SlideShare a Scribd company logo
PPEENNGGEENNDDAALLIIAANN HHAAYYAATTII 
GGUULLMMAA 
M. Taufik Fauzi 
PS Hama dan Penyakit Tumbuhan 
Fakultas Pertanian Universitas Mataram
awalnya dianggap sebagai ‘malaikat’ 
yang mampu menyelamatkan tanaman 
pertanian dari gangguan hama, 
penyebab penyakit dan gulma  
pemakaiannya sangat intensif 
PESTISIDA 
pestisida dapat menyebabkan efek samping yang tidak 
diinginkan (Levesque and Rahe, 1992; Turk et al ., 1972; 
Untung, 2001): 
1) hama/penyebab penyakit/gulma dapat menjadi resisten 
terhadap pestisida; misalnya adanya kecendrungan 
resistensinya penyakit becak ungu pada bawang putih 
terhadap beberapa fungisida, yang diduga merupakan 
salah satu penyebab gagalnya panen bawang putih di 
Sembalun Lombok Timur NTB, 
2) ikut terbunuhnya musuh-musuh alami hama/penyebab 
penyakit tanaman dan gulma,
3. terbunuhnya organisme bukan sasaran seperti belut, katak, 
ayam, lebah dan lain lain, 
4. dapat meninggalkan residu pada tanaman sehingga 
berbahaya jika dikonsumsi; hal ini telah menyebabkan 
beberapa produk pertanian Indonesia ditolak di pasaran 
dunia, 
5. dapat menyebabkan meningkatnya kepekaan tanaman 
terhadap gangguan penyebab penyakit tumbuhan, misalnya 
terjadinya peningkatan intensitas penyakit hawar (fusarium 
blight ) pada tanaman gandum akibat pemakaian senyawa 
sejenis herbisida (Fauzi and Paulitz, 1994), dan 
6. dapat mencemari air, tanah, udara dan komponen lingkungan 
lainnya yang dapat menyebabkan keracunan/kematian bagi 
manusia
Penggunaan herbisida 
Sama dengan pestisida yang lain, paling efektif 
dengan hasil pengendalian yang paling cepat dapat 
dilihat, tetapi 
1) efek merusak dari residu herbisida terhadap lingkungan 
2) bahan kimia ini dapat meningkatkan penyakit tumbuhan 
3) berkembangnya ketahanan berbagai gulma terhadap 
herbisida 
4) tidak ekonomis misalnya di padang gembalaan atau 
areal-areal lain yang mempunyai produktivitas yang 
rendah
Alternatif pengendalian gulma 
Pengendalian Hayati (Biokontrol) 
pendekatan dalam mengendalikan gulma yang 
dapat mengurangi populasi gulma dengan 
menggunakan organisme hidup selain manusia 
aman bagi lingkungan, dapat merupakan alternatif 
pengendalian yang penting diterapkan bilamana cara 
pengendalian yang lain tidak pas
Pengendalian Hayati Gulma  setiap usaha 
untuk menekan populasi gulma dengan 
memanfaatkan mahluk hidup seperti serangga, 
patogen (termasuk jamur, bakteri, virus, dan 
nematoda), hewan tingkat tinggi (herbivora) 
dan bahkan tanaman lain 
Tujuan pengendalian hayati gulma pada 
dasarnya bukan untuk mengeradikasi gulma 
tetapi mengurangi/menjaga stabilisasi jangka 
panjang kepadatan populasi gulma pada taraf 
yang tidak merugikan
Dasar Ekologi Pengendalian Hayati 
Gulma 
Faktor utama  penghambat dalam penyebaran dan 
banyaknya suatu tumbuhan di suatu daerah adalah karena 
di daerah tersebut terdapat banyak musuh alami, dan telah 
dibuktikan bahwa faktor biotik secara signifikan 
mempengaruhi distribusi dan melimpahnya spesies 
tumbuhan. 
Sebagian besar gulma penting yang ada di suatu negara 
atau wilayah merupakan tumbuhan yang berasal dari 
negara/wilayah lain yang diintroduksi baik secara 
sengaja maupun tidak sengaja
di tempat baru  musuh alami dari gulma tersebut 
sangat jarang bahkan tidak ada, sementara itu di 
negara asal gulma sasaran musuh alami sudah sangat 
berasosiasi dengan gulma tersebut sehingga gulma itu 
menjadi tidak begitu penting dengan kepadatan 
populasi yang rendah (White, 1997). 
Berdasarkan pemahaman dan bukti tersebut 
maka pada awalnya sebagaian besar 
program pengendalian hayati gulma 
dilakukan dengan mendatangkan musuh 
alami (terutama serangga) dari 
negara/wilayah darimana gulma tersebut 
berasal.
Faktor biotik lain yang berperan dalam meregulasi 
(mengatur) populasi gulma selain musuh alami 
adalah adanya kompetisi baik antara spesies gulma 
yang sama maupun dengan spesies lain termasuk 
dengan tanaman budidaya. 
Oleh karena itu, pengelolaan habitat pada ekosistem 
pertanian dilakukan sedemikian sehingga dapat 
mengurangi kemampuan gulma untuk berkompetisi 
sebagai akibat dari melemahnya ‘kebugaran’ (fitness ) 
gulma karena gangguan musuh alami (serangga dan 
patogen), atau karena kehadiran tanaman lain yang 
mempunyai daya kompetisi yang lebih kuat; atau 
keberadaan kedua faktor tersebut
Misalnya, penekanan gulma skeleton (Chondrilla 
juncea L.) karena introduksi jamur Puccinia 
chondrillina adalah sebesar 50%, dan karena 
kompetisi dengan clover (Trifolium subterraneum L.) 
adalah sebesar 70%. Kedua faktor tersebut secara 
bersama-sama dapat menekan pertumbuhan gulma 
skeleton sampai 94% (Burdon et al ., 1980). 
Juga, hasil penelitian Paul dan Ayers (1987) 
menunjukkan bahwa jamur karat yang digunakan 
untuk mengendalikan gulma Senecio vulgaris tidak 
menunjukkan peningkatan kematian gulma tersebut 
tetapi penurunan pengaruh gulma pada pertumbuhan 
dan hasil lettuce terlihat dengan jelas.
Keberhasilan suatu agen pengendali hayati gulma 
sering diperoleh bilamana jumlah variasi genetik di 
dalam suatu populasi gulma sangat terbatas (Burdon et 
al ., 1980; Barret, 1982). 
Untungnya, populasi dari gulma yang diintroduksi baik 
secara sengaja maupun tidak sengaja pada umumnya 
mempunyai variasi genetik yang sangat terbatas 
dibandingkan dengan gulma sejenis yang ada di wilayah 
asalnya. 
Hal ini disebabkan oleh introduksi gulma biasanya 
berasal dari satu atau sedikit individu gulma 
(Barrett, 1982; Watson, 1991).
Ekosistem pertanian (agroekosistem), baik yang 
menerapkan teknologi sederhana maupun teknologi 
canggih, merupakan ekosistem "terganggu" yang 
mempunyai perbedaan yang lebar dalam sifat-sifat iklim, 
biotik, dan budidaya. 
Variasi yang demikian itu dapat mempengaruhi tanaman, 
gulma, dan keberadaan populasi mikrobia dan serangga. 
Tambahan lagi, dengan adanya aktivitas manusia yang 
bertujuan untuk memaksimalisasi kembalian ekonomi, 
agroekosistem selalu mengalami perubahan sementara 
dalam dinamika gulma dan tanaman. 
Perubahan ini akan mempengaruhi pilihan agen 
pengendali hayati yang akan digunakan untuk 
mengendalikan gulma (Charudattan and DeLoach, 
1988).
Perubahan-perubahan ini juga dapat merupakan 
faktor penghambat dalam build up dan efikasi agen 
pengendali hayati, misalnya penggunaan fungisida 
dan insektisida dalam perlindungan tanaman akan 
mempengaruhi siklus hidup jamur dan serangga 
yang digunakan sebagai agen pengendali hayati. 
Sehingga pemahaman tentang ekologi agen 
pengendali hayati, gulma, maupun tanaman 
merupakan hal yang sangat penting dalam 
menunjang keberhasilan pengendalian hayati 
gulma.
Agensia Pengendali Agensia Pengendali HHaayyaattii GGuullmmaa 
serangga, patogen (jamur, bakteri, virus dan 
nematoda), tumbuhan tingkat tinggi dan 
herbivora 
pada umumnya yang dianggap sebagai 
pengendalian hayati gulma adalah 
penggunaan musuh alami (serangga dan 
patogen tumbuhan).
1. Serangga 
Paling banyak digunakan untuk pengendalian 
hayati gulma, karena: 
1. daya reproduksi serangga yang tinggi, 
2. mempunyai inang (host) yang sangat spesifik, 
3. pengetahuan yang baik tentang sistematika, 
tentang sejarah hidup dan asosiasinya dengan 
tumbuhan, 
4. kerusakan nyata yang ditimbulkannya pada 
tumbuhan, dan 
5. penanganannya yang mudah
Contoh keberhasilan: 
1. Terkendalinya eceng gondok (Eichhornia 
crassipes (Mart.) Solms.) di Lousinia, 
Amerika Serikat dengan introduksi 
Neochetina eichhorniae Warner yang 
didatangkan dari Argentina 
2. bersihnya infestasi salvina (Salvina 
molesta Mitchell) di Australia dan Papua 
New Guinea dengan introduksi kumbang 
Cytrobagous salvinae Calder and Sands 
dari Brazil
Keberhasilan penggunaan serangga ini 
disebabkan oleh: 
1. kemampuan reproduksinya yang tinggi, 
2. mobilitasnya yang tinggi, 
3. ketertarikan serangga dewasa dan larva 
untuk memakan batang dan daun, dan 
4. tidak adanya parasit yang beradaptasi di 
daerah pelepasan serangga
2. Patogen 
Tumbuhan 
2. Patogen 
Tumbuhan 
Mikrobia (Patogen tumbuhan) diketahui 
mempunyai kemampuan untuk menekan dan 
bahkan membunuh tumbuhan (termasuk gulma) 
Jamur merupakan agen biokontrol gulma yang 
paling banyak diteliti dan dikembangkan 
umum ditemukan pada tumbuhan, bersifat merusak, 
dapat diproduksi secara massal dan dapat 
diformulasikan, serta dapat secara aktif 
mempenetrasi tumbuhan
Gulma Northern Joinvetch (kiri) dapat 
dikendalikan (kanan) dg. Jamur 
Colletotrichum sp.
Clidemia sebelum 
aplikasi jamur 
Setelah aplikasi 
jamur 
Colletotrichum
3. Tumbuhan 
Sebagaimana dengan gulma  tanaman budidaya juga 
mampu mengurangi pertumbuhan dan perkembangan gulma 
melalui kompetisi terhadap cahaya, air dan nutrisi, atau 
dalam beberapa hal melalui pelepasan substansi alelopati 
(Minotti, 1991). 
Beberapa tanaman diketahui mempunyai kemampuan untuk 
melepaskan senyawa kimia ke dalam tanah yang mampu 
menghambat pertumbuhan gulma (Rice, 1995). Minotti dan Sweet 
(1981) telah melakukan skrining terhadap lebih dari 500 aksesi 
mentimun dari 41 negara dan menemukan bahwa beberapa aksesi 
mentimun tersebut mempunyai kemampuan untuk menghambat 
pertumbuhan beberapa gulma indikator dengan memproduksi 
senyawa alelopati
Faktor yang dapat meningkatkan kemampuan 
tanaman untuk berkompetisi dengan gulma 
1. Faktor yang berhubungan dengan waktu, dimana tanaman yang 
mempunyai kemampuan untuk berkecambah dan establish 
(mapan/tumbuh) lebih cepat akan mempunyai kemampuan 
berkompetisi yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman 
yang berkecambah dan tumbuh/berkembang dengan lamban. 
2. Faktor varietas tanaman, dimana satu varietas dengan varietas 
lainnya dari suatu tanaman mempunyai kemampuan kompetisi 
yang berbeda, 
3. Faktor populasi tanaman, dimana semakin padat populasi 
tanaman maka pertumbuhan gulma akan tertekan; sehingga 
beberapa sistem budidaya seperti pengurangan jarak tanam 
dan tumpang sari (multiple cropping) diharapkan akan dapat 
mengurangi populasi gulma
4. Herbivora 
Kesukaan makan suatu hewan tingkat tinggi  jika diberikan 
kebebasan untuk memilih, dapat digunakan secara selektif 
untuk mengendalikan gulma. 
Namun, karena sifatnya pergerakannya yang dapat merusak pertanaman 
maka pengendalian gulma menggunakan hewan tingkat tinggi hanya 
dapat digunakan di daerah padang gembalaan (Gillen and Scifres, 1991). 
Misalnya  Domba (Capra hircus L.)  dapat digunakan untuk 
mengendalikan gulma blackberry (Rubus fruticosus agg.) pada 
padang gembalaan yang terabaikan. Wood (1987) melaporkan 
bahwa domba dapat membersihkan gulma tersebut dari padang 
gembalaan, dan menyebabkan tumbuhnya rumput pakan ternak 
dengan baik .
Pendekatan dan Teknik Pengendalian 
Gulma dengan Mikrobia 
1. Pendekatan Klasik 
2. Pendekatan Non-klasik 
1. Pendekatan Klasik 
Pendekatan klasik merupakan introduksi 
secara inokulatif musuh alami yang 
didatangkan dari luar darimana gulma 
sasaran berasal
Gulma introduksi 
sasaran yang baik bagi penggunaan musuh 
alami dengan pendekatan klasik (inokulatif) 
Pendekatan klasik menggunakan organisme yang 
dapat bereproduksi dan menyebar sendiri, shg 
biaya implementasinya tidak tergantung pada 
luas areal yang terinfestasi dan waktu yang 
dibutuhkan untuk mengendalikan gulma sasaran
