SlideShare a Scribd company logo
HASIL LAPORAN SEVEN JUMP
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GASTRITIS DAN
GASTROENTERITIS

DISUSUN OLEH:
SITI AMINAH HIDAYAT (130012074)
SEMESTER 3 KELAS B

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2013
BAB I
KONSEP DASAR GASTRITIS

1.1 Definisi Gastritis
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet
yang tidak benar, atau makanan yang berbumbu atau mengandung
mikroorganisme penyebab

penyakit. (Brunner and Suddarth, 2001).

Sedangkan menurut Mansjoer tahun 200, gastritis akut adalah lesi mukosa
akut berupa erosi atau perdarahan akibat faktor-faktor agresif atau akibat
gangguan sirkulasi akut mukosa lambung.
Dari beberapa pengertian tentang gastritis menurut para ahli, disimpulkan
menyimpulkan bahwa gastritis adalah inflamasi yang terjadi pada mukosa
lambung ditandai dengan adanya radang pada daerah tersebut yang disebabkan
karena mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
(seperti makanan yang asam atau pedas) atau bisa disebabkan oleh kebiasaan
merokok dan minum alkohol.
Jenis-jenis gastritis:
1. Gastritis akut adalah inflamasi akut pada lambung dan biasanya terbatas
hanya pada mukosa. Peradangan mungkin disertai perdarahan ke dalam
mukosa dan pada kasus yang lebih parah, terlepasnya epitel mukosa
superfisial (erosi).
2. Gastritis kronis adalah peradangan mukosa kronis yang akhirnya
menyebabkan atrofi mukosa dan metaplasia epitel. Penyakit ini memiliki
subkelompok kausal yang tersendiri dan pola kelainan histologik yang
berbeda-beda di berbagai tempat di dunia.
1.2 Etiologi Gastritis
Menurut Mansjoer, 2001 penyebab gastritis adalah:
1. Gastritis Akut
a. Penggunaan obat-obatan seperti aspirin dan obat anti inflamasi
nonsteroid dalam dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa
lambug.
b. Alkohol

2
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding
lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam
lambung walaupun pada kondisi normal.
c. Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma, luka bakar
d. Stress
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau
infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan perdarahan pada
lambung.
2. Gastritis Kronis
Pada gastritis kronis penyebab tidak jelas, tetapi berhubungan dengan
Helicobacter pylori,

apalagi

ditemukan ulkus

pada pemeriksaan

penunjang.
1.3 Patofisiologi Gastritis
Menurut Priyanto, 2008 proses terjadinya gastritis yaitu awalanya karena
obat-obatan, alkohol, empedu atau enzim-enzim pankreas dapat merusak
mukosa lambung (gastritis erosif), mengganggu pertahanan mukosa lambung
dan memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin ke dalam jaringan
lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Respon mukosa lambung terhadap
kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan regenerasi mukosa,
karena itu gangguan-gangguan tersebut seringkali menghilang dengan
sendirinya.
Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat
terjadi perdarahan. Masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat yang bersifat
korosif dapat mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung
(gastritis korosif). Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung
dengan akibat berikutnya perdarahan dan peritonitis.
1. Gastritis Akut
Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiritasi mukosa
lambung. Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi :
a. Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung.
Lambung akan meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di
lambung HCO3 akan berikatan dengan NaCL sehingga menghasilkan
HCI dan NaCO3. Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan
asam

lambung.

Jika

asam

lambung

meningkat

maka

akan

meningkatkan mual muntah, maka akan terjadi gangguan nutrisi
cairan & elektrolit.
b. Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika
mukus yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari
kerusakan HCL maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya akan
terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa
lambung maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini
terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh darah maka akan terjadi
perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan hypovolemik.
2. Gastritis Kronis
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang
sehingga terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi
penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar
epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief.
Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL.
Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung
juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga
bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser
1.4 Manifestasi Klinis Gastritis
Gejala umum gastritis yaitu :
1) Sakit saat buang air besar
2) Mual dan muntah
3) Sering merasa lapar
4) Perut kembung
5) Nyeri yang terasa perih pada perut dan dada
6) Sering bersendawa
Berdasarkan jenis gastritis :
a.

Gastritis akut
1) Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada
mukosa lambung.

4
2) Mual, kembung, muntah merupakan salah satu keluhan yang sering
muncul. Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung
sehingga terjadi peningkatan asam lambung yang mengakibatkan
mual hingga muntah.
3) Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematesis dan
malena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca
perdarahan.
b.

Gastritis kronis
Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak mempunyai keluhan. Hanya
sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan pada
pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan.

1.5 Woc/Pathway Gastritis
1.6 Pemeriksaan Penunjang Gastritis
1. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam
darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak
dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak
menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan
lambung karena gastritis.
2. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh
ureaseH. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida
(CO2). CO2 cepat diabsorpsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi
dalam udara ekspirasi.
3. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau
tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini
menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
4. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan
dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel(endoskop)
melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas
usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum
endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani
tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan,
dokter akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan tersebut.
Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes
ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya
tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu
sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam.

6
Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi
adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
5. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan
lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu
sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan
terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
6. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting
untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik
dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa
untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal acid output) tanpa
perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom
Zolinger- Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam
jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
7. Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO,
maximum acid output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi
asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui
teradinya aklorhidria atau tidak.
1.7 Penatalaksanaan Gastritis
1.7.1 Penatalaksanaan Farmakologi
Obat-obatan yang biasanya digunakan:
1.

Antasida (Menetralisir asam lambung dan menghilangkan rasa
nyeri)

2.

Pompa Proton pencegah pertumbuhan bakteri(Menghentikan
produksi

asam

lambung dan menghambat

infeksi

bakteri

helicobacter pylori)
3.

Agen Cytoprotektif (Melindungi jaringan mukosa lambung dan
usus halus)

4.

Obat anti sekretorik (Mampu menekan sekresi asam)
5.

Pankreatin (Membantu pencernaan lemak, karbohidrat, protein dan
mengatasi gangguan sakit pencernaan seperti perut kembung, mual,
dan sering mengeluarkan gas)

6.

Ranitidin (Mengobati tukak lambung)

7.

Simetidin (Mengobati dispepsia)

1.7.2 Penatalaksanaan Non Farmakologi
1. Gastritis kronik diatasi dengan memodifikasi diet pasien,
meningkatkan istirahat.
2. Menurut Mansjoer, 2001 penatalaksanaan yang dilakukan pertama
kali adalah jika tidak dapat dilakukan endoskopi caranya yaitu
dengan mengatasi dan menghindari penyebab pada gastritis akut,
kemudian diberikan pengobatan empiris berupa antacid. Tetapi jika
endoskopi dapat dilakukan berikan terapi eradikasi.

8
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GASTRITIS

2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awala dari proses keperawatan yang meliputi
aspek bio, psiko, sosio, dan spiritual secara komprehensif. Maksud dari
pengkajian adalah untuk mendapatkan informasi atau data tentang pasien.
Data tersebut berasal dari pasien (data primer) dari keluarga (data sekunder)
dan data dari catatan yang ada (data tersier). Pengkajian dilakukan dengan
pendekatan proses keperawatan melalui wawancara, observasi langsung,
dan melihat catatan medis, adapun data yang diperlukan pada klien Gastritis
adalah sebagai berikut :
1.

Anamnesa meliputi :
a. Identitas Pasien
Perawat mengisi identitas pasien meliputi nama, usia, jenis kelamin,
jenis pekerjaan, alamat, suku atau bangsa, agama, dan tingkat
pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim
mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap
remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit
perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat menimbulkan
serta memperparah penyakit ini.
b. Riwayat kesehatan saat ini
Meliputi perjalanan penyakitnya, awal dari gejala yang di rasakan
klien, keluhan timbul secara mendadak atau bertahap, factor
pencetus, upaya yang di lakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
c. Keluhan utama biasanya pada pasien gastritis yaitu mual, muntah,
anoreksia (yang di tandai dengan BB turun), sendawa, malaise,
hematemesis.
d. Riwayat kesehatan masa lalu
Meliputi penyakit yang berhubungan dengan penyakit sekarang,
riwayat kecelakaan, riwayat dirawat di rumah sakit dan riwayat
pemakaian obat.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi adalah keluarga yang mempunyai penyakit keturunan
seperti hipertensi, jantung, DM, dan lain-lain.
f. Riwayat psikososial
Meliputi mekanisme koping yang di gunakan klien untuk mengatasi
masalah dan bagaimana motivasi kesembuhan dan cara klien
menerima keadaannya.
g. Pola kebiasaan sehari-hari
Meliputi cairan, nutrisi, eliminasi, personal hygine, istirahat tidur,
aktivitas dan latihan serta kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan.
2.

Pemeriksaan Fisik (Review of System)
1. B1 (breath)
Ditemukan takhipnea pada pasien
2. B2 (blood)
Ditemukan takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah,
pengisian perifer lambat dan warna kulit pucat.
3. B3 (brain)
Ditemukan sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat
terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
4. B4 (bladder)
Ditemukan oliguri, gangguan keseimbangan cairan.
5. B5 (bowel)
Ditemukan anemia, anorexia,mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak
toleran terhadap makanan pedas.
6. B6 (bone)
Ditemukan kelelahan, kelemahan

Pemeriksaan yang di lakukan mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki
dengan menggunakan 4 teknik yaitu palpasi, inspeksi, auskultasi, dan
perkusi.
1. Aktivitas atau istirahat
Gejala

: lemah, lemas, gangguan pola tidur dan istirahat, kram

abdomen, nyeri ulu hati.

10
Tanda

: nyeri ulu hati saat istirahat

2. Sirkulasi
Gejala

: keringat dingin (menunjukkan status syok, nyeri akut,

respon psikologis)
3. Eliminasi
Gejala

: bising usus hiperaktif atau hipoaktif, abdomen teraba

keras.
Distensi peubahan pola BAB
Tanda

: feses encer atau bercampur darah (melena), bau busuk,

konstipasi.
4. Integritas ego
Gejala

: stress (keuangan, hubungan kerja). Perasaan tidak

berdaya.
Tanda

: ansietas, misalnya : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian

menyempit, gemetar.
5. Makanan dan cairan
Gejala

: anoreksia, mual dan muntah, nyeri ulu hati, kram pada

abdomen, sendawa bau busa, penurunan berat badan.
Tanda

: membrane mukosa kering, muntah berupa cairan yang

berwarna

kekuning-kuningan,

distensi

abdomen,

kram

pada

abdomen.
6. Neurosensori
Gejala

: pusing, pandangan berkunang-kunang, kelemahan pada

otot
Tanda

: lethargi, disorientasi (mengantuk)

7. Nyeri atau kenyamanan
Gejala

: nyeri epigastrium kiri samping tengah atau ulu hati, nyeri

yang digambarkan sampai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih.
Tanda

: meringis, ekspresi wajah tegang

8. Pernafasan
Gejala

: sedikit sesak
2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung sekresi asam lambung
bikarbonat yang naik turun.
2. Kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan
muntah)
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurangnya intake makanan
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi.

