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk ļƒ¼ Stratum lusidum, yang berfungsi melakukan ā€œpengecatanā€ terhadap kulit dan rambut ļƒ¼ Stratum granulosum, yang menghasilkan pigmen warna kulit, yang disebut melamin ļƒ¼ Stratum germinativum, sering dikatakan sebagai sel hidup karena lapisan ini merupakan lapisan yang aktif membelah.
  • 15. Anatomi sistem peraba (kulit) ļƒ˜ Dermis ļ±Lapisan dermis terdiri atas ļƒ¼Akar Rambut ļƒ¼Pembuluh Darah ļƒ¼Kelenjar Minyak (glandula sebasea) ļƒ¼Kelenjar Keringat (glandula sudorifera), dan ļƒ¼Serabut Saraf
  • 16. Fisiologi Peraba ā€¢ Fungsi kulit secara umum. 1. Sebagai proteksi. ļ± Masuknya benda- benda dari luar(benda asing ,invasi bacteri.) ļ± Melindungi dari trauma yang terus menerus. ļ± Mencegah keluarnya cairan yang berlebihan dari tubuh. ļ± Menyerap berbagai senyawa lipid vit. Adan D yang larut lemak. ļ± Memproduksi melanin mencegah kerusakan kulit dari sinar UV. 2.Pengontrol/pengatur suhu. ļ± Vasokonstriksi pada suhu dingn dan dilatasi pada kondisi panas peredaran darah meningkat terjadi penguapan keringat.
  • 17. Fisiologi Peraba 3. Proses Hilangnya Panas Dari Tubuh: ļ± Radiasi: pemindahan panas ke benda lain yang suhunya lebih rendah. ļ± Konduksi : pemindahan panas dari ubuh ke benda lain yang lebih dingin yang bersentuhan dengan tubuh. ļ± Evaporasi : membentuk hilangnya panas lewat konduksi ļ± Kecepatan hilangnya panas dipengaruhi oleh suhu permukaan kulit yang ditentukan oleh peredaran darah kekulit.(total aliran darah N: 450 ml / menit.) 4. Sensibilitas ļ± Mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan dan rabaaan.
  • 18. Fisiologi Peraba 5. Keseimbangan Air ļ± Sratum korneum dapat menyerap air sehingga mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subcutan. ļ± Air mengalami evaporasi (respirasi tidak kasat mata)+ 600 ml / hari untuk dewasa.
  • 19. Sensasi suhu ā€¢ Perangsang Reseftor Suhu ā€“ Sensasi Dingin, Sejuk, Indeferen Hangat dan Panas ā€¢ Efek Perangsang dengan Menaikan dan Menurunkan Suhu ā€“ Adaptasi Resftor Suhu ā€¢ Mekanisme Perangsang Reseftor Suhu ā€¢ Penjumlahan Ruangan dari Sensasi Suhu
  • 20. Anatomi sistem perasa (lidah) ā€¢ Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut papila. ā€¢ Terdapat tiga jenis papila yaitu: o Papila filiformis (fili=benang); berbentuk seperti benang halus; o Papila sirkumvalata (sirkum=bulat); berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V di belakang lidah; o Papila fungiformis (fungi=jamur); berbentuk seperti jamur.
  • 21. Fisiologi lidah ā€¢ Substansi yang dirasakan harus berbentuk cairan ā€¢ Kuncup pengecap bekerja sama dengan reseptor pada rambut pengecap. ā€¢ Sensasi Rasa: ļƒ˜ Kuncup pengecap yang sensitive terhadap rasa manis terletak di ujung lidah. ļƒ˜ Substansi asam dirasakan terutama di bagian samping lidah. ļƒ˜ Substansi asin dapat dirasakan pada hampir seluruh area lidah, tetapi reseptornya terkumpul di bagian samping lidah. ļƒ˜ Substansi pahit akan menstimulasi kuncup pengecap di bagian belakang lidah.
  • 22. VISUS ā€¢ Visus adalah ketajaman atau kejernihan penglihatan, sebuah bentuk yang khusus di mana tergantung dari ketajaman fokus retina dalam bola mata dan sensitifitas dari interpretasi di otak ā€¢ Visus adalah sebuah ukuran kuantitatif suatu kemampuan untuk mengidentifikasi simbol-simbol berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan jarak yang telah distandardisasi serta ukuran dari simbol yang bervariasi. ā€¢ ā€œvisus 20/20ā€ adalah suatu bilangan yang menyatakan jarak dalam satuan kaki yang mana seseorang dapat membedakan sepasang benda. Satuan lain dalam meter dinyatakan sebagai visus 6/6.
