Analisis Risiko African Swine Fever dan Probabilitas Produk Daging babi Ilegal di Bagasi Penumpang Sebagai Media Pembawa - Pusat KH & Kehani, BARANTAN, Bogor, 29 November 2019
Dokumen tersebut membahas tentang simulasi penyakit African Swine Fever di Indonesia, termasuk produksi babi, epidemiologi penyakit, gejala klinis, diagnosa, dan opsi pengendalian penyakit.
Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang situasi, epidemiologi, dan mitigasi penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) pada sapi. LSD disebabkan oleh virus yang menyebabkan demam, nodul kulit, dan penurunan produktivitas sapi. Penyakit ini menyebar dengan bantuan vektor seperti lalat dan caplak, serta perdagangan sapi yang tidak terkendali. Upaya pengendalian meliputi vaksinasi, pengendalian vektor dan lalu lintas sapi
Risiko Virus ASF, Rute Masuknya dan Dampak Ekonomi - Kementan, Tangerang, 14...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang risiko masuknya virus African Swine Fever ke Indonesia, dampak ekonominya, dan upaya antisipasi. Virus ASF sangat berbahaya bagi industri babi dan dapat menyebar melalui produk daging babi ilegal yang dibawa penumpang pesawat udara internasional. Upaya kontrol perlu diperketat, seperti penggunaan anjing deteksi di bandara.
Kewaspadaan Penyakit Eksotik di Wilayah Indonesia - Rakornas Kepri, Tanjung P...Tata Naipospos
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemunculan penyakit zoonosis antara lain evolusi agen patogen, perubahan demografi dan perilaku manusia, serta perubahan lingkungan seperti perubahan iklim dan ekosistem. Pendekatan One Health diperlukan untuk mengelola ancaman kesehatan di antara kesehatan manusia, hewan dan lingkungan. Surveilans berbasis masyarakat, deteksi dini, serta kerja sama multi disiplin perlu ditingkatkan unt
Kompartemen Bebas African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan, Jakarta, 16-17 Maret...Tata Naipospos
[Ringkasan]
Audit dan re-audit kompartemen bebas ASF merupakan hal penting untuk menjaga status bebas penyakit. Prinsip-prinsip penting dalam menentukan kompartemen adalah pemisahan epidemiologi, standar operasional prosedur, dan kontrol pergerakan ternak. Surveilans internal dan eksternal dilakukan untuk mendeteksi dini kemungkinan infeksi ASF di dalam kompartemen.
Dokumen tersebut membahas tentang simulasi penyakit African Swine Fever di Indonesia, termasuk produksi babi, epidemiologi penyakit, gejala klinis, diagnosa, dan opsi pengendalian penyakit.
Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang situasi, epidemiologi, dan mitigasi penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) pada sapi. LSD disebabkan oleh virus yang menyebabkan demam, nodul kulit, dan penurunan produktivitas sapi. Penyakit ini menyebar dengan bantuan vektor seperti lalat dan caplak, serta perdagangan sapi yang tidak terkendali. Upaya pengendalian meliputi vaksinasi, pengendalian vektor dan lalu lintas sapi
Risiko Virus ASF, Rute Masuknya dan Dampak Ekonomi - Kementan, Tangerang, 14...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang risiko masuknya virus African Swine Fever ke Indonesia, dampak ekonominya, dan upaya antisipasi. Virus ASF sangat berbahaya bagi industri babi dan dapat menyebar melalui produk daging babi ilegal yang dibawa penumpang pesawat udara internasional. Upaya kontrol perlu diperketat, seperti penggunaan anjing deteksi di bandara.
Kewaspadaan Penyakit Eksotik di Wilayah Indonesia - Rakornas Kepri, Tanjung P...Tata Naipospos
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemunculan penyakit zoonosis antara lain evolusi agen patogen, perubahan demografi dan perilaku manusia, serta perubahan lingkungan seperti perubahan iklim dan ekosistem. Pendekatan One Health diperlukan untuk mengelola ancaman kesehatan di antara kesehatan manusia, hewan dan lingkungan. Surveilans berbasis masyarakat, deteksi dini, serta kerja sama multi disiplin perlu ditingkatkan unt
Kompartemen Bebas African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan, Jakarta, 16-17 Maret...Tata Naipospos
[Ringkasan]
Audit dan re-audit kompartemen bebas ASF merupakan hal penting untuk menjaga status bebas penyakit. Prinsip-prinsip penting dalam menentukan kompartemen adalah pemisahan epidemiologi, standar operasional prosedur, dan kontrol pergerakan ternak. Surveilans internal dan eksternal dilakukan untuk mendeteksi dini kemungkinan infeksi ASF di dalam kompartemen.
Risiko Masuk dan Menyebarnya ASF- Asosiasi Epidemiologi Veteriner (AEVI), Bog...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas mengenai risiko masuknya virus African Swine Fever ke Indonesia. Virus ini sangat menular dan dapat menyebabkan kematian hampir semua babi yang terinfeksi. Virus ini telah menyebar luas di berbagai negara termasuk China baru-baru ini. Dokumen ini juga menganalisis pola sebaran ternak babi di Indonesia dan potensi media pembawa virus masuk ke negara ini.
African swine fever: Pembelajaran dari wabah di China dan Vietnam - Seminar A...Tata Naipospos
Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang wabah African swine fever di China dan Vietnam. Wabah penyakit ini menyebabkan kerugian besar bagi industri babi di kedua negara akibat kematian massal babi dan gangguan produksi. Virus penyakit ini sangat resisten dan sulit dikendalikan, sehingga diperlukan upaya biosekuriti yang ketat.
