Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses
Pengertian sistem perhitungan biaya produk yang mengakumulasikan biaya menurut proses atau departemen dan membebankannya pada sejumlah besar produk yang hampir serupa
Tujuan Penggunaan
Menyediakan informasi bagi para manajer untuk menganalisis produk dan profitabilitas pelanggan serta menentukan harga, bauran produk, dan keputusan untuk perbaikan proses
Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses
Pengertian sistem perhitungan biaya produk yang mengakumulasikan biaya menurut proses atau departemen dan membebankannya pada sejumlah besar produk yang hampir serupa
Tujuan Penggunaan
Menyediakan informasi bagi para manajer untuk menganalisis produk dan profitabilitas pelanggan serta menentukan harga, bauran produk, dan keputusan untuk perbaikan proses
BAB 10 - SISTEM PERSEDIAAN PERIODIK
PENGANTAR AKUNTANSI 1
1. Warren, Carl S., dkk. 2014. Pengantar Akuntansi: Adaptasi Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
2. Sumarsan, Thomas. 2013. Akuntansi Dasar dan Aplikasi dalam Bisnis Versi IFRS. Jakarta: Indeks.
3. Rudianto. 2012. Pengantar Akuntansi: Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan Keuangan. Jakarta: Erlangga.
BAB 10 - SISTEM PERSEDIAAN PERIODIK
PENGANTAR AKUNTANSI 1
1. Warren, Carl S., dkk. 2014. Pengantar Akuntansi: Adaptasi Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
2. Sumarsan, Thomas. 2013. Akuntansi Dasar dan Aplikasi dalam Bisnis Versi IFRS. Jakarta: Indeks.
3. Rudianto. 2012. Pengantar Akuntansi: Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan Keuangan. Jakarta: Erlangga.
Harga pokok proses (process costing) merupakan metode perhitungan harga pokok produk yang berdasarkan kepada pengumpulan biaya-biaya produksi dalam satu periode tertentu dibagi dengan jumlah unit produksi periode yang bersangkutan. Mahasiswa diharapkan mampu untuk melakukan Penentuan harga jual produk yang tepat, Memantau realisasi biaya produks, Menghitung laba/rugi per periodik secara transparan, Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca
Arus biaya produksi untuk sebuah sistem penentuan harga pokok proses umumnya sama seperti yang terjadi dalam sistem penentuan harga pokok pesanan. Saat bahan baku dibeli, biaya dari bahan baku tersebut mengalir melalui akun persediaan bahan baku. Hal yang sama, biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead yang dibebankan mengalir ke dalam akun barang dalam proses (WIP). Saat barang telah selesai, biaya dari bahan yang telah diselesaikan dipindahkan dari barang dalam proses ke akun barang jadi. Terakhir, saat barang terjual, biaya dari barang jadi dipindahkan ke akun beban pokok penjualan ayat jurnal biasanya mengikuti dengan yang biasa dijelaskan dalam sistem penentuan harga pokok pesanan.
Walaupun arus biaya harga pokok proses dan pesanan biasanya mirip, terdapat beberapa perbedaan. Dalam sistem penentuan harga pokok proses , setiap departemen produksi memiliki akun barang dalam proses sendiri. Saat barang-barang telah selesai dalam satu departemen, kemudian dipindahkan ke departemen berikutnya. Biaya yang dilampirkan dalam barang-barang yang dipindahkan juga dipindahkan ke departemen berikutnya.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
2. SISTEM PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN
PROSES
Perhitungan biaya berdasarkan proses
digunakan ketika produk dihasilkan dalam
kondisi proses yang kontinu atau metode
produksi massal, dimana produk-produk
yang dihasilkan dalam suatu departemen
atau pusat biaya lainnya bersifat homogen.
Contoh: perusahaan yang memproduksi
kertas, pipa, plastik, tekstil, makanan,
tepung, semen.
3. KARAKTERISTIK PRODUKSI PERUSAHAAN YANG
MENGGUNAKAN PROCESS COSTING
1. Produk yang dihasilkan adalah produk
standar.
2. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan
adalah sama.
3. Kegiatan produksi dimulai dengan
diterbitkannya perintah produksi yang berisi
rencana produksi produk standar untuk
jangka waktu tertentu.
4. PERBEDAAN JOB ORDER COSTING DENGAN
PROCESS COSTING
N
o
JOB ORDER
COSTING
PROCESS COSTING
1. Pengumpula
n biaya
produksi
Menurut pesanan Menurut departemen atau
pusat biaya, per periode
akuntansi
2. Perhitungan
Harga Pokok
Produksi Per
Satuan
Membagi total biaya
untuk pesanan
tertentu dengan
jumlah satuan produk
yang dihasilkan
pesanan tersebut.
Dihitung saat pesanan
telah selesai
diproduksi.
Membagi total biaya
produksi yang dikeluarkan
selama periode tertentu
dengan jumlah satuan
produk yang dihasilkan
selama periode tersebut.
