SlideShare a Scribd company logo
Widya Setiafindari, ST., M.Sc.
widya.setiafindari@staff.uty.ac.id
▪ Distorsi informasi selalu terjadi pada supply chain. Distorsi ini terutama terjadi
pada data permintaan tempat pemain yang berada di hulu supply chain biasanya
tidak mendapat informasi permintaan yang sesungguhnya.
▪ Distorsi informasi mengakibatkan pola permintaan yang semakin fluktuatif ke arah
hulu supply chain. Meningkatnya fluktuasi atau variabilitas permintaan dari hilir ke
hulu suatu supply chain itulah yang disebut BULLWHIP EFFECT.
▪ BULLWHIP EFFECT mengakibatkan banyak inefisiensi pada supply chain. Misal,
pabrik memproduksi dan mengirim lebih banyak dari yang sesungguhnya
dibutuhkan akibat salah membaca sinyal permintaan dari pemain bagian hilir
supply chain. Kegiatan di pabrik dan pemasok menjadi lebih fluktuatif, sehingga
terkadang mereka harus lembur menghadapi pesanan yang berlebih atau
menganggur karena distributor/retail tidak memesan dalam waktu yang relatif
panjang akibat mereka melakukan forward buying.
▪ Demand Forecast Updating
Ketika perusahaan pembeli (misal retail)
memesan barang kepada distributor, ukuran
pemesanan ditentukan berdasarkan ramalan
yang dibuat oleh retail. Apabila retail
menggunakan kebijakan persediaan reorder
point atau order-up-to level (ada batas
persediaan maksimum), parameter-parameter
persediaan seperti persediaan pengaman,
inventory maximum, reorder point, dsb juga
berubah dengan adanya pembaharuan ramalan
permintaan.
Pembaharuan seperti inilah yg bisa
mengakibatkan variabilitas order yang dipesan
retail lebih besar dibandingkan dg variabilitas
permintaan yang diterimanya dari pelanggan
akhir.
▪ Order Batching
Order Batching diperlukan karena proses produksi dan pengiriman produk tidak akan ekonomis bila
dilakukan dalam ukuran kecil. Retail yang menjual rata-rata 6 unit suatu produk tertentu tidak akan
memesan tiap hari dengan rata-rata 6 unit ke pusat distribusi. Pengiriman tidak akan ekonomis bila
dilakukan dalam ukuran kecil, terutama jika jarak pengiriman jauh.
Permintaan pelanggan akhir yang relatif stabil dari hari ke hari akan berubah menjadi order mingguan
atau dua mingguan dari retail, sehingga pusat distribusi akan menerima order yang lebih fluktuatif
dibandingkan permintaan yang dihadapi retail.
▪ Fluktuasi Harga
Retail atau toko akan melakukan forward buying (membeli lebih awal) dan membeli lebih banyak dari
ukuran pesanan normal apabila terjadi penurunan harga yang bersifat temporer, sehingga pusat
distribusi akan mengalami peningkatan volume penjualan. Retail tidak akan memesan lagi dalam
waktu 2-3 bulan karena permintaan konsumen akhir yang tidak berubah. Akibat yang dtimbulkan
kemudian adalah stok menumpuk dan ongkos-ongkos produksi meningkat akibat lembur maupun
pengiriman cepat.
▪ Rationing & Shortage Gaming
Rationing berarti hanya memenuhi 100 persen pesanan pelanggan, namun hanya sekian persen dari
volume yang dipesan.
Misal, jika persediaan ada hanya 800 unit dan pesanan seluruhnya 1000 unit maka hanya dialokasikan
80% dari permintaannya.
Sayangnya kekurangan stok seperti ini tidak terjadi setiap saat dan tidak mudah untuk diprediksi.
Akibatnya, sering kali pada saat persediaan sebenarnya cukup, pelanggan mengubah atau
membatalkan pesanan. Cara seperti ini merusak informasi pasar pada supply chain. Pemain yang ada
di bagian hulu tidak akan pernah mendapatkan informasi pasar yang mendekati kenyataan akibat
motif gaming dan spekulatif yang dilakukan oleh pelanggan mereka.
Pabrik dan pemain hulu lainnya tidak akan dengan mudah membedakan antara kenaikan pesanan
yang bermotif spekulatif dengan peningkatan pesanan yang murni merefleksikan peningkatan
permintaan dari pelanggan akhir.
1. Information Sharing (terutama data dari pelanggan akhir)
Infromasi yang tidak transparan mengakibatkan banyak pihak pada supply chain melakukan
kegiatan atas dasar ramalan atau tebakan yang tidak akurat. Pabrik hanya mengetahui pola
permintaan berdasarkan order yang diterima dari pusat distribusi berdasarkan pola order dari
para retail. Oleh karena itu, penting untuk membagi informasi permintaan ke seluru pemain
pada supply chain. Barcoding, Electronic Data Interchange (EDI) maupun teknologi sejenis
lainnya bisa mentransmisikan data penjualan (Point Of Sales /POS) dari tempat produk dijual ke
para pemain supply chain yang berada di hulu.
Kesalahan ramalan bisa dikurangi dengan pertukaran informasi yang lebih baik.
Model kolaborasi seperti CPFR (Collaborative Planning, Forecasting, and REplenishment)
merupakan solusi yang baik untuk menyinkronkan ramalah di sepanjang supply chain.
2. Memperpendek/Mengubah Struktur Supply Chain
Semakin panjang dan kompleks struktur suatu supply chain, semakin besar kemungkinannya terjadi
distorsi informasi.
Contoh, Dell Computers bisa melejit dengan cepat mengungguli IBM dan Apple yang sudah lama di
bisnis komputer disebabkan oleh struktur supply chain Dell yang ramping dan pendek. Dell
menerima langsung pesanan komputer dari pelanggan akhir sesuai dengan spesifikasi yang mereka
inginkan. Dengan begitu, informasi permintaan tidak akan terdistorsi sehingga ramalan permintaan
serta keputusan stok dan pengadaan komponen/bahan baku dapat dilakukan secara lebih akurat.
3. Pengurangan Ongkos-ongkos Tetap
Biaya tetap yang tinggi mengakibatkan kegiatan produksi maupun pengiriman tidak bisa dilakukan
dalam jumlah yang kecil. Untuk mengatasinya dapat dilakukan pengurangan waktu setup produksi.
Banyak perusahaan di Jepang yang memiliki target waktu setup <10 menit atau disebut Single
Minute Exchange Dies (SMED).
Untuk kegiatan pengadaan, ukuran lot pemesanan bisa dikurangi dengan mengeliminasi kegiatan-
kegiatan administrasi yang berlebihan dan memakan waktu.
Inovasi pada manajemen transportasi dan distribusi banyak membantu pengurangan Bullwhip Effect.
Kegiatan Composite Distribution tempat produk yang berbeda-beda bisa diangkut pada sebuah truk
mampu menciptakan efisiensi, walaupun tiap-tiap SKU (Stock Keeping Unit) diangkut dalam jumlah
