SlideShare a Scribd company logo
Hukum Pidana
(Materi Matrikulasi MH FH UNSA)
Dr. Andrie Irawan, S.H., M.H.
Magister Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Surakarta
2021
Nama Dr. Andrie Irawan, S.H., M.H.
TTL Banjarmasin, 20 Maret 1986
No. HP & Email 081328777614 andrie.ir@gmail.com
IG & FB andrieir Andrie Irawan
Pendidikan S1 : Fakultas Hukum UII (lulus 2008)
S2 : Magister Hukum FH UII (lulus 2014)
S3 : PDIH FH UNISSULA (lulus 2021)
Pekerjaan Akademisi (Dosen tetap Prodi Magister Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Surakarta)
Praktisi (Advokat dan Managing Partner pada SAPA
Law House)
Pembahasan
ā€¢ Definisi Hukum Pidana
ā€¢ Delik
ā€¢ Pemidanaan
ā€¢ Alasan Pembenar, Pemaaf dan Penghapus
Penuntutan
ā€¢ Asas-Asas Hukum Pidana
Referensi
ā€¢ Moeljatno, 1995, Kitab Undang-undang Hukum
Pidana, Bumi Aksara, Jakarta
ā€¢ Moeljatno, 1993, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka
Cipta, Jakarta
ā€¢ Lukman Hakim, 2020, Asas-Asas Hukum Pidana Buku
Ajar bagi Mahasiswa, Deepublish, Yogyakarta
ā€¢ Andi Hamzah, 2019, Hukum Pidana Indonesia, Sinar
Grafika, Jakarta
ā€¢ Eddy O. S., Hiariej, 2016, Prinsip-prinsip Hukum Pidana,
Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta
ā€¢ Teguh Prasetyo, 2012, Hukum Pidana Edisi Revisi,
Rajawali Press, Jakarta
Definisi Hukum Pidana
ā€¢ Menurut MEZGER hukum pidana dapat
didefinisikan sebagai berikut : ā€œaturan hukum,
yang mengikatkan kepada suatu perbuatan yang
memenuhi syarat- syarat tertentu suatu akibat
yang berupa pidanaā€.
ā€¢ Jadi definisi itu hukum pidana berpokok pangkal
pada :
1. Perbuatan yang memenuhi syarat tertentu;
2. Pidana.
ā€¢ Pengertian ā€œhukum pidanaā€ tersebut juga dikenal
dengan ā€œIus ponealeā€.
ā€œPerbuatan yang memenuhi syarat
tertentuā€
ā€¢ Dengan ā€œperbuatan yang memenuhi syarat- syarat
tertentuā€ itu dimaksudkan perbuatan yang dilakukan
orang, yang memungkinkan adanya pemberian pidana.
ā€¢ Perbuatan semacam itu dapat disebut ā€œperbuatan yang
dapat dipidanaā€ atau disingkat ā€œperbuatan jahatā€.
ā€¢ Oleh karena itu dalam perbuatan jahat tersebut harus
ada orang yang melakukannya, maka persoalan tentang
ā€perbuatan tertentuā€ itu diperinci menjadi 2 yaitu:
1. perbuatan yang dilarang dan;
2. orang yang melanggar larangan itu.
Definisi Hukum Pidana (Ius Puniendi )
ā€¢ Di samping Ius poneale ada Ius puniendi.
ā€¢ Ius puniendi dapat diartikan secara luas dan sempit :
Dalam arti luas ļƒ  Hak dari negara atau alat-alat
perlengkapan negara untuk mengenakan atau
mengancam pidana terhadap perbuatan tertentu.
Dalam arti sempit ļƒ  Hak untuk menuntut perkara-
perkara pidana, menjatuhkan dan melaksanakan
pidana terhadap orang yang melakukan perbuatan
yang dilarang.
Hak ini dilakukan oleh badan peradilan.
ā€¢ Jadi hak puniendi adalah hak mengenakan pidana, dan
ius puniendi harus berdasarkan pada ius poneale.
Hukum Pidana Materiil
ā€¢ Pidana materiel ialah hukum mengenai delik yang diancam
dengan hukuman pidana.
ā€¢ Peraturan hukum pidana di Indonesia terjadi dualisme yaitu untuk
orang belanda dan eropa berdasarkan asas konkordansi hanya
berlaku hukum pidana yang termuat dalam KUHP yang sama
dengan KUHP yang berlaku di Belanda. Sedangkan untuk orang-
orang Indonesia dan Timur Asing berlaku KUHP yang termuat
dalam Stbl.1872 No. 85. tahun 1915 diberlakukan KUHP baru
yang berlaku efektif 1918, yang menandai berakhirnya dualisme
dan terwujudnya unifikasi di dalam hukum pidana
ā€¢ Hukum Pidana Materiil berisikan peraturan-peraturan tentang :
ā€“ Perbuatan yang diancam dengan hukuman;
ā€“ Mengatur pertanggung jawaban terhadap hukum pidana;
ā€“ Hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap orang-orang
yang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan
Undang-Undang.
Hukum Pidana Formil
ā€¢ Hukum Pidana Formil adalah sejumlah
peraturan yang mengandung cara-cara negara
mempergunakan haknya untuk melaksanakan
hukuman.
ā€¢ Contoh : Pasal 1 Ayat (8) KUHP berbunyi:
ā€œHakim adalah pejabat peradilan
negara yang diberi wewenang
oleh Undang-Undang untuk
mengadiliā€.
Fungsi Hukum Pidana
ā€¢ Dapat dibedakan dua fungsi dari hukum pidana yaitu :
1. Fungsi yang umum;
2. Fungsi yang khusus.
ā€¢ Ad.1
Oleh karena hukum pidana itu merupakan sebagian dari keseluruhan
lapangan hukum, maka fungsi hukum pidana sama juga dengan fungsi
hukum pada umumnya, ialah mengatur hidup kemasyarakatan atau
menyelenggarakan tata dalam masyarakat.
ā€¢ Ad.2
Fungsi yang khusus dari hukum pidana ialah melindungi kepentingan
hukum terhadap perbuatan yang hendak memperkosannya, dengan sanksi
yang berupa pidana yang sifatnya lebih tajam jika dibandingkan dengan
sanksi yang terdapat pada cabang ā€“ cabang hukum yang lainnya.
ā€¢ Dapat dikatakan bahwa hukum pidana itu memberi aturan- aturan untuk
menanggulangi perbuatan jahat.
Ruang Lingkup Hukum Pidana
ā€¢ Kitab Undang-Undang Hukm Pidana (KUHP) terdiri dari 3 buku:
ā€“ Buku I : Aturan Umum (pasal 1 s.d 103)
ā€“ Buku II : Kejahatan (pasal 104 s.d 488)
ā€“ Buku III: Pelanggaran (pasal 489 s.d 569)
ā€¢ Ruang Lingkup Hukum Pidana sebagaimana yang terdapat di dalam KUHP
sebagai ketentuan yang bersifat umum (lex generalis), meliputi tempat
terjadinya delik (Locus Delicti) dan waktu terjadinya delik (Tempus Delicti)
ā€¢ Hukum Pidana mempunyai ruang lingkup pada apa yang disebut dengan
peristiwa pidana atau delik ataupun tindak pidana.
ā€¢ Peristiwa Pidana adalah perbuatan salah dan melawan hukum yang diancam
pidana dan dilakukan seseorang yang mampu bertanggung jawab.
ā€¢ Sikap tindak yang dapat dihukum/sanksi:
ā€“ Perilaku manusia
ā€“ Terjadi dalam suatu keadaan, dimana sikap tindak tersebut melanggar hukum
ā€“ Pelaku harus mengetahui atau sepantasnya mengetahui tindakan tersebut
merupakan pelanggaran hukum
ā€“ Tidak ada penyimpangan kejiwaan yang mempengaruhi sikap tindak tersebut.
Delik
ā€¢ Peristiwa pidana/delik dibedakan menjadi:
ā€“ Delik formil, tekanannya ada pada sikap tindak atau
perikelakuan yang dlarang
ā€“ Delik material, tekanannya ada pada akibat dari suatu
sikap tindak atau perikelakuannya
ā€¢ Delik dasar yang merumuskan sikap tindak atau
perilaku yang dilarang;
ā€¢ Delik yang meringankan yang merumuskan sikap tindak
yang karena keadaan menjadikan keringanan hukuman;
ā€¢ Delik yang memberatkan yang merumuskan sikap
tindak karena diancam hukuman yang lebih berat.
Istilah Delik
ā€¢ Asal kata : delictum (latin); delict (Jerman); delit
(Perancis); delict (Belanda).
ā€¢ KBBI (Kamus Bebas Bahasa Indonesia) ļƒ  Delik
= tindak pidana
ā€¢ PROF. MOELJATNO ļƒ  delik = perbuatan pidana
ā€¢ E. UTRECHT ļƒ  delik = peristiwa pidana
ā€¢ MR. TIRTAAMIDJAJA ļƒ  delik = pelanggaran
pidana
ā€¢ Para pakar hukum pidana yg lain : VAN HAMEL,
SIMONS ļƒ  delik = strafbaar feit
Definisi Delik
NO TOKOH DEFINISI
1. KBBI Delik = tindak pidana ļƒ  Perbuatan yg dpt dikenakan hukuman
krn mrpk pelanggaran thd UU; tindak pidana
2. PROF.
MOELJATNO
Delik = perbuatan pidana ļƒ  Perbuatan yg dilarang oleh suatu
aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sangsi) yg
berupa pidana ttt, bagi barang siapa yg melanggar larangan tsb,
asal saja dalam pada itu diingat bahwa larangan ditujukan kpd
perbuatan (yaitu suatu keadaan atau kejadian yg ditimbulkan o/
kelakuan orang), sedangkan ancaman pidananya ditujukan kpd
orang yg menimbulkan kejadian itu.
3. E. UTRECHT Delik = peristiwa pidana ļƒ  yg ditinjau adalah adalah peristiwa
(feit) dari sudut hukum pidana.
Peristiwa itu sendiri adalah suatu pengertian yg konkrit yg hanya
menunjuk kpd suatu kejadian yg ttt saja, misalnya : kematian.
Skema Unsur-Unsur Delik
UNSUR
DELIK
UNSUR
SUBJEKTIF
UNSUR
OBJEKTIF
KESENGAJAAN
(DOLUS)
KEALPAAN
(CULPA)
PERBUATAN
MANUSIA
AKIBAT
PERBUATAN
SIFAT MELAWAN HUKUM (WEDERRECHTELIJKHEID)
& DAPAT DIHUKUM
KEADAAN-KEADAAN
(CIRCUMSTANCES)
Kesengajaan sbg Maksud
(Oogmerk)
Kesengajaan dgn
Keinsafan Pasti
(Opzet als
Zekerheidsbewustzijn)
Kesengajaan dgn
Keinsafan Akan
Kemungkinan (Dolus
Evantualis)
Tak Berhati-hati
Dapat Menduga
Kelalaian
Perbuatan Aktif atau
Positif (Act)
Perbuatan Patif atau
Negatif (Omission)
Kategori Peristiwa Pidana
ā€¢ Menurut doktrin peristiwa pidana/delik dapat berupa:
A. Dolus dan Culpa
ā€¢ Dolus/sengaja adalah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja
agar terjadi suatu delik (contooh Pasal 338 KUHP)
ā€¢ Culpa/tidak sengaja adalah terjadinya delik karena perbuatan yang
tidak sengaja atau karena kelalaian (Pasal 359 KUHP)
B. Delik Materil dan Delik Formil
ā€¢ Delik materil yang perumusannya menitikberatkan pada
akibat yang dilarang/diancam pidana oleh undang-undang.
Contohnya Pasal 360 KUHP: ā€œBarang siapa karena
kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain
mendapat luka-luka beratā€¦ā€
ā€¢ Delik formil yang perumusannya menitikberatkan pada
perbuatan yang dilarang/diancam pidana oleh undang-
undang. Contohnya Pasal 362: ā€œBarang siapa mengambil
barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan
orang lain dengan maksud untuk dimiliki secara melawan
hukum diancam karena pencurian,ā€¦ā€
C. - Komisionis.
Terjadinya delik karena melanggar larangan
- Omisionis.
Terjadinya delik karena seseorang melalaikan
suruhan/tidak berbuat,contoh : Pasal 164 KUHP
- Komisionis permisionis.
Tindak pidana yang pada umumnya dilaksanakan
dengan perbuatan tapi mungkin terjadi pula bila
tidak berbuat
D. Without victim dan with victim
ā€¢ Without victim ialah delik yang dilakukan tanpa
adanya korban
ā€¢ With victim ialah delik yang dilakukan dengan
adanya korban
Pembagian Peristiwa Pidana
ā€¢ Peristiwa Pidana dibagi dalam 2 jenis, yaitu Kejahatan dan
Pelanggaran
ā€¢ Menurut WIRJONO PROJODIKORO, antara keduanya terdapat
perbedaan kuantitatif, dimana kejahatan pada umumnya diancam
dengan pidana yang lebih berat daripada pelanggaran
ā€¢ Buku I membedakan kejahatan dan pelanggaran dalam hal:
ā€“ Percobaan (poging) atau membantu (medeplichtheid) untuk
pelanggaran tidak dipidana
ā€“ Daluarsa (verjaring) bagi kejahatan lebih lama dari pelanggaran
ā€“ Pengaduan (klacht), hanya ada terhadap beberapa kejahatan
tapi tidak ada pengaduan pada pelanggaran
ā€“ Pembarengan (samenloop), peraturannya berlainan untuk
kejahatan dan pelanggaran
Pemidanaan
1. Pidana Pokok
a. Pidana mati
b. Pidana penjara
c. Pidana kurungan
d. Pidana bersyarat
e. Pidana denda
2. Pidana Tambahan
a. pencabutan hak2 tertentu
b. perampasan barang tertentu
c. pengumuman putusan hakim
Subyek Hukum Pidana
ā€“ Penanggung jawab peristiwa pidana
ā€“ Polisi (Penyelidik dan Penyidik)
ā€“ Jaksa (Penuntut Umum)
ā€“ Advokat (Penasehat Hukum)
ā€“ Hakim
ā€“ Petugas lembaga kemasyarakatan
Sanksi Pidana
Beberapa pengertian atau makna tentang sanksi pidana sebagai berikut :
1. Sanksi hukum pidana mempunyai pengaruh preventif( pencegahan)
terhadap terjadinya pelanggaraan-pelanggaran norma hukum. Perlu
diingat bahwa sebagai alat kontrol, fungsi hukum pidana adalah
subsider artinya hukum pidana hendaknya baru diadakan apabila
usaha-usaha lain kurang memadai.
2. Sanksi yang tajam dalam hukum pidana membedakannya dari lapangan
hukum yang lainnya. Hukum pidana sengaja mengenakan penderitaan
dalam mempertahankan norma-norma yang diakui dalam hukum.
Oleh karena itu mengapa hukum pidana harus dianggap sebagai
ultimum redium yaitu upaya terakhir apabila sanksi atau upaya-upaya
pada cabang hukum lain tidak mempan.
3. Dalam sanksi hukum pidana terdapat suatu yg tragis (sesuatu yang
menyedihkan) sehingga hukum pidana dikatakan sebagai mengiris
dagingnya sendiri atau sebagai pedang bermata dua.
4. Hukum pidana itu merupakan hukum sanksi belaka. Hukum pidana
tidak memuat norma-norma baru, Norma-norma yang ada dalm
cabang hukum lainnya dipertahankan dengan ancaman pidana.
Oleh karena itu hukum pidana disebut sebagai accesoir terhadap hukum
lainnya.
Alasan Pembenar, Alasan Pemaaf dan
Alasan Penghapus Penuntutan
ā€¢ KUHP tidak ada disebutkan istilah-istilah
alasan pembenar dan alasan pemaaf. Titel ke-
3 dar Buku Pertama KUHP hanya
menyebutkan : alasan2 yg menghapuskan
pidana.
ā€¢ Dalam teori hukum pidana alasan-alasan yang
menghapuskan pidana dibedakan menjadi:
alasan pembenar, alasan pemaaf dan alasan
penghapus tuntutan.
Alasan Pembenar
ā€¢ Yaitu alasan yg menghapuskan sifat melawan
hukumnya perbuatan, sehingga apa yg dilakukan
oleh terdakwa lalu mjd perbuatan yg patut &
benar.
ā€¢ Pada umum yang dikategorikan sebagai alasan
pembenar sebagaimana dimaksud dalam KUHP :
ā€“ Pasal 49 (1), mengenai pembelaan terpaksa
(noodweer);
ā€“ Pasal 50, mengenai melaksanakan ketentuan UU;
ā€“ Pasal 51 (1), melaksanakan perintah atasan;
ā€“ Pasal 48, mengenai daya paksa (overmacht).
Alasan Pemaaf
ā€¢ Yaitu alasan yg menghapuskan kesalahan
terdakwa. Perbuatan yg dilakukan oleh terdakwa
tetap bersifat melawan hukum jadi tetap
merupakan perbuatan pidana, tetapi dia tidak
dipidana, karena tidak ada kesalahan.
ā€¢ Pada umum yang dikategorikan sebagai alasan
pemaaf sebagaimana dimaksud dalam KUHP:
ļƒ¼Pasal 49 (2), mengenai pembelaan yg melampaui
batas;
ļƒ¼Pasal 51 (2), penuntutan pidana tentang perintah
jabatan yg tanpa wenang
ļƒ¼Pasal 48, mengenai daya paksa (overmacht).
Alasan Penghapus Penuntutan
ā€¢ Dikarenakan pemerintah menganggap bahwa ada
dasar utilitas atau kemanfaatannya kepada
masyarakat, sebaiknya tidak diadakan
penuntutan, jika suatu perkara pidana tidak dapat
dituntut, maka yang melakukan perbuatan tidak
dapat dijatuhi pidana
ā€¢ Alasan penghapus pidana dibagi menjadi :
ā€“ alasan penghapus pidana yg umum titel 3 Buku
Pertama;
ā€“ alasan penghapus pidana yg khusus, misalnya Pasal
310 (3) KUHP.
Asas-asas Hukum Pidana
ā€¢ Asas Hukum merupakan pikiran dasar yang
umum dan abstrak atau merupakan latar
belakang peraturan konkret yang terdapat
dalam dan di belakang setiap sistem hukum
yang menjelma dalam peraturan perundang-
undangan dan putusan hakim yang
merupakan hukum positif dan dapat
diketemukan dengan mencari sifat-sifat atau
ciri-ciri yang umum dalam peraturan konkret
tersebut
Berlakunya Hukum Pidana menurut Waktu
ā€¢ Pasal 1 KUHP :
1) Tiada suatu perbuatan dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan
perundang-undangan pidana yang telah ada sebelumnya
2) Jika ada perubahan dalam perundang-undangan sesudah perbuatan dilakukan,
maka terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yg paling menguntungkannya
ā€¢ Asas ā€“ asas yang terkandung dalam Ps. 1
KUHP :
ā€“ Azas Legalitas : nullum delictum nulla poena sine preavia lege poenali (Hakim
dilarang mencipta hukum apapila ketentuan pidana dalam UU tidak
mengaturnya) ļƒ  Pasal 1 ayat 1 KUHP
ā€“ Azas Tidak Berlaku Surut (asas retroaktif) : Hukum pidana tidak berlaku
surut/mundur ļƒ  Pasal 1 ayat 1 KUHP
Tetapi sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 ayat 2 KUHP, asas tersebut
tidak secara mutlak dianut
ā€“ Azas Larangan Penggunaan Analogi : Hukum pidana tidak dapat ditafsir
secara analogi ļƒ  Pasal 1 ayat 1 KUHP
Analogi tidak diperbolehkan dalam
Hukum Pidana
ā€¢ Diperbolehkan penafsiran ekstensif :
memperluas arti kata menurut makna pada
waktu uu dibentuk, tapi masih berpegang
pada bunyi peraturan.
ā€¢ Beda penafsiran analogi dan ekstensif
ā€“ Analogi : tidak berpegang pada bunyi
peraturan, melainkan pada inti atau rasio dari
peraturan
ā€“ Ekstensif : tetap berpegang pada bunyi
peraturan
Berlakunya Hukum Pidana menurut tempat
ļ‚§ Asas Teritorial atau Wilayah
KUHP berlaku didasarkan pada tempat atau teritoir dimana perbuatan
dilakukan (Pasal 2 dan 3 KUHP). Pelakunya warga negara atau bukan,
tetap dapat dituntut. Dasar asas ini adalah kedaulatan negara dimana
setiap negara yang berdaulat wajib menjamin ketertiban hukum di
wilayahnya.
ļ‚§ Asas Nasionalitas Aktif atau Personalitas. Berlakunya KUHP didasarkan
pada kewarganegaraan atau nasionalitas seseorang yang melakukan
suatu perbuatan. KUHP hanya berlaku pada warga negara, tempat
dimana perbuatan dilakukan tidak menjadi masalah (Pasal 5, 6, dan 7
KUHP)
ļƒ¼ Pasal 5: ā€œKetentuan pidana dalam Per-UU-an Indonesia diterapkan
bagi warga negara yang diluar Indonesia melakukanā€¦salah satu
perbuatan yang oleh suatu ketentuan pidana dalam Per-UU-an
Indonesia dipandang sebagai kejahatan, sedangkan menurut per-UU-
an negara dimana perbuatan dilakukan diancam dengan pidana
ā€¢ Asas Nasionalitas Pasif Atau Asas Perlindungan.
Didasarkan kepada kepentingan hukum negara yang
dilanggar. Bila kepentingan umum negara dilanggar oleh
warga negara atau bukan, baik di dalam atau di luar
negara yang menganut asas tersebut, maka undang-
undang hukum pidana dapat diberlakukan terhadap si
pelanggar. Dasar hukumnya adalah bahwa tiap negara
yang berdaulat pada umumnya berhak melindungi
kepentingan hukumnya (Pasal 4 dan 8 KUHP)
ā€¢ Asas Universalitas.
Undang-undang hukum pidana dapat diberlakukan
terhadap siapapun yang melanggar kepentingan umum
dari seluruh dunia. Dasar hukumnya adalah kepentingan
hukum seluruh dunia (Pasal 4 KUHP)
Berlakunya Hukum Pidana menurut tempat
Asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan
ā€¢ Geen Straf Zonder Schuld, atau No Punishment
Without Fault, atau Actus non facit reum nisi
mens sist rea
ā€¢ asas ini menegaskan meskipun seseorang telah
melakukan perbuatan pidana dan telah
memenuhi unsur-unsur yang dirumuskan dalam
delik, perlu dibuktikan pula apakah dia dapat
dipertanggungjawabkan atau tidak atas
perbuatannya tersebut, artinya apakah dia
mempunyai kesalahan atau tidak.
Cara Merumuskan Tindak Pidana
Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan memaksa seseorang melakukan atau
membiarkan dilakukan pada dirinya perbuatan
cabul, dihukum karena merusakkan kesopanan
dengan hukuman penjara selama-lamanya
sembilan tahun
hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun
Norma
Sanksi
Kualifikasi/nama Unsur
Pasal 289 KUHP
Kesalahan
ā€¢ Kesalahan (schuld) yang pada hakikatnya adalah
pertanggung jawaban pidana
ā€¢ Unsur-unsur kesalahan:
1. Adanya kemampuan bertanggung jawab pada si
pelaku, dalam arti jiwa si pelaku dalam keadaan
sehat dan normal
2. Adanya hubungan batin antara si pelaku dengan
perbuatannya, baik disengaja (dolus) maupun karena
kealpaan (culpa)
3. Tidak adanya alasan pemaaf yang dapat menghapus
kesalahan