2.3 Perencanaan
No
1.

Diagnosa

Tujuan dan Kriteri

Keperawatan

Hasil

Nyeri

Setelah

berhubungan

tindakan

dengan

iritasi selama

Intervensi

dilakukan Pantau keluhan nyeri, Untuk mengetahui letak
keperawatan perhatikan
2x24

jam intensitas

mukosa lambung diharapkan nyeri dapat skala
sekresi

asam berkurang.

lambung
bikarbonat
naik turun

Rasional

lokasi, nyeri dan memudahkan
nyeri,

nyeri

yang

Dengan Anjurkan pasien untuk pada
melaporkan

a. Klien

segera saat mulai.

kontrol

otot dengan menurunkan
tegangan otot.

nyeri yang dirasakan Pantau tanda-tanda vital Respon
atau

TD,
tidak

RR,

yang
dengan

penghilangan nyeri.

kesakitan

Anjurkan

istirahat Mengurangi nyeri yang

c. TTV dalam batasan selama fase akut
d. Intensitas

nadi,

berhubungan

menyeringai

normal

autonomik

meliputi, perubahan pada

hilang
b. Klien

nyeri

nyeri memudahkan pemulihan

mengungkapakan

berkurang

akan

serta dilakukan. Intervensi dini

Kriteria Hasil:
yang

dan intervensi

.

Anjurkan

diperberat oleh gerakan.
teknik Menurunkan

nyeri distraksi dan relaksasi

otot,

tegangan

meningkatkan

12
berkurang

(skala

relaksasi,

dan

nyeri berkurang 1-

meningkatkan

rasa

10)

kontrol dan kemampuan

e. Menunjukkan rileks,
istirahat

koping

tidur, Kolaborasi dengan tim Menghilangkan

peningkatan
aktivitas

atau

medis dalam pemberian mengurangi
dengan tindakan.

cepat

Berikan

keluhan

nyeri klien
Obat

sesuai Menurunkan

keasaman

indikasi mis: antasida. gaster dengan absorpsi
Dan

atau dengan menetralisir
kimia

Obat

antikolinergik Diberikan pada waktu

(Belladonna, atropine)

tidur untuk menurunkan
mortilitas

gaster,

menekan produksi asam,
memperlambat
pengosongan gaster dan
menghilangkan nyeri

No
2.

Diagnosa

Tujuan dan Kriteri

Keperawatan

Hasil

Kekurangan

Setelah

volume cairan

tindakan

keperawatan

individual.

kurang dari

selama

2x24

klien

kebutuhan tubuh

diharapkan

berhubungan

cairan klien adekuat.

dengan intake

Dengan kriteria hasil:

Kaji Turgor Kulit

yang tidak

1. Mukosa

jam
intake

Penuhi

kebutuhan

Rasional

cc/kg/jam).

adekuat dan

dilakukan

Intervensi

Anjurkan

untuk

minum

(dewasa:40-60

bibir

yang

adekuat
mengurangi

akan
resiko

dehidrasi pasien.

Indicator dehidasi atau

keadekuatan

2. Turgor kulit baik

berlebih (mual

3. Pengisian
baik

cairan

hipovolemia,

lembab

output cair yang

dan muntah)

Intake

kapiler

penggantian cairan
Awasi

tanda-tanda

vital, pengisian kapiler

Menunjukkan
dehidrasi

status
atau
4. Input

dan

output

dan membran mukosa.

seimbang

kemungkinan
kebutuhan

untuk

peningkatan
penggantian cairan
Cata intake dan output

Mengganti cairan untuk

cairan

masukan kalori yang
berdampak

pada

keseimbangan elektrolit

Berikan

cairan

tambahan

IV

Mengganti kehilangan

sesuai

cairan

indikasi.

dan

memperbaiki
keseimbangan

cairan

dalam fase segera.
Kolaborasi pemberian

Cimetidine

cimetidine

ranitidine

dan

ranitidine

dan
berfungsi

untuk

menghambat

sekresi asam lambung

No
3.

Diagnosa

Tujuan dan Kriteri

Keperawatan

Hasil

Intervensi

Ketidakseimbangan Setelah dilakukan

Anjurkan

nutrisi kurang dari

tindakan keperawatan

untuk makan dengan

tetap

kebutuhan tubuh

selama 3x24 jam

porsi

mencegah rasa mual

berhubungan

kebutuhan nutrisi

tapi sering.

dengan kurangnya

pasien terpenuhi.

Berikan

intake makanan

dengan

yang lunak

Kriteria hasil:

Lakukan oral hygiene

yang

pasien

Rasional

sedikit

Menjaga nutrisi pasien
stabil

dan

muntah.
makanan

a. Keadaan umum

Untuk mempermudah
pasien menelan
Kebersihan mulut dapat
merangsang

cukup

nafsu

makan pasien

b. Turgor kulit baik

Timbang BB dengan

Mengetahui

c. BB meningkat

teratur

perkembangan

14

status
d. Klien tidak mual
dan muntah

nutrisi pasien
Auskultasi bising usus

Membantu

dalam

menetukan respon untuk
makan

atau

berkembangnya
komplikasi
Tentukan

makanan Dapat

mempengaruhui

yang tidak membentuk nafsu makan/pencernaan
gas

dan membatasi masukan
nutrisi
BAB III
KONSEP DASAR GASTROENTERITIS (DIARE)

3.1 DEFINISI GASTROENTERITIS (DIARE)
Gastroenteritis atau diare adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan
dan keenceran buang air besar. Kekerapan yang dianggap masih normal
adalah sekitar 1 – 3 kali dan banyaknya 200 – 250 gr sehari. Beberapa
penderita mengalami peningkatan kekerapan dan keenceran buang air besar
walaupun jumlahnya < 250 gr dalam kurun waktu sehari. (Soeparman
Sarwono Waspadji,1990).
Diare atau penyakit (diarrheal disease) berasal dari kata diarroia (bahasa
Yunani) yang berarti mengalir terus (to flow trough), merupakan keadaan
abnormal pengeluaran tinja yang terlalu sering. Hal ini disebabkan adanya
perubahan-perubahan dalam transport air dan elektrolit dalam usus terutama
pada keadaan dengan gangguan intestinal pada fungsi digesti, absorpsi dan
sekresi.
3.2 ETIOLOGI GASTROENTERITIS (DIARE)
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa factor yaitu:
1. Faktor infeksi
1.1 Infeksi internal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak:
a. Infeksi bakteri : Vibrio, Escherechia Coli, Salmonella, Shigella,
Yersina.
b. Infeksi Virus : Enterovirus.
c. Infeksi parasit : cacing ( Ascaris, Tricuris, Oxyuris, Strongiloides)
d. Infeksi protozoa : Entamoeba histolytica, Giardia lambia,
Thricomonas hominis
e. Infeksi jamur : Candida albicans.
1.2 Infeksi Parenterial yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat
pencernaan seperti tonsilofaringitis.
2. Faktor Malabsorpsi
Faktor malabsorpsi ini meliputi:

16
a. Malabsorpsi karbohidrat: disakarida (intolerans laktosa, maltosa,
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terserang ialah intoleransi laktosa.
b. Malabsorpsi lemak.
c. Malabsorpsi protein
3. Factor makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Factor psikologis : rasa takut dan cemas, walaupun jarang tetapi
menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.
5. Faktor resiko:
a. Usia
Episode diare terjadi 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi tertinggi
pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa diberikan makanan
pendamping. Terdapat beberapa perbedaan pada saluran pencernaan
bayi dan dewasa. Sistem saluran pencernaan bayi masih belum
matang.
b. Status Gizi
Diare anak dengan malnutrisi cenderung labih berat, lebih lama dan
angka kematian lebih tinggi dibandingkan dengan anak dengan gizi
baik.
c. ASI
Bayi yang diberi ASI lebih terlindungi terhadap penyakit infeksi
terutama daire. Hal ini dikarenakan adanya faktor peningkatan
pertumbuhan sel usus sehingga vilus dinding usus cepat mengalami
penyembuhan setelah rusak karena diare.
d. Faktor sosial, ekonomi, budaya, dan kebersihan lingkungan serta diri
sendiri.
Kebersihan yang buruk dapat berakibat masuknya bakteri secara
berlebihan ke dalam usus, sehingga dapat mengalahkan pertahanan
tubuh normal dan akan mengakibatkan tumbuh bakteri. Adanya
keterbatasan dalam sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap
kepadatan lingkungan tempat tinggal, penyediaan air bersih,
khususnya pada negara berkembang.
3.3 Patofisiologi Gastroenteritis (Diare)
Diare terjadi karena adanya gangguan proses absorpsi dan sekresi cairan
serta elektrolit di dalam saluran cerna. Pada keadaan normal, usus halus akan
mengabsorpsi Na+, Cl-, HCO3-. Timbulnya penurunan dalam absorpsi dan
peningkatan sekresi mengakibatkan cairan berlebihan melebihi kapasitas
kolon dalam mengabsorpsi. Mekanisme ini sangat dipengaruhioleh faktor
mukosa maupun faktor intra luminal saluran cerna. Faktor mukosa dapat
berupa perubahan dinamik mukosa yaitu adanya peningkatan cell turnover
dan fungsi usus yang belum matang dapat menimbulkan gangguan absorpsisekresi dalam saluran cerna. Penurunan area permukaan mukosa karena atrofi
vilus, jajas pada brush border serta pemotongan usus dapat menurunkan
absorpsi. Selain itu, gangguan pada sistem pencernaan (enzim spesifik) atau
tranport berupa defisiensi enzim disakaridase dan enterokinase serta
kerusakan pada ion transport (Na+/H+, Cl-/HCO3-) juga menimbulkan
gangguan absorpsi.
Faktor-faktor dalam intraluminal sendiri juga ikut berpengaruh, seperti
peningkatan osmolaritas akibat malabsorpsi (defisiensi disakaridase) dan
bacterial overgrowth. Insufisiensi pankreatik eksokrin, defisiensi garam
empedu dan parasit adalah faktor intarluminal lain penyebab penurunan
absorpsi. Sedangkan peningkatan sekresi disebakan oleh toksin bakteri (toxin
cholera, E. Coli), mediator nflamasi (eicosanoids. Produk sel mast lain), asam
empedu dihodroksi, asam lemak hidroksi dan obat-obatan.
Perjalanan penyakit Gastroenteritis menurut Ngastiyah adalah
masuknya mikroorganisme (bakteri, jamur, ataupun virus) ke dalam usus
halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikrooganisme
tersebut akan berkembang biak didalam usus halus dan kemudian akan
mengeluarkan toksin. Toksin tersebut kemudian mengakibatkan terjadinya:
a. Gangguan Osmotik
Tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat disebabkan karena
konsumsi makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh
sehingga terjadilah pergeseran air dan elektrolit ke dalam ronggga usus.