yang relatif sedikit.
4. Menciptakan Stabilitas Harga
Untuk menghindari reaksi forward buying, frekuensi dan intensitas kegiatan promosi parsial
harus dikurangi dan lebih diarahkan ke pengurangan harga secara kontinue sehingga
menciptakan program seperti Every Day Low Price (EDLP).
Jika terjadi penurunan harga, semua pihak dalam supply chain harus mengetahui program
tersebut dengan baik, sehingga tidak keliru dalam menaksirkan permintaan yang sesungguhnya.
5. Memperpendek Lead Time
Lead time bisa diperpendek dengan mengubah struktur/konfigurasi supply chain (misal dg
pemasok lokal), mengubah mode transportasi (dari perkapalan ke pengiriman udara), atau
dengan cara-cara inovatif seperti crossdocking dan perbaikan manajemen penanganan order,
penjadwalan produksi maupun pengiriman yang lebih baik.
BE = CV (order) / CV (demand)
Dengan,
CV (order) = s (order) / mu (order)
CV (demand) = s (demand) / mu (demand)
Contoh 1
Sebuah retail mencatat data penjualan harian suatu
produk kosmetik selama 60 hari.
Data order ke distributor dicatat untuk periode yang
sama.
Data penjualan ke pelanggan akhir maupun data
order ke distributor ditunjukkan pada tabel
disamping.
Hitunglah amplifikasi variabilitas permintaan yang
terjadi di retail tersebut!
Besarnya amplifikasi permintaan (bullwhip) adalah
= 1,261/0,267
= 4,73
Nilai diatas menunjukkan bahwa variabilitas
permintaan meningkat (teramplifikasi) 4,73 kali yg
merupakan akibat dari kebijakan order retail tersebut.
▪ PENGUKURAN AMPLIFIKASI PERMINTAAN BISA DILAKUKAN DALAM 4
KATEGORI, YAITU:
1) Pengukuran untuk tiap produk di tiap retail/toko (BE1). Jadi, kalau ada P produk
yang berbeda (dalam satu keluarga produk yang dipasok oleh satu distributor) dan
R toko atau retail yang menjual produk tersebut, maka akan ada sebanyak P x R
angka amplifikasi yang akan diperoleh.
2) Pengukuran untuk setiap produk tempat penjualan di semua toko/retail
diagregasikan (BE2). Pengukuran akan dilakukan setiap produk, sehingga akan
diperoleh angka amplifikasi permintaan sebanyak jumlah produk (P).
3) Pengukuran untuk setiap retail (BE3). Disini permintaan maupun order setiap
produk yang sejenis akan diagregasikan dan jumlah pengukuran yang diperoleh
adalah sebanyak retail (R).
4) Pengukuran untuk eselon (BE4). Hanya akan diperoleh satu ukuran bullwhip untuk
setiap eselon karena semua produk dan semua retail diagregasikan.
Contoh 2
Sebuah distributor menjual 3
macam produk kosmetik yang
sejenis melalui 2 retail.
data penjualan maupun order
dari distributor tersebut
dikumpulkan selama 6 minggu
seperti ditunjukkan pada tabel.
Dengan menggunakan data
diatas, diperoleh 3 x 2 = 6
ukuran bullwhip untuk
individual produk di tiap-tiap
retail (BE1).
Nilai-nilai BE1 diperoleh dg terlebih
dahulu mencari rata-rata (AVR) maupun
standar deviasi (STD) untuk penjualan
maupun pesanan mingguan.
Dengan mengetahui 2 parameter
tersebut, nilai-nilai koefisien variansi (CV)
bisa dihitung, baik untuk penjualan
maupun pesanan.
Tabel 9.3 memperlihatkan hasil
pengukuran bullwhip untuk 3 produk di 2
retail tersebut.
Tampak bahwa semua BE1 bernilai >1
yang berarti bahwa terjadi amplifikasi
permintaan untuk semua produk
tersebut.
Tabel 9.4 merupakan hasil perhitungan
nilai bullwhip untuk tiap produk, misal
P1 (Jual) = AVR Retail 1 + AVR Retail 2
= 118,17 + 57,50
= 175,67
P1 (Pesan) = AVR Retail 1 + AVR Retail 2
= 120 + 58,33
= 178,33
Tabel 9.5 merupakan hasil perhitungan
nilai bullwhip untuk tiap retail, misal
R1 (Jual) =P1 + P2 + P3
= 118,17 + 69,67 + 152
= 339,83
R1 (Pesan) = P1 + P2 + P3
= 120 + 67,50 + 150
= 337,50
Untuk mendapatkan nilai bullwhip bagi
eselon yang bersangkutan, secara
keseluruhan data dijumlahkan untuk
semua produk dan semua retail.
Tabel 9.6 menunjukkan data yang sudah
diagregasi disertai dengan nilai rata-rata
dan standar deviasi selama 6 minggu.
Perhitungan bullwhip untuk eselon ini dilakukan dg
cara yang sama, yaitu membagi nilai koefisien
variansi penjualan dengan nilai koefisien variansi
pesanan. Nilainya adalah 0,76.
Nilai yang <1 menunjukkan bahwa terjadi
penghalusan pola pesanan pada eselon yang
bersangkutan. Hal ini terjadi karena agregasi
pesanan ketiga produk dari 2 retail.
Pada dasarnya pengukuran diatas hanya memberikan informasi parsial karena bullwhip effect tidak
sepenuhnya bisa dilihat hanya dengan melihat perbandingan koefisien variansi antara penjualan
dengan pesanan. Besarnya inventory yang dimiliki dan backlog (kekurangan) yang dihadapi oleh masing-
masing pihak pada supply chain juga bisa dilihat untuk menganalisis bullwhip.
▪ Permainan ini dirancang oleh Profesor John Sterman dari Massachusetts Institute of Technology (MIT),
yang merupakan lanjutan dari ide-ide Jay Forrester (seorang profesor di MIT yang banyak melakukan
studi tentang sistem dinamis.
▪ Beer game adalah salah satu cara sederhana untuk mendemonstrasikan terjadinya bullwip effect pada
supply chain. Perusahaan bisa menggunakan Beer Game ini untuk menyadarkan karyawan maupun
mitra bisnis mereka akan pentingnya koordinasi dan information sharing pada supply chain.
1) Terima kiriman (persediaan bertambah) dan majukan inventory in transit
satu periode. Pabrik memajukan work in process satu periode.
2) Lihat incoming orders dan kirim sebanyak yang diminta. Kalau permintaan
lebih besar dari inventory, kirim sebanyak stok yang tersedia.
3) Catat inventory atau backlog pada record sheet. Backlog adalah akumulasi
kekurangan yang harus dipenuhi. Semua permintaan harus dipenuhi (tidak
ada lost sales).
4) Majukan order satu periode. Pabrik mengambil bahan baku sebanyak yang
tertulis di “production request”.
5) Tentukan besarnya pesanan dan catat dalam record sheet (pabrik memesan
ke lantai produksi/production request).
Selama permainan tidak
diperbolehkan ada perundingan
antar pemain. Keputusan pesanan
tidak boleh dikomunikasikan
dengan pemain lain.
Setelah permainan selesai, semua
pemain harus menjumlahkan
persediaan maupun backlog untuk
seluruh periode.
11_SCM - DISTORSI INFORMASI DAN BULLWHIP EFFECT-compressed.pdf

More Related Content

What's hot

10. Distorsi Informasi dan Bullwhip Effect.ppt
10. Distorsi Informasi dan Bullwhip Effect.ppt10. Distorsi Informasi dan Bullwhip Effect.ppt
10. Distorsi Informasi dan Bullwhip Effect.ppt
DianFauzi3
 
Peramalan - Forecasting - Manajemen Operasional
Peramalan -  Forecasting - Manajemen OperasionalPeramalan -  Forecasting - Manajemen Operasional
Peramalan - Forecasting - Manajemen Operasional
Falanni Firyal Fawwaz
 
Demand forecasting
Demand forecastingDemand forecasting
Demand forecasting
Rama Renspandy
 
Manajemen persediaan
Manajemen persediaanManajemen persediaan
Manajemen persediaan
Ismha Mhanyun
 
Mengelola persediaan pada supply chain
Mengelola persediaan pada supply chainMengelola persediaan pada supply chain
Mengelola persediaan pada supply chain
Taufik Arief Widodo
 
Scm 05 strategi supply chain
Scm 05   strategi supply chainScm 05   strategi supply chain
Scm 05 strategi supply chain
Abrianto Nugraha
 
Perencanaan Kebutuhan Warehouse (Excelogic Consulting)
Perencanaan Kebutuhan Warehouse (Excelogic Consulting)Perencanaan Kebutuhan Warehouse (Excelogic Consulting)
Perencanaan Kebutuhan Warehouse (Excelogic Consulting)
PT Inti Logika Cipta
 
Penjadwalan Produksi Induk
Penjadwalan Produksi IndukPenjadwalan Produksi Induk
Penjadwalan Produksi Induk
Ansar Lawi
 
5. peramalan permintaan
5. peramalan permintaan5. peramalan permintaan
5. peramalan permintaan
Rizky Akbar
 
Supply Chain Management - Pengelolaan Permintaan dan Pengendalian Produksi
Supply Chain Management - Pengelolaan Permintaan dan Pengendalian ProduksiSupply Chain Management - Pengelolaan Permintaan dan Pengendalian Produksi
Supply Chain Management - Pengelolaan Permintaan dan Pengendalian Produksi
haris fadilah
 
06. Konsep Pola Umum Aliran Bahan, dan Peralatan Pemindahan Bahan
06. Konsep Pola Umum Aliran Bahan, dan Peralatan Pemindahan Bahan06. Konsep Pola Umum Aliran Bahan, dan Peralatan Pemindahan Bahan
06. Konsep Pola Umum Aliran Bahan, dan Peralatan Pemindahan Bahan
Mercu Buana University
 
Perencanaan dan pengendalian kegiatan logistik
Perencanaan dan pengendalian kegiatan logistikPerencanaan dan pengendalian kegiatan logistik
Perencanaan dan pengendalian kegiatan logistik
Togar Simatupang
 
Production Strategy: Level & Chase Strategy _ Materi Training PPIC
Production Strategy: Level & Chase Strategy _ Materi Training PPICProduction Strategy: Level & Chase Strategy _ Materi Training PPIC
Production Strategy: Level & Chase Strategy _ Materi Training PPIC
Kanaidi ken
 
Pp 2 penentuan lokasi pabrik
Pp 2 penentuan lokasi pabrikPp 2 penentuan lokasi pabrik
Pp 2 penentuan lokasi pabrik
University of Brawijaya
 
Scm 08 manajemen pengadaan
Scm 08   manajemen pengadaanScm 08   manajemen pengadaan
Scm 08 manajemen pengadaan
Abrianto Nugraha
 
pengukuran LOT dengan metode PPB
pengukuran LOT dengan metode PPBpengukuran LOT dengan metode PPB
pengukuran LOT dengan metode PPBabay obay
 
Pti08 rantai pasok
Pti08 rantai pasokPti08 rantai pasok
Pti08 rantai pasok
Arif Rahman
 
Dead Stock Gudang _ Materi Training "INVENTORY & WAREHOUSING MANAGEMENT"
Dead Stock Gudang _ Materi Training "INVENTORY & WAREHOUSING MANAGEMENT"Dead Stock Gudang _ Materi Training "INVENTORY & WAREHOUSING MANAGEMENT"
Dead Stock Gudang _ Materi Training "INVENTORY & WAREHOUSING MANAGEMENT"
Kanaidi ken
 
Model persediaan untuk independent demand
Model persediaan untuk independent demandModel persediaan untuk independent demand
Model persediaan untuk independent demandPusri Indariyah
 

What's hot (20)

10. Distorsi Informasi dan Bullwhip Effect.ppt
10. Distorsi Informasi dan Bullwhip Effect.ppt10. Distorsi Informasi dan Bullwhip Effect.ppt
10. Distorsi Informasi dan Bullwhip Effect.ppt
 
Peramalan - Forecasting - Manajemen Operasional
Peramalan -  Forecasting - Manajemen OperasionalPeramalan -  Forecasting - Manajemen Operasional
Peramalan - Forecasting - Manajemen Operasional
 
Demand forecasting
Demand forecastingDemand forecasting
Demand forecasting
 
Manajemen persediaan
Manajemen persediaanManajemen persediaan
Manajemen persediaan
 
Mengelola persediaan pada supply chain
Mengelola persediaan pada supply chainMengelola persediaan pada supply chain
Mengelola persediaan pada supply chain
 
Scm 05 strategi supply chain
Scm 05   strategi supply chainScm 05   strategi supply chain
Scm 05 strategi supply chain
 
Perencanaan Kebutuhan Warehouse (Excelogic Consulting)
Perencanaan Kebutuhan Warehouse (Excelogic Consulting)Perencanaan Kebutuhan Warehouse (Excelogic Consulting)
Perencanaan Kebutuhan Warehouse (Excelogic Consulting)
 
Penjadwalan Produksi Induk
Penjadwalan Produksi IndukPenjadwalan Produksi Induk
Penjadwalan Produksi Induk
 
5. peramalan permintaan
5. peramalan permintaan5. peramalan permintaan
5. peramalan permintaan
 
Supply Chain Management - Pengelolaan Permintaan dan Pengendalian Produksi
Supply Chain Management - Pengelolaan Permintaan dan Pengendalian ProduksiSupply Chain Management - Pengelolaan Permintaan dan Pengendalian Produksi
Supply Chain Management - Pengelolaan Permintaan dan Pengendalian Produksi
 
06. Konsep Pola Umum Aliran Bahan, dan Peralatan Pemindahan Bahan
06. Konsep Pola Umum Aliran Bahan, dan Peralatan Pemindahan Bahan06. Konsep Pola Umum Aliran Bahan, dan Peralatan Pemindahan Bahan
06. Konsep Pola Umum Aliran Bahan, dan Peralatan Pemindahan Bahan
 
Perencanaan dan pengendalian kegiatan logistik
Perencanaan dan pengendalian kegiatan logistikPerencanaan dan pengendalian kegiatan logistik
Perencanaan dan pengendalian kegiatan logistik
 
Production Strategy: Level & Chase Strategy _ Materi Training PPIC
Production Strategy: Level & Chase Strategy _ Materi Training PPICProduction Strategy: Level & Chase Strategy _ Materi Training PPIC
Production Strategy: Level & Chase Strategy _ Materi Training PPIC
 
Pp 2 penentuan lokasi pabrik
Pp 2 penentuan lokasi pabrikPp 2 penentuan lokasi pabrik
Pp 2 penentuan lokasi pabrik
 
Scm 08 manajemen pengadaan
Scm 08   manajemen pengadaanScm 08   manajemen pengadaan
Scm 08 manajemen pengadaan
 
Manajemen Pemasaran ch 6
Manajemen Pemasaran ch 6Manajemen Pemasaran ch 6
Manajemen Pemasaran ch 6
 
pengukuran LOT dengan metode PPB
pengukuran LOT dengan metode PPBpengukuran LOT dengan metode PPB
pengukuran LOT dengan metode PPB
 
Pti08 rantai pasok
Pti08 rantai pasokPti08 rantai pasok
Pti08 rantai pasok
 
Dead Stock Gudang _ Materi Training "INVENTORY & WAREHOUSING MANAGEMENT"
Dead Stock Gudang _ Materi Training "INVENTORY & WAREHOUSING MANAGEMENT"Dead Stock Gudang _ Materi Training "INVENTORY & WAREHOUSING MANAGEMENT"
Dead Stock Gudang _ Materi Training "INVENTORY & WAREHOUSING MANAGEMENT"
 
Model persediaan untuk independent demand
Model persediaan untuk independent demandModel persediaan untuk independent demand
Model persediaan untuk independent demand
 

Similar to 11_SCM - DISTORSI INFORMASI DAN BULLWHIP EFFECT-compressed.pdf

5_SCM - PERMINTAAN DAN PERENCANAAN.pdf
5_SCM - PERMINTAAN DAN PERENCANAAN.pdf5_SCM - PERMINTAAN DAN PERENCANAAN.pdf
5_SCM - PERMINTAAN DAN PERENCANAAN.pdf
RahmadFauzan6
 
