SlideShare a Scribd company logo
COST ACCOUNTING
MATERI-10
AKUNTANSI BIAYA TENAGA
KERJA
DEFINISI BIAYA TENAGA
KERJA
 Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau
mental yang dikeluarkan karyawan untuk
mengolah produk.
 Biaya tenaga kerja adalah harga yang
dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja
manusia tersebut..
PENGGOLONGAN BIAYA TENAGA
KERJA
 Dalam perusahaan manufaktur penggolongan
kegiatan tenaga kerja dapat dilakukan sebagai
berikut:
1. Penggolongan menurut fungsi pokok dalam
organisasi perusahaan:
 Biaya tenaga kerja produksi, contoh: gaji, kesejahteraan
dan lembur karyawan pabrik; upah mandor pabrik, gaji
manajer pabrik
 Biaya tenaga kerja pemasaran, contoh: upah dan
kesejahteraan karyawan pemasaran, komisi
pramuniaga, gaji manajer pemasaran.
 Biaya tenaga kerja administrasi & umum, contoh: gaji &
kesejahteraan karyawan bagian akuntansi, personalia &
sekretariat
2. Penggolongan menurut kegiatan departemen-
departemen dalam perusahaan
 contoh: biaya tenaga kerja bagian pulp,
biaya tenaga kerja bagian kertas, biaya
tenaga kerja bagian akuntansi, biaya tenaga
kerja bagian personalia
3. Penggolongan menurut jenis pekerjaannya
 Dalam suatu departemen, tenaga kerja
dapat digolongkan menurut sifat
pekerjaannya. Contoh: dalam
departemen produksi biaya tenaga kerja
digolongkan atas upah operator, upah
mandor, upah penyelia.
4. Penggolongan menurut hubungannya
dengan produk
 Tenaga kerja langsung  karyawan yang
secara langsung ikut serta memproduksi
produk jadi, yang jasanya dapat diusut
secara langsung pada produk dan upahnya
merupakan bagian yang besar dalam
memproduksi produk.  merupakan unsur
biaya produksi.
 Tenaga kerja tidak langsung  tenaga kerja
yang jasanya tidak secara langsung dapat
diusut pada produk  merupakan unsur
biaya overhead pabrik
AKUNTANSI BIAYA TENAGA
KERJA
 Biaya tenaga kerja dapat dibagi dalam tiga
golongan besar, yaitu:
1. Gaji dan upah reguler  jumlah gaji dan upah
bruto dikurangi dengan potongan-potongan
seperti pajak penghasilan karyawan dan biaya
asuransi hari tua.
2. Premi lembur
3. Biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga
kerja (labor related costs).
GAJI DAN UPAH
 Salah satu cara perhitungan upah karyawan dalam
perusahaan adalah dengan mengalikan tarif upah dengan
jam kerja karyawan.
 Pada Job Order Costing dokumen yang digunakan untuk
perhitungan upah karyawan adalah:
1. Kartu Hadir (Clock Card) yaitu suatu catatan yang digunakan
untuk mencatat jam kehadiran karyawan, yaitu jangka waktu
antara jam hadir dan jam meninggalkan perusahaan.
 Pada setiap akhir periode, kartu hadir tiap karyawan dikirim ke
bagian pembuat daftar gaji dan upah untuk dipakai sebagai
dasar perhitungan gaji dan upah per periode.
2. Kartu Jam Kerja, yaitu catatan pemakaian waktu hadir tenaga
kerja langsung di pabrik. Kartu jam kerja tidak diperlukan
dalam Process Costing.
 Kartu jam kerja untuk setiap karyawan kemudian disesuaikan
dengan waktu yang tercantum dalam kartu jam hadir dan
dikirim ke bagian Akuntansi Biaya untuk keperluan distribusi
gaji dan upah tenaga kerja langsung.
Empat Tahap Pencatatan Biaya Gaji dan
Upah
Tahap 1:
Kartu hadir
karyawan
Daftar
gaji dan
upah
karyawa
n
Pengelompokkan:
1. Gaji dan upah karyawan
pabrik:
a. upah karyawan
langsung
b. Upah karyawan tak
langsung
2. Gaji dan upah karyawan
administrasi dan umum
3. Gaji dan upah karyawan
pemasaran.
Jurnal:
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja xx
Biaya Overhead Pabrik xx
Biaya Administrasi & Umum xx
Biaya Pemasaran xx
Gaji dan Upah xx
Tahap 2:
Daftar
gaji dan
upah
karyawa
n
Bukti kas keluar
& cek untuk
pengambilan
uang dari bank
Jurnal:
Gaji dan Upah xx
Utang PPh karyawan xx
Utang Gaji dan Upah xx
Tahap 3 & 4:
Bukti kas keluar
& cek untuk
pengambilan
uang dari bank
Rp
Daftar gaji dan
upah karyawan
ditandatangani
karyawan yang
menerima gaji &
upah
PPh
karyawan
disetor ke
kas negaraJurnal pembayaran gaji & upah:
Utang gaji dan Upah xx
Kas xx
Jurnal penyetoran PPh:
Utang PPh karyawan xx
Kas xx
INSENTIF
 Dalam hubungannya dengan gaji dan upah,
perusahaan memberikan insentif kepada
karyawan agar dapat bekerja lebih baik.
 Insentif dapat didasarkan atas waktu kerja, hasil
yang diproduksi atau kombinasi di antara
keduanya.
 Beberapa cara pemberian insentif:
1. Insentif satuan dengan jam minimum (Straight
Piecework with a Guaranted Hourly Minimum Plan)
2. Taylor differential piece rate plan
Insentif satuan dengan jam
minimum
 Karyawan dibayar atas dasar tarif per jam untuk
menghasilkan jumlah satuan keluaran (output)
standar.
 Untuk hasil produksi yang melebihi jumlah standar
tersebut, karyawan menerima jumlah upah
tambahan sebesar : jumlah kelebihan satuan
keluaran di atas standar dikali tarif upah per
satuan.
 Tarif upah per satuan dihitung dengan cara:
membagi upah standar per jam dengan satuan
keluaran standar per jam.
 Contoh:
Jika menurut time study dibutuhkan waktu 5 menit
untuk menghasilkan 1 satuan produk, maka jumlah
keluaran standar per jam adalah 12 satuan. Jika upah
pokok sebesar Rp 600 per jam, maka tarif upah per
satuan adalah Rp 50 (Rp 600:12). Karyawan yang
tidak dapat menghasilkan jumlah standar per jam
tetap dijamin mendapatkan upah Rp 600 per jam.
Tetapi bila ia dapat menghasilkan 14 satuan per jam
(ada kelebihan 2 satuan dari jumlah satuan standar
per jam), maka upahnya dihitung sebagai berikut:
 Upah dasar per jam = Rp 600
 Insentif:2xRp 50 = 100
 Upah yang diterima pekerja per jam = Rp 700
Taylor differential piece rate
plan
 Menggunakan tarif tiap potong untuk jumlah
keluaran rendah per jam dan tarif tiap potong
yang lain untuk jumlah keluaran tinggi per jam.
PENDAPATAN LEMBUR
 Pendapatan lembur terdiri atas dua elemen yaitu:
1. Tarif upah reguler
2. Premium lembur
 Pendapatan lembur merupakan jumlah tambahan untuk jam
kerja yang melebihi batas tertentu. Batas itu mungkin saja
40 jam kerja per minggu atau 8 jam kerja per hari.
 Perlakuan premium lembur:
 Premi lembur dapat ditambahkan pada upah tenaga kerja
langsung dan dibebankan pada pekerjaan atau departemen
tempat terjadinya lembur tersebut apabila pabrik telah bekerja
pada kapasitas penuh dan pelanggan mau menerima beban
tambahan karena lembur tersebut.
 Premi lembur dapat diperlakukan sebagi unsur biaya overhead
pabrik atau dikeluarkan sama sekali dari harga pokok produk
dan dianggap sebagai biaya periode apabila lembur tersebut
terjadi karena ketidakefisienan atau pemborosan waktu kerja.
Labor Related Costs
 Set up Time
 waktu yang diperlukan untuk memulai
produksi.
 Set up Costs
 Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memulai
produksi disebut set up costs.
 Tiga cara perlakuan terhadap set up costs:
1. Dimasukkan ke dalam kelompok biaya tenaga kerja
langsung  bila dapat diidentifikasikan pada pesanan
tertentu.
2. Dimasukkan sebagai unsur biaya overhead pabrik
3. Dibebankan kepada pesanan yang bersangkutan dalam
 Idle Time
 Waktu menganggur bagi karyawan karena
adanya hambatan-hambatan, kerusakan
mesin atau kekurangan pekerjaan.
 Biaya yang dikeluarkan selama Idle Time
diperlakukan sebagai unsur biaya overhead
pabrik.
COST ACCOUNTING
MATERI-11
PENENTUAN HARGA
POKOK PRODUK BERSAMA
DAN SAMPINGAN
PRODUK SAMPINGAN (BY-
PRODUCT)
Produk sampingan adalah suatu
produk dengan nilai total yang
relatif kecil dan dihasilkan
secara simultan atau
bersamaan dengan produk lain
yang nilai totalnya lebih besar
yang disebut dengan produk
utama (main product)
Asal mula produk sampingan bervariasi,
contoh:
1. Dihasilkan dari pembersihan produk utama,
seperti gas dan tar dari produksi arang.
2. Dari sisa atau sampah, seperti serbuk
gergaji di tempat penggergajian kayu.
3. Dari proses persiapan bahan baku sebelum
digunakan dalam proses produksi produk
utama, contoh: pemisahan biji kapas dari
kapas, pemisahan biji apel dari buah apel,
kulit dari biji cokelat.
Produk sampingan dapat diklasifikasikan
menjadi dua kelompok menurut kondisi
dapat dipasarkannya produk tersebut
pada titik pisah batas:
1. Yang dijual dalam bentuk asalnya
tanpa diproses lebih lanjut.
2. Yang membutuhkan proses lebih lanjut
agar dapat dijual.
Titik pisah batas (split-off point):
titik dimana produk sampingan. produk gabungan dan
produk utama dapat dipisahkan sebagai unit-unit individual.
Sebelum titik pisah batas, produk-produk tersebut masih
dalam satu kesatuan yang homogen.
PRODUK GABUNGAN (JOINT
PRODUCT)
Produk gabungan adalah suatu
produk yang dihasilkan secara
simultan melalui suatu proses
atau serentetan proses umum,
dimana setiap produk yang
dihasilkan dari proses tersebut
memiliki lebih dari sekedar nilai
nominal.
Contoh dari produk gabungan:
Industri pengemasan daging  berbagai
jenis potongan daging dan beberapa produk
sampingan dihasilkan dari satu hewan potong
dengan satu total biaya
Derivasi bensin menghasilkan produksi nafta,
kerosin dan minyak bakar terdistilasi.
Industri yang harus memilah bahan baku
sebelum diproses, seperti perusahaan
pengalengan buah dan sayuran.
BIAYA GABUNGAN (JOINT
COST)
- Biaya gabungan adalah biaya yang muncul
dari produksi yang simultan atas berbagai
produk dalam proses yang sama.
-Biaya gabungan terjadi sebelum titik pisah
batas.
- Biaya gabungan terjadi dalam bentuk satu
jumlah total biaya yang tidak dapat dibagi
untuk semua produk yang dihasilkan.
-Biaya gabungan memerlukan alokasi ke
produk-produk individual.
Metode perhitungan biaya produk
sampingan
 Ada 2 kategori untuk menghitung biaya produk
sampingan:
1. Biaya produksi gabungan tidak dialokasikan ke
produk sampingan.
a. Metode 1 : dibedakan berdasarkan perlakuannya terhadap
pendapatan kotor dari produk sampingan
b. Metode 2 : dibedakan berdasarkan perlakuannya terhadap
pendapatan bersih dari produk sampingan
2. Sebagian biaya gabungan dialokasikan ke produk
sampingan tersebut.
a. Metode 3 : Metode biaya penggantian (replacement cost
method).
b. Metode 4 : Metode nilai pasar ( market value method) atau