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit mulut dan kuku (PMK), termasuk penjelasan tentang penyakit tersebut, dampaknya, epidemiologi, dan kesiagaan darurat untuk penanggulangannya.
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...Tata Naipospos
Tiga penyakit hewan penting yaitu African Swine Fever (ASF), Lumpy Skin Disease (LSD), dan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) telah menyebar ke beberapa negara dan wilayah di Indonesia. Untuk mengendalikan penyebarannya diperlukan kerja sama antar instansi terkait melalui penguatan sistem surveilans, penerapan tindakan biosekuriti yang ketat, serta manajemen risiko dan komunikasi yang tepat.
Kajian singkat Lumpy Skin Disease - Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019Tata Naipospos
Lumpy skin disease (LSD) adalah penyakit viral pada sapi yang disebabkan oleh virus pox dan menyebabkan demam, nodul pada kulit, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Penyakit ini menyebabkan kerugian ekonomi karena menurunkan produksi susu dan daging serta fertilitas ternak. LSD menyebar di Afrika, Timur Tengah, dan Eropa melalui lalat dan nyamuk sebagai vektor. Strategi pengendalian meliputi vaksin
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang zoonosis dan beberapa penyakit zoonosis pada hewan dan manusia, seperti rabies, avian influenza, swine flu, Japanese encephalitis, cowpox, anthrax, dan leptospirosis. Penyakit-penyakit tersebut ditularkan melalui kontak langsung atau vektor seperti nyamuk, dan menyebabkan gejala seperti demam, batuk, dan paralisis pada hewan maupun manusia. Pencegahannya melalui
Epidemiologi dan Dampak Ekonomi Lumpy Skin Disease - PDHI, Hotel Grand Swiz, ...Tata Naipospos
Lumpy skin disease (LSD) kini menjadi penyakit lintas batas setelah awalnya ditemukan di Afrika, Timur Tengah, dan Eropa Tenggara, dan menyebar ke Asia termasuk Asia Tenggara. Pola penyebarannya dipicu oleh pergerakan ternak yang terinfeksi dan potensi transportasi vektor yang terinfeksi. Faktor risiko penyebaran penyakit ini antara lain perdagangan ternak dan perpindahan ternak.
Sistim Biosekuriti Pembibitan Sapi Potong Dalam Rangka Kompartemen Bebas Peny...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas sistim biosekuriti pembibitan sapi potong dalam rangka kompartemen bebas penyakit. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan:
1) Konsep kompartemen bebas penyakit menurut OIE untuk memisahkan subpopulasi hewan berdasarkan manajemen dan praktik peternakan.
One Health Roadmap Eliminasi Rabies 2030 - Kemenko PMK-Pandemic Preparedness ...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas rencana aksi global, regional, dan nasional untuk eliminasi rabies melalui tiga tujuan perubahan sosial yaitu (1) menggunakan vaksin, obat-obatan, alat dan teknologi secara efektif, (2) menghasilkan, menginovasi dan mengukur dampak, serta (3) mempertahankan komitmen dan sumber daya untuk mencapai target eliminasi rabies pada 2030.
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas persyaratan status bebas Brucellosis menurut Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE). Secara umum, dibahas status bebas pada tingkat negara, zona, dan kelompok ternak, baik dengan atau tanpa vaksinasi. Juga dijelaskan definisi komponen-komponen penting seperti kasus, infeksi, zona, dan kelompok ternak.
Kuliah Umum Penyakit Lintas Batas di FKH IPB - Bogor, 3 Januari 2009Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit hewan menular yang berdampak besar terhadap ekonomi dan perdagangan internasional. Untuk mengendalikan penyakit-penyakit tersebut diperlukan kerja sama antar negara karena penyakit-penyakit tersebut dapat menyebar dengan mudah antar negara. Beberapa contoh penyakit yang dibahas adalah Penyakit Mulut dan Kuku, Penyakit Rinderpest, dan Flu Burung. Dokumen jug
Kondisi African Swine Fever di dunia dan jalur penularannya - Pusat KH dan Ke...Tata Naipospos
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas sejarah dan persebaran wabah penyakit African swine fever di dunia dari tahun 1921 hingga 2019, termasuk jalur penularannya melalui hewan atau produk hewani dan transportasi. Dokumen tersebut juga memberikan saran untuk memperketat aturan karantina hewan di bandara dan pelabuhan untuk mencegah masuknya virus penyakit tersebut ke Indonesia.
Risiko Masuk dan Menyebarnya ASF- Asosiasi Epidemiologi Veteriner (AEVI), Bog...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas mengenai risiko masuknya virus African Swine Fever ke Indonesia. Virus ini sangat menular dan dapat menyebabkan kematian hampir semua babi yang terinfeksi. Virus ini telah menyebar luas di berbagai negara termasuk China baru-baru ini. Dokumen ini juga menganalisis pola sebaran ternak babi di Indonesia dan potensi media pembawa virus masuk ke negara ini.
African swine fever: Pembelajaran dari wabah di China dan Vietnam - Seminar A...Tata Naipospos
Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang wabah African swine fever di China dan Vietnam. Wabah penyakit ini menyebabkan kerugian besar bagi industri babi di kedua negara akibat kematian massal babi dan gangguan produksi. Virus penyakit ini sangat resisten dan sulit dikendalikan, sehingga diperlukan upaya biosekuriti yang ketat.
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit mulut dan kuku (PMK), termasuk penjelasan tentang penyakit tersebut, dampaknya, epidemiologi, dan kesiagaan darurat untuk penanggulangannya.