  • 23. Visus sentralis Visus sentralis ini dibagi dua yaitu visus sentralis jauh dan visus sentralis dekat. a. Visus centralis jauh merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat benda benda yang letaknya jauh. Pada keadaan ini mata tidak melakukan akomodasi. b. Visus centralis dekat yang merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat benda benda dekat misalnya membaca, menulis dan lain lain. Pada keadaan ini mata harus akomodasi supaya bayangan benda tepat jatuh di retina
  • 24. Visus perifer ā€¢ Fungsinya untuk mengenal tempat suatu benda terhadap sekitarnya dan pertahanan tubuh dengan reaksi menghindar jika ada bahaya dari samping. ā€¢ Penyebab penurunan tajam peglihatan seseorang bermacam macam, salah satunya adalah refraksi anomaly/kelainan pembiasan
  • 25. Beberapa kelaian refraksi anomaly tersebut adalah: A. Hipermetrop ā€“ Penderita tidak bisa melihat dengan jelas obyek pada jarak dekat ā€“ Berkas cahaya sejajar tidak cukup dibelokkan oleh system lensa sampai tepat di retina ā€“ Untuk mengoreksi mata hipermetrop ini perlu kaca mata lensa spheris (+)
  • 26. B. Miopi ā€¢ Merupakan kebalikan dari hipermetrop, yaitu kurang jelas melihat obyek yang letaknya jauh ā€¢ Hal ini terjadi karena panjangnya bola mata atau terlau besarnya kekuatan system lensa mata, sehingga berkas cahaya yang sejajar tidak cukup dibiaskan tepat di retina. ā€¢ Kelainan ini dapat dikoreksi dengan lensa spheris (-)
  • 27. C. Astigmatisme ā€¢ Merupakan kesalahan refraksi sitem lensa mata yang biasanya disebabkan oleh kornea yang berbentuk bujur atau lensa yang berbentuk bujur. ā€¢ Karena kelengkungan lensa astigmatisme disatu bidang lebih kecil dari bidang yang lain maka berkas cahaya yang mengenai bagian perifer lensa itu dalam satu bidang tidak bengkok sedemikian besar seperti berkas cahaya yang mengenai bagian perifer bidang lainnya ā€¢ Dapat dikoreksi dengan lensa silindris
  • 28. D. Presbiop ā€¢ Merupakan kelaianan akomodasi yang terjadi pada orang orang tua ā€¢ Disebabkan lensa kehilangan elastisitasnya, sehingga daya lenting lensa berkurang yang menyebabkan lensa tidak bias memfokuskan bayangan benda yang berjarak dekat dengan mata. ā€¢ Dapat dikoreksi dengan menggunakan lensa cembung
  • 29. Tes pendengaran (Tes rinne, Tes weber, Tes swabach) ā€¢ Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul di lingkungan eksternal, yaitu masa pemadatan dan pelonggaran molekul yang terjadi berselang seling mengenai memberan timpani. ā€¢ Kekerasan suara berkaitan dengan amplitudo gelombang suara dan nada berkaitan dengan frekuensi ā€¢ Variasi timbre mempengaruhi mengetahhi suara berbagai alat musik walaupun alat tersebut memberikan nada yang sama. (William F.Gannong, 1998)
  • 30. A. Test rinne ā€¢ Tujuannya untuk membandingkan antara hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga pasien. ā€¢ Ada 2 macam tes rinne , yaitu : a. Garputal 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya
  • 31. b. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala didepan meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif jika pasien mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus lebih lemah atau lebih keras dibelakang.
  • 32. Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne : 1) Normal : tes rinne positif 2) Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih lama) 3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan : ā€¢ Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala. ā€¢ Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-) ā€¢ Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula
  • 33. B. Test weber ā€¢ Tujuannya untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga pasien ā€¢ Cara kita melakukan tes weber yaitu: membunyikan garputala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras. Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama tidak mendengar atau sam-sama mendengaar maka berarti tidak ada lateralisasi.
  • 34. Interpretasi: a. Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya. b. Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya: ļ‚§ Tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya ototis media disebelah kanan. ļ‚§ Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada telinga kanan ebih hebat. ļ‚§ Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri terganggu, maka di dengar sebelah kanan. ļ‚§ Tuli persepsi pada kedua teling, tetapi sebelah kiri lebih hebaaaat dari pada sebelah kanan. ļ‚§ Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kana jarang terdapat.
  • 35. C. Test swabach ā€¢ Tujuannya membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa (normal) dengan probandus ā€¢ Cara Kerja : Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak kepala probandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu makin lama makin melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. Pada saat garputala tidak mendengar suara garputala, maka penguji akan segera memindahkan garputala itu, ke puncak kepala orang yang diketahui normal ketajaman pendengarannya (pembanding). Bagi pembanding dua kemungkinan dapat terjadi : akan mendengar suara, atau tidak mendengar suara.