Perlu diperhatikan sebelum introduksi musuh alami 
1. Musuh alami harus disasarkan pada gulma 
eksotik yang tidak ada musuh alaminya 
2. Tidak ada alternatif pengendalian yang pas 
3. Kembalian ekonomi yang memadai yang 
diperoleh 
4. Kondisi lingkungan yang sesuai bagi musuh 
alami 
5. Tidak ada pertentangan tentang status 
gulma sasaran 
6. Musuh alami mempunyai inang yang spesifik
Bridal Creeper ( Asparagus asparagoides) 
Jamur karat Puccinia 
myrsiphylli , Afrika 
Utara
Lantana camara  Septoria sp.
1. Pendekatan Non-Klasik 
a. Teknik Augmentatif 
Mikrobia yang digunakan ditemukan di 
daerah/wilayah dimana gulma menjadi 
masalah, tetapi tanpa bantuan manusia 
maka agen pengendali hayati ini tidak 
dapat berkembang dengan baik 
Perkembangan agen pengendali hayati 
perlu dibantu karena adanya hambatan 
biologi atau ekologi
Teknik augmentatif yang menggunakan 
mikrobia (biasanya jamur) dilakukan dengan 
memproduksi inokulum jamur dalam jumlah 
banyak, dan selanjutnya dilepas pada saat 
(waktu dan keadaan lingkungan) yang kondusif 
bagi pertumbuhan dan perkembangan penyakit 
Inokulum yang digunakan pada teknik ini 
biasanya tidak dapat diperbanyak pada media 
biakan (pada umumnya bersifat obligat) 
sehingga tidak dapat diterapkan dengan 
teknik inundatif atau bioherbisida
Misal: Penggunaan jamur karat Puccinia 
canaliculata untuk mengendalikan teki kuning 
(Cyperus esculentus) di Amerika Serikat  
DR. BIOSEDGE 
Pengembangan jamur karat (Puccinia sp.) 
lokal Lombok untuk mengendalikan gulma 
teki (Cyperus rotundus)
Jamur karat 
lokal Lombok
Jamur Karat  
Menimbulkan 
kerusakan yang 
parah pada gulma 
teki 
Secara alami, 
kerusakan ringan dan 
penyebaran terbatas 
PERLU BANTUAN MANUSIA
90 
80 
70 
60 
50 
40 
30 
20 
10 
0 
5 10 15 20 25 30 
Spore concentration (x 1000 spore/ml) 
No of pustules 
a.m 
p.m 
Y = -0.87 + 2.84 x 10-3X 
Y = -1.03 + 0.43 x 10-3X 
Aplikasi jamur pada sore (pm) hari 
menunjukkan hasil yang lebih baik dg yang 
diaplikasikan pagi hari (am)
Kenampakan daun dg pengecatan di bawah 
mikroskop (pada teki sehat tidak ada spora, sdg 
pada daun terinfeksi terlihat spora yang berlimpah) 
teki sehat 
teki terinfeksi
Kenampakan daun beberapa tanaman budidaya dg 
pengecatan di bawah mikroskop (Tidak tampak 
adanya hifa atau spora jamur) 
Padi 
Kedelai
Kacang Tanah 
Kacang Hijau 
Jagung
Perlakuan 
Campuran 
Koefisien Agresivitas (KA) 
Teki Padi 
T1P -0,0398 0,0398 
T2P -0,0445 0,0045 
T3P -0,2756 0,2756 
T0P 0,1790 -0,1790 
Tanaman dengan nilai KA positif lebih 
dominan dari KA negatif
b. Teknik Inundatif (Bioherbisida) 
Menerapkan mikrobia atau bagian atau 
kandungannya yang diformulasikan 
sebagaimana herbisida dan diterapkan ke 
gulma sasaran dengan cara yang sama 
dengan herbisida 
Aplikasi mikrobia dilakukan secara langsung ke 
gulma sasaran dengan volume dan dosis yang 
dapat mengendalikan gulma dalam waktu tertentu 
dan sebelum kehilangan ekonomi yang ditimbulkan 
oleh gulma terjadi
Alternaria 
eichhorniae
Bioherbisida seperti CollegoTM (spora kering 
jamur Colletotrichum gloesporioides f.sp. 
aeschynomena)  mengendalikan Aeschynomene 
virginica) pada tanaman padi 
DeVine® (fermentasi cair dari klamidospora dari 
Phytophthora palmivora)  mengendalikan gulma 
Morrenia odorata pada perkebunan jeruk
LuBoa (spora dari jamur Colletotrichum 
gloesporioides f.sp. cuscutae) yang diproduksi 
pada skala rumah tangga di Cina  Cina sangat 
efektif untuk mengendalikan gulma Cuscuta 
(Cuscuta indecora) 
BIOMALTM (suspensi spora jamur 
Colletotrichum gloesporioides f.sp. malvae)  
mengendalikan gulma Malva pusilla pada 
tanaman gandum
Prosedur Prosedur dalam Pengendalian Pengendalian Hayati 
Hayati 
Gulma Gulma dengan dengan Pendekatan Pendekatan Non-klasik 
1. Penemuan 
2. Pengembanga 
n 
3. Pemanfaatan
1. PENEMUAN 
Sebelum eksplorasi mikrobia: 
1. memberikan batasan pada gulma sasaran: 
nilai tanaman budidaya yang terinfestasi 
oleh gulma sasaran, ketersedian cara 
pengendalian termasuk biaya yang 
dibutuhkan untuk pengendalian, dan 
keadaan tertentu yang mendukung 
diterapkannya pengendalian hayati 
terhadap gulama sasaran 
2. mengurangi daftar spesies gulma yang 
akan dikendalikan 
3. melakukan survey mikrobia pada gulma
Selanjutnya: 
1. Mikrobia dikoleksi dari bagian gulma yang 
sakit dan diisolasi pada media biakan yang 
sesuai, dan diidentifikasi 
2. Postulat ‘Koch’ 
3. Identifikasi 
4. Media biakan yang dapat digunakan 
5. Penyimpanan biakan untuk waktu singkat 
dan lama 
6. Studi pustaka terhadap patogen yang 
potensial terutama mengenai kisaran inang 
dari patogen dan media yang sesuai bagi 
perkembangan patogen tersebut
Mikrobia potensial: 
1. Dapat diproduksi secara in vitro 
2. produksi/agen tersebut dapat tetap 
dalam kondisi stabil di dalam biakan 
maupun di penyimpanan 
3. tidak mempunyai faktor dormansi 
yang dapat mempengaruhi 
infektifitas 
4. dapat menginfeksi gulma pada 
kisaran kondisi lingkungan yang luas
2. Pengembangan 
1. Penentuan kondisi optimum bagi produksi 
spora 
2. penentuan kondisi optimum bagi 
perkembangan penyakit dan kerusakan gulma 
3. pengujian proses infeksi 
4. penentuan cara kerja patogen dalam 
mengendalikan gulma dan atau toksin 
5. penentuan kisaran inang 
6. kuantifikasi keefektifan agen sebagai agen 
pengendali hayati gulma
3. Pemanfaatan 
Kolaborasi antara peneliti, petani (pengguna), 
dan industri dalam produksi, kemungkinan 
komersialiasi, dan penggunaan bioherbisida 
1. Formulasi 
2. Fermentasi 
3. Aspek regulasi 
4. Pemasaran 
5. Implementasi
Efektivitas Ae5 yang diformulasikan 
dalam emulsi minyak biji kapas
73991624 pengendalian-hayati-gulma