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...Tata Naipospos
Tiga penyakit hewan penting yaitu African Swine Fever (ASF), Lumpy Skin Disease (LSD), dan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) telah menyebar ke beberapa negara dan wilayah di Indonesia. Untuk mengendalikan penyebarannya diperlukan kerja sama antar instansi terkait melalui penguatan sistem surveilans, penerapan tindakan biosekuriti yang ketat, serta manajemen risiko dan komunikasi yang tepat.
Kajian singkat Lumpy Skin Disease - Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019Tata Naipospos
Lumpy skin disease (LSD) adalah penyakit viral pada sapi yang disebabkan oleh virus pox dan menyebabkan demam, nodul pada kulit, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Penyakit ini menyebabkan kerugian ekonomi karena menurunkan produksi susu dan daging serta fertilitas ternak. LSD menyebar di Afrika, Timur Tengah, dan Eropa melalui lalat dan nyamuk sebagai vektor. Strategi pengendalian meliputi vaksin
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang zoonosis dan beberapa penyakit zoonosis pada hewan dan manusia, seperti rabies, avian influenza, swine flu, Japanese encephalitis, cowpox, anthrax, dan leptospirosis. Penyakit-penyakit tersebut ditularkan melalui kontak langsung atau vektor seperti nyamuk, dan menyebabkan gejala seperti demam, batuk, dan paralisis pada hewan maupun manusia. Pencegahannya melalui
Epidemiologi dan Dampak Ekonomi Lumpy Skin Disease - PDHI, Hotel Grand Swiz, ...Tata Naipospos
Lumpy skin disease (LSD) kini menjadi penyakit lintas batas setelah awalnya ditemukan di Afrika, Timur Tengah, dan Eropa Tenggara, dan menyebar ke Asia termasuk Asia Tenggara. Pola penyebarannya dipicu oleh pergerakan ternak yang terinfeksi dan potensi transportasi vektor yang terinfeksi. Faktor risiko penyebaran penyakit ini antara lain perdagangan ternak dan perpindahan ternak.
Sistim Biosekuriti Pembibitan Sapi Potong Dalam Rangka Kompartemen Bebas Peny...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas sistim biosekuriti pembibitan sapi potong dalam rangka kompartemen bebas penyakit. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan:
1) Konsep kompartemen bebas penyakit menurut OIE untuk memisahkan subpopulasi hewan berdasarkan manajemen dan praktik peternakan.
One Health Roadmap Eliminasi Rabies 2030 - Kemenko PMK-Pandemic Preparedness ...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas rencana aksi global, regional, dan nasional untuk eliminasi rabies melalui tiga tujuan perubahan sosial yaitu (1) menggunakan vaksin, obat-obatan, alat dan teknologi secara efektif, (2) menghasilkan, menginovasi dan mengukur dampak, serta (3) mempertahankan komitmen dan sumber daya untuk mencapai target eliminasi rabies pada 2030.
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas persyaratan status bebas Brucellosis menurut Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE). Secara umum, dibahas status bebas pada tingkat negara, zona, dan kelompok ternak, baik dengan atau tanpa vaksinasi. Juga dijelaskan definisi komponen-komponen penting seperti kasus, infeksi, zona, dan kelompok ternak.
Kuliah Umum Penyakit Lintas Batas di FKH IPB - Bogor, 3 Januari 2009Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit hewan menular yang berdampak besar terhadap ekonomi dan perdagangan internasional. Untuk mengendalikan penyakit-penyakit tersebut diperlukan kerja sama antar negara karena penyakit-penyakit tersebut dapat menyebar dengan mudah antar negara. Beberapa contoh penyakit yang dibahas adalah Penyakit Mulut dan Kuku, Penyakit Rinderpest, dan Flu Burung. Dokumen jug
Kuliah Umum Penyakit Lintas Batas di FKH IPB - Bogor, 3 Januari 2009
Similar to Analisis Risiko African Swine Fever dan Probabilitas Produk Daging babi Ilegal di Bagasi Penumpang Sebagai Media Pembawa - Pusat KH & Kehani, BARANTAN, Bogor, 29 November 2019
Kondisi African Swine Fever di dunia dan jalur penularannya - Pusat KH dan Ke...Tata Naipospos
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas sejarah dan persebaran wabah penyakit African swine fever di dunia dari tahun 1921 hingga 2019, termasuk jalur penularannya melalui hewan atau produk hewani dan transportasi. Dokumen tersebut juga memberikan saran untuk memperketat aturan karantina hewan di bandara dan pelabuhan untuk mencegah masuknya virus penyakit tersebut ke Indonesia.
Risiko Masuknya AFS ke Indonesia - Direktorat Kesehatan Hewan, Solo, 31 Oktob...Tata Naipospos
Presentasi ini membahas sejumlah hal mengenai African Swine Fever yang telah menyebar di China dan potensi masuknya ke Indonesia dengan topik-topik sebagai berikut:
(1) Faktor yang memicu penyebaran African Swine Fever
(2) African Swine Fever di China (Oktober 2018)
(3) Peta Sebaran Ternak Babi di Indonesia dan Importasi Babi dan Produknya (2017)
(4) Potensi masuknya African Swine Fever Lewat Media Pembawa
(5) Belajar dari China: Pencegahan masuk dan menyebarnya African Swine Fever di Indonesia
Penyakit Hewan Yang Ditularkan Melalui Media Pembawa Lain dan Dampak Yang Dit...Tata Naipospos
Studi ini memperkirakan risiko penularan penyakit mulut dan kuku pada ternak di Inggris akibat impor sisa makanan dari kapal dan pesawat. Ada dua jenis sisa makanan yaitu dari dapur pesawat/kapal dan kabin pesawat. Risiko diestimasi berdasarkan empat faktor: jumlah sisa yang diimpor, kemungkinan terkontaminasi virus, kontak hewan dengan sisa, dan kemungkinan infeksi pada hewan.
