Para pelaku pariwisata Indonesia seyogyanya melakukan perencanaan yang matang dan terarah untuk menjawab tantangan sekaligus menangkap peluang yang akan “ bersliweran ” atau lalu lalang di kawasan kita. Pemanfaatan peluang harus dilakukan melalui pendekatan “ re-positioning ” keberadaan masing-masing kegiatan pariwisata dimulai dari sejak investasi, promosi, pembuatan produk pariwisata, penyiapan jaringan pemasaran internasional, dan penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas. Kesemuanya ini harus disiapkan untuk memenuhi standar internasional sehingga dapat lebih kompetitif dan menarik, dibandingkan dengan kegiatan yang serupa dari negara-negara disekitar Indonesia.
Menurut Pearce ada 6 komponen peran geografi pariwisata :
1) Pola keruangan penawaran (spatial patterns of supply)
2) Pola keruangan permintaan (spatial patterns of demand)
3) Geografi tempat-tempat wisata (the geography of resort)
4) Geografi dan aliran wisatawan (tourist movement and flows)
5) Dampak pariwisata (the impact of tourism)
6) Model-model keruangan pariwisata (models tourism space)
Data tersebut dapat diperoleh melalui survei instansional, survei lapangan, interpretasi citra dan peta, sedangkan penyajiannya dapat berupa peta dan tabel disesuaikan dengan skala perencanaan.
Para pelaku pariwisata Indonesia seyogyanya melakukan perencanaan yang matang dan terarah untuk menjawab tantangan sekaligus menangkap peluang yang akan “ bersliweran ” atau lalu lalang di kawasan kita. Pemanfaatan peluang harus dilakukan melalui pendekatan “ re-positioning ” keberadaan masing-masing kegiatan pariwisata dimulai dari sejak investasi, promosi, pembuatan produk pariwisata, penyiapan jaringan pemasaran internasional, dan penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas. Kesemuanya ini harus disiapkan untuk memenuhi standar internasional sehingga dapat lebih kompetitif dan menarik, dibandingkan dengan kegiatan yang serupa dari negara-negara disekitar Indonesia.
Menurut Pearce ada 6 komponen peran geografi pariwisata :
1) Pola keruangan penawaran (spatial patterns of supply)
2) Pola keruangan permintaan (spatial patterns of demand)
3) Geografi tempat-tempat wisata (the geography of resort)
4) Geografi dan aliran wisatawan (tourist movement and flows)
5) Dampak pariwisata (the impact of tourism)
6) Model-model keruangan pariwisata (models tourism space)
Data tersebut dapat diperoleh melalui survei instansional, survei lapangan, interpretasi citra dan peta, sedangkan penyajiannya dapat berupa peta dan tabel disesuaikan dengan skala perencanaan.
Mewujudkan tatanan masyarakat yang adil dan beradap, melalui pembangunan jiwa dan raga yang berbudaya dimulai dari diri pribadi yang berbudaya hingga Pemimpin yang berbudaya, dimulai dari Kampung Budaya hingga dengan Negara yang ber budaya.Dari sini akan tercipta Peradaban INDONESIA yang Beradab.
Materi dalam Talkshow : Menata Pariwisata Berkelanjutan Ramah Anak dalam Agenda Pemulihan Sektor Travel & Tourism Pasca Pandemi Covid-19. Tujuan penyelenggaraan kegiatan ini adalah sebagai refleksi upaya perlindungan anak di wilayah pariwisata yang selama ini telah dilakukan, serta agenda kedepan yang ingin dicapai oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia.
tentang teori sistem kepariwisataan yang telah berkembang di dunia dan sistem kepariwisataan berdasarkan UU 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan dan PP No. 50 Tahun 2011 tentang Ripparnas Tahun 2010-2025.
Setiap ilmu pasti tidak dapat berdiri sendiri, karena pasti akan saling berhubungan satu dengan lainnya.
Pariwisata erat kaitannya dengan struktur, bentuk, penggunaan lahan dan perlindungan bentang alam (landscape), selain itu juga terkait dengan kondisi alam, kondisi manusia, dan interaksi diantara keduanya.
Review Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan ...bramantiyo marjuki
Â
Review Proses Perencanaan Keruangan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan di Bukit Tekenang, Taman Nasional Danau Sentarum, Kapuas Hulu Kalimantan Barat Indonesia.
Pengembangan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional 2013Andrie Trisaksono
Â
Pengembangan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional 03.04.2013
oleh Drs. Ukus Kuswara, MM
SEKJEN Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
(materi ini adalah milik Kementerian Parekraf, saya upload hanya untuk membantu mensebar luaskannya saja).
Mewujudkan tatanan masyarakat yang adil dan beradap, melalui pembangunan jiwa dan raga yang berbudaya dimulai dari diri pribadi yang berbudaya hingga Pemimpin yang berbudaya, dimulai dari Kampung Budaya hingga dengan Negara yang ber budaya.Dari sini akan tercipta Peradaban INDONESIA yang Beradab.