More Related Content

What's hot

Interaksi hama dan tanaman
Interaksi hama dan tanamanInteraksi hama dan tanaman
Interaksi hama dan tanaman
Tidar University
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
Moh Masnur
 
Tanaman Hortikultura (Ms. PPt 2013)
Tanaman Hortikultura (Ms. PPt 2013)Tanaman Hortikultura (Ms. PPt 2013)
Tanaman Hortikultura (Ms. PPt 2013)
Wahyu Setyawan
 
Pengendalian gulma
Pengendalian gulmaPengendalian gulma
Pengendalian gulma
Tidar University
 
contoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihcontoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihRiva Anggraeni
 
Laporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigorLaporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigor
Tidar University
 
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
Ankardiansyah Pandu Pradana
 
Bakteri penyakit pada tanaman
Bakteri penyakit pada tanamanBakteri penyakit pada tanaman
Bakteri penyakit pada tanaman
Ali Babang
 
Laporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar AgronomiLaporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar AgronomiPutrimian Hairani
 
Penyerapan dan Transpor Zat Hara
Penyerapan dan Transpor Zat HaraPenyerapan dan Transpor Zat Hara
Penyerapan dan Transpor Zat Hara
NURSAPTIA PURWA ASMARA
 
Laporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambahLaporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambah
Tidar University
 
Biopestisida
BiopestisidaBiopestisida
Biopestisida
Nina Afria Damayanti
 
Unsur beneficial
Unsur beneficialUnsur beneficial
Unsur beneficialbennysatria
 
Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)
tochi run
 
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanBuku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanIr. Zakaria, M.M
 
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tandaLaporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tandafahmiganteng
 
Perbanyakan tanaman
Perbanyakan  tanamanPerbanyakan  tanaman
Perbanyakan tanaman
Ali Babang
 

What's hot (20)

Interaksi hama dan tanaman
Interaksi hama dan tanamanInteraksi hama dan tanaman
Interaksi hama dan tanaman
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
 
Kultur teknis
Kultur teknisKultur teknis
Kultur teknis
 
Tanaman Hortikultura (Ms. PPt 2013)
Tanaman Hortikultura (Ms. PPt 2013)Tanaman Hortikultura (Ms. PPt 2013)
Tanaman Hortikultura (Ms. PPt 2013)
 
Pengendalian gulma
Pengendalian gulmaPengendalian gulma
Pengendalian gulma
 
contoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihcontoh laporan uji benih
contoh laporan uji benih
 
Laporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigorLaporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigor
 
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
 
Ppt zpt revisi
Ppt zpt revisiPpt zpt revisi
Ppt zpt revisi
 
Bakteri penyakit pada tanaman
Bakteri penyakit pada tanamanBakteri penyakit pada tanaman
Bakteri penyakit pada tanaman
 
Laporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar AgronomiLaporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
 
Penyerapan dan Transpor Zat Hara
Penyerapan dan Transpor Zat HaraPenyerapan dan Transpor Zat Hara
Penyerapan dan Transpor Zat Hara
 
Laporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambahLaporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambah
 
Biopestisida
BiopestisidaBiopestisida
Biopestisida
 
Unsur beneficial
Unsur beneficialUnsur beneficial
Unsur beneficial
 
Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)
 
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanBuku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
 
hama dan penyakit
hama dan penyakithama dan penyakit
hama dan penyakit
 
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tandaLaporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
 
