Definisi dan Klasifikasi dari Dermatofitosis & Non - Dermatofitosis
Etiologi & Faktor Risiko dari Dermatofitosis & Non -Dermatofitosis
Patogenesis Dermatofitosis & Non - Dermatofitosis
Patofisiologi dan Manifestasi Klinis Dermatofitosis & Non -Dermatofitosis
Diagnosis (Anamnesis,P.Fisik,P.Penunjang) dari Dermatofitosis & Non-Dermatofitosis
Penatalaksanaan [ Farmako & Non – farmako
( Edukasi, Pencegahan ) ] dari Dermatofitosis & Non -Dermatofitosis
7. Prognosis dari Dermatofitosis & Non-Dermatofitosis
This is a brief introduction regarding selected rheumatic autoimmune disease for laymen. Some of these figures in the slides were cited from textbook and another authors elesewhere, and some of them were photos of patient taken with their permission
Pemakaian diuretik sebagai terapi edema telah dimulai sejak abad ke-16. HgCl2 diperkenalkan oleh Paracelcus sebagai diuretik.
1930 Swartz menemukan bahwa sulfanilamide sebagai antimikrobial dapat juga digunakan untuk mengobati edema pada pasien payah jantung, yaitu dengan meningkatkan eksresi dari Na+. Diuretik modern semakin berkembang sejak ditemukannya efek samping dari obat-obat antimikroba yang mengakibatkan perubahan komposisi dan output urine.
Penyakit autoimun terjadi ketika respon autoimun atau respon sistem kekebalan tubuh mengalami gangguan kemudian menyerang jaringan tubuh itu sendiri sehingga memunculkan kerusakan jaringan atau gangguan fisiologis, padahal seharusnya sistem imun hanya menyerang organisme atau zat-zat asing yang membahayakan tubuh.
Definisi dan Klasifikasi dari Dermatofitosis & Non - Dermatofitosis
Etiologi & Faktor Risiko dari Dermatofitosis & Non -Dermatofitosis
Patogenesis Dermatofitosis & Non - Dermatofitosis
Patofisiologi dan Manifestasi Klinis Dermatofitosis & Non -Dermatofitosis
Diagnosis (Anamnesis,P.Fisik,P.Penunjang) dari Dermatofitosis & Non-Dermatofitosis
Penatalaksanaan [ Farmako & Non – farmako
( Edukasi, Pencegahan ) ] dari Dermatofitosis & Non -Dermatofitosis
7. Prognosis dari Dermatofitosis & Non-Dermatofitosis
This is a brief introduction regarding selected rheumatic autoimmune disease for laymen. Some of these figures in the slides were cited from textbook and another authors elesewhere, and some of them were photos of patient taken with their permission
Pemakaian diuretik sebagai terapi edema telah dimulai sejak abad ke-16. HgCl2 diperkenalkan oleh Paracelcus sebagai diuretik.
1930 Swartz menemukan bahwa sulfanilamide sebagai antimikrobial dapat juga digunakan untuk mengobati edema pada pasien payah jantung, yaitu dengan meningkatkan eksresi dari Na+. Diuretik modern semakin berkembang sejak ditemukannya efek samping dari obat-obat antimikroba yang mengakibatkan perubahan komposisi dan output urine.
Penyakit autoimun terjadi ketika respon autoimun atau respon sistem kekebalan tubuh mengalami gangguan kemudian menyerang jaringan tubuh itu sendiri sehingga memunculkan kerusakan jaringan atau gangguan fisiologis, padahal seharusnya sistem imun hanya menyerang organisme atau zat-zat asing yang membahayakan tubuh.
Alzheimer merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf di dalam otak. Penyakit ini dapat menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari, ingatan yang tidak terorganisir, dan berkurangnya data ingat. Alzheimer bisa disebabkan oleh genetik dan riwayat keluarga yang memiliki penyakit Alzheimer sebelumnya, bertambahnya usia, trauma kepala berat dan berulang, gaya hidup yang tidak sehat.
Tanda dan gejala Alzheimer
1. Kehilangan ingatan jangka pendek
2. Disorientasi spasial, lupa tempat dan hari
3. Penurunan kemampuan bicara dan membaca
4. Perubahan kepribadian dan perilaku
Penanganan Alzheimer :
Saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan Alzheimer, namun ada pengobatan yang bisa memperlambat progresifitasnya:
Obat-obatan: Seperti donepezil, rivastigmine, atau memantine.
Terapi perilaku: Mengatasi gejala seperti kecemasan atau agresi.
Intervensi lingkungan: Membuat lingkungan yang aman dan mendukung.
Aktivitas dan terapi: Seperti musik atau terapi seni.
Upaya pencegahan meliputi:
Pendidikan: Terus belajar dan mental aktif.
Aktivitas fisik: Teratur berolahraga.
Diet sehat: Diet Mediterania misalnya, yang kaya akan sayuran, buah, dan protein tanpa lemak.
Kontrol medis: Mengelola kondisi medis seperti diabetes, hipertensi.
Hindari trauma kepala: Menggunakan helm saat bersepeda, pengaman saat mengemudi.
Seiring waktu, komplikasi dapat mencakup:
Gangguan berkomunikasi yang parah.
Ketidakmampuan untuk merawat diri sendiri.
Ketidakmampuan untuk mengenali orang terdekat.
Penurunan berat badan yang signifikan.
Komplikasi kesehatan lain seperti pneumonia.
Proses diagnosis melibatkan:
Riwayat Medis: Mendiskusikan gejala, riwayat keluarga.
Pemeriksaan Fisik: Termasuk tes neurologis.
Tes Lab: Seperti tes darah.
Pemindaian Otak: MRI atau CT scan untuk melihat anomali.
Evaluasi Mental: Untuk menilai fungsi kognitif.
Alzheimer pada lansia sering memunculkan gejala sebagai berikut:
Kesulitan mengingat kejadian atau percakapan baru-baru ini.
Kesulitan menyelesaikan tugas sehari-hari.
Kehilangan kemampuan berorientasi waktu atau tempat.
Kesulitan dalam berbicara atau menulis.
Menarik diri dari aktivitas sosial.
Perubahan mood atau kepribadian.
Penyebab pasti Alzheimer masih dalam penelitian, namun ada beberapa faktor yang dianggap berkontribusi:
Genetika: Adanya mutasi gen tertentu.
Usia: Risiko meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Sejarah keluarga: Riwayat Alzheimer dalam keluarga meningkatkan risiko.
Lingkungan: Faktor lingkungan dan gaya hidup.
Kondisi kesehatan lain: Seperti diabetes, obesitas, dan hipertensi.
Penyakit Alzheimer pada lansia adalah kondisi medis yang memerlukan perhatian dan pemahaman khusus. Meskipun diagnosis ini bisa mengejutkan dan menantang, dengan pendekatan yang tepat, kita dapat membantu para lansia menjalani hidup yang berkualitas meskipun dengan Alzheimer. Pendidikan, dukungan, dan intervensi dini adalah kunci dalam menjawab tantangan ini.
Referensi
Alzheimer's Disease International (ADI).
THALLOPHYTA (TUMBUHAN TALUS) ,pengertian talus ,Cara hidup divisi thallophyta,Berdasarkan ciri utama yang menyangkut cara hidupnya itu, Thallophyta dibedakan menjadi 3, yaitu :
Ganggang (alga)
Jamur (Fungi)
Lumut kerak (Lichens),Berdasarkan pigmennya, ganggang dapat dibedakan menjadi empat, yaitu :
Chlorophyta (Ganggang hijau)
Chrysophyta (Ganggang Keemasan)
Phaeophyta (Ganggang coklat)
Rhodophyta (Ganggang Merah)
2. Jamur atau Fungi,Jamur atau cendawan tidak mempunyai kormotofora, oleh karena itu umumnya tidak berwarna, tetapi pada jamur yang tinggi tingkatannya terdapat bermacam-nacam zat warna, terutama dalam badan buahnya. Zat-zat warna itu umumnya terdiri atas senyawa aromatic yang tidak mengandung N.
Fungi yang hidup di darat dapat menghasilkan spora yang terbentuk di dalam sel-sel khusus (askus), jadi merupakan endospora ada yang di luar basidiumdan disebut eksospora.
3. Lumut kerak atau Lichenes
Berdasarkan komponen cendawan yang menyusunnya, dapat dibedakan menjadi :
Ascolichens,b. Basidiolichenes
2. Penyakit Alzheimer merupakan salah satu
jenis penyakit dimensia
Penyakit Alzheimer adalah penyakit
degeneratif otak dan penyebab paling umum
dari demensia. Hal ini ditandai dengan
penurunan memori, bahasa, pemecahan
masalah dan keterampilan kognitif lainnya
yang mempengaruhi kemampuan seseorang
untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
3. 1. Predementia:
Pada Alzheimer tingkat ini terjadi gangguan kognitif ringan, defisit
memori, serta apatis.
2. Demensia onset awal
Pada Alzheimer tingkat ini terjadi gangguan bahasa, kosakata, bahasa
oral & tulisan, gangguan persepsi, gangguan gerakan, terlihat bodoh,
kurang inisiatif untuk melakukan aktivitas
3. Dementia moderat
Pada Alzheimer tingkat ini terjadi deteriorasi progresif, tidak mampu
membaca & menulis, gangguan long-term memory, subtitusi
penggunaan kata (parafasia), misidentifikasi, labil, mudah marah, delusi,
Inkontinen system urinaria.
4. Dementia tahap lanjut (advanced)
Pada Alzheimer tingkat ini terjadi tidak dapat mengurus diri secara
mandiri, kehilangan kemampuan verbal total, agresif, apatis ekstrim,
deteriorasi massa otot & mobilitas, kehilangan kemampuan untuk
makan.
4. Angka prevalensi penyakit ini per 100.000
populasi
sekitar 300 pada kelompok usia 60-69 tahun
3200 pada kelompok usia 70-79 tahun
10.800 pada usia 80 tahun.
5. Para ahli percaya bahwa Alzheimer, seperti penyakit kronis umum lainnya,
berkembang sebagai akibat dari beberapa faktor. Penyebab ataupun faktor yang
menyebabkan seseorang menderita penyakit Alzheimer antara lain sebagai berikut:
Usia
Faktor risiko terbesar untuk penyakit Alzheimer adalah usia. Kebanyakan orang
dengan penyakit Alzheimer didiagnosis pada usia 65 tahun atau lebih tu
Riwayat
Keluarga Riwayat keluarga dengan keluarga yang memiliki orangtua, saudara
atau saudari dengan Alzheimer lebih mungkin untuk mengembangkan
penyakit daripada mereka yang tidak memiliki kerabat dengan Alzheimer's.
Pendidikan atau Pekerjaan
Beberapa ilmuwan percaya faktor lain dapat berkontribusi atau menjelaskan
peningkatan risiko di antara mereka dengan pendidikan yang rendah. Hal ini
cenderung memiliki pekerjaan yang kurang melatih rangsangan otak.
Traumatic Brain Injury (TBI)
Trauma Cedera Otak dikaitkan dengan dua kali risiko mengembangkan
Alzheimer dan demensia lainnya dibandingkan dengan tidak ada cedera kepala.
6. Dasar kelainan patologi penyakit alzheimer terdiri
dari degenerasi neuronal, kematian daerah spesifik
jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi
kognitif dengan penurunan daya ingat secara
progresif.
Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam
amino dapat berperan dalam kematian selektif
neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami
degenerasi yang diakibatkan oleh adanya
peningkatan calsium intraseluler, kegagalan
metabolisme energi, adanya formasi radikal bebas
atau terdapatnya produksi protein abnormal yang
non spesifik.
7. Tahap awal
· Tidak ingat akan kejadian yang belum lama terjadi
· Tidak dapat mengenali sesuatu/benda yang sebenarnya
sudah pernah tahu
· Hilang ingatan
· Gangguan emosi seperti depresi, ketakutan
· Lesu, tidak acuh pada aktivitas sekitarnya.
Tahap akhir
· Tidak dapat mengenali saudaranya sendiri
· Berangan-angan
· Sukar berjalan, lama kelamaan berjalan dengan
menyeretkan kaki
· Mengalami serangan tiba-tiba (seizures) pada beberapa
penderita.
8. Berikut ini merupakan langkah ataupun tahap
pemeriksaan yang dilakukan bagi penderita
Alzheimer, meliputi :
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Kognitif dan neuropsikiatrik
4. Pemeriksaan Penunjang (CT/MRI)
9.
10.
11.
12. Non farmakologi / intervensi psikososial :
Mempertahankan fungsi:
Mengadopsi strategi untuk meningkatkan kemandirian
Memelihara fungsi kognitif.
Manajemen perilaku sulit - agitasi, agresi,
and psikosis
Mengurangi gangguan emosional komorbid
13. Terapi farmakologi penyakit alzheimer
melalui 2 cara yang berbeda. Kolinesterase
Inhibitor (AChEI) bekerja dengan
meningkatkan kadar asetilkolin di otak untuk
mengkompensasi hilangnya fungsi kolinergik.
Mekanisme lain adalah dengan stimulasi
terus-menerus pada reseptor NMDA.
14. a. PENYAKIT ALZHEIMER RINGAN –
SEDANG
Inhibitor kolinesterase (donepezil-> 10 mg dan 5 mg,
rivastigmin -> 6-12 mg/hari dan galantamin -> 24 mg) )
bermanfaat dalam memperbaiki fungsi kognisi pasien
DA ringan – sedang.
Memantin terdaftar hanya untuk digunakan pada terapi
DA sedang-berat. Meski demikian bila pasien tidak
dapat mentolerasiAchEI, memantine dapat diberikan.
Pasien dalam terapi penguat kognisi harus dinilai
sedikitnya 1 kali dalam 6 bulan
15. b. PENYAKIT ALZHEIMER SEDANG - BERAT
Donepezil dan memantin (20 mg/ hari) cukup
efektif dalam memperbaiki fungsi kognisi
pasien dengan DA sedang – berat.
Galantamin merupakan alternatif pada DA
berat.
Pasien dalam terapi penguat kognisi harus
dinilai sedikitnya 1 kali dalam 6 bulan
16. Antipsikotik -> risperidone, quetiapine,
olanzapine dan aripiprazole
Antidepresan -> SSRIs (fluoxetine, sertraline)
danTCAs (clomipramine, imipramine)
Ansiolitik -> Mood stabilisers tidak
direkomendasikan untuk penanganan
gangguan mood pada demensia.