Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Praktikum ini mengamati musuh alami gulma seperti belalang dan ulat.
2. Belalang dan ulat menyebabkan kerusakan pada gulma dengan cara memakan daun dan batangnya.
3. Jenis gulma rumput mengalami kerusakan paling besar dari kedua musuh alami.
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati musuh alami gulma secara langsung. Tiga jenis gulma ditanam dalam satu pot dan diintroduksikan ke belalang dan ulat sebagai musuh alaminya. Hasil pengamatan menunjukkan presentase kerusakan pada gulma golongan rumput lebih tinggi dibandingkan golongan lainnya, sedangkan golongan teki mengalami kerusakan paling rendah. Hal ini menunjukkan preferensi musuh alami terhadap jen
Praktikum ini membahas pengendalian gulma secara hayati dengan menggunakan musuh alami seperti serangga. Serangga yang diamati sebagai musuh alami antara lain kutu daun, belalang, walang sangit, ulat api, dan semut. Mekanisme pengendalian gulma oleh musuh alami tersebut meliputi penggerekkan, penghisapan cairan, pemakanan bagian tubuh, transmisi penyakit, dan kompetisi sarana tumbuh.
Hama adalah organisme yang merusak tanaman dan secara ekonomik merugikan manusia. Hama yang menyerang tumbuhan antara lain tikus, walang sangit, wereng, tungau, dan ulat.
Dokumen tersebut membahas pengertian dan strategi pengendalian hayati untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Pengendalian hayati bergantung pada predasi, parasitisme, dan mekanisme alam lainnya untuk membatasi populasi organisme pengganggu tanaman. Strateginya meliputi konservasi, introduksi, inokulasi, integrasi, dan augmentasi dari musuh alami hama dan penyakit tanaman.
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati musuh alami gulma secara langsung. Tiga jenis gulma ditanam dalam satu pot dan diintroduksikan ke belalang dan ulat sebagai musuh alaminya. Hasil pengamatan menunjukkan presentase kerusakan pada gulma golongan rumput lebih tinggi dibandingkan golongan lainnya, sedangkan golongan teki mengalami kerusakan paling rendah. Hal ini menunjukkan preferensi musuh alami terhadap jen
Praktikum ini membahas pengendalian gulma secara hayati dengan menggunakan musuh alami seperti serangga. Serangga yang diamati sebagai musuh alami antara lain kutu daun, belalang, walang sangit, ulat api, dan semut. Mekanisme pengendalian gulma oleh musuh alami tersebut meliputi penggerekkan, penghisapan cairan, pemakanan bagian tubuh, transmisi penyakit, dan kompetisi sarana tumbuh.
Hama adalah organisme yang merusak tanaman dan secara ekonomik merugikan manusia. Hama yang menyerang tumbuhan antara lain tikus, walang sangit, wereng, tungau, dan ulat.
Dokumen tersebut membahas pengertian dan strategi pengendalian hayati untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Pengendalian hayati bergantung pada predasi, parasitisme, dan mekanisme alam lainnya untuk membatasi populasi organisme pengganggu tanaman. Strateginya meliputi konservasi, introduksi, inokulasi, integrasi, dan augmentasi dari musuh alami hama dan penyakit tanaman.
Di dalam ini akan dijelaskan (1) pengendalian OPT secara kimiawi, (2) macam-macam pestisida, (3) peranan pestisida, (4) kelebihan, kekurangan, dan pengendalian pestisida, (5) klasifikasi pestisida, (6) formulasi pestisida, dan (7) cara menggunakan pestisida.
Maaf :-
Pengendalian hayati merujuk pada upaya memanfaatkan musuh alami secara terencana untuk mengendalikan organisme pengganggu, yang mencakup teknik introduksi, konservasi, dan augmentasi musuh alami. Meskipun dianggap relatif aman, pengendalian hayati memiliki batasan karena daya reproduksi musuh alami yang lebih lambat dari hama dan ketahanan mereka terhadap perubahan lingkungan.
