Dokumen tersebut membahas tentang filsafat Islam menurut Al-Kindi. Al-Kindi berusaha untuk menggabungkan agama dan filsafat dengan menyatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan yang benar dan studi filsafat tidak dilarang bagi umat Islam. Al-Kindi juga berargumen bahwa Tuhan adalah wujud sempurna yang menciptakan alam semesta melalui bukti-bukti empiris seperti perubahan zaman dan keragaman di alam
2. Yang akan dibahas;
Argumentasi Mengenai Keberadaan
Allah
Apakah Filsafat itu dibutuhkan oleh
orang yang beragama untuk
memperoleh kebenaran?
3. Sekilas biografi Al-Kindi
Al-Kindi dikenal sebagai filsuf muslim keturunan
Arab pertama, ia lahir di Kufah sekitar 185 H
(801 M)dari keluarga kaya dan terhormat.
Al-Kindi hidup semasa pemerintahan Dauah
Abbasiyah, suatu masa kerajaan Dinasti
Abbasiyah dan berkembangnya intelektual,
khususnya faham mu’tazilah.
Al-Kindi tidak hanya dikenal sebagai filsuf, tapi
juga ilmiah yang menguasai berbagai cabang
pengetahuan.
Sebenarnya tidak ada kepastian tentang
kelahiran, kematian dan siapa-siapa gurunya.
Beberapa filsuf menyebutkan setelah berusia
80 tahun atau lebih sedikit.
4. Al-Kindi berusaha memadukan (talfiq) antara
agama dan filsafat.
Filsafat adalah pengetahuan yang benar.
Bolehkah kita berfilsafat?
menurut Al-Kindi kesesuaian al-Qur’an dan
filsafat mempelajari filsafat dan berfilsafat tidak
dilarang, bahkan teologi adalah bagian dari
filsafat, sedangkan umat islam diwajibkan
mempelajari teologi. Bertemunya agama dan
filsafat dalam kebenaan dan kebaikan sekaligus
menjadi tujuan dari keduanya. Agama di
samping wahyu mempergunkan akal, dan
filsafat juga mempergunakan akal.
5. Menurut Al-Kindi Tuhan adalah yang
paling benar, karena dasar filsafat
membahas soal Tuhan dan Agama.
Filsafat yang paling tinggi ialah filsafat
tentang Tuhan.
6. Bagaimana kaum yang menolak
filsafat?
Kaum/orang yang menolak filsafat
menurut Al-Kindi telah mengingkari
kebenaran, dan karena itu dapat
dikelompokkan kepada “kafir”, karena
orang tersebut telah jauh dari kebenaran
kendatipun ia menganggap dirinya yang
paling benar. Karena pengetahuannya
tentang tuhan, keesaan tuhan dan juga
sebagai alat untuk berpegang teguh
kepada-Nya dan untuk menghindari hal-
hal yang sebaliknya.
7. Lanjut
Oleh sebab itu kita harus menyambut
dengan gembira kebenaran dari mana pun
datangnya, sebab tidak ada yang lebih
berharga bagi para pencari kebenaran
daripada kebenaran itu sendari.
Jika diibaratkan orang yang mengingkari
kebenaran tidak beda dengan orang yang
memperdagangkan agama, dan pada
hakikatnya orang itu tidak lagi
beragama, karena telah menjual
agamanya.
Siapa yang memperdagangkan agama
berarti ia bukan orang yang beragama.
8. Metafisika
Menurut Al-Kindi Tuhan adalah wujud
yang sempurna dan tidak diketahui
wujud lain. Wuju-Nya tidak berakhir,
sedangkan wujud lain disebabkan
wujud-Nya.
Tuhan adalah Maha Esayang tidak
dapat dibagi-bagi dan tidak ada zat lain
yang menyamai-Nya dalam segala
aspek. Ia tidak dilahirkan dan tidak pula
melahirkan.
9. Di dalam alam terdapat benda-benda
yang tidak ditangkap panca indra.
Benda-benda itu merupakan juz’iah
(particulars). Yang penting bagi filsafat
menurut Al-Kindi, bukan juz’iah yang ak
terhingga banyaknya, tetapi hakikat
yang terdapat dalam juz’iah itu adalah
kulliah (universals)
10. Tuhan dalam filsafat Al-Kindi tidak
mempunyai hakikat dalam arti aniah atau
mahiah. Tidak aniah karena Tuhan tidak
termasuk dalam benda-benda yang ada
dalam alam, bahkan Ia adalah Pencipta
alam. Ia tidak tersusun dari materi dan
bentuk.
Tuhan tidak mempunyai hakikat dalam
bentuk maniah, karena Tuhan tidak
merupakan genus atau spesies. Tuhan
hanya satu, dan tidak ada yang serupa
11. Bagaimana cara membuktikan
adanya Tuhan?
Dalam hal membuktikan adanya Tuhan,
Al-Kindi mengemukakan dalil empiris,
yaitu:
Dalil baharu alam
Zaman, dan gerak tidak dapat
mendahului dalam wujud, semuanya
ada secara bersamaan.
Alasan inilah yang mejadikan Al-Kindi
berkesimpulan, bahwa dunia ini baharu
dan ada penciptanya, musttahil dunia ini
13. Lanjut
Dalil pengendalian alam
Al-Kindi berpendapat bahwa alam ini
dijadikan Tuhan dari tiada. Allah tidak
hanya menjadikan alam, tetapi juga
mengendalikan dan mengaturnya, serta
menjadikan sebagiannya menjadi sebab
bagi yang lain. Dalam alam ini terdapat
gerak menjadikan dan gerak merusak.