Penilaian Situasi BSE di Irlandia - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 3 November 2020Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas situasi Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) di Irlandia. Irlandia memiliki status risiko BSE yang dikendalikan sejak 2008 berdasarkan regulasi kesehatan hewan dan manajemen risiko BSE yang efektif."
Potensi Kerugian Ekonomi Akibat PMK - Suatu Laporan ke OIE - LSM PATAKA, Jaka...Tata Naipospos
Potensi Kerugian Ekonomi Akibat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menjelaskan bahwa PMK dapat menyebabkan kerugian finansial besar bagi peternak dan ekonomi nasional Indonesia. Estimasi kerugian tahunan akibat PMK di tingkat nasional mencapai Rp 9,9 triliun (US$ 761,3 juta), terdiri atas kerugian produksi, ekspor, dan dampak tidak langsung seperti pariwisata."
Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Untuk Meminimalkan Risiko Penyebaran ASF...Tata Naipospos
African swine fever (ASF) adalah penyakit menular pada babi yang disebabkan oleh virus dan dapat menyebabkan kerugian ekonomi besar bagi peternak. Untuk meminimalkan risiko penyebaran ASF di peternakan babi skala kecil, diperlukan tindakan biosekuriti seperti isolasi kelompok ternak, karantina babi baru, dan larangan pemberian pakan sisa."
Faktor Risiko Pulau Karantina - Pusat KH dan Kehani, BARANTAN, Bogor, 26 Sept...Tata Naipospos
Faktor-faktor risiko yang perlu diantisipasi terhadap penyebaran penyakit dari pulau karantina meliputi:
1) Studi cross sectional dan case control perlu dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko penularan penyakit;
2) Berdasarkan pembelajaran dari negara lain, faktor-faktor risiko yang perlu diantisipasi meliputi kepadatan ternak, lalu lintas ternak, dan kontak antara ternak dan satwa liar.
FGD Risiko Penyakit Zoonosis Terhadap Kesehatan Masyarakat - Badan Pemeriksa ...Tata Naipospos
Zoonosis merupakan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia. Dokumen ini membahas mengenai risiko penyakit zoonosis terhadap kesehatan masyarakat dan upaya pemerintah dalam mencegah, mendeteksi, dan merespons wabah penyakit zoonosis. Dokumen ini juga membahas mengenai beberapa penyakit zoonosis prioritas di Indonesia seperti avian influenza, rabies, anthrax, dan tantangan yang dihadapi untuk menanggulangi
Bimtek Karantina Analisa Risiko Pemasukan Bahan Pakan Asal Hewan - BUTTMKP, 1...Tata Naipospos
Analisis risiko impor BSE memerlukan identifikasi bahaya (BSE), penilaian kemungkinan masuknya agen penyakit (entry assessment), penilaian paparan (exposure assessment), penilaian dampak (consequence assessment), dan estimasi risiko. Data diperlukan dari negara asal meliputi status BSE, impor/ekspor hewan dan produk hewan, penggunaan MBH, dan hasil surveilans. Canada diakui sebagai negara berisiko terkendali sejak 2007.
Risiko Impor Daging Kerbau dan Perlindungan Peternak - LSM PATAKA, Jakarta, 1...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas risiko penularan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) melalui impor daging sapi dari negara yang masih terinfeksi PMK. Risiko dapat dikelola dengan menjalankan protokol kesehatan hewan secara ketat di Rumah Potong Hewan asal dan menerapkan langkah-langkah pengamanan pada daging seperti pelepasan tulang dan limfoglandula.
Kondisi COVID-19 Pada Hewan dan Satwa Liar Secara Global dan di Indonesia Saa...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas kondisi terkait COVID-19 pada hewan dan satwa liar secara global dan di Indonesia. Dokumen menjelaskan bahwa virus corona dapat menginfeksi hewan dan manusia, kelelawar diyakini sebagai sumber SARS-CoV-2, dan perlu dilakukan tindakan pencegahan terhadap penularan dari hewan ke manusia.
Kajian Sistim Perkarantinaan Hewan di Indonesia - Pusat KH dan Kehani, BARANT...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas sistem karantina hewan di Indonesia. Terdapat definisi karantina menurut berbagai sumber, urgensi revisi UU Karantina, keterkaitan dengan UU lain, pengertian karantina hewan, dan tata cara impor hewan hidup dan produk hewan.
Similar to Analisis Risiko African Swine Fever dan Probabilitas Produk Daging babi Ilegal di Bagasi Penumpang Sebagai Media Pembawa - Pusat KH & Kehani, BARANTAN, Bogor, 29 November 2019 (20)
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Tata Naipospos
The document provides details regarding an upcoming PVS Evaluation Follow-Up mission in Indonesia from 2-13 October 2023 that will evaluate the country's Veterinary Services. The previous PVS Evaluation in 2007 assessed Indonesia at Level 2, and a 2011 Gap Analysis set a target of Level 3 within 5 years. The upcoming mission will evaluate progress towards this Level 3 target. It outlines the scope of the evaluation, procedures to be followed, and provides an overview of data and documents that will be reviewed. Ideal sampling sites across different categories are also listed.
