Hemofilia adalah gangguan genetik yang diturunkan secara x-linked resesif yang disebabkan oleh kelainan produksi faktor pembekuan darah seperti faktor VIII dan IX, menyebabkan perdarahan yang sulit dihentikan. Penyakit ini ditandai dengan perdarahan berkepanjangan setelah luka atau operasi.
Makalah ini membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien labiopalatoskisis. Labiopalatoskisis adalah kelainan bawaan pada struktur mulut dimana terjadi celah pada bibir dan langit-langit. Makalah ini menjelaskan tentang definisi, klasifikasi, etiologi, dan anatomi fisiologi mulut yang terkait dengan kondisi ini. Tujuan makalah ini adalah untuk memahami asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi bar
Hemofilia adalah kelainan genetik yang menyebabkan defisiensi faktor pembekuan darah seperti faktor VIII dan IX. Penderita hemofilia akan mengalami perdarahan berlebihan akibat proses pembekuan darah yang tidak normal. Penanganannya meliputi transfusi faktor yang kurang, kortikosteroid, serta pencegahan perdarahan dengan memberikan faktor secara rutin.
1. Kasus pasien An. A laki-laki berusia 8 tahun yang dirujuk ke rumah sakit karena nyeri pada tulang kering akibat jatuh dari pohon. Keluarga masih mempercayai pengobatan tradisional.
Evaluasi merupakan proses penilaian sistematis untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan telah tercapai dengan membandingkan hasil yang dicapai dengan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Evaluasi dapat berupa formatif untuk menilai proses pelaksanaan perawatan atau sumatif untuk menilai hasil akhir perawatan, dan dilakukan dengan wawancara, observasi, atau studi dokumentasi.
Makalah ini membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien labiopalatoskisis. Labiopalatoskisis adalah kelainan bawaan pada struktur mulut dimana terjadi celah pada bibir dan langit-langit. Makalah ini menjelaskan tentang definisi, klasifikasi, etiologi, dan anatomi fisiologi mulut yang terkait dengan kondisi ini. Tujuan makalah ini adalah untuk memahami asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi bar
Hemofilia adalah kelainan genetik yang menyebabkan defisiensi faktor pembekuan darah seperti faktor VIII dan IX. Penderita hemofilia akan mengalami perdarahan berlebihan akibat proses pembekuan darah yang tidak normal. Penanganannya meliputi transfusi faktor yang kurang, kortikosteroid, serta pencegahan perdarahan dengan memberikan faktor secara rutin.
1. Kasus pasien An. A laki-laki berusia 8 tahun yang dirujuk ke rumah sakit karena nyeri pada tulang kering akibat jatuh dari pohon. Keluarga masih mempercayai pengobatan tradisional.
Evaluasi merupakan proses penilaian sistematis untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan telah tercapai dengan membandingkan hasil yang dicapai dengan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Evaluasi dapat berupa formatif untuk menilai proses pelaksanaan perawatan atau sumatif untuk menilai hasil akhir perawatan, dan dilakukan dengan wawancara, observasi, atau studi dokumentasi.
Multiple vehicle trauma merupakan trauma yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang melibatkan lebih dari satu kendaraan. Kecelakaan lalu lintas dapat menyebabkan berbagai cedera seperti syok hipovolemik akibat perdarahan dan syok neurogenik yang dapat mengancam jiwa pasien. Oleh karena itu, diperlukan penatalaksanaan yang tepat untuk menyelamatkan pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian gout, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, dan patofisiologi dari penyakit gout. Gout adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan penumpukan kristal asam urat di persendian yang menyebabkan nyeri dan peradangan. Faktor risiko utama penyakit ini adalah gangguan metabolisme purin dan asam urat.
1. Dokumen tersebut membahas tentang patofisiologi diare, yang terjadi akibat infeksi bakteri, virus, atau parasit yang merusak sel-sel usus dan mengganggu absorpsi cairan dan elektrolit. Hal ini menyebabkan peningkatan cairan di usus dan diare.