More Related Content

What's hot

Hukum Konstitusi
Hukum KonstitusiHukum Konstitusi
Hukum Konstitusi
Tri Widodo W. UTOMO
Ā 
BAHAN KUHP BARU.pptx
BAHAN KUHP BARU.pptxBAHAN KUHP BARU.pptx
BAHAN KUHP BARU.pptx
nurulfatima4
Ā 
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantarPolitik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Uiversitas Muhammadiyah Maluku Utara
Ā 
Pertemuan 20 hukumpidana
Pertemuan 20 hukumpidanaPertemuan 20 hukumpidana
Pertemuan 20 hukumpidana
yudikrismen1
Ā 
Bab 6 pertanggungjawaban pidana
Bab 6   pertanggungjawaban pidanaBab 6   pertanggungjawaban pidana
Bab 6 pertanggungjawaban pidanaNuelimmanuel22
Ā 
Pengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPuspa Bunga
Ā 
Pertemuan 7 unsur unsur tindak pidana
Pertemuan 7 unsur unsur tindak pidanaPertemuan 7 unsur unsur tindak pidana
Pertemuan 7 unsur unsur tindak pidana
yudikrismen1
Ā 
Paper Hukum Pembuktian (Hansel)
Paper Hukum Pembuktian (Hansel)Paper Hukum Pembuktian (Hansel)
Paper Hukum Pembuktian (Hansel)Hansel Kalama
Ā 
Hukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptxHukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptx
Fenti Anita Sari
Ā 
22313676 pengantar-ilmu-hukum-slide
22313676 pengantar-ilmu-hukum-slide22313676 pengantar-ilmu-hukum-slide
22313676 pengantar-ilmu-hukum-slideMael Aja
Ā 
Materi Ajar Perbandingan Hukum Pidana
Materi Ajar Perbandingan Hukum PidanaMateri Ajar Perbandingan Hukum Pidana
Materi Ajar Perbandingan Hukum Pidana
rakyathukum
Ā 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
Dian Oktavia
Ā 
Hukum acara pidana
Hukum acara pidanaHukum acara pidana
Hukum acara pidana
rusdal fajrianto
Ā 
aliran kriminologi
aliran kriminologialiran kriminologi
aliran kriminologi
Taufikkurrahman Taufikkurrahman
Ā 
Hukum internasional
Hukum internasionalHukum internasional
Hukum internasionalRizki Gumilar
Ā 
Sistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanaSistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidana
yudikrismen1
Ā 
Perbarengan Tindak Pidana
Perbarengan Tindak PidanaPerbarengan Tindak Pidana
Perbarengan Tindak Pidana
alsalcunsoed
Ā 

What's hot (20)

Hukum Konstitusi
Hukum KonstitusiHukum Konstitusi
Hukum Konstitusi
Ā 
BAHAN KUHP BARU.pptx
BAHAN KUHP BARU.pptxBAHAN KUHP BARU.pptx
BAHAN KUHP BARU.pptx
Ā 
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantarPolitik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Ā 
Pertemuan 20 hukumpidana
Pertemuan 20 hukumpidanaPertemuan 20 hukumpidana
Pertemuan 20 hukumpidana
Ā 
Hukum pidana
Hukum pidanaHukum pidana
Hukum pidana
Ā 
Bab 6 pertanggungjawaban pidana
Bab 6   pertanggungjawaban pidanaBab 6   pertanggungjawaban pidana
Bab 6 pertanggungjawaban pidana
Ā 
Pengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power point
Ā 
Pertemuan 7 unsur unsur tindak pidana
Pertemuan 7 unsur unsur tindak pidanaPertemuan 7 unsur unsur tindak pidana
Pertemuan 7 unsur unsur tindak pidana
Ā 
Paper Hukum Pembuktian (Hansel)
Paper Hukum Pembuktian (Hansel)Paper Hukum Pembuktian (Hansel)
Paper Hukum Pembuktian (Hansel)
Ā 
Hukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptxHukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptx
Ā 
22313676 pengantar-ilmu-hukum-slide
22313676 pengantar-ilmu-hukum-slide22313676 pengantar-ilmu-hukum-slide
22313676 pengantar-ilmu-hukum-slide
Ā 
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara PerdataHukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdata
Ā 
Materi Ajar Perbandingan Hukum Pidana
Materi Ajar Perbandingan Hukum PidanaMateri Ajar Perbandingan Hukum Pidana
Materi Ajar Perbandingan Hukum Pidana
Ā 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
Ā 
Hukum acara pidana
Hukum acara pidanaHukum acara pidana
Hukum acara pidana
Ā 
aliran kriminologi
aliran kriminologialiran kriminologi
aliran kriminologi
Ā 
Hukum internasional
Hukum internasionalHukum internasional
Hukum internasional
Ā 
Kriminologi
KriminologiKriminologi
Kriminologi
Ā 
Sistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanaSistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidana
Ā 
Perbarengan Tindak Pidana
Perbarengan Tindak PidanaPerbarengan Tindak Pidana
Perbarengan Tindak Pidana
Ā 

Similar to Hukum Pidana (Pengantar)

PPT-HUKUM-PIDANA-1 (3).pptx
PPT-HUKUM-PIDANA-1 (3).pptxPPT-HUKUM-PIDANA-1 (3).pptx
PPT-HUKUM-PIDANA-1 (3).pptx
PuputDachi
Ā 
Resume Materi Hukum Pidana
Resume Materi Hukum PidanaResume Materi Hukum Pidana
Resume Materi Hukum PidanaIca Diennissa
Ā 
Delik-delik dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.ppt
Delik-delik dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.pptDelik-delik dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.ppt
Delik-delik dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.ppt
FajarSaputra20091254
Ā 
Presentation12`1qa
Presentation12`1qaPresentation12`1qa
Presentation12`1qaandiex25
Ā 
Presentation12`1qa
Presentation12`1qaPresentation12`1qa
Presentation12`1qa
Andiex Ae
Ā 
PPT-HUKUM-PIDANA.ppt terbaru dan terlengkap
PPT-HUKUM-PIDANA.ppt terbaru dan terlengkapPPT-HUKUM-PIDANA.ppt terbaru dan terlengkap
PPT-HUKUM-PIDANA.ppt terbaru dan terlengkap
AhmadMuhtadi11
Ā 
Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusus
Dinar Mahardika
Ā 
ILMU HUKUM - Asas Asas Hukum Pidana
ILMU HUKUM - Asas Asas Hukum PidanaILMU HUKUM - Asas Asas Hukum Pidana
ILMU HUKUM - Asas Asas Hukum Pidana
Diana Amelia Bagti
Ā 
Makalah pidana
Makalah pidanaMakalah pidana
Makalah pidana
angkat re
Ā 
Asas Asas Hukum Pidana
Asas Asas Hukum PidanaAsas Asas Hukum Pidana
Asas Asas Hukum Pidana
Bilawal Alhariri Anwar
Ā 
pengantar-hukum-indonesia-1.pptx
pengantar-hukum-indonesia-1.pptxpengantar-hukum-indonesia-1.pptx
pengantar-hukum-indonesia-1.pptx
DewiRatihKumalasari1
Ā 
Pengantar Hukum Pidana dan Pembaharuan Hukum Pidana
Pengantar Hukum Pidana dan Pembaharuan Hukum PidanaPengantar Hukum Pidana dan Pembaharuan Hukum Pidana
Pengantar Hukum Pidana dan Pembaharuan Hukum Pidana
NasiPadang7
Ā 
hukum_pidana.pdf
hukum_pidana.pdfhukum_pidana.pdf
hukum_pidana.pdf
FitriaAbdullah
Ā 
Konsep Dasar (Pert 2).pptx
Konsep Dasar (Pert 2).pptxKonsep Dasar (Pert 2).pptx
Konsep Dasar (Pert 2).pptx
AzisImamHidayat1
Ā 
Asas_asas_Hukum_Pidana_EBook.pdf
Asas_asas_Hukum_Pidana_EBook.pdfAsas_asas_Hukum_Pidana_EBook.pdf
Asas_asas_Hukum_Pidana_EBook.pdf
Achmad98
Ā 
Asas asas hukum pidana, betlehem ketaren, sh., kuliah 7 pthi di universitas q...
Asas asas hukum pidana, betlehem ketaren, sh., kuliah 7 pthi di universitas q...Asas asas hukum pidana, betlehem ketaren, sh., kuliah 7 pthi di universitas q...
Asas asas hukum pidana, betlehem ketaren, sh., kuliah 7 pthi di universitas q...BetlehemKetarenR
Ā 
Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana
Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara PidanaHukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana
Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana
Agung Vixon
Ā 
Pertemuan 2 - Dasar Hukum dan Etika.pptx
Pertemuan 2 - Dasar Hukum dan Etika.pptxPertemuan 2 - Dasar Hukum dan Etika.pptx
Pertemuan 2 - Dasar Hukum dan Etika.pptx
prasetya20
Ā 
VII. Pembedaan Hukum.pptx
VII. Pembedaan Hukum.pptxVII. Pembedaan Hukum.pptx
VII. Pembedaan Hukum.pptx
donihasmanto
Ā 

Similar to Hukum Pidana (Pengantar) (20)

PPT-HUKUM-PIDANA-1 (3).pptx
PPT-HUKUM-PIDANA-1 (3).pptxPPT-HUKUM-PIDANA-1 (3).pptx
PPT-HUKUM-PIDANA-1 (3).pptx
Ā 
Hk.pidana
Hk.pidanaHk.pidana
Hk.pidana
Ā 
Resume Materi Hukum Pidana
Resume Materi Hukum PidanaResume Materi Hukum Pidana
Resume Materi Hukum Pidana
Ā 
Delik-delik dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.ppt
Delik-delik dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.pptDelik-delik dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.ppt
Delik-delik dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.ppt
Ā 
Presentation12`1qa
Presentation12`1qaPresentation12`1qa
Presentation12`1qa
Ā 
Presentation12`1qa
Presentation12`1qaPresentation12`1qa
Presentation12`1qa
Ā 
PPT-HUKUM-PIDANA.ppt terbaru dan terlengkap
PPT-HUKUM-PIDANA.ppt terbaru dan terlengkapPPT-HUKUM-PIDANA.ppt terbaru dan terlengkap
PPT-HUKUM-PIDANA.ppt terbaru dan terlengkap
Ā 
Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusus
Ā 
ILMU HUKUM - Asas Asas Hukum Pidana
ILMU HUKUM - Asas Asas Hukum PidanaILMU HUKUM - Asas Asas Hukum Pidana
ILMU HUKUM - Asas Asas Hukum Pidana
Ā 
Makalah pidana
Makalah pidanaMakalah pidana
Makalah pidana
Ā 
Asas Asas Hukum Pidana
Asas Asas Hukum PidanaAsas Asas Hukum Pidana
Asas Asas Hukum Pidana
Ā 
pengantar-hukum-indonesia-1.pptx
pengantar-hukum-indonesia-1.pptxpengantar-hukum-indonesia-1.pptx
pengantar-hukum-indonesia-1.pptx
Ā 
Pengantar Hukum Pidana dan Pembaharuan Hukum Pidana
Pengantar Hukum Pidana dan Pembaharuan Hukum PidanaPengantar Hukum Pidana dan Pembaharuan Hukum Pidana
Pengantar Hukum Pidana dan Pembaharuan Hukum Pidana
Ā 
hukum_pidana.pdf
hukum_pidana.pdfhukum_pidana.pdf
hukum_pidana.pdf
Ā 
Konsep Dasar (Pert 2).pptx
Konsep Dasar (Pert 2).pptxKonsep Dasar (Pert 2).pptx
Konsep Dasar (Pert 2).pptx
Ā 
Asas_asas_Hukum_Pidana_EBook.pdf
Asas_asas_Hukum_Pidana_EBook.pdfAsas_asas_Hukum_Pidana_EBook.pdf
Asas_asas_Hukum_Pidana_EBook.pdf
Ā 
Asas asas hukum pidana, betlehem ketaren, sh., kuliah 7 pthi di universitas q...
Asas asas hukum pidana, betlehem ketaren, sh., kuliah 7 pthi di universitas q...Asas asas hukum pidana, betlehem ketaren, sh., kuliah 7 pthi di universitas q...
Asas asas hukum pidana, betlehem ketaren, sh., kuliah 7 pthi di universitas q...
Ā 
Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana
Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara PidanaHukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana
Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana
Ā 
Pertemuan 2 - Dasar Hukum dan Etika.pptx
Pertemuan 2 - Dasar Hukum dan Etika.pptxPertemuan 2 - Dasar Hukum dan Etika.pptx
Pertemuan 2 - Dasar Hukum dan Etika.pptx
Ā 
VII. Pembedaan Hukum.pptx
VII. Pembedaan Hukum.pptxVII. Pembedaan Hukum.pptx
VII. Pembedaan Hukum.pptx
Ā 

More from Andrie Irawan

Ratio Legis Sinergi Pemkab Sleman dg Ormas dan LSM dalam Percepatan Penanggul...
Ratio Legis Sinergi Pemkab Sleman dg Ormas dan LSM dalam Percepatan Penanggul...Ratio Legis Sinergi Pemkab Sleman dg Ormas dan LSM dalam Percepatan Penanggul...
Ratio Legis Sinergi Pemkab Sleman dg Ormas dan LSM dalam Percepatan Penanggul...
Andrie Irawan
Ā 
Praktik Beracara Peradilan Agama
Praktik Beracara Peradilan AgamaPraktik Beracara Peradilan Agama
Praktik Beracara Peradilan Agama
Andrie Irawan
Ā 
Upaya Progresif dalam Penegakan Perda
Upaya Progresif dalam Penegakan PerdaUpaya Progresif dalam Penegakan Perda
Upaya Progresif dalam Penegakan Perda
Andrie Irawan
Ā 
Pengantar Ilmu Hukum
Pengantar Ilmu HukumPengantar Ilmu Hukum
Pengantar Ilmu Hukum
Andrie Irawan
Ā 
PSBB dalam Perspektif Hukum: Keadilan atau Ketertiban?
PSBB dalam Perspektif Hukum: Keadilan atau Ketertiban?PSBB dalam Perspektif Hukum: Keadilan atau Ketertiban?
PSBB dalam Perspektif Hukum: Keadilan atau Ketertiban?
Andrie Irawan
Ā 
Layanan bantuan hukum bagi perempuan dan anak korban saat pandemi covid 19
Layanan bantuan hukum bagi perempuan dan anak korban saat pandemi covid 19Layanan bantuan hukum bagi perempuan dan anak korban saat pandemi covid 19
Layanan bantuan hukum bagi perempuan dan anak korban saat pandemi covid 19
Andrie Irawan
Ā 
Hukum Komersial atau Hukum Bisnis
Hukum Komersial atau Hukum BisnisHukum Komersial atau Hukum Bisnis
Hukum Komersial atau Hukum Bisnis
Andrie Irawan
Ā 

More from Andrie Irawan (7)

Ratio Legis Sinergi Pemkab Sleman dg Ormas dan LSM dalam Percepatan Penanggul...
Ratio Legis Sinergi Pemkab Sleman dg Ormas dan LSM dalam Percepatan Penanggul...Ratio Legis Sinergi Pemkab Sleman dg Ormas dan LSM dalam Percepatan Penanggul...
Ratio Legis Sinergi Pemkab Sleman dg Ormas dan LSM dalam Percepatan Penanggul...
Ā 
Praktik Beracara Peradilan Agama
Praktik Beracara Peradilan AgamaPraktik Beracara Peradilan Agama
Praktik Beracara Peradilan Agama
Ā 
Upaya Progresif dalam Penegakan Perda
Upaya Progresif dalam Penegakan PerdaUpaya Progresif dalam Penegakan Perda
Upaya Progresif dalam Penegakan Perda
Ā 
Pengantar Ilmu Hukum
Pengantar Ilmu HukumPengantar Ilmu Hukum
Pengantar Ilmu Hukum
Ā 
PSBB dalam Perspektif Hukum: Keadilan atau Ketertiban?
PSBB dalam Perspektif Hukum: Keadilan atau Ketertiban?PSBB dalam Perspektif Hukum: Keadilan atau Ketertiban?
PSBB dalam Perspektif Hukum: Keadilan atau Ketertiban?
Ā 
Layanan bantuan hukum bagi perempuan dan anak korban saat pandemi covid 19
Layanan bantuan hukum bagi perempuan dan anak korban saat pandemi covid 19Layanan bantuan hukum bagi perempuan dan anak korban saat pandemi covid 19
Layanan bantuan hukum bagi perempuan dan anak korban saat pandemi covid 19
Ā 
Hukum Komersial atau Hukum Bisnis
Hukum Komersial atau Hukum BisnisHukum Komersial atau Hukum Bisnis
Hukum Komersial atau Hukum Bisnis
Ā 

Recently uploaded

ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
adbangplk
Ā 
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRIPengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
JabalArfah
Ā 
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
HansWijaya13
Ā 
PPT Kel 1 HUKUM ANTAR TATA HUKUM smt.pdf
PPT Kel 1 HUKUM ANTAR TATA HUKUM smt.pdfPPT Kel 1 HUKUM ANTAR TATA HUKUM smt.pdf
PPT Kel 1 HUKUM ANTAR TATA HUKUM smt.pdf
SyifaNurlitaTavadjio
Ā 
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdfppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
thegoddescorp
Ā 
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
intelkejarimimika07
Ā 
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri DrafDOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
CIkumparan
Ā 
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdfPerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
asmazn0001
Ā 
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).pptGratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
SardiPasaribu
Ā 
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASIPPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
MunirMisbah1
Ā 
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.comSalinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
CI kumparan
Ā 
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdfppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
thegoddescorp
Ā 
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASICONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
SharonPriscilla3
Ā 

Recently uploaded (13)

ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
Ā 
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRIPengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Ā 
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
Ā 
PPT Kel 1 HUKUM ANTAR TATA HUKUM smt.pdf
PPT Kel 1 HUKUM ANTAR TATA HUKUM smt.pdfPPT Kel 1 HUKUM ANTAR TATA HUKUM smt.pdf
PPT Kel 1 HUKUM ANTAR TATA HUKUM smt.pdf
Ā 
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdfppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
Ā 
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
Ā 
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri DrafDOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
Ā 
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdfPerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
Ā 
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).pptGratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Ā 
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASIPPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
Ā 
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.comSalinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Ā 
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdfppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
Ā 
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASICONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
Ā 

Hukum Pidana (Pengantar)