metode pembatalan atau pembalikan biaya ( reversal cost
method)
Metode 1 : Pengakuan Pendapatan
Kotor
 Dalam metode 1, pendapatan kotor dari
penjualan produk sampingan ditampilkan
dalam laporan laba rugi sebagai salah satu
dari kategori ini:
a. Pendapatan lain-lain
b. Tambahan pendapatan penjualan
c. Pengurang harga pokok penjualan dari produk
utama
d. Pengurang biaya produksi produk utama.
Metode 1a: Pendapatan kotor penjualan produk
sampingan sebagai pendapatan
lain-lain
Contoh sbb, dengan asumsi pendapatan kotor dari
penjualan produk sampingan adalah sebesar $1.500:
Metode 1b: Pendapatan kotor penjualan produk
sampingan sebagai tambahan pendapatan penjualan
Metode 1c : Pendapatan kotor penjualan produk
sampingan sebagai pengurang HPP dari produk
utama
Metode 1d: pendapatan kotor dari penjualan
produk sampingan sebagai pengurang biaya
produksi produk utama
METODE 2: PENGAKUAN PENDAPATAN
BERSIH
 Metode pendapatan bersih (net revenue method):
membebankan biaya yang terjadi setelah titik pisah
batas (yaitu biaya untuk memproses maupun
memasarkan produk sampingan) ke pendapatan
produk sampingan.
 Beberapa perusahaan memiliki akun ‘Produk
Sampingan’, dimana semua biaya yang terjadi setelah
titik pisah batas di debit ke akun ini, sementara
pendapatan yang diperoleh dikreditkan ke akun
tersebut.
 Saldo dari produk sampingan ditampilkan di laporan
laba rugi dengan mengikuti salah satu cara yang
METODE 3: METODE BIAYA
PENGGANTIAN
 Metode biaya penggantian (replacement cost
method) biasanya digunakan oleh perusahaan-
perusahaan yang produk sampingannya
digunakan oleh perusahaan itu sendiri.
 Adanya produk sampingan menghilangkan
kebutuhan untuk membeli bahan baku yang
serupa dari pemasok.
 Biaya produksi produk utama yang menghasilkan
produk sampingan dikredit, dan debitnya diposting
ke departemen yang menggunakan produk
sampingan tersebut.
 Jumlah yang diposting oleh ayat jurnal tersebut
merupakan biaya pembelian atau biaya
penggantiannya.
METODE 4: METODE HARGA PASAR
(PEMBATALAN BIAYA)
 Metode ini mengurangi biaya produksi dari
produk utama, bukan dengan pendapatan
aktual yang diterima, melainkan dengan
estimasi nilai produk sampingan pada saat
dijual.
 Akun produk sampingan dibebankan dengan
nilai estimasi ini, dan biaya produksi dari
produk utama dikredit.
 Tambahan biaya bahan baku, tenaga kerja
atau overhead pabrik yang terjadi setelah titik
pisah batas dibebankan ke produk sampingan.
 Nilai estimasi dari produk sampingan pada titik
pisah batas dapat dihitung dengan beberapa
alternatif:
1. Mengestimasikan laba kotor dan biaya produksi
setelah titik pisah batas dari produk sampingan,
lalu mengurangkannya dari harga pasar
finalnya.
2. Jika produk sampingan memiliki nilai pasar pada
titik pisah batas, maka akun produk sampingan
dibebankan dengan nilai pasar tersebut lalu
dikurangi dengan estimasi laba kotor.
Lawannya dikreditkan ke biaya produksi produk
utama.
Contoh metode harga pasar dalam
menghitung biaya produk utama dan produk
sampingan
METODE PERHITUNGAN BIAYA
PRODUK GABUNGAN
 Biaya produk gabungan (terjadi sebelum titik
pisah batas), dapat dialokasikan ke produk
gabungan menggunakan salah satu dari
metode berikut:
1. Metode harga pasar, berdasarkan harga pasar
relatif dari produk individual.
2. Metode biaya rata-rata per unit.
3. Metode rata-rata tertimbang, berdasarkan pada
faktor pembobotan yang telah ditentukan
sebelumnya.
4. Metode unit kuantitatif, berdasarkan pada
ukuran fisik unit seperti berat, ukuran linear atau
volume.
METODE HARGA PASAR
 PRODUK GABUNGAN YANG DAPAT DIJUAL
PADA TITIK PISAH BATAS.
 Metode ini menggunakan total harga pasar dari setiap
produk, yaitu jumlah unit yang diproduksi dikalikan
dengan harga jual per unit.
 Contoh:
Asumsikan produk gabungan A, B, C, D diproduksi
dengan biaya gabungan sebesar $120.000. Kuantitas
yang diproduksi adalah : A= 20.000 unit, B=15.000
unit, C=10.000 unit dan D=15.000 unit. Produk A
dijual seharga $0,25 ; B seharga $3 ; C seharga
$3,50 dan D seharga $5. Harga ini merupakan harga
pasar dari produk tersebut pada titik pisah batas.
Diasumsikan produk-produk tersebut dapat dijual
pada titik tersebut.
Alokasi biaya gabungan dihitung sebagai berikut:
Pada metode harga pasar dengan asumsi bahwa unit dijual tanpa
pemrosesan lebih lanjut, maka setiap produk gabungan akan menghasilkan
persentase laba kotor yang sama.
Contoh (dengan asumsi tidak ada persediaan awal):
 Produk gabungan yang tidak dapat dijual pada titik
pisah batas.
 Produk yang tidak dapat dijual di titik pisah batas
memerlukan pemrosesan tambahan sebelum dapat
dijual.
 Untuk itu dasar untuk mengalokasikan biaya
gabungan adalah harga pasar hipotetis pada titik
pisah batas.
 Harga Pasar Hipotetis =
Harga Pasar Final – biaya pemrosesan tambahan.
 Beban pemasaran & beban administratif yang dapat
ditelusuri langsung ke produk tertentu serta estimasi
untuk laba juga harus dikurangi jika jumlahnya
berbeda secara proporsional untuk produk gabungan
Contoh : asumsi berikut ini ditambahkan ke contoh sebelumnya:
Alokasi biaya gabungan :
Laporan laba kotor berikut ini menggunakan jumlah unit terjual
yang sama dengan yang digunakan di contoh sebelumnya,
tetapi harga jual telah dinaikkan sebagai akibat dari adanya
pemrosesan tambahan:
Metode biaya rata-rata per unit
 Metode biaya rata-rata per unit ( average unit
cost method) adalah metode yang
mengalokasikan biaya gabungan ke produk
gabungan sedemikian rupa sehingga setiap
produk menerima alokasi biaya gabungan per
unit dalam jumlah yang sama, yang disebut
sebagai biaya rata-rata per unit.
 Biaya rata-rata per unit =
Total biaya produksi gabungan
Total jumlah unit yang diproduksi
Dari contoh sebelumnya:
Biaya rata-rata per unit = total biaya produksi gabungan = $ 120.000 = $2 per
unit
Total jumlah unit yang diproduksi = 60.000
METODE RATA-RATA
TERTIMBANG
 Metode rata-rata tertimbang menggunakan faktor
pembobotan yang diberikan ke setiap unit sebagai dasar
untuk mengalokasikan biaya gabungan.
 Dasar alokasi =
Barang jadi dari semua jenis x faktor pembobotan
 Faktor pembobotan dapat didasarkan pada atribut seperti
ukuran unit, tingkat kesulitan, waktu yang diperlukan untuk
memproduksi unit tsb, perbedaan dalam jenis tenaga kerja
yang digunakan, perbedaan jumlah bahan baku yang
digunakan.
 Contoh: asumsi faktor pembobotan yang dibebankan keempat
produk :
Produk A = 3 poin
Produk B = 12 poin
Produk C = 13.5 poin
Menggunakan data dari contoh sebelumnya, alokasi biaya
gabungan dengan metode rata-rata tertimbang adalah
seperti berikut:
METODE UNIT KUANTITATIF
 Metode unit kuantitatif (quantitative unit method):
adalah metode yang mengalokasikan biaya gabungan
berdasarkan satuan pengukuran yang sama, misalnya
galon, ton, atau meter persegi.
 Jika produk gabungan tidak bisa diukur dalam satuan
ukuran yang sama, maka ukuran tersebut harus
dikonversikan ke satuan yang sama. Misal ketika
arang diproduksi, batubara,benzol,amonia sulfat dan
gas juga ikut diproduksi dan masing-masing diukur
dalam satuan yang berbeda.
 Contoh berikut ini menggunakan metode unit kuntitatif
dengan menggunakan berat sebagai dasar alokasi
biaya gabungan dengan asumsi biaya batubara
adalah sebesar $40 per ton.
COST ACCOUNTING
MATERI-12
PERHITUNGAN BIAYA
STANDAR: PENETAPAN
STANDAR DAN ANALISIS
VARIANS
BIAYA STANDAR
 Biaya Standar adalah:
 Biaya yang telah ditentukan sebelumnya untuk
memproduksi satu unit atau sejumlah tertentu
produk selama suatu periode tertentu.
 Biaya yang direncanakan untuk suatu produk
dalam kondisi operasi sekarang atau yang
diantisipasi.
 Dua komponen biaya standar;
 Standar fisik, yaitu kuantitas standar dari input
per unit output.
 Standar harga, yaitu biaya standar atau tarif
standar per unit input.
 Kegunaan Biaya Standar:
1. Untuk menetapkan anggaran
2. Mengendalikan biaya dengan cara memotivasi
karyawan dan mengukur efisiensi operasi.
3. Menyederhanakan prosedur perhitungan biaya
dan mempercepat laporan biaya.
4. Membebankan biaya ke persediaan bahan
baku, barang dalam proses dan barang jadi.
5. Menetapkan tawaran kontrak dan harga jual.
MENETAPKAN STANDAR
 Menghitung biaya standar memerlukan standar
fisik.
 Dua jenis standar fisik:
1. Standar dasar, adalah tolak ukur yang digunakan
untuk membandingkan kinerja yang diperkirakan
dengan kinerja aktual (serupa dengan angka indeks
yang digunakan untuk mengukur hasil-hasil
berikutnya).
2. Standar sekarang, terdiri atas tiga jenis:
a. Standar aktual yang diperkirakan : mencerminkan
tingkat aktivitas dan efisiensi yang diperkirakan. Standar
ini merupakan estimasi yang paling dekat dengan hasil
aktual.
b. Standar normal: mencerminkan tingkat aktivitas dan
efisiensi normal. Standar ini mencerminkan hasil yang
menantang namun dapat dicapai.
c. Standar teoritis: mencerminkan tingkat aktivitas dan
Prosedur penentuan biaya
standar
Biaya produksi standar dibagi atas
tiga bagian, yaitu:
Biaya Bahan Baku Standar
Biaya Tenaga Kerja Standar
Biaya Overhead Pabrik
Standar
BIAYA BAHAN BAKU
STANDAR
 Terdiri atas:
 Masukan fisik yang diperlukan untuk memproduksi
sejumlah keluaran fisik tertentu  kuantitas standar
 Harga per satuan masukan fisik tersebut  harga standar
 Kuantitas standar bahan baku dapat ditentukan
dengan menggunakan:
1. Penyelidikan teknis
2. Analisis catatan masa lalu dalam bentuk:
 Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku uantuk produk
atau pekerjaan yang sama dalam periode tertentu di masa
lalu.
 Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam
pelaksanaan pekerjaan yang paling baik dan yang paling
buruk di masa lalu.
 Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam
pelaksanaan pekerjaan yang paling baik
 Harga standar pada umumnya ditentukan dari : daftar
harga pemasok, katalog atau informasi yang sejenis
dan informasi lain yang tersedia yang berhubungan
dengan kemungkinan perubahan harga-harga
tersebut di masa depan.
 Harga yang dipakai sebagai harga standar dapat