Dihitung setiap akhir
periode akuntansi
(biasanya akhir bulan).
5. N
o.
JOB ORDER COSTING PROCESS COSTING
3
.
Penggolonga
n biaya
produksi
Terdiri dari biaya
produksi langsung
(dibebankan
berdasarkan actual
cost) dan biaya
produksi tidak langsung
(berdasarkan tarif
ditentukan dimuka)
Seringkali tidak
dibedakan antara biaya
produksi langsung
dengan biaya produksi
tidak langsung, terutama
jika perusahaan hanya
memproduksi satu
macam produk. BOP
umumnya dibebankan
berdasarkan actual cost.
4
.
Unsur biaya
yang
digolongkan
dalam Biaya
Overhead
Pabrik
BOP terdiri dari biaya
bahan penolong, biaya
tenaga kerja tidak
langsung dan biaya
produksi lain selain
biaya bahan baku &
biaya tenaga kerja
langsung.
BOP terdiri dari biaya
produksi selain biaya
bahan baku & bahan
penolong dan biaya
tenaga kerja baik
langsung maupun tidak
langsung.
6. MANFAAT INFORMASI HARGA POKOK PRODUKSI
Dalam perusahaan dengan produksi massal,
informasi harga pokok produksi yang
dihitung untuk jangka waktu tertentu
bermanfaat bagi manajemen untuk:
1. Menentukan harga jual produk
2. Memantau realisasi biaya produksi
3. Menghitung laba atau rugi periodik
4. Menentukan harga pokok persediaan
produk jadi dan produk dalam proses yang
disajikan dalam neraca.
7. MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK
 Dalam penetapan harga jual produk, biaya produksi per unit
merupakan salah satu informasi yang dipertimbangkan di
samping informasi biaya lain serta informasi non biaya.
 Formula penetapan harga jual:
Taksiran biaya produksi untuk jangka waktu tertentu Rp XX
Taksiran biaya non produksi utk jangka waktu
tertentu.
XX
Taksiran total biaya utk jangka waktu tertentu Rp XX
Jumlah produk yg dihasilkan utk jangka waktu
tertentu.
XX
Taksiran harga pokok produk per satuan. Rp XX
Laba per unit produk yang diinginkan. XX
Taksiran harga jual per unit yg dibebankan kepada
pembeli
Rp XX
8. MEMANTAU REALISASI BIAYA PRODUKSI
 Akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi
biaya produksi yang dikeluarkan dalam jangka waktu
tertentu untuk memantau apakah proses produksi
mengkonsumsi total biaya produksi sesuai dengan yang
diperhitungkan sebelumnya.
 Formula perhitungan biaya produksi sesungguhnya yang
dikeluarkan untuk jangka waktu tertentu:
Biaya produksi sesungguhnya bulan.........
Biaya bahan baku sesungguhnya Rp XX
Biaya tenaga kerja sesungguhnya XX
Biaya overhead pabrik sesungguhnya XX
Total biaya produksi sesungguhnya bulan.... Rp XX
9. MENGHITUNG LABA ATAU RUGI BRUTO PERIODE
TERTENTU
 Metode harga pokok proses digunakan oleh
manajemen untuk mengumpulkan informasi
biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan
untuk periode tertentu guna menghasilkan
informasi laba atau rugi bruto tiap periode.
 Informasi laba atau rugi bruto periodik
diperlukan untuk mengetahui kontribusi produk
dalam menutup biaya non produksi dan
menghasilkan laba atau rugi
 Laba atau rugi bruto tiap periode dihitung sbb:
10. Hasil penjualan (harga jual per satuan x volume
produk yang dijual)
Rp
XX
Persediaan barang jadi awal Rp
XX
Persediaan barang dalam proses awal Rp
XX
Biaya produksi:
Biaya bahan baku sesungguhnya Rp
XX
Biaya tenaga kerja sesungguhnya XX
Biaya overhead pabrik sesungguhnya XX
Total biaya produksi XX
XX
Dikurang: Persediaan barang dalam proses akhir XX
Harga pokok produksi XX
Harga pokok produk yang tersedia untuk dijual XX
Dikurang: Persediaan barang jadi akhir XX
11. MENENTUKAN HARGA POKOK PERSEDIAAN BARANG JADI DAN
BARANG DALAM PROSES YANG DISAJIKAN DALAM NERACA.
 Berdasarkan catatan biaya produksi tiap periode
manajemen dapat menentukan biaya produksi
yang melekat pada barang jadi yang belum laku
dijual pada tanggal neraca dan menyajikannya
dalam neraca sebagai harga pokok persediaan
barang jadi.
 Berdasarkan catatan biaya produksi tiap periode
manajemen dapat pula menentukan biaya
produksi yang melekat pada barang yang pada
tanggal neraca masih dalam proses pengerjaan
dan menyajikannya dalam neraca sebagai
harga pokok persediaan barang dalam proses.
12. ALIRAN PRODUK SECARA FISIK DALAM
PROCESS COSTING.