  • 1. Hukum Pidana (Materi Matrikulasi MH FH UNSA) Dr. Andrie Irawan, S.H., M.H. Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Surakarta 2021
  • 2. Nama Dr. Andrie Irawan, S.H., M.H. TTL Banjarmasin, 20 Maret 1986 No. HP & Email 081328777614 andrie.ir@gmail.com IG & FB andrieir Andrie Irawan Pendidikan S1 : Fakultas Hukum UII (lulus 2008) S2 : Magister Hukum FH UII (lulus 2014) S3 : PDIH FH UNISSULA (lulus 2021) Pekerjaan Akademisi (Dosen tetap Prodi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Surakarta) Praktisi (Advokat dan Managing Partner pada SAPA Law House)
  • 3. Pembahasan ā€¢ Definisi Hukum Pidana ā€¢ Delik ā€¢ Pemidanaan ā€¢ Alasan Pembenar, Pemaaf dan Penghapus Penuntutan ā€¢ Asas-Asas Hukum Pidana
  • 4. Referensi ā€¢ Moeljatno, 1995, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Bumi Aksara, Jakarta ā€¢ Moeljatno, 1993, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta ā€¢ Lukman Hakim, 2020, Asas-Asas Hukum Pidana Buku Ajar bagi Mahasiswa, Deepublish, Yogyakarta ā€¢ Andi Hamzah, 2019, Hukum Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta ā€¢ Eddy O. S., Hiariej, 2016, Prinsip-prinsip Hukum Pidana, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta ā€¢ Teguh Prasetyo, 2012, Hukum Pidana Edisi Revisi, Rajawali Press, Jakarta
  • 5. Definisi Hukum Pidana ā€¢ Menurut MEZGER hukum pidana dapat didefinisikan sebagai berikut : ā€œaturan hukum, yang mengikatkan kepada suatu perbuatan yang memenuhi syarat- syarat tertentu suatu akibat yang berupa pidanaā€. ā€¢ Jadi definisi itu hukum pidana berpokok pangkal pada : 1. Perbuatan yang memenuhi syarat tertentu; 2. Pidana. ā€¢ Pengertian ā€œhukum pidanaā€ tersebut juga dikenal dengan ā€œIus ponealeā€.
  • 6. ā€œPerbuatan yang memenuhi syarat tertentuā€ ā€¢ Dengan ā€œperbuatan yang memenuhi syarat- syarat tertentuā€ itu dimaksudkan perbuatan yang dilakukan orang, yang memungkinkan adanya pemberian pidana. ā€¢ Perbuatan semacam itu dapat disebut ā€œperbuatan yang dapat dipidanaā€ atau disingkat ā€œperbuatan jahatā€. ā€¢ Oleh karena itu dalam perbuatan jahat tersebut harus ada orang yang melakukannya, maka persoalan tentang ā€perbuatan tertentuā€ itu diperinci menjadi 2 yaitu: 1. perbuatan yang dilarang dan; 2. orang yang melanggar larangan itu.
  • 7. Definisi Hukum Pidana (Ius Puniendi ) ā€¢ Di samping Ius poneale ada Ius puniendi. ā€¢ Ius puniendi dapat diartikan secara luas dan sempit : Dalam arti luas ļƒ  Hak dari negara atau alat-alat perlengkapan negara untuk mengenakan atau mengancam pidana terhadap perbuatan tertentu. Dalam arti sempit ļƒ  Hak untuk menuntut perkara- perkara pidana, menjatuhkan dan melaksanakan pidana terhadap orang yang melakukan perbuatan yang dilarang. Hak ini dilakukan oleh badan peradilan. ā€¢ Jadi hak puniendi adalah hak mengenakan pidana, dan ius puniendi harus berdasarkan pada ius poneale.
  • 8. Hukum Pidana Materiil ā€¢ Pidana materiel ialah hukum mengenai delik yang diancam dengan hukuman pidana. ā€¢ Peraturan hukum pidana di Indonesia terjadi dualisme yaitu untuk orang belanda dan eropa berdasarkan asas konkordansi hanya berlaku hukum pidana yang termuat dalam KUHP yang sama dengan KUHP yang berlaku di Belanda. Sedangkan untuk orang- orang Indonesia dan Timur Asing berlaku KUHP yang termuat dalam Stbl.1872 No. 85. tahun 1915 diberlakukan KUHP baru yang berlaku efektif 1918, yang menandai berakhirnya dualisme dan terwujudnya unifikasi di dalam hukum pidana ā€¢ Hukum Pidana Materiil berisikan peraturan-peraturan tentang : ā€“ Perbuatan yang diancam dengan hukuman; ā€“ Mengatur pertanggung jawaban terhadap hukum pidana; ā€“ Hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap orang-orang yang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Undang-Undang.
  • 9. Hukum Pidana Formil ā€¢ Hukum Pidana Formil adalah sejumlah peraturan yang mengandung cara-cara negara mempergunakan haknya untuk melaksanakan hukuman. ā€¢ Contoh : Pasal 1 Ayat (8) KUHP berbunyi: ā€œHakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadiliā€.
  • 10. Fungsi Hukum Pidana ā€¢ Dapat dibedakan dua fungsi dari hukum pidana yaitu : 1. Fungsi yang umum; 2. Fungsi yang khusus. ā€¢ Ad.1 Oleh karena hukum pidana itu merupakan sebagian dari keseluruhan lapangan hukum, maka fungsi hukum pidana sama juga dengan fungsi hukum pada umumnya, ialah mengatur hidup kemasyarakatan atau menyelenggarakan tata dalam masyarakat. ā€¢ Ad.2 Fungsi yang khusus dari hukum pidana ialah melindungi kepentingan hukum terhadap perbuatan yang hendak memperkosannya, dengan sanksi yang berupa pidana yang sifatnya lebih tajam jika dibandingkan dengan sanksi yang terdapat pada cabang ā€“ cabang hukum yang lainnya. ā€¢ Dapat dikatakan bahwa hukum pidana itu memberi aturan- aturan untuk menanggulangi perbuatan jahat.
  • 11. Ruang Lingkup Hukum Pidana ā€¢ Kitab Undang-Undang Hukm Pidana (KUHP) terdiri dari 3 buku: ā€“ Buku I : Aturan Umum (pasal 1 s.d 103) ā€“ Buku II : Kejahatan (pasal 104 s.d 488) ā€“ Buku III: Pelanggaran (pasal 489 s.d 569) ā€¢ Ruang Lingkup Hukum Pidana sebagaimana yang terdapat di dalam KUHP sebagai ketentuan yang bersifat umum (lex generalis), meliputi tempat terjadinya delik (Locus Delicti) dan waktu terjadinya delik (Tempus Delicti) ā€¢ Hukum Pidana mempunyai ruang lingkup pada apa yang disebut dengan peristiwa pidana atau delik ataupun tindak pidana. ā€¢ Peristiwa Pidana adalah perbuatan salah dan melawan hukum yang diancam pidana dan dilakukan seseorang yang mampu bertanggung jawab. ā€¢ Sikap tindak yang dapat dihukum/sanksi: ā€“ Perilaku manusia ā€“ Terjadi dalam suatu keadaan, dimana sikap tindak tersebut melanggar hukum ā€“ Pelaku harus mengetahui atau sepantasnya mengetahui tindakan tersebut merupakan pelanggaran hukum ā€“ Tidak ada penyimpangan kejiwaan yang mempengaruhi sikap tindak tersebut.
  • 12. Delik ā€¢ Peristiwa pidana/delik dibedakan menjadi: ā€“ Delik formil, tekanannya ada pada sikap tindak atau perikelakuan yang dlarang ā€“ Delik material, tekanannya ada pada akibat dari suatu sikap tindak atau perikelakuannya ā€¢ Delik dasar yang merumuskan sikap tindak atau perilaku yang dilarang; ā€¢ Delik yang meringankan yang merumuskan sikap tindak yang karena keadaan menjadikan keringanan hukuman; ā€¢ Delik yang memberatkan yang merumuskan sikap tindak karena diancam hukuman yang lebih berat.
  • 13. Istilah Delik ā€¢ Asal kata : delictum (latin); delict (Jerman); delit (Perancis); delict (Belanda). ā€¢ KBBI (Kamus Bebas Bahasa Indonesia) ļƒ  Delik = tindak pidana ā€¢ PROF. MOELJATNO ļƒ  delik = perbuatan pidana ā€¢ E. UTRECHT ļƒ  delik = peristiwa pidana ā€¢ MR. TIRTAAMIDJAJA ļƒ  delik = pelanggaran pidana ā€¢ Para pakar hukum pidana yg lain : VAN HAMEL, SIMONS ļƒ  delik = strafbaar feit
  • 14. Definisi Delik NO TOKOH DEFINISI 1. KBBI Delik = tindak pidana ļƒ  Perbuatan yg dpt dikenakan hukuman krn mrpk pelanggaran thd UU; tindak pidana 2. PROF. MOELJATNO Delik = perbuatan pidana ļƒ  Perbuatan yg dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sangsi) yg berupa pidana ttt, bagi barang siapa yg melanggar larangan tsb, asal saja dalam pada itu diingat bahwa larangan ditujukan kpd perbuatan (yaitu suatu keadaan atau kejadian yg ditimbulkan o/ kelakuan orang), sedangkan ancaman pidananya ditujukan kpd orang yg menimbulkan kejadian itu. 3. E. UTRECHT Delik = peristiwa pidana ļƒ  yg ditinjau adalah adalah peristiwa (feit) dari sudut hukum pidana. Peristiwa itu sendiri adalah suatu pengertian yg konkrit yg hanya menunjuk kpd suatu kejadian yg ttt saja, misalnya : kematian.
  • 15. Skema Unsur-Unsur Delik UNSUR DELIK UNSUR SUBJEKTIF UNSUR OBJEKTIF KESENGAJAAN (DOLUS) KEALPAAN (CULPA) PERBUATAN MANUSIA AKIBAT PERBUATAN SIFAT MELAWAN HUKUM (WEDERRECHTELIJKHEID) & DAPAT DIHUKUM KEADAAN-KEADAAN (CIRCUMSTANCES) Kesengajaan sbg Maksud (Oogmerk) Kesengajaan dgn Keinsafan Pasti (Opzet als Zekerheidsbewustzijn) Kesengajaan dgn Keinsafan Akan Kemungkinan (Dolus Evantualis) Tak Berhati-hati Dapat Menduga Kelalaian Perbuatan Aktif atau Positif (Act) Perbuatan Patif atau Negatif (Omission)
  • 16. Kategori Peristiwa Pidana ā€¢ Menurut doktrin peristiwa pidana/delik dapat berupa: A. Dolus dan Culpa ā€¢ Dolus/sengaja adalah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja agar terjadi suatu delik (contooh Pasal 338 KUHP) ā€¢ Culpa/tidak sengaja adalah terjadinya delik karena perbuatan yang tidak sengaja atau karena kelalaian (Pasal 359 KUHP) B. Delik Materil dan Delik Formil ā€¢ Delik materil yang perumusannya menitikberatkan pada akibat yang dilarang/diancam pidana oleh undang-undang. Contohnya Pasal 360 KUHP: ā€œBarang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mendapat luka-luka beratā€¦ā€ ā€¢ Delik formil yang perumusannya menitikberatkan pada perbuatan yang dilarang/diancam pidana oleh undang- undang. Contohnya Pasal 362: ā€œBarang siapa mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum diancam karena pencurian,ā€¦ā€