The document discusses challenges that remained from the 2011 Gap Analysis, including legislation, management and coordination, staff development, surveillance capabilities, and disease control programs. It notes that reports
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Tata Naipospos
Virus influenza aviar tingkat patogenisitas tinggi (HPAI) dan rendah (LPAI) masih menyebar luas di Indonesia, terutama di sektor perunggasan skala kecil. Virus-virus baru seperti LPAI H9N2 pertama kali dideteksi pada 2017. Pasar unggas hidup (PUH) memainkan peran penting dalam penyebaran berulang virus melalui kontak erat antara unggas dari berbagai daerah. Dinamika evolusi virus H5N1 menunjukkan be
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Tata Naipospos
1. WOAH bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang resistensi antimikroba melalui survei, pengembangan strategi komunikasi, dan materi edukasi.
2. Survei mengenai pengetahuan, sikap, dan praktik peternak unggas menunjukkan perlu ditingkatkannya pemahaman tentang penggunaan antibiotik.
3. Upaya berkelanjutan dibutuhkan untuk mempromosikan penggunaan
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Tata Naipospos
PMK dan penyakit hewan lainnya seperti LSD dan PPR merupakan penyakit lintas batas yang berpotensi menyebar dengan cepat dan menimbulkan dampak sosial ekonomi yang signifikan. Strategi pengendalian utama untuk PMK adalah karantina, vaksinasi, surveilans epidemiologi, zonasi, depopulasi, dan biosekuriti. Vaksinasi massal digunakan untuk mengendalikan wabah PMK di Indonesia, namun vaksin yang tersedia belum d
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Tata Naipospos
Kesejahteraan hewan memainkan peran penting dalam perdagangan internasional dan status kinerja layanan veteriner suatu negara. Standar kesejahteraan hewan internasional dipromosikan untuk maksimalkan implementasinya di seluruh dunia.
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Tata Naipospos
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas survei Knowledge, Attitude, and Practices (KAP) mengenai penggunaan antimikroba pada peternakan unggas di Indonesia.
2. Survei ini dilaksanakan di dua kabupaten di Jawa Timur, yaitu Blitar dan Malang, dengan target 60 peternak unggas.
3. Tujuan survei ini adalah untuk menilai pengetahuan, sikap, dan praktik peternak mengenai pen
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya Veterinary Statutory Body (VSB) bagi peningkatan kualitas profesi kedokteran hewan di Indonesia. Dokumen ini menjelaskan definisi profesi dokter hewan, peran pentingnya bagi masyarakat, serta unsur-unsur yang menentukan kualitas layanan kesehatan hewan seperti tenaga kerja kesehatan hewan dan kinerja layanan kesehatan hewan berdasarkan standar Organisasi Kesehatan Hewan Dun
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang lumpy skin disease (LSD) dari perspektif global. LSD merupakan penyakit menular yang penting secara ekonomi yang menyerang sapi. Penyakit ini telah menyebar dari Afrika ke berbagai belahan dunia. Perubahan iklim diduga berperan dalam penyebaran internasional penyakit ini. Pengendalian LSD meliputi vaksinasi, pembatasan lalu lintas ternak, dan pemusnahan hewan terinfeksi.
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas pengendalian lalu lintas ternak dan vaksinasi khususnya di daerah bebas penyakit mulut dan kuku. Dokumen menjelaskan tentang pola lalu lintas ternak, klasifikasi zona berdasarkan risiko penyakit, dan aturan lalu lintas berdasarkan situasi penyakit di suatu daerah.
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Analisis Risiko African Swine Fever dan Probabilitas Produk Daging babi Ilegal di Bagasi Penumpang Sebagai Media Pembawa - Pusat KH & Kehani, BARANTAN, Bogor, 29 November 2019
1. Analisis Risiko
African Swine Fever dan
Probabilitas Produk
Daging Babi Ilegal di
Bagasi Penumpang
sebagai Media Pembawa
Drh. Tri Satya Putri Naipospos MPhil, PhD
Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan
Masyarakat Veteriner dan Karantina Hewan
Bimbingan Teknis Terhadap Pemasukan Babi dan Produknya Serta Pemusnahan dan Perlakuan
Sampah Karantina Dalam Rangka Antisipasi Masuknya African Swine Fever
Bogor, 29 November 2019
2. Tidak ada negara yang kebal ASF
• “ASF akan menyebar lebih lanjut ke
seluruh Asia, dan tidak ada negara
yang kebal dari serangan virus babi
yang mematikan ini.”
• “Risiko berlaku untuk semua negara,
apakah negara tersebut secara
geografis letaknya dekat atau jauh
karena adanya berbagai sumber
kontaminasi yang potensial.”
• OIE Director General, World Organization
for Animal Health - Paris, 31 Oktober 2019
3. Penyebaran ASF di Eropa dan Asia
• Negara-negara di dunia telah meningkatkan kewaspadaan
terutama yang masih bebas, terhadap produk-produk
daging babi yang dilarang dibawa oleh penumpang
pesawat udara dan kapal laut sebagai media pembawa
virus ASF, yang kemudian menginfeksi hewan rentan dan
akhirnya memunculkan wabah.
• Dengan terdeteksinya virus-virus ASF dalam produk-
produk daging babi yang dilarang seperti sosis atau daging
asap yang disita di bandar-bandar udara Korea Selatan,
Jepang, Taiwan, Thailand, Australia, Filipina dan Irlandia
Utara, mengindikasikan bahwa risiko masuknya virus ASF
melalui jalur tersebut lebih besar dari nol dan tidak dapat
diabaikan begitu saja.