18
Dimana isi rongga usus yang berlebihan ini kemudian akan merangsang
usus untuk segera mengeluarkannya sehingga timbullah diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu misalnya karena adanya toksin pada dinding
usus akan mengakibatkan seksresi air dan elektrolit meningkat ke dalam
rongga usus, selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
c. Gangguan mobilitas
Adanya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan
usus dalam melakukan penyerapan makanan, sehingga timbullah diare.
Sebaliknya bila peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri
didalam

usus

berkembang biak lebih banyak pada akhirnya

menimbulkan diare juga.
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis adalah akan terjadi
kehilangan air atau elektrolit, gangguan kesimbangan asam basa, gangguan
gizi akibat masukan makanan yang kurang, pengeluaran berlebih serta
gangguan pada sirkulasi darah.

3.4 Manifestasi Klinis Gastroenteritis (Diare)
a. Perut mulas dan gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang.
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
g. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
h. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam. (Kusmaul).
3.5 Woc/Pathway Gastroenteritis (Diare)

3.6 Pemeriksaan Penunjang Gastroenteritis (Diare)
1. Pemeriksaan tinja makroskopis dan mikroskopis. Diagnosis pasti dapat
ditegakkan bila ditemukan trofozoid motil yang mengandung eritrosit dari
sampel tinja segar yang diperiksa 30 menit sejak keluar
2. Pemeriksaan kadar ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
3. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor
dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).

20
4. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau
parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan dilakukan pada
penderita diare kronik.
5. Proktosigmoidoskopi: pemeriksaan ini berguna untuk mendiagnosis
adanya inflamasi mukosa atau keganasan.
6. Pemeriksaan kadar lemak tinja kuantitatif: tinja dikumpulkan (biasanya 72
jam) diperiksa kadar lemak tinja jika dicurigai malasorbsi lemak.
7. Pemeriksaan volume tinja 24 jam: volume lebih dari 500ml/hari jarang
ditemukan pada sindrom usus iritabel.
3.7 Penatalaksanaan Gastroenteritis (Diare)
3.7.1

Pengobatan

Pengobatan diare berdasarkan derajat dehidrasinya.
1. Tanpa Dehidrasi, dengan Terapi A
Pada keadaan ini, buang air besar terjadi 3 – 4 kali sehari atau
disebut mulai mencret. Anak yang mengalami kondisi ini masih
lincah dan masih mau makan dan minum seperti biasa. Pengobatan
dapat dilakukan di rumah oleh ibu atau anggota keluarga lainnya
dengan memberikan makanan dan minuman yang ada dirumah
seperti air kelapa, Larutan Gula Garam (LGG), air tajin, air teh,
maupun oralit. Istilah pengobatan ini adalah dengan menggunakan
terapi A.
Ada tiga cara pemberian cairan yang dapat dilakukan di rumah :
a. Memberikan anak lebih banyak cairan.
b. Memberikan makanan terus menerus.
c. Membawa ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3
hari.
2. Dehidrasi Ringan atau Sedang, dengan Terapi B.
Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya cairan
sampai 5% dari berat badan, sedangkan pada diare sedang terjadi
kehilangan cairan 6-10% dari berat badan. Untuk mengobati
penyakit diare pada derajat dehidrasi ringan atau sedang digunakan
terapi B, yaitu sebagai berikut:
Usia

< 1 tahun

1 – 4 tahun

> 5 tahun

Jumlah oralit

300 mL

600 mL

1200 mL

Setelah itu, tambahkan setiap kali mencret :
Usia

< 1 tahun

1 – 4 tahun

> 5 tahun

Jumlah oralit

100 mL

200 mL

400 mL

3. Dehidrasi Berat, dengan Terapi G
Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus menerus,
biasanya lebih dari 10 kali disertai muntah, kehilangan cairan lebih
dari 10% berat badan. Diare ini diatasi dengan terapi G, yaitu
perawatan di puskesmas atau rumah sakit untuk di infus RL (Ringer
Laktat).
4. Teruskan Pemberian Makan
Pemberian makanan seperti semula diberikan sedini mungkin dan
disesuaikan dengan kebutuhan. Makanan tambahan diperlukan pada
masa penyembuhan. Untuk bayi, ASI tetap diberikan bila
sebelumnya mendapatkan ASI, namun bila sebelumnya tidak
mendapatkan ASI dapat diteruskan dengan memberikan susu
formula.
5. Antibiotik Bila Perlu
Sebagian besar penyebab diare adalah rotavirus yang tidak
memerlukan antibiotik dalam penatalaksanaan kasus diare karena
tidak bermanfaat dan efek sampingnya bahkan merugikan penderita.

22
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GASTROENTERITIS
(DIARE)

4.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6 – 11 bulan.
Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini
membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang
lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk.
Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric
menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi
juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya
2. Keadaan umum pasien
Pada pasien GE yang belum mengalami dehidrasi biasanya keadaan
umumnya baik, begitupun dehidrasi sedang yang keadaan umumnya
cukup, tetapi untuk klien GE dengan dehidrasi berat keadaan klien
umumnya buruk.
3. Kesadaran:
Umumnya untuk tingkat kesadaran pada klien GE, dibagi menjadi 3
kriteria, yaitu:
a. Belum ada dehidrasi
Umumnya klien masih sadar atau terjaga, sadar pada diri maupun
lingkungannya. Saat diajak bicara dengan suara yang normal, klien
akan melihat pada yang berbicara dan merespons semua sesuai dengan
rangsangan yang diterimanya. Jadi, pada Klien dengan dehidrasi
ringannya secara umum kesadarannya masih penuh.
b. Dehidrasi sedang
Tingkat kesadaran klien untuk klien dehidrasi sedang baik tetapi
menuntut kemungkinan pasien dengan dehidrasi sedang ini dapat
mengalami letargi dimana ketika diajak berbicara dengan suara keras,
pasien terlihat mengantuk tetapi membuka matanya, dan melihat pada
kita serta menberikan respons terhadap pertanyaan yang diberikan.
c. Dehidrasi berat
Tingkat kesadaran klien obtudansi yaitu suatu keadaan ketika klien
diguncangkan dengan perlahan pasien membuka matanya dan terlihat
pada kita akan tetapi dalam memberikan respons klien dengan
dehidrasi berat sangatlah lambat dan agak sedikit kebingungan. Dapat
juga masuk pada tingkat keadaan stupor (keasadaran pada diri dan
lingkungan minimal) dan koma sekalipun mendapat rangsangan yang
menyakitkan secara berulang.
4. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah: mengalami penurunan yang dibawah normal yaitu
<120/80 mmHg
b. Suhu: mengalami peningkatan biasanya lebih besar dari 37,5oc
c. Nadi: denyut nadi mengalami penurunan <100x/menit
5. Pernapasan
Pada pernapasan klien GE dengan belum adanya dehidrasi masih dalam
batas normal yaitu 24x/mnt namun pada klien GE dengan dehidrasi sedang
bahkan berat, pernapasannya mengalami penurunan.
6. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1. klien pernah mengalami BAB lebeh dari 4x /hari atau lebih dengan
frekuensi encer dapat disertai muntah
2. keadaan umum klien sangat lemah
3. kadang –kadang disertai dengan demam
4. terlihat adanya tanda-tanda dehidrasi: mata cekung, ubun-ubun
cekung, turgor kulit jelek
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
kemungkinan
pencernaan yang

klien

pernah

mengalami

penyakit

saluran

bersifat akut/kronis, adanya riwayat penderita

gastro enteritis, diare.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga

24
Perawat perlu mengetahui adanya anggota keluarga yang
menderita diare dan adanya angggota keluarga yang menderita
penyakit infeksi saluran pernapasan seperti OMA
7. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Pemeriksaan rambut temasuk kuantitas, serta tekstur rambut. Kulit
kepala termasuk warna (pucat), tekstur serta adanya lesi di kepala.
b. Mata
pada mata umumnya yang diamati adalah sclera dan konjungtiva.
Biasanya terjadi anemis
c. Daun telinga, lubang hidung dan gendang telinga
Biasanya ditemukan kemungkinan penurunan ketajaman telinga.
d. Mulut
Mukosa dan lidah kering terdapat tanda-tanda sianosis
e. Hidung
Tidak ditemukan adanya keluhan pada hidung
f. Leher
Palpasi pada kelenjar limfe dan kelenjar tiroid. Umumnya tidak
ditemukan pembesaran tiroid.
g. Toraks dan paru-paru
Inspeksi: terjadi penurunan frekuensi nadi <20x/mnt, iramanya lemah.
h. Jantung
Biasanya tidak ditemukan adanya keluhan pada jantung.
i. Abdomen:
Inspeksi

: Secara berurutan perhatikan adanya lesi, jaringan
parut, kemerahan. Simetris kiri dan kanan

Perkusi

: Timpani diatas lambung, ditemukan pekaka pada

hati.
Palpasi

: Adanya nyeri tekan, masa dan organ pada

abdomen
Auskultasi
j. Genitalia

: Bising usus meningkat
Biasanya terlihat kotor dan agak kemerahan
k. Anus
Biasanya daerah disekitar anus kemerahan
l. Ekstremitas: Biasanya terjadi kelemahan otot ekstremitas
4.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik dan iritasi pada mukosa usus
2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
banyak cairan melalui rute normal (muntah,diare) dan kurangnya asupan
cairan
3. Gangguan pola eliminasi: BAB berhubungan dengan inflamasi, iritasi
serta adanya toksin atau malabsorpsi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan absopsi nutrient, asupan makanan yang tidak adekuat
5. Ansietas berhubungan eliminasi yang sering tidak terkontrol

