SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
Ns. Badrul Munif.,S.Kep.,M.Kep
KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASA
Definisi
 Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan emosi yang
merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau
marah (Iyus Yosep & Titin Sutini, 2007)
 merupakan rasa marah dan bermusuhan yang kuat serta
kehilangan control emosi, Sehingga dapat melukai diri
sendiri dan orang lain. (Abdul Muhith 2015)
 Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor
yang dihadapi oleh seseorang yang ditunjukkan degan
perilaku actual melakukan kekerasan baik pada diri sendiri
maupun lingkungan
Disimpulkan
Perilaku kekerasan adalah suatu respon terhadap
stimulus internal maupun eksternal yang memicu
individu untuk melakukan kekerasan baik secara
verbal maupun non verbal terhadap diri sendiri atau
orang lain.
FAKTOR TERJADINYA PERILAKU KEKERASAN
 Faktor Predisposisi
Factor predisposisi merupakan factor resiko dan protektif
yang mempengaruhi terjadinya gangguan jiwa. Factor
predisposisi meliputi biologis, psikologis, dan social
(Stuart, 2016).
Biologis: Meliputi latar belakang genetic, status nutrisi,
kepekaan biologis, kesehatan secara umum dan
keterpaparan pada racun.
Psikologis : Meliputi intelegensi, keterampilan verbal,
moral, kepribadian pengalaman masa lalu, konsep diri dan
motivasi, pertahanan psikologi dan lokus kendali.
Social budaya: Meliputi usia, gender, pendidikan,
penghasilan,pekerjaan, latar belakang budaya keyakinan
religi, afiliasi politik, pengalaman social dan tingkat
integrasi social dan tingkat keterhubungan.
Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2016) steresor presipitasi adalah
stimulus yang menantang, mengancam, yang
memerlukan energy tambahan dan mengakibatkan
suatu ketegangan dan stress. Stressor ini dapat bersifat
biologis, psikologis, dan soial budaya. Ketentuan
kurun waktu factor presipitasi tidak ledih 6 bulan
darri mulai terjadinya gejala.
Mengkaji Stressor
Kejadian steresor
Seberapa sering
terjadinya steresor
Berapa lama orang terpapar
pada steresor
Jumlah steresor yang
dialami
Rentang Respon
Respon adaptif respon maladaptif
Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk
Asertif klien mampu mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan kelegaan
Frustasi Klien gagal mencapai tujuan kepuasan/saat marah dan tidak dapat
menemukan alternative
Pasif Klien merasa dapat mengungkapkan perasaannya, tidak berdaya dan
menyerah
Agresif Klien mengekspresikan secara fisik, tapi masih terkontrol, mendorong
orang lain dengan ancaman
Amuk Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat dan hilang control, dan
merusak lingkungan
TANDA DAN GEJALA PERILAKU KEKERASAN
 Agitasi motorik; mondar-mandir, ketidakmpuan untuk
duduk diam, mengepalkan tinju, mengencangkan rahang
atau otot-otot wajah
 Kemampuan verbal; terlihat seperti ancaman terhadap
kondisi nyata, menganggu perhatian atau mengumpat,
berbicara dengan nada keras dan tertekan dan posisi tubuh
yang mengancam.
 Afek (alam perasaan); ekspresi marah, mudah tersinggung,
kegembiraan yang meluap-luap, kondisi emosi yang labil
sehingga klien kesulitan mengontrol emosinya.
 Tingkat kesadaran; bingung, perubahan status mental
tiba-tiba, disorientasi, kerusakan memori, tidak bisa
diarahkan.(Stuart, 2005)
SIKLUS AGRESI
Pemicu
Krisis
Eskalasi
Pemulihan
Pascakrisis
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Terapi Generalis (SP):
A. SP untuk pasien prilaku kekerasan
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, membantu
klien mengenal masalah kemarahan, identifikasi penyebab
perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku
kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol
secara fisik I (nafas dalam)
SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan
obat dan latihan patuh minumobat.
SP 3 Pasien Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara
fisik ke-2 (pukul kasur dan bantal)
SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara
sosial/verbal
SP 5 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara
spiritual
Lanjutan …
B. SP untuk keluarga
Sp 1 Keluarga : keluarga mampu mengenal masalah
yang di alami pasien
Sp 2 Keluarga : keluarga mampu merawat pasien
dengan prilaku kekerasan minimal
latihan fisik 1 dan 2
Sp 3 Keluarga : keluarga mampu mengambil keputusan