Dokumen tersebut membahas pengendalian gulma secara terpadu pada tanaman padi dengan menggunakan jamur Colletotrichum gloeosporioides (C.g.a). C.g.a ditemukan pada tahun 1969 dan mampu menginfeksi dan membunuh gulma northern jointvetch secara selektif di lahan padi. Penelitian selanjutnya menunjukkan interaksi antara C.g.a dengan pestisida kimiawi dapat meningkatkan atau menghamb
Tiga cara pengendalian hama tanaman sayuran secara alami yang dijelaskan dalam dokumen ini adalah menggunakan perangkap hama, seperti perangkap lengket dan perangkap cahaya, pestisida nabati yang berasal dari tanaman seperti neem dan paprika, serta menggunakan konsep pengendalian hama terpadu yang melibatkan berbagai metode secara terpadu dan ramah lingkungan.
Pengendalian hayati melibatkan penggunaan musuh alami seperti predator, parasitoid, dan patogen untuk mengendalikan populasi hama secara alami. Terdapat tiga pendekatan pengendalian hayati yaitu augmentasi, importasi, dan konservasi musuh alami. Pengendalian hayati memiliki keuntungan seperti selektivitas tinggi dan tidak berbahaya bagi lingkungan, meskipun pelaksanaannya membutuhkan waktu dan sulit diprediksi.
Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit TanamanAri Sugiarto
Mikroorganisme seperti bakteri dan jamur dapat dimanfaatkan sebagai agen pengendali penyakit tanaman. Bakteri Bacillus thuringiensis umumnya digunakan karena toksinnya hanya berdampak pada serangga tertentu dan tidak berbahaya bagi spesies lain atau lingkungan. Penggunaan mikroorganisme alami sebagai pengendali hayati di masa depan diyakini memiliki prospek yang baik karena aman, ramah lingkungan, dan d
Dokumen tersebut membahas tentang pengendalian hayati yang mencakup konsep, prinsip, contoh-contoh, dan aplikasinya untuk mengendalikan hama penyakit tanaman, kerusakan tanaman, dan gulma. Agen biologis seperti bakteri, jamur, serangga, dan nematoda dapat digunakan sebagai alat pengendalian hayati untuk menekan populasi organisme merugikan.
Dokumen tersebut membahas berbagai alternatif pengendalian serangga, meliputi pendekatan kimia, biologi, fisik, dan genetik. Metode pengendalian serangga yang direkomendasikan adalah penggunaan predator, parasitoid, jamur dan bakteri patogen secara terpadu karena efektif, murah, dan ramah lingkungan.
Dokumen tersebut membahas tentang diagnosis hama tanaman. Langkah-langkah diagnosis hama tanaman meliputi melihat gejala di lapangan, mencatat informasi, mengumpulkan tanaman dan hama, serta mengidentifikasi hama berdasarkan morfologi, biologi, dan molekuler. Teknik identifikasi serangga didasarkan pada struktur tubuh seperti alat mulut, sayap, dan antena. Jenis alat mulut serangga meliputi mandibulata dan haustelata.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Efusi pleura adalah akumulasi cairan yang berlebihan pada rongga pleura, cairan tersebut mengisi ruangan yang mengelilingi paru. Cairan dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu pernapasan dengan membatasi peregangan paru selama inhalasi.
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam jumlah yang berlebihan di dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran cairan pleura. Dalam keadaan normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar 10-200 ml. Cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu <1,5 />< 30mm.
Diantara celah-celah sel ini terdapat sel limfosit
Di bawah sel-sel mesothelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit
Di bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan serat-serat elastik
Lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari a. Pulmonalis dan a. Brakhialis serta pembuluh limfe
Menempel kuat pada jaringanparu
Fungsinya. untuk mengabsorbsi cairan. Pleura
• Pleura parietalis
Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel mesothelial dan jaringan ikat (kolagen dan elastis)
Dalam jaringan ikat tersebut banyak mengandung kapiler dari a. Intercostalis dan a. Mamaria interna, pembuluh limfe, dan banyak reseptor saraf sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan temperatur. Keseluruhan berasal n. Intercostalis dinding dada dan alirannya sesuai dengan dermatom dada
Mudah menempel dan lepas dari dinding dada di atasnya
Fungsinya untuk memproduksi cairan pleura
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini mengenai gangguan pernapasan yang berjudul` EFUSI PLEURA`.adalah mengetahui patofisiologi dari penyakit pernapasan tersebut.
