Dokumen tersebut membahas tentang pengendalian gulma secara preventif, meliputi upaya-upaya seperti menggunakan biji tanaman yang bersih, mencegah masuknya gulma asing, membersihkan lahan dari biji gulma, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mencegah terbentuknya biji gulma baru.
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa) dan MANGGA (Mangifera indica) di AREAL PERSAWAHAN BALAI BENIH PALUR, DESA SONOBIJO, KEC. MOJOLABAN, KAB. SUKOHARJO, SURAKARTA”
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa) dan MANGGA (Mangifera indica) di AREAL PERSAWAHAN BALAI BENIH PALUR, DESA SONOBIJO, KEC. MOJOLABAN, KAB. SUKOHARJO, SURAKARTA”
Di dalam ini akan dijelaskan (1) pengendalian OPT secara kimiawi, (2) macam-macam pestisida, (3) peranan pestisida, (4) kelebihan, kekurangan, dan pengendalian pestisida, (5) klasifikasi pestisida, (6) formulasi pestisida, dan (7) cara menggunakan pestisida.
Maaf :-
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...UNESA
1. Ada 145 botol media steril yang dihasilkan dari praktikum pembutan media MS (Murashige & Skoog), yaitu media A sejumlah 47 botol, media B sejumlah 50 botol, dan media C sejumlah 48 botol, dan tidak ada yang mengalami kontaminasi.
2. Pada eksplan embrio Kacang Tanah (Arachis hypogaea) yang ditanam pada botol media MS (Murashige & Skoog) ada 3 eksplan dan semuanya mengalami kontaminasi bakteri yang dapat dilihat dari warna akar dan tunas kacang tanah yang berwarna jingga.
3. Faktor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur jaringan pada praktikum ini adalah:
- Organisme kecil yang masuk ke dalam media berupa bakteri
- Botol kultur atau alat-alat tanam yang kurang steril
- Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor
- Kecerobohan dalam pelaksanaan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Efusi pleura adalah akumulasi cairan yang berlebihan pada rongga pleura, cairan tersebut mengisi ruangan yang mengelilingi paru. Cairan dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu pernapasan dengan membatasi peregangan paru selama inhalasi.
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam jumlah yang berlebihan di dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran cairan pleura. Dalam keadaan normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar 10-200 ml. Cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu <1,5 />< 30mm.
Diantara celah-celah sel ini terdapat sel limfosit
Di bawah sel-sel mesothelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit
Di bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan serat-serat elastik
Lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari a. Pulmonalis dan a. Brakhialis serta pembuluh limfe
Menempel kuat pada jaringanparu
Fungsinya. untuk mengabsorbsi cairan. Pleura
• Pleura parietalis
Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel mesothelial dan jaringan ikat (kolagen dan elastis)
Dalam jaringan ikat tersebut banyak mengandung kapiler dari a. Intercostalis dan a. Mamaria interna, pembuluh limfe, dan banyak reseptor saraf sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan temperatur. Keseluruhan berasal n. Intercostalis dinding dada dan alirannya sesuai dengan dermatom dada
Mudah menempel dan lepas dari dinding dada di atasnya
Fungsinya untuk memproduksi cairan pleura
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini mengenai gangguan pernapasan yang berjudul` EFUSI PLEURA`.adalah mengetahui patofisiologi dari penyakit pernapasan tersebut.
C. Rumusan Permasalahan
• Untuk mengetahui pengertian efusi pleura
• Untuk mengetahui etiologi efusi pleura
• Untuk mengetahui manifestasi efusi pleura
• Untuk mengetahui patofisiologi efusi pleura
• Untuk mengetahui diagnosis efusi pleura
• Untuk mengetahui pengobatan(penatalaksaan) efusi pleura
• Untuk meng
Di dalam ini akan dijelaskan (1) pengendalian OPT secara kimiawi, (2) macam-macam pestisida, (3) peranan pestisida, (4) kelebihan, kekurangan, dan pengendalian pestisida, (5) klasifikasi pestisida, (6) formulasi pestisida, dan (7) cara menggunakan pestisida.