4. Proporsi produk yang tertangkap
terdeteksi positif virus ASF
Negara Tanggal
publikasi
Peristiwa Proporsi Frekuensi
Korea
Selatan
26-08-2019 Virus ASF terdeteksi pada pangsit dan sosis yang
dilaporkan turis Korsel yang kembali dari provinsi
Shenyan
--- ---
Jepang 22-10-2018 Deteksi virus ASF dalam paket sosis daging babi
yang dibawa seorang penumpang dari Beijing ke
bandara Shin-Chitose di Hokkaido
--- ---
Taiwan 31-10-2018 Sejak akhir Agustus 2018, 928 produk telah ditahan
dan diuji untuk virus ASF, 20 sampel positif
2,1%
2,86 kasus
per bulan
Thailand 16-01-2019 Virus ASF terdeteksi dalam produk daging babi di
bandar udara Phuket
--- ---
Australia 17-01-2019 6 dari 152 produk daging babi yang ditangkap selama
periode 2 minggu terkontaminasi virus ASF
3,2% 10 kasus
per bulan
Filipina 14-06-2019 Produk daging babi kaleng ditangkap di bandar
internasional Clark di Pampanga yang dibawa dari
Hong Kong pada bulan Maret dengan hasil positif
untuk virus ASF dengan PCR
--- ---
Inggris 11-07-2019 Pada bulan Juli, otoritas bandara di Irlandia Utara
menahan lebih dari 300 kg produk daging ilegal.
--- ---
Sumber: Jurado C. 2019. Risk of African swine fever virus introduction into the United States
through smuggling of pork in air passenger luggage.
5. RRA introduksi dan penyebaran ASF
di Jepang berdasarkan pendapat ahli
• Rapid Risk Assessment (RRA) dilakukan dengan menggunakan
kuesioner yang terdiri dari 12 pertanyaan kepada ahli ASF untuk
mengidentifikasi dan meranking faktor risiko potensial yang
berhubungan dengan introduksi dan penyebaran ASF di Jepang.
6. Latar belakang informasi untuk 15 orang
ahli (Itali, Inggris, Jerman, China, Jepang)
• Produksi babi Jepang;
• Jumlah pesawat, kapal laut, dan kendaraan yang tiba di
Jepang;
• Data impor babi hidup, daging babi, dan produk daging babi
yang mengalami pemanasan ke Jepang;
• Data impor pakan dan bahan baku pakan ke Jepang;
• Data impor ilegal produk hewan ke Jepang;
• Jumlah pengunjung dan pekerja internasional di Jepang;
• Habitat babi hutan liar dan caplak lunak di Jepang; dan
• Tindakan biosekuriti peternakan babi di Jepang
Sumber: Sugiura K. and Haga T. 2018. A rapid risk assessment of African swine fever introduction
and spread in Japan based on expert opinions.
7. Data dan informasi untuk ahli
• Ada 4.470 peternakan babi di Jepang yang memelihara
9.189.000 ekor babi (Februari 2018).
• 1.800 peternakan babi memiliki lebih dari 1.000 ekor babi
penggemukan dan mewakili 89% produksi daging babi.
• Rata-rata jumlah babi yang dipelihara per peternakan adalah
2.056 ekor.
• 1.816.000 ton daging babi dikonsumsi pada April 2017-Maret
2018, dimana 890.000 ton diproduksi domestik dan 926.000 ton
diimpor.
• Ada dua subspesies babi hutan liar di Jepang yaitu Japanese
wild boar dan Ryukyu wild boar.
• Caplak lunak (Genus Ornithodoros) hidup di Jepang. Meskipun
tidak diketahui apakah mampu menularkan atau mempropagasi
virus ASF.
8. Pembagian wilayah di Jepang
• Kyushu dan Kanto adalah
dua wilayah produsen
utama babi merepresentasi
58% produksi babi di
Jepang, diikuti dengan
wilayah Tohoku.
• Peternakan babi di Jepang
yang memperkerjakan
pekerja asing sebanyak
16,9% (2018). Mereka
berasal dari Vietnam
(36,7%), China (21,9%) dan
negara-negara Asia lainnya.
9. Jumlah pesawat, kapal laut
dan kendaraan internasional
• Total 3.782 penerbangan internasional regular tiba per minggu
di bandar udara Jepang (per Desember 2014).
• Asal penerbangan, 2.826 (63%) pesawat dari negara-negara
Asia (782 (21%) pesawat dari China), 448 (11,8%) dari Amerika
Utara, dan 237 (6,3%) dari Eropa.
• 4.516 pesawat penumpang charter tiba di bandar udara di
Jepang di tahun yang sama.
• Ada 103.642 kapal laut internasional tiba di pelabuhan laut di
Jepang pada 2016. Kebanyakan adalah kapal kontainer kargo.
• Ada layanan kapal ferry setiap hari antara Shimonoseki
(Yamaguchi Prefecture) dan Pusan (Korea) yang tidak hanya
membawa penumpang tapi juga kendaraan. Dengan layanan
ini, 6.035 truk dan 335 penumpang yang naik kendaraan roda-4
tiba di pelabuhan Shimonoseki pada 2016.
10. Jumlah pengunjung dan
pekerja internasional
• Total 24.039.700 orang asing mengunjungi Jepang pada 2016,
dimana 6.373.564 (27,6%) datang dari China, 5.090.302
(21,2%) dari Korea, 4.167.512 (17,3%) dari Taiwan dan
1.839.193 (7,6%) dari Hongkong, 119.251 dari Itali dan 54.839
dari Russia.
• Total 17.116.420 orang Jepang pergi keluar negeri pada 2016,
dimana 3.576.955 (20,9%) pergi ke AS, 2.587.440 (15,1%) ke
China, 2.297.893 (13,4%) ke Korea, 1.895.702 (11,1%) ke
Taiwan, dan setidaknya 81.810 ke negara-negara Afrika,
403.879 ke Itali, 88.000 ke Polandia, 23.953 ke Estonia, 23.191
ke Rumania, 22.674 ke Lithuania, 6.598 ke Ukraina.