Sp 4 Keluarga : keluarga mampu memodifikasi
lingkungan
Sp 5 Keluarga : keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan
Terapi Spesialis (AT)
Definisi Assertiveness Training:
Assertive Training (AT) merupakan latihan yang
diberikan kepada klien perilaku kekerasan dengan
menggunakan keterampilan interpersonal dasar yang
meliputi berkomunikasi langsung dengan orang lain,
berani mengatakan tidak untuk permintaan yang
tidak rasional, mampu menyatakan keberatan dengan
baik, mengekspresikan apresiasi yang sesuai dan
menerima pujian dengan wajar.(Stuart, 2007).
Tujuan Assertiveness Training (AT)
1. Meningkatkan penilaian terhadap diri dan orang lain
2. Meningkatkan harga diri, mengurangi kecemasan
3. Meningkatkan kemampuan dalam membuat keputusan hidup
4 Mengekspresikan sesuatu secara verbal, nonverbal,
mengekspresikan kebutuhan dan hak.
5. Melatih ketrampilan interpersonal dasar seseorang.
6. Mempelajari prosedur kognitif, afektif dan perilaku untuk
meningkatkan kemampuan interpersonal
7. Mengurangi penghalang secara kognitif dan afektif untuk
berperilaku asertif seperti kecemasan, pikiran tidak rasional,
perasaan bersalah dan marah.
8. Membantu individu memahami : (1) bahwa agresif merupakan
bentuk perilaku yang harus dipahami, diterima, dimodifikasi dan
dikontrol, (2) ekspresi marah untuk satu situasi belum tentu
tepat untuk situasi yang lain dan (3) metode untuk mengatasi
perilaku agresif digunakan untuk menurunkan agresif secara
lebih baik
Prinsip Assertiveness Training (AT)
Prinsip yang diperhatikan dalam Assertiveness Training yaitu
ketrampilan yang dilatih dan tehnik komunikasi yang digunakan.
A. Keterampilan
1. Melatih individu memahami perilaku asertif dan agresif
2. Membantu mengidentifikasi hak personal dan orang lain
3. Meningkatkan ketrampilan asertif melalui praktek secara
langsung.
4. Melatih kemampuan berkomunikasi secara langsung pada orang
lain
5. Mengekspresikan sesuatu dengan tepat
6. Menyampaikan perasaan dan pikiran
7. Menyampaikan kebutuhan dan keinginan
8. Mengekspresikan kemarahan
9. Mengatakan tidak untuk permintaan yang tidak rasional
10. Kemampuan untuk menyampaikan komplain, opini dan
kontradiksi
B. Tehnik Komunikasi
1. Menggunakan bahasa tubuh yang asertif yaitu kontak
mata yang tepat, ekspresi wajah sesuai dengan
pembicaraan. volume bicara sesuai, postur tubuh tegak
dan relaks, memperhatikan jarak terapeutik.
2. Menggunakan pernyataan ”saya” pernyataan ini
berfokus pada problem bukan menyalahkan orang lain
seperti ”saya menyukai untuk menyampaikan cerita
saya tanpa interupsi.”
3. Penggunakan fakta bukan kesimpulan sepihak seperti
”kamu membutuhkan kegiatan yang terencana”.
4. Mengekspresikan pikiran, perasaan dan opini yang kita
miliki.
5. Membuat penjelasan.
Pelaksanaan Assertiveness Training
Sesi satu : melatih kemampuan mengungkapkan
pikiran dan perasaan.
Sesi dua: melatih kemampuan mengungkapkan
keinginan dan kebutuhan.
Sesi tiga : melatih mengekspresikan kemarahan dengan
benar
Sesi empat : mengatakan ”tidak” untuk permintaan
yang tidak rasional dan menyampaikan alasan
Sesi lima : mempertahankan perubahan asertif dalam
berbagai situasi.
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Lebih Singkatnya
Sebagai Berikut (Stuart, 2016):
Strategi pencegahan
penahanan
strategi antisipasi strategi
Kesadaran diri Pendidikan
klien
Komunikasi perubahan
lingkungan terapi perilaku
psikofarmakologi
manajemen krisis seklusi
restrain
CONTOH KASUS PRILAKU KEKERASAN
Tn. S dibawa ke RSJ. Lawang oleh kakaknya pada tanggal 1 september
2017. Pada tanggal 2 oktober 2017 dilakukan pengkajian kembali klien
mengatakan: klien sering mengamuk tidak jelas dan membanting semua
sesuatu yang ada didekatnya, waktu kakanya menasehati klien, klien
membantah dan menyerang dengan ekspresi wajah wajah memerah, mata
melotot dengan suara nada tinggi. Perlakuan klien tersebut dikarenakan
satu bulan sebelum MRSJ klien ditolak cintanya oleh wanita yang disukai.
dengan alasan klien mengalami kecacatan yaitu cacat fisik dan mental. Saat
pemeriksaan fisik didapatkan TD: 120/80 mmHg, respiratory rate 20x/m,
nadi 88x/m, dan suhu 36,20 c, klien jalannya pincang dikarenakan ada
gangguan pertumbuhan kususnya dikaki & gangguan perkembangan
(keterlambatan mental) yang dibuktikan saat dilakukan pengkajian respon
klien lambat dalam mejawap pertanyaan yang disampaikan oleh perawat.
Kakak klien juga mengatakan dengan kecacatan yang dimiliki oleh klien,
menyebabkan keluarga tidak pernah melibatkan klien dalam musywarah
keluarga. Dengan perlakuan tersebut mengakibatkan klien sering sendiri
dan sulit untuk bersosialisasi. Selama di rumah sakit klien menggunakan
layanan BPJS. Ketika ditanya perawat tentang keyakinannya bisa
mengendalikan marahnya Klien mengatakan “yakin bisa mengendalikan
dan berhenti marah-marah”. Karena klien sudah diajari cara mengendalikan
marah dengan nafas dalam, mukul bantal dan mampu mengungkapkan
secara verbal.
Factor biolgis
Cacat
Factor psikologis
Sejak kecil diacuhkan oleh
keluarga
Factor social budaya
Sulit untuk bersosial
Sifat
Ditolak cintanya
Asal
Internal & Eksternal
Waktu
satu bulan MRSJ
Jumlah
1 stresor: ditolak cintanya
Intensitas marah (sering)
Kognitif
Ancaman
Afektif
Marah
fisiologis
kerusakan diotak/TCS
Perilaku
Agresif
Social
Jarang beragul
Kemampuan personal
Sudah mampu
menerapkan SP PK
Dukungan social
Kaka
Modal material
menggunakan BPJS
Keyakinan positif
Yakin bisa mengendalikan
dan berhenti marah – marah
Perilaku Kekerasan
Destruktif
Respon maladaptif
Faktor
Predisposisi
Faktor Presipitasi
Penilaian Terhadap Stresor
Sumber Koping
HDR
ISOS
PK
Bukti Empiris
Efektivitas terapi asertif telah diteliti oleh Mochamad Ali Sodikin, Titin
Andri Wihastuti, Lilik Supriati di rumah sakit JIwa Dr.Radjiman
Wediodiningrat Lawang pada tahun 2015. Tujuan penelitian tersebut
adalah untuk mengetahui pengaruh latihan asertif dalam memperpendek
fase intensif dan menurunkan gejala perilaku kekerasandi ruang intensive
psychiatric care unit ( IPCU ). Menggunakan desain “Quasi
experimental pre-post test with control group”. Sample penelitian ini
adalah klien Skizoprenia dengan perilaku kekerasan berjumlah 60
orang yang terdiri dari 30 orang kelompok perlakuan yang diberikan
latihan asertif dan standar asuhan keperawatan perilaku kekerasan
dan 30 orang kelompok kontrol yang hanya mendapatkan standar
asuhan keperawatan perilaku kekerasan Hasilnya ditemukan bahwa
fase intensif pasien lebih cepat pada kelompok perlakuan daripada
kelompok kontrol dengan nilai p <0.001 dan didapatkan penurunan
gejala perilaku kekerasan yang lebih besar pada kelompok perlakuan
daripada kelompok kontrol dengan nilai p <0.001.
Penelitian Perkait
REBT (Rational Emotive Behaviour Therapy )
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dewi Eka Putri pada
tahun 2010, untuk mengetahui Efektifitas REBT pada
asuhan keperawatan dengan pasien perilaku kekerasan.
pada penelitian tersebut menggunakan desain Quasi
experiment with pre-post group with control. Sampelnya
berjumlah 53 orang yang dibagi menjadi dua yaitu 25 orang
kelompok intervensi dan 28 orang kelompok control. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan peningkatan respon
kognitif dan social serta penurunan respon emosi, perilaku
dan fisiologis secara bermakna pada klien yang mendapatkan
REBT. Dengan demikian REBT direkomendasikan untuk
diterapkan pada klien perilaku kekerasan bersama terapi
generalis.
CBT (Cognitive behaviour therapy )
Sebuah penelitian untuk mengetahui efektivitas
cognitive behaviour therapy terhadap gejala dan
kemampuan mengontrol emosi pada klien perilaku
kekerasan, yang dilakukan oleh Ketut Sudiatmika, Budi
Anna Keliat, dan Ice Yulia Wardani tahun 2013. Desain
penelitian quasi eksperimental dengan jumlah
sampel 60 responden. Hasil penelitian ditemukan
penurunan gejala perilaku kekerasan lebih besar pada
klien yang mendapatkan dari pada yang tidak
mendapatkan CBT (p value < 0.05). Kemampuan
kognitif, afektif dan perilaku klien yang mendapatkan
CBT meningkat secara bermakna (p value < 0.05).
PROGRESIVE MUSCULAR RELAKSATION (PMR)
Penelitian tentang PMR pernah dilakukan oleh Lopata
cristiper pada tahun 2003 di New York. Studi ini
mengevaluasi keefektifan relaksasi otot progresif (PMR)
sebagai intervensi pengurangan agresi komponen
tunggal proaktif untuk siswa sekolah dasar yang
diklasifikasikan sebagai penyan dang cacat emosional
dalam program sekolah / pengobatan sehari. Penelitian
ini latarbelakangi oleh perilaku kekerasan yang
dilakukan oleh anak sekolah di dalam kelas. Hasil
penelitian tersebut mendukung PMR sebagai intervensi
pengurangan agresi jangka pendek proaktif pada
perilaku agresif.
KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASA

More Related Content

What's hot

Gangguan Konsep Diri
Gangguan Konsep DiriGangguan Konsep Diri
Gangguan Konsep DiriSiti Maemunah
 
Laporan Pendahuluan dan SP Resiko Bunuh Diri
Laporan Pendahuluan dan SP Resiko Bunuh DiriLaporan Pendahuluan dan SP Resiko Bunuh Diri
Laporan Pendahuluan dan SP Resiko Bunuh DiriMas Mawon
 
Konsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatanKonsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatanAde Rahman
 
Asuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAsuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAmee Hidayat
 
4. askep diare akut dehidrasi sedang
4. askep diare akut dehidrasi sedang4. askep diare akut dehidrasi sedang
4. askep diare akut dehidrasi sedangEllyeUtami
 
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian KeperawatanPengkajian Keperawatan
Pengkajian KeperawatanUwes Chaeruman
 
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada LukaKonsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada LukaSulistia Rini
 
Proses keperawatan kesehatan jiwa
Proses keperawatan kesehatan jiwa Proses keperawatan kesehatan jiwa
Proses keperawatan kesehatan jiwa Amalia Senja
 
KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)Victor Madritsta
 

What's hot (20)

Gangguan Konsep Diri
Gangguan Konsep DiriGangguan Konsep Diri
Gangguan Konsep Diri
 
Laporan Pendahuluan dan SP Resiko Bunuh Diri
Laporan Pendahuluan dan SP Resiko Bunuh DiriLaporan Pendahuluan dan SP Resiko Bunuh Diri
Laporan Pendahuluan dan SP Resiko Bunuh Diri
 
Klasifikasi data
Klasifikasi dataKlasifikasi data
Klasifikasi data
 
Konsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatanKonsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatan
 
Tipe keluarga
Tipe keluargaTipe keluarga
Tipe keluarga
 
Berduka dan kehilangan
Berduka dan kehilanganBerduka dan kehilangan
Berduka dan kehilangan
 
Sp rpk
Sp rpkSp rpk
Sp rpk
 
Askep anak dengan hemofilia
Askep anak dengan hemofilia Askep anak dengan hemofilia
Askep anak dengan hemofilia
 
Asuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAsuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan Infeksi
 
4. askep diare akut dehidrasi sedang
4. askep diare akut dehidrasi sedang4. askep diare akut dehidrasi sedang
4. askep diare akut dehidrasi sedang
 
Tak halusinasi
Tak halusinasi Tak halusinasi
Tak halusinasi
 
Kehilangan dan berduka
Kehilangan dan berdukaKehilangan dan berduka
Kehilangan dan berduka
 
Askep post sc
Askep post scAskep post sc
Askep post sc
 
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian KeperawatanPengkajian Keperawatan
Pengkajian Keperawatan
 
Konflik Management Keperawatan
Konflik Management KeperawatanKonflik Management Keperawatan
Konflik Management Keperawatan
 
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada LukaKonsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
 
Intervensi bab iii.pdf
Intervensi bab iii.pdfIntervensi bab iii.pdf
Intervensi bab iii.pdf
 
Proses keperawatan kesehatan jiwa
Proses keperawatan kesehatan jiwa Proses keperawatan kesehatan jiwa
Proses keperawatan kesehatan jiwa
 
KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
 
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
 

Similar to KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASA

308137088-DAMPAK-SAKIT-DAN-DIRAWAT-DI-RUMAH-SAKIT-pptx.pdf
308137088-DAMPAK-SAKIT-DAN-DIRAWAT-DI-RUMAH-SAKIT-pptx.pdf308137088-DAMPAK-SAKIT-DAN-DIRAWAT-DI-RUMAH-SAKIT-pptx.pdf
308137088-DAMPAK-SAKIT-DAN-DIRAWAT-DI-RUMAH-SAKIT-pptx.pdfsamsulmuarif39
 
KP 5 Perilaku kekerasan.ppt
KP 5 Perilaku kekerasan.pptKP 5 Perilaku kekerasan.ppt
KP 5 Perilaku kekerasan.pptrahmiramadhan
 
Askep lp depresi
Askep lp depresiAskep lp depresi
Askep lp depresif' yagami
 
idoc.pub_asuhan-keperawatan-teoritis-isolasi-sosial.pdf
idoc.pub_asuhan-keperawatan-teoritis-isolasi-sosial.pdfidoc.pub_asuhan-keperawatan-teoritis-isolasi-sosial.pdf
idoc.pub_asuhan-keperawatan-teoritis-isolasi-sosial.pdfHoirulIhsan
 
Ansietas ppt
Ansietas pptAnsietas ppt
Ansietas pptnovri23
 
kel 1 konsep diri.pptx
kel 1 konsep diri.pptxkel 1 konsep diri.pptx
kel 1 konsep diri.pptxshakila60
 
kecemasan.pptx
kecemasan.pptxkecemasan.pptx
kecemasan.pptxBybaMelda
 
Laporan Pendahuluan Jiwa - Perilaku Kekerasan
Laporan Pendahuluan Jiwa - Perilaku KekerasanLaporan Pendahuluan Jiwa - Perilaku Kekerasan
Laporan Pendahuluan Jiwa - Perilaku KekerasanYusuf Saktian
 
Laporan pendahuluan perilaku_kekerasan
Laporan pendahuluan perilaku_kekerasanLaporan pendahuluan perilaku_kekerasan
Laporan pendahuluan perilaku_kekerasanYusuf Saktian
 
LP Waham (ineu).docx
LP Waham (ineu).docxLP Waham (ineu).docx
LP Waham (ineu).docxAingmaung5
 
Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa
Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwaKonsep dasar keperawatan kesehatan jiwa
Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwaZha Sarimurni
 
Laporan Pendahuluan Jiwa - Halusinasi
Laporan Pendahuluan Jiwa - HalusinasiLaporan Pendahuluan Jiwa - Halusinasi
Laporan Pendahuluan Jiwa - HalusinasiYusuf Saktian
 
Laporan pendahuluan halusinasi
Laporan pendahuluan halusinasiLaporan pendahuluan halusinasi
Laporan pendahuluan halusinasiYusuf Saktian
 

Similar to KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASA (20)

308137088-DAMPAK-SAKIT-DAN-DIRAWAT-DI-RUMAH-SAKIT-pptx.pdf
308137088-DAMPAK-SAKIT-DAN-DIRAWAT-DI-RUMAH-SAKIT-pptx.pdf308137088-DAMPAK-SAKIT-DAN-DIRAWAT-DI-RUMAH-SAKIT-pptx.pdf
308137088-DAMPAK-SAKIT-DAN-DIRAWAT-DI-RUMAH-SAKIT-pptx.pdf
 
Asuhan keperawatan pada klien dg ansietas
Asuhan keperawatan pada klien dg ansietasAsuhan keperawatan pada klien dg ansietas
Asuhan keperawatan pada klien dg ansietas
 
KP 5 Perilaku kekerasan.ppt
KP 5 Perilaku kekerasan.pptKP 5 Perilaku kekerasan.ppt
KP 5 Perilaku kekerasan.ppt
 
Askep lp depresi
Askep lp depresiAskep lp depresi
Askep lp depresi
 
idoc.pub_asuhan-keperawatan-teoritis-isolasi-sosial.pdf
idoc.pub_asuhan-keperawatan-teoritis-isolasi-sosial.pdfidoc.pub_asuhan-keperawatan-teoritis-isolasi-sosial.pdf
idoc.pub_asuhan-keperawatan-teoritis-isolasi-sosial.pdf
 
Askep rpk
Askep rpkAskep rpk
Askep rpk
 
Askep ansietas
Askep ansietasAskep ansietas
Askep ansietas
 
Mania ji AKPER PEMKAB MUNA
Mania ji AKPER PEMKAB MUNA Mania ji AKPER PEMKAB MUNA
Mania ji AKPER PEMKAB MUNA
 
Mania ji
Mania jiMania ji
Mania ji
 
Ansietas ppt
Ansietas pptAnsietas ppt
Ansietas ppt
 
kel 1 konsep diri.pptx
kel 1 konsep diri.pptxkel 1 konsep diri.pptx
kel 1 konsep diri.pptx
 
kecemasan.pptx
kecemasan.pptxkecemasan.pptx
kecemasan.pptx
 
Laporan Pendahuluan Jiwa - Perilaku Kekerasan
Laporan Pendahuluan Jiwa - Perilaku KekerasanLaporan Pendahuluan Jiwa - Perilaku Kekerasan
Laporan Pendahuluan Jiwa - Perilaku Kekerasan
 
Laporan pendahuluan perilaku_kekerasan
Laporan pendahuluan perilaku_kekerasanLaporan pendahuluan perilaku_kekerasan
Laporan pendahuluan perilaku_kekerasan
 
LP Waham (ineu).docx
LP Waham (ineu).docxLP Waham (ineu).docx
LP Waham (ineu).docx
 
Perilaku kekerasan dan penganiayaan
Perilaku kekerasan dan penganiayaanPerilaku kekerasan dan penganiayaan
Perilaku kekerasan dan penganiayaan
 
Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa
Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwaKonsep dasar keperawatan kesehatan jiwa
Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa
 
Perilaku kekerasan dan penganiayaan
Perilaku kekerasan dan penganiayaanPerilaku kekerasan dan penganiayaan
Perilaku kekerasan dan penganiayaan
 
Laporan Pendahuluan Jiwa - Halusinasi
Laporan Pendahuluan Jiwa - HalusinasiLaporan Pendahuluan Jiwa - Halusinasi
Laporan Pendahuluan Jiwa - Halusinasi
 
Laporan pendahuluan halusinasi
Laporan pendahuluan halusinasiLaporan pendahuluan halusinasi
Laporan pendahuluan halusinasi
 

Recently uploaded

kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatankebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docximplementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docxhurufd86
 
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfestidiyah35
 
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRBimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRJessieArini1
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptssuser940815
 
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...MAKSIPUASA1
 
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMetode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxDASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxNadiraShafa1
 
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatanKemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfAlanRahmat
 

Recently uploaded (10)

kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatankebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
 
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docximplementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
 
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
 
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRBimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
 
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
 
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMetode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
 
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxDASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
 
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatanKemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatan
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
 

KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASA

  • 2.
  • 3.
  • 4. KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASA Definisi  Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah (Iyus Yosep & Titin Sutini, 2007)  merupakan rasa marah dan bermusuhan yang kuat serta kehilangan control emosi, Sehingga dapat melukai diri sendiri dan orang lain. (Abdul Muhith 2015)  Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang dihadapi oleh seseorang yang ditunjukkan degan perilaku actual melakukan kekerasan baik pada diri sendiri maupun lingkungan
  • 5. Disimpulkan Perilaku kekerasan adalah suatu respon terhadap stimulus internal maupun eksternal yang memicu individu untuk melakukan kekerasan baik secara verbal maupun non verbal terhadap diri sendiri atau orang lain.
  • 6. FAKTOR TERJADINYA PERILAKU KEKERASAN  Faktor Predisposisi Factor predisposisi merupakan factor resiko dan protektif yang mempengaruhi terjadinya gangguan jiwa. Factor predisposisi meliputi biologis, psikologis, dan social (Stuart, 2016). Biologis: Meliputi latar belakang genetic, status nutrisi, kepekaan biologis, kesehatan secara umum dan keterpaparan pada racun. Psikologis : Meliputi intelegensi, keterampilan verbal, moral, kepribadian pengalaman masa lalu, konsep diri dan motivasi, pertahanan psikologi dan lokus kendali. Social budaya: Meliputi usia, gender, pendidikan, penghasilan,pekerjaan, latar belakang budaya keyakinan religi, afiliasi politik, pengalaman social dan tingkat integrasi social dan tingkat keterhubungan.
  • 7. Faktor Presipitasi Menurut Stuart (2016) steresor presipitasi adalah stimulus yang menantang, mengancam, yang memerlukan energy tambahan dan mengakibatkan suatu ketegangan dan stress. Stressor ini dapat bersifat biologis, psikologis, dan soial budaya. Ketentuan kurun waktu factor presipitasi tidak ledih 6 bulan darri mulai terjadinya gejala.
  • 8.
  • 9. Mengkaji Stressor Kejadian steresor Seberapa sering terjadinya steresor Berapa lama orang terpapar pada steresor Jumlah steresor yang dialami
  • 10. Rentang Respon Respon adaptif respon maladaptif Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk Asertif klien mampu mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan memberikan kelegaan Frustasi Klien gagal mencapai tujuan kepuasan/saat marah dan tidak dapat menemukan alternative Pasif Klien merasa dapat mengungkapkan perasaannya, tidak berdaya dan menyerah Agresif Klien mengekspresikan secara fisik, tapi masih terkontrol, mendorong orang lain dengan ancaman Amuk Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat dan hilang control, dan merusak lingkungan
  • 11. TANDA DAN GEJALA PERILAKU KEKERASAN  Agitasi motorik; mondar-mandir, ketidakmpuan untuk duduk diam, mengepalkan tinju, mengencangkan rahang atau otot-otot wajah  Kemampuan verbal; terlihat seperti ancaman terhadap kondisi nyata, menganggu perhatian atau mengumpat, berbicara dengan nada keras dan tertekan dan posisi tubuh yang mengancam.  Afek (alam perasaan); ekspresi marah, mudah tersinggung, kegembiraan yang meluap-luap, kondisi emosi yang labil sehingga klien kesulitan mengontrol emosinya.  Tingkat kesadaran; bingung, perubahan status mental tiba-tiba, disorientasi, kerusakan memori, tidak bisa diarahkan.(Stuart, 2005)
  • 13. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN Terapi Generalis (SP): A. SP untuk pasien prilaku kekerasan SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, membantu klien mengenal masalah kemarahan, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I (nafas dalam) SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat dan latihan patuh minumobat. SP 3 Pasien Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2 (pukul kasur dan bantal) SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal SP 5 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
  • 14. Lanjutan … B. SP untuk keluarga Sp 1 Keluarga : keluarga mampu mengenal masalah yang di alami pasien Sp 2 Keluarga : keluarga mampu merawat pasien dengan prilaku kekerasan minimal latihan fisik 1 dan 2 Sp 3 Keluarga : keluarga mampu mengambil keputusan Sp 4 Keluarga : keluarga mampu memodifikasi lingkungan Sp 5 Keluarga : keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan
  • 15. Terapi Spesialis (AT) Definisi Assertiveness Training: Assertive Training (AT) merupakan latihan yang diberikan kepada klien perilaku kekerasan dengan menggunakan keterampilan interpersonal dasar yang meliputi berkomunikasi langsung dengan orang lain, berani mengatakan tidak untuk permintaan yang tidak rasional, mampu menyatakan keberatan dengan baik, mengekspresikan apresiasi yang sesuai dan menerima pujian dengan wajar.(Stuart, 2007).
  • 16. Tujuan Assertiveness Training (AT) 1. Meningkatkan penilaian terhadap diri dan orang lain 2. Meningkatkan harga diri, mengurangi kecemasan 3. Meningkatkan kemampuan dalam membuat keputusan hidup 4 Mengekspresikan sesuatu secara verbal, nonverbal, mengekspresikan kebutuhan dan hak. 5. Melatih ketrampilan interpersonal dasar seseorang. 6. Mempelajari prosedur kognitif, afektif dan perilaku untuk meningkatkan kemampuan interpersonal 7. Mengurangi penghalang secara kognitif dan afektif untuk berperilaku asertif seperti kecemasan, pikiran tidak rasional, perasaan bersalah dan marah. 8. Membantu individu memahami : (1) bahwa agresif merupakan bentuk perilaku yang harus dipahami, diterima, dimodifikasi dan dikontrol, (2) ekspresi marah untuk satu situasi belum tentu tepat untuk situasi yang lain dan (3) metode untuk mengatasi perilaku agresif digunakan untuk menurunkan agresif secara lebih baik
  • 17. Prinsip Assertiveness Training (AT) Prinsip yang diperhatikan dalam Assertiveness Training yaitu ketrampilan yang dilatih dan tehnik komunikasi yang digunakan. A. Keterampilan 1. Melatih individu memahami perilaku asertif dan agresif 2. Membantu mengidentifikasi hak personal dan orang lain 3. Meningkatkan ketrampilan asertif melalui praktek secara langsung. 4. Melatih kemampuan berkomunikasi secara langsung pada orang lain 5. Mengekspresikan sesuatu dengan tepat 6. Menyampaikan perasaan dan pikiran 7. Menyampaikan kebutuhan dan keinginan 8. Mengekspresikan kemarahan 9. Mengatakan tidak untuk permintaan yang tidak rasional 10. Kemampuan untuk menyampaikan komplain, opini dan kontradiksi
  • 18. B. Tehnik Komunikasi 1. Menggunakan bahasa tubuh yang asertif yaitu kontak mata yang tepat, ekspresi wajah sesuai dengan pembicaraan. volume bicara sesuai, postur tubuh tegak dan relaks, memperhatikan jarak terapeutik. 2. Menggunakan pernyataan ”saya” pernyataan ini berfokus pada problem bukan menyalahkan orang lain seperti ”saya menyukai untuk menyampaikan cerita saya tanpa interupsi.” 3. Penggunakan fakta bukan kesimpulan sepihak seperti ”kamu membutuhkan kegiatan yang terencana”. 4. Mengekspresikan pikiran, perasaan dan opini yang kita miliki. 5. Membuat penjelasan.
  • 19. Pelaksanaan Assertiveness Training Sesi satu : melatih kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan. Sesi dua: melatih kemampuan mengungkapkan keinginan dan kebutuhan. Sesi tiga : melatih mengekspresikan kemarahan dengan benar Sesi empat : mengatakan ”tidak” untuk permintaan yang tidak rasional dan menyampaikan alasan Sesi lima : mempertahankan perubahan asertif dalam berbagai situasi.
  • 20. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Lebih Singkatnya Sebagai Berikut (Stuart, 2016): Strategi pencegahan penahanan strategi antisipasi strategi Kesadaran diri Pendidikan klien Komunikasi perubahan lingkungan terapi perilaku psikofarmakologi manajemen krisis seklusi restrain
  • 21. CONTOH KASUS PRILAKU KEKERASAN Tn. S dibawa ke RSJ. Lawang oleh kakaknya pada tanggal 1 september 2017. Pada tanggal 2 oktober 2017 dilakukan pengkajian kembali klien mengatakan: klien sering mengamuk tidak jelas dan membanting semua sesuatu yang ada didekatnya, waktu kakanya menasehati klien, klien membantah dan menyerang dengan ekspresi wajah wajah memerah, mata melotot dengan suara nada tinggi. Perlakuan klien tersebut dikarenakan satu bulan sebelum MRSJ klien ditolak cintanya oleh wanita yang disukai. dengan alasan klien mengalami kecacatan yaitu cacat fisik dan mental. Saat pemeriksaan fisik didapatkan TD: 120/80 mmHg, respiratory rate 20x/m, nadi 88x/m, dan suhu 36,20 c, klien jalannya pincang dikarenakan ada gangguan pertumbuhan kususnya dikaki & gangguan perkembangan (keterlambatan mental) yang dibuktikan saat dilakukan pengkajian respon klien lambat dalam mejawap pertanyaan yang disampaikan oleh perawat. Kakak klien juga mengatakan dengan kecacatan yang dimiliki oleh klien, menyebabkan keluarga tidak pernah melibatkan klien dalam musywarah keluarga. Dengan perlakuan tersebut mengakibatkan klien sering sendiri dan sulit untuk bersosialisasi. Selama di rumah sakit klien menggunakan layanan BPJS. Ketika ditanya perawat tentang keyakinannya bisa mengendalikan marahnya Klien mengatakan “yakin bisa mengendalikan dan berhenti marah-marah”. Karena klien sudah diajari cara mengendalikan marah dengan nafas dalam, mukul bantal dan mampu mengungkapkan secara verbal.
  • 22. Factor biolgis Cacat Factor psikologis Sejak kecil diacuhkan oleh keluarga Factor social budaya Sulit untuk bersosial Sifat Ditolak cintanya Asal Internal & Eksternal Waktu satu bulan MRSJ Jumlah 1 stresor: ditolak cintanya Intensitas marah (sering) Kognitif Ancaman Afektif Marah fisiologis kerusakan diotak/TCS Perilaku Agresif Social Jarang beragul Kemampuan personal Sudah mampu menerapkan SP PK Dukungan social Kaka Modal material menggunakan BPJS Keyakinan positif Yakin bisa mengendalikan dan berhenti marah – marah Perilaku Kekerasan Destruktif Respon maladaptif Faktor Predisposisi Faktor Presipitasi Penilaian Terhadap Stresor Sumber Koping HDR ISOS PK
  • 23. Bukti Empiris Efektivitas terapi asertif telah diteliti oleh Mochamad Ali Sodikin, Titin Andri Wihastuti, Lilik Supriati di rumah sakit JIwa Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang pada tahun 2015. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui pengaruh latihan asertif dalam memperpendek fase intensif dan menurunkan gejala perilaku kekerasandi ruang intensive psychiatric care unit ( IPCU ). Menggunakan desain “Quasi experimental pre-post test with control group”. Sample penelitian ini adalah klien Skizoprenia dengan perilaku kekerasan berjumlah 60 orang yang terdiri dari 30 orang kelompok perlakuan yang diberikan latihan asertif dan standar asuhan keperawatan perilaku kekerasan dan 30 orang kelompok kontrol yang hanya mendapatkan standar asuhan keperawatan perilaku kekerasan Hasilnya ditemukan bahwa fase intensif pasien lebih cepat pada kelompok perlakuan daripada kelompok kontrol dengan nilai p <0.001 dan didapatkan penurunan gejala perilaku kekerasan yang lebih besar pada kelompok perlakuan daripada kelompok kontrol dengan nilai p <0.001.
  • 24. Penelitian Perkait REBT (Rational Emotive Behaviour Therapy ) Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dewi Eka Putri pada tahun 2010, untuk mengetahui Efektifitas REBT pada asuhan keperawatan dengan pasien perilaku kekerasan. pada penelitian tersebut menggunakan desain Quasi experiment with pre-post group with control. Sampelnya berjumlah 53 orang yang dibagi menjadi dua yaitu 25 orang kelompok intervensi dan 28 orang kelompok control. Hasil penelitian tersebut menunjukkan peningkatan respon kognitif dan social serta penurunan respon emosi, perilaku dan fisiologis secara bermakna pada klien yang mendapatkan REBT. Dengan demikian REBT direkomendasikan untuk diterapkan pada klien perilaku kekerasan bersama terapi generalis.
  • 25. CBT (Cognitive behaviour therapy ) Sebuah penelitian untuk mengetahui efektivitas cognitive behaviour therapy terhadap gejala dan kemampuan mengontrol emosi pada klien perilaku kekerasan, yang dilakukan oleh Ketut Sudiatmika, Budi Anna Keliat, dan Ice Yulia Wardani tahun 2013. Desain penelitian quasi eksperimental dengan jumlah sampel 60 responden. Hasil penelitian ditemukan penurunan gejala perilaku kekerasan lebih besar pada klien yang mendapatkan dari pada yang tidak mendapatkan CBT (p value < 0.05). Kemampuan kognitif, afektif dan perilaku klien yang mendapatkan CBT meningkat secara bermakna (p value < 0.05).
  • 26. PROGRESIVE MUSCULAR RELAKSATION (PMR) Penelitian tentang PMR pernah dilakukan oleh Lopata cristiper pada tahun 2003 di New York. Studi ini mengevaluasi keefektifan relaksasi otot progresif (PMR) sebagai intervensi pengurangan agresi komponen tunggal proaktif untuk siswa sekolah dasar yang diklasifikasikan sebagai penyan dang cacat emosional dalam program sekolah / pengobatan sehari. Penelitian ini latarbelakangi oleh perilaku kekerasan yang dilakukan oleh anak sekolah di dalam kelas. Hasil penelitian tersebut mendukung PMR sebagai intervensi pengurangan agresi jangka pendek proaktif pada perilaku agresif.