2. Jika diare berkepanjangan dapat menyebabkan dehidrasi berat, asidosis metabolik, dan gangguan sirkulasi darah sehingga menimbulkan resiko syok.
3. T
Tindakan keperawatan untuk pasien isolasi sosial meliputi melatih pasien berinteraksi secara bertahap dengan berkenalan dengan perawat dan pasien lain, serta melatih keluarga untuk merawat pasien dengan membina hubungan, memberikan dukungan, dan menjadwalkan kegiatan bersama.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas konsep gangguan kebutuhan dasar berupa nyeri, termasuk definisi, etiologi, klasifikasi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi nyeri
2. Ada dua jenis nyeri utama yaitu nyeri akut dan nyeri kronik, yang berbeda dalam durasi, penyebab, dan karakteristiknya
3. Banyak faktor yang dapat mempeng
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Keperawatan komunitas merupakan bidang keperawatan yang menggabungkan keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dengan menekankan peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya promotif dan preventif.
2. Proses keperawatan komunitas meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan,
Implementasi asuhan keperawatan pada klien dengan Artritis Gout meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Diagnosa yang ditemukan adalah kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Artritis Gout dan ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit. Intervensi meliputi pendidikan kesehatan tentang penyakit dan cara merawat pasien. Implementasi dan evaluasi menunjukkan tujuan keperawatan tercapai den
8
Dokumen tersebut membahas tentang hipertensi sebagai salah satu penyakit kardiovaskuler yang umum di masyarakat. Hipertensi dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti stroke, gagal ginjal, dan kebutaan. Dokumen juga menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi, gejala, dan pemeriksaan penunjang untuk hipertensi.
Prinsip dan tehnik pemberian obat intravena dan rectalKampus-Sakinah
Dokumen tersebut membahas prinsip dan teknik pemberian obat secara intra vena (dalam pembuluh darah) dan rectal (melalui anus). Pemberian obat secara intra vena dapat dilakukan secara langsung ke dalam pembuluh darah atau tidak langsung dengan menambahkannya ke dalam cairan infus. Pemberian obat rectal bertujuan untuk mendapatkan efek lokal dan sistemik pada pasien yang sulit diberi obat secar
Asuhan keperawatan untuk Ny. W dengan diagnosis bronchitis kronis mencakup evaluasi gejala sesak napas dan nafas tidak teratur serta pemberian terapi oksigen dan obat-obatan. Perawatan fokus pada meningkatkan kemampuan bernafas dan kebersihan saluran pernapasan.
1. Dokumen tersebut membahas tentang dermatitis yang ditandai dengan adanya eritema dan pelepasan lapisan kulit (eksfoliasi) di seluruh atau hampir seluruh tubuh. Penyebabnya dapat karena alergi obat, penyakit kulit seperti psoriasis, atau penyakit sistemik.
Dokumen tersebut membahas tentang hemofilia, suatu kelainan perdarahan keturunan yang ditandai dengan kekurangan faktor pembekuan darah tertentu sehingga menyebabkan perdarahan yang sulit berhenti. Dokumen ini menjelaskan definisi, etiologi, manifestasi klinis, diagnosis, dan penatalaksanaan medis pasien hemofilia.
Tubuh memiliki mekanisme kompleks untuk mencegah perdarahan berlebihan melalui tiga fase hemostatis yaitu vaskuler, trombosit, dan koagulasi. Pada fase koagulasi, terjadinya reaksi berantai yang mengubah fibrinogen menjadi fibrin untuk membentuk bekuan darah. Kelainan dalam mekanisme ini dapat menyebabkan gangguan perdarahan. Hemofilia A dan B ditandai dengan perdarahan spontan akibat kekurangan fak
Multiple vehicle trauma merupakan trauma yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang melibatkan lebih dari satu kendaraan. Kecelakaan lalu lintas dapat menyebabkan berbagai cedera seperti syok hipovolemik akibat perdarahan dan syok neurogenik yang dapat mengancam jiwa pasien. Oleh karena itu, diperlukan penatalaksanaan yang tepat untuk menyelamatkan pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian gout, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, dan patofisiologi dari penyakit gout. Gout adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan penumpukan kristal asam urat di persendian yang menyebabkan nyeri dan peradangan. Faktor risiko utama penyakit ini adalah gangguan metabolisme purin dan asam urat.