4.3 Perencanaan
No
1

Diagnosa

Tujuan dan Kriteria

Keperawatan

Hasil

Intervensi

Nyeri

b/d Setelah

hiperperistaltik

dan tindakan keperawatan nyeri

iritasi pada mukosa selama
usus

Rasional

dilakukan Catat lokasi, intensitas Mencegah

2x24

maka

terjadinya

serta komplikasi dan masalah

jam karakteristik nyeri

diharapkan Beri posisi nyaman

serius
Mengurangi rasa nyeri

Gangguan rasa nyeri
berkurang

dengan Kompres daerah nyeri Mengurangi rasa nyeri

kriteria hasil:
1. Klien

dengan
tampak pada

rileks
2. Klien

air

hangat
daerah

epigastrum.
secara Monitor

subektif

vital

tanda-tanda Tanda-tanda
vitalmerupakan

acuan

menyatakan

untuk

bahwa

keadaan umum klien

nyerinya

telah berkurang

Ajarkan

mepengaruhi

teknik Rileks dapat membantu

26
3. Skala nyeri klien relaksasi kepada klien
menurun (0-4)

menurunkan rasa takut
dan ansietas

Anjurkan klien untuk Dapat
melaporkan nyerinya

mengetahui

adanya komplikasi

Beri terapi analgetik Mempercepat
pada

klien

dengan

sesuai kesembuhan klien
program-

program dokter serta
kolaborasi dengan tim
dokter

untuk

pemberian

terapi

laiinya sesuai indikasi

Diagnosa

2

Tujuan & Kriteria

Intervensi

Keperawatan

No

Hasil

Keperawatan

Defisit

vital Hipotensi

(termasuk

cairan dan elektrolit tindakan keperawatan (tekanan darah, nadi postural),

takikardi,

b/d

volume Setelah

kehilangan selama

banyak

(muntah,diare)

cairan

3x24

tanda

jam dan suhu)

demam

cairan diharapkan kebutuhan

melalui rute normal cairan

kurangnya

dilakukan Kaji

Rasional

menunjukkan

terpenuhi.

respon

terhadap dan atau efek

dan Dengan kriteria hasil:

asupan 1. Mempertahankan

dapat

kehilangan cairan
monitor intake dan out dengan mengontrol

volume cairan yang put
adekuat, dibuktikan

intake out put

oleh:

pemasukan dan

Akan dapat mengetahui

a. mukosa lembab

Pengeluran

b. turgor kulit baik Berikan cairan sering Minuman
berkarbonat
dan
pengisian dan jumlah kecil menggantikan
natrium
kapiler baik
untuk
mendorong dan kalium yang hilang
c. Tanda vital stabil

urinasi terjadi tiap dua pada diare dan muntah

d. Keseimbangan

jam

(minuman
masukan

dan suplemen

haluan

dengan jus

urine normal.

elektrolit,

apel,

minuman

berkarbonat)
Awasi

hasil Menentukan keefektifan

Laboratorium

terapi

Kolaborasi:

Menurunkan kehilangan

Berikan obat sesuai cairan
indikasi: antidiare.

Mengontrol

demam,

Antipieretik misalnya menurunkan kehilangan
asetaminofen

cairan yang tak terlihat

Antimietik

mis: Untuk mengontrol mual

trimetobenzamida
(Tigan),

dan muntah

Hidroksin

(vistarin)
Pemberian

Elektrolit Karena

mis: tambahan kalium

diare

elektrolit
terbuang

banyak

yang

ikut
seperti

yang

HCO3

juga

dapat

menimbulkan

asidosis

metabolic

No
3.

Diagnosa

Tujuan dan Kriteria

Intervensi

Keperawatan

Hasil

Keperawatan

Gangguan
eliminasi:

pola Setelah

dilakukan Mandiri

Membantu membedakan

BAB tindakan keperawatan Observasi dan catat penyakit individu

berhubungan dengan selama
inflamasi,

Rasional

2x24

jam frekuensi

defekasi,

iritasi maka diharapkan pola karakteristik

serta adanya toksin eliminasi

kembali faktor pencetus

atau malabsorpsi

Dengan Tingkatkan

dan

normal.
kriteria hasil:

tirah Menurunkan

baring, berikan alat- metabolism. Bila terlalu

1. Frekuensi defekasi alat disamping tempat jauh resiko jatuh
menurun

laju

tidur

28
2. Konsistensi
kembali normal

Kaji

makanan

cairan

dan Menghindarkan
yang dan

mencetuskan diare

iritan

meningkatkan

istrahat

usus

maupun

kolon
Observasi

demam, Tanda

takikardi,

toksik

letargi, megakolon atau perforasi

leukositosis,
penurunan

bahwa

akan terjadi memerlukan
protein, intervensi medik segera

serum, ansietas dan
kelesuan
Kolaborasi
Berikan
sesuai

Menurunkan
obat-obatan GE

dan

indikasi: sekresi

defenoksilat (lomotil)

peristaltik
menurunkan

digestif

untuk

menghilangkan kram dan
diare

Antasida

Menurunkan
gastre,
inflamasi
menurunkan

iritasi
mencegah
dan
resiko

infeksi
Antibiotic

Mengobati
supuratif local

infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes. 2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. Jakarta : EGC
Priyanto, Agus & Lestari, Sri. 2009. Endoskopi Gastrointestinal. Jakarta: Salemba
Medika
Sukarmin. 2012. Keperawatan Pada Sistem Pencernaan. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika
Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatn Anak : Gangguan Sistem Gastrointestinal dan
Hepatobilier. Jakarta : Salemba Medika
Suraatmaja, Sudaryat. 2005. Kapital Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta : CV.
Sagung Seto
Wilkinton, Judith M & Nancy, R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan : Diagnosis Nanda, Intervensi, Kriteria Hasil NOC Edisi 9.
Jakarta : EGC

30

More Related Content

What's hot

Gerd kelompok 3
Gerd kelompok 3Gerd kelompok 3
Gerd kelompok 3
Alex Susanto
 
Laporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensiLaporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensi
Yabniel Lit Jingga
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfﱞﱞ ﱞﱞ ﱞﱞ
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIMas Mawon
 
DHF
DHFDHF
Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatanAsuhan keperawatan
Asuhan keperawatan
ari saputra
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemikgustians
 
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shintttttaAsuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shintttttasaharwakumoro
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAbdul Ghony
 
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
zulindarisma
 
Asuhan Keperawatan Meningitis
Asuhan Keperawatan MeningitisAsuhan Keperawatan Meningitis
Asuhan Keperawatan Meningitis
Fransiska Oktafiani
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brTeye Onti
 
Kumpulan nanda nic noc r cl
Kumpulan nanda nic noc r clKumpulan nanda nic noc r cl
Kumpulan nanda nic noc r cl
Yabniel Lit Jingga
 
87612150 woc-pre-eklampsi-berat
87612150 woc-pre-eklampsi-berat87612150 woc-pre-eklampsi-berat
87612150 woc-pre-eklampsi-beratNia Aprianti
 

What's hot (20)

Gerd kelompok 3
Gerd kelompok 3Gerd kelompok 3
Gerd kelompok 3
 
Laporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensiLaporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensi
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
 
Analisa data gagal jantung
Analisa data gagal jantungAnalisa data gagal jantung
Analisa data gagal jantung
 
Ii. askep hipertensi
Ii. askep hipertensiIi. askep hipertensi
Ii. askep hipertensi
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSI
 
Askep diare bu arma print lengkap
Askep diare bu arma print lengkapAskep diare bu arma print lengkap
Askep diare bu arma print lengkap
 
Tugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensiTugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensi
 
DHF
DHFDHF
DHF
 
Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatanAsuhan keperawatan
Asuhan keperawatan
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemik
 
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNAAskep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
 
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shintttttaAsuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumonia
 
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
 
Asuhan Keperawatan Meningitis
Asuhan Keperawatan MeningitisAsuhan Keperawatan Meningitis
Asuhan Keperawatan Meningitis
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen br
 
Kumpulan nanda nic noc r cl
Kumpulan nanda nic noc r clKumpulan nanda nic noc r cl
Kumpulan nanda nic noc r cl
 
87612150 woc-pre-eklampsi-berat
87612150 woc-pre-eklampsi-berat87612150 woc-pre-eklampsi-berat
87612150 woc-pre-eklampsi-berat
 
Retensi urine
Retensi  urineRetensi  urine
Retensi urine
 

Viewers also liked

Askep gastritis
Askep gastritisAskep gastritis
Askep gastritisf' yagami
 
demam tifoid amee
demam tifoid ameedemam tifoid amee
demam tifoid amee
Amee Hidayat
 
Laporan pendahuluan pasien dengan
Laporan pendahuluan pasien denganLaporan pendahuluan pasien dengan
Laporan pendahuluan pasien dengan
Yabniel Lit Jingga
 
Asuhan keperawatan gastroenteritis pada anak
Asuhan keperawatan gastroenteritis pada anakAsuhan keperawatan gastroenteritis pada anak
Asuhan keperawatan gastroenteritis pada anakRahmi Sari
 
Diare
DiareDiare
Mutasi
MutasiMutasi
Mutasi
petraandrea
 
Web of Causation (WOC) Cushing's Syndrome
Web of Causation (WOC) Cushing's SyndromeWeb of Causation (WOC) Cushing's Syndrome
Web of Causation (WOC) Cushing's Syndrome
Baskoro Abdiansyah
 
Asuhan keperawatan pada klien gastroenteritis akut
Asuhan  keperawatan  pada  klien  gastroenteritis akutAsuhan  keperawatan  pada  klien  gastroenteritis akut
Asuhan keperawatan pada klien gastroenteritis akut
Aan Kurniawan
 
Buku panduan 1
Buku panduan 1Buku panduan 1
Buku panduan 1
Laily Himawati
 
Hakikat keluarga bahagia
Hakikat keluarga bahagiaHakikat keluarga bahagia
Hakikat keluarga bahagiaajibk
 
Askep-diare-anak-phatways
Askep-diare-anak-phatwaysAskep-diare-anak-phatways
Askep-diare-anak-phatways
asepcarsa
 
Medtek sintesis protein
Medtek sintesis proteinMedtek sintesis protein
Medtek sintesis proteinjhe_7
 
Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...
Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...
Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...Pangestu S
 
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
pjj_kemenkes
 

Viewers also liked (20)

Askep gastritis
Askep gastritisAskep gastritis
Askep gastritis
 
Askep gea
Askep geaAskep gea
Askep gea
 
Penyimpangan kdm gastritis
Penyimpangan kdm gastritisPenyimpangan kdm gastritis
Penyimpangan kdm gastritis
 
demam tifoid amee
demam tifoid ameedemam tifoid amee
demam tifoid amee
 
Laporan pendahuluan pasien dengan
Laporan pendahuluan pasien denganLaporan pendahuluan pasien dengan
Laporan pendahuluan pasien dengan
 