C. Rumusan Permasalahan
• Untuk mengetahui pengertian efusi pleura
• Untuk mengetahui etiologi efusi pleura
• Untuk mengetahui manifestasi efusi pleura
• Untuk mengetahui patofisiologi efusi pleura
• Untuk mengetahui diagnosis efusi pleura
• Untuk mengetahui pengobatan(penatalaksaan) efusi pleura
• Untuk meng
Bab I membahas latar belakang tentang gulma yang merugikan pertumbuhan tanaman dan lingkungan. Pengendalian gulma secara hayati menggunakan musuh alami gulma seperti hama, penyakit, dan jamur untuk menekan pertumbuhan gulma. Bab II membahas pengendalian gulma secara hayati dengan menggunakan musuh alami gulma dan kelebihan serta kekurangannya. Bab III membahas kesimpulan dan saran dari pengendalian gulma secara
Hama yang menyerang tanaman cabai di Desa Tambak Sogra adalah belalang dan kutu daun. Belalang menyebabkan bekas gigitan pada daun sedangkan kutu daun menyebabkan daun mengeriting dan mengundang semut.
Di dalam ini akan dijelaskan (1) pengendalian OPT secara kimiawi, (2) macam-macam pestisida, (3) peranan pestisida, (4) kelebihan, kekurangan, dan pengendalian pestisida, (5) klasifikasi pestisida, (6) formulasi pestisida, dan (7) cara menggunakan pestisida.
Maaf :-
Pengendalian hayati merujuk pada upaya memanfaatkan musuh alami secara terencana untuk mengendalikan organisme pengganggu, yang mencakup teknik introduksi, konservasi, dan augmentasi musuh alami. Meskipun dianggap relatif aman, pengendalian hayati memiliki batasan karena daya reproduksi musuh alami yang lebih lambat dari hama dan ketahanan mereka terhadap perubahan lingkungan.
Dokumen tersebut membahas pengendalian gulma secara terpadu pada tanaman padi dengan menggunakan jamur Colletotrichum gloeosporioides (C.g.a). C.g.a ditemukan pada tahun 1969 dan mampu menginfeksi dan membunuh gulma northern jointvetch secara selektif di lahan padi. Penelitian selanjutnya menunjukkan interaksi antara C.g.a dengan pestisida kimiawi dapat meningkatkan atau menghamb
Tiga cara pengendalian hama tanaman sayuran secara alami yang dijelaskan dalam dokumen ini adalah menggunakan perangkap hama, seperti perangkap lengket dan perangkap cahaya, pestisida nabati yang berasal dari tanaman seperti neem dan paprika, serta menggunakan konsep pengendalian hama terpadu yang melibatkan berbagai metode secara terpadu dan ramah lingkungan.
Pengendalian hayati melibatkan penggunaan musuh alami seperti predator, parasitoid, dan patogen untuk mengendalikan populasi hama secara alami. Terdapat tiga pendekatan pengendalian hayati yaitu augmentasi, importasi, dan konservasi musuh alami. Pengendalian hayati memiliki keuntungan seperti selektivitas tinggi dan tidak berbahaya bagi lingkungan, meskipun pelaksanaannya membutuhkan waktu dan sulit diprediksi.
Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit TanamanAri Sugiarto
Mikroorganisme seperti bakteri dan jamur dapat dimanfaatkan sebagai agen pengendali penyakit tanaman. Bakteri Bacillus thuringiensis umumnya digunakan karena toksinnya hanya berdampak pada serangga tertentu dan tidak berbahaya bagi spesies lain atau lingkungan. Penggunaan mikroorganisme alami sebagai pengendali hayati di masa depan diyakini memiliki prospek yang baik karena aman, ramah lingkungan, dan d
Dokumen tersebut membahas tentang pengendalian hayati yang mencakup konsep, prinsip, contoh-contoh, dan aplikasinya untuk mengendalikan hama penyakit tanaman, kerusakan tanaman, dan gulma. Agen biologis seperti bakteri, jamur, serangga, dan nematoda dapat digunakan sebagai alat pengendalian hayati untuk menekan populasi organisme merugikan.
Dokumen tersebut membahas berbagai alternatif pengendalian serangga, meliputi pendekatan kimia, biologi, fisik, dan genetik. Metode pengendalian serangga yang direkomendasikan adalah penggunaan predator, parasitoid, jamur dan bakteri patogen secara terpadu karena efektif, murah, dan ramah lingkungan.
Dokumen tersebut membahas tentang diagnosis hama tanaman. Langkah-langkah diagnosis hama tanaman meliputi melihat gejala di lapangan, mencatat informasi, mengumpulkan tanaman dan hama, serta mengidentifikasi hama berdasarkan morfologi, biologi, dan molekuler. Teknik identifikasi serangga didasarkan pada struktur tubuh seperti alat mulut, sayap, dan antena. Jenis alat mulut serangga meliputi mandibulata dan haustelata.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Efusi pleura adalah akumulasi cairan yang berlebihan pada rongga pleura, cairan tersebut mengisi ruangan yang mengelilingi paru. Cairan dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu pernapasan dengan membatasi peregangan paru selama inhalasi.
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam jumlah yang berlebihan di dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran cairan pleura. Dalam keadaan normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar 10-200 ml. Cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu <1,5 />< 30mm.
Diantara celah-celah sel ini terdapat sel limfosit
Di bawah sel-sel mesothelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit
Di bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan serat-serat elastik
Lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari a. Pulmonalis dan a. Brakhialis serta pembuluh limfe
Menempel kuat pada jaringanparu
Fungsinya. untuk mengabsorbsi cairan. Pleura
• Pleura parietalis
Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel mesothelial dan jaringan ikat (kolagen dan elastis)
Dalam jaringan ikat tersebut banyak mengandung kapiler dari a. Intercostalis dan a. Mamaria interna, pembuluh limfe, dan banyak reseptor saraf sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan temperatur. Keseluruhan berasal n. Intercostalis dinding dada dan alirannya sesuai dengan dermatom dada
Mudah menempel dan lepas dari dinding dada di atasnya
Fungsinya untuk memproduksi cairan pleura
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini mengenai gangguan pernapasan yang berjudul` EFUSI PLEURA`.adalah mengetahui patofisiologi dari penyakit pernapasan tersebut.
C. Rumusan Permasalahan
• Untuk mengetahui pengertian efusi pleura
• Untuk mengetahui etiologi efusi pleura
• Untuk mengetahui manifestasi efusi pleura
• Untuk mengetahui patofisiologi efusi pleura
• Untuk mengetahui diagnosis efusi pleura
• Untuk mengetahui pengobatan(penatalaksaan) efusi pleura
• Untuk meng
Bab I membahas latar belakang tentang gulma yang merugikan pertumbuhan tanaman dan lingkungan. Pengendalian gulma secara hayati menggunakan musuh alami gulma seperti hama, penyakit, dan jamur untuk menekan pertumbuhan gulma. Bab II membahas pengendalian gulma secara hayati dengan menggunakan musuh alami gulma dan kelebihan serta kekurangannya. Bab III membahas kesimpulan dan saran dari pengendalian gulma secara
Hama yang menyerang tanaman cabai di Desa Tambak Sogra adalah belalang dan kutu daun. Belalang menyebabkan bekas gigitan pada daun sedangkan kutu daun menyebabkan daun mengeriting dan mengundang semut.
Dokumen tersebut membahas tentang mata kuliah yang mencakup interaksi tanaman dan hama, pengendalian hama secara terpadu, dan beberapa kasus lapangan pengendalian hama utama di Indonesia. Tujuan instruksionalnya adalah agar mahasiswa memahami konsep pengendalian hama secara holistik dan terintegrasi.
Teks tersebut membahas tentang pengertian ekologi hewan dan ruang lingkupnya, serta manfaat ekologi hewan bagi manusia. Ekologi hewan mempelajari interaksi antara hewan dengan lingkungan biotik dan abiotik, meliputi sebaran dan kelimpahan hewan. Ruang lingkup ekologi hewan terbagi menjadi sinekologi yang mempelajari komunitas hewan, dan autekologi yang mempelajari satu spesies hewan. Manfaat ekolog
Dokumen tersebut membahas tentang pengendalian hama secara biologi dan varietas tahan hama. Secara biologi meliputi penggunaan organisme berguna seperti predator dan parasitoid untuk membatasi populasi hama. Varietas tahan hama dikembangkan dengan menemukan sifat tahan pada tanaman dan mengembangkannya untuk varietas baru yang lebih tahan serangan hama.