1. Dokumen tersebut membahas tentang patofisiologi diare, yang terjadi akibat infeksi bakteri, virus, atau parasit yang merusak sel-sel usus dan mengganggu absorpsi cairan dan elektrolit. Hal ini menyebabkan peningkatan cairan di usus dan diare.
2. Jika diare berkepanjangan dapat menyebabkan dehidrasi berat, asidosis metabolik, dan gangguan sirkulasi darah sehingga menimbulkan resiko syok.
3. T
Tindakan keperawatan untuk pasien isolasi sosial meliputi melatih pasien berinteraksi secara bertahap dengan berkenalan dengan perawat dan pasien lain, serta melatih keluarga untuk merawat pasien dengan membina hubungan, memberikan dukungan, dan menjadwalkan kegiatan bersama.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas konsep gangguan kebutuhan dasar berupa nyeri, termasuk definisi, etiologi, klasifikasi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi nyeri
2. Ada dua jenis nyeri utama yaitu nyeri akut dan nyeri kronik, yang berbeda dalam durasi, penyebab, dan karakteristiknya
3. Banyak faktor yang dapat mempeng
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Keperawatan komunitas merupakan bidang keperawatan yang menggabungkan keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dengan menekankan peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya promotif dan preventif.
2. Proses keperawatan komunitas meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan,
Implementasi asuhan keperawatan pada klien dengan Artritis Gout meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Diagnosa yang ditemukan adalah kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Artritis Gout dan ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit. Intervensi meliputi pendidikan kesehatan tentang penyakit dan cara merawat pasien. Implementasi dan evaluasi menunjukkan tujuan keperawatan tercapai den
8
Dokumen tersebut membahas tentang hipertensi sebagai salah satu penyakit kardiovaskuler yang umum di masyarakat. Hipertensi dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti stroke, gagal ginjal, dan kebutaan. Dokumen juga menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi, gejala, dan pemeriksaan penunjang untuk hipertensi.
Prinsip dan tehnik pemberian obat intravena dan rectalKampus-Sakinah
Dokumen tersebut membahas prinsip dan teknik pemberian obat secara intra vena (dalam pembuluh darah) dan rectal (melalui anus). Pemberian obat secara intra vena dapat dilakukan secara langsung ke dalam pembuluh darah atau tidak langsung dengan menambahkannya ke dalam cairan infus. Pemberian obat rectal bertujuan untuk mendapatkan efek lokal dan sistemik pada pasien yang sulit diberi obat secar
Asuhan keperawatan untuk Ny. W dengan diagnosis bronchitis kronis mencakup evaluasi gejala sesak napas dan nafas tidak teratur serta pemberian terapi oksigen dan obat-obatan. Perawatan fokus pada meningkatkan kemampuan bernafas dan kebersihan saluran pernapasan.
1. Dokumen tersebut membahas tentang dermatitis yang ditandai dengan adanya eritema dan pelepasan lapisan kulit (eksfoliasi) di seluruh atau hampir seluruh tubuh. Penyebabnya dapat karena alergi obat, penyakit kulit seperti psoriasis, atau penyakit sistemik.
Dokumen tersebut membahas tentang hemofilia, suatu kelainan perdarahan keturunan yang ditandai dengan kekurangan faktor pembekuan darah tertentu sehingga menyebabkan perdarahan yang sulit berhenti. Dokumen ini menjelaskan definisi, etiologi, manifestasi klinis, diagnosis, dan penatalaksanaan medis pasien hemofilia.