• Ada 5.353 pekerja asing bekerja sebagai pelatih di peternakan
di Jepang pada 2016. 1.442 (27%) diantaranya di Kanto dan
1.914 (35%) di Kyushu.
11. 12 pertanyaan untuk ahli
1. Jalur introduksi ASF yang paling mungkin ke Jepang
2. Wilayah Jepang yang paling mungkin diintroduksi ASF
3. Sumber introduksi ASF ke Jepang
4. Risiko penyebaran ASF di Jepang begitu terintroduksi
5. Relevansi caplak untuk penyebaran ASF di Jepang
6. Wilayah Jepang dimana ASF yang paling mungkin menyebar
7. Sistim produksi yang paling dipengaruhi setelah penyebaran
ASF di Jepang
8. Risiko persistensi ASF
9. Faktor risiko yang terlibat dalam persistensi ASF
10. Jumlah produk daging babi yang diimpor secara ilegal dari
China dan negara lain
11. Frekuensi pemberiaan pakan sisa-sisa (swill feeding) di
peternakan babi
12. Tingkat biosekuriti di peternakan babi
12. Respon ahli terhadap kuesioner (1)
• Jalur introduksi ASF ke Jepang: Jalur paling mungkin adalah
impor ilegal produk hewan ke Jepang, diikuti dengan rute
transportasi (pesawat udara dan kapal laut internasional) dan
pekerja asing di Jepang.
• Wilayah Jepang yang paling mungkin diintroduksi ASF: Kanto
dan Kyushu, diikuti dengan Kinki sebagai wilayah yang paling
mungkin terintroduksi.
• Sumber introduksi ASF ke Jepang: Asia Timur (China) adalah
yang paling mungkin menjadi sumber introduksi ASF ke Jepang.
• Risiko penyebaran ASF di Jepang begitu terintroduksi: Ahli
Jepang mengatakan penyebaran ASF di Jepang sangat tidak
mungkin (1–10%), sedangkan ahli asing mengatakan tidak
mungkin (30–60%). Keberadaan habitat babi hutan liar dengan
tingkat biosekuriti yang rendah memungkinkan penyebaran ASF,
meskipun tidak terdeteksi sejak awal.
13. Respon dari ahli terhadap kuesioner (2)
• Relevansi caplak untuk penyebaran ASF di Jepang: Kebanyakan
ahli mengatakan sangat tidak mungkin (<1%). Hanya satu ahli
Jepang mengatakan caplak lunak (Ornithodoros spp.) yang ada
di Jepang tidak mungkin menjadi vektor ASF.
• Wilayah Jepang dimana ASF paling mungkin menyebar: Kyushu
dan Kanto adalah wilayah dimana ASF paling mungkin
menyebar, sedangkan Shikoku adalah wilayah dimana paling
kurang mungkin menyebar. Sejumlah ahli berpandangan epidemi
dapat dicegah jika infeksi tetap dapat dipertahankan pada babi
domestik.
• Sistim produksi yang dipengaruhi setelah penyebaran ASF di
Jepang: Kebanyakan ahli menjawab bahwa ypeternakan babi
yang dikelola keluarga atau semi-intensif, yang paling
terpengaruh dibandingkan dengan peternakan komersial apabila
ASF menyebar di Jepang.
14. Respon ahli terhadap kuesioner (3)
• Risiko persistensi ASF: Kebanyakan ahli berpandangan
persistensi ASF sangat tidak mungkin (<10%).
• Faktor risiko yang terlibat dalam persistensi ASF: Kebanyakan
ahli menjawab keberadaan babi hutan liar dapat berperan besar
dalam persistensi ASF begitu menyebar di Jepang.
• Jumlah produk daging babi yang diimpor secara illegal dari
China dan negara lain: Produk daging babi yang diimpor secara
ilegal mungkin saja tidak dipanaskan secara baik, dan memiliki
peluang lebih besar menjadi sumber infeksi dibandingkan
dengan produk yang diimpor secara legal. Asumsi bahwa
jumlah produk hewan yang disita oleh Karantina Hewan (83 ton
pada tahun 2017) adalah seperti puncak gunung es, ada
kemungkinan jumlah produk yang diimpor secara ilegal dari
China dan negara lain lebih besar lagi untuk konsumsi personal
atau tujuan komersial.
15. Respon ahli terhadap kuesioner (4)
• Frekuensi pemberian pakan sisa-sisa di peternakan babi:
Meskipun pakan sisa-sisa bukan merupakan praktik umum di
peternakan babi di Jepang, akan tetapi tidak dilarang. Data
tentang frekuensi pemberian pakan sisa-sisa dan perlakuan
yang diterapkan diperlukan untuk penilaian risiko yang lebih
akurat.
• Tingkat biosekuriti di peternakan babi: Sampai 13 Agustus 2018,
hanya ada 107 peternakan babi yang disertifikasi HACCP
termasuk titik kendali untuk tindakan biosekuriti. Untuk
peternakan lain, tingkat kepatuhan terhadap tindakan biosekuriti
tidak diketahui pasti.
16. Kesimpulan RRA Jepang
• Impor pangan secara ilegal, diikuti dengan rute transpor dan
pekerja asing menjadi jalur yang paling relevan untuk introduksi
ASF ke Jepang.
• Kanto dan Kyushu diidentifikasi sebagai wilayah yang paling
mungkin untuk introduksi ASF.
• Semua ahli sepakat bahwa China adalah sumber yang paling
mungkin untuk introduksi ASF ke Jepang.