Materi dalam Talkshow : Menata Pariwisata Berkelanjutan Ramah Anak dalam Agenda Pemulihan Sektor Travel & Tourism Pasca Pandemi Covid-19. Tujuan penyelenggaraan kegiatan ini adalah sebagai refleksi upaya perlindungan anak di wilayah pariwisata yang selama ini telah dilakukan, serta agenda kedepan yang ingin dicapai oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia.
tentang teori sistem kepariwisataan yang telah berkembang di dunia dan sistem kepariwisataan berdasarkan UU 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan dan PP No. 50 Tahun 2011 tentang Ripparnas Tahun 2010-2025.
Setiap ilmu pasti tidak dapat berdiri sendiri, karena pasti akan saling berhubungan satu dengan lainnya.
Pariwisata erat kaitannya dengan struktur, bentuk, penggunaan lahan dan perlindungan bentang alam (landscape), selain itu juga terkait dengan kondisi alam, kondisi manusia, dan interaksi diantara keduanya.
Review Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan ...bramantiyo marjuki
Â
Review Proses Perencanaan Keruangan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan di Bukit Tekenang, Taman Nasional Danau Sentarum, Kapuas Hulu Kalimantan Barat Indonesia.
Pengembangan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional 2013Andrie Trisaksono
Â
Pengembangan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional 03.04.2013
oleh Drs. Ukus Kuswara, MM
SEKJEN Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
(materi ini adalah milik Kementerian Parekraf, saya upload hanya untuk membantu mensebar luaskannya saja).
CULTURAL CENTRE & TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT. LEBAK BULUS, JAKARTA.Aditya Yudi Kurniawan
Â
THE MEMORY COLLECTIVE. Di dalam cerita-cerita masa lalu tersebut, dan nilai-nilai moral maupun kebijaksanaan yang terkandung di dalamnya, ingatan kolektif berperan penting di dalam memberikan makna dan konteks. Cerita rakyat menjadi alat bagi ingatan kolektif untuk memberi identitas suatu tempat.
Gubahan massa bangunan utama dan penunjang merujuk pada analogi cangkang bulus. Hal ini menjadi ide utama dari desain bangunan pusat budaya agar mempunyai nilai lokalitas dimana ia dibangun, serta menjadi rangsangan kepada ingatan bersama akan sejarah suatu tempat yang dapat memperkuat karakter serta ikatan emosional pengunjung dengan menyajikan pengamalan ruang yang berbeda.
MATERI UNTUK BIMTEK SADAR WISATA YANG DISELENGGARAKAN OLEH DINAS PARIWISATA PROVINSI SULAWESI TENGGARA TGL 15 OKTOBER 2015 DI HOTEL CLARION KOTA KENDARI
Uji Publik RUU Cagar Budaya (Sept - Okt 2010)Elanto Wijoyono
Â
Presentasi Uji Publik RUU Cagar Budaya ini dipresentasikan oleh Panja RUU Caf\gar Budaya pada 30 Sept - 2 Okt 2010 di Aceh, Makassar, Denpasar, dan Yogyakarta.
Strategi Penilaian dan ketahanan desa wisata di tengah kondisi kebiasaan baru...Akademi Desa 4.0
Â
Materi Kuliah Online #40 Jumat 18 September 2020, disampaikan oleh Anggi Januar Pratama dari Sustainable Tourism Policy Professional, Swisscontact Indonesia
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
4. TATA RUANG TRADISIONAL
Sistem pengaturan tata ruang tradisional ada
dua system yaitu:
1. Aturan geometris yang dikaitkan dengan
Kosmologis dan Agama
2. Aturan yang berkaitan dengan hubungan
Sosial Masyarakat
5. TATA RUANG MODERN
Akibat Perkembangan zaman, aturan agama dan
social digeser oleh factor teknologi dan ekonomi
sehingga memunculkan konsep “FORM FOLLOW
FUNCTION”
6. TATA RUANG
FORM FOLLOW FUNCTION memiliki kelemahan
yaitu tidak memiliki sifat manusiawi dalam
pelaksanaannya. Hal ini memunculkan sebuah
konsep baru yang lebih manusiawi yaitu “FORM
FOLLOWCULTURE”
15. PENGEMBANGAN KAWASAN TERBUKA
(OPEN DEVELOPMENT)
1. Skala pengembangan kawasan tumbuh menyatu dengan
struktur kehidupan baik ruang maupun pola masyarakat
2. Perkembangan Kawasan bersifat spontan/ tumbuh atas
inisiatif masyarakat local
3. Pengembangan yang berskala lebih kecil memberi peluang
bagi keterlibatan masyarakat dalam usaha jasa
kepariwisataan sehingga dampak ekonomi pariwisata
dapat diterima secara langsung dan besar oleh
masyarakat local
4. Memungkinkan interaksi lebih terbuka dan intens atara
wisatawan dengan masyarakat.
5. Pengembangan infrastruktur dapat memanfaat kan
langsung infrastruktur yang sudah ada.
16. PENGEMBANGAN KAWASAN SKALA TERTUTUP
(ENCLAVE-SCALE DEVELOPMENT)
1. Lokasi pengembangan yang dibentuk sebagai kawasan
pariwisata secara fisik terpisah dari komunitas local
2. Kawasan dikembangakan melalui perencanaan yang
cermat dan professional dan diproyeksikan untuk investor
dengan jaringan internasional sebagai pelaku utama usaha
jasa kepariwisataan
3. Interaksi ekonomi dan social antar masyarakat sangat
terbatas
4. Infrastruktur dan fasilitas di dalam kawasan
dikembangkan dan diprioritaskan untuk wisatawan
5. Pengembangakan enclave bertujuan untuk menarik
investor dan membangun image kuat untuk membantu
mempromosikan suatu kawasan
17. PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA TERPADU
(INTEGRATED DEVELOPMENT)
1. Secara fisik pengembangan kawasan dengan pola
keruangan yang tertata dan berdampingan dengan
komunitas local
2. Pengembangan yang terintegrasi memberikan peluang
keterlibatan masyarakat local dalam pengembangan usaha
dan jasa kepariwisataan baik secar langsung maupun tidak
langsung
3. Memungkinkan interaksi lebih terbuka dan intens atara
wisatawan dengan masyarakat.
4. Pengembangan infrastruktur dapat memanfaat kan
langsung infrastruktur yang sudah ada.
5. Karena dimungkinkan kemitraan antar kemitraan usaha
skala besar dan skal kecil maka penerimaan masyarakat
terhadap wisatawan relative baik dan terbuka
19. RENCANA TATA RUANG PARIWISATA
Area Yang Sudah
Berkembang
Area berkonservasi
A. TERSTRUKTUR
• Tatanan zona kegiatan
memiliki SISTEM YANG
UTUH antara zona
pemanfaatn dan zona
konservasi
• Memiliki ORIENTASI
KAWASAN YANG JELAS
melalui keberadaan suatu
pusat kawasan suatu pusat
kawasan sebagai orientasi
pengunjung
20. RENCANA TATA RUANG PARIWISATA
B. TERINTEGRASI
• Tatanan kawasan/ fungsi
kegiatan yang
mengambarkan
HUBUNGAN FUNGSIONAL
DAN SPASIAL YANG
KOMPAK DAN EFISIEN
antara satu kegiatan
dengan kegiatan yang
lainnya
21. RENCANA TATA RUANG PARIWISATA
C. MEMILIKI ORIENTASI WILAYAH Akses Laut
DAN GERBANG YANG JELAS
• Bentuk “gerbang” yang
tegas sebagai area transisi
dan area penerima ke
kawasan
Akses Darat
GATE
23. AMENITAS
Akomodasi, rumah makan, toko
cindramata, fasilitas penukaran uang,
biro perjalanan, pusat informasi
wisata
ATARKSI
Wisata alam, wisata
budaya, wisata minat
khusus
AKSES
Transportasi, fasilitas
terminal, bandara,
pelabuhan, dan moda
transportasi
ANCILLARY
Kelembagaan, peraturan dan
kebijakan yang mendukung
terlaksananya kegiatan
pariwisata
COMMUNITY ENVELOPMENT
Keterlibatan masyarakat
DESTINASI
PARIWISATA
24. ILUSTRASI KONSEP DESTINASI
Fasilitas Umum/ penunjang
Daya Tarik Wisata
(objek tunggal/ kawasan)
Masyarakat Lokal
Batas Geografi
Wilayah
Aksesibilitas/
pencapaian ke
daerah
Fasilitas
Pariwisata
Akses antara
objek
25. ILUSTRASI KONSEP
DAYA TARIK WISATA
ZONA
PENUNJANG
ZONA
PENGEMBANGAN
ZONA
PENYANGGA
ZONA INTI
Daya Tarik Wisata
(objek tunggal/
kawasan)
Area pendukung/
pelindung zona inti
Area yang diperuntukan
bagi pengembangan
potensi ODTW baik itu
kepentingan rekreasi,
daerah konservasi
lingkungan alam,
lansekap budaya,
kehidupan budaya
tradisional, keagamaan,
dan kepariwisataan
Area yang
diperuntukkan bagi
sarana dan
prasarana penunjang
serta untuk kegiatan
komersial dan
rekreasi umum
26. PENGERTIAN
Zona adalah kawasan atau
area yang memiliki fungsi dan
karakteristik lingkungan yang
spesifik.
Zoning adalah pembagian
kawasan ke dalam beberapa
zona sesuai dengan fungsi dan
karakteristik semula atau
diarahkan bagi pengembangan
fungsi-fungsi lain.
27. TUJUAN
Mengatur kepadatan penduduk dan intensitas
kegiatan.
Mengatur keseimbangan dan keserasian
peruntukan tanah dan menentukan tindak atas
suatu satuan ruang.
Melindungi kesehatan, keamanan dan
kesejahteraan masyarakat.
Mencegah kesemrawutan, menyediakan
pelayanan umum yang memadai serta
meningkatkan kualitas hidup.
Meminimalkan dampak pembangunan yang
merugikan.
Memudahkan pengambilan keputusan secara
tidak memihak dan berhasil guna serta
mendorong peran serta masyarakat.