berupa:
a. Harga yang diperkirakan akan berlaku di masa yang
akan datang, biasanya untuk jangka waktu satu tahun.
b. Harga yang berlaku pada saat penyusunan standar
c. Harga yang diperkirakan akan merupakan harga normal
dalam jangka panjang.
 Harga standar bahan baku digunakan untuk:
a. Mengecek pelaksanaan pekerjaan Departemen
Pembelian
b. Mengukur akibat kenaikan atau penurunan harga
terhadap laba perusahaan.
Biaya Tenaga Kerja Standar
 Biaya tenaga kerja standar terdiri dari dua unsur,
yaitu: jam tenaga kerja standar dan tarif upah standar.
 Syarat mutlak berlakunya jam tenaga kerja standar
adalah:
1. Tata letak pabrik yang efisien dengan peralatan modern,
sehingga dapat dilakukan produksi yang maksimum
dengan biaya yang minimum.
2. Pengembangan staf perencanaan produksi, routing dan
scheduling agar aliran proses produksi lancar tanpa
terjadi penundaan dan kesimpangsiuran.
3. Pembelian bahan baku direncanakan dengan baik,
sehingga tersedia pada saat dibutuhkan untuk produksi.
4. Standardisasi kerja karyawan dan metode kerja dengan
instruksi dan latihan yang cukup bagi karyawan,
sehingga proses produksi dapat dilaksanakan di bawah
kondisi yang paling baik.
 Jam tenaga kerja standar dapat ditentukan dengan cara:
a. Menghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu
pekerjaan dari kartu harga pokok periode yang lalu.
b. Membuat test-run operasi produksi di bawah keadaan normal
yang diharapkan.
c. Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja
karyawan di bawah keadaan nyata yang diharapkan.
d. Mengadakan taksiran yang wajar yang didasarkan pada
pengalaman dan pengetahuan operasi produksi dan produk.
 Penentuan tarif upah standar memerlukan pengetahuan
mengenai kegiatan yang dijalankan, tingkat kecepatan
tenaga kerja yang diperlukan dan rata-rata tarif upah per
jam yang diperkirakan akan dibayar.
 Tarif upah standar dapat ditentukan atas dasar:
1. Perjanjian dengan organisasi karyawan
2. Data upah masa lalu (rata-rata hitung, rata-rata tertimbang atau
median dari upah karyawan masa lalu)
3. Penghitungan tarif upah dalam keadaan operasi normal.
BIAYA OVERHEAD PABRIK
STANDAR
 Tarif overhead standar dihitung dengan membagi
jumlah biaya overhead yang dianggarkan pada
kapasitas normal dengan kapasitas normal.
 Untuk pengendalian biaya overhead pabrik dalam
sistem biaya standar, perlu dibuat anggaran
fleksibel, yaitu anggaran biaya untuk beberapa
kisaran (range) kapasitas.
 Anggaran fleksibel memisahkan faktor-faktor
biaya tetap dan variabel dan memperlakukan
biaya overhead tetap sebagai biaya yang jumlah
totalnya tetap dalam volume tertentu.
ANALISIS VARIANS
 Penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya
standar disebut dengan selisih (Variance).
 Dalam analisis varians biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung hanya dikenal dua
macam kapasitas, yaitu: kapasitas sesungguhnya
dan kapasitas standar.
 Dalam analisis varians biaya overhead pabrik
dikenal tiga macam kapasitas, yaitu: kapasitas
sesungguhnya, kapasitas standar dan kapasitas
normal.
ANALISIS SELISIH BIAYA
PRODUKSI LANGSUNG
Terdapat tiga model analisis
varians biaya produksi langsung:
1. Model Satu Selisih (The
One Way Model)
2. Model Dua Selisih (The Two
Way Model)
3. Model Tiga Selisih (The
Three Way Model)
MODEL SATU SELISIH (THE ONE
WAY MODEL)
 Rumus untuk biaya bahan baku:
 Rumus untuk biaya tenaga kerja:
dimana:
TS = Total Selisih
HSt = Harga Standar TUSt = Tarif upah standar
KSt = Kuantitas Standar JKSt = Jam Kerja Standar
HS = Harga Sesungguhnya TUS = Tarif upah sesungguhnya
KS = Kuantitas SesungguhnyaJKS = Jam Kerja Sesungguhnya
 Hasil perhitungan selisih diberi tanda L untuk selisih laba atau
selisih yang menguntungkan dan tanda R untuk selisih rugi.
TS = (HSt x KSt) – (HS x KS)
TS = (TUSt x JKSt) – (TUS x
JKS)
MODEL DUA SELISIH (THE TWO
WAY MODEL)
 Dipecah menjadi dua macam selisih, yaitu selisih harga
dan selisih kuantitas atau efisiensi.
 Rumus perhitungan selisih harga:
dimana: SH = Selisih Harga STU = Selisih Tarif Upah
 Rumus perhitungan selisih kuantitas:
dimana : SK = Selisih Kuantitas SEU = Selisih Efisiensi Upah
 Dalam pembelian bahan baku selisih harga yang timbul
menjadi tanggung jawab manajer fungsi pembelian.
Sedangkan selisih kuantitas menjadi tanggung jawab
manajer fungsi produksi.
SH = (HSt – HS) x
KS
Untuk biaya bahan baku
SK = (KSt – KS) x
HSt
STU = (TUSt – TUS) x
JKS
Untuk biaya tenaga kerja langsung
SEU = (JKSt – JKS) x
TUSt
MODEL TIGA SELISIH (THE
THREE WAY MODEL)
 Dipecah menjadi tiga macam selisih, yaitu: selisih
harga, selisih kuantitas dan selisih
harga/kuantitas.
 Tiga kemungkinan dari hubungan harga dan
kuantitas standar dengan harga dan kuantitas
sesungguhnya:
1. Harga dan kuantitas standar masing-masing lebih
tinggi atau lebih rendah dari harga sesungguhnya
dan kuantitas sesungguhnya.
2. Harga standar lebih rendah dari harga
sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas standar
lebih tinggi dari kuantitas sesungguhnya.
3. Harga standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya,
namun kuantitas standar lebih rendah dari kuantitas
1. Harga & kuantitas standar lebih tinggi atau lebih
rendah dari harga & kuantitas sesungguhnya
 Kondisi 1: Harga standar dan kuantitas standar
masing-masing lebih rendah dari harga dan
kuantitas sesungguhnya, rumus:
SH = (HSt – HS) x KSt
SK = (KSt – KS) x HSt
SHK = (HSt – HS) x (KSt –
KS)
Untuk biaya bahan baku
STU = (TUSt – TUS) x JKSt
SEU = (JKSt – JKS) x TUSt
STEU = (TUSt – TUS) x (JKSt –
JKS)
Untuk biaya tenaga kerja langsung
 Kondisi 2: Harga & kuantitas standar lebih
tinggi dari harga & kuantitas sesungguhnya,
rumus:
SH =(HSt – HS) x KS
SK =(KSt – KS) x HS
SHK =(HSt – HS) x (KSt –
KS)
Untuk biaya bahan baku
STU =(TUSt – TUS) x JKS
SEU =(JKSt – JKS) x TUS
STEU =(TUSt – TUS) x (JKSt –
JKS)
Untuk biaya tenaga kerja
2. Harga standar lebih rendah dari harga sesungguhnya,
sebaliknya kuantitas standar lebih tinggi dari kuantitas
sesungguhnya.
 Pada kondisi ini selisih gabungan yang
merupakan selisih harga/kuantitas tidak akan
terjadi.
 Rumus:
SH = (HSt - HS) x KS
SK =(KSt - KS) x HSt
SHK = 0
Untuk biaya bahan baku
STU = (TUSt - TUS) x
JKS
SEU =(JKSt - JKS) x
TUSt
STEU = 0
Untuk biaya tenaga kerja
3. Harga standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya,
sebaliknya kuantitas standar lebih rendah dari kuantitas
sesungguhnya.
 Pada kondisi ini selisih gabungan yang
merupakan selisih harga/kuantitas tidak akan
terjadi.
 Rumus:
SH = (HSt – HS) x
KSt
SK = (KSt – KS) x HS
SHK = 0
Untuk biaya bahan baku
STU = (TUSt - TUS) x
JKSt
SEU = (JKSt – JKS) x
TUS
STEU = 0
Untuk biaya tenaga kerja
Contoh:
PT Rimendi menggunakan sistem biaya standar.
Data biaya standar dan biaya sesungguhnya
dalam bulan Januari adalah sbb:
Perhitungan varians dari berbagai model adalah
sbb:
Biaya Kuantitas
standar
Kuantitas
Sesungguhny
a
Harga
Standar
Harga
Sesungguhny
a
Bahan Baku 4.000 unit 5.000 unit Rp 20 Rp 15
Tenaga kerja 1.000 jam 2.000 jam Rp 10 Rp 20
a. Model satu selisih:
 Selisih biaya bahan baku:
TS = (Rp 20 x 4.000 unit) – (Rp 15 x 5.000 unit) = Rp 5.000
L
 Selisih biaya tenaga kerja :
TS = (Rp 10 x 1.000 jam) – (Rp 20 x 2.000 jam) = Rp
30.000R
 TS biaya bahan baku & tenaga kerja = Rp
25.000 R
b. Model dua selisih:
 Selisih biaya bahan baku:
SH = (RP 20 – Rp15) x 5.000 unit = Rp 25.000 L
SK = (4.000 unit-5.000unit) X Rp 20 = Rp 20.000 R
TS = (HSt x KSt) – (HS x KS) TS = (TUSt x JKSt) –
(TUS x JKS)
SH = (HSt – HS) x KS SK = (KSt – KS) x HSt
 Selisih biaya tenaga kerja:
STU = (Rp 10 – Rp 20) x 2.000 jam = Rp 20.000 R
SEU = (1.000 jam – 2.000 jam)xRp10 = Rp 10.000 R
TS biaya tenaga kerja = Rp 30.000 R
TS biaya bahan baku & tenaga kerja = Rp 25.000 R
a. Model tiga selisih
 Selisih Biaya Bahan Baku
SH = (Rp 20- Rp 15) x 4.000 unit = Rp 20.000 L
SK = (4.000 unit – 5.000 unit) x Rp 15 = Rp 15.000 R
TS Biaya Bahan Baku = Rp 5.000 L
STU = (TUSt – TUS) x JKS SEU = (JKSt – JKS)
x TUSt
SH = (HSt – HS) x KSt
SK = (KSt – KS) x HS
SHK = 0
 Selisih Biaya Tenaga Kerja
STU = (Rp 10- Rp 20) x 1.000 jam = Rp 10.000 R
SEU = (1.000 jam–2.000 jam)x Rp 10 = Rp
10.000 R
STEU= (Rp10 – Rp 20) x (1.000-2.000) = Rp
10.000 R
TS biaya tenaga kerja = Rp 30.000 R
TS biaya bahan baku & tenaga kerja = Rp
25.000 R
STU = (TUSt – TUS) x JKSt
SEU = (JKSt – JKS) x TUSt
STEU = (TUSt – TUS) x (JKSt –
JKS)
SELISIH BIAYA OVERHEAD
PABRIK
 Terdapat lima model analisis selisih biaya overhead
pabrik, yaitu:
1. Model satu selisih: mengurangi biaya overhead pabrik
dengan tarif standar pada kapasitas standar dengan BOP
sesungguhnya.
TS = BOP sesungguhnya – BOP dibebankan
2. Model dua selisih: dipecah menjadi:
 Selisih terkendalikan : perbedaan BOP sesungguhnya
dengan dengan BOP dianggarkan pada kapasitas standar.
TS = (BOP sesungguhnya – BOP tetap kapasitas
normal)-BOP variabel pada jam tenaga kerja standar
 Selisih volume : perbedaan BOP dianggarkan pada jam
standar dengan BOP dibebankan kepada produk ( kapasitas
standar dengan tarif standar).
TS = (Jam tenaga kerja kapasitas normal – jam tenaga
kerja standar) x tarif BOP tetap
3. Model tiga selisih, terdiri atas:
 Selisih pengeluaran: perbedaan BOP sesungguhnya
dengan BOP dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya.
TS = (BOP sesungguhnya – BOP tetap kapasitas normal
)– BOP variabel dianggarkan pd jam sesungguhnya
dicapai.
 Selisih kapasitas: perbedaan BOP dianggarkan pada
kapasitas sesungguhnya dengan BOP yang dibebankan
pada kapasitas sesungguhnya(kapasitas sesungguhnya
dengan tarif standar).
TS = (Kapasitas normal-kapasitas sesungguhnya) x tarif
BOP tetap
 Selisih efisiensi: tarif BOP dikalikan dengan selisih antara
kapasitas standar dengan kapasitas sesungguhnya.
TS = (Jam standar –Jam sesungguhnya) x tarif BOP
4. Model empat selisih, dalam model ini selisih efisensi
dalam model tiga selisih dipecah lagi menjadi:
 Selisih efisiensi variabel
 Selisih efisiensi tetap

More Related Content

What's hot

Manajemen keuangan part 2 of 5
Manajemen keuangan part 2 of 5Manajemen keuangan part 2 of 5
Manajemen keuangan part 2 of 5
Judianto Nugroho
 
Manajemen keuangan part 3 of 5
Manajemen keuangan part 3 of 5Manajemen keuangan part 3 of 5
Manajemen keuangan part 3 of 5
Judianto Nugroho
 
Absorption and Variable Cost
Absorption and Variable CostAbsorption and Variable Cost
Absorption and Variable Cost
PT Lion Air
 
Akuntansi Biaya 5#5
Akuntansi Biaya 5#5Akuntansi Biaya 5#5
Akuntansi Biaya 5#5
Judianto Nugroho
 
Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses
Perhitungan Biaya Berdasarkan ProsesPerhitungan Biaya Berdasarkan Proses
Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses
Abu Tholib
 
Contoh perhitungan deviden saham
Contoh perhitungan deviden saham Contoh perhitungan deviden saham
Contoh perhitungan deviden saham Livi Pungus
 
Manajemen keuangan bab 22
Manajemen keuangan bab 22Manajemen keuangan bab 22
Manajemen keuangan bab 22Lia Ivvana
 
M keu-31
M keu-31M keu-31
Ringkasan Akuntansi Biaya Bab I - X
Ringkasan Akuntansi Biaya Bab I - XRingkasan Akuntansi Biaya Bab I - X
Ringkasan Akuntansi Biaya Bab I - X
Shelly Intan Permatasari
 
Akuntansi Aset Tetap dan KDP
Akuntansi Aset Tetap dan KDPAkuntansi Aset Tetap dan KDP
Akuntansi Aset Tetap dan KDP
Sujatmiko Wibowo
 
Sistem Biaya dan Akumulasi Biaya
Sistem Biaya dan Akumulasi Biaya Sistem Biaya dan Akumulasi Biaya
Sistem Biaya dan Akumulasi Biaya
Mandiri Sekuritas
 
Harga pokok proses sepatu
Harga pokok proses sepatuHarga pokok proses sepatu
Harga pokok proses sepatuAlvin Setiawan
 
UTANG WESEL JANGKA PANJANG. akuntansi keuangan menengah 2
UTANG WESEL JANGKA PANJANG. akuntansi keuangan menengah 2UTANG WESEL JANGKA PANJANG. akuntansi keuangan menengah 2
UTANG WESEL JANGKA PANJANG. akuntansi keuangan menengah 2
DIANA LESTARI
 
Bab. 6 Perhitungan Biaya Pesanan dan Biaya Proses
Bab. 6 Perhitungan Biaya Pesanan dan Biaya ProsesBab. 6 Perhitungan Biaya Pesanan dan Biaya Proses
Bab. 6 Perhitungan Biaya Pesanan dan Biaya Proses
Fitri Ayu Kusuma Wijayanti
 
Analisis perilaku biaya
Analisis perilaku biayaAnalisis perilaku biaya
Analisis perilaku biayakangklinsman
 
99017 9-847873159863
99017 9-84787315986399017 9-847873159863
99017 9-847873159863
Petrus Saragih
 
AKUTANSI PERSEROAN TERBATAS
AKUTANSI PERSEROAN TERBATASAKUTANSI PERSEROAN TERBATAS
AKUTANSI PERSEROAN TERBATAS
Puja Lestari
 
Tugas 3 produk bersama dan produk sampingan
Tugas 3 produk bersama dan produk sampinganTugas 3 produk bersama dan produk sampingan
Tugas 3 produk bersama dan produk sampingan
Ownskin
 
Materi AKM 2 Utang Jangka Panjang
Materi AKM 2 Utang Jangka PanjangMateri AKM 2 Utang Jangka Panjang
Materi AKM 2 Utang Jangka Panjang
Ryan Gamof
 

What's hot (20)

Manajemen keuangan part 2 of 5
Manajemen keuangan part 2 of 5Manajemen keuangan part 2 of 5
Manajemen keuangan part 2 of 5
 
Manajemen keuangan part 3 of 5
Manajemen keuangan part 3 of 5Manajemen keuangan part 3 of 5
Manajemen keuangan part 3 of 5
 
Absorption and Variable Cost
Absorption and Variable CostAbsorption and Variable Cost
Absorption and Variable Cost
 
Akuntansi Biaya 5#5
Akuntansi Biaya 5#5Akuntansi Biaya 5#5
Akuntansi Biaya 5#5
 
Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses
Perhitungan Biaya Berdasarkan ProsesPerhitungan Biaya Berdasarkan Proses
Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses
 
Contoh perhitungan deviden saham
Contoh perhitungan deviden saham Contoh perhitungan deviden saham
Contoh perhitungan deviden saham
 
Manajemen keuangan bab 22
Manajemen keuangan bab 22Manajemen keuangan bab 22
Manajemen keuangan bab 22
 
M keu-31
M keu-31M keu-31
M keu-31
 
Ringkasan Akuntansi Biaya Bab I - X
Ringkasan Akuntansi Biaya Bab I - XRingkasan Akuntansi Biaya Bab I - X
Ringkasan Akuntansi Biaya Bab I - X
 
Akuntansi Aset Tetap dan KDP
Akuntansi Aset Tetap dan KDPAkuntansi Aset Tetap dan KDP
Akuntansi Aset Tetap dan KDP
 
Sistem Biaya dan Akumulasi Biaya
Sistem Biaya dan Akumulasi Biaya Sistem Biaya dan Akumulasi Biaya
Sistem Biaya dan Akumulasi Biaya
 
Harga pokok proses sepatu
Harga pokok proses sepatuHarga pokok proses sepatu
Harga pokok proses sepatu
 
Nilai waktu uang time value of money
Nilai waktu uang   time value of moneyNilai waktu uang   time value of money
Nilai waktu uang time value of money
 
UTANG WESEL JANGKA PANJANG. akuntansi keuangan menengah 2
UTANG WESEL JANGKA PANJANG. akuntansi keuangan menengah 2UTANG WESEL JANGKA PANJANG. akuntansi keuangan menengah 2
UTANG WESEL JANGKA PANJANG. akuntansi keuangan menengah 2
 
Bab. 6 Perhitungan Biaya Pesanan dan Biaya Proses
Bab. 6 Perhitungan Biaya Pesanan dan Biaya ProsesBab. 6 Perhitungan Biaya Pesanan dan Biaya Proses
Bab. 6 Perhitungan Biaya Pesanan dan Biaya Proses
 
Analisis perilaku biaya
Analisis perilaku biayaAnalisis perilaku biaya
Analisis perilaku biaya
 
99017 9-847873159863
99017 9-84787315986399017 9-847873159863
99017 9-847873159863
 
AKUTANSI PERSEROAN TERBATAS
AKUTANSI PERSEROAN TERBATASAKUTANSI PERSEROAN TERBATAS
AKUTANSI PERSEROAN TERBATAS
 
Tugas 3 produk bersama dan produk sampingan
Tugas 3 produk bersama dan produk sampinganTugas 3 produk bersama dan produk sampingan
Tugas 3 produk bersama dan produk sampingan
 
Materi AKM 2 Utang Jangka Panjang
Materi AKM 2 Utang Jangka PanjangMateri AKM 2 Utang Jangka Panjang
Materi AKM 2 Utang Jangka Panjang
 

Similar to Akuntansi Biaya 4#5

MATERI TAMBAHAN 770 PERTEMUAN 2.docx
MATERI TAMBAHAN 770 PERTEMUAN 2.docxMATERI TAMBAHAN 770 PERTEMUAN 2.docx
MATERI TAMBAHAN 770 PERTEMUAN 2.docx
HendraLesmana48
 
Harga Jual Produk.pptx
Harga Jual Produk.pptxHarga Jual Produk.pptx
Harga Jual Produk.pptx
TebheAzkaNio
 
Ringkasan rps 3
Ringkasan rps 3Ringkasan rps 3
Ringkasan rps 3
ssusere61e8a
 
BAB 7 ANALISIS BIAYA PRODUKSI PROTOTIPE PRODUK BARANG DAN JASA.pdf
BAB 7 ANALISIS BIAYA PRODUKSI PROTOTIPE PRODUK BARANG DAN JASA.pdfBAB 7 ANALISIS BIAYA PRODUKSI PROTOTIPE PRODUK BARANG DAN JASA.pdf
BAB 7 ANALISIS BIAYA PRODUKSI PROTOTIPE PRODUK BARANG DAN JASA.pdf
DimasTubagusRI1
 
Perhitungan biaya pesanan & biaya proses done
Perhitungan biaya pesanan & biaya proses donePerhitungan biaya pesanan & biaya proses done
Perhitungan biaya pesanan & biaya proses done
Reza Aprianti
 
Akuntansi untuk perusahaan manufaktur
Akuntansi untuk perusahaan manufakturAkuntansi untuk perusahaan manufaktur
Akuntansi untuk perusahaan manufaktur
Yeni Setianingsih
 
Kelompok 5 Perhitungan Biaya Proses.pptx
Kelompok 5 Perhitungan Biaya Proses.pptxKelompok 5 Perhitungan Biaya Proses.pptx
Kelompok 5 Perhitungan Biaya Proses.pptx
mulianipelita
 
sistem-biaya-standar.pdf
sistem-biaya-standar.pdfsistem-biaya-standar.pdf
sistem-biaya-standar.pdf
salvina3
 
Akuntansi biaya bab 2.pptx
Akuntansi biaya bab 2.pptxAkuntansi biaya bab 2.pptx
Akuntansi biaya bab 2.pptx
MiaAdinda3
 
Metode harga pokok pesanan modul
Metode harga pokok pesanan modulMetode harga pokok pesanan modul
Metode harga pokok pesanan modul
Diana Marlyna
 
1.-Pengertian-Akuntansi-biaya_.ppt
1.-Pengertian-Akuntansi-biaya_.ppt1.-Pengertian-Akuntansi-biaya_.ppt
1.-Pengertian-Akuntansi-biaya_.ppt
DessyNoorFarida1
 
Akuntansi Biaya 1.pptx
Akuntansi Biaya 1.pptxAkuntansi Biaya 1.pptx
Akuntansi Biaya 1.pptx
SantiYulianti13
 
MK_8 Perush.Manufaktur.pdf
MK_8 Perush.Manufaktur.pdfMK_8 Perush.Manufaktur.pdf
MK_8 Perush.Manufaktur.pdf
ssuserbcb604
 
Kalkulasi biaya pemesanan
Kalkulasi biaya pemesananKalkulasi biaya pemesanan
Kalkulasi biaya pemesanan
Arif Setiawan
 
KELOMPOK 1 BAB PENCATATAN DAN SISTEM BIAYA PRODUKSI - 17 Mar 23.pptx
KELOMPOK 1 BAB PENCATATAN DAN SISTEM BIAYA PRODUKSI - 17 Mar 23.pptxKELOMPOK 1 BAB PENCATATAN DAN SISTEM BIAYA PRODUKSI - 17 Mar 23.pptx
KELOMPOK 1 BAB PENCATATAN DAN SISTEM BIAYA PRODUKSI - 17 Mar 23.pptx
ssuser28d19b
 
fix Konsep Biaya dan Klasifikasi Biaya.pptx
fix Konsep Biaya dan Klasifikasi Biaya.pptxfix Konsep Biaya dan Klasifikasi Biaya.pptx
fix Konsep Biaya dan Klasifikasi Biaya.pptx
RaraStieAmkop
 
2 akuntansi-manufaktur
2 akuntansi-manufaktur2 akuntansi-manufaktur
2 akuntansi-manufaktur
NANDA MEDYA
 
Lofi Music nmNewsletter by Slidesgo.pptx
Lofi Music nmNewsletter by Slidesgo.pptxLofi Music nmNewsletter by Slidesgo.pptx
Lofi Music nmNewsletter by Slidesgo.pptx
ChintyaYuna
 
Biaya overhead pabrik departemen
Biaya overhead pabrik departemenBiaya overhead pabrik departemen
Biaya overhead pabrik departemen
Fika Ratnasari
 
Imam Agus Faisal.pptx
Imam Agus Faisal.pptxImam Agus Faisal.pptx
Imam Agus Faisal.pptx
gedungwalet
 

Similar to Akuntansi Biaya 4#5 (20)

MATERI TAMBAHAN 770 PERTEMUAN 2.docx
MATERI TAMBAHAN 770 PERTEMUAN 2.docxMATERI TAMBAHAN 770 PERTEMUAN 2.docx
MATERI TAMBAHAN 770 PERTEMUAN 2.docx
 
Harga Jual Produk.pptx
Harga Jual Produk.pptxHarga Jual Produk.pptx
Harga Jual Produk.pptx
 
Ringkasan rps 3
Ringkasan rps 3Ringkasan rps 3
Ringkasan rps 3
 
BAB 7 ANALISIS BIAYA PRODUKSI PROTOTIPE PRODUK BARANG DAN JASA.pdf
BAB 7 ANALISIS BIAYA PRODUKSI PROTOTIPE PRODUK BARANG DAN JASA.pdfBAB 7 ANALISIS BIAYA PRODUKSI PROTOTIPE PRODUK BARANG DAN JASA.pdf
BAB 7 ANALISIS BIAYA PRODUKSI PROTOTIPE PRODUK BARANG DAN JASA.pdf
 
Perhitungan biaya pesanan & biaya proses done
Perhitungan biaya pesanan & biaya proses donePerhitungan biaya pesanan & biaya proses done
Perhitungan biaya pesanan & biaya proses done
 
Akuntansi untuk perusahaan manufaktur
Akuntansi untuk perusahaan manufakturAkuntansi untuk perusahaan manufaktur
Akuntansi untuk perusahaan manufaktur
 
Kelompok 5 Perhitungan Biaya Proses.pptx
Kelompok 5 Perhitungan Biaya Proses.pptxKelompok 5 Perhitungan Biaya Proses.pptx
Kelompok 5 Perhitungan Biaya Proses.pptx
 
sistem-biaya-standar.pdf
sistem-biaya-standar.pdfsistem-biaya-standar.pdf
sistem-biaya-standar.pdf
 
Akuntansi biaya bab 2.pptx
Akuntansi biaya bab 2.pptxAkuntansi biaya bab 2.pptx
Akuntansi biaya bab 2.pptx
 
Metode harga pokok pesanan modul
Metode harga pokok pesanan modulMetode harga pokok pesanan modul
Metode harga pokok pesanan modul
 
1.-Pengertian-Akuntansi-biaya_.ppt
1.-Pengertian-Akuntansi-biaya_.ppt1.-Pengertian-Akuntansi-biaya_.ppt
1.-Pengertian-Akuntansi-biaya_.ppt
 
Akuntansi Biaya 1.pptx
Akuntansi Biaya 1.pptxAkuntansi Biaya 1.pptx
Akuntansi Biaya 1.pptx
 
MK_8 Perush.Manufaktur.pdf
MK_8 Perush.Manufaktur.pdfMK_8 Perush.Manufaktur.pdf
MK_8 Perush.Manufaktur.pdf
 
Kalkulasi biaya pemesanan
Kalkulasi biaya pemesananKalkulasi biaya pemesanan
Kalkulasi biaya pemesanan
 
KELOMPOK 1 BAB PENCATATAN DAN SISTEM BIAYA PRODUKSI - 17 Mar 23.pptx
KELOMPOK 1 BAB PENCATATAN DAN SISTEM BIAYA PRODUKSI - 17 Mar 23.pptxKELOMPOK 1 BAB PENCATATAN DAN SISTEM BIAYA PRODUKSI - 17 Mar 23.pptx
KELOMPOK 1 BAB PENCATATAN DAN SISTEM BIAYA PRODUKSI - 17 Mar 23.pptx
 
fix Konsep Biaya dan Klasifikasi Biaya.pptx
fix Konsep Biaya dan Klasifikasi Biaya.pptxfix Konsep Biaya dan Klasifikasi Biaya.pptx
fix Konsep Biaya dan Klasifikasi Biaya.pptx
 
2 akuntansi-manufaktur
2 akuntansi-manufaktur2 akuntansi-manufaktur
2 akuntansi-manufaktur
 
Lofi Music nmNewsletter by Slidesgo.pptx
Lofi Music nmNewsletter by Slidesgo.pptxLofi Music nmNewsletter by Slidesgo.pptx
Lofi Music nmNewsletter by Slidesgo.pptx
 
Biaya overhead pabrik departemen
Biaya overhead pabrik departemenBiaya overhead pabrik departemen
Biaya overhead pabrik departemen
 
Imam Agus Faisal.pptx
Imam Agus Faisal.pptxImam Agus Faisal.pptx
Imam Agus Faisal.pptx
 

More from Judianto Nugroho

Chap14 en-id
Chap14 en-idChap14 en-id
Chap14 en-id
Judianto Nugroho
 
Chap19 en-id
Chap19 en-idChap19 en-id
Chap19 en-id
Judianto Nugroho
 
Chap18 en-id
Chap18 en-idChap18 en-id
Chap18 en-id
Judianto Nugroho
 
Chap16 en-id
Chap16 en-idChap16 en-id
Chap16 en-id
Judianto Nugroho
 
Chap15 en-id
Chap15 en-idChap15 en-id
Chap15 en-id
Judianto Nugroho
 
Chap17 en-id
Chap17 en-idChap17 en-id
Chap17 en-id
Judianto Nugroho
 
Chap13 en-id
Chap13 en-idChap13 en-id
Chap13 en-id
Judianto Nugroho
 
Chap12 en-id
Chap12 en-idChap12 en-id
Chap12 en-id
Judianto Nugroho
 
Chap11 en-id
Chap11 en-idChap11 en-id
Chap11 en-id
Judianto Nugroho
 
Chap10 en-id
Chap10 en-idChap10 en-id
Chap10 en-id
Judianto Nugroho
 
Chap09 en-id
Chap09 en-idChap09 en-id
Chap09 en-id
Judianto Nugroho
 
Chap08 en-id
Chap08 en-idChap08 en-id
Chap08 en-id
Judianto Nugroho
 
Chap05 en-id
Chap05 en-idChap05 en-id
Chap05 en-id
Judianto Nugroho
 
Chap07 en-id
Chap07 en-idChap07 en-id
Chap07 en-id
Judianto Nugroho
 
Chap06 en-id
Chap06 en-idChap06 en-id
Chap06 en-id
Judianto Nugroho
 
Chap04 en-id
Chap04 en-idChap04 en-id
Chap04 en-id
Judianto Nugroho
 
Chap03 en-id
Chap03 en-idChap03 en-id
Chap03 en-id
Judianto Nugroho
 
Chap02 en-id
Chap02 en-idChap02 en-id
Chap02 en-id
Judianto Nugroho
 
Chap01 en-id
Chap01 en-idChap01 en-id
Chap01 en-id
Judianto Nugroho
 
Spss session 1 and 2
Spss session 1 and 2Spss session 1 and 2
Spss session 1 and 2
Judianto Nugroho
 

More from Judianto Nugroho (20)

Chap14 en-id
Chap14 en-idChap14 en-id
Chap14 en-id
 
Chap19 en-id
Chap19 en-idChap19 en-id
Chap19 en-id
 
Chap18 en-id
Chap18 en-idChap18 en-id
Chap18 en-id
 
Chap16 en-id
Chap16 en-idChap16 en-id
Chap16 en-id
 
Chap15 en-id
Chap15 en-idChap15 en-id
Chap15 en-id
 
Chap17 en-id
Chap17 en-idChap17 en-id
Chap17 en-id
 
Chap13 en-id
Chap13 en-idChap13 en-id
Chap13 en-id
 
Chap12 en-id
Chap12 en-idChap12 en-id
Chap12 en-id
 
Chap11 en-id
Chap11 en-idChap11 en-id
Chap11 en-id
 
Chap10 en-id
Chap10 en-idChap10 en-id
Chap10 en-id
 
Chap09 en-id
Chap09 en-idChap09 en-id
Chap09 en-id
 
Chap08 en-id
Chap08 en-idChap08 en-id
Chap08 en-id
 
Chap05 en-id
Chap05 en-idChap05 en-id
Chap05 en-id
 
Chap07 en-id
Chap07 en-idChap07 en-id
Chap07 en-id
 
Chap06 en-id
Chap06 en-idChap06 en-id
Chap06 en-id
 
Chap04 en-id
Chap04 en-idChap04 en-id
Chap04 en-id
 
Chap03 en-id
Chap03 en-idChap03 en-id
Chap03 en-id
 
Chap02 en-id
Chap02 en-idChap02 en-id
Chap02 en-id
 
Chap01 en-id
Chap01 en-idChap01 en-id
Chap01 en-id
 
Spss session 1 and 2
Spss session 1 and 2Spss session 1 and 2
Spss session 1 and 2
 

Recently uploaded

SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
AsyeraPerangin1
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
sitispd78
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
NirmalaJane
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
fadlurrahman260903
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
sabir51
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
mukminbdk
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
ssuser4dafea
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
budimoko2
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
NiaTazmia2
 
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawanpelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
EvaMirzaSyafitri
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
YongYongYong1
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
 
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remajamateri penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
DewiInekePuteri
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
maulatamah
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
irvansupriadi44
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
NanieIbrahim
 

Recently uploaded (20)

SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
 
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawanpelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
 
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remajamateri penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
 

