Al-Kindi adalah filosof Islam pertama yang memperkenalkan filsafat Yunani ke dunia Islam. Ia mengemukakan pemikiran filsafatnya dalam berbagai bidang seperti pemaduan agama dan filsafat, ketuhanan, jiwa, moral dan kenabian. Meskipun tidak memiliki sistem filsafat lengkap, jasanya besar dalam membuka pintu filsafat bagi dunia Arab.
2. Riwayat Hidup al-Kindi
Al-Kindi, nama lengkapnya Abdul Yusuf Ya’qub bin Ishaq bin Ash-Shabah bin ‘Imran bin Isma’il bin
Muhammad bin al-Asy’ats bin Qais al-Kindi. Al-Kindi dilahirkan di Kufah sekitar tahun 185 H (801
M) dari keluarga kaya dan terhormat. Ia berasal dari kabilah kindah, termasuk kabilah terpandang
di kalangan masyarakat Arab dan bermukim di daerah Yaman dan Hijaz.
Setelah dewasa al-Kindi pergi ke Baghdad dan mendapat perlindungan dari khalifah al- Ma’mun
(813-833 H) dan khalifah al-Mu’tasim (833-842 H). Ibnu Nabatah berkata bahwa karya-karya al-
Kindi telah menghiasai kerajaan al-Mu'tashim. Al-Kindi menganut paham Mu’tazilah dan
kemudian belajar filsafat. Selain belajar filsafat ia juga menekuni dan ahli dalam bidang ilmu
astronomi, ilmu ukur, ilmu alam astrologi, ilmu pasti, ilmu seni musik, meteorologi, optika,
kedokteran, politik dan matematika. Penguasaanya terhadap filasafat dan disiplin ilmu lainnya
telah menempatkan ia menjadi orang Islam pertama yang berkebangsaan Arab dalam jajaran
para filosof terkemuka. Karena itu pula dinilai pantas dalam menyadang gelar Failasuf al-‘Arab.
Ia juga diundang oleh khalifah al-Makmun untuk mengajar pada baitul hikmah, ia sangat terkenal
dan berjasa dalam gerakan penerjemahan dan seorang pelopor yang memperkenalkan tulisan
Yunani, Suriah dan India kepada dunia Islam.
Menurut Harun Nasution, kalau al-Kindi menganut faham Mu'tazilah yang mengedepankan rasio
dan filsafat dalam pemahaman keislamannya. Selain itu pula kaum Mu’tazilah giat mempelajari
filsafat Yunani untuk mempertahankan pendapat-pendapatnya terutama filsafat Plato dan
Aristoteles. Ilmu Logika sangat menarik perhatiannya, karena menjunjung tinggi berfikir logis.
Memang Mu’tazilah lebih mengutamakan akal pikiran, dan sesudah itu baru al-Qur’an dan
Hadits. Hal ini berbeda dengan golongan Ahlus Sunnah, yang mendahulukan al-Qur’an dan al-
Hadits kemudian baru akal pikiran
3. Al-Kindi mengemukakan pokok-pokok pemikiran filsafat dalam berbagai aspek antara lain:
1. Pemaduan Filsafat dan Agama ( Talfiq )
Al-Kindi orang Islam yang pertama meretas jalan mengupayakan pemaduan antara filasafat dan agama atau
antara akal dan wahyu. Menurutnya antara keduanya tidak bertentangan karena masing-masing keduanya
adalah ilmu tentang kebenaran. Dalam pemikiran al-Kindi pemaduan antara agama dengan filsafat atau akal
dengan wahyu dinamakan dengan talfiq. Sedangkan kebenaran itu satu tidak banyak. Ilmu filasafat meliputi
ketuhanan, keesan-Nya, dan keutamaan serta ilmu-ilmu lain yang mengajarkan bagaimana jalan memperoleh
apa-apa yang bermanfaat dan menjauhkan dari apa-apa yang mudlarat. Hal seperti ini juga dibawa oleh para
rasul Allah dan juga mereka menetapkan keesaan Allah dan memastikan keutamaan yang diridhai-Nya.
Agaknya untuk memuaskan semua pihak, terutama orang-orang Islam yang tidak senang dengan filsafat,
dalam usaha pemanduannya ini, al-Kindi juga membawakan ayat-ayat Al-Quran. Menurutnya menerima dan
mempelajari filsafat sejalan dengan anjuran Al-Quran yang memerintahkan pemeluknya untuk meneliti dan
membahas segala fenomena di alam semesta ini.
Pemikiran Filsafat al-Kindi
4. 2. Filsafat Ketuhanan
Adapun mengenai ketuhanan, bagi al-Kindi Tuhan adalah wujud yang sempurna dan tidak didahului wujud
lain. Wujudnya tidak berakhir, sedangkan wujud lain disebabkan wujud-Nya. Tuhan adalah Maha Esa yang tidak dapat
dibagi-bagi dan tidak ad zat lain yang menyamai-Nya dalam segala aspek. Ia tidak dilahirkan dan tidak pula melahirkan.