• Kebanyakan ahli Jepang berpandangan bahwa risiko ASF
menyebar jika terintroduksi ke Jepang adalah RENDAH,
sedangkan ahli asing mempertimbangkan risiko ASF menyebar
adalah SEDANG atau TINGGI.
• Kebanyakan ahli menjawab babi hutan liar berperan penting
dalam persistensi ASF apabila penyakit menyebar di Jepang.
17. Analisis Risiko introduksi ASF
ke Amerika Serikat
• Perubahan dramatis situasi epidemiologi global ASF menyebabkan
kekhawatiran bahwa penyakit terus menyebar ke wilayah-wilayah
yang masih bebas (seperti Amerika Serikat).
• Dalam studi ini, risiko introduksi virus ASF ke AS diestimasi lewat
penyelundupan daging babi dalam bagasi penumpang udara.
18. Tujuan analisis risiko
i. Menghitung probabilitas masuknya produk daging babi
yang dilarang dibawa dalam bagasi penumpang udara
terkontaminasi virus ASF di bandara-bandara di AS
(sebelum pemeriksaan bea cukai);
ii. Membandingkan risiko introduksi virus ASF ke AS melalui
produk daging babi yang dilarang dibawa dalam bagasi
penumpang (setelah pemeriksaan bea cukai) sebelum dan
sesudah penyebarannya ke Eropa Barat dan Asia; dan
iii. Menilai bagaimana risiko bervariasi antar bandara, negara
dan bulan. Hasil ini diharapkan dapat menjadi informasi
untuk kebijakan terkait dengan rancangan strategi
surveilans ASF di AS.
19. Tindakan kesiapsiagaan dan pencegahan untuk
mencegah introduksi ASF ke Amerika Serikat
• Regulasi yang ketat terhadap importasi hewan hidup & produk
hewan;
• Pengecekan sampah karantina yang mengandung produk-
produk yang berasal dari luar negeri (misal: sampah dari
pesawat internasional);
• Aplikasi perlakuan termal untuk inaktivasi mikrorganisme
patogenik yang mungkin mengkontaminasi pakan sisa-sisa
(swill feed);
• Pembatasan konsumsi hewan terhadap produk-produk yang
berasal dari sampingan hewan (by-products); dan
• Sistim deteksi untuk memfasilitas diagnosis cepat penyakit
asing (eksotik) melalui jejaring laboratorium kesehatan hewan
nasional.
20. Hasil kegiatan pemeriksaan di
bandara Amerika Serikat
• Kegiatan skrining yang dilakukan oleh APHIS USDA antara
2010 dan 2015 menghasilkan penyitaan rata-rata 8.000 produk
daging babi per tahun.
• Hampir setengah (45%) dari produk-produk daging babi yang
dilarang yang ditahan di bandara-bandara internasional tersebut
dtemukan dalam bagasi personal penumpang.
• Tidak jelas sejauh mana produk-produk daging babi yang
dilarang tersebut menimbulkan suatu risiko yang membawa
virus ASF ke bandara-bandar udara AS sebelum pemeriksaan
bea cukai oleh karena produk seperti itu sebelumnya tidak
secara rutin dilakukan pengujian.
21. Risiko tahunan (probabilitas) introduksi virus ASF ke
A.S. lewat produk-produk daging babi yang dibawa oleh
bagasi penumpang udara per negara dan kontinen asal
Rata-rata risiko
tahunan per
kontinen
Negara % total risiko
Rata-rata
risiko
tahunan
Asia
[0,076]
China 38,35% 4,28 x 10 -2
Hongkong 29,33% 3,28 × 10−2
Lain-lain 0,36% 4 × 10−4
Eropa
[0,034]
Federasi Rusia 26,92% 3 × 10−2
Polandia 2,43% 2,71 × 10−3
Lain-lain 1,17% 1,29 × 10−3
Afrika
[0,002]
- 1,44% 1,6 × 10−3
Sumber: Jurado C. 2019. Risk of African swine fever virus introduction into the United States
through smuggling of pork in air passenger luggage.
22. Kesimpulan Analisis Risiko A.S.
• Risiko virus ASF ke Amerika Serikat (AS) lewat penyelundupan
daging babi melalui bagasi penumpang udara meningkat
secara substansial sejak ASF menyebar di Asia dan Eropa
pada 2018 dan 2019.
• Risiko paling besar datang dari pesawat internasional yang
berasal dari China (38,35%), Hong Kong (29,32%), Federasi
Rusia (26,92%), Polandia (2,43%), negara lain di Eropa
(1,17%) dan Afrika (1,44%).
• Lima bandara memiliki >90% risiko yaitu: Newark-New Jersey
(46,38%), George Bush-Houston-Texas (32,71%), Los Angeles-
California (5,18%), John F. Kennedy-New York (5,04%) dan
San Jose-California (2,87%).
23. Kesimpulan umum
• Negara atau wilayah suatu negara harus waspada di perbatasan
baik darat, laut atau udara dalam upaya mencegah masuknya
penyakit dan menyebarnya ASF lewat introduksi babi tertular
atau produk-produk daging babi terkontaminasi.
• Sebagai respon terhadap penyebaran ASF di Eropa Barat dan
Asia pada 2018 dan 2019, negara-negara bebas harus
menerapkan strategi, tindakan pengendalian dan protokol
biosekuriti untuk melindungi populasi yang rentan ASF di wilayah
teritorialnya.
• Produk-produk illegal yang dibawa melalui bagasi penumpang
dipercaya merupakan sumber substansial dari risiko penyebaran
ASF. Konsekuensinya, banyak negara memperkuat pengawasan
bagasi penumpang udara di tempat-tempat pemasukan.