Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
ANALISIS USAHA PEMBIBITAN CABE
1. 1
ANALISIS FAKTOR PENDAPATAN USAHATANI PEMBIBITAN CABE (Capsicum Annum L.)
(Studi Kasus di Desa Pujon Kabupaten Malang)
Dwita Indrarosa
ABSTRAK
Usahatani merupakan kegiatan manajerial pelaku utama agribisnis pertanian dalam mengelola/memanfaatkan sumberdaya pertanian yang ada secara efektif, efisien dalam rangka meningkatkan pendapatan usahataninya. Tujuan utama pelaku agribisnis adalah memaksimumkan keuntungan. Keuntungan maksimum diperoleh jika pengalokasian input produksi dilakukan secara optimal.
Pengkajian ini bertujuan untuk menganalisis apakah usahatani pembibitan cabe layak dikembangkan, dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani serta menganalisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani pembibitan cabe.
Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui suatu usaha dapat dikembangkan atau tidak digunakan analisis finansial yaitu Return Cost Ratio (R/C), untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani digunakan persamaan fungsi keuntungan Cobb Douglas, dan untuk analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi digunakan perbandingan antara nilai produk marginal (NPM) dengan harga input (Px).
Hasil analisis finansial untuk mengetahui suatu usaha layak atau tidak untuk dikembangkan diperoleh nilai R/C sebesar 1,54 yang artinya setiap pengeluaran biaya sebesar satu rupiah terhadap input yang diberikan akan memperoleh penerimaan sebesar 1,54 rupiah. Jumlah penerimaan usahatani pembibitan cabe untuk luas lahan 17 m2 adalah sebesar Rp 1.678.500,- dengan pengeluaran sebanyak Rp 1.093.465,-. Maka dengan demikian usahatani ini secara finansial layak dikembangkan.
Faktor-faktor yang berpengaruh nyata pada pendapatan usahatani pembibitan cabe adalah harga media tanam, harga pupuk, dan luas lahan. Untuk harga pupuk dan luas lahan berpengaruh positif, sedangkan harga media tanam berpengaruh negatif.
Kata Kunci : Cabe, R/C Ratio, Efisiensi Faktor Produksi
2. 2
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usahatani merupakan kegiatan manajerial pelaku utama bisnis pertanian dalam mengelola/memanfaatkan semua sumberdaya pertanian yang ada agar mereka mampu melakukan kegiatan usaha yang efektif, efisien dalam rangka meningkatkan kegiatan produksi dan produktivitas sehingga meningkatkan pendapatan untuk mencapai kesejahteraan bagi keluarga.
Indikator kesejahteraan bagi keluarga adalah: (a) tercukupi kebutuhan pangan yang bergizi, (b) terpenuhinya sandang yang layak pakai, (c) adanya papan yang layak huni, (d) adanya biaya untuk menjaga kesehatan keluarga, (e) adanya biaya untuk sekolah anak, dan (f) dapat melakukan kegiatan rekreasi keluarga. Indikator-indikator tersebut dapat dipenuhi jika pendapatan keluargatani dari usahataninya dapat memenuhi kebutuhan dari indikator- indikator tersebut.
Namun kenyataan dilapangan dimana semakin sempitnya lahan pertanian akibat perubahan penggunaan lahan di Indonesia, merupakan tantangan bagi petani lahan sempit untuk meningkatkan efisiensi usahataninya melalui alokasi penggunaan faktor-faktor produksi secara efisien. Usahatani pada sub sistem agroinput, yaitu pembibitan bisa merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan pendapatan usahatani petani kecil dengan cara alokasi penggunaan input faktor produksi yang efisien sehingga produksi yang diperoleh optimum dan dapat mencapai keuntungan yang maksimum. Selain itu usahatani pembibitan cabe dengan luas lahan yang sempit diharapkan dapat memberikan pendapatan yang lebih menguntungkan dalam jangka waktu yang singkat dibandingkan dengan usahatani yang lain seperti budidaya komoditas cabe itu sendiri.