  • 36. NYERI ā€¢ Nyeri adalah suatu mekanisme proktektif bagi tubuh ā€¢ Nyeri tumbuh bilamana jaringan sedang rusak. ā€¢ Orang yang sudah kehilangan indra nyeri seperti kerusakan medula spinalis, tidak dapat merasakan nyeri tersebut dan oleh karena itu tidak memindahkan berat badannya. ā€¢ Ini menyebabkan ulserasi pada daerah tekanan tersebut kecuali bila dilakukan tindakan-tindakan khusus untuk menggerakan orang tersebut dari waktu ke waktu.
  • 37. Sifat-sifat nyeri ā€¢ Nyeri telah digolongkan ke dalam tiga jenis utama, yaitu tertusuk, terbakar dan pegal. ā€¢ Nyeri tetusuk dirasakan bila suatu jarum jarum di tusukkan ke dalam kulit atau bila kulit dipotong dengan pisau. ā€¢ Nyeri tertusuk sering dirasakan bila daerah kulit mengalami iritasi. Nyeri tertusuk disebabkan oleh perangsangan serabut nyeri jenis A delta. Sedangkan nyeri terbakar adalah jenis nyeri yang dirasakan bila kulit terbakar. ā€¢ Nyeri terbakar dan pegal disebabkan oleh perangsangan serabut jenis C yang lebih primitif.
  • 38. Reseftor nyeri dan perangsangannya ā€¢ Reseftor nyeri di dalam kulit dan jaringan lain semuanya merupakan ujung saraf bebas ā€¢ Tersebar luas dalam lapisan superficial kulit dan juga dalam jaringan dalam tertentu, misalnya priosteum, dinding erteri, permukaan sendi serta folks dan tentorium serebri
  • 39. Reaksi terhadap nyeri ā€¢ Tingkat reaksi nyeri sangat berbeda ā€¢ Reaksi-reaksi ini sangat bervariasi dari satu orang ke orang lain setelah tingkat rangsang nyeri yang sebanding. Proses nyeri dan skala nyeri ā€¢ Mekanismenya sebagai berikut : -> Alur nyeri dari tangan yang terbakar mengeluarkan zat kimia bradykinin, prostaglandin kemudian merangsang ujung reseptor saraf yang kemudian membantu transmisi nyeri dari tangan yang terbakar ke otak.
  • 40. Conā€™t ā€¢ Impuls disampaikan ke otak melalui nervus ke kornu dorsalis pada spinal cord. ā€¢ Pesan diterima oleh thalamus sebagai pusat sensori pada otak. ā€¢ Impuls dikirim ke corteks dimana intensitas dan lokasi nyeri dirasakan. ā€¢ Penurunan nyeri dimulai sebagai signal dari otak, turun melalui spinal cord. ā€¢ Pada kornu dorsalis zat kimia seperti endorfin dikeluarkan untuk menurunkan nyeri.
  • 41. Teori ā€œGate Controlā€ nyeri ā€¢ Menyatakan bahwa : saraf berdiameter kecil menghantarkan stimulus nyeri ke otak, sedangkan saraf berdiameter besar berusaha menghambat transmisi impuls nyeri dari spinal cord ke otak ā€¢ Klasifikasi nyeri dapat dibagi menurut : a. Dua rasa nyeri utama yaitu : Nyeri cepat: bila diberikan stimulus nyeri maka rasa nyeri cepat timbul dalam waktu kira-kira 0,1 detik.
  • 42. ā€¢ Rasa nyeri cepat juga digambarkan dengan banyak nama pengganti seperti : rasa nyeri tajam, rasa nyeri tertusuk, rasa nyeri akut, dan rasa nyeri elektrik ā€¢ Nyeri lambat: timbul setelah 1 detik atau lebih dan kemudian secara perlahan bertambah selama beberapa detik dan kadang kala bahkan beberapa menit. ā€¢ Rasa nyeri lambat juga mempunyai banyak nama tambahan seperti rasa nyeri terbakar lambat, nyeri pegal, nyeri berdenyut, nyeri mual dan nyeri kronik.
  • 43. Waktu nyeri ā€¢ Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi tiba-tiba, intensitasnya bervariasi dari sedang sampai dengan berat dan berakhir dalam periode singkat sampai dengan kurang dari 6 bulan. ā€¢ Nyeri kronis adalah : nyeri yang intermitten atau persisiten dan berakhir lebih dari 6 bulan misalnya nyeri pada penyakit kanker.
  • 44. Skala Nyeri ā€¢ 0 :Tidak nyeri ā€¢ 1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik. ā€¢ 4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik. ā€¢ 7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi ā€¢ 10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.