Akuntansi Biaya 4#5

  • 2. DEFINISI BIAYA TENAGA KERJA  Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk.  Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut..
  • 3. PENGGOLONGAN BIAYA TENAGA KERJA  Dalam perusahaan manufaktur penggolongan kegiatan tenaga kerja dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Penggolongan menurut fungsi pokok dalam organisasi perusahaan:  Biaya tenaga kerja produksi, contoh: gaji, kesejahteraan dan lembur karyawan pabrik; upah mandor pabrik, gaji manajer pabrik  Biaya tenaga kerja pemasaran, contoh: upah dan kesejahteraan karyawan pemasaran, komisi pramuniaga, gaji manajer pemasaran.  Biaya tenaga kerja administrasi & umum, contoh: gaji & kesejahteraan karyawan bagian akuntansi, personalia & sekretariat
  • 4. 2. Penggolongan menurut kegiatan departemen- departemen dalam perusahaan  contoh: biaya tenaga kerja bagian pulp, biaya tenaga kerja bagian kertas, biaya tenaga kerja bagian akuntansi, biaya tenaga kerja bagian personalia 3. Penggolongan menurut jenis pekerjaannya  Dalam suatu departemen, tenaga kerja dapat digolongkan menurut sifat pekerjaannya. Contoh: dalam departemen produksi biaya tenaga kerja digolongkan atas upah operator, upah mandor, upah penyelia.
  • 5. 4. Penggolongan menurut hubungannya dengan produk  Tenaga kerja langsung  karyawan yang secara langsung ikut serta memproduksi produk jadi, yang jasanya dapat diusut secara langsung pada produk dan upahnya merupakan bagian yang besar dalam memproduksi produk.  merupakan unsur biaya produksi.  Tenaga kerja tidak langsung  tenaga kerja yang jasanya tidak secara langsung dapat diusut pada produk  merupakan unsur biaya overhead pabrik
  • 6. AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJA  Biaya tenaga kerja dapat dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu: 1. Gaji dan upah reguler  jumlah gaji dan upah bruto dikurangi dengan potongan-potongan seperti pajak penghasilan karyawan dan biaya asuransi hari tua. 2. Premi lembur 3. Biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja (labor related costs).
  • 7. GAJI DAN UPAH  Salah satu cara perhitungan upah karyawan dalam perusahaan adalah dengan mengalikan tarif upah dengan jam kerja karyawan.  Pada Job Order Costing dokumen yang digunakan untuk perhitungan upah karyawan adalah: 1. Kartu Hadir (Clock Card) yaitu suatu catatan yang digunakan untuk mencatat jam kehadiran karyawan, yaitu jangka waktu antara jam hadir dan jam meninggalkan perusahaan.  Pada setiap akhir periode, kartu hadir tiap karyawan dikirim ke bagian pembuat daftar gaji dan upah untuk dipakai sebagai dasar perhitungan gaji dan upah per periode. 2. Kartu Jam Kerja, yaitu catatan pemakaian waktu hadir tenaga kerja langsung di pabrik. Kartu jam kerja tidak diperlukan dalam Process Costing.  Kartu jam kerja untuk setiap karyawan kemudian disesuaikan dengan waktu yang tercantum dalam kartu jam hadir dan dikirim ke bagian Akuntansi Biaya untuk keperluan distribusi gaji dan upah tenaga kerja langsung.
  • 8. Empat Tahap Pencatatan Biaya Gaji dan Upah Tahap 1: Kartu hadir karyawan Daftar gaji dan upah karyawa n Pengelompokkan: 1. Gaji dan upah karyawan pabrik: a. upah karyawan langsung b. Upah karyawan tak langsung 2. Gaji dan upah karyawan administrasi dan umum 3. Gaji dan upah karyawan pemasaran. Jurnal: Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja xx Biaya Overhead Pabrik xx Biaya Administrasi & Umum xx Biaya Pemasaran xx Gaji dan Upah xx
  • 9. Tahap 2: Daftar gaji dan upah karyawa n Bukti kas keluar & cek untuk pengambilan uang dari bank Jurnal: Gaji dan Upah xx Utang PPh karyawan xx Utang Gaji dan Upah xx
  • 10. Tahap 3 & 4: Bukti kas keluar & cek untuk pengambilan uang dari bank Rp Daftar gaji dan upah karyawan ditandatangani karyawan yang menerima gaji & upah PPh karyawan disetor ke kas negaraJurnal pembayaran gaji & upah: Utang gaji dan Upah xx Kas xx Jurnal penyetoran PPh: Utang PPh karyawan xx Kas xx
  • 11. INSENTIF  Dalam hubungannya dengan gaji dan upah, perusahaan memberikan insentif kepada karyawan agar dapat bekerja lebih baik.  Insentif dapat didasarkan atas waktu kerja, hasil yang diproduksi atau kombinasi di antara keduanya.  Beberapa cara pemberian insentif: 1. Insentif satuan dengan jam minimum (Straight Piecework with a Guaranted Hourly Minimum Plan) 2. Taylor differential piece rate plan
  • 12. Insentif satuan dengan jam minimum  Karyawan dibayar atas dasar tarif per jam untuk menghasilkan jumlah satuan keluaran (output) standar.  Untuk hasil produksi yang melebihi jumlah standar tersebut, karyawan menerima jumlah upah tambahan sebesar : jumlah kelebihan satuan keluaran di atas standar dikali tarif upah per satuan.  Tarif upah per satuan dihitung dengan cara: membagi upah standar per jam dengan satuan keluaran standar per jam.
  • 13.  Contoh: Jika menurut time study dibutuhkan waktu 5 menit untuk menghasilkan 1 satuan produk, maka jumlah keluaran standar per jam adalah 12 satuan. Jika upah pokok sebesar Rp 600 per jam, maka tarif upah per satuan adalah Rp 50 (Rp 600:12). Karyawan yang tidak dapat menghasilkan jumlah standar per jam tetap dijamin mendapatkan upah Rp 600 per jam. Tetapi bila ia dapat menghasilkan 14 satuan per jam (ada kelebihan 2 satuan dari jumlah satuan standar per jam), maka upahnya dihitung sebagai berikut:  Upah dasar per jam = Rp 600  Insentif:2xRp 50 = 100  Upah yang diterima pekerja per jam = Rp 700
  • 14. Taylor differential piece rate plan  Menggunakan tarif tiap potong untuk jumlah keluaran rendah per jam dan tarif tiap potong yang lain untuk jumlah keluaran tinggi per jam.
  • 15. PENDAPATAN LEMBUR  Pendapatan lembur terdiri atas dua elemen yaitu: 1. Tarif upah reguler 2. Premium lembur  Pendapatan lembur merupakan jumlah tambahan untuk jam kerja yang melebihi batas tertentu. Batas itu mungkin saja 40 jam kerja per minggu atau 8 jam kerja per hari.  Perlakuan premium lembur:  Premi lembur dapat ditambahkan pada upah tenaga kerja langsung dan dibebankan pada pekerjaan atau departemen tempat terjadinya lembur tersebut apabila pabrik telah bekerja pada kapasitas penuh dan pelanggan mau menerima beban tambahan karena lembur tersebut.  Premi lembur dapat diperlakukan sebagi unsur biaya overhead pabrik atau dikeluarkan sama sekali dari harga pokok produk dan dianggap sebagai biaya periode apabila lembur tersebut terjadi karena ketidakefisienan atau pemborosan waktu kerja.
  • 16. Labor Related Costs  Set up Time  waktu yang diperlukan untuk memulai produksi.  Set up Costs  Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memulai produksi disebut set up costs.  Tiga cara perlakuan terhadap set up costs: 1. Dimasukkan ke dalam kelompok biaya tenaga kerja langsung  bila dapat diidentifikasikan pada pesanan tertentu. 2. Dimasukkan sebagai unsur biaya overhead pabrik 3. Dibebankan kepada pesanan yang bersangkutan dalam
  • 17.  Idle Time  Waktu menganggur bagi karyawan karena adanya hambatan-hambatan, kerusakan mesin atau kekurangan pekerjaan.  Biaya yang dikeluarkan selama Idle Time diperlakukan sebagai unsur biaya overhead pabrik.
  • 18. COST ACCOUNTING MATERI-11 PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK BERSAMA DAN SAMPINGAN
  • 19. PRODUK SAMPINGAN (BY- PRODUCT) Produk sampingan adalah suatu produk dengan nilai total yang relatif kecil dan dihasilkan secara simultan atau bersamaan dengan produk lain yang nilai totalnya lebih besar yang disebut dengan produk utama (main product)
  • 20. Asal mula produk sampingan bervariasi, contoh: 1. Dihasilkan dari pembersihan produk utama, seperti gas dan tar dari produksi arang. 2. Dari sisa atau sampah, seperti serbuk gergaji di tempat penggergajian kayu. 3. Dari proses persiapan bahan baku sebelum digunakan dalam proses produksi produk utama, contoh: pemisahan biji kapas dari kapas, pemisahan biji apel dari buah apel, kulit dari biji cokelat.
  • 21. Produk sampingan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok menurut kondisi dapat dipasarkannya produk tersebut pada titik pisah batas: 1. Yang dijual dalam bentuk asalnya tanpa diproses lebih lanjut. 2. Yang membutuhkan proses lebih lanjut agar dapat dijual. Titik pisah batas (split-off point): titik dimana produk sampingan. produk gabungan dan produk utama dapat dipisahkan sebagai unit-unit individual. Sebelum titik pisah batas, produk-produk tersebut masih dalam satu kesatuan yang homogen.
  • 22. PRODUK GABUNGAN (JOINT PRODUCT) Produk gabungan adalah suatu produk yang dihasilkan secara simultan melalui suatu proses atau serentetan proses umum, dimana setiap produk yang dihasilkan dari proses tersebut memiliki lebih dari sekedar nilai nominal.
  • 23. Contoh dari produk gabungan: Industri pengemasan daging  berbagai jenis potongan daging dan beberapa produk sampingan dihasilkan dari satu hewan potong dengan satu total biaya Derivasi bensin menghasilkan produksi nafta, kerosin dan minyak bakar terdistilasi. Industri yang harus memilah bahan baku sebelum diproses, seperti perusahaan pengalengan buah dan sayuran.
  • 24. BIAYA GABUNGAN (JOINT COST) - Biaya gabungan adalah biaya yang muncul dari produksi yang simultan atas berbagai produk dalam proses yang sama. -Biaya gabungan terjadi sebelum titik pisah batas. - Biaya gabungan terjadi dalam bentuk satu jumlah total biaya yang tidak dapat dibagi untuk semua produk yang dihasilkan. -Biaya gabungan memerlukan alokasi ke produk-produk individual.
  • 25. Metode perhitungan biaya produk sampingan  Ada 2 kategori untuk menghitung biaya produk sampingan: 1. Biaya produksi gabungan tidak dialokasikan ke produk sampingan. a. Metode 1 : dibedakan berdasarkan perlakuannya terhadap pendapatan kotor dari produk sampingan b. Metode 2 : dibedakan berdasarkan perlakuannya terhadap pendapatan bersih dari produk sampingan 2. Sebagian biaya gabungan dialokasikan ke produk sampingan tersebut. a. Metode 3 : Metode biaya penggantian (replacement cost method). b. Metode 4 : Metode nilai pasar ( market value method) atau metode pembatalan atau pembalikan biaya ( reversal cost method)