3. 3
1.2 Tujuan Pengkajian
Secara umum tujuan dari pengkajian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana efisiensi usahatani pembibitan cabe dapat meningkatkan pendapatan usahatani petani bibit. Secara khusus, pengkajian bertujuan untuk:
1. menganalisis usahatani bibit cabe apakah dapat dikembangkan dan memberikan keuntungan untuk peningkatan pendapatan usahatani
2. menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani pembibitan
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Hasil Pengkajian Terdahulu
Pengkajian ini menggunakan metode analisis return cost ratio (R/C), dalam analisis ini tidak menghitung bunga modal karena perputaran penggunaan modal sangat cepat sesuai dengan periode pembibitan cabe yaitu 25-30 hari.
Nurung (2002) juga melakukan pengkajian yang bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan dan efisiensi alokatif penggunaan input tidak tetap pada usahatani padi. Faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan dianalisis dengan menggunakan model Fungsi Keuntungan Unit Output Price (UOP) Cobb Douglas. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi keuntungan usahatani padi secara negatif (menyebabkan keuntungan menurun) adalah biaya pupuk SP-36 dan biaya tenaga kerja. Sedangkan untuk luas lahan dan jumlah hari kerja berpengaruh positif terhadap keuntungan, yang artinya penggunaan faktor tersebut dapat meningkatkan keuntungan. Sementara itu alokasi penggunaan input pupuk SP- 36, bibit, dan tenaga kerja tidak efisien.
Indonesia yang memiliki keunggulan komparatif sebagai negara agribisnis, sampai saat ini belum memiliki industri perbenihan yang mampu
4. 4
mendukung perkembangan agribisnis secara keseluruhan. Dimana penyediaan benih/bibit komoditas agribisnis di Indonesia, baik kelompok hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan masih memprihatinkan.
2.2 Analisis Usahatani
Analisis usahatani atau disebut juga analisis finansial adalah cara untuk membandingkan taksiran pendapatan yang akan diperoleh dari penjualan hasil dengan biaya produksi atau taksiran pengeluaran yang akan dikeluarkan dari mulai tanam sampai panen (SEARCA dan Pusbangdiktan, 2001).
Analisis finansial dilakukan untuk melihat kelayakan usaha yang dilakukan oleh petani bibit dalam berusahatani, yang artinya apakah pendapatan/penerimaan yang akan diperoleh lebih besar dari biaya yang akan dikeluarkan sehingga menunjukkan usahatani tersebut menguntungkan atau tidak.
Penerimaan Usahatani
Penerimaan usahatani adalah seluruh nilai uang yang diterima dari semua cabang produksi selama jangka waktu tertentu. Penerimaan berasal dari penjualan produk, bahan-bahan, dan sebagainya (Nugroho, 1995). Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual yang dapat dinyatakan dengan rumus matematik, yaitu:
TR = Y . Py (Rahim dan Hastuti, 2007)
dimana TR = penerimaan, Y = produksi, dan Py = harga jual produk.
Pengeluaran Usahatani
Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas (sumber non kas yang dapat diubah menjadi barang atau jasa) yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa mendatang (Anonymous, 2008).
5. 5
Secara grafis bentuk dari biaya tetap dan biaya variabel disajikan dalam
bentuk gambar pada Gambar 2.
Penentuan biaya tetap dan biaya variabel tergantung pada sifat dan
waktu pengambilan keputusan tersebut (Rahim dan Hastuti, 2007), dan cara
penghitungan biaya tetap adalah sebagai berikut:
n
i
i xi FC X P
1
, dimana Xi = banyaknya input ke-i
Pxi = harga dari variabel Xi (input)
n = banyaknya input
Dari rumus tersebut dapat digunakan untuk menghitung biaya total (total cost/TC)
dan biaya tidak tetap total (total variable cost/TVC) dengan rumus:
TC = TFC + TVC
biaya total dalam bentuk grafik disajikan dalam bentuk gambar kurva total biaya
pada Gambar 3.
Biaya
Output
FC
Biaya
Output
VC
Gambar 2. Grafik Biaya Tetap (FC) dan Biaya Variabel (VC)
6. 6
0 Q
TFC
TC TVC
Biaya
Total
Gambar 3. Kurva Total Biaya.
Pada Gambar 3, kurva TFC merupakan garis lurus yang menggambarkan
biaya yang penggunaannya dalam jumlah tetap dalam satu periode produksi,
sedangkan untuk kurva TVC menunjukkan adanya hubungan antara biaya-biaya
variabel dengan output.
Dua hal yang ditunjukkan pada Gambar 3, yaitu: pertama, apabila output
sama dengan nol, maka biaya total ditentukan oleh biaya tetap. Artinya walaupun
perusahaan tidak berproduksi, maka perusahaan harus tetap mengeluarkan
biaya produksi. Kedua, bentuk kurva biaya total mengikuti bentuk kurva biaya
variabel jangka pendek sesuai dengan perubahan input yang digunakan. Dalam
jangka panjang semua biaya dianggap berubah.
Biaya tetap yang digunakan dalam proses produksi dapat berupa biaya
penyusutan asset tetap, yaitu biaya peralatan yang digunakan untuk proses
produksi.
Pendapatan Usahatani
Soekartawi (1986) mendefinisikan pendapatan usahatani sebagai berikut:
1. pendapatan kotor usahatani (gross farm income) adalah sebagai nilai produk
total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik dijual maupun tidak dijual.
7. 7
Produk total usahatani tersebut mencakup semua produk yang dijual,
dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk bibit atau
makanan ternak, untuk pembayaran maupun produk yang disimpan di
gudang pada akhir tahun.
2. pendapatan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya
yang digunakan dalam produksi. Nisbah pendapatan kotor per hektar atau
per unit kerja dapat dihitung untuk menunjukkan intensitas operasi usahatani.
3. pengeluaran total usahatani (total farm expense) adalah sebagai nilai semua
masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi, tetapi tidak
termasuk tenaga kerja keluarga petani. Sehingga pengeluaran yang dihitung
dalam tahun pembukuan adalah yang dikeluarkan untuk menghasilkan
produk dalam tahun pembukuan tersebut.
4. pengeluaran tidak tetap (variable cost) adalah sebagai pengeluaran yang
digunakan untuk tanaman atau ternak tertentu dan jumlahnya berubah
sebanding dengan besarnya produksi tanaman atau ternak itu.
5. pengeluaran tetap (fixed cost) adalah sebagai pengeluaran usahatani yang
tidak tergantung pada besarnya produksi.
Return Cost Ratio (R/C)
Menurut Soekartawi (2002), R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio,
atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya.
Secara matematik, hal ini dituliskan sebagai berikut:
R P Y y .
C FC VC
R C P Y FC VC y / . /
dimana:
R = penerimaan
C = biaya
Py = harga output
Y = output
8. 8
FC = biaya tetap (fixed cost)
VC = biaya variabel (variable cost)
Dengan kriteria:
jika R/C > 1, usahatani untung sehingga usahatani layak untuk dikembangkan;
jika R/C < 1, usahatani rugi sehingga usahatani tidak layak dikembangkan; dan
jika R/C = 1, usahatani berada pada titik impas atau berada pada titik break even point artinya usahatani tidak untung dan tidak rugi.
III KERANGKA KONSEP PENGKAJIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Pelaku utama pertanian di Indonesia didominasi oleh petani kecil, + 80% dari + 37 juta petani. Petani kecil dicirikan dengan: (1) pendapatannya yang rendah, yaitu setara 240 kg beras per kapita per tahun, (2) luas lahan yang sempit, yaitu rata-rata minimal < 0,17 ha di luar Jawa dan < 0,10 ha di pulau Jawa, (3) kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas, dan (4) petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamik (Soekartawi, Soeharjo, Dillon, dan Hardaker, 1986).
Kepemilikan lahan yang semakin menyempit dengan percepatan di Pulau Jawa lebih cepat dari pulau lainnya mengakibatkan peningkatan pendapatan untuk kesejahteraan sulit diperoleh. Untuk itu perlu dicari solusi pemecahan melalui efisiensi usahatani pada sub sistem agribisnis khususnya pada agroinput, yaitu dengan usaha pembibitan, karena: (1) dapat menciptakan peluang usaha bagi petani yang mempunyai lahan sempit, dan (2) efisiensi waktu bagi pelaku usahatani “on farm” dalam berproduksi karena sudah tersedianya bibit yang unggul.
Untuk mengkaji pengembangan kegiatan usahatani agar dapat meningkatkan pendapatan petani perlu dilihat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani pembibitan cabe, dan analisa finansial untuk melihat kelayakan usahatani yang dilaksanakan. Dengan demikian diharapkan hasil dari
9. 9
analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani pembibitan cabe dan analisis finansial dapat meningkatkan pendapatan usahatani.
IV. BAHAN DAN METODE PENGKAJIAN
Pada pengkajian ini pembibitan dilakukan dengan menggunakan plastik kecil yang berukuran kurang lebih 12 cm x 8 cm. Plastik yang telah tersedia dilubangi bagian samping dan bawahnya untuk membuang kelebihan air yang kemudian diisi dengan media tanam berupa tanah dan pupuk kandang halus dengan perbandingan campurannya adalah 2 ember : 1 ember.
Pembibitan cabe hendaknya dilakukan tiga kali dengan selang waktu satu dan dua minggu. Satu minggu setelah penyemaian pertama, benih disemai lagi sebanyak 5% dari seluruh kebutuhan bibit, begitu pula dengan minggu ke dua. Dengan demikian, akan tersedia cadangan bibit sebanyak 10% yang digunakan untuk menyulam tanaman di lahan yang mati, cacat, atau terserang hama dan penyakit.
Dua contoh jenis atau varietas cabe unggul yang banyak dan layak dibudidayakan secara komersial serta populer dikalangan petani (Wiryanta, 2006):
Hot Beauty F1 (Cabe besar hibrida), dengan karakteristik:
tanaman tegak, agak tinggi, kuat, dan subur
tahan terhadap serangan virus
umur panen 95 hst
warna buah muda hijau tua dan berubah merah saat masak
produksi buah mencapai 140 buah dengan berat rata-rata7,5g per buah
panjang buah 13cm dengan garis tengah 1,4cm
dagingnya tipis, sangat pedas.
10. 10
TM 999 F1 (cabe keriting hibrida) dengan karakteristik:
pertumbuhan tanaman kuat dan tinggi
tanaman terus menerus berbunga sehingga waktu panennya lama
cocok untuk dataran rendah
panjang buah 12,5cm dengan diameter 0,8cm
berat buah 5-6 gram
potensi hasil 0,8-1,2 kg per tanaman
Umur panen 90 hst di dataran rendah dan 105 hst di dataran tinggi.
4.1 Tempat dan Waktu Pengkajian
Pengkajian dilakukan di Desa Pujon Kabupaten Malang yang dilakukan pada bulan Januari-April 2013.
4.2 Metode Penentuan Sampel
Populasi dari pengkajian ini adalah petani yang merupakan petani bibit cabe di Desa Pujon dengan jumlah populasi sebanyak 21 orang, maka seluruhnya sebagai responden, dimana pengkajian ini dilakukan dengan metode sensus.
4.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan metode wawancara langsung dengan petani responden menggunakan kuisioner sebagai alat bantu pengumpulan data. Data sekunder diperoleh dengan metode pencatatan, dokumentasi dari lembaga atau instansi terkait yang mendukung penyelesaian pengkajian ini,
4.4. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam pengkajian ini meliputi metode return cost ratio (R/C), analisis regresi untuk fungsi keuntungan sebagai metode
11. 11
analisis untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani dan analisis perbandingan antara Nilai Produk Marginal (NPMx) dengan harga faktor produksinya (Px) untuk mengetahui tingkat efisiensi usahatani pembibitan cabe.
V.HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisis Usahatani Pembibitan Cabe
Hasil perhitungan analisis usahatani pembibitan cabe yang tampak pada Tabel 1, menunjukkan nilai R/C sebesar 1,54 yang diartikan bahwa usahatani pembibitan cabe menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. Nilai R/C sebesar 1,54 dapat diartikan bahwa setiap pengeluaran biaya sebesar satu rupiah (Rp 1,-) dalam usahatani ini akan memperoleh penerimaan sebesar 1,54 rupiah. Sehingga secara finansial usahatani ini akan memperoleh keuntungan. Hasil analisis usahatani pembibitan cabe tersebut disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisis Kelayakan Usahatani Pembibitan Cabe FAKTOR PRODUKSI RATA-RATA JUMLAH PENGGUNAAN INPUT HARGA INPUT (Rp) RATA-RATA (Rp)
Penerimaan:
Produksi
16.785
100
1.678.500
Pengeluaran:
Benih (butir)
21.087
30
632.610
Pupuk (kilogram)
189
345
65.265
Media Tanam (kilogram)
1.895
31
59.569
Polybag (potong)
21.087
4
74.286
Obat-obatan (liter)
10
1.231
11.786
Tenaga Kerja (upah per polybag)
21.087
7
152.127
Sewa Lahan (m2)
17
1.585
27.151
Biaya Penyusutan Alat & Mesin
1.059
Biaya Naungan
77.316
Total Pengeluaran
1.093.465
Pendapatan Usahatani
585.035
R/C
1,54
12. 12
Selanjutnya secara rinci variabel-variabel yang masuk dalam analisis kelayakan usahatani pembibitan cabe diuraikan dalam pembahasan berikut ini:
Pendapatan Usahatani Pembibitan Cabe
Pendapatan usahatani pembibitan cabe untuk per 17m2 pada saat pengkajian dengan periode tanam selama 25-30 hari adalah sebesar Rp 585.035,- untuk produksi sebanyak 16.785 polybag bibit cabe, sehingga pendapatan per polybagnya sebesar Rp 35,-. Jika dibandingkan dengan usahatani budidaya cabe varietas TM 999, maka usahatani pembibitan cabe lebih menguntungkan. Keuntungan usahatani budidaya cabe per hektar per bulan adalah sebesar Rp 6.927.479,- dan jika dikonversikan per 17m2 sebagai perbandingan dengan usaha pembibitan cabe maka keuntungannya adalah Rp 11.777,-. Perbandingan pendapatan antara usahatani pembibitan cabe dengan usahatani budidaya cabe secara jelas disajikan dalam bentuk tabel pada Tabel 2.
Tabel 2. Perbandingan Pendapatan antara Usahatani Pembibitan Cabe dengan
Usahatani Budidaya Cabe Uraian Usahatani Pembibitan Cabe (Rp) Usahatani Budidaya Cabe (Rp)
Lama usaha
25-30 hari
6 bulan
Luas usaha
17 m2
1 ha
Pendapatan
585.035
41.564.874
Pendapatan per bulan
585.035
6.927.479
Pendapatan per 17m2 per bulan
585.035
11.777
Berdasarkan perbandingan pendapatan kedua usahatani memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingan usahatani budidaya cabe dan dapat meningkatkan pendapatan usahatani petani pembibitan cabe sehingga usahatani ini secara ekonomis dapat dikembangkan.
13. 13
Pengeluaran Usahatani Pembibitan Cabe
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk usahatani pembibitan cabe meliputi biaya sewa lahan, biaya benih, biaya pupuk, biaya media tanam, biaya obat- obatan, upah tenaga kerja, biaya penggunaan plastik polybag, biaya naungan, dan biaya penyusutan alat pertanian yang keseluruhannya merupakan biaya produksi. Sedangkan biaya produksi yang dikeluarkan untuk usahatani budidaya cabe meliputi (1) biaya penyiapan lahan, (2) biaya pembibitan dan penanaman, dan (3) biaya pemeliharaan tanaman dan panen.
Berikut perbandingan pengeluaran biaya antar usahatani pembibitan cabe dengan usaha budidaya cabe (Tabel 3).
Tabel 3. Perbandingan Pengeluaran antara Usahatani Pembibitan Cabe dengan Usahatani Budidaya Cabe Uraian Usahatani Pembibitan Cabe (Rp) Usahatani Budidaya Cabe (Rp)
Lama usaha
25-30 hari
6 bulan
Luas usaha
17 m2
1 ha
Biaya produksi
1.093.465
34.935.125
Biaya produksi per bulan
1.093.465
5.822.521
Biaya produksi per 17 m2 per bulan
1.093.465
9.898
Tabel 3 menunjukkan bahwa bila dibandingkan antara pengeluaran usahatani pembibitan cabe dengan usahatani budidaya cabe per bulannya nampak bahwa pengeluaran biaya usahatani pembibitan cabe lebih sedikit dibandingkan dengan pengeluaran usaha untuk budidaya cabe.