Dokumen tersebut menjelaskan berbagai alat musik tradisional Indonesia beserta asal daerah dan cara memainkannya. Terdapat 20 alat musik yang dijelaskan masing-masing memiliki jenis bunyi yang berbeda seperti aerofon, membranofon, kordofon, dan ideofon. Alat-alat musik tersebut berasal dari berbagai provinsi di Indonesia.
Cerita ini menceritakan tentang Hang Tuah, seorang pemuda yang membela diri dari pemberontak dengan kapaknya. Ia kemudian menjadi pahlawan setelah membunuh pemberontak tersebut. Namun Tumenggung dan pegawai lain merasa iri dan menghasut raja dengan mengatakan Hang Tuah berkhianat. Akhirnya Hang Tuah diusir dari istana.
This document outlines the family tree of Drs. H.M Gaffar Hamid. It details his ancestors and their marriages which produced children. Specifically, it notes that:
1) P. Beddu married P. Nini and they had a son named Dupa
2) Dupa first married M. Said and they had a daughter named Habasiah
3) Dupa second married H. M. Said and they had a son named H. M. Sanusi Said
4) The Supreme Court ruled in 1983 that Habasiah Hamid and H. M. Sanusi Said were the rightful heirs in the inheritance case.
Makalah ini membahas tentang haji dan umrah dengan menjelaskan pengertian, syarat, rukun, dan tahapan pelaksanaan masing-masing ibadah. Haji merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan sekali seumur hidup, sedangkan umrah adalah ibadah sunnah. Kedua ibadah tersebut memerlukan pemenuhan syarat-syarat dan pelaksanaan rukun-rukun tertentu agar sah.
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Warnet Raha
Dokumen ini berisi tentang manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. "W" di RSUD Kabupaten Muna. Ibu melahirkan anak ketiga pada tanggal 21 Februari 2017. Pemeriksaan menunjukkan ibu dalam kondisi baik namun mengeluhkan nyeri perut bagian bawah. Diagnosa yang ditegakkan adalah post partum hari pertama dengan masalah nyeri perut bagian bawah. Rencana asuhan dirancang untuk memastikan ke
1. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehadiran gulma dianggap merugikan karena mengganggu kepentingan dan aktivitas
manusia/kegiatan pertanian dan pengendalian gulma merupakan usaha untuk meningkatkan
daya saing tanaman dan melemahkan daya saing gulma.
Pengendalian hayati dalam arti luas mencakup setiap usaha pengendalian
organisme pengganggu dengan tindakan yang didasarkan ilmu hayat (biologi). Secara umum
populasi organisme di alam berada dalam keadaan seimbang pada jenjang populasi tertentu.
Hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan dan juga faktor dalam populasi sendiri, yang
mengendalikan populasi tersebut. Salah satu kelompok faktor lingkungan itu adalah musuh
alami yang mencakup parasitoid, predator, dan patogen.
Pada dasarnya setiap organisme di alam mempunyai musuh alami. Musuh alami tersebut
dalam habitat alaminya berperan sebagai komponen untuk menekan pertumbuhan gulma
sehingga terjadi keseimbangan ekologis. Tujuan pengendalian Hayati bukan pemusnahan
tetapi penekanan gulma agar secara ekonomi dan ekologi tidak merugikan. Dengan
demikian, efektifitas pengendalian secara hayati diharapkan dapat berlanjut dalam waktu
lama karena keseimbangan ekologis baru antara gulma dan musuh alaminya telah tercapai.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengamati langsung
organisme yang menjadi musuh alami dari gulma yang dikumpulkan dari lapang.
2. II. TINJAUAN PUSTAKA
Musuh Alami adalah Suatu mahluk hidup (organisme > Predator, Parasitoid dan Patogen)
yang dapat mengendalikan hama penyakit dan gulma (OPT) Musuh alami terdiri dari
pemangsa/predator, parasitoid dan patogen. Pemangsa adalah binatang (serangga, laba-laba
dan binatang lain) yang memakan binatang lain sehingga menyebabkan kematian. Kadang-
kadang disebut “predator”. Predator berguna karena memakan hama tanaman. Semua laba-
laba dan capung merupakan contoh pemangsa. Parasitoid adalah serangga yang hidup di
dalam atau pada tubuh serangga lain, dan membunuhnya secara pelan-pelan. Parasitoid
berguna karena membunuh serangga hama, sedangkan parasit tidak membunuh inangnya,
hanya melemahkan.