Tubuh memiliki mekanisme kompleks untuk mencegah perdarahan berlebihan melalui tiga fase hemostatis yaitu vaskuler, trombosit, dan koagulasi. Pada fase koagulasi, terjadinya reaksi berantai yang mengubah fibrinogen menjadi fibrin untuk membentuk bekuan darah. Kelainan dalam mekanisme ini dapat menyebabkan gangguan perdarahan. Hemofilia A dan B ditandai dengan perdarahan spontan akibat kekurangan fak
Gangguan pembekuan darah atau koagulasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti gangguan faktor koagulasi, trombosit, atau aktivitas fibrinolitik. Diagnosa didasarkan pada riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium. Terapi meliputi faktor pengganti, desmopresin, asam traneksamat, dan imunoglobulin."
MANAJEMEN PENDERITA HEMOFILIA PADA ANAK YANG MENGALAMI PROSEDUR PEMBEDAHANSupri Adi
Manajemen penderita hemofilia yang mengalami prosedur pembedahan membutuhkan terapi pengganti faktor pembekuan darah untuk mencegah perdarahan dan menjaga nilai faktor normal. Manajemen hemostasis perioperatif harus dilakukan dengan baik untuk mencegah perdarahan selama dan sesudah operasi, mengingat risiko perdarahan tinggi pada penderita hemofilia.
Dokumen tersebut membahas tentang hemostasis dan mekanisme pengendalian darah. Secara singkat, dokumen menjelaskan tiga hal utama: 1) Hemostasis mempertahankan aliran darah yang cair dengan mencegah perdarahan berlebihan melalui pembentukan sumbat darah, 2) Sistem hemostasis melibatkan trombosit, faktor koagulasi, pembuluh darah, dan inhibitor, 3) Kelainan hemostasis dapat menyebabkan perdarahan atau t
Homeostasis adalah pemeliharaan kondisi internal yang stabil seperti suhu, pH, dan kadar nutrisi. Berbagai sistem seperti sistem saraf dan endokrin bekerja sama untuk menjaga homeostasis melalui mekanisme umpan balik negatif dan positif. Pembekuan darah juga melibatkan homeostasis dengan mekanisme kompleks yang melibatkan 13 faktor pembekuan darah.
managemen anestesi pada pasien dengan gangguan faktor koagulasi (2).pptxzidnifatayan1
Manajemen anestesi pada pasien dengan gangguan faktor koagulasi memerlukan penilaian praoperasi yang mendetail untuk mengetahui jenis dan keparahan gangguan, serta respons terhadap produk darah dan faktor rekombinan. Pilihan anestesi dan manajemen pascaoperasi harus disesuaikan dengan hasil evaluasi praoperasi oleh tim multidisiplin."
Dokumen tersebut membahas gangguan pembekuan darah pada masa hamil yang meliputi DIC, ATP, dan penyakit Von Willebrand. DIC adalah pembekuan darah difus yang mengkonsumsi faktor pembekuan dan menyebabkan perdarahan luas. ATP merupakan gangguan autoimun dimana antibodi menurunkan umur trombosit. Penyakit Von Willebrand adalah hemofilia yang disebabkan defisiensi faktor VIII.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
Askep anak dengan hemofilia
1.
2. DEFINISI
• Hemofilia adalah gangguan produksi faktor
pembekuan yang diturunkan, berasal dari
bahasa Yunani, yaitu haima yang artinya darah
dan philein yang artinya mencintai atau suka.
Walaupun sebenarnya maknanya tidak sesuai,
namun kata hemofilia tetap dipakai
3. • Hemofilia adalah penyakit koagulasi darah
congenital karena anak kekurangan factor
pembekuan VIII (Hemofilia A) atau factor IX
(Hemofilia B).
4. • Kelainan perdarahan yang diturunkan pertama
kali didokumentasikan di abad kedua oleh
Kerajaan Babilonia.