Laporan kasus gastritis
Laporan kasus gastritisLaporan kasus gastritis
Laporan kasus gastritis
 
Asuhan keperawatan gastroenteritis pada anak
Asuhan keperawatan gastroenteritis pada anakAsuhan keperawatan gastroenteritis pada anak
Asuhan keperawatan gastroenteritis pada anak
 
Diare
DiareDiare
Diare
 
1. seven jumps
1. seven jumps1. seven jumps
1. seven jumps
 
Mutasi
MutasiMutasi
Mutasi
 
Web of Causation (WOC) Cushing's Syndrome
Web of Causation (WOC) Cushing's SyndromeWeb of Causation (WOC) Cushing's Syndrome
Web of Causation (WOC) Cushing's Syndrome
 
Asuhan keperawatan pada klien gastroenteritis akut
Asuhan  keperawatan  pada  klien  gastroenteritis akutAsuhan  keperawatan  pada  klien  gastroenteritis akut
Asuhan keperawatan pada klien gastroenteritis akut
 
Buku panduan 1
Buku panduan 1Buku panduan 1
Buku panduan 1
 
Hakikat keluarga bahagia
Hakikat keluarga bahagiaHakikat keluarga bahagia
Hakikat keluarga bahagia
 
Askep-diare-anak-phatways
Askep-diare-anak-phatwaysAskep-diare-anak-phatways
Askep-diare-anak-phatways
 
Askep gastritis
Askep gastritisAskep gastritis
Askep gastritis
 
Medtek sintesis protein
Medtek sintesis proteinMedtek sintesis protein
Medtek sintesis protein
 
Konstipasi
KonstipasiKonstipasi
Konstipasi
 
Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...
Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...
Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...
 
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
 

Similar to Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

Mekanisme mual dan muntah
Mekanisme mual dan muntahMekanisme mual dan muntah
Mekanisme mual dan muntah
Nde Java
 
Peradangan gastritis-adalah-peradangan-pada-mukosa-lambung
Peradangan gastritis-adalah-peradangan-pada-mukosa-lambungPeradangan gastritis-adalah-peradangan-pada-mukosa-lambung
Peradangan gastritis-adalah-peradangan-pada-mukosa-lambung
AnisaDwiAyuFebriani
 
Askep Cholitis ulseratif dan Peritonitis
Askep Cholitis ulseratif dan PeritonitisAskep Cholitis ulseratif dan Peritonitis
Askep Cholitis ulseratif dan Peritonitis
Kampus-Sakinah
 
Gastritis
GastritisGastritis
Gastritis
fikri asyura
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
Septian Muna Barakati
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
Warnet Raha
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
Warnet Raha
 
Asuhan keperawatan gastritis
Asuhan keperawatan gastritisAsuhan keperawatan gastritis
Asuhan keperawatan gastritisRizky maulana
 

Similar to Gastritis dan Gastroeteritis (Amee) (20)

Askep gastritis 3
Askep gastritis 3Askep gastritis 3
Askep gastritis 3
 
Askep gastritis 3
Askep gastritis 3Askep gastritis 3
Askep gastritis 3
 
Makalah gastritis (2)
Makalah gastritis (2)Makalah gastritis (2)
Makalah gastritis (2)
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
Makalah gastritis (3)
Makalah gastritis (3)Makalah gastritis (3)
Makalah gastritis (3)
 
Mekanisme mual dan muntah
Mekanisme mual dan muntahMekanisme mual dan muntah
Mekanisme mual dan muntah
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
Gastritis
GastritisGastritis
Gastritis
 
Gastritis
GastritisGastritis
Gastritis
 
Peradangan gastritis-adalah-peradangan-pada-mukosa-lambung
Peradangan gastritis-adalah-peradangan-pada-mukosa-lambungPeradangan gastritis-adalah-peradangan-pada-mukosa-lambung
Peradangan gastritis-adalah-peradangan-pada-mukosa-lambung
 
Askep Cholitis ulseratif dan Peritonitis
Askep Cholitis ulseratif dan PeritonitisAskep Cholitis ulseratif dan Peritonitis
Askep Cholitis ulseratif dan Peritonitis
 
Gastritis
GastritisGastritis
Gastritis
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
Asuhan keperawatan anak dengan gastritis
Asuhan keperawatan anak dengan gastritisAsuhan keperawatan anak dengan gastritis
Asuhan keperawatan anak dengan gastritis
 
Askep pencernaan
Askep pencernaanAskep pencernaan
Askep pencernaan
 
Asuhan keperawatan gastritis
Asuhan keperawatan gastritisAsuhan keperawatan gastritis
Asuhan keperawatan gastritis
 

More from Amee Hidayat

Hasil laporan seven jump demam tifoid amee
Hasil laporan seven jump demam tifoid ameeHasil laporan seven jump demam tifoid amee
Hasil laporan seven jump demam tifoid ameeAmee Hidayat
 
Artritis Reumatoid
Artritis ReumatoidArtritis Reumatoid
Artritis Reumatoid
Amee Hidayat
 
Buku saku artritis reumatoid
Buku saku artritis reumatoidBuku saku artritis reumatoid
Buku saku artritis reumatoid
Amee Hidayat
 
Asuhan Keperawatan IMA (Infark Miokardium Akut)
Asuhan Keperawatan IMA (Infark Miokardium Akut)Asuhan Keperawatan IMA (Infark Miokardium Akut)
Asuhan Keperawatan IMA (Infark Miokardium Akut)
Amee Hidayat
 
Asuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan EmfisemaAsuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan Emfisema
Amee Hidayat
 
Fisiologi sistem respirasi
Fisiologi sistem respirasiFisiologi sistem respirasi
Fisiologi sistem respirasi
Amee Hidayat
 
Asuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan EmfisemaAsuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan Emfisema
Amee Hidayat
 
Asuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAsuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan Infeksi
Amee Hidayat
 
AsKep gangguan pemenuhan istirahat tidur
AsKep gangguan pemenuhan istirahat tidurAsKep gangguan pemenuhan istirahat tidur
AsKep gangguan pemenuhan istirahat tidur
Amee Hidayat
 
Makalah Etik Keperawatan
Makalah Etik KeperawatanMakalah Etik Keperawatan
Makalah Etik Keperawatan
Amee Hidayat
 
Herpes genital
Herpes genitalHerpes genital
Herpes genital
Amee Hidayat
 

More from Amee Hidayat (11)

Hasil laporan seven jump demam tifoid amee
Hasil laporan seven jump demam tifoid ameeHasil laporan seven jump demam tifoid amee
Hasil laporan seven jump demam tifoid amee
 
Artritis Reumatoid
Artritis ReumatoidArtritis Reumatoid
Artritis Reumatoid
 
Buku saku artritis reumatoid
Buku saku artritis reumatoidBuku saku artritis reumatoid
Buku saku artritis reumatoid
 
Asuhan Keperawatan IMA (Infark Miokardium Akut)
Asuhan Keperawatan IMA (Infark Miokardium Akut)Asuhan Keperawatan IMA (Infark Miokardium Akut)
Asuhan Keperawatan IMA (Infark Miokardium Akut)
 
Asuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan EmfisemaAsuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan Emfisema
 
Fisiologi sistem respirasi
Fisiologi sistem respirasiFisiologi sistem respirasi
Fisiologi sistem respirasi
 
Asuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan EmfisemaAsuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan Emfisema
 
Asuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAsuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan Infeksi
 
AsKep gangguan pemenuhan istirahat tidur
AsKep gangguan pemenuhan istirahat tidurAsKep gangguan pemenuhan istirahat tidur
AsKep gangguan pemenuhan istirahat tidur
 
Makalah Etik Keperawatan
Makalah Etik KeperawatanMakalah Etik Keperawatan
Makalah Etik Keperawatan
 
Herpes genital
Herpes genitalHerpes genital
Herpes genital
 

Recently uploaded

RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
nadyahermawan
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
ssuser9f2868
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
Winda Qowiyatus
 
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEKKOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
AshriNurIstiqomah1
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
pinkhocun
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
hannanbmq1
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
HanifaYR
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
iskandar186656
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
jualobat34
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
hanifatunfajria
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
celli4
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
jualobat34
 

Recently uploaded (20)

RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
 
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEKKOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
 

Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

  • 1. HASIL LAPORAN SEVEN JUMP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GASTRITIS DAN GASTROENTERITIS DISUSUN OLEH: SITI AMINAH HIDAYAT (130012074) SEMESTER 3 KELAS B PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA 2013
  • 2. BAB I KONSEP DASAR GASTRITIS 1.1 Definisi Gastritis Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet yang tidak benar, atau makanan yang berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit. (Brunner and Suddarth, 2001). Sedangkan menurut Mansjoer tahun 200, gastritis akut adalah lesi mukosa akut berupa erosi atau perdarahan akibat faktor-faktor agresif atau akibat gangguan sirkulasi akut mukosa lambung. Dari beberapa pengertian tentang gastritis menurut para ahli, disimpulkan menyimpulkan bahwa gastritis adalah inflamasi yang terjadi pada mukosa lambung ditandai dengan adanya radang pada daerah tersebut yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan asam lambung (seperti makanan yang asam atau pedas) atau bisa disebabkan oleh kebiasaan merokok dan minum alkohol. Jenis-jenis gastritis: 1. Gastritis akut adalah inflamasi akut pada lambung dan biasanya terbatas hanya pada mukosa. Peradangan mungkin disertai perdarahan ke dalam mukosa dan pada kasus yang lebih parah, terlepasnya epitel mukosa superfisial (erosi). 2. Gastritis kronis adalah peradangan mukosa kronis yang akhirnya menyebabkan atrofi mukosa dan metaplasia epitel. Penyakit ini memiliki subkelompok kausal yang tersendiri dan pola kelainan histologik yang berbeda-beda di berbagai tempat di dunia. 1.2 Etiologi Gastritis Menurut Mansjoer, 2001 penyebab gastritis adalah: 1. Gastritis Akut a. Penggunaan obat-obatan seperti aspirin dan obat anti inflamasi nonsteroid dalam dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambug. b. Alkohol 2
  • 3. Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal. c. Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma, luka bakar d. Stress Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan perdarahan pada lambung. 2. Gastritis Kronis Pada gastritis kronis penyebab tidak jelas, tetapi berhubungan dengan Helicobacter pylori, apalagi ditemukan ulkus pada pemeriksaan penunjang. 1.3 Patofisiologi Gastritis Menurut Priyanto, 2008 proses terjadinya gastritis yaitu awalanya karena obat-obatan, alkohol, empedu atau enzim-enzim pankreas dapat merusak mukosa lambung (gastritis erosif), mengganggu pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Respon mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan-gangguan tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya. Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi perdarahan. Masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat yang bersifat korosif dapat mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung (gastritis korosif). Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya perdarahan dan peritonitis. 1. Gastritis Akut Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiritasi mukosa lambung. Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi : a. Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung. Lambung akan meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung HCO3 akan berikatan dengan NaCL sehingga menghasilkan
  • 4. HCI dan NaCO3. Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan asam lambung. Jika asam lambung meningkat maka akan meningkatkan mual muntah, maka akan terjadi gangguan nutrisi cairan & elektrolit. b. Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa lambung maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan hypovolemik. 2. Gastritis Kronis Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser 1.4 Manifestasi Klinis Gastritis Gejala umum gastritis yaitu : 1) Sakit saat buang air besar 2) Mual dan muntah 3) Sering merasa lapar 4) Perut kembung 5) Nyeri yang terasa perih pada perut dan dada 6) Sering bersendawa Berdasarkan jenis gastritis : a. Gastritis akut 1) Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada mukosa lambung. 4
  • 5. 2) Mual, kembung, muntah merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung sehingga terjadi peningkatan asam lambung yang mengakibatkan mual hingga muntah. 3) Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematesis dan malena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. b. Gastritis kronis Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak mempunyai keluhan. Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan. 1.5 Woc/Pathway Gastritis
  • 6. 1.6 Pemeriksaan Penunjang Gastritis 1. Pemeriksaan darah Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis. 2. Uji napas urea Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh ureaseH. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorpsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi. 3. Pemeriksaan feces Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung. 4. Endoskopi saluran cerna bagian atas Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam. 6
  • 7. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop. 5. Rontgen saluran cerna bagian atas Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen. 6. Analisis Lambung Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger- Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata). 7. Analisis stimulasi Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum acid output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak. 1.7 Penatalaksanaan Gastritis 1.7.1 Penatalaksanaan Farmakologi Obat-obatan yang biasanya digunakan: 1. Antasida (Menetralisir asam lambung dan menghilangkan rasa nyeri) 2. Pompa Proton pencegah pertumbuhan bakteri(Menghentikan produksi asam lambung dan menghambat infeksi bakteri helicobacter pylori) 3. Agen Cytoprotektif (Melindungi jaringan mukosa lambung dan usus halus) 4. Obat anti sekretorik (Mampu menekan sekresi asam)
  • 8. 5. Pankreatin (Membantu pencernaan lemak, karbohidrat, protein dan mengatasi gangguan sakit pencernaan seperti perut kembung, mual, dan sering mengeluarkan gas) 6. Ranitidin (Mengobati tukak lambung) 7. Simetidin (Mengobati dispepsia) 1.7.2 Penatalaksanaan Non Farmakologi 1. Gastritis kronik diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat. 2. Menurut Mansjoer, 2001 penatalaksanaan yang dilakukan pertama kali adalah jika tidak dapat dilakukan endoskopi caranya yaitu dengan mengatasi dan menghindari penyebab pada gastritis akut, kemudian diberikan pengobatan empiris berupa antacid. Tetapi jika endoskopi dapat dilakukan berikan terapi eradikasi. 8
  • 9. BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GASTRITIS 2.1 Pengkajian Pengkajian adalah langkah awala dari proses keperawatan yang meliputi aspek bio, psiko, sosio, dan spiritual secara komprehensif. Maksud dari pengkajian adalah untuk mendapatkan informasi atau data tentang pasien. Data tersebut berasal dari pasien (data primer) dari keluarga (data sekunder) dan data dari catatan yang ada (data tersier). Pengkajian dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan melalui wawancara, observasi langsung, dan melihat catatan medis, adapun data yang diperlukan pada klien Gastritis adalah sebagai berikut : 1. Anamnesa meliputi : a. Identitas Pasien Perawat mengisi identitas pasien meliputi nama, usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, alamat, suku atau bangsa, agama, dan tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta memperparah penyakit ini. b. Riwayat kesehatan saat ini Meliputi perjalanan penyakitnya, awal dari gejala yang di rasakan klien, keluhan timbul secara mendadak atau bertahap, factor pencetus, upaya yang di lakukan untuk mengatasi masalah tersebut. c. Keluhan utama biasanya pada pasien gastritis yaitu mual, muntah, anoreksia (yang di tandai dengan BB turun), sendawa, malaise, hematemesis. d. Riwayat kesehatan masa lalu Meliputi penyakit yang berhubungan dengan penyakit sekarang, riwayat kecelakaan, riwayat dirawat di rumah sakit dan riwayat pemakaian obat.
  • 10. e. Riwayat kesehatan keluarga Meliputi adalah keluarga yang mempunyai penyakit keturunan seperti hipertensi, jantung, DM, dan lain-lain. f. Riwayat psikososial Meliputi mekanisme koping yang di gunakan klien untuk mengatasi masalah dan bagaimana motivasi kesembuhan dan cara klien menerima keadaannya. g. Pola kebiasaan sehari-hari Meliputi cairan, nutrisi, eliminasi, personal hygine, istirahat tidur, aktivitas dan latihan serta kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan. 2. Pemeriksaan Fisik (Review of System) 1. B1 (breath) Ditemukan takhipnea pada pasien 2. B2 (blood) Ditemukan takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer lambat dan warna kulit pucat. 3. B3 (brain) Ditemukan sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum. 4. B4 (bladder) Ditemukan oliguri, gangguan keseimbangan cairan. 5. B5 (bowel) Ditemukan anemia, anorexia,mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap makanan pedas. 6. B6 (bone) Ditemukan kelelahan, kelemahan Pemeriksaan yang di lakukan mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan menggunakan 4 teknik yaitu palpasi, inspeksi, auskultasi, dan perkusi. 1. Aktivitas atau istirahat Gejala : lemah, lemas, gangguan pola tidur dan istirahat, kram abdomen, nyeri ulu hati. 10
  • 11. Tanda : nyeri ulu hati saat istirahat 2. Sirkulasi Gejala : keringat dingin (menunjukkan status syok, nyeri akut, respon psikologis) 3. Eliminasi Gejala : bising usus hiperaktif atau hipoaktif, abdomen teraba keras. Distensi peubahan pola BAB Tanda : feses encer atau bercampur darah (melena), bau busuk, konstipasi. 4. Integritas ego Gejala : stress (keuangan, hubungan kerja). Perasaan tidak berdaya. Tanda : ansietas, misalnya : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar. 5. Makanan dan cairan Gejala : anoreksia, mual dan muntah, nyeri ulu hati, kram pada abdomen, sendawa bau busa, penurunan berat badan. Tanda : membrane mukosa kering, muntah berupa cairan yang berwarna kekuning-kuningan, distensi abdomen, kram pada abdomen. 6. Neurosensori Gejala : pusing, pandangan berkunang-kunang, kelemahan pada otot Tanda : lethargi, disorientasi (mengantuk) 7. Nyeri atau kenyamanan Gejala : nyeri epigastrium kiri samping tengah atau ulu hati, nyeri yang digambarkan sampai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih. Tanda : meringis, ekspresi wajah tegang 8. Pernafasan Gejala : sedikit sesak