SI & PI, SEVRINDA ANGGIA SARI, Prof. Dr. HAPZI ALI. CMA, IMPLEMENTASI SISTEM ...
SI & PI, SEVRINDA ANGGIA SARI, Prof. Dr. HAPZI ALI. CMA, IMPLEMENTASI SISTEM ...SI & PI, SEVRINDA ANGGIA SARI, Prof. Dr. HAPZI ALI. CMA, IMPLEMENTASI SISTEM ...
SI & PI, SEVRINDA ANGGIA SARI, Prof. Dr. HAPZI ALI. CMA, IMPLEMENTASI SISTEM ...
sevrindaanggia
 
PERAMALAN DAN KEPUTUSAN dalam manajemen operasi.pptx
PERAMALAN DAN KEPUTUSAN dalam manajemen operasi.pptxPERAMALAN DAN KEPUTUSAN dalam manajemen operasi.pptx
PERAMALAN DAN KEPUTUSAN dalam manajemen operasi.pptx
LiyaSetiawati
 
Keputusan Mayor Persediaan Barang &#8211; Manajemen Farmasi
Keputusan Mayor Persediaan Barang &#8211; Manajemen FarmasiKeputusan Mayor Persediaan Barang &#8211; Manajemen Farmasi
Keputusan Mayor Persediaan Barang &#8211; Manajemen Farmasizipiklan
 
Pasokan dan Persediaan Bahan di Perusahaan Metric Design
Pasokan dan Persediaan Bahan di Perusahaan Metric DesignPasokan dan Persediaan Bahan di Perusahaan Metric Design
Pasokan dan Persediaan Bahan di Perusahaan Metric Design
Ana' Idiw
 
Metode Persediaan - Awaludin Siking.ppt
Metode Persediaan - Awaludin Siking.pptMetode Persediaan - Awaludin Siking.ppt
Metode Persediaan - Awaludin Siking.ppt
Awaludin Siking
 
Pengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.ppt
Pengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.pptPengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.ppt
Pengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.ppt
ElJeremi
 
SISTEM INFORMASI PENJUALAN LEGEND COFEE
SISTEM INFORMASI PENJUALAN LEGEND COFEESISTEM INFORMASI PENJUALAN LEGEND COFEE
SISTEM INFORMASI PENJUALAN LEGEND COFEE
MuhammadAnanda6
 
E 27 penerapan-metode_exponential_smoothing_winter_dalam_sistem_informasi_pen...
E 27 penerapan-metode_exponential_smoothing_winter_dalam_sistem_informasi_pen...E 27 penerapan-metode_exponential_smoothing_winter_dalam_sistem_informasi_pen...
E 27 penerapan-metode_exponential_smoothing_winter_dalam_sistem_informasi_pen...
Zulyy Astutik
 
Pengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.ppt
Pengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.pptPengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.ppt
Pengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.ppt
ElJeremi
 
SI & PI, Hariz Abdul Najib, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis dan Major Threat,...
SI & PI, Hariz Abdul Najib, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis dan Major Threat,...SI & PI, Hariz Abdul Najib, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis dan Major Threat,...
SI & PI, Hariz Abdul Najib, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis dan Major Threat,...
Hariz Harahap
 
ukuran-lot-mrp.ppt
ukuran-lot-mrp.pptukuran-lot-mrp.ppt
ukuran-lot-mrp.ppt
jawayuna
 
Product & Merchandising
Product & Merchandising Product & Merchandising
Product & Merchandising
RSO-Batch3
 
Pengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.ppt
Pengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.pptPengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.ppt
Pengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.ppt
ElJeremi
 
Enterprise applications
Enterprise applicationsEnterprise applications
Enterprise applications
Herison Surbakti
 
PRESENTATION TITLE.pptx
PRESENTATION TITLE.pptxPRESENTATION TITLE.pptx
PRESENTATION TITLE.pptx
KahfiHassan
 
Stochastic models
Stochastic modelsStochastic models
Stochastic models
PT Lion Air
 
Pertemuan 9 mana. pers.perm independen
Pertemuan 9 mana. pers.perm independenPertemuan 9 mana. pers.perm independen
Pertemuan 9 mana. pers.perm independen
Center For Economic Policy Institute (CEPAT)
 
Akuntansi untuk perusahaan dagang
Akuntansi untuk perusahaan dagangAkuntansi untuk perusahaan dagang
Akuntansi untuk perusahaan dagang
Syafril Djaelani,SE, MM
 
Pengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.ppt
Pengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.pptPengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.ppt
Pengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.ppt
ElJeremi
 

Similar to 11_SCM - DISTORSI INFORMASI DAN BULLWHIP EFFECT-compressed.pdf (20)

5_SCM - PERMINTAAN DAN PERENCANAAN.pdf
5_SCM - PERMINTAAN DAN PERENCANAAN.pdf5_SCM - PERMINTAAN DAN PERENCANAAN.pdf
5_SCM - PERMINTAAN DAN PERENCANAAN.pdf
 
SI & PI, SEVRINDA ANGGIA SARI, Prof. Dr. HAPZI ALI. CMA, IMPLEMENTASI SISTEM ...
SI & PI, SEVRINDA ANGGIA SARI, Prof. Dr. HAPZI ALI. CMA, IMPLEMENTASI SISTEM ...SI & PI, SEVRINDA ANGGIA SARI, Prof. Dr. HAPZI ALI. CMA, IMPLEMENTASI SISTEM ...
SI & PI, SEVRINDA ANGGIA SARI, Prof. Dr. HAPZI ALI. CMA, IMPLEMENTASI SISTEM ...
 