5.
6. Hemofilia merupakan penyakit genetik yang
diturunkan secara x-linked resesif berdasarkan
hukum Mendel dari orang tua kepada anaK-
anaknya. Penyakit ini terjadi akibat kelainan
sintesis salah satu faktor pembekuan, dimana
pada hemofilia A terjadi kekurangan F VIII
(Antihemophilic factor), sedangkan pada
hemofilia B terjadi kekurangan F IX (Christmas
factor). Hemofilia A mencakup 80-85% dari
keseluruhan penderita hemofilia
7. Secara klinis hemofilia dapat dibagi menjadi
• 1. hemofilia ringan
• 2. hemofilia sedang
• 3. hemofilia berat
• berdasarkan derajat kekurangan faktor
pembekuan yang bersangkutan
8. 1. Hemofilia berat terjadi apabila konsentrasi
faktor VIII dan faktor IX plasma kurang dari
1 %.
2. Hemofilia sedang jika konsentrasi plasma
1 % – 5 %.
3. Hemofilia ringan apabila konsentrasi plasma
5 % – 25 % dari kadar normal.
9.
10. Epidemiologi
• Hemofilia tersebar di seluruh ras di dunia
dengan prevalensi sekitar 1 dalam 10.000
penduduk untuk hemofilia A dan 1 dalam
50.000 penduduk untuk hemofilia B.
• Di Indonesia, terdapat 334 orang penderita
hemofilia A, 48 orang penderita hemofilia B
dan 1006 orang penderita hemofilia yang
belum ditentukan jenisnya
11. Pathofisiologi
• Hemofilia merupakan penyakit kongenital
yang diturunkan oleh gen resesif x-linked dari
pihak ibu.
• Faktor VIII dan faktor IX adalah protein
plasma yang merupakan komponen yang
diperlukan untuk pembekuan darah, faktor-
faktor tersebut diperlukan untuk
pembentukan bekuan fibrin pada tempat
pembuluh cidera
12. • Mekanisme pembekuan pada penderita
hemofili mengalami gangguan, dimana dalam
mekanisme tersebut terdapat faktor
pembekuan yang di beri nama dengan angka
romawi, I – XIII. Dapat dilihat pada tabel di
bawah:
13. Faktor-faktor koagulasi
Angka Internasional sinonim
I Fibrinogen
II Protrombin
III Tromboplastin
IV Kalsium
V Faktor labil, proakselerin
VI Faktor labil, akselerin
VII Faktor stabil, prokonvertin
VIII Faktor antihemofili (AHF), atau antiglobulin (AHG)
IX Faktor christmas, komponen tromboplastin plasma (plasma
thromboplastin componen / PTC)
X Faktor Stuart-Power
XI Plasma thromboplastin yang mendahului (antecedent) PTA
XII Faktor Hageman
XIII Faktor penstabil-fibrin
14. • Proses hemostasis tergantung pada faktor
koagulasi, trombosit dan pembuluh darah.
Mekanisme hemostasis terdiri dari respons
pembuluh darah, adesi trombosit, agregasi
trombosit, pembentukan bekuan darah,
stabilisasi bekuan darah, pembatasan bekuan
darah pada tempat cedera oleh regulasI
antikoagulan, dan pemulihan aliran darah
melalui proses fibrinolisis dan penyembuhan
pembuluh darah.
15. • Cedera pada pembuluh darah akan menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh darah dan terpaparnya darah
terhadap matriks subendotelia. Faktor Von Willebrand
(vWF) akan teraktifasi dan diikuti adesi trombosit.
Setelah proses ini, adenosine diphosphatase,
tromboxane A2 dan protein lain trombosit dilepaskan
granul yang berada di dalam trombosit dan
menyebabkan agregasi trombosit dan perekrutan
trombosit lebih lanjut. Cedera pada pembuluh darah
juga melepaskan tissue factor dan mengubah
permukaan pembuluh darah, sehingga memulai
kaskade pembekuan darah dan menghasilkan fibrin.
Selanjutnya bekuan fibrin dan trombosit ini akan
distabilkan oleh faktor XIII.
16.
17.
18.
19.
20. • Pada penderita hemofilia dimana terjadi defisit F
VIII atau F IX maka pembentukan terlambat dan
tidak stabil. Oleh karena itu penderita hemofilia
tidak berdarah lebih cepat, hanya perdarahan
sulit berhenti. Pada perdarahan dalam ruang
tertutup seperti dalam sendi, proses perdarahan
terhenti akibat efek amponade. Namun pada luka
yang terbuka dimana efek tamponade tidak ada,
perdarahan masif dapat terjadi. Bekuan darah
yang terbentuk tidak kuat dan perdarahan ulang
dapat terjadi akibat proses fibrinolisis alami atau
trauma ringan
21.
22. • Defisit F VIII dan F IX ini disebabkan oleh
mutasi pada gen F8 dan F9. Gen F8 terletak di
bagian lengan panjang kromosom X di regio
Xq28, sedangkan gen F9 terletak di regio Xq27.
• Mutasi gen F8 dan F9 ini diturunkan secara x-
linked resesif sehingga anak laki-laki atau
kaum pria dari pihak ibu yang menderita
kelainan ini.
23. Manifestasi Klinis
1. Masa Bayi (untuk diagnosis)
a. Perdarahan berkepanjangan setelah
sirkumsisi
b. Ekimosis subkutan di atas tonjolan-tonjolan
tulang (saat berumur 3-4 bulan)
c. Hematoma besar setelah infeksi
d. Perdarahan dari mukosa oral.
e. Perdarahan Jaringan Lunak
24. 2. Episode Perdarahan (selama rentang hidup)
a. Gejala awal : nyeri
b. Setelah nyeri : bengkak, hangat dan
penurunan mobilitas)
3. Sekuela Jangka Panjang
Perdarahan berkepanjangan dalam otot
menyebabkan kompresi saraf dan fibrosis
otot.
25.
26.
27. Komplikasi
1. Artropati progresif, melumpuhkan
2. Kontrakfur otot
3. Paralisis
4. Perdarahan intra kranial
5. Hipertensi
6. Kerusakan ginjal
7. Splenomegali
8. Hepatitis
9. AIDS (HIV) karena terpajan produk darah yang
terkontaminasi.
10. Antibodi terbentuk sebagai antagonis terhadap faktor VIII
dan IX
11. Reaksi transfusi alergi terhadap produk darah
12. Anemia hemolitik
13. Trombosis atau tromboembolisme
28. Uji Laboratorium dan Diagnostik
1. Uji Laboratorium (uji skrining untuk koagulasi darah)
a. Jumlah trombosit (normal)
b. Masa protrombin (normal)
c. Masa trompoplastin parsial (meningkat, mengukur
keadekuatan faktor koagulasi intrinsik)
d. Masa perdarahan (normal, mengkaji pembentukan
sumbatan trombosit dalam kapiler)
e. Assays fungsional terhadap faktor VIII dan IX
(memastikan diagnostik)
f. Masa pembekuan trompin
29. 2. Biapsi hati (kadang-kadang) digunakan untuk
memperoleh jaringan untuk pemeriksaan
patologi dan kultur.
3. Uji fungsi hati (SGPT, SGOT, Fosfatase alkali,
bilirubin)
30. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian sistem neurologik
a. Pemeriksaan kepala
b. Reaksi pupil
c. Tingkat kesadaran
d. Reflek tendo
e. Fungsi sensoris
2. Hematologi
a. Tampilan umum
b. Kulit : (warna pucat, petekie, memar, perdarahan
membran mukosa atau dari luka suntikan atau
pungsi vena)
c. Abdomen (pembesaran hati, limpa)
31. 3. Kaji anak terhadap perilaku verbal dan nonverbal
yang mengindikasikan nyeri
4. Kaji tempat terkait untuk menilai luasnya tempat
perdarahan dan meluasnya kerusakan sensoris, saraf
dan motoris.
5. Kaji kemampuan anak untuk melakukan aktivitas
perawatan diri (misal : menyikat gigi)
6. Kaji tingkat perkembangan anak
7. Kaji Kesiapan anak dan keluarga untuk pemulangan
dan kemampuan menatalaksanakan program
pengobatan di rumah.
8. Kaji tanda-tanda vital (TD, N, S, Rr)
32. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko injuri b.d perdarahan
2. Nyeri b.d perdarahan dalam jaringan dan
sendi
3. Risiko kerusakan mobilitas fisik b.d efek
perdarahan pada sendi dan jaringan lain.
4. Perubahan proses keluarga b.d anak
menderita penyakit serius
33. Intervensi Keperawatan
DP I
Tujuan : Menurunkan risiko injuri
Intervensi :
1. Ciptakan lingkungan yang aman dan memungkinkan proses pengawasan
2. Beri dorongan intelektual / aktivitas kreatif
3. Dorong OR yang tidak kontak (renang) dan gunakan alat pelindung :
helm
4. Dorong orang tua anak untuk memilih aktivitas yang dapat diterima dan
aman
5. Ajarkan metode perawatan / kebersihan gigi.
6. Dorong remaja untuk menggunakan shaver hindari ROM pasif setelah
episode perdarahan akut.
7. Beri nasehat pasien untuk mengenakan identitas medis.
8. Beri nasehat pasien untuk tidak mengkonsumsi aspirin, bisa disarankan
menggunakan Asetaminofen.
34. DP 1
Tujuan : Sedikit atau tidak terjadi perdarahan
Intervensi :
1. Sediakan dan atur konsentrat faktor VIII + DDAVP
sesuai kebutuhan.
2. Berikan pendidikan kesehatan untuk pengurusan
penggantian faktor darah di rumah.
3. Lakukan tindakan suportif untuk menghentikan
perdarahan
• Beri tindakan pada area perdarahan 10 – 15 menit.
• Mobilisasi dan elevasi area hingga diatas ketinggian
jantung.
• Gunakan kompres dingin untuk vasokonstriksi.
35. DP II
Tujuan : Pasien tidak menderita nyeri atau menurunkan
intensitas atau skala nyeri yang dapat diterima anak.
Intervensi :
1. Tanyakan pada klien tengtang nyeri yang diderita.
2. Kaji skala nyeri.
3. Evaluasi perubahan perilaku dan psikologi anak.
4. Rencanakan dan awasi penggunaan analgetik.
5. Jika injeksi akan dilakukan, hindari pernyataan “saya akan
memberi kamu injeksi untuk nyeri”.
6. Hindari pernyataan seperti “obat ini cukup untuk orang
nyeri”.
7. “Sekarang kamu tidak membutuhkan lebih banyak obat
nyeri lagi”.
8. Hindari penggunaan placebo saat pengkajian/
penatalaksanaan nyeri.
36. DP III
Tujuan : Menurunkan resiko kerusakan mobilitas fisik.
Intervensi :
1. Elevasi dan immobilisasikan sendi selama episode
perdarahan.
2. Latihan pasif sendi dan otot.
3. Konsultasikan dengan ahli terapi fisik untuk program
latihan.
4. Konsultasikandengan perawat kesehatan masyarakat dan
terapi fisik untuk supervisi ke rumah.
5. Kaji kebutuhan untuk manajemen nyeri.
6. Diskusikan diet yang sesuai.
7. Support untuk ke ortopedik dalm rehabilitasi sendi.
37. • DP IV
Tujuan : Klien dapat menerima support
adekuat.
Intervensi :
1. Rujuk pada konseling genetik untuk
identifikasi kerier hemofilia dan beberapa
kemungkinan yang lain.
2. Rujuk kepada agen atau organisasi bagi
penderita hemofilia.