  • 12. 2.2 Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung sekresi asam lambung bikarbonat yang naik turun. 2. Kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah) 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake makanan 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. 5. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi. 2.3 Perencanaan No 1. Diagnosa Tujuan dan Kriteri Keperawatan Hasil Nyeri Setelah berhubungan tindakan dengan iritasi selama Intervensi dilakukan Pantau keluhan nyeri, Untuk mengetahui letak keperawatan perhatikan 2x24 jam intensitas mukosa lambung diharapkan nyeri dapat skala sekresi asam berkurang. lambung bikarbonat naik turun Rasional lokasi, nyeri dan memudahkan nyeri, nyeri yang Dengan Anjurkan pasien untuk pada melaporkan a. Klien segera saat mulai. kontrol otot dengan menurunkan tegangan otot. nyeri yang dirasakan Pantau tanda-tanda vital Respon atau TD, tidak RR, yang dengan penghilangan nyeri. kesakitan Anjurkan istirahat Mengurangi nyeri yang c. TTV dalam batasan selama fase akut d. Intensitas nadi, berhubungan menyeringai normal autonomik meliputi, perubahan pada hilang b. Klien nyeri nyeri memudahkan pemulihan mengungkapakan berkurang akan serta dilakukan. Intervensi dini Kriteria Hasil: yang dan intervensi . Anjurkan diperberat oleh gerakan. teknik Menurunkan nyeri distraksi dan relaksasi otot, tegangan meningkatkan 12
  • 13. berkurang (skala relaksasi, dan nyeri berkurang 1- meningkatkan rasa 10) kontrol dan kemampuan e. Menunjukkan rileks, istirahat koping tidur, Kolaborasi dengan tim Menghilangkan peningkatan aktivitas atau medis dalam pemberian mengurangi dengan tindakan. cepat Berikan keluhan nyeri klien Obat sesuai Menurunkan keasaman indikasi mis: antasida. gaster dengan absorpsi Dan atau dengan menetralisir kimia Obat antikolinergik Diberikan pada waktu (Belladonna, atropine) tidur untuk menurunkan mortilitas gaster, menekan produksi asam, memperlambat pengosongan gaster dan menghilangkan nyeri No 2. Diagnosa Tujuan dan Kriteri Keperawatan Hasil Kekurangan Setelah volume cairan tindakan keperawatan individual. kurang dari selama 2x24 klien kebutuhan tubuh diharapkan berhubungan cairan klien adekuat. dengan intake Dengan kriteria hasil: Kaji Turgor Kulit yang tidak 1. Mukosa jam intake Penuhi kebutuhan Rasional cc/kg/jam). adekuat dan dilakukan Intervensi Anjurkan untuk minum (dewasa:40-60 bibir yang adekuat mengurangi akan resiko dehidrasi pasien. Indicator dehidasi atau keadekuatan 2. Turgor kulit baik berlebih (mual 3. Pengisian baik cairan hipovolemia, lembab output cair yang dan muntah) Intake kapiler penggantian cairan Awasi tanda-tanda vital, pengisian kapiler Menunjukkan dehidrasi status atau
  • 14. 4. Input dan output dan membran mukosa. seimbang kemungkinan kebutuhan untuk peningkatan penggantian cairan Cata intake dan output Mengganti cairan untuk cairan masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit Berikan cairan tambahan IV Mengganti kehilangan sesuai cairan indikasi. dan memperbaiki keseimbangan cairan dalam fase segera. Kolaborasi pemberian Cimetidine cimetidine ranitidine dan ranitidine dan berfungsi untuk menghambat sekresi asam lambung No 3. Diagnosa Tujuan dan Kriteri Keperawatan Hasil Intervensi Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Anjurkan nutrisi kurang dari tindakan keperawatan untuk makan dengan tetap kebutuhan tubuh selama 3x24 jam porsi mencegah rasa mual berhubungan kebutuhan nutrisi tapi sering. dengan kurangnya pasien terpenuhi. Berikan intake makanan dengan yang lunak Kriteria hasil: Lakukan oral hygiene yang pasien Rasional sedikit Menjaga nutrisi pasien stabil dan muntah. makanan a. Keadaan umum Untuk mempermudah pasien menelan Kebersihan mulut dapat merangsang cukup nafsu makan pasien b. Turgor kulit baik Timbang BB dengan Mengetahui c. BB meningkat teratur perkembangan 14 status
  • 15. d. Klien tidak mual dan muntah nutrisi pasien Auskultasi bising usus Membantu dalam menetukan respon untuk makan atau berkembangnya komplikasi Tentukan makanan Dapat mempengaruhui yang tidak membentuk nafsu makan/pencernaan gas dan membatasi masukan nutrisi
  • 16. BAB III KONSEP DASAR GASTROENTERITIS (DIARE) 3.1 DEFINISI GASTROENTERITIS (DIARE) Gastroenteritis atau diare adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan keenceran buang air besar. Kekerapan yang dianggap masih normal adalah sekitar 1 – 3 kali dan banyaknya 200 – 250 gr sehari. Beberapa penderita mengalami peningkatan kekerapan dan keenceran buang air besar walaupun jumlahnya < 250 gr dalam kurun waktu sehari. (Soeparman Sarwono Waspadji,1990). Diare atau penyakit (diarrheal disease) berasal dari kata diarroia (bahasa Yunani) yang berarti mengalir terus (to flow trough), merupakan keadaan abnormal pengeluaran tinja yang terlalu sering. Hal ini disebabkan adanya perubahan-perubahan dalam transport air dan elektrolit dalam usus terutama pada keadaan dengan gangguan intestinal pada fungsi digesti, absorpsi dan sekresi. 3.2 ETIOLOGI GASTROENTERITIS (DIARE) Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa factor yaitu: 1. Faktor infeksi 1.1 Infeksi internal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak: a. Infeksi bakteri : Vibrio, Escherechia Coli, Salmonella, Shigella, Yersina. b. Infeksi Virus : Enterovirus. c. Infeksi parasit : cacing ( Ascaris, Tricuris, Oxyuris, Strongiloides) d. Infeksi protozoa : Entamoeba histolytica, Giardia lambia, Thricomonas hominis e. Infeksi jamur : Candida albicans. 1.2 Infeksi Parenterial yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti tonsilofaringitis. 2. Faktor Malabsorpsi Faktor malabsorpsi ini meliputi: 16
  • 17. a. Malabsorpsi karbohidrat: disakarida (intolerans laktosa, maltosa, sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terserang ialah intoleransi laktosa. b. Malabsorpsi lemak. c. Malabsorpsi protein 3. Factor makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan. 4. Factor psikologis : rasa takut dan cemas, walaupun jarang tetapi menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar. 5. Faktor resiko: a. Usia Episode diare terjadi 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi tertinggi pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa diberikan makanan pendamping. Terdapat beberapa perbedaan pada saluran pencernaan bayi dan dewasa. Sistem saluran pencernaan bayi masih belum matang. b. Status Gizi Diare anak dengan malnutrisi cenderung labih berat, lebih lama dan angka kematian lebih tinggi dibandingkan dengan anak dengan gizi baik. c. ASI Bayi yang diberi ASI lebih terlindungi terhadap penyakit infeksi terutama daire. Hal ini dikarenakan adanya faktor peningkatan pertumbuhan sel usus sehingga vilus dinding usus cepat mengalami penyembuhan setelah rusak karena diare. d. Faktor sosial, ekonomi, budaya, dan kebersihan lingkungan serta diri sendiri. Kebersihan yang buruk dapat berakibat masuknya bakteri secara berlebihan ke dalam usus, sehingga dapat mengalahkan pertahanan tubuh normal dan akan mengakibatkan tumbuh bakteri. Adanya keterbatasan dalam sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap kepadatan lingkungan tempat tinggal, penyediaan air bersih, khususnya pada negara berkembang.
  • 18. 3.3 Patofisiologi Gastroenteritis (Diare) Diare terjadi karena adanya gangguan proses absorpsi dan sekresi cairan serta elektrolit di dalam saluran cerna. Pada keadaan normal, usus halus akan mengabsorpsi Na+, Cl-, HCO3-. Timbulnya penurunan dalam absorpsi dan peningkatan sekresi mengakibatkan cairan berlebihan melebihi kapasitas kolon dalam mengabsorpsi. Mekanisme ini sangat dipengaruhioleh faktor mukosa maupun faktor intra luminal saluran cerna. Faktor mukosa dapat berupa perubahan dinamik mukosa yaitu adanya peningkatan cell turnover dan fungsi usus yang belum matang dapat menimbulkan gangguan absorpsisekresi dalam saluran cerna. Penurunan area permukaan mukosa karena atrofi vilus, jajas pada brush border serta pemotongan usus dapat menurunkan absorpsi. Selain itu, gangguan pada sistem pencernaan (enzim spesifik) atau tranport berupa defisiensi enzim disakaridase dan enterokinase serta kerusakan pada ion transport (Na+/H+, Cl-/HCO3-) juga menimbulkan gangguan absorpsi. Faktor-faktor dalam intraluminal sendiri juga ikut berpengaruh, seperti peningkatan osmolaritas akibat malabsorpsi (defisiensi disakaridase) dan bacterial overgrowth. Insufisiensi pankreatik eksokrin, defisiensi garam empedu dan parasit adalah faktor intarluminal lain penyebab penurunan absorpsi. Sedangkan peningkatan sekresi disebakan oleh toksin bakteri (toxin cholera, E. Coli), mediator nflamasi (eicosanoids. Produk sel mast lain), asam empedu dihodroksi, asam lemak hidroksi dan obat-obatan. Perjalanan penyakit Gastroenteritis menurut Ngastiyah adalah masuknya mikroorganisme (bakteri, jamur, ataupun virus) ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikrooganisme tersebut akan berkembang biak didalam usus halus dan kemudian akan mengeluarkan toksin. Toksin tersebut kemudian mengakibatkan terjadinya: a. Gangguan Osmotik Tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat disebabkan karena konsumsi makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh sehingga terjadilah pergeseran air dan elektrolit ke dalam ronggga usus. 18
  • 19. Dimana isi rongga usus yang berlebihan ini kemudian akan merangsang usus untuk segera mengeluarkannya sehingga timbullah diare. b. Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu misalnya karena adanya toksin pada dinding usus akan mengakibatkan seksresi air dan elektrolit meningkat ke dalam rongga usus, selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. c. Gangguan mobilitas Adanya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus dalam melakukan penyerapan makanan, sehingga timbullah diare. Sebaliknya bila peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri didalam usus berkembang biak lebih banyak pada akhirnya menimbulkan diare juga. Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis adalah akan terjadi kehilangan air atau elektrolit, gangguan kesimbangan asam basa, gangguan gizi akibat masukan makanan yang kurang, pengeluaran berlebih serta gangguan pada sirkulasi darah. 3.4 Manifestasi Klinis Gastroenteritis (Diare) a. Perut mulas dan gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang. b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata. c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu. d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat. e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan. f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
  • 20. g. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria). h. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul). 3.5 Woc/Pathway Gastroenteritis (Diare) 3.6 Pemeriksaan Penunjang Gastroenteritis (Diare) 1. Pemeriksaan tinja makroskopis dan mikroskopis. Diagnosis pasti dapat ditegakkan bila ditemukan trofozoid motil yang mengandung eritrosit dari sampel tinja segar yang diperiksa 30 menit sejak keluar 2. Pemeriksaan kadar ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal. 3. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang). 20