Tuhan dalam falsafat al-Kindi tidak mempunyai hakikat dalam arti aniah dan mahiah. Tidak aniah karena tidak termasuk
yang ada dalam alam, tetapi Ia adalah Pencipta alam. Ia tidak tersusun dari materi dan bentuk. Tuhan juga tidak mahiah
karena Tuhan tidak merupakan genus dan spesies. Tuhan adalah Yang Benar Pertama (Al-Haqqul Awwal) dan Yang Benar
Tunggal (Al-Haqqul Wahid). Ia semata-mata satu. Hanya Ia-lah yang satu maka selain dari tuhan mengandung arti banyak.
Sesuai dengan faham yang ada dalam Islam, Tuhan bagi al-Kindi adalah Pencipta dan bukan Penggerak Pertama
sebagai pendapat Aristoteles. Alam bagi al-Kindi bukan kekal di zaman lampau tetapi punya permulaan. Karena itulah ia
lebih dekat dalam hal ini pada falsafat Plotinus yang mengatakan bahwa Yang Maha Satu adalah sumber dari alam ini dan
sumber dari segala yang ada. Alam ini adalah emanasi dari Yang Maha Satu. Filsafat ketuhanan yang dikemukakan al-Kindi
adalah adanya pencipta dan penggerak alam semesta yang menjadi bukti adanya tuhan, sehingga adanya tuhan dapat
dibuktikan dengan dalil yang empiris atau bukti yang dapat ditunjukkan
Pemikiran Filsafat al-Kindi
5. 3. Filsafat Jiwa
Al-Quran dan Hadits Nabi Muhammad Saw. tidak menjelaskan tegas tentang roh dan jiwa. Bahkan Al-Quran
sebagai pokok sumber ajaran Islam menginformasikan bahwa manusia tidak akan mengetahui hakikat ruh karena itu
urusan Allah bukan Manusia. Dengan adanya hal tersebut, kaum filosof Muslim membahas jiwa berdasarkan pada
falsafat jiwa yang dikemukakan para filosof Yunani, kemudian mereka selaraskan dengan ajaran Islam.
Al-Kindi juga mengatakan bahwa jiwa adalah tunggal, tidak tersusun, tidak panjang, dalam dan lebar. Jiwa
mempunyai arti penting , sempurna, dan mulia. Subtansinya berasal dari subtansi Allah. Hubungannya dengan Allah
sama dengan hubungannya dengan cahaya dan matahari. Jiwa mempunyai wujud tersendiri, terpisah, dan berbeda
dengan jasad atau badan. Jiwa bersifat rohani dan illahi sementara badan mempunyai hawa nafsu dan marah. Dan
perbedaannya jiwa menentang keinginan hawa nafsu.
Pemikiran Filsafat al-Kindi
6. 4. Filsafat Moral
Menurut al-Kindi, filsafat harus memperdalam pengetahuan manusia tentang diri dan bahwa seorang filosof
wajib menempuh hidup susila.Hikmah sejati membawa serta pengetahuan serta pelaksanaan keutamaan.Kebijaksanaan
tidak dicari untuk diri sendiri (Aristoteles), melainkan untuk hidup bahagia (Stoa). Tabiat manusia baik, tetapi ia digoda
oleh nafsu. Konflik itu dihapuskan oleh pengetahuan (paradoks Socrates).Manusia harus menjauhkan diri dari
keserakahan.Milik memberatkan jiwa.Socrates dipuji sebagai contoh zahid (asket).Al-Kindi mengecam para ulama yang
memperdagangkan agama (tijarat bi al-din) untuk memperkaya diri dan para filosof yang memperlihatkan jiwa
kebinatangan untuk mempertahankan kedudukannya dalam Negara. Ia merasa diri korban kelaliman Negara seperti
Socrates. Dalam kesesakan jiwa, filsafat menghiburnya dan mengarahkannya untuk melatih kekangan, keberanian dan
hikmah dalam keseimbangan sebagai keutamaan pribadi, tetapi pula keadilan untuk meningkatkan tata Negara. Sebagai
filosof, al-Kindi prihatin, kalau-kalau syari’at kurang menjamin perkembangan kepribadian secara wajar.Karena itu dalam
akhlak dia mengutamakan kaedah stoa dan Socrates.
Pemikiran Filsafat al-Kindi
7. 5. Filsafat Kenabian
Tentang kenabian bagi Al-Kindi adalah satu derajat pengetahuan yang tertinggi bagi manusia. Hanya nabi
yang bisa mencapai pengetahuan yang sempurna tentang alam ghaib dan ketuhanan melalui wahyu. Kesanggupan
untuk mengetahui seluk-beluk alam ghaib yang sempurna seperti itu tidak mungkin dapat dicapai oleh manusia biasa.
Keterbatasan pengetahuan manusia terhadap soal-soal hakikat dan alam ghaib disebabkan keterbatasan keleluasaan
akalnya atas jasad. Oleh karena itu pengetahuan yang dicapai oleh manusia masih sedikit sekali dan hal ini masih belum
sepenuhnya pula dapat diyakini kebenarannya. Berlainan dengan wahyu yang disampaikan Tuhan kepada nabi, ia lebih
positif dan kebenarannya dapat diyakini sepenuhnya. Jadi kenabian lebih tinggi dari derajat para filosof.
Dalam realitasnya kita sudah mengikuti bahwa Nabi sudah pasti mempunyai derajat lebih tinggi sekalipun
sama-sama berbentuk wujud manusia. Tentunya dilihat dari segi keilmuan, kemulyaan dan interaksinya dengan Tuhan,
sehingga ada perintah atau keistimewaan yang dimiliki oleh para Nabi disamping hal di atas, misalnya mukjizat yang
jenisnya berbeda-beda tiap para Nabi-Nya, begitu pula dilihat dari segi dima’shumnya atas segala perbuatan dan segala
dosanya.
Pemikiran Filsafat al-Kindi
8. Tinjauan terhadap al-Kindi
Al-Kindi merupakan filosof pertama yang menyelami persoalan filsafat dan keilmuan
dengan menggunakan bahasa arab, seperti halnya dengan Descartes dengan bahasa perancis,
meskipun berbeda waktu, corak pikiran dan luasnya pembicaraan. Sebagai orang yang mempelajari
pikiran-pikiran filsafat dari masa-masa sebelumnya, maka ia harus memperkenalkan pikiran-pikiran
tersebut kepada dunia arab – Islam tentang berbagai persoalan yang sebenarnya terasa asing sama
sekali oleh mereka. Dari segi ini, maka al-Kindi menghadapi kesulitan yang besar, akan tetapi ia
dapat mengatasinya dengan baik.
Pertama ia menggunakan istilah-istilah arab untuk pengertian kata-kata Yunani. Kalau
terpakasa memakai kata-kata Yunani asli, maka disebutkan - juga istilah arabnya. Untuk ketelitian
pemakaian istilah – istilah, maka ia harus menulis risalah-risalah yang khusus untuk itu, dan risalah
ini merupakan buku tertua yang sampai kepada kita.
Kedua ia telah meneliti persoalan – persoalan filsafat yang meskipun telah dibicarakan oleh
filosof-filosof sebelumnya, namun ia tetap mempertahankan kepribadiannya danpendapatnya sendiri.
Karenanya, maka ia tidak sekedar mengutip dari Aristoteles dan Plato atau filosof-filsof Yunani
lainnya, Tetapi ia juga memilih mana yang sesuai dengan pikirannya sendiri dan kepercayaan
agamanya. Akan tetapi memang haruslah diakui, al-Kindi tidak mempunyai system filsafat
yang lengkap. Jasanya ialah karena dia adalah orang yang pertama membuka pintu filsafat bagi
dunia Arab dan diberinya corak Arab keislaman. Pendiri filsafat Islam yang sebenarnya ialah al-
Farabi.
9. KESIMPULAN
Al-Kindi, nama lengkapnya Abdul Yusuf Ya’qub bin Ishaq bin Ash-Shabah bin ‘Imran bin Isma’il bin
Muhammad bin al-Asy’ats bin Qais al-Kindi. Al-Kindi dilahirkan di Kufah sekitar tahun 185 H (801
M) dari keluarga kaya dan terhormat. Ia berasal dari kabilah kindah, termasuk kabilah
terpandang di kalangan masyarakat Arab dan bermukim di daerah Yaman dan Hijaz.
Pemikiran-pemikiran al-Kindi dalam bidang filsafat meliputi pemaduan antara agama dengan
filsafat atau terkenal dengan talfiq, selanjutnya filsafat ketuhanan yang meliputi pemikiran-
pemikirannya mengenai Tuhan, keberadaan-Nya, Fungsi-Nya, dalil keberadaan Tuhan dan sifat-
sifat Tuhan, filsafat metafisika, filsafat jiwa serta roh, filsafat moral, dan filsafat kenabian.
Tinjauan terhadap al-Kindi sangatlah beragam, berkaitan dengan jasanya dalam mengenalkan asas-
asas filsafat Islam bagi dunia Arab, bahkan sebelumnya juga dia telah membuka pintu utama
sebagai orang yang telah menerjemahkan dan berjasa besar terhadap penelaahan filsafat-
filsafat Yunani. Sekalipun ada yang mengatakan bahwa karya filsafatnya lebih banyak mengutip
karya-karya orang lain, tetapi dalam hal perkembangannya, al-Kindi sempat menjadi ilmuwan
besar pada masa dinasti Abbasyiah.
10. CREDITS: This template has been created by Slidesgo, and
includes icons by Flaticon, infographics & images by Freepik
and content by Eliana Delacour
Thanks!
Do you have any questions?