 Suatu produk dapat berpindah di dalam pabrik
dengan berbagai cara. Tiga format aliran produk
yang berhubungan dengan Process Costing
adalah:
1. Aliran produk berurutan (Sequential Product
Flow)
2. Aliran produk paralel (Parallel Product Flow)
3. Aliran produk selektif (Selective Product
Flow)
13. ALIRAN PRODUK BERURUTAN (SEQUENTIAL
PRODUCT FLOW)
 Dalam aliran produk berurutan, setiap produk
diproses dalam urutan langkah-langkah yang
sama. Contoh:
Barang Dalam
Proses-
Dept.Pemotongan
Bahan Baku
Tenaga kerja
Overhead
pabrik
BDP-
Dept.Perakitan BDP–
Dept.Pengemasa
n
Barang
JadiTenaga kerja
Overhead
pabrik
Bahan Baku
Tenaga Kerja
Overhead
pabrik
14. ALIRAN PRODUK PARALEL (PARALLEL PRODUCT
FLOW)
 Dalam aliran produk paralel, bagian tertentu
dari pekerjaan dilakukan secara simultan,
dan kemudian disatukan dalam satu atau
lebih proses final untuk diselesaikan dan
ditransfer ke barang jadi.
 Contoh aliran produk paralel adalah sbb:
16. ALIRAN PRODUK SELEKTIF (SELECTIVE
PRODUCT FLOW)
 Dalam aliran produk selektif, produk
berpindah ke departemen-departemen
berbeda dalam suatu pabrik, bergantung
pada produk final yang akan dihasilkan.
 Contoh:
18. AKUNTANSI BAHAN BAKU, TENAGA KERJA &
OVERHEAD PADA PROCESS COSTING
 Perbedaan utama process costing dengan job order costing adalah:
pada process costing biaya dibebankan ke departemen (pusat
biaya), bukan ke pesanan, dan jika ada lebih dari satu departemen
yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk tersebut, maka biaya
ditransfer dari suatu departemen ke departemen berikutnya dan
akhirnya ke barang jadi.
 Pada process costing, akun buku besar yang terpisah dapat
digunakan untuk persediaan barang dalam proses di setiap
departemen, karena jumlah departemen biasanya sedikit dan terus
ada dalam jangka waktu lama. Misal terdapat dua departemen
produksi, maka terdapat dua akun barang dalam proses yang
terpisah di buku besar. Namun demikian satu akun buku besar
pengendali untuk barang dalam proses tetap dapat digunakan.
19. AKUNTANSI BAHAN BAKU PADA PROCESS
COSTING
 Dalam job order costing, bukti permintaan bahan
baku merupakan dasar pembebanan biaya bahan
baku langsung ke pesanan tertentu. Dalam process
costing rincian dikurangi karena bahan baku
dibebankan ke departemen dan hanya ada sedikit
departemen yang menggunakan bahan baku. Bukti
permintaan bahan baku dapat berguna untuk
pengendalian bahan baku.
 Jika bukti permintaan bahan bahan baku tidak diberi
harga secara individual, biaya bahan baku yang
digunakan dapat ditentukan di akhir periode produksi
melalui pendekatan persediaan periodik, yaitu
menambahkan pembelian ke persediaan awal dan
mengurangkannya dengan persediaan akhir.
20. AKUNTANSI TENAGA KERJA PADA PROCESS
COSTING
 Dalam process costing biaya tenaga kerja
cukup ditelusuri ke departemen. Kartu jam
kerja harian atau kartu absensi digunakan
sebagai ganti kartu jam kerja pesanan.
21. AKUNTANSI BIAYA OVERHEAD PABRIK PADA
PROCESS COSTING
 Pada job order costing maupun process costing,
biaya aktual dari overhead pabrik diakumulasikan
diakun buku besar pengendali, dan rincian biaya
overhead pabrik diakumulasikan di buku pembantu.
Pada process costing setiap item biaya overhead
dirinci sampai ke jumlah biaya per departemen.
Informasi terinci ini digunakan sebagai dasar untuk
merencanakan biaya di masa depan dan untuk
mengendalikan biaya saat ini.
 Ketika biaya overhead terjadi, biaya dicatat dalam
akun buku besar overhead pabrik dan diposting ke
buku pembantu departemental untuk biaya overhead.
22.  Karena biaya aktual overhead pabrik yang terjadi
berbeda setiap bulannya dan tidak bersifat variabel
sempurna terhadap aktivitas produksi, maka tarif
overhead yang telah ditetapkan sebelumnya dapat
digunakan untuk merata-ratakan biaya overhead
secara proporsional terhadap aktivitas produksi
selama tahun tersebut. Overhead pabrik
dibebankan ke departemen produksi pada akhir
setiap bulan untuk menentukan biaya unit yang
diproduksi selama bulan tersebut.