5.2. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Pembibitan Cabe
Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani pembibitan cabe disajikan pada Tabel 4
14. 14
Tabel 4. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Pembibitan Cabe Variabel Koefisien Regresi Thitung Sig. (Constant) -14,723 -2,895 0,012 Harga Benih (Rp/butir) -1,219 -0,844 0,413 Harga Pupuk (Rp/kg) 0,095* 2,676 0,018 Harga Media Tanam (Rp/kg) -3,595* -2,528 0,024 Upah Tenaga Kerja (Rp) -0,968 -1,425 0,176 Luas Lahan (m2) 0,205* 2,571 0,022 Penyusutan Alat (Rp) -0,048 -0,690 0,501 R (Multiple R) R Square R Square (Adjusted) F hitung = 0,789 = 0,623 = 0,461 = 3,851
Keterangan:
(*)
= signifikan pada taraf 0,05
F tabel 0,1
= 4,456
F tabel 0,05
= 2,848
Sign. F
= 0,018
t tabel 0,01
= 2,977
t tabel 0,05
= 2,145
α
= 0,05
Dari Tabel 4, diketahui bahwa nilai Fhitung > Ftabel dengan selang kepercayaan 95% (α = 0,05), yang artinya secara bersama-sama semua variabel input mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan usahatani dengan taraf signifikansi sebesar 0,018 atau dengan kata lain bahwa model regresi yang dihasilkan layak digunakan. Untuk melihat kelayakan dari model yang digunakan selain dengan cara uji F, dapat pula di lihat dari matrik korelasi antara produksi dengan faktor-faktor produksi yang masuk dalam model, nilai VIF, tolerance, nilai residual berdistribusi normal, dan dengan melihat sebaran dari residual terhadap estimasi produksi secara grafis. Sumber untuk melihat ketepatan model tersebut dapat di lihat pada hasil output analisis dengan menggunakan alat analisis SPSS.
Hasil analisis fungsi keuntungan dengan menggunakan analisis regresi juga menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) dengan jumlah responden
15. 15
sebanyak 21 petani bibit cabe dan dengan variabel sebanyak enam variabel sebesar 0,62 yang artinya variabel harga benih, harga pupuk, harga media tanam, upah tenaga kerja, luas lahan, dan penyusutan alat pertanian (input harga variabel dan input variabel tetap yang dimasukkan ke dalam model) dapat menjelaskan variabel pendapatan usahatani sekitar 62%, dan sisanya dijelaskan oleh faktor lain di luar model.
Variabel harga benih, dan upah tenaga kerja, bertanda negatif namun tidak nyata atau tidak bermakna secara statistik dengan taraf signifikansi masing- masing sebesar 0,413 dan 0,176. Nilai koefisien regresi dari variabel tersebut adalah sebesar 1,219 untuk variabel harga benih dan 0,968 untuk variabel upah tenaga kerja.
Hasil koefisien regresi untuk variabel harga media tanam yang digunakan dalam model fungsi keuntungan juga bertanda negatif dan nyata pada taraf signifikansi sebesar 0,024 terhadap pendapatan dengan nilai koefisiensi regresinya sebesar 3,595 yang artinya dengan adanya kenaikan harga media tanam, maka pendapatan yang diperoleh akan menurun sebesar 3,60%. Variabel media tanam berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani disebabkan karena variabel ini merupakan variabel media tanam yang lebih banyak digunakan dibandingkan dengan pupuk, sehingga dengan adanya kenaikan dari harga media tanam sangat berpengaruh terhadap pendapatan.