PERAMALAN DAN KEPUTUSAN dalam manajemen operasi.pptx
PERAMALAN DAN KEPUTUSAN dalam manajemen operasi.pptxPERAMALAN DAN KEPUTUSAN dalam manajemen operasi.pptx
PERAMALAN DAN KEPUTUSAN dalam manajemen operasi.pptx
 
Keputusan Mayor Persediaan Barang &#8211; Manajemen Farmasi
Keputusan Mayor Persediaan Barang &#8211; Manajemen FarmasiKeputusan Mayor Persediaan Barang &#8211; Manajemen Farmasi
Keputusan Mayor Persediaan Barang &#8211; Manajemen Farmasi
 
Pasokan dan Persediaan Bahan di Perusahaan Metric Design
Pasokan dan Persediaan Bahan di Perusahaan Metric DesignPasokan dan Persediaan Bahan di Perusahaan Metric Design
Pasokan dan Persediaan Bahan di Perusahaan Metric Design
 
Metode Persediaan - Awaludin Siking.ppt
Metode Persediaan - Awaludin Siking.pptMetode Persediaan - Awaludin Siking.ppt
Metode Persediaan - Awaludin Siking.ppt
 
Pengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.ppt
Pengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.pptPengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.ppt
Pengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.ppt
 
SISTEM INFORMASI PENJUALAN LEGEND COFEE
SISTEM INFORMASI PENJUALAN LEGEND COFEESISTEM INFORMASI PENJUALAN LEGEND COFEE
SISTEM INFORMASI PENJUALAN LEGEND COFEE
 
E 27 penerapan-metode_exponential_smoothing_winter_dalam_sistem_informasi_pen...
E 27 penerapan-metode_exponential_smoothing_winter_dalam_sistem_informasi_pen...E 27 penerapan-metode_exponential_smoothing_winter_dalam_sistem_informasi_pen...
E 27 penerapan-metode_exponential_smoothing_winter_dalam_sistem_informasi_pen...
 
Pengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.ppt
Pengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.pptPengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.ppt
Pengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.ppt
 
SI & PI, Hariz Abdul Najib, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis dan Major Threat,...
SI & PI, Hariz Abdul Najib, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis dan Major Threat,...SI & PI, Hariz Abdul Najib, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis dan Major Threat,...
SI & PI, Hariz Abdul Najib, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis dan Major Threat,...
 
ukuran-lot-mrp.ppt
ukuran-lot-mrp.pptukuran-lot-mrp.ppt
ukuran-lot-mrp.ppt
 
Product & Merchandising
Product & Merchandising Product & Merchandising
Product & Merchandising
 
Pengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.ppt
Pengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.pptPengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.ppt
Pengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.ppt
 
Enterprise applications
Enterprise applicationsEnterprise applications
Enterprise applications
 
PRESENTATION TITLE.pptx
PRESENTATION TITLE.pptxPRESENTATION TITLE.pptx
PRESENTATION TITLE.pptx
 
Stochastic models
Stochastic modelsStochastic models
Stochastic models
 
Pertemuan 9 mana. pers.perm independen
Pertemuan 9 mana. pers.perm independenPertemuan 9 mana. pers.perm independen
Pertemuan 9 mana. pers.perm independen
 
Akuntansi untuk perusahaan dagang
Akuntansi untuk perusahaan dagangAkuntansi untuk perusahaan dagang
Akuntansi untuk perusahaan dagang
 
Pengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.ppt
Pengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.pptPengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.ppt
Pengelolaan_permintaan_dan_perencanaan_produksi.ppt
 

Recently uploaded

Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptxPembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
muhhaekalsn
 
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
HADIANNAS
 
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
rhamset
 
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASASURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
AnandhaAdkhaM1
 
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdfTUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
jayakartalumajang1
 
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong dCOOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
delphijean1
 
Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.pptMatematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
AzrilAld
 
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptxTUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
indahrosantiTeknikSi
 
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptxRANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
muhammadiswahyudi12
 
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdfDaftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Tsabitpattipeilohy
 

Recently uploaded (10)

Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptxPembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
 
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
 
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
 
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASASURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
 
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdfTUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
 
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong dCOOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
 
Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.pptMatematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
 
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptxTUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
 
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptxRANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
 
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdfDaftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
 