 Jika pembebanan overhead menggunakan tarif
yang telah ditentukan di muka , maka tarif tersebut
dikalikan dengan jumlah aktual dari dasar aktivitas
yang digunakan di setiap departemen produksi.
23. LANGKAH-LANGKAH DALAM PROCESS COSTING
 Menghitung unit ekuivalen
 Menghitung biaya produksi per satuan
 Menghitung Harga Pokok Produksi per
satuan
 Menghitung Harga Pokok Barang Jadi dan
Persediaan Barang Dalam Proses.
 Membuat Laporan Biaya Produksi
24. LAPORAN BIAYA PRODUKSI
 Pada process costing, semua biaya yang dapat
dibebankan ke departemen diikhtisarkan dalam
laporan biaya produksi departemen.
 Laporan biaya produksi (cost of production
report) adalah kertas kerja yang menampilkan
jumlah biaya yang diakumulasikan dan
dibebankan ke produksi selama satu bulan atau
periode lain.
 Format Laporan biaya produksi dapat berbeda-
beda, namun seharusnya dapat menunjukkan:
1. Biaya total dan biaya per satuan dari pekerjaan
yang diterima dari satu atau beberapa
departemen lain.
25. 2. Biaya total dan biaya per satuan dari bahan baku,
tenaga kerja dan overhead pabrik yang
ditambahkan oleh departemen tersebut.
3. Biaya dari persediaan barang dalam proses awal
dan akhir.
4. Biaya yang ditransfer ke departemen berikutnya
atau ke persediaan barang jadi.
 Dalam menghitung biaya per satuan yang
dikeluarkan perusahaan, perlu dihitung unit
ekuivalen terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan dalam
setiap departemen produksi terdapat persediaan
akhir dari Barang dalam Proses yang belum selesai,
sehingga jumlah unit ekuivalen harus dihitung untuk
setiap elemen biaya.
26.  Unit ekuivalen adalah: jumlah dari suatu sumber
daya (seperti bahan baku, tenaga kerja atau
overhead) yang diperlukan untuk menyelesaikan
satu unit produk.
Misal : terdapat tiga unit produk di persediaan
akhir, dimana setiap unit memiliki sepertiga dari
bahan baku yang diperlukan untuk menyelesaikan
produk tersebut. Maka jumlah total bahan baku
yang digunakan untuk menyelesaikan produk
tersebut akan setara dengan jumlah bahan baku
yang diperlukan untuk menyelesaikan satu unit
produk (3 unit fisik x 1/3 selesai = 1 unit ekuivalen
untuk bahan baku).
27. PENGARUH PRODUK HILANG DALAM PROSES TERHADAP
HARGA POKOK PRODUK PER SATUAN
Dalam proses produksi, tidak semua produk
yang diolah dapat menjadi produk yang baik
yang memenuhi standar mutu yang telah
ditetapkan.
Ditinjau dari saat terjadinya, produk dapat hilang
pada awal proses, sepanjang proses atau
pada akhir proses.
Untuk menyederhanakan perhitungan, produk
yang hilang sepanjang proses diperlakukan
sebagai produk yang hilang pada awal atau
akhir proses.
28. PRODUK YANG HILANG PADA AWAL PROSES
 Produk yang hilang pada awal proses
dianggap belum ikut menyerap biaya
produksi yang dikeluarkan dalam
departemen yang bersangkutan,
sehingga tidak diikutsertakan dalam
perhitungan unit ekuivalensi produk yang
dihasilkan departemen tersebut.
29.  Pengaruh produk hilang pada awal proses
terhadap perhitungan Harga Pokok Produk per
Satuan:
1. Produk hilang pada awal proses di
Departemen Produksi pertama mengakibatkan
naiknya harga pokok produksi per satuan di
departemen tersebut.
2. Produk hilang pada awal proses di departemen
produksi setelah departemen pertama:
 Menaikkan harga pokok produksi per satuan
produk yang diterima dari departemen produksi
sebelumnya.
 Menaikkan harga pokok produksi per satuan yang
ditambahkan dalam departemen tersebut.
30. PRODUK YANG HILANG PADA AKHIR PROSES
 Produk yang hilang pada akhir proses sudah ikut
menyerap biaya produksi yang dikeluarkan dalam
departemen yang bersangkutan, sehingga harus
diperhitungkan dalam penentuan unit ekuivalensi
produk yang dihasilkan departemen tersebut.
 Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses
harus dihitung dan diperlakukan sebagai tambahan
harga pokok produk selesai yang ditransfer ke
departemen produksi berikutnya atau ke gudang. Hal
ini mengakibatkan harga pokok per satuan produk
selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya
atau ke gudang menjadi lebih tinggi.
31.  Produk yang hilang pada akhir proses tidak
mempengaruhi harga pokok produksi per
satuan produk yang diterima dari
departemen produksi sebelumnya.
32. SILAHKAN LIHAT FILE EXCELL UNTUK
MEMPELAJARI METODE HARGA POKOK
PROSES TANPA MEMPERHITUNGKAN
PERSEDIAAN PRODUK DALAM PROSES
AWAL
 Metode harga pokok proses dimana
produk diolah melalui satu departemen
produksi.