Perbanyakan tanaman
Perbanyakan  tanamanPerbanyakan  tanaman
Perbanyakan tanaman
 

Viewers also liked

Pengendalian gulma secara hayati
Pengendalian gulma secara hayatiPengendalian gulma secara hayati
Pengendalian gulma secara hayati
Desti Diana Putri
 
Biologi gulma gulma kiambang
Biologi gulma   gulma kiambangBiologi gulma   gulma kiambang
Biologi gulma gulma kiambangRaden Angga
 
Pengendalian gulma terpadu
Pengendalian gulma terpaduPengendalian gulma terpadu
Pengendalian gulma terpaduEla Afellay
 
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaMakalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Warnet Raha
 
Pengendalian gulma
Pengendalian gulmaPengendalian gulma
Pengendalian gulma
Dina akib
 
Makalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanian
Makalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanianMakalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanian
Makalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanianEfri Yadi
 
Pengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawiPengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawi
Py Bayu
 
TEDx Manchester: AI & The Future of Work
TEDx Manchester: AI & The Future of WorkTEDx Manchester: AI & The Future of Work
TEDx Manchester: AI & The Future of Work
Volker Hirsch
 

Viewers also liked (10)

Pengendalian gulma secara hayati
Pengendalian gulma secara hayatiPengendalian gulma secara hayati
Pengendalian gulma secara hayati
 
Biologi gulma gulma kiambang
Biologi gulma   gulma kiambangBiologi gulma   gulma kiambang
Biologi gulma gulma kiambang
 
2006gar
2006gar2006gar
2006gar
 
Pengendalian gulma terpadu
Pengendalian gulma terpaduPengendalian gulma terpadu
Pengendalian gulma terpadu
 
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaMakalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
 
Cara cara pengendalian gulma
Cara cara pengendalian gulmaCara cara pengendalian gulma
Cara cara pengendalian gulma
 
Pengendalian gulma
Pengendalian gulmaPengendalian gulma
Pengendalian gulma
 
Makalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanian
Makalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanianMakalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanian
Makalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanian
 
Pengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawiPengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawi
 
TEDx Manchester: AI & The Future of Work
TEDx Manchester: AI & The Future of WorkTEDx Manchester: AI & The Future of Work
TEDx Manchester: AI & The Future of Work
 

Similar to 73991624 pengendalian-hayati-gulma

Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
Septian Muna Barakati
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
Warnet Raha
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
Warnet Raha
 
Proposal PL adjie
Proposal PL adjieProposal PL adjie
Proposal PL adjie
Arta Adjie
 
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumuloPpt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
anisasptiany
 
12phtpadisawah
12phtpadisawah12phtpadisawah
12phtpadisawah
Andrew Hutabarat
 
12phtpadisawah
12phtpadisawah12phtpadisawah
12phtpadisawah
Andrew Hutabarat
 
Buku diktat diht
Buku diktat dihtBuku diktat diht
Buku diktat diht
edikaputra
 
Tugas makalah
Tugas makalahTugas makalah
Makalah perlintan gulma_arin-1
Makalah perlintan gulma_arin-1Makalah perlintan gulma_arin-1
Makalah perlintan gulma_arin-1
Septian Muna Barakati
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Alfian Nopara Saifudin
 
Ilmu hama tumbuhan
Ilmu hama tumbuhanIlmu hama tumbuhan
Ilmu hama tumbuhan
Abdul Wahid
 
hama dan penyakit tanaman11
 hama dan penyakit tanaman11 hama dan penyakit tanaman11
hama dan penyakit tanaman11
Febrina Tentaka
 
5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatiixie_yeuw_jack
 
Makalah perlintan gulma_arin-1
Makalah perlintan gulma_arin-1Makalah perlintan gulma_arin-1
Makalah perlintan gulma_arin-1
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaMakalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaMakalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Septian Muna Barakati
 

Similar to 73991624 pengendalian-hayati-gulma (20)

Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Proposal PL adjie
Proposal PL adjieProposal PL adjie
Proposal PL adjie
 
Buku diktat diht
Buku diktat dihtBuku diktat diht
Buku diktat diht
 
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumuloPpt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
 
12phtpadisawah
12phtpadisawah12phtpadisawah
12phtpadisawah
 
12phtpadisawah
12phtpadisawah12phtpadisawah
12phtpadisawah
 
Buku diktat diht
Buku diktat dihtBuku diktat diht
Buku diktat diht
 
Tugas makalah
Tugas makalahTugas makalah
Tugas makalah
 
Makalah perlintan gulma_arin-1
Makalah perlintan gulma_arin-1Makalah perlintan gulma_arin-1
Makalah perlintan gulma_arin-1
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
 
Ilmu hama tumbuhan
Ilmu hama tumbuhanIlmu hama tumbuhan
Ilmu hama tumbuhan
 
hama dan penyakit tanaman11
 hama dan penyakit tanaman11 hama dan penyakit tanaman11
hama dan penyakit tanaman11
 
5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii
 
Makalah perlintan gulma_arin-1
Makalah perlintan gulma_arin-1Makalah perlintan gulma_arin-1
Makalah perlintan gulma_arin-1
 
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaMakalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
 
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaMakalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
 

73991624 pengendalian-hayati-gulma

  • 1. PPEENNGGEENNDDAALLIIAANN HHAAYYAATTII GGUULLMMAA M. Taufik Fauzi PS Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Mataram
  • 2. awalnya dianggap sebagai ‘malaikat’ yang mampu menyelamatkan tanaman pertanian dari gangguan hama, penyebab penyakit dan gulma  pemakaiannya sangat intensif PESTISIDA pestisida dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan (Levesque and Rahe, 1992; Turk et al ., 1972; Untung, 2001): 1) hama/penyebab penyakit/gulma dapat menjadi resisten terhadap pestisida; misalnya adanya kecendrungan resistensinya penyakit becak ungu pada bawang putih terhadap beberapa fungisida, yang diduga merupakan salah satu penyebab gagalnya panen bawang putih di Sembalun Lombok Timur NTB, 2) ikut terbunuhnya musuh-musuh alami hama/penyebab penyakit tanaman dan gulma,
  • 3. 3. terbunuhnya organisme bukan sasaran seperti belut, katak, ayam, lebah dan lain lain, 4. dapat meninggalkan residu pada tanaman sehingga berbahaya jika dikonsumsi; hal ini telah menyebabkan beberapa produk pertanian Indonesia ditolak di pasaran dunia, 5. dapat menyebabkan meningkatnya kepekaan tanaman terhadap gangguan penyebab penyakit tumbuhan, misalnya terjadinya peningkatan intensitas penyakit hawar (fusarium blight ) pada tanaman gandum akibat pemakaian senyawa sejenis herbisida (Fauzi and Paulitz, 1994), dan 6. dapat mencemari air, tanah, udara dan komponen lingkungan lainnya yang dapat menyebabkan keracunan/kematian bagi manusia
  • 4. Penggunaan herbisida Sama dengan pestisida yang lain, paling efektif dengan hasil pengendalian yang paling cepat dapat dilihat, tetapi 1) efek merusak dari residu herbisida terhadap lingkungan 2) bahan kimia ini dapat meningkatkan penyakit tumbuhan 3) berkembangnya ketahanan berbagai gulma terhadap herbisida 4) tidak ekonomis misalnya di padang gembalaan atau areal-areal lain yang mempunyai produktivitas yang rendah
  • 5. Alternatif pengendalian gulma Pengendalian Hayati (Biokontrol) pendekatan dalam mengendalikan gulma yang dapat mengurangi populasi gulma dengan menggunakan organisme hidup selain manusia aman bagi lingkungan, dapat merupakan alternatif pengendalian yang penting diterapkan bilamana cara pengendalian yang lain tidak pas
  • 6. Pengendalian Hayati Gulma  setiap usaha untuk menekan populasi gulma dengan memanfaatkan mahluk hidup seperti serangga, patogen (termasuk jamur, bakteri, virus, dan nematoda), hewan tingkat tinggi (herbivora) dan bahkan tanaman lain Tujuan pengendalian hayati gulma pada dasarnya bukan untuk mengeradikasi gulma tetapi mengurangi/menjaga stabilisasi jangka panjang kepadatan populasi gulma pada taraf yang tidak merugikan
  • 7. Dasar Ekologi Pengendalian Hayati Gulma Faktor utama  penghambat dalam penyebaran dan banyaknya suatu tumbuhan di suatu daerah adalah karena di daerah tersebut terdapat banyak musuh alami, dan telah dibuktikan bahwa faktor biotik secara signifikan mempengaruhi distribusi dan melimpahnya spesies tumbuhan. Sebagian besar gulma penting yang ada di suatu negara atau wilayah merupakan tumbuhan yang berasal dari negara/wilayah lain yang diintroduksi baik secara sengaja maupun tidak sengaja
  • 8. di tempat baru  musuh alami dari gulma tersebut sangat jarang bahkan tidak ada, sementara itu di negara asal gulma sasaran musuh alami sudah sangat berasosiasi dengan gulma tersebut sehingga gulma itu menjadi tidak begitu penting dengan kepadatan populasi yang rendah (White, 1997). Berdasarkan pemahaman dan bukti tersebut maka pada awalnya sebagaian besar program pengendalian hayati gulma dilakukan dengan mendatangkan musuh alami (terutama serangga) dari negara/wilayah darimana gulma tersebut berasal.
  • 9. Faktor biotik lain yang berperan dalam meregulasi (mengatur) populasi gulma selain musuh alami adalah adanya kompetisi baik antara spesies gulma yang sama maupun dengan spesies lain termasuk dengan tanaman budidaya. Oleh karena itu, pengelolaan habitat pada ekosistem pertanian dilakukan sedemikian sehingga dapat mengurangi kemampuan gulma untuk berkompetisi sebagai akibat dari melemahnya ‘kebugaran’ (fitness ) gulma karena gangguan musuh alami (serangga dan patogen), atau karena kehadiran tanaman lain yang mempunyai daya kompetisi yang lebih kuat; atau keberadaan kedua faktor tersebut
  • 10. Misalnya, penekanan gulma skeleton (Chondrilla juncea L.) karena introduksi jamur Puccinia chondrillina adalah sebesar 50%, dan karena kompetisi dengan clover (Trifolium subterraneum L.) adalah sebesar 70%. Kedua faktor tersebut secara bersama-sama dapat menekan pertumbuhan gulma skeleton sampai 94% (Burdon et al ., 1980). Juga, hasil penelitian Paul dan Ayers (1987) menunjukkan bahwa jamur karat yang digunakan untuk mengendalikan gulma Senecio vulgaris tidak menunjukkan peningkatan kematian gulma tersebut tetapi penurunan pengaruh gulma pada pertumbuhan dan hasil lettuce terlihat dengan jelas.
  • 11. Keberhasilan suatu agen pengendali hayati gulma sering diperoleh bilamana jumlah variasi genetik di dalam suatu populasi gulma sangat terbatas (Burdon et al ., 1980; Barret, 1982). Untungnya, populasi dari gulma yang diintroduksi baik secara sengaja maupun tidak sengaja pada umumnya mempunyai variasi genetik yang sangat terbatas dibandingkan dengan gulma sejenis yang ada di wilayah asalnya. Hal ini disebabkan oleh introduksi gulma biasanya berasal dari satu atau sedikit individu gulma (Barrett, 1982; Watson, 1991).