  • 26. Metode 1 : Pengakuan Pendapatan Kotor  Dalam metode 1, pendapatan kotor dari penjualan produk sampingan ditampilkan dalam laporan laba rugi sebagai salah satu dari kategori ini: a. Pendapatan lain-lain b. Tambahan pendapatan penjualan c. Pengurang harga pokok penjualan dari produk utama d. Pengurang biaya produksi produk utama.
  • 27. Metode 1a: Pendapatan kotor penjualan produk sampingan sebagai pendapatan lain-lain Contoh sbb, dengan asumsi pendapatan kotor dari penjualan produk sampingan adalah sebesar $1.500:
  • 28. Metode 1b: Pendapatan kotor penjualan produk sampingan sebagai tambahan pendapatan penjualan
  • 29. Metode 1c : Pendapatan kotor penjualan produk sampingan sebagai pengurang HPP dari produk utama
  • 30. Metode 1d: pendapatan kotor dari penjualan produk sampingan sebagai pengurang biaya produksi produk utama
  • 31. METODE 2: PENGAKUAN PENDAPATAN BERSIH  Metode pendapatan bersih (net revenue method): membebankan biaya yang terjadi setelah titik pisah batas (yaitu biaya untuk memproses maupun memasarkan produk sampingan) ke pendapatan produk sampingan.  Beberapa perusahaan memiliki akun ‘Produk Sampingan’, dimana semua biaya yang terjadi setelah titik pisah batas di debit ke akun ini, sementara pendapatan yang diperoleh dikreditkan ke akun tersebut.  Saldo dari produk sampingan ditampilkan di laporan laba rugi dengan mengikuti salah satu cara yang
  • 32. METODE 3: METODE BIAYA PENGGANTIAN  Metode biaya penggantian (replacement cost method) biasanya digunakan oleh perusahaan- perusahaan yang produk sampingannya digunakan oleh perusahaan itu sendiri.  Adanya produk sampingan menghilangkan kebutuhan untuk membeli bahan baku yang serupa dari pemasok.  Biaya produksi produk utama yang menghasilkan produk sampingan dikredit, dan debitnya diposting ke departemen yang menggunakan produk sampingan tersebut.  Jumlah yang diposting oleh ayat jurnal tersebut merupakan biaya pembelian atau biaya penggantiannya.
  • 33. METODE 4: METODE HARGA PASAR (PEMBATALAN BIAYA)  Metode ini mengurangi biaya produksi dari produk utama, bukan dengan pendapatan aktual yang diterima, melainkan dengan estimasi nilai produk sampingan pada saat dijual.  Akun produk sampingan dibebankan dengan nilai estimasi ini, dan biaya produksi dari produk utama dikredit.  Tambahan biaya bahan baku, tenaga kerja atau overhead pabrik yang terjadi setelah titik pisah batas dibebankan ke produk sampingan.
  • 34.  Nilai estimasi dari produk sampingan pada titik pisah batas dapat dihitung dengan beberapa alternatif: 1. Mengestimasikan laba kotor dan biaya produksi setelah titik pisah batas dari produk sampingan, lalu mengurangkannya dari harga pasar finalnya. 2. Jika produk sampingan memiliki nilai pasar pada titik pisah batas, maka akun produk sampingan dibebankan dengan nilai pasar tersebut lalu dikurangi dengan estimasi laba kotor. Lawannya dikreditkan ke biaya produksi produk utama.
  • 35. Contoh metode harga pasar dalam menghitung biaya produk utama dan produk sampingan
  • 36. METODE PERHITUNGAN BIAYA PRODUK GABUNGAN  Biaya produk gabungan (terjadi sebelum titik pisah batas), dapat dialokasikan ke produk gabungan menggunakan salah satu dari metode berikut: 1. Metode harga pasar, berdasarkan harga pasar relatif dari produk individual. 2. Metode biaya rata-rata per unit. 3. Metode rata-rata tertimbang, berdasarkan pada faktor pembobotan yang telah ditentukan sebelumnya. 4. Metode unit kuantitatif, berdasarkan pada ukuran fisik unit seperti berat, ukuran linear atau volume.
  • 37. METODE HARGA PASAR  PRODUK GABUNGAN YANG DAPAT DIJUAL PADA TITIK PISAH BATAS.  Metode ini menggunakan total harga pasar dari setiap produk, yaitu jumlah unit yang diproduksi dikalikan dengan harga jual per unit.  Contoh: Asumsikan produk gabungan A, B, C, D diproduksi dengan biaya gabungan sebesar $120.000. Kuantitas yang diproduksi adalah : A= 20.000 unit, B=15.000 unit, C=10.000 unit dan D=15.000 unit. Produk A dijual seharga $0,25 ; B seharga $3 ; C seharga $3,50 dan D seharga $5. Harga ini merupakan harga pasar dari produk tersebut pada titik pisah batas. Diasumsikan produk-produk tersebut dapat dijual pada titik tersebut.
  • 38. Alokasi biaya gabungan dihitung sebagai berikut:
  • 39. Pada metode harga pasar dengan asumsi bahwa unit dijual tanpa pemrosesan lebih lanjut, maka setiap produk gabungan akan menghasilkan persentase laba kotor yang sama. Contoh (dengan asumsi tidak ada persediaan awal):
  • 40.  Produk gabungan yang tidak dapat dijual pada titik pisah batas.  Produk yang tidak dapat dijual di titik pisah batas memerlukan pemrosesan tambahan sebelum dapat dijual.  Untuk itu dasar untuk mengalokasikan biaya gabungan adalah harga pasar hipotetis pada titik pisah batas.  Harga Pasar Hipotetis = Harga Pasar Final – biaya pemrosesan tambahan.  Beban pemasaran & beban administratif yang dapat ditelusuri langsung ke produk tertentu serta estimasi untuk laba juga harus dikurangi jika jumlahnya berbeda secara proporsional untuk produk gabungan
  • 41. Contoh : asumsi berikut ini ditambahkan ke contoh sebelumnya: Alokasi biaya gabungan :
  • 42. Laporan laba kotor berikut ini menggunakan jumlah unit terjual yang sama dengan yang digunakan di contoh sebelumnya, tetapi harga jual telah dinaikkan sebagai akibat dari adanya pemrosesan tambahan:
  • 43. Metode biaya rata-rata per unit  Metode biaya rata-rata per unit ( average unit cost method) adalah metode yang mengalokasikan biaya gabungan ke produk gabungan sedemikian rupa sehingga setiap produk menerima alokasi biaya gabungan per unit dalam jumlah yang sama, yang disebut sebagai biaya rata-rata per unit.  Biaya rata-rata per unit = Total biaya produksi gabungan Total jumlah unit yang diproduksi
  • 44. Dari contoh sebelumnya: Biaya rata-rata per unit = total biaya produksi gabungan = $ 120.000 = $2 per unit Total jumlah unit yang diproduksi = 60.000
  • 45. METODE RATA-RATA TERTIMBANG  Metode rata-rata tertimbang menggunakan faktor pembobotan yang diberikan ke setiap unit sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya gabungan.  Dasar alokasi = Barang jadi dari semua jenis x faktor pembobotan  Faktor pembobotan dapat didasarkan pada atribut seperti ukuran unit, tingkat kesulitan, waktu yang diperlukan untuk memproduksi unit tsb, perbedaan dalam jenis tenaga kerja yang digunakan, perbedaan jumlah bahan baku yang digunakan.  Contoh: asumsi faktor pembobotan yang dibebankan keempat produk : Produk A = 3 poin Produk B = 12 poin Produk C = 13.5 poin
  • 46. Menggunakan data dari contoh sebelumnya, alokasi biaya gabungan dengan metode rata-rata tertimbang adalah seperti berikut:
  • 47. METODE UNIT KUANTITATIF  Metode unit kuantitatif (quantitative unit method): adalah metode yang mengalokasikan biaya gabungan berdasarkan satuan pengukuran yang sama, misalnya galon, ton, atau meter persegi.  Jika produk gabungan tidak bisa diukur dalam satuan ukuran yang sama, maka ukuran tersebut harus dikonversikan ke satuan yang sama. Misal ketika arang diproduksi, batubara,benzol,amonia sulfat dan gas juga ikut diproduksi dan masing-masing diukur dalam satuan yang berbeda.  Contoh berikut ini menggunakan metode unit kuntitatif dengan menggunakan berat sebagai dasar alokasi biaya gabungan dengan asumsi biaya batubara adalah sebesar $40 per ton.
  • 48.
  • 49. COST ACCOUNTING MATERI-12 PERHITUNGAN BIAYA STANDAR: PENETAPAN STANDAR DAN ANALISIS VARIANS
  • 50. BIAYA STANDAR  Biaya Standar adalah:  Biaya yang telah ditentukan sebelumnya untuk memproduksi satu unit atau sejumlah tertentu produk selama suatu periode tertentu.  Biaya yang direncanakan untuk suatu produk dalam kondisi operasi sekarang atau yang diantisipasi.  Dua komponen biaya standar;  Standar fisik, yaitu kuantitas standar dari input per unit output.  Standar harga, yaitu biaya standar atau tarif standar per unit input.
  • 51.  Kegunaan Biaya Standar: 1. Untuk menetapkan anggaran 2. Mengendalikan biaya dengan cara memotivasi karyawan dan mengukur efisiensi operasi. 3. Menyederhanakan prosedur perhitungan biaya dan mempercepat laporan biaya. 4. Membebankan biaya ke persediaan bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi. 5. Menetapkan tawaran kontrak dan harga jual.
  • 52. MENETAPKAN STANDAR  Menghitung biaya standar memerlukan standar fisik.  Dua jenis standar fisik: 1. Standar dasar, adalah tolak ukur yang digunakan untuk membandingkan kinerja yang diperkirakan dengan kinerja aktual (serupa dengan angka indeks yang digunakan untuk mengukur hasil-hasil berikutnya). 2. Standar sekarang, terdiri atas tiga jenis: a. Standar aktual yang diperkirakan : mencerminkan tingkat aktivitas dan efisiensi yang diperkirakan. Standar ini merupakan estimasi yang paling dekat dengan hasil aktual. b. Standar normal: mencerminkan tingkat aktivitas dan efisiensi normal. Standar ini mencerminkan hasil yang menantang namun dapat dicapai. c. Standar teoritis: mencerminkan tingkat aktivitas dan
  • 53. Prosedur penentuan biaya standar Biaya produksi standar dibagi atas tiga bagian, yaitu: Biaya Bahan Baku Standar Biaya Tenaga Kerja Standar Biaya Overhead Pabrik Standar
  • 54. BIAYA BAHAN BAKU STANDAR  Terdiri atas:  Masukan fisik yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah keluaran fisik tertentu  kuantitas standar  Harga per satuan masukan fisik tersebut  harga standar  Kuantitas standar bahan baku dapat ditentukan dengan menggunakan: 1. Penyelidikan teknis 2. Analisis catatan masa lalu dalam bentuk:  Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku uantuk produk atau pekerjaan yang sama dalam periode tertentu di masa lalu.  Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan yang paling baik dan yang paling buruk di masa lalu.  Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan yang paling baik
  • 55.  Harga standar pada umumnya ditentukan dari : daftar harga pemasok, katalog atau informasi yang sejenis dan informasi lain yang tersedia yang berhubungan dengan kemungkinan perubahan harga-harga tersebut di masa depan.  Harga yang dipakai sebagai harga standar dapat berupa: a. Harga yang diperkirakan akan berlaku di masa yang akan datang, biasanya untuk jangka waktu satu tahun. b. Harga yang berlaku pada saat penyusunan standar c. Harga yang diperkirakan akan merupakan harga normal dalam jangka panjang.  Harga standar bahan baku digunakan untuk: a. Mengecek pelaksanaan pekerjaan Departemen Pembelian b. Mengukur akibat kenaikan atau penurunan harga terhadap laba perusahaan.
  • 56. Biaya Tenaga Kerja Standar  Biaya tenaga kerja standar terdiri dari dua unsur, yaitu: jam tenaga kerja standar dan tarif upah standar.  Syarat mutlak berlakunya jam tenaga kerja standar adalah: 1. Tata letak pabrik yang efisien dengan peralatan modern, sehingga dapat dilakukan produksi yang maksimum dengan biaya yang minimum. 2. Pengembangan staf perencanaan produksi, routing dan scheduling agar aliran proses produksi lancar tanpa terjadi penundaan dan kesimpangsiuran. 3. Pembelian bahan baku direncanakan dengan baik, sehingga tersedia pada saat dibutuhkan untuk produksi. 4. Standardisasi kerja karyawan dan metode kerja dengan instruksi dan latihan yang cukup bagi karyawan, sehingga proses produksi dapat dilaksanakan di bawah kondisi yang paling baik.
  • 57.  Jam tenaga kerja standar dapat ditentukan dengan cara: a. Menghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan dari kartu harga pokok periode yang lalu. b. Membuat test-run operasi produksi di bawah keadaan normal yang diharapkan. c. Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja karyawan di bawah keadaan nyata yang diharapkan. d. Mengadakan taksiran yang wajar yang didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan operasi produksi dan produk.  Penentuan tarif upah standar memerlukan pengetahuan mengenai kegiatan yang dijalankan, tingkat kecepatan tenaga kerja yang diperlukan dan rata-rata tarif upah per jam yang diperkirakan akan dibayar.  Tarif upah standar dapat ditentukan atas dasar: 1. Perjanjian dengan organisasi karyawan 2. Data upah masa lalu (rata-rata hitung, rata-rata tertimbang atau median dari upah karyawan masa lalu) 3. Penghitungan tarif upah dalam keadaan operasi normal.
  • 58. BIAYA OVERHEAD PABRIK STANDAR  Tarif overhead standar dihitung dengan membagi jumlah biaya overhead yang dianggarkan pada kapasitas normal dengan kapasitas normal.  Untuk pengendalian biaya overhead pabrik dalam sistem biaya standar, perlu dibuat anggaran fleksibel, yaitu anggaran biaya untuk beberapa kisaran (range) kapasitas.  Anggaran fleksibel memisahkan faktor-faktor biaya tetap dan variabel dan memperlakukan biaya overhead tetap sebagai biaya yang jumlah totalnya tetap dalam volume tertentu.
  • 59. ANALISIS VARIANS  Penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar disebut dengan selisih (Variance).  Dalam analisis varians biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung hanya dikenal dua macam kapasitas, yaitu: kapasitas sesungguhnya dan kapasitas standar.  Dalam analisis varians biaya overhead pabrik dikenal tiga macam kapasitas, yaitu: kapasitas sesungguhnya, kapasitas standar dan kapasitas normal.
  • 60. ANALISIS SELISIH BIAYA PRODUKSI LANGSUNG Terdapat tiga model analisis varians biaya produksi langsung: 1. Model Satu Selisih (The One Way Model) 2. Model Dua Selisih (The Two Way Model) 3. Model Tiga Selisih (The Three Way Model)
  • 61. MODEL SATU SELISIH (THE ONE WAY MODEL)  Rumus untuk biaya bahan baku:  Rumus untuk biaya tenaga kerja: dimana: TS = Total Selisih HSt = Harga Standar TUSt = Tarif upah standar KSt = Kuantitas Standar JKSt = Jam Kerja Standar HS = Harga Sesungguhnya TUS = Tarif upah sesungguhnya KS = Kuantitas SesungguhnyaJKS = Jam Kerja Sesungguhnya  Hasil perhitungan selisih diberi tanda L untuk selisih laba atau selisih yang menguntungkan dan tanda R untuk selisih rugi. TS = (HSt x KSt) – (HS x KS) TS = (TUSt x JKSt) – (TUS x JKS)
  • 62. MODEL DUA SELISIH (THE TWO WAY MODEL)  Dipecah menjadi dua macam selisih, yaitu selisih harga dan selisih kuantitas atau efisiensi.  Rumus perhitungan selisih harga: dimana: SH = Selisih Harga STU = Selisih Tarif Upah  Rumus perhitungan selisih kuantitas: dimana : SK = Selisih Kuantitas SEU = Selisih Efisiensi Upah  Dalam pembelian bahan baku selisih harga yang timbul menjadi tanggung jawab manajer fungsi pembelian. Sedangkan selisih kuantitas menjadi tanggung jawab manajer fungsi produksi. SH = (HSt – HS) x KS Untuk biaya bahan baku SK = (KSt – KS) x HSt STU = (TUSt – TUS) x JKS Untuk biaya tenaga kerja langsung SEU = (JKSt – JKS) x TUSt
  • 63. MODEL TIGA SELISIH (THE THREE WAY MODEL)  Dipecah menjadi tiga macam selisih, yaitu: selisih harga, selisih kuantitas dan selisih harga/kuantitas.  Tiga kemungkinan dari hubungan harga dan kuantitas standar dengan harga dan kuantitas sesungguhnya: 1. Harga dan kuantitas standar masing-masing lebih tinggi atau lebih rendah dari harga sesungguhnya dan kuantitas sesungguhnya. 2. Harga standar lebih rendah dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas standar lebih tinggi dari kuantitas sesungguhnya. 3. Harga standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya, namun kuantitas standar lebih rendah dari kuantitas
  • 64. 1. Harga & kuantitas standar lebih tinggi atau lebih rendah dari harga & kuantitas sesungguhnya  Kondisi 1: Harga standar dan kuantitas standar masing-masing lebih rendah dari harga dan kuantitas sesungguhnya, rumus: SH = (HSt – HS) x KSt SK = (KSt – KS) x HSt SHK = (HSt – HS) x (KSt – KS) Untuk biaya bahan baku STU = (TUSt – TUS) x JKSt SEU = (JKSt – JKS) x TUSt STEU = (TUSt – TUS) x (JKSt – JKS) Untuk biaya tenaga kerja langsung
  • 65.  Kondisi 2: Harga & kuantitas standar lebih tinggi dari harga & kuantitas sesungguhnya, rumus: SH =(HSt – HS) x KS SK =(KSt – KS) x HS SHK =(HSt – HS) x (KSt – KS) Untuk biaya bahan baku STU =(TUSt – TUS) x JKS SEU =(JKSt – JKS) x TUS STEU =(TUSt – TUS) x (JKSt – JKS) Untuk biaya tenaga kerja
  • 66. 2. Harga standar lebih rendah dari harga sesungguhnya, sebaliknya kuantitas standar lebih tinggi dari kuantitas sesungguhnya.  Pada kondisi ini selisih gabungan yang merupakan selisih harga/kuantitas tidak akan terjadi.  Rumus: SH = (HSt - HS) x KS SK =(KSt - KS) x HSt SHK = 0 Untuk biaya bahan baku STU = (TUSt - TUS) x JKS SEU =(JKSt - JKS) x TUSt STEU = 0 Untuk biaya tenaga kerja
  • 67. 3. Harga standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya, sebaliknya kuantitas standar lebih rendah dari kuantitas sesungguhnya.  Pada kondisi ini selisih gabungan yang merupakan selisih harga/kuantitas tidak akan terjadi.  Rumus: SH = (HSt – HS) x KSt SK = (KSt – KS) x HS SHK = 0 Untuk biaya bahan baku STU = (TUSt - TUS) x JKSt SEU = (JKSt – JKS) x TUS STEU = 0 Untuk biaya tenaga kerja
  • 68. Contoh: PT Rimendi menggunakan sistem biaya standar. Data biaya standar dan biaya sesungguhnya dalam bulan Januari adalah sbb: Perhitungan varians dari berbagai model adalah sbb: Biaya Kuantitas standar Kuantitas Sesungguhny a Harga Standar Harga Sesungguhny a Bahan Baku 4.000 unit 5.000 unit Rp 20 Rp 15 Tenaga kerja 1.000 jam 2.000 jam Rp 10 Rp 20
  • 69. a. Model satu selisih:  Selisih biaya bahan baku: TS = (Rp 20 x 4.000 unit) – (Rp 15 x 5.000 unit) = Rp 5.000 L  Selisih biaya tenaga kerja : TS = (Rp 10 x 1.000 jam) – (Rp 20 x 2.000 jam) = Rp 30.000R  TS biaya bahan baku & tenaga kerja = Rp 25.000 R b. Model dua selisih:  Selisih biaya bahan baku: SH = (RP 20 – Rp15) x 5.000 unit = Rp 25.000 L SK = (4.000 unit-5.000unit) X Rp 20 = Rp 20.000 R TS = (HSt x KSt) – (HS x KS) TS = (TUSt x JKSt) – (TUS x JKS) SH = (HSt – HS) x KS SK = (KSt – KS) x HSt
  • 70.  Selisih biaya tenaga kerja: STU = (Rp 10 – Rp 20) x 2.000 jam = Rp 20.000 R SEU = (1.000 jam – 2.000 jam)xRp10 = Rp 10.000 R TS biaya tenaga kerja = Rp 30.000 R TS biaya bahan baku & tenaga kerja = Rp 25.000 R a. Model tiga selisih  Selisih Biaya Bahan Baku SH = (Rp 20- Rp 15) x 4.000 unit = Rp 20.000 L SK = (4.000 unit – 5.000 unit) x Rp 15 = Rp 15.000 R TS Biaya Bahan Baku = Rp 5.000 L STU = (TUSt – TUS) x JKS SEU = (JKSt – JKS) x TUSt SH = (HSt – HS) x KSt SK = (KSt – KS) x HS SHK = 0
  • 71.  Selisih Biaya Tenaga Kerja STU = (Rp 10- Rp 20) x 1.000 jam = Rp 10.000 R SEU = (1.000 jam–2.000 jam)x Rp 10 = Rp 10.000 R STEU= (Rp10 – Rp 20) x (1.000-2.000) = Rp 10.000 R TS biaya tenaga kerja = Rp 30.000 R TS biaya bahan baku & tenaga kerja = Rp 25.000 R STU = (TUSt – TUS) x JKSt SEU = (JKSt – JKS) x TUSt STEU = (TUSt – TUS) x (JKSt – JKS)
  • 72. SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK  Terdapat lima model analisis selisih biaya overhead pabrik, yaitu: 1. Model satu selisih: mengurangi biaya overhead pabrik dengan tarif standar pada kapasitas standar dengan BOP sesungguhnya. TS = BOP sesungguhnya – BOP dibebankan 2. Model dua selisih: dipecah menjadi:  Selisih terkendalikan : perbedaan BOP sesungguhnya dengan dengan BOP dianggarkan pada kapasitas standar. TS = (BOP sesungguhnya – BOP tetap kapasitas normal)-BOP variabel pada jam tenaga kerja standar  Selisih volume : perbedaan BOP dianggarkan pada jam standar dengan BOP dibebankan kepada produk ( kapasitas standar dengan tarif standar). TS = (Jam tenaga kerja kapasitas normal – jam tenaga kerja standar) x tarif BOP tetap
  • 73. 3. Model tiga selisih, terdiri atas:  Selisih pengeluaran: perbedaan BOP sesungguhnya dengan BOP dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya. TS = (BOP sesungguhnya – BOP tetap kapasitas normal )– BOP variabel dianggarkan pd jam sesungguhnya dicapai.  Selisih kapasitas: perbedaan BOP dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya dengan BOP yang dibebankan pada kapasitas sesungguhnya(kapasitas sesungguhnya dengan tarif standar). TS = (Kapasitas normal-kapasitas sesungguhnya) x tarif BOP tetap  Selisih efisiensi: tarif BOP dikalikan dengan selisih antara kapasitas standar dengan kapasitas sesungguhnya. TS = (Jam standar –Jam sesungguhnya) x tarif BOP 4. Model empat selisih, dalam model ini selisih efisensi dalam model tiga selisih dipecah lagi menjadi:  Selisih efisiensi variabel  Selisih efisiensi tetap