 Metode harga pokok proses dimana produk
diolah melalui lebih dari satu departemen
produksi.
34. PRODUK YANG HILANG PADA
AWAL PROSES
 Produk yang hilang pada awal
proses dianggap belum ikut
menyerap biaya produksi
yang dikeluarkan dalam
departemen yang
bersangkutan, sehingga tidak
diikutsertakan dalam
perhitungan unit ekuivalensi
produk yang dihasilkan
departemen tersebut.
34
35. Pengaruh produk hilang pada awal proses terhadap
perhitungan Harga Pokok Produk per Satuan:
1. Produk hilang pada awal proses di Departemen
Produksi pertama mengakibatkan naiknya harga
pokok produksi per satuan di departemen
tersebut.
2. Produk hilang pada awal proses di departemen
produksi setelah departemen pertama:
 Menaikkan harga pokok produksi per satuan produk
yang diterima dari departemen produksi
sebelumnya.
 Menaikkan harga pokok produksi per satuan yang
ditambahkan dalam departemen tersebut.
35
42. PRODUK YANG HILANG PADA
AKHIR PROSES
 Produk yang hilang pada akhir proses sudah ikut
menyerap biaya produksi yang dikeluarkan dalam
departemen yang bersangkutan, sehingga harus
diperhitungkan dalam penentuan unit ekuivalensi
produk yang dihasilkan departemen tersebut.
 Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses
harus dihitung dan diperlakukan sebagai tambahan
harga pokok produk selesai yang ditransfer ke
departemen produksi berikutnya atau ke gudang. Hal
ini mengakibatkan harga pokok per satuan produk
selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya atau
ke gudang menjadi lebih tinggi.
42
43.  Produk yang hilang pada akhir proses tidak
mempengaruhi harga pokok produksi per
satuan produk yang diterima dari departemen
produksi sebelumnya.
43
50.  Dalam suatu departemen produksi, produk yang
belum selesai diproses pada akhir periode akan
menjadi persediaan produk dalam proses pada
awal periode berikutnya.
 Produk dalam proses awal periode ini membawa
harga pokok produksi per satuan yang berasal
dari periode sebelumnya, yang kemungkinan
akan berbeda dengan harga pokok produksi per
satuan pada periode sekarang.
50
51. DUA METODE PENENTUAN HARGA POKOK
PRODUK DALAM METODE HARGA POKOK
PROSES
1. Metode Harga Pokok Rata-Rata
Tertimbang (Weighted Average
Cost Method)
2. Metode Masuk Pertama, Keluar
Pertama (First In, First Out
Method)
51
52. Weighted Average Cost Method
 Pada metode ini, harga pokok persediaan barang
dalam proses awal ditambahkan kepada biaya
produksi sekarang, kemudian jumlahnya dibagi
dengan unit ekuivalensi produk untuk
mendapatkan harga pokok rata-rata tertimbang.
 Harga pokok rata-rata tertimbang digunakan
untuk menentukan harga pokok produk jadi yang
ditransfer ke departemen berikutnya atau ke
gudang dengan cara mengalikannya dengan
jumlah kuantitasnya.
52
53. Rumus perhitungan harga pokok per unit
produk Departemen pertama dengan WACM
Biaya Bahan
Baku per unit
Biaya Bahan Baku
yang melekat pada
Barang Dalam
Proses awal
Biaya Bahan Baku
yang dikeluarkan
dalam periode
sekarang
Unit ekuivalensi biaya bahan baku
=
+
Biaya Tenaga
Kerja per unit =
Biaya Tenaga
Kerja yang
melekat pada
Barang Dalam
Proses awal
+
Biaya Tenaga
Kerja yang
dikeluarkan dalam
periode sekarang
Unit ekuivalensi biaya tenaga kerja
Biaya
overhead
pabrik per
unit
=
Biaya overhead pabrik
yang melekat pada
Barang Dalam Proses
awal
+
Biaya overhead
pabrik yang
dilekuarkan periode
sekarang
Unit ekuivalensi biaya overhead pabrik
53
54. Rumus perhitungan Harga Pokok per unit produk
Departemen kedua dengan WACM
Harga Pokok
Produk per unit
yang dibawa dari
Departemen
sebelumnya
=
Harga Pokok Barang
Dalam Proses awal
yang berasal dari
Departemen
sebelumnya
+
Harga Pokok Barang
Yang di Transfer dari
Departemen
Sebelumnya dalam
periode sekarang
Barang Dalam proses
Awal + Barang yang ditransfer
dari Dept. Sebelumnya
dalam periode sekarang
Biaya Bahan
Baku per unit =
BBB yang melekat
pada BDP awal +
Biaya BB yang
dikeluarkan periode
sekarang
Unit ekuivalensi Biaya Bahan
Baku
Biaya Tenaga
Kerja per unit =
BTK yang melekat
pada BDP awal +
Biaya TK yang
dikeluarkan periode
sekarang
Unit ekuivalensi biaya tenaga kerja
(1)
(2)
(3)
54
55. Biaya
overhead
pabrik per unit
(4)
=
BOP yang melekat
pada BDP awal =
BOP yang dikeluarkan
periode sekarang
Unit Ekuivalensi Biaya Overhead Pabrik
Total Harga Pokok
Produksi per
satuan
= (1) + (2) + (3)+ (4)
55
62. FIRST IN FIRST OUT
METHODE
 Metode First in First Out (FIFO) menganggap
biaya produksi periode sekarang pertama kali
digunakan untuk menyelesaikan Barang
Dalam Proses pada awal periode, baru
kemudian sisanya digunakan untuk mengolah
barang yang dimasukkan dalam proses pada
periode sekarang.
 Dalam metode FIFO tingkat penyelesaian
persediaan Barang Dalam Proses awal harus
diperhitungkan dalam perhitungan unit
ekuivalensi.
62
63.  Menurut metode FIFO, dalam Departemen
Produksi setelah Departemen Produksi
pertama, barang telah membawa harga
pokok dari Departemen sebelumnya.
 Barang dalam Proses yang membawa
harga pokok dari periode sebelumnya
digunakan pertama kali untuk menentukan
harga pokok produksi yang ditransfer ke
Departemen berikutnya atau ke gudang.
63
72. PENAMBAHAN BAHAN BAKU DALAM
DEPARTEMEN PRODUKSI SETELAH
DEPARTEMEN PRODUKSI PERTAMA
 Dalam proses produksi, seringkali bahan baku
ditambahkan dalam departemen produksi setelah
departemen produksi pertama.
 Terdapat dua kemungkinan dari penambahan bahan
baku:
1. Tidak menambah jumlah barang yang dihasilkan
oleh departemen produksi yang mengkonsumsi
tambahan bahan baku tersebut ïƒ tambahan biaya
bahan baku hanya menambah biaya bahan baku per
satuan dalam departemen tersebut.
2. Menambah jumlah barang yang dihasilkan oleh
departemen produksi yang mengkonsumsi tambahan
bahan baku tersebut. ïƒ a. berakibat terhadap
penyesuaian harga pokok per satuan produk
yang berasal dari departemen sebelumnya
b. menambah biaya bahan baku per satuan dalam
departemen tersebut.
72
73. PENAMBAHAN BAHAN BAKU DALAM
DEPARTEMEN PRODUKSI SETELAH
DEPARTEMEN PRODUKSI PERTAMA73
80. METODE VARIABLE COSTING
Adalah metode costing yang hanya
memasukkan biaya produksi variabel ke
dalam biaya produk.
Dalam metode costing ini biaya produk
mencakup:
1. Biaya Bahan Baku
2. Biaya tenaga kerja langsung
3. Biaya overhead pabrik variabel
80
81.  Menggunakan pendekatan penggolongan
biaya variabilitas yang menggolongkan
biaya ke dalam biaya variabel dan biaya
tetap.
 Dalam penyusunan laporan laba rugi,
metode costing variabel menggunakan
laporan laba rugi kontribusi (contribution
margin).
 Bermanfaat untuk tujuan pelaporan
kepada pihak internal perusahaan yang
menggunakan informasi laba kontribusi
untuk perencanaan, pembuatan
81
82. Contoh laporan laba rugi berdasarkan
metode Variable Costing
PT XYZ
Laporan Laba Rugi Kontribusi
Tahun 2014
Pendapatan 30.000.000
Biaya Variabel:
Harga Pokok Penjualan Variabel:
Biaya Bahan Baku 3.000.000
Biaya Tenaga Kerja langsung 2.000.000
Biaya overhead Pabrik Variabel 5.000.000
Jumlah HPP Variabel 10.000.000
Biaya pemasaran variabel 3.500.000
Biaya Adm.&Umum Variabel 1.500.000
Jumlah Biaya Variabel 15.000.000
LABA KONTRIBUSI 15.000.000
Biaya Tetap:
Biaya Overhead Pabrik Tetap 2.000.000
Biaya Pemasaran Tetap 1.000.000
Biaya Adm.& Umum Tetap 2.000.000
5.000.000
LABA BERSIH 10.000.000
82
83. PENYAJIAN LAPORAN LABA RUGI
KEPADA PIHAK LUAR PERUSAHAAN
 Jika perusahaan menggunakan metode
Variable Costing dalam akuntansi
biayanya, maka untuk menyajikan
laporan laba rugi bagi kepentingan pihak
luar perlu dilakukan perubahan unsur
biaya yang diperhitungkan dalam harga
pokok persediaan Barang Dalam
Proses, persediaan Barang Jadi dan
Harga Pokok Penjualan.