Ada beberapa jenis tawon (tabuhan) kecil sebagai parasitoid serangga hama. Patogen adalah
penyebab penyakit yang menyerang binatang atau makhluk lain. Patogen berguna karena
mematikan banyak jenis serangga hama tanaman teh. Ada beberapa jenis patogen, antara lain
jamur, bakteri dan virus.
Musuh alami sebaiknya dilestarikan karena mereka merupakan teman petani. Semua jenis
musuh alami membantu petani mengendalikan hama dan penyakit. Karena itu, musuh alami
jangan dibunuh atau dimusnahkan. Langkah pertama dalam hal melestarikan musuh alami
adalah: jangan menggunakan pestisida kimia! Langkah kedua: menjaga berbagai jenis
tanaman, terutama tanaman berbunga, di kebun atau sekitar kebun. Jika terdapat bermacam-
macam tanaman di kebun, biasanya jumlah musuh alami yang berada di kebun juga lebih
banyak. (Baca juga bagian mengenai bunga di halaman ‘Parasitoid’). Langkah ketiga:
mengusahakan lingkungan yang sesuai untuk kehidupan musuh alami tersebut (konservasi)
(Sukman Y. 2002 ).
Berdasarkan campur tangan yang terjadi maka dibedakan antara pengendalian alami dan
pengendalian hayati. Perbedaan utama terletak pada ada atau tidaknya campur tangan
manusia dalam ekosistem. Dalam pengendalian alami disamping musuh alami sebagai
pengendali hayati masih ada iklim dan habitat sebagai faktor pengendali non hayati. Sedang
pada pengendalian hayati ada campur tangan manusia yang mengelola gulma dengan
memanipulasi musuh alaminya.
Pengendalian hayati merupakan metode yang paling layak dan sekaligus paling sulit
dipraktekkan karena memerlukan derajat ketelitian tinggi dan serangkaian test dalam jangka
waktu panjang (bertahun-tahun) sebelum suatu organ pengendali hayati dilepas untuk
pengendalian suatu species gulma. Dasar pengendalian hayati adalah kenyataan bahwa di
alam ada musuh-musuh alami yang mampu menekan beberapa species gulma ( Tora. 2012).
Ada beberapa syarat utama yang dibutuhkan agar suatu makhluk dapat digunakan sebagai
pengendali alami :
1. Makhluk tersebut tidak merusak tanaman budidaya atau jenis tanaman pertanian lainnya,
meskipun tanaman inangnya tidak ada.
2. Siklus hidupnya menyerupai tumbuhan inangnya, misalnya populasi makhluk ini akan
meningkat jika populasi gulmanya juga meningkat.
3. Harus mampu mematikan gulma atau paling tidak mencegah gulma membentuk
biji/berkembang biak.
4. Mampu berkembang biak dan menyebar ke daerah-daerah lain yang ditumbuhi inangnya.
5. Mempunyai adaptasi baik terhadap gulma inang dan lingkungan yang ditumbuhinya ( Dwi
Hartoyo,SP. 2001 ).
3. III. BAHAN DAN METODE
A. Alat dan bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain pot, kain kasa, tali rapia dan
alat tulis. Serta bahan yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain gulma golongan
rumput, teki, dan daun lebar
B. Metode
Adapun prosedur kerja pengamatan langsung pengendalian gulma secara hayati, antara lain :
1. Mengidentifikasi 3 jenis gulma dari golongan rumput, teki dan daun lebar
2. Menanam ketiga jenis gulma tersebut dalam satu pot tanam.
3. Memasukkan organisme musuh alami (Ulat atau Belalang) pada gulma yang telah
diidentifikasi.
4. Menutup atau mengurung pot dengan kain kasa lalu ikat dengan tali rapia agar organism
musuh alami gulma tidak dapat keluar.
5. Melakukan pengamatan gejala serta intensitas serangan musuh alami terhadap masing-
masing jenis gulma.
4. IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Data pengamatan
Musuh alami belalang (kelompok 3)
Jenis gulma Jumlah Presentase kerusakan (%)
Hari ke-
1 2 3 4 5 6 7
Cyperus kyllingia 3 0 0 1 3 4 5 5
Chloris barbata 2 0 3 5 8 11 13 15
Acalypha 2 0 1 3 6 8 10 10
Musuh alami ulat (kelompok 5)
No Jenis gulma Presentase kerusakan per hari (%)
1 2 3 4 5 6 7
1 Gulma golongan rumput 0 0 3 6 8 10 -
2 Gulma golongan teki - - - - - - -
3 Gulma golongan daun lebar - - 4 7 10 12 -
B. Pembahasan
Pengendalian hayati dibedakan dari pengendalian alami hanya dalam hal keterlibatan
manusia dalam menangani agen pengendali yang terlibat. Dalam pengendalian
hayati, agen hayati secara sengaja diintroduksi, dibiakkan secara masal, dan
kemudian dilepaskan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan.
Sebaliknya, dalam pengendalian alami agen pengendali ada dengan sendirinya di
alam.Pengendalian hayati pada gulma adalah suatu cara pengendalian dengan
menggunakan musuh-musuh alami baik hama (insekta), penyakit (patogen), jamur
dan sebagainya guna menekan pertumbuhan gulma. Dasar pengendalian hayati
adalah kenyataan bahwa di alam ada musuh-musuh alami yang mampu menekan
beberapa species gulma.Hal ini biasa ditujukan terhadap suatu species gulma asing
yang telah menyebar secara luas di suatu daerah. Pemberantasan gulma secara total
bukanlah tujuan pengendalian hayati karena dapat memusnahkan agen-agen hayati
yang lain.
Pada praktikum ini digunakan musuh alami berupa 5 belalang yang berukuran kecil
sampai sedang yang dimasukkan pada pot yang telah dikurung dengan kain kasa.
Belalang tersebut di dapatkan pada habitat gulma tersebut berada sebelum
dipindahkan ke pot. Berdasarkan data pengamatan yang telah dilakukan presentase
kerusakan semakin hari semakin tinggi hal ini dapat diketahui dan dilihat dari gejala
kerusakan yang semakin bertambah meluas. Gejala kerusakan yang terdapat pada
gulma seperti daun dan batang bergerigi, daun berlubang, dan batang yang patah
akibat dimakan belalang.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dari ketiga golongan jenis gulma
yang di tanam di pot tersebut presentase kerusakan paling tinggi pada gulma
golongan rumput (Chloris barbata). Sedangkan presentase kerusakan paling rendah
pada gulma golongan teki (Cyperus kyllingia). Belalang lebih menyukai memakan
gulma golongan rumput dengan gejala kerusakan paling banyak ditemukan berupa
5. batang yang patah dan bergerigi serta daun bergerigi dan seperti terpotong pada
bagian ujungnya, sedangkan pada golongan gulma daun lebar gejala kerusakan
terdapat pada daun yang berlubang dan pinggiran daun yang bergerigi, dan pada
gulma golongan teki kerusakan terdapat pada bagian daunnya yang bergerigi. Selain
itu kecenderungan musuh alami untuk lebih tertarik kepada jenis rumput dan daun
lebar dibandingkan dengan golongan teki sehinngga secara umum daun lebar dan
teki akan menunjukan gejala serangan lebih dominan dibandingkan dengan gulma
golongan teki.
6. V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum ini antara lain :
1. Pengendalian hayati pada gulma adalah suatu cara pengendalian dengan
menggunakan musuh-musuh alami baik hama (insekta), penyakit (patogen), jamur.
2. Dasar pengendalian hayati adalah kenyataan bahwa di alam ada musuh-musuh alami
yang mampu menekan beberapa species gulma
3. Gejala kerusakan yang terdapat pada gulma seperti daun dan batang bergerigi, daun
berlubang, dan batang yang patah
4. Presentase kerusakan paling tinggi pada gulma golongan rumput sedangkan
presentase kerusakan paling rendah pada gulma golongan teki pada kedua musuh alami
yaitu ulat dan belalang.
7. DAFTAR PUSTAKA
Dwi Hartoyo,SP. 2001. http://www.htysite.com/hama%20musuh%20alami%
2001.htm. Diakses pada tanggal 07 Desember 2012. Pukul 17 : 00 WIB.
Sukman Y. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT. RajaGrafindo Persada.
Jakarta.
Tora. 2012. http://nandagokilz1.wordpress.com/2012/05/19/pengendalian-gulma-secara-
hayati/. Diakses pada tanggal 07 Desember 2012. Pukul 18 : 30 WIB.
v