Sementara itu variabel harga pupuk memiliki hubungan yang positif nyata dengan taraf signifikansi 0,018 terhadap pendapatan dan nilai koefisien regresinya adalah sebesar 0,095. Dengan adanya kenaikan harga pupuk tidak berpengaruh terhadap pendapatan karena perbandingan kenaikkan harga pupuk dengan penggunaan pupuk masih lebih kecil sehingga kenaikkan harga pupuk masih dapat meningkatkan pendapatan usahatani.
16. 16
Sedangkan variabel tetap yang dimasukkan ke dalam model masing- masing adalah luas lahan dan biaya penyusutan alat. Nilai koefisien regresi untuk luas lahan adalah 0,205 yang berhubungan positif terhadap keuntungan dan berpengaruh nyata pada taraf signifikansi 0,022 sehingga dengan adanya penambahan luas lahan sebesar satu persen akan mempengaruhi keuntungan sebesar 0,21%, dan biaya penyusutan bertanda negatif senilai 0,048 sehingga apabila ada kenaikan biaya penyusutan alat sebesar satu persen akan menurunkan keuntungan usahatani sebesar 0,05% namun tidak berpengaruh secara nyata terhadap keuntungan dengan taraf signifikansinya sebesar 0,501.
VI. KESIMPULAN
6.1.Kesimpulan
Dari hasil pengkajian, maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara finansial usahatani pembibitan cabe yang dilakukan oleh petani di Desa Pujon Kabupaten Malang layak untuk dikembangkan dengan nilai R/C sebesar 1,54 yang artinya setiap investasi atau biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan input Rp 10.000,- akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 15.400,-.
2. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata pada pendapatan usahatani pembibitan cabe adalah harga media tanam, harga pupuk, dan luas lahan. Untuk harga pupuk dan luas lahan berpengaruh positif, sedangkan harga media tanam berpengaruh negatif.
17. 17
DAFTAR PUSTAKA
Beattie, B.R. dan Taylor, C.R. 1996. Ekonomi Produksi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Chairudin, Rudi. 2000. Analisis Efisiensi Ekonomi pada Usahatani Padi Lebak (Studi Kasus di Desa Kotadaro, Kec. Tanjung Raja, Kab. Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan). Tesis. Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang (Tidak Dipublikasikan).
Chand, R. dan Kaul, J.L. 1986. A Note on The Use of The Cobb-Douglas Profit Function. American Journal Vol. 68, p. 162 – 164.
Doll, J.P. dan Orazen. F. 1984. Production Economics Theory with Applications. 2nd. John Wiley and Sons. Singapura.
Gujarati, Damodar dan Zain, Sumarno. 2006. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta.
Hadi, P.U. 1989. Alternatif Kebijakan Harga untuk Meningkatkan Produksi Padi Sawah dan Pendapatan Petani. Jurnal Agro Ekonomi Vol. 8 (2), p. 46 – 63.
Hakim, Abdul. 2004. Statistika Deskriptif untuk Ekonomi dan Bisnis. Ekonisia Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta.
Harsono. 2000. Analisis Total Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi Sawah (RTPPS) dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya di Kabupaten Tulungagung. Disertasi, Program Pascasarjana. Universitas Airlangga. Surabaya.
Henderson, J.H. dan Quant, R.E. 1980. Microeconomic Theory; A Mathematical Approach, 3-nd ED. McGraww-hill International Book Company.
Miller, R.L. dan Meiners, R.E. 2000. Teori Mikroekonomi Intermediate. Terjemahan, Haris Munandar. Raya Grafindo Persada. Jakarta.
Mustadjab, Muslich. 1994. Alokasi Sumberdaya Pertanian dan Usaha Konservasi Tanah pada Usahatani Lahan Kering dengan Status Penggunaan Lahan yang Berbeda. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Padjajaran. Bandung.
Pindyck, R.S. dan Rubenfeld, D.L. 1990. Econometric Models and Economic Forecast, Third Edition. McGraw-Hill. New York.
Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. Rajawali Press. Jakarta.
Susantun, Indah. 2000. Fungsi Keuntungan Cobb-Douglas dalam Pendugaan Efisiensi Ekonomi Relatif. Jurnal Ekonomi Pembangunan Kajian Ekonomi Negara Berkembang Vol. 5 (2), p. 149 – 162.