83
84. 3 Langkah Merubah Laporan Laba Rugi
Variable Costing Menjadi Full Costing
LANGKAH PERTAMA
Harga Pokok Persediaan Barang Dalam Proses
Awal dan Harga Pokok Persediaan Barang Jadi
Awal di tambah dengan Biaya Overhead Pabrik
Tetap.
Rumus:
BOP tetap per unit dasar pembebanan =
BOP sesungguhnya pada periode
akt.sebelumnya
Dasar pembebanan
BOP Tetap =
BOP tetap per unit x kuantitas dasar
84
85. LANGKAH KEDUA
Biaya produksi menurut Variable Costing perlu
disesuaikan dengan manambahkan Biaya
Overhead Pabrik Tetap Sesungguhnya.
LANGKAH KETIGA
Harga Pokok Persediaan Barang Dalam Proses
Akhir dan Harga Pokok Persediaan Barang
Jadi Akhir ditambah dengan Biaya Overhead
Pabrik Tetap.
85
86. Rumus:
BOP tetap per unit dasar pembebanan=
BOP tetap sesungguhnya periode
akt.sekarang
Dasar pembebanan
BOP tetap =
BOP tetap per unit x kuantitas dasar
pembebanan pada persediaan akhir
86
87. MANFAAT INFORMASI YANG
DIHASILKAN OLEH METODE VARIABLE
COSTING
Manfaat metode Variable Costing bagi
manajemen:
1. Untuk perencanaan laba jangka
pendek
2. Untuk pengendalian biaya
3. Untuk pengambilan keputusan
87
88. Variable Costing untuk
perencanaan laba jangka pendek
 Dalam penyusunan anggaran, manajemen
berkepentingan untuk menguji dampak setiap
alternatif yang akan dipilih terhadap laba
perusahaan. Karena dalam jangka pendek
biaya tetap tidak berubah, maka informasi
yang relevan dengan perencanaan laba
jangka pendek adalah informasi yang
berdampak terhadap hasil penjualan dan
biaya variabel yang merupakan komponen
untuk menghitung laba kontribusi dan ratio
laba kontribusi
88
89. Contoh perhitungan ratio laba kontribusi &
operating leverage
Hasil
Penjualan
Biaya
Variabel
Laba
Kontribusi
Biaya Tetap
Laba Bersih
Rp 100
60
Rp 40
Rp 30
Rp 10
Ratio
Laba
Kontribusi
= 40 : 100
Ratio
Operatin
g
Leverage
= 40 : 10
89
90.  Misal dalam menyusun anggaran, manajemen
puncak mempertimbangkan rencana untuk
menaikkan harga jual produk sebesar 10% dan
diperkirakan tidak akan mengurangi kuantitas
produk yang akan dijual. Jika biaya variabel dan
biaya tetap tidak mengalami perubahan, dampak
kenaikan harga jual tersebut terhadap laba jangka
pendek adalah:
ratio laba kontribusi x persentase kenaikan
harga jual
Jika ratio laba kontribusi = 40%, dengan adanya
rencana kenaikan harga jual produk sebesar 10%
akan menaikkan laba bersih sebesar 4% (40% x
10%).
90
91.  Contoh alternatif lain terkait laba perusahaan,
misal dengan ratio laba kontribusi sebesar 40%
manajemen puncak memperkirakan dengan
menaikkan anggaran biaya iklan sebesar Rp
11.000.000 akan menaikkan hasil penjualan
sebesar Rp 35.000.000. Alternatif ini dapat diuji
kelayakannya:
Kenaikan laba kontribusi:
(40%xRp 35.000.000) = Rp 14.000.000
Kenaikan biaya iklan = 11.000.000
Dampak kenaikan biaya iklan terhadap
laba bersih = Rp
91
92. Variable Costing untuk pengendalian
biaya
 Dalam Variable Costing, period costs yang
terdiri dari biaya tetap dikumpulkan dan
disajikan secara terpisah dalam laporan laba
rugi sebagai pengurang terhadap laba
kontribusi. Biaya tetap terdiri atas
Discretionary Fixed Costs dan Committed
Fixed Costs.
 Discretionary Fixed Costs : biaya yang
berperilaku tetap karena kebijakan
manajemen dan dalam jangka pendek dapat
92
93.  Committed Fixed Costs : biaya tetap yang
dikeluarkan, yang tidak dapat dikurangi guna
mempertahankan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi tujuan jangka panjang
perusahaan (timbul dari kepemilikan pabrik,
ekuipmen dan organisasi pokok) dan dalam
jangka pendek tidak dapat dikendalikan oleh
manajemen. Contoh : biaya depresiasi, sewa,
asuransi dan gaji karyawan inti.
 Dengan dipisahkannya biaya tetap dalam
laporan laba rugi Variable Costing, manajemen
dapat memperoleh informasi discretionary fixed
costs terpisah dari Committed fixed costs,
sehingga pengendalian biaya tetap dalam
jangka pendek dapat dilakukan oleh
manajemen.