  • 12. Ekosistem pertanian (agroekosistem), baik yang menerapkan teknologi sederhana maupun teknologi canggih, merupakan ekosistem "terganggu" yang mempunyai perbedaan yang lebar dalam sifat-sifat iklim, biotik, dan budidaya. Variasi yang demikian itu dapat mempengaruhi tanaman, gulma, dan keberadaan populasi mikrobia dan serangga. Tambahan lagi, dengan adanya aktivitas manusia yang bertujuan untuk memaksimalisasi kembalian ekonomi, agroekosistem selalu mengalami perubahan sementara dalam dinamika gulma dan tanaman. Perubahan ini akan mempengaruhi pilihan agen pengendali hayati yang akan digunakan untuk mengendalikan gulma (Charudattan and DeLoach, 1988).
  • 13. Perubahan-perubahan ini juga dapat merupakan faktor penghambat dalam build up dan efikasi agen pengendali hayati, misalnya penggunaan fungisida dan insektisida dalam perlindungan tanaman akan mempengaruhi siklus hidup jamur dan serangga yang digunakan sebagai agen pengendali hayati. Sehingga pemahaman tentang ekologi agen pengendali hayati, gulma, maupun tanaman merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan pengendalian hayati gulma.
  • 14. Agensia Pengendali Agensia Pengendali HHaayyaattii GGuullmmaa serangga, patogen (jamur, bakteri, virus dan nematoda), tumbuhan tingkat tinggi dan herbivora pada umumnya yang dianggap sebagai pengendalian hayati gulma adalah penggunaan musuh alami (serangga dan patogen tumbuhan).
  • 15. 1. Serangga Paling banyak digunakan untuk pengendalian hayati gulma, karena: 1. daya reproduksi serangga yang tinggi, 2. mempunyai inang (host) yang sangat spesifik, 3. pengetahuan yang baik tentang sistematika, tentang sejarah hidup dan asosiasinya dengan tumbuhan, 4. kerusakan nyata yang ditimbulkannya pada tumbuhan, dan 5. penanganannya yang mudah
  • 16. Contoh keberhasilan: 1. Terkendalinya eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) di Lousinia, Amerika Serikat dengan introduksi Neochetina eichhorniae Warner yang didatangkan dari Argentina 2. bersihnya infestasi salvina (Salvina molesta Mitchell) di Australia dan Papua New Guinea dengan introduksi kumbang Cytrobagous salvinae Calder and Sands dari Brazil
  • 17.
  • 18.
  • 19. Keberhasilan penggunaan serangga ini disebabkan oleh: 1. kemampuan reproduksinya yang tinggi, 2. mobilitasnya yang tinggi, 3. ketertarikan serangga dewasa dan larva untuk memakan batang dan daun, dan 4. tidak adanya parasit yang beradaptasi di daerah pelepasan serangga
  • 20. 2. Patogen Tumbuhan 2. Patogen Tumbuhan Mikrobia (Patogen tumbuhan) diketahui mempunyai kemampuan untuk menekan dan bahkan membunuh tumbuhan (termasuk gulma) Jamur merupakan agen biokontrol gulma yang paling banyak diteliti dan dikembangkan umum ditemukan pada tumbuhan, bersifat merusak, dapat diproduksi secara massal dan dapat diformulasikan, serta dapat secara aktif mempenetrasi tumbuhan
  • 21. Gulma Northern Joinvetch (kiri) dapat dikendalikan (kanan) dg. Jamur Colletotrichum sp.
  • 22. Clidemia sebelum aplikasi jamur Setelah aplikasi jamur Colletotrichum
  • 23. 3. Tumbuhan Sebagaimana dengan gulma  tanaman budidaya juga mampu mengurangi pertumbuhan dan perkembangan gulma melalui kompetisi terhadap cahaya, air dan nutrisi, atau dalam beberapa hal melalui pelepasan substansi alelopati (Minotti, 1991). Beberapa tanaman diketahui mempunyai kemampuan untuk melepaskan senyawa kimia ke dalam tanah yang mampu menghambat pertumbuhan gulma (Rice, 1995). Minotti dan Sweet (1981) telah melakukan skrining terhadap lebih dari 500 aksesi mentimun dari 41 negara dan menemukan bahwa beberapa aksesi mentimun tersebut mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan beberapa gulma indikator dengan memproduksi senyawa alelopati
  • 24. Faktor yang dapat meningkatkan kemampuan tanaman untuk berkompetisi dengan gulma 1. Faktor yang berhubungan dengan waktu, dimana tanaman yang mempunyai kemampuan untuk berkecambah dan establish (mapan/tumbuh) lebih cepat akan mempunyai kemampuan berkompetisi yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman yang berkecambah dan tumbuh/berkembang dengan lamban. 2. Faktor varietas tanaman, dimana satu varietas dengan varietas lainnya dari suatu tanaman mempunyai kemampuan kompetisi yang berbeda, 3. Faktor populasi tanaman, dimana semakin padat populasi tanaman maka pertumbuhan gulma akan tertekan; sehingga beberapa sistem budidaya seperti pengurangan jarak tanam dan tumpang sari (multiple cropping) diharapkan akan dapat mengurangi populasi gulma
  • 25. 4. Herbivora Kesukaan makan suatu hewan tingkat tinggi  jika diberikan kebebasan untuk memilih, dapat digunakan secara selektif untuk mengendalikan gulma. Namun, karena sifatnya pergerakannya yang dapat merusak pertanaman maka pengendalian gulma menggunakan hewan tingkat tinggi hanya dapat digunakan di daerah padang gembalaan (Gillen and Scifres, 1991). Misalnya  Domba (Capra hircus L.)  dapat digunakan untuk mengendalikan gulma blackberry (Rubus fruticosus agg.) pada padang gembalaan yang terabaikan. Wood (1987) melaporkan bahwa domba dapat membersihkan gulma tersebut dari padang gembalaan, dan menyebabkan tumbuhnya rumput pakan ternak dengan baik .
  • 26. Pendekatan dan Teknik Pengendalian Gulma dengan Mikrobia 1. Pendekatan Klasik 2. Pendekatan Non-klasik 1. Pendekatan Klasik Pendekatan klasik merupakan introduksi secara inokulatif musuh alami yang didatangkan dari luar darimana gulma sasaran berasal
  • 27. Gulma introduksi sasaran yang baik bagi penggunaan musuh alami dengan pendekatan klasik (inokulatif) Pendekatan klasik menggunakan organisme yang dapat bereproduksi dan menyebar sendiri, shg biaya implementasinya tidak tergantung pada luas areal yang terinfestasi dan waktu yang dibutuhkan untuk mengendalikan gulma sasaran