  • 21. 4. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan dilakukan pada penderita diare kronik. 5. Proktosigmoidoskopi: pemeriksaan ini berguna untuk mendiagnosis adanya inflamasi mukosa atau keganasan. 6. Pemeriksaan kadar lemak tinja kuantitatif: tinja dikumpulkan (biasanya 72 jam) diperiksa kadar lemak tinja jika dicurigai malasorbsi lemak. 7. Pemeriksaan volume tinja 24 jam: volume lebih dari 500ml/hari jarang ditemukan pada sindrom usus iritabel. 3.7 Penatalaksanaan Gastroenteritis (Diare) 3.7.1 Pengobatan Pengobatan diare berdasarkan derajat dehidrasinya. 1. Tanpa Dehidrasi, dengan Terapi A Pada keadaan ini, buang air besar terjadi 3 – 4 kali sehari atau disebut mulai mencret. Anak yang mengalami kondisi ini masih lincah dan masih mau makan dan minum seperti biasa. Pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh ibu atau anggota keluarga lainnya dengan memberikan makanan dan minuman yang ada dirumah seperti air kelapa, Larutan Gula Garam (LGG), air tajin, air teh, maupun oralit. Istilah pengobatan ini adalah dengan menggunakan terapi A. Ada tiga cara pemberian cairan yang dapat dilakukan di rumah : a. Memberikan anak lebih banyak cairan. b. Memberikan makanan terus menerus. c. Membawa ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari. 2. Dehidrasi Ringan atau Sedang, dengan Terapi B. Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya cairan sampai 5% dari berat badan, sedangkan pada diare sedang terjadi kehilangan cairan 6-10% dari berat badan. Untuk mengobati penyakit diare pada derajat dehidrasi ringan atau sedang digunakan terapi B, yaitu sebagai berikut:
  • 22. Usia < 1 tahun 1 – 4 tahun > 5 tahun Jumlah oralit 300 mL 600 mL 1200 mL Setelah itu, tambahkan setiap kali mencret : Usia < 1 tahun 1 – 4 tahun > 5 tahun Jumlah oralit 100 mL 200 mL 400 mL 3. Dehidrasi Berat, dengan Terapi G Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus menerus, biasanya lebih dari 10 kali disertai muntah, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan. Diare ini diatasi dengan terapi G, yaitu perawatan di puskesmas atau rumah sakit untuk di infus RL (Ringer Laktat). 4. Teruskan Pemberian Makan Pemberian makanan seperti semula diberikan sedini mungkin dan disesuaikan dengan kebutuhan. Makanan tambahan diperlukan pada masa penyembuhan. Untuk bayi, ASI tetap diberikan bila sebelumnya mendapatkan ASI, namun bila sebelumnya tidak mendapatkan ASI dapat diteruskan dengan memberikan susu formula. 5. Antibiotik Bila Perlu Sebagian besar penyebab diare adalah rotavirus yang tidak memerlukan antibiotik dalam penatalaksanaan kasus diare karena tidak bermanfaat dan efek sampingnya bahkan merugikan penderita. 22
  • 23. BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GASTROENTERITIS (DIARE) 4.1 Pengkajian 1. Identitas Pasien Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6 – 11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya 2. Keadaan umum pasien Pada pasien GE yang belum mengalami dehidrasi biasanya keadaan umumnya baik, begitupun dehidrasi sedang yang keadaan umumnya cukup, tetapi untuk klien GE dengan dehidrasi berat keadaan klien umumnya buruk. 3. Kesadaran: Umumnya untuk tingkat kesadaran pada klien GE, dibagi menjadi 3 kriteria, yaitu: a. Belum ada dehidrasi Umumnya klien masih sadar atau terjaga, sadar pada diri maupun lingkungannya. Saat diajak bicara dengan suara yang normal, klien akan melihat pada yang berbicara dan merespons semua sesuai dengan rangsangan yang diterimanya. Jadi, pada Klien dengan dehidrasi ringannya secara umum kesadarannya masih penuh. b. Dehidrasi sedang Tingkat kesadaran klien untuk klien dehidrasi sedang baik tetapi menuntut kemungkinan pasien dengan dehidrasi sedang ini dapat mengalami letargi dimana ketika diajak berbicara dengan suara keras,
  • 24. pasien terlihat mengantuk tetapi membuka matanya, dan melihat pada kita serta menberikan respons terhadap pertanyaan yang diberikan. c. Dehidrasi berat Tingkat kesadaran klien obtudansi yaitu suatu keadaan ketika klien diguncangkan dengan perlahan pasien membuka matanya dan terlihat pada kita akan tetapi dalam memberikan respons klien dengan dehidrasi berat sangatlah lambat dan agak sedikit kebingungan. Dapat juga masuk pada tingkat keadaan stupor (keasadaran pada diri dan lingkungan minimal) dan koma sekalipun mendapat rangsangan yang menyakitkan secara berulang. 4. Tanda-tanda vital a. Tekanan darah: mengalami penurunan yang dibawah normal yaitu <120/80 mmHg b. Suhu: mengalami peningkatan biasanya lebih besar dari 37,5oc c. Nadi: denyut nadi mengalami penurunan <100x/menit 5. Pernapasan Pada pernapasan klien GE dengan belum adanya dehidrasi masih dalam batas normal yaitu 24x/mnt namun pada klien GE dengan dehidrasi sedang bahkan berat, pernapasannya mengalami penurunan. 6. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan Sekarang 1. klien pernah mengalami BAB lebeh dari 4x /hari atau lebih dengan frekuensi encer dapat disertai muntah 2. keadaan umum klien sangat lemah 3. kadang –kadang disertai dengan demam 4. terlihat adanya tanda-tanda dehidrasi: mata cekung, ubun-ubun cekung, turgor kulit jelek b. Riwayat Kesehatan Dahulu kemungkinan pencernaan yang klien pernah mengalami penyakit saluran bersifat akut/kronis, adanya riwayat penderita gastro enteritis, diare. c. Riwayat Kesehatan Keluarga 24
  • 25. Perawat perlu mengetahui adanya anggota keluarga yang menderita diare dan adanya angggota keluarga yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan seperti OMA 7. Pemeriksaan Fisik a. Kepala Pemeriksaan rambut temasuk kuantitas, serta tekstur rambut. Kulit kepala termasuk warna (pucat), tekstur serta adanya lesi di kepala. b. Mata pada mata umumnya yang diamati adalah sclera dan konjungtiva. Biasanya terjadi anemis c. Daun telinga, lubang hidung dan gendang telinga Biasanya ditemukan kemungkinan penurunan ketajaman telinga. d. Mulut Mukosa dan lidah kering terdapat tanda-tanda sianosis e. Hidung Tidak ditemukan adanya keluhan pada hidung f. Leher Palpasi pada kelenjar limfe dan kelenjar tiroid. Umumnya tidak ditemukan pembesaran tiroid. g. Toraks dan paru-paru Inspeksi: terjadi penurunan frekuensi nadi <20x/mnt, iramanya lemah. h. Jantung Biasanya tidak ditemukan adanya keluhan pada jantung. i. Abdomen: Inspeksi : Secara berurutan perhatikan adanya lesi, jaringan parut, kemerahan. Simetris kiri dan kanan Perkusi : Timpani diatas lambung, ditemukan pekaka pada hati. Palpasi : Adanya nyeri tekan, masa dan organ pada abdomen Auskultasi j. Genitalia : Bising usus meningkat
  • 26. Biasanya terlihat kotor dan agak kemerahan k. Anus Biasanya daerah disekitar anus kemerahan l. Ekstremitas: Biasanya terjadi kelemahan otot ekstremitas 4.2 Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik dan iritasi pada mukosa usus 2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan banyak cairan melalui rute normal (muntah,diare) dan kurangnya asupan cairan 3. Gangguan pola eliminasi: BAB berhubungan dengan inflamasi, iritasi serta adanya toksin atau malabsorpsi 4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absopsi nutrient, asupan makanan yang tidak adekuat 5. Ansietas berhubungan eliminasi yang sering tidak terkontrol 4.3 Perencanaan No 1 Diagnosa Tujuan dan Kriteria Keperawatan Hasil Intervensi Nyeri b/d Setelah hiperperistaltik dan tindakan keperawatan nyeri iritasi pada mukosa selama usus Rasional dilakukan Catat lokasi, intensitas Mencegah 2x24 maka terjadinya serta komplikasi dan masalah jam karakteristik nyeri diharapkan Beri posisi nyaman serius Mengurangi rasa nyeri Gangguan rasa nyeri berkurang dengan Kompres daerah nyeri Mengurangi rasa nyeri kriteria hasil: 1. Klien dengan tampak pada rileks 2. Klien air hangat daerah epigastrum. secara Monitor subektif vital tanda-tanda Tanda-tanda vitalmerupakan acuan menyatakan untuk bahwa keadaan umum klien nyerinya telah berkurang Ajarkan mepengaruhi teknik Rileks dapat membantu 26
  • 27. 3. Skala nyeri klien relaksasi kepada klien menurun (0-4) menurunkan rasa takut dan ansietas Anjurkan klien untuk Dapat melaporkan nyerinya mengetahui adanya komplikasi Beri terapi analgetik Mempercepat pada klien dengan sesuai kesembuhan klien program- program dokter serta kolaborasi dengan tim dokter untuk pemberian terapi laiinya sesuai indikasi Diagnosa 2 Tujuan & Kriteria Intervensi Keperawatan No Hasil Keperawatan Defisit vital Hipotensi (termasuk cairan dan elektrolit tindakan keperawatan (tekanan darah, nadi postural), takikardi, b/d volume Setelah kehilangan selama banyak (muntah,diare) cairan 3x24 tanda jam dan suhu) demam cairan diharapkan kebutuhan melalui rute normal cairan kurangnya dilakukan Kaji Rasional menunjukkan terpenuhi. respon terhadap dan atau efek dan Dengan kriteria hasil: asupan 1. Mempertahankan dapat kehilangan cairan monitor intake dan out dengan mengontrol volume cairan yang put adekuat, dibuktikan intake out put oleh: pemasukan dan Akan dapat mengetahui a. mukosa lembab Pengeluran b. turgor kulit baik Berikan cairan sering Minuman berkarbonat dan pengisian dan jumlah kecil menggantikan natrium kapiler baik untuk mendorong dan kalium yang hilang c. Tanda vital stabil urinasi terjadi tiap dua pada diare dan muntah d. Keseimbangan jam (minuman
  • 28. masukan dan suplemen haluan dengan jus urine normal. elektrolit, apel, minuman berkarbonat) Awasi hasil Menentukan keefektifan Laboratorium terapi Kolaborasi: Menurunkan kehilangan Berikan obat sesuai cairan indikasi: antidiare. Mengontrol demam, Antipieretik misalnya menurunkan kehilangan asetaminofen cairan yang tak terlihat Antimietik mis: Untuk mengontrol mual trimetobenzamida (Tigan), dan muntah Hidroksin (vistarin) Pemberian Elektrolit Karena mis: tambahan kalium diare elektrolit terbuang banyak yang ikut seperti yang HCO3 juga dapat menimbulkan asidosis metabolic No 3. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan Hasil Keperawatan Gangguan eliminasi: pola Setelah dilakukan Mandiri Membantu membedakan BAB tindakan keperawatan Observasi dan catat penyakit individu berhubungan dengan selama inflamasi, Rasional 2x24 jam frekuensi defekasi, iritasi maka diharapkan pola karakteristik serta adanya toksin eliminasi kembali faktor pencetus atau malabsorpsi Dengan Tingkatkan dan normal. kriteria hasil: tirah Menurunkan baring, berikan alat- metabolism. Bila terlalu 1. Frekuensi defekasi alat disamping tempat jauh resiko jatuh menurun laju tidur 28
  • 29. 2. Konsistensi kembali normal Kaji makanan cairan dan Menghindarkan yang dan mencetuskan diare iritan meningkatkan istrahat usus maupun kolon Observasi demam, Tanda takikardi, toksik letargi, megakolon atau perforasi leukositosis, penurunan bahwa akan terjadi memerlukan protein, intervensi medik segera serum, ansietas dan kelesuan Kolaborasi Berikan sesuai Menurunkan obat-obatan GE dan indikasi: sekresi defenoksilat (lomotil) peristaltik menurunkan digestif untuk menghilangkan kram dan diare Antasida Menurunkan gastre, inflamasi menurunkan iritasi mencegah dan resiko infeksi Antibiotic Mengobati supuratif local infeksi
  • 30. DAFTAR PUSTAKA Doengoes. 2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. Jakarta : EGC Priyanto, Agus & Lestari, Sri. 2009. Endoskopi Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika Sukarmin. 2012. Keperawatan Pada Sistem Pencernaan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatn Anak : Gangguan Sistem Gastrointestinal dan Hepatobilier. Jakarta : Salemba Medika Suraatmaja, Sudaryat. 2005. Kapital Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta : CV. Sagung Seto Wilkinton, Judith M & Nancy, R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan : Diagnosis Nanda, Intervensi, Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Jakarta : EGC 30