93
94. VARIABLE COSTING UNTUK
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
 Variable costing menyajikan data yang
bermanfaat untuk pembuatan keputusan
jangka pendek, khususnya untuk penentuan
harga jual jangka pendek.
 Dalam metode variabel costing apabila harga
jual telah menghasilkan laba kontribusi guna
menutup biaya tetap adalah lebih baik
daripada harga jual yang tidak menghasilkan
laba kontribusi sama sekali.
94
95. KELEMAHAN METODE VARIABEL
COSTING
1. Pemisahan biaya ke dalam biaya variabel
dan biaya tetap sulit dilaksanakan, karena
jarang sekali suatu biaya benar-benar
variabel atau benar-benar tetap.
2. Metode variabel costing dianggap tidak
sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim,
sehingga laporan keuangan untuk
kepentingan pajak dan masyarakat umum
harus dibuat atas dasar metode full costing.
95
96. 3. Dalam metode variable costing, naik
turunnya laba dihubungkan dengan
perubahan-perubahan dalam penjualannya.
Sehingga untuk perusahaan yang kegiatan
usahanya bersifat musiman, variable costing
akan menyajikan kerugian yang berlebihan
dalam periode tertentu, sedangkan dalam
periode lainnya akan menyajikan laba yang
tidak normal.
4. Tidak diperhitungkannya biaya overhead
pabrik tetap dalam persediaan dan harga
pokok persediaan akan mengakibatkan nilai
persediaan lebih rendah, sehingga akan
mengurangi modal kerja yang dilaporkan
untuk tujuan analisis keuangan.
96
98. VARIABLE COSTING DENGAN METODE
HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER
COSTING)
Rekening kontrol yang digunakan dalam Variable
Costing dengan Harga Pokok Pesanan adalah:
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Biaya Pemasaran
Barang Dalam Proses- Biaya Tenaga Kerja
Langsung
Biaya Administrasi & Umum
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Biaya Pemasaran Variabel
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Biaya Pemasaran Tetap
Biaya Overhead Pabrik Variabel
Sesungguhnya
Biaya Adm. & Umum Variabel
Biaya Overhead Pabrik Tetap Sesungguhnya Biaya Adm. & Umum Tetap
Biaya Overhead Pabrik Variabel yang
Dibebankan
98
99. AKUNTANSI VARIABLE COSTING
PADA JOB ORDER COSTING
METHODE
1. Pencatatan pemakaian bahan baku dan bahan
penolong
2. Pencatatan biaya tenaga kerja langsung
3. Pencatatan pembebanan biaya overhead pabrik
variabel kepada produk
4. Pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya
terjadi
5. Pemisahan biaya overhead pabrik sesungguhnya ke
dalam biaya variabel dan biaya tetap
6. Pencatatan harga pokok produk jadi
7. Penutupan rekening Biaya Overhead Pabrik variabel
yang dibebankan ke rekening Biaya Overhead Pabrik
sesungguhnya.
8. Pencatatan biaya komersial
9. Pencatatan penyerahan produk kepada pemesan.
99
109. VARIABLE COSTING DENGAN METODE
HARGA POKOK PROCESS (PROCESS
COSTING)
 Dalam Variable Costing dengan metode harga
pokok proses, harga pokok produk per satuan
dihitung setiap akhir periode, dengan cara
membagi total biaya produksi variabel selama
satu bulan dengan total ekuivalensi produksi
selama periode yang sama.
 Dengan demikian biaya overhead pabrik variabel
tidak dibebankan kepada produk berdasarkan tarif
yang ditentukan di muka, namun dibebankan
kepada produk menurut biaya yang
sesungguhnya terjadi dalam periode tertentu.
109
110. Rekening kontrol pada Variable Costing
dengan Process Method
Barang Dalam Process-Biaya Bahan Baku Biaya Pemasaran
Barang Dalam Process-Biaya Tenaga Kerja
Langsung
Biaya Adm.& Umum
Barang Dalam Process-Biaya Overhead
Pabrik Variabel
Biaya Pemasaran-Variabel
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Biaya Pemasaran-Tetap
Biaya Overhead Pabrik Variabel
Sesungguhnya
Biaya Adm.& Umum-
Variabel
Biaya Overhead Pabrik Tetap
Sesungguhnya
Biaya Adm.& Umum- Tetap
110
111. AKUNTANSI VARIABLE COSTING
DENGAN METODE HARGA POKOK
PROSES
1. Pencatatan pemakaian bahan baku dan bahan
penolong
2. Pencatatan biaya tenaga kerja
3. Pencatatan biaya overhead pabrik
sesungguhnya
4. Pencatatan harga pokok produk jadi departemen
produksi pertama yang ditransfer ke departemen
produksi berikutnya
5. Pencatatan harga pokok produk dalam proses
departemen produksi pertama pada akhir
periode
111
112. 7. Pencatatan harga pokok produk dalam
proses pada departemen setelah
departemen produksi pertama pada akhir
periode
8. Pencatatan penjualan produk
9. Pencatatan biaya komersial
112