Maaf :-
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...UNESA
1. Ada 145 botol media steril yang dihasilkan dari praktikum pembutan media MS (Murashige & Skoog), yaitu media A sejumlah 47 botol, media B sejumlah 50 botol, dan media C sejumlah 48 botol, dan tidak ada yang mengalami kontaminasi.
2. Pada eksplan embrio Kacang Tanah (Arachis hypogaea) yang ditanam pada botol media MS (Murashige & Skoog) ada 3 eksplan dan semuanya mengalami kontaminasi bakteri yang dapat dilihat dari warna akar dan tunas kacang tanah yang berwarna jingga.
3. Faktor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur jaringan pada praktikum ini adalah:
- Organisme kecil yang masuk ke dalam media berupa bakteri
- Botol kultur atau alat-alat tanam yang kurang steril
- Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor
- Kecerobohan dalam pelaksanaan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Efusi pleura adalah akumulasi cairan yang berlebihan pada rongga pleura, cairan tersebut mengisi ruangan yang mengelilingi paru. Cairan dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu pernapasan dengan membatasi peregangan paru selama inhalasi.
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam jumlah yang berlebihan di dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran cairan pleura. Dalam keadaan normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar 10-200 ml. Cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu <1,5 />< 30mm.
Diantara celah-celah sel ini terdapat sel limfosit
Di bawah sel-sel mesothelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit
Di bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan serat-serat elastik
Lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari a. Pulmonalis dan a. Brakhialis serta pembuluh limfe
Menempel kuat pada jaringanparu
Fungsinya. untuk mengabsorbsi cairan. Pleura
• Pleura parietalis
Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel mesothelial dan jaringan ikat (kolagen dan elastis)
Dalam jaringan ikat tersebut banyak mengandung kapiler dari a. Intercostalis dan a. Mamaria interna, pembuluh limfe, dan banyak reseptor saraf sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan temperatur. Keseluruhan berasal n. Intercostalis dinding dada dan alirannya sesuai dengan dermatom dada
Mudah menempel dan lepas dari dinding dada di atasnya
Fungsinya untuk memproduksi cairan pleura
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini mengenai gangguan pernapasan yang berjudul` EFUSI PLEURA`.adalah mengetahui patofisiologi dari penyakit pernapasan tersebut.
C. Rumusan Permasalahan
• Untuk mengetahui pengertian efusi pleura
• Untuk mengetahui etiologi efusi pleura
• Untuk mengetahui manifestasi efusi pleura
• Untuk mengetahui patofisiologi efusi pleura
• Untuk mengetahui diagnosis efusi pleura
• Untuk mengetahui pengobatan(penatalaksaan) efusi pleura
• Untuk meng
1. Pengetian Globalisasi
2. Dampak Globalisasi Terhadap Bidang Politik Di Indonesia
3. Langkah Langkah Yang Perlu Diambil Indonesia Dalam Menghadapi Dampak Globalisasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Efusi pleura adalah akumulasi cairan yang berlebihan pada rongga pleura, cairan tersebut mengisi ruangan yang mengelilingi paru. Cairan dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu pernapasan dengan membatasi peregangan paru selama inhalasi.
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam jumlah yang berlebihan di dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran cairan pleura. Dalam keadaan normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar 10-200 ml. Cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu <1,5 />< 30mm.
Diantara celah-celah sel ini terdapat sel limfosit
Di bawah sel-sel mesothelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit
Di bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan serat-serat elastik
Lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari a. Pulmonalis dan a. Brakhialis serta pembuluh limfe
Menempel kuat pada jaringanparu
Fungsinya. untuk mengabsorbsi cairan. Pleura
• Pleura parietalis
Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel mesothelial dan jaringan ikat (kolagen dan elastis)
Dalam jaringan ikat tersebut banyak mengandung kapiler dari a. Intercostalis dan a. Mamaria interna, pembuluh limfe, dan banyak reseptor saraf sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan temperatur. Keseluruhan berasal n. Intercostalis dinding dada dan alirannya sesuai dengan dermatom dada
Mudah menempel dan lepas dari dinding dada di atasnya
Fungsinya untuk memproduksi cairan pleura
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini mengenai gangguan pernapasan yang berjudul` EFUSI PLEURA`.adalah mengetahui patofisiologi dari penyakit pernapasan tersebut.
C. Rumusan Permasalahan
• Untuk mengetahui pengertian efusi pleura
• Untuk mengetahui etiologi efusi pleura
• Untuk mengetahui manifestasi efusi pleura
• Untuk mengetahui patofisiologi efusi pleura
• Untuk mengetahui diagnosis efusi pleura
• Untuk mengetahui pengobatan(penatalaksaan) efusi pleura
• Untuk meng
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Efusi pleura adalah akumulasi cairan yang berlebihan pada rongga pleura, cairan tersebut mengisi ruangan yang mengelilingi paru. Cairan dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu pernapasan dengan membatasi peregangan paru selama inhalasi.
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam jumlah yang berlebihan di dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran cairan pleura. Dalam keadaan normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar 10-200 ml. Cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu <1,5 />< 30mm.
Diantara celah-celah sel ini terdapat sel limfosit
Di bawah sel-sel mesothelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit
Di bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan serat-serat elastik
Lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari a. Pulmonalis dan a. Brakhialis serta pembuluh limfe
Menempel kuat pada jaringanparu
Fungsinya. untuk mengabsorbsi cairan. Pleura
• Pleura parietalis
Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel mesothelial dan jaringan ikat (kolagen dan elastis)
Dalam jaringan ikat tersebut banyak mengandung kapiler dari a. Intercostalis dan a. Mamaria interna, pembuluh limfe, dan banyak reseptor saraf sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan temperatur. Keseluruhan berasal n. Intercostalis dinding dada dan alirannya sesuai dengan dermatom dada
Mudah menempel dan lepas dari dinding dada di atasnya
Fungsinya untuk memproduksi cairan pleura
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini mengenai gangguan pernapasan yang berjudul` EFUSI PLEURA`.adalah mengetahui patofisiologi dari penyakit pernapasan tersebut.
C. Rumusan Permasalahan
• Untuk mengetahui pengertian efusi pleura
• Untuk mengetahui etiologi efusi pleura
• Untuk mengetahui manifestasi efusi pleura
• Untuk mengetahui patofisiologi efusi pleura
• Untuk mengetahui diagnosis efusi pleura
• Untuk mengetahui pengobatan(penatalaksaan) efusi pleura
• Untuk meng
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena
menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Gulma yang selalu tumbuh di
sekitar pertanaman (crop) mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan serta hasil akhir.
Adanya gulma tersebut membahayakan bagi kelangsungan pertumbuhan dan
menghalangi tercapainya sasaran produksi pertanaman pada umumnya. Pengendalian
gulma hendaknya dilaksanakan jika kita telah memiliki pengetahuan tentang gulma itu.
Pengendalian dapat berbentuk pencegahan dan pemberantasan. Mencegah biasanya lebih
murah tetapi tidak selalu lebih mudah. Di negara-negara yang sedang membangun
kegiatan pengendalian yang banyak dilakukan orang adalah pemberantasan.
2. BAB II
PEMBAHASAN
Pengendalian gulma secara preventif adalah pengendalian dengan cara mencegah
terjadinya infeksi dari pada mengobati. Pengendalian gulma secara preventif terbagi atas
karantina, penggunaan biji yang bersih, memperhatikan sisa-sisa tanaman pertanian(jerami)
yang akan dipergunakan sebagai pakan ternak, tidak menggunakan pupuk kandang yang
masih baru, mencegah hewan ternak berpindah langsung ke daerah lain, penggunaan alat
pertanian, penggunaan tanah atau pasir, pembersihan bahan tanaman yang akan ditanam,
pembersihan tebung-tebing saluran pengairan, pembersihan gulma di tepi jalan, mencegah
terbentuknya biji-biji gulma dengan cara melakukan pembabatan gulma sebelum berbunga,
dan dengan cara meningkatkan kesadaran masyarakat.
Cara ini teruatama ditujukan terhadap species-species gulma yang sangat
merugikan dan belum terdapat tumbuh di lingkungan kita. Species gulma asing yang
cocok tumbuh di tempat-tempat baru dapat menjadi pengganggu yang dahsyat
(eksplosif). Misalnya kaktus di Australia, eceng gondok di Asia-Afrika. Cara-cara
pencegahan masuk dan menyebarkan gulma baru antara lain adalah :
a. Dengan pembersihan bibit-bibit pertanaman dari kontaminasi biji-biji gulma.
b. Pencegahan pemakaian pupuk kandang yang belum matang.
c. Pencegahan pengangkutan jarak jauh jerami dan rumput-rumput makanan ternak.
d. Pemberantasan gulma di sisi-sisi sungai dan saluran-saluran pengairan.
e. Pembersihan ternak yang akan diangkut.
f. Pencegahan pengangkutan tanaman berikut tanahnya dan lain sebagainya.
Apabila hal-hal tersebut di atas tidak dapat dilaksanakan dengan baik, maka harus
dicegah pula agar jangan sampai gulma berbuah dan berbunga. Di samping itu juga
mencegah gulma tahunan (perennial weeds) jangan sampai berbiak terutama dengan cara
vegetatif.
Tindakan paling dini dalam upaya menghindari kerugian akibat invasi gulma adalah
pencegahan (preventif). Pencegahan dimaksud untuk mengurangi pertumbuhan gulma agar
usaha pengendalian sedapat mungkin dikurangi atau ditiadakan.
Pencegahan sebenarnya merupakan langkah yang paling tepat karena kerugian yang
sesungguhnya pada tanaman budidaya belum terjadi. Pencegahan biasanya lebih murah,
namun demikian tidak selalu lebih mudah. Pengetahuan tentang cara-cara penyebaran gulma
sangat penting jika hendak melakukan dengan tepat.
3. A. Peniadaan Sumber Invasi dan Sanitasi
Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk meniadakan sumber invasi adalah
1. Menggunakan biji tanaman yang bersih dan tidak tercampur biji lain terutama biji-biji
gulma.
2. Menghindari penggunaan pupuk kandang yang belum matang.
3. Membersihkan tanah-tanah yang berasal dari tempat lain, tubuh dan kaki ternak dari
biji-biji gulma.
4. Mencegah pengangkutan tanaman beserta tanahnya dari tempat-tempat lain, karena
pada bongkahan tanah tersebut kemungkinan mengandung biji-biji gulma.
5. Pembersihan gulma dipinggir-pinggir sungai dan saluran air.
6. Menyaring air pengairan agar tidak membawa biji-biji gulma ke petak-petak
pertanaman yang diairi.
B. Karantina Tumbuhan
Karantina tumbuhan mencegah masuknya organisme pengganggu tumbuhan lewat
perantaraan lalu-lintas/perdagangan. Karantina tumbuhan merupakan cara pengendalian tidak
langsung dan relatif paling murah.
Karantina dapat diartikan
Menempatkan sesuatu didalam suatu tempat tertentu yang terpisah.
Menempatkan sesuatu didalam suatu tempat tertentu yang terpisah dalam jangka
waktu tertentu.
Kegiatan pengasingan(isolasi)
pembatasan.
Pencegahan
Karantina adalah tempat pengasingan atau suatu tindakan sebagai upaya pencegahan masuk
dan tersebarnya hama dan penyakit atau organisme pengganggu tanaman dari luar negeri dan
dari suatu area ke area lain didalam negeri.atau keluarnya dari dalam wilayah.
Adapun tujuan dari karantina adalah
Mencegah masuknya organisme pengganggu tumbuhan karantina dari luar negeri
kedalam negeri.
Mencegah tersebarnya organisme penggangu tumbuhan karantina dari suatu area
kearea lain.
Menjaga kesehatan manusia dari residu pestisida yang ada pada hasil pertanian.
4. Hal itu dilakukan guna untuk mencegah masuknya organisme penggangu tanaman agar tidak
masuk kesuatu Negara karena organism pengganggu tanaman tersebut dapat menjadi hama
utama di Negara tersebut,yang dapat merusak pertanian yang ada dinegara tersebut
Adapun tujuan dari karantina adalah
- Mencegah masuknya organisme penggangu tumbuhan karantinabagi luar negri
kedalam negri
- Mencegah tersebarnya organime pengganggu tumbuhan karantina dari suatu area ke
area lain
- Menjaga kesehatan manusia dari residu yang ada pada hasil pertanian.
Hal itu dilakukan guna mencegah masuknya organime penggangu tanaman agar tidak
masuk ke suatu negara karena organisme penggangu tanaman tersebut dapat menjadi hama
utama di negara tersebut. Yang dapat merusdak pertanian yang ada di negara area tersebut.
Dalam kegiatan karantina tumbuhan. Pemerintah mengeluarkan perpu tentang mencegah
masuknya organisme penggangu tanaman (OPT) adalah pelindungan tanaman yaitu UU. No
12 tahun 1992, tentang sistem budi daya tanaman pada pasal 1. UU tersebut organisme
penggangu tumbuhan di defenisikan sebagai semua organisme yang dapat merusak
menggangu kehidupan atau menyebabkan kematian tumbuhan.
Secara botanis tumbuhan mencangkup berbagai jenis organisme mulai dari tumbuhan
berbunga Algae, bahkan sampai pada jamur tumbuhan berbeda dengan tanaman hanya dalam
keterlibatan manusia dalam membudi dayakan, dalam hal ini tumbuhan mencakup yang
tumbuhan liar maupun yang di budi dayakan sedangkan tanaman mencangkuphanya yang di
budidayakan.
Bila defenisi organisme penggangu tumbuhan tidak disikapi dengan hati-hati maka justru
akan membingungkan gulma termaksud tumbuhan dan oleh karena itu musuh alaminya
menurut defenisi di atas merupakan organisme pengganggu tumbuhan padahal sebenarnya,
musuh alaminya gulma adalah sarana pengendalian dalam pelindungan tanaman melalui
tindakan pengendalian. Demikan juga dengan jamur yang juga tergolong sebagai tumbuhan
sehingga semua organime yang dapat merusak, menggangu kehidupan atau menyebabkan
kematian tumbuhan harus dikatagorikan sebagai organisme penggangu tumbuhan. Padahal
berbagai jenis jamur, sebagai halnya gulma justru merupakan organisme yang merusak,
menggangu kehidupan atau menyebabkan kematian tumbuhan lain dalam hal ini tanaman.
Selain itu mengingat konsep tumbuhan yang mencangkup tumbuhan liar atau tumbuhan budi
daya (tanaman) segala jenis organisme yang dapat merusak, menggangu kehidupan atau
menyebabkan kematian tumbuhan liar juga harus dikatagorikan sebagai OPT. Dan dalam hal
ini tentu saja termaksud unsur alami gulma dan musuh alami jamur perusak tanaman. Akan
tetapi karena perlindungan tanaman didefenisikan sebagai segala upaya mencegah kerugian
pada budidaya tanaman tidak mencangkup perlindungan terhadap tumbuhan liar, sekalipun
terhadap gangguan yang disebabkan oleh OPT yang mengancam kepunahan tumbuhan liar
tesebut.
5. Bagaiman dengan kerusakan ganguan terhadap kehidupan atau kematian tanaman yang di
sebabkan oleh pencuri ? manusia adalah juga organisme dan pencurian, meskipun mungkin
bisa dan mungkin juga tidak merusak. Menggangu kehidupan untuk menyebabkan kematian
tanaman, jelas menimbulkan kehilangan hasil. Beberapa defenisi mengenai perlindungan
tanaman antaranya definisi menurut Wikipedia memasukan pencuri sebagai OPT. Karena
pencuri saja dapat digolongkan OPT. Apalagi ternak yang di biarkan berkeliaran oleh
pemiliknya sehingga dapat merusak, menggangu kehidupan atau bahkan menyebabkan
kematian tanaman dengan sendirinya dapat di golongkan sebagai OPT. Hal yang sama juga
berlaku bagi satwa liar yang dilindungi seperti gajah bila masuk kepermukinan penduduk dan
merusak menggangu kehidupan atau mematikan tanaman. Maka dapat berstatus sebagai OPT
hanya saja, karena manusia, ternak,dan satwa liar tidak dapat disamakan dari segi nilainya
dengan jenis OPT lainya maka upanya perlindungan tanaman terhadap pencurian, dan
terhadap kerusakan, gangguan kehidupan atau kematian yang disebabkan oleh ternak dan
satwa liar tidak dapat sama dengan yang dilakukan, terhadap serangga hama yaitu dengan
membunuhnya ( apalagi dengan prestesida) OPT khusus ini perlindungan tanaman secara
khusus misalnya dengan memberikan sanksi hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, untuk perlakuan yang berbeda juga berlaku bagi OPT berbahaya di
negara asing tetapi belum terdapat di indonesia yang karena potensi berbahaya yang
ditimbulkannya di tetapkan sebagai OPT melalui peraturan perundang-undangan
perlindungan tanaman terhadap OPT. Katagori ini dilakukan melalui tindakan pencegahan
masuk, menyebar , atau keluar oleh instasi karantina.
Defenisi organisme pengganggu tumbuhan sebagaimana yang telah di uraikan merupakan
defenisi menurut undang-undang yang belaku sehingga meskipun agak rancu dan
membingungkan tetap Harus diterima karena bersifat mengikat meskipun demikian
pertanyaan yang timbul adalah bagaimana kaitan istilah organisme pengganggu tumbuhan
dengan istilah hama, penyakit, dan gulma yang telah digunakan sebelum undang-undang No.
12 ditetapkan hama dan gulma adalah organisme sehingga dengan sendirinya merupakan
kategori dari OPT. Tetapi penyakit bukan organisme melainkan proses yang terjadi pada
tanaman ketika tanaman dirusak atau diganggu kehidupanya oleh organisme lain golongan
tertentu. Oleh karena itu panyakit bukan merupakan organisme pengganggu tumbuhan.
Organisme seperti ini adalah organisme yang menjadi penyebab terjadinya penyakit atau
lazim disebut patogen dengan demikian, organisme pengganggu tumbuhan terdiri atas hama,
patogen, dan gulma, bukan terdiri atas hama penyakit dan gulma.
Sistem pengendalian hama terpadu adalah upaya pengendalian populasi atau tingkat
serangan organisme pengganggu tumbuhan dengan menggunakan satu atau lebih dari
berbagai tehnik pengendalian yang di kembangkan dalam satu kesatuan untuk mencegah
timbulnya kerugian secara ekonomis dan kerusakan lingkungan hidup. Namun penjelasan ini
bukanya memperjelas tetapi justru menimbulkan dua permasalahan baru. pertama
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan di defenisikan semata-mata berdasarkan atas
dasar populasi atau tingkat serangan tanpa mencangkup nilai dari tumbuhan yang dirusak,
diganggu atau dimatikan. kedua defenisi ini menyiratkan seakan-akan pengendalian hama
terpadu hanya mencangkup tindakan pengendalian. padahal sebagai sistem perlindungan
tanaman pengendalian hama terpadu seharusnya juga mencangkup pencegahan masuk/keluar,
pengendalian, dan eradikasi.
6. KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makah ini dengan baik yang berjudul
“ PENGENDALIAN GULMA SECARA PREVENTIF”.
Penyusunan makalah ini juga tidak lepas dari dukungan teman-teman serta dosen
kami. Sehingga makalah ini terselesaikan dengan tepat waktu.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karna itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Raha, November 2014
Penulis
7. TUGAS
PENGENDALIAN GULMA
SECARA PREVENTIF
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1. IQBAL TANDO
2. WA BAENA
3. WA ODE HUSNI
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN WUNA
( STIP WUNA )
2014