  • 28. Perlu diperhatikan sebelum introduksi musuh alami 1. Musuh alami harus disasarkan pada gulma eksotik yang tidak ada musuh alaminya 2. Tidak ada alternatif pengendalian yang pas 3. Kembalian ekonomi yang memadai yang diperoleh 4. Kondisi lingkungan yang sesuai bagi musuh alami 5. Tidak ada pertentangan tentang status gulma sasaran 6. Musuh alami mempunyai inang yang spesifik
  • 29. Bridal Creeper ( Asparagus asparagoides) Jamur karat Puccinia myrsiphylli , Afrika Utara
  • 30. Lantana camara  Septoria sp.
  • 31. 1. Pendekatan Non-Klasik a. Teknik Augmentatif Mikrobia yang digunakan ditemukan di daerah/wilayah dimana gulma menjadi masalah, tetapi tanpa bantuan manusia maka agen pengendali hayati ini tidak dapat berkembang dengan baik Perkembangan agen pengendali hayati perlu dibantu karena adanya hambatan biologi atau ekologi
  • 32. Teknik augmentatif yang menggunakan mikrobia (biasanya jamur) dilakukan dengan memproduksi inokulum jamur dalam jumlah banyak, dan selanjutnya dilepas pada saat (waktu dan keadaan lingkungan) yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan penyakit Inokulum yang digunakan pada teknik ini biasanya tidak dapat diperbanyak pada media biakan (pada umumnya bersifat obligat) sehingga tidak dapat diterapkan dengan teknik inundatif atau bioherbisida
  • 33.
  • 34. Misal: Penggunaan jamur karat Puccinia canaliculata untuk mengendalikan teki kuning (Cyperus esculentus) di Amerika Serikat  DR. BIOSEDGE Pengembangan jamur karat (Puccinia sp.) lokal Lombok untuk mengendalikan gulma teki (Cyperus rotundus)
  • 36. Jamur Karat  Menimbulkan kerusakan yang parah pada gulma teki Secara alami, kerusakan ringan dan penyebaran terbatas PERLU BANTUAN MANUSIA
  • 37. 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 5 10 15 20 25 30 Spore concentration (x 1000 spore/ml) No of pustules a.m p.m Y = -0.87 + 2.84 x 10-3X Y = -1.03 + 0.43 x 10-3X Aplikasi jamur pada sore (pm) hari menunjukkan hasil yang lebih baik dg yang diaplikasikan pagi hari (am)
  • 38. Kenampakan daun dg pengecatan di bawah mikroskop (pada teki sehat tidak ada spora, sdg pada daun terinfeksi terlihat spora yang berlimpah) teki sehat teki terinfeksi
  • 39. Kenampakan daun beberapa tanaman budidaya dg pengecatan di bawah mikroskop (Tidak tampak adanya hifa atau spora jamur) Padi Kedelai
  • 40. Kacang Tanah Kacang Hijau Jagung
  • 41. Perlakuan Campuran Koefisien Agresivitas (KA) Teki Padi T1P -0,0398 0,0398 T2P -0,0445 0,0045 T3P -0,2756 0,2756 T0P 0,1790 -0,1790 Tanaman dengan nilai KA positif lebih dominan dari KA negatif
  • 42. b. Teknik Inundatif (Bioherbisida) Menerapkan mikrobia atau bagian atau kandungannya yang diformulasikan sebagaimana herbisida dan diterapkan ke gulma sasaran dengan cara yang sama dengan herbisida Aplikasi mikrobia dilakukan secara langsung ke gulma sasaran dengan volume dan dosis yang dapat mengendalikan gulma dalam waktu tertentu dan sebelum kehilangan ekonomi yang ditimbulkan oleh gulma terjadi
  • 43.
  • 45. Bioherbisida seperti CollegoTM (spora kering jamur Colletotrichum gloesporioides f.sp. aeschynomena)  mengendalikan Aeschynomene virginica) pada tanaman padi DeVine® (fermentasi cair dari klamidospora dari Phytophthora palmivora)  mengendalikan gulma Morrenia odorata pada perkebunan jeruk
  • 46. LuBoa (spora dari jamur Colletotrichum gloesporioides f.sp. cuscutae) yang diproduksi pada skala rumah tangga di Cina  Cina sangat efektif untuk mengendalikan gulma Cuscuta (Cuscuta indecora) BIOMALTM (suspensi spora jamur Colletotrichum gloesporioides f.sp. malvae)  mengendalikan gulma Malva pusilla pada tanaman gandum
  • 47. Prosedur Prosedur dalam Pengendalian Pengendalian Hayati Hayati Gulma Gulma dengan dengan Pendekatan Pendekatan Non-klasik 1. Penemuan 2. Pengembanga n 3. Pemanfaatan
  • 48. 1. PENEMUAN Sebelum eksplorasi mikrobia: 1. memberikan batasan pada gulma sasaran: nilai tanaman budidaya yang terinfestasi oleh gulma sasaran, ketersedian cara pengendalian termasuk biaya yang dibutuhkan untuk pengendalian, dan keadaan tertentu yang mendukung diterapkannya pengendalian hayati terhadap gulama sasaran 2. mengurangi daftar spesies gulma yang akan dikendalikan 3. melakukan survey mikrobia pada gulma
  • 49. Selanjutnya: 1. Mikrobia dikoleksi dari bagian gulma yang sakit dan diisolasi pada media biakan yang sesuai, dan diidentifikasi 2. Postulat ‘Koch’ 3. Identifikasi 4. Media biakan yang dapat digunakan 5. Penyimpanan biakan untuk waktu singkat dan lama 6. Studi pustaka terhadap patogen yang potensial terutama mengenai kisaran inang dari patogen dan media yang sesuai bagi perkembangan patogen tersebut
  • 50. Mikrobia potensial: 1. Dapat diproduksi secara in vitro 2. produksi/agen tersebut dapat tetap dalam kondisi stabil di dalam biakan maupun di penyimpanan 3. tidak mempunyai faktor dormansi yang dapat mempengaruhi infektifitas 4. dapat menginfeksi gulma pada kisaran kondisi lingkungan yang luas
  • 51. 2. Pengembangan 1. Penentuan kondisi optimum bagi produksi spora 2. penentuan kondisi optimum bagi perkembangan penyakit dan kerusakan gulma 3. pengujian proses infeksi 4. penentuan cara kerja patogen dalam mengendalikan gulma dan atau toksin 5. penentuan kisaran inang 6. kuantifikasi keefektifan agen sebagai agen pengendali hayati gulma
  • 52. 3. Pemanfaatan Kolaborasi antara peneliti, petani (pengguna), dan industri dalam produksi, kemungkinan komersialiasi, dan penggunaan bioherbisida 1. Formulasi 2. Fermentasi 3. Aspek regulasi 4. Pemasaran 5. Implementasi
  • 53. Efektivitas Ae5 yang diformulasikan dalam emulsi minyak biji kapas