11_SCM - DISTORSI INFORMASI DAN BULLWHIP EFFECT-compressed.pdf

  • 1. Widya Setiafindari, ST., M.Sc. widya.setiafindari@staff.uty.ac.id
  • 2. ▪ Distorsi informasi selalu terjadi pada supply chain. Distorsi ini terutama terjadi pada data permintaan tempat pemain yang berada di hulu supply chain biasanya tidak mendapat informasi permintaan yang sesungguhnya. ▪ Distorsi informasi mengakibatkan pola permintaan yang semakin fluktuatif ke arah hulu supply chain. Meningkatnya fluktuasi atau variabilitas permintaan dari hilir ke hulu suatu supply chain itulah yang disebut BULLWHIP EFFECT. ▪ BULLWHIP EFFECT mengakibatkan banyak inefisiensi pada supply chain. Misal, pabrik memproduksi dan mengirim lebih banyak dari yang sesungguhnya dibutuhkan akibat salah membaca sinyal permintaan dari pemain bagian hilir supply chain. Kegiatan di pabrik dan pemasok menjadi lebih fluktuatif, sehingga terkadang mereka harus lembur menghadapi pesanan yang berlebih atau menganggur karena distributor/retail tidak memesan dalam waktu yang relatif panjang akibat mereka melakukan forward buying.
  • 3. ▪ Demand Forecast Updating Ketika perusahaan pembeli (misal retail) memesan barang kepada distributor, ukuran pemesanan ditentukan berdasarkan ramalan yang dibuat oleh retail. Apabila retail menggunakan kebijakan persediaan reorder point atau order-up-to level (ada batas persediaan maksimum), parameter-parameter persediaan seperti persediaan pengaman, inventory maximum, reorder point, dsb juga berubah dengan adanya pembaharuan ramalan permintaan. Pembaharuan seperti inilah yg bisa mengakibatkan variabilitas order yang dipesan retail lebih besar dibandingkan dg variabilitas permintaan yang diterimanya dari pelanggan akhir.
  • 4. ▪ Order Batching Order Batching diperlukan karena proses produksi dan pengiriman produk tidak akan ekonomis bila dilakukan dalam ukuran kecil. Retail yang menjual rata-rata 6 unit suatu produk tertentu tidak akan memesan tiap hari dengan rata-rata 6 unit ke pusat distribusi. Pengiriman tidak akan ekonomis bila dilakukan dalam ukuran kecil, terutama jika jarak pengiriman jauh. Permintaan pelanggan akhir yang relatif stabil dari hari ke hari akan berubah menjadi order mingguan atau dua mingguan dari retail, sehingga pusat distribusi akan menerima order yang lebih fluktuatif dibandingkan permintaan yang dihadapi retail. ▪ Fluktuasi Harga Retail atau toko akan melakukan forward buying (membeli lebih awal) dan membeli lebih banyak dari ukuran pesanan normal apabila terjadi penurunan harga yang bersifat temporer, sehingga pusat distribusi akan mengalami peningkatan volume penjualan. Retail tidak akan memesan lagi dalam waktu 2-3 bulan karena permintaan konsumen akhir yang tidak berubah. Akibat yang dtimbulkan kemudian adalah stok menumpuk dan ongkos-ongkos produksi meningkat akibat lembur maupun pengiriman cepat.
  • 5. ▪ Rationing & Shortage Gaming Rationing berarti hanya memenuhi 100 persen pesanan pelanggan, namun hanya sekian persen dari volume yang dipesan. Misal, jika persediaan ada hanya 800 unit dan pesanan seluruhnya 1000 unit maka hanya dialokasikan 80% dari permintaannya. Sayangnya kekurangan stok seperti ini tidak terjadi setiap saat dan tidak mudah untuk diprediksi. Akibatnya, sering kali pada saat persediaan sebenarnya cukup, pelanggan mengubah atau membatalkan pesanan. Cara seperti ini merusak informasi pasar pada supply chain. Pemain yang ada di bagian hulu tidak akan pernah mendapatkan informasi pasar yang mendekati kenyataan akibat motif gaming dan spekulatif yang dilakukan oleh pelanggan mereka. Pabrik dan pemain hulu lainnya tidak akan dengan mudah membedakan antara kenaikan pesanan yang bermotif spekulatif dengan peningkatan pesanan yang murni merefleksikan peningkatan permintaan dari pelanggan akhir.
  • 6. 1. Information Sharing (terutama data dari pelanggan akhir) Infromasi yang tidak transparan mengakibatkan banyak pihak pada supply chain melakukan kegiatan atas dasar ramalan atau tebakan yang tidak akurat. Pabrik hanya mengetahui pola permintaan berdasarkan order yang diterima dari pusat distribusi berdasarkan pola order dari para retail. Oleh karena itu, penting untuk membagi informasi permintaan ke seluru pemain pada supply chain. Barcoding, Electronic Data Interchange (EDI) maupun teknologi sejenis lainnya bisa mentransmisikan data penjualan (Point Of Sales /POS) dari tempat produk dijual ke para pemain supply chain yang berada di hulu. Kesalahan ramalan bisa dikurangi dengan pertukaran informasi yang lebih baik. Model kolaborasi seperti CPFR (Collaborative Planning, Forecasting, and REplenishment) merupakan solusi yang baik untuk menyinkronkan ramalah di sepanjang supply chain.
  • 7. 2. Memperpendek/Mengubah Struktur Supply Chain Semakin panjang dan kompleks struktur suatu supply chain, semakin besar kemungkinannya terjadi distorsi informasi. Contoh, Dell Computers bisa melejit dengan cepat mengungguli IBM dan Apple yang sudah lama di bisnis komputer disebabkan oleh struktur supply chain Dell yang ramping dan pendek. Dell menerima langsung pesanan komputer dari pelanggan akhir sesuai dengan spesifikasi yang mereka inginkan. Dengan begitu, informasi permintaan tidak akan terdistorsi sehingga ramalan permintaan serta keputusan stok dan pengadaan komponen/bahan baku dapat dilakukan secara lebih akurat. 3. Pengurangan Ongkos-ongkos Tetap Biaya tetap yang tinggi mengakibatkan kegiatan produksi maupun pengiriman tidak bisa dilakukan dalam jumlah yang kecil. Untuk mengatasinya dapat dilakukan pengurangan waktu setup produksi. Banyak perusahaan di Jepang yang memiliki target waktu setup <10 menit atau disebut Single Minute Exchange Dies (SMED). Untuk kegiatan pengadaan, ukuran lot pemesanan bisa dikurangi dengan mengeliminasi kegiatan- kegiatan administrasi yang berlebihan dan memakan waktu. Inovasi pada manajemen transportasi dan distribusi banyak membantu pengurangan Bullwhip Effect. Kegiatan Composite Distribution tempat produk yang berbeda-beda bisa diangkut pada sebuah truk mampu menciptakan efisiensi, walaupun tiap-tiap SKU (Stock Keeping Unit) diangkut dalam jumlah yang relatif sedikit.
  • 8. 4. Menciptakan Stabilitas Harga Untuk menghindari reaksi forward buying, frekuensi dan intensitas kegiatan promosi parsial harus dikurangi dan lebih diarahkan ke pengurangan harga secara kontinue sehingga menciptakan program seperti Every Day Low Price (EDLP). Jika terjadi penurunan harga, semua pihak dalam supply chain harus mengetahui program tersebut dengan baik, sehingga tidak keliru dalam menaksirkan permintaan yang sesungguhnya. 5. Memperpendek Lead Time Lead time bisa diperpendek dengan mengubah struktur/konfigurasi supply chain (misal dg pemasok lokal), mengubah mode transportasi (dari perkapalan ke pengiriman udara), atau dengan cara-cara inovatif seperti crossdocking dan perbaikan manajemen penanganan order, penjadwalan produksi maupun pengiriman yang lebih baik.
  • 9. BE = CV (order) / CV (demand) Dengan, CV (order) = s (order) / mu (order) CV (demand) = s (demand) / mu (demand)
  • 10. Contoh 1 Sebuah retail mencatat data penjualan harian suatu produk kosmetik selama 60 hari. Data order ke distributor dicatat untuk periode yang sama. Data penjualan ke pelanggan akhir maupun data order ke distributor ditunjukkan pada tabel disamping. Hitunglah amplifikasi variabilitas permintaan yang terjadi di retail tersebut! Besarnya amplifikasi permintaan (bullwhip) adalah = 1,261/0,267 = 4,73 Nilai diatas menunjukkan bahwa variabilitas permintaan meningkat (teramplifikasi) 4,73 kali yg merupakan akibat dari kebijakan order retail tersebut.
  • 11. ▪ PENGUKURAN AMPLIFIKASI PERMINTAAN BISA DILAKUKAN DALAM 4 KATEGORI, YAITU: 1) Pengukuran untuk tiap produk di tiap retail/toko (BE1). Jadi, kalau ada P produk yang berbeda (dalam satu keluarga produk yang dipasok oleh satu distributor) dan R toko atau retail yang menjual produk tersebut, maka akan ada sebanyak P x R angka amplifikasi yang akan diperoleh. 2) Pengukuran untuk setiap produk tempat penjualan di semua toko/retail diagregasikan (BE2). Pengukuran akan dilakukan setiap produk, sehingga akan diperoleh angka amplifikasi permintaan sebanyak jumlah produk (P). 3) Pengukuran untuk setiap retail (BE3). Disini permintaan maupun order setiap produk yang sejenis akan diagregasikan dan jumlah pengukuran yang diperoleh adalah sebanyak retail (R). 4) Pengukuran untuk eselon (BE4). Hanya akan diperoleh satu ukuran bullwhip untuk setiap eselon karena semua produk dan semua retail diagregasikan.
  • 12. Contoh 2 Sebuah distributor menjual 3 macam produk kosmetik yang sejenis melalui 2 retail. data penjualan maupun order dari distributor tersebut dikumpulkan selama 6 minggu seperti ditunjukkan pada tabel. Dengan menggunakan data diatas, diperoleh 3 x 2 = 6 ukuran bullwhip untuk individual produk di tiap-tiap retail (BE1).
  • 13. Nilai-nilai BE1 diperoleh dg terlebih dahulu mencari rata-rata (AVR) maupun standar deviasi (STD) untuk penjualan maupun pesanan mingguan. Dengan mengetahui 2 parameter tersebut, nilai-nilai koefisien variansi (CV) bisa dihitung, baik untuk penjualan maupun pesanan. Tabel 9.3 memperlihatkan hasil pengukuran bullwhip untuk 3 produk di 2 retail tersebut. Tampak bahwa semua BE1 bernilai >1 yang berarti bahwa terjadi amplifikasi permintaan untuk semua produk tersebut.
  • 14. Tabel 9.4 merupakan hasil perhitungan nilai bullwhip untuk tiap produk, misal P1 (Jual) = AVR Retail 1 + AVR Retail 2 = 118,17 + 57,50 = 175,67 P1 (Pesan) = AVR Retail 1 + AVR Retail 2 = 120 + 58,33 = 178,33 Tabel 9.5 merupakan hasil perhitungan nilai bullwhip untuk tiap retail, misal R1 (Jual) =P1 + P2 + P3 = 118,17 + 69,67 + 152 = 339,83 R1 (Pesan) = P1 + P2 + P3 = 120 + 67,50 + 150 = 337,50
  • 15. Untuk mendapatkan nilai bullwhip bagi eselon yang bersangkutan, secara keseluruhan data dijumlahkan untuk semua produk dan semua retail. Tabel 9.6 menunjukkan data yang sudah diagregasi disertai dengan nilai rata-rata dan standar deviasi selama 6 minggu. Perhitungan bullwhip untuk eselon ini dilakukan dg cara yang sama, yaitu membagi nilai koefisien variansi penjualan dengan nilai koefisien variansi pesanan. Nilainya adalah 0,76. Nilai yang <1 menunjukkan bahwa terjadi penghalusan pola pesanan pada eselon yang bersangkutan. Hal ini terjadi karena agregasi pesanan ketiga produk dari 2 retail. Pada dasarnya pengukuran diatas hanya memberikan informasi parsial karena bullwhip effect tidak sepenuhnya bisa dilihat hanya dengan melihat perbandingan koefisien variansi antara penjualan dengan pesanan. Besarnya inventory yang dimiliki dan backlog (kekurangan) yang dihadapi oleh masing- masing pihak pada supply chain juga bisa dilihat untuk menganalisis bullwhip.
  • 16. ▪ Permainan ini dirancang oleh Profesor John Sterman dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), yang merupakan lanjutan dari ide-ide Jay Forrester (seorang profesor di MIT yang banyak melakukan studi tentang sistem dinamis. ▪ Beer game adalah salah satu cara sederhana untuk mendemonstrasikan terjadinya bullwip effect pada supply chain. Perusahaan bisa menggunakan Beer Game ini untuk menyadarkan karyawan maupun mitra bisnis mereka akan pentingnya koordinasi dan information sharing pada supply chain.
  • 17. 1) Terima kiriman (persediaan bertambah) dan majukan inventory in transit satu periode. Pabrik memajukan work in process satu periode. 2) Lihat incoming orders dan kirim sebanyak yang diminta. Kalau permintaan lebih besar dari inventory, kirim sebanyak stok yang tersedia. 3) Catat inventory atau backlog pada record sheet. Backlog adalah akumulasi kekurangan yang harus dipenuhi. Semua permintaan harus dipenuhi (tidak ada lost sales). 4) Majukan order satu periode. Pabrik mengambil bahan baku sebanyak yang tertulis di “production request”. 5) Tentukan besarnya pesanan dan catat dalam record sheet (pabrik memesan ke lantai produksi/production request).
  • 18.
  • 19. Selama permainan tidak diperbolehkan ada perundingan antar pemain. Keputusan pesanan tidak boleh dikomunikasikan dengan pemain lain. Setelah permainan selesai, semua pemain harus menjumlahkan persediaan maupun backlog untuk seluruh periode.