  • 17. C. - Komisionis. Terjadinya delik karena melanggar larangan - Omisionis. Terjadinya delik karena seseorang melalaikan suruhan/tidak berbuat,contoh : Pasal 164 KUHP - Komisionis permisionis. Tindak pidana yang pada umumnya dilaksanakan dengan perbuatan tapi mungkin terjadi pula bila tidak berbuat D. Without victim dan with victim ā€¢ Without victim ialah delik yang dilakukan tanpa adanya korban ā€¢ With victim ialah delik yang dilakukan dengan adanya korban
  • 18. Pembagian Peristiwa Pidana ā€¢ Peristiwa Pidana dibagi dalam 2 jenis, yaitu Kejahatan dan Pelanggaran ā€¢ Menurut WIRJONO PROJODIKORO, antara keduanya terdapat perbedaan kuantitatif, dimana kejahatan pada umumnya diancam dengan pidana yang lebih berat daripada pelanggaran ā€¢ Buku I membedakan kejahatan dan pelanggaran dalam hal: ā€“ Percobaan (poging) atau membantu (medeplichtheid) untuk pelanggaran tidak dipidana ā€“ Daluarsa (verjaring) bagi kejahatan lebih lama dari pelanggaran ā€“ Pengaduan (klacht), hanya ada terhadap beberapa kejahatan tapi tidak ada pengaduan pada pelanggaran ā€“ Pembarengan (samenloop), peraturannya berlainan untuk kejahatan dan pelanggaran
  • 19. Pemidanaan 1. Pidana Pokok a. Pidana mati b. Pidana penjara c. Pidana kurungan d. Pidana bersyarat e. Pidana denda 2. Pidana Tambahan a. pencabutan hak2 tertentu b. perampasan barang tertentu c. pengumuman putusan hakim
  • 20. Subyek Hukum Pidana ā€“ Penanggung jawab peristiwa pidana ā€“ Polisi (Penyelidik dan Penyidik) ā€“ Jaksa (Penuntut Umum) ā€“ Advokat (Penasehat Hukum) ā€“ Hakim ā€“ Petugas lembaga kemasyarakatan
  • 21. Sanksi Pidana Beberapa pengertian atau makna tentang sanksi pidana sebagai berikut : 1. Sanksi hukum pidana mempunyai pengaruh preventif( pencegahan) terhadap terjadinya pelanggaraan-pelanggaran norma hukum. Perlu diingat bahwa sebagai alat kontrol, fungsi hukum pidana adalah subsider artinya hukum pidana hendaknya baru diadakan apabila usaha-usaha lain kurang memadai. 2. Sanksi yang tajam dalam hukum pidana membedakannya dari lapangan hukum yang lainnya. Hukum pidana sengaja mengenakan penderitaan dalam mempertahankan norma-norma yang diakui dalam hukum. Oleh karena itu mengapa hukum pidana harus dianggap sebagai ultimum redium yaitu upaya terakhir apabila sanksi atau upaya-upaya pada cabang hukum lain tidak mempan. 3. Dalam sanksi hukum pidana terdapat suatu yg tragis (sesuatu yang menyedihkan) sehingga hukum pidana dikatakan sebagai mengiris dagingnya sendiri atau sebagai pedang bermata dua. 4. Hukum pidana itu merupakan hukum sanksi belaka. Hukum pidana tidak memuat norma-norma baru, Norma-norma yang ada dalm cabang hukum lainnya dipertahankan dengan ancaman pidana. Oleh karena itu hukum pidana disebut sebagai accesoir terhadap hukum lainnya.
  • 22. Alasan Pembenar, Alasan Pemaaf dan Alasan Penghapus Penuntutan ā€¢ KUHP tidak ada disebutkan istilah-istilah alasan pembenar dan alasan pemaaf. Titel ke- 3 dar Buku Pertama KUHP hanya menyebutkan : alasan2 yg menghapuskan pidana. ā€¢ Dalam teori hukum pidana alasan-alasan yang menghapuskan pidana dibedakan menjadi: alasan pembenar, alasan pemaaf dan alasan penghapus tuntutan.
  • 23. Alasan Pembenar ā€¢ Yaitu alasan yg menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan, sehingga apa yg dilakukan oleh terdakwa lalu mjd perbuatan yg patut & benar. ā€¢ Pada umum yang dikategorikan sebagai alasan pembenar sebagaimana dimaksud dalam KUHP : ā€“ Pasal 49 (1), mengenai pembelaan terpaksa (noodweer); ā€“ Pasal 50, mengenai melaksanakan ketentuan UU; ā€“ Pasal 51 (1), melaksanakan perintah atasan; ā€“ Pasal 48, mengenai daya paksa (overmacht).
  • 24. Alasan Pemaaf ā€¢ Yaitu alasan yg menghapuskan kesalahan terdakwa. Perbuatan yg dilakukan oleh terdakwa tetap bersifat melawan hukum jadi tetap merupakan perbuatan pidana, tetapi dia tidak dipidana, karena tidak ada kesalahan. ā€¢ Pada umum yang dikategorikan sebagai alasan pemaaf sebagaimana dimaksud dalam KUHP: ļƒ¼Pasal 49 (2), mengenai pembelaan yg melampaui batas; ļƒ¼Pasal 51 (2), penuntutan pidana tentang perintah jabatan yg tanpa wenang ļƒ¼Pasal 48, mengenai daya paksa (overmacht).
  • 25. Alasan Penghapus Penuntutan ā€¢ Dikarenakan pemerintah menganggap bahwa ada dasar utilitas atau kemanfaatannya kepada masyarakat, sebaiknya tidak diadakan penuntutan, jika suatu perkara pidana tidak dapat dituntut, maka yang melakukan perbuatan tidak dapat dijatuhi pidana ā€¢ Alasan penghapus pidana dibagi menjadi : ā€“ alasan penghapus pidana yg umum titel 3 Buku Pertama; ā€“ alasan penghapus pidana yg khusus, misalnya Pasal 310 (3) KUHP.
  • 26. Asas-asas Hukum Pidana ā€¢ Asas Hukum merupakan pikiran dasar yang umum dan abstrak atau merupakan latar belakang peraturan konkret yang terdapat dalam dan di belakang setiap sistem hukum yang menjelma dalam peraturan perundang- undangan dan putusan hakim yang merupakan hukum positif dan dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat atau ciri-ciri yang umum dalam peraturan konkret tersebut
  • 27. Berlakunya Hukum Pidana menurut Waktu ā€¢ Pasal 1 KUHP : 1) Tiada suatu perbuatan dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang telah ada sebelumnya 2) Jika ada perubahan dalam perundang-undangan sesudah perbuatan dilakukan, maka terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yg paling menguntungkannya ā€¢ Asas ā€“ asas yang terkandung dalam Ps. 1 KUHP : ā€“ Azas Legalitas : nullum delictum nulla poena sine preavia lege poenali (Hakim dilarang mencipta hukum apapila ketentuan pidana dalam UU tidak mengaturnya) ļƒ  Pasal 1 ayat 1 KUHP ā€“ Azas Tidak Berlaku Surut (asas retroaktif) : Hukum pidana tidak berlaku surut/mundur ļƒ  Pasal 1 ayat 1 KUHP Tetapi sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 ayat 2 KUHP, asas tersebut tidak secara mutlak dianut ā€“ Azas Larangan Penggunaan Analogi : Hukum pidana tidak dapat ditafsir secara analogi ļƒ  Pasal 1 ayat 1 KUHP
  • 28. Analogi tidak diperbolehkan dalam Hukum Pidana ā€¢ Diperbolehkan penafsiran ekstensif : memperluas arti kata menurut makna pada waktu uu dibentuk, tapi masih berpegang pada bunyi peraturan. ā€¢ Beda penafsiran analogi dan ekstensif ā€“ Analogi : tidak berpegang pada bunyi peraturan, melainkan pada inti atau rasio dari peraturan ā€“ Ekstensif : tetap berpegang pada bunyi peraturan
  • 29. Berlakunya Hukum Pidana menurut tempat ļ‚§ Asas Teritorial atau Wilayah KUHP berlaku didasarkan pada tempat atau teritoir dimana perbuatan dilakukan (Pasal 2 dan 3 KUHP). Pelakunya warga negara atau bukan, tetap dapat dituntut. Dasar asas ini adalah kedaulatan negara dimana setiap negara yang berdaulat wajib menjamin ketertiban hukum di wilayahnya. ļ‚§ Asas Nasionalitas Aktif atau Personalitas. Berlakunya KUHP didasarkan pada kewarganegaraan atau nasionalitas seseorang yang melakukan suatu perbuatan. KUHP hanya berlaku pada warga negara, tempat dimana perbuatan dilakukan tidak menjadi masalah (Pasal 5, 6, dan 7 KUHP) ļƒ¼ Pasal 5: ā€œKetentuan pidana dalam Per-UU-an Indonesia diterapkan bagi warga negara yang diluar Indonesia melakukanā€¦salah satu perbuatan yang oleh suatu ketentuan pidana dalam Per-UU-an Indonesia dipandang sebagai kejahatan, sedangkan menurut per-UU- an negara dimana perbuatan dilakukan diancam dengan pidana
  • 30. ā€¢ Asas Nasionalitas Pasif Atau Asas Perlindungan. Didasarkan kepada kepentingan hukum negara yang dilanggar. Bila kepentingan umum negara dilanggar oleh warga negara atau bukan, baik di dalam atau di luar negara yang menganut asas tersebut, maka undang- undang hukum pidana dapat diberlakukan terhadap si pelanggar. Dasar hukumnya adalah bahwa tiap negara yang berdaulat pada umumnya berhak melindungi kepentingan hukumnya (Pasal 4 dan 8 KUHP) ā€¢ Asas Universalitas. Undang-undang hukum pidana dapat diberlakukan terhadap siapapun yang melanggar kepentingan umum dari seluruh dunia. Dasar hukumnya adalah kepentingan hukum seluruh dunia (Pasal 4 KUHP) Berlakunya Hukum Pidana menurut tempat
  • 31. Asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan ā€¢ Geen Straf Zonder Schuld, atau No Punishment Without Fault, atau Actus non facit reum nisi mens sist rea ā€¢ asas ini menegaskan meskipun seseorang telah melakukan perbuatan pidana dan telah memenuhi unsur-unsur yang dirumuskan dalam delik, perlu dibuktikan pula apakah dia dapat dipertanggungjawabkan atau tidak atas perbuatannya tersebut, artinya apakah dia mempunyai kesalahan atau tidak.
  • 32. Cara Merumuskan Tindak Pidana Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang melakukan atau membiarkan dilakukan pada dirinya perbuatan cabul, dihukum karena merusakkan kesopanan dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun Norma Sanksi Kualifikasi/nama Unsur Pasal 289 KUHP
  • 33. Kesalahan ā€¢ Kesalahan (schuld) yang pada hakikatnya adalah pertanggung jawaban pidana ā€¢ Unsur-unsur kesalahan: 1. Adanya kemampuan bertanggung jawab pada si pelaku, dalam arti jiwa si pelaku dalam keadaan sehat dan normal 2. Adanya hubungan batin antara si pelaku dengan perbuatannya, baik disengaja (dolus) maupun karena kealpaan (culpa) 3. Tidak adanya alasan pemaaf yang dapat menghapus kesalahan