2. KEPUTUSAN PENDANAAN DAN NET PRESENT
VALUE
Saat membicarakan keputusan investasi,
kesimpulan yang kita peroleh adalah bahwa
keputusan investasi yang memberikan NPV positif
akan meningkatkan nilai perusahaan (atau
kemakmuran pemilik perusahaan).
Dengan demikian, memperoleh NPV yang positif
juga bisa dipergunakan dalam mengambil
keputusan pendanaan (financing decision).
3. KEPUTUSAN PENDANAAN DAN NET PRESENT
VALUE
Hanya saja relatif lebih sulit untuk memperoleh
NPV positif dari keputusan pendanaan
dibandingkan dengan keputusan investasi.
Hal ini disebabkan karena keputusan investasi
yang dilakukan pada sektor rill yaitu dilakukan
pada pasar yang tidak sempurna, informasi tidak
lengkap dan/atau sangat mahal, terkadang juga
dijumpai adanya hambatan untuk masuk sektor
tersebut, sehingga terbuka peluang untuk
memperoleh NPV yang positif.
4. KEPUTUSAN PENDANAAN DAN NET PRESENT
VALUE
Sebaliknya, keputusan pendanaan dilakukan
dalam pasar modal yang umumnya sangat
kompetitif, informasi terbuka luas bagi semua
pemodal, dan pemodal individual tidak bisa
mempengaruhi harga.
Pasar yang seperti ini disebut pasar modal yang
efisien. Dalam keadaan seperti ini, transaksi jual
beli sekuritas akan cenderung menghasilkan NPV
yang tidak positif.
5. KEPUTUSAN PENDANAAN DAN NET PRESENT
VALUE
Perusahaan mungkin saja dapat memperoleh
pendananaan yang memberikan NPV positif,
sejauh pendanaan tersebut ternyata disubsidi.
Jenis pendanaan ini kadang-kadang diberikan
oleh pemerintah untuk mendorong sektor atau
usaha tertentu.
Misalnya, pemerintah mungkin memberikan
tingkat bunga hanya 11% per tahun kepada
industri tertentu. Apabila tingkat bunga pinjaman
yang umum berlaku adalah 18% per tahun,
6. KEPUTUSAN PENDANAAN DAN NET PRESENT
VALUE
kredit yang diterima perusahaan sebesar Rp
1.000 juta dengan jangka waktu 3 tahun dan
pengembalian menggunakan sistem anuitas,
maka perhitungan NPV pinjaman tersebut dapat
dilakukan sebagai berikut.
Besarnya pembayaran setip tahun, mulai akhir
tahun ke-1 dihitung dengan cara berikut:
1.000 =
𝑋
(1 + 0,18)
+
𝑋
(1 + 0,18)2
+
𝑋
(1 + 0,18)3
X = Rp 409 juta
7. KEPUTUSAN PENDANAAN DAN NET PRESENT
VALUE
Apabila perusahaan hanya membayar Rp409 juta
per tahun selama tiga tahun, maka PV
pembayaran tersebut apabila dipergunakan r =
18% adalah:
𝑃𝑉 =
𝑡=1
3
409
(1 + 0,18)𝑡
PV = Rp889 juta
Dengan demikian NPV pendanaan tersebut
adalah:
Rp1.000 juta – Rp 889 juta = Rp 111 juta
8. KEPUTUSAN PENDANAAN DAN NET PRESENT
VALUE
Dengan kata lain, perusahaan yang memperoleh
kredit dengan suku bunga murah tersebut
menerima subisidi dari pemerintah senilai Rp 111
juta.
Tentu saja kita tidak perlu heran jika kita
memperoleh kredit dengan suku bunga murah,
tentunya kita menerima manfaat.
Cara diatas menunjukkan cara menghitung nilai
manfaat tersebut.
9. PASAR MODAL YANG EFISIEN
Secara umum pasar modal yang efisien
didefinisikan sebagai pasar yang harga sekuritas-
sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi
yang relevan.
Semakin cepat informasi baru tercermin pada
harga sekuritas, semakin efisien pasar modal
tersebut. Dengan demikian akan sangat sulit bagi
para pemodal untuk memperoleh tingkat
keuntungan di atas normal secara konsisten
dengan melakukan transaksi perdagangan di bursa
efek.
10. MENGAPA PASAR MODAL EFISIEN?
Pasar modal menjadi efisien karena persaingan
antara para analis investasi akan membuat pasar
sekuritas setiap saat menunjukkan harga yang
sebenarnya.
Para analis akan berupaya memperoleh informasi
selengkap mungkin bahkan jika mungkin lebih
lengkap dari analis yang lain, melakukan analisis
secermat mungkin, sehingga akan membuat harga
sekuritas menjadi wajar.
11. MENGAPA PASAR MODAL EFISIEN?
Ada dua tipe analis investasi yang membuat adanya
perubahan harga secara random:
Fundamental analysts
Yaitu para analis yang mempelajari bisnis
perusahaan dan mencoba membuka informasi
tentang profitabilitas yang akan memberikan
informasi baru terhadap harga saham.
Persaingan di antara para peneliti fundamental ini
akan cenderung membuat harga mencerminkan
semua informasi yang relevan dan perubahan
harga tidak bisa diramalkan.
12. MENGAPA PASAR MODAL EFISIEN?
Technical analysts
Yaitu para analis yang hanya mempelajari catatan
harga di masa yang lalu dan mencari siklus-siklus
tertentu dari perubahan harga di waktu yang lalu.
Persaingan dalam penelitian teknikal ini akan
cenderung membuat harga saat ini mencerminkan
semua informasi dalam urutan harga di waktu yang
lalu dan bahwa perubahan harga tidak bisa
diperkirakan dari harga di waktu yang lalu.
13. TIGA BENTUK TEORI PASAR MODAL YANG
EFISIEN
Pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar
modal yang harga sekuritas-sekuritasnya
mencerminkan semua informasi yang relevan.
Informasi-informasi tersebut diklasifikasikan menjadi
tiga tipe, yaitu:
1) Informasi dalam bentuk perubahan harga di waktu
yang lalu
2) Informasi yang tersedia kepada publik (public
information)
3) Informasi yang tersedia baik kepada publik
maupun tidak (public and private information)
14. TIGA BENTUK TEORI PASAR MODAL YANG
EFISIEN
1) Harga mencerminkan semua informasi yg ada
pada catatan harga di waktu yg lalu.
Dalam keadaan seperti ini pemodal tidak bisa
memperoleh tingkat keuntungan di atas normal
dengan menggunakan trading rules berdasarkan
atas informasi harga di waktu yang lalu.
Keadaan ini disebut bentuk efisiensi yang lemah
(weak form efficiency). Penelitian tentang random
walk menunjukkan bahwa sebagian besar pasar
modal paling tidak efisien dalam bentuk ini.
15. TIGA BENTUK TEORI PASAR MODAL YANG
EFISIEN
3) Bentuk ketiga adalah bentuk efisiensi yang kuat
(strong forms) dimana harga tidak hanya
mencerminkan semua informasi yang
dipublikasikan, tetapi juga informasi yang bisa
diperoleh dari analisa fundamental tentang
perusahaan dan perekonomian.
Dalam keadaan semacam ini pasar modal akan
seperti rumah lelang yang ideal; harga selalu
wajar dan tidak ada investor yang mampu
memperoleh perkiraan yang lebih baik tentang
harga saham kebanyakan tes dalam bentuk ini
dilakukan terhadap prestasi berbagai portofolio
yang dikelola secara profesional.
16. IMPLIKASI HIPOTESA PASAR YANG EFISIEN
TERHADAP KEPUTUSAN PENDANAAN
1) Jika kita percaya bahwa pasar modal efisien,
maka perusahaan akan menerima harga yang
wajar dari setiap sekuritas yang diterbitkan, sulit
bagi perusahaan untuk menjual sekuritas dengan
harga terlalu mahal.
2) Implikasi lain apabila pasar modal efisien adalah
bahwa upaya untuk “membodohi” para pemodal
dengan merekayasa laporan keuangan diragukan
keberhasilannya.
17. IMPLIKASI HIPOTESA PASAR YANG EFISIEN
TERHADAP KEPUTUSAN PENDANAAN
3) Implikasi ketiga menyangkut masalah timing
penerbitan saham.
Seringkali pihak manajemen berpendapat bahwa saat
ini merupakan saat yang tepat untuk menerbitkan
saham baru, karena harga saham perusahaan
sedang tinggi dan oleh manajemen dinilai sudah
terlalu tinggi.
Hal ini kemudian ditafsirkan oleh masyarakat bahwa
sebenarnya kondisi perusahaan tidaklah sebaik
semula, maka sesuai dengan hipotesa pasar yang
efisien, harga saham akan turun menyesuaikan diri
dengan informasi baru tersebut.
18. INSTRUMEN KEUANGAN JANGKA PANJANG
Pasar modal merupakan pertemuan demand dan
supply jangka panjang.
Permintaan dana jangka panjang umumnya berasal
dari perusahaan yang dilakukan dengan
menerbitkan instrumen keuangan (sekuritas)
berjangka panjang, seperti saham dan obligasi.
Saham menunjukkan bukti kepemilikan, sedangkan
obligasi merupakan surat tanda hutang jangka
panjang yang diterbitkan oleh perusahaan.
19. SAHAM
Di Indonesia, saham yang diterbitkan oleh
perusahaan ke pasar modal boleh diterbitkan
dengan ataupun tanpa nilai nominal.
Apabila saham diterbitkan dengan nilai nominal
maka modal saham di neraca dicatat sesuai
dengan nilai nominal. Apabila terjual di pasar
modal lebih tinggi dari nilai nominal, maka
selisihnya dicatat sebagai “tambahan modal
disetor”.
Apabila tanpa nilai nominal, maka seluruh hasil
penjualan saham tersebut dicatat sebagai modal
saham.
20. SAHAM
Berikut contoh akun ekuitas PT Jasa Marga
(persero) Tbk yang menawarkan sahamnya
pertama kali ke publik pada Oktober 2007:
21. SAHAM
Akun ekuitas tersebut menunjukkan bahwa
perusahaan dapat menerbitkan saham sampai
sejumlah 19.040 juta lembar saham tanpa harus
merubah Anggaran Dasarnya. Hal ini ditunjukkan
oleh “Modal Dasar”.
Karena perusahaan sudah menerbitkan 6.800 juta
lembar saham, maka jumlah lembar saham yang
masih dapat diterbitkan lagi tanpa merubah
Anggaran Dasar adalah 12.240 juta lembar
saham.
22. SAHAM
Karena jumlah lembar saham yang telah
diterbitkan sebesar 6.800 juta dengan nilai
nominal @Rp500, maka “modal saham” dicatat
sebesar Rp3.400 miliar.
Pada Oktober 2007 perusahaan menerbitkan
saham baru sebanyak 2.040 juta ditawarkan
dengan harga Rp1.700 per lembar. Selisih harga
per lembar Rp1.200 x 2.040 juta lembar saham
dicatat sebagai tambahan modal disetor yaitu
sebesar Rp2.448 miliar.
23. SAHAM
Karena pada waktu menawarkan saham ke publik
perusahaan mengeluarkan berbagai biaya hampir
Rp103 miliar, maka “tambahan modal disetor”
dicatat sedikit di atas yaitu Rp2.345 miliar (yaitu
Rp2.448 – Rp103).
Karena tidak semua laba yang diperoleh
dibagikan sebagai dividen maka muncul akun
“saldo laba”
25. SAHAM
Pada tahun 2008 perusahaan melakukan
pembelian kembali (stock repurchase) sebanyak
8.758.000 lembar saham. Karena itu “modal
saham” berkurang sebesar Rp4.379 miliar (yaitu
8.758.000 x Rp500).
Akun tambahan modal disetor menurun Rp802
juta apabila dibandingkan dengan tahun 2007. Hal
ini berarti bahwa rata-rata saham yang dibeli
kembali dengan harga (Rp1.802 juta/ 8.758.000) =
Rp206 di atas nilai nominalnya.
Dengan kata lain saham yg dibeli kembali rata-
rata dibayar dengan harga Rp706 per lembar
saham.
26. SAHAM
Nilai akun saldo laba meningkat apabila
dibandingkan dengan tahun 2007.
hal ini berarti bahwa pada tahun 2008 perusahaan
memperoleh laba bersih setelah pajak sejumlah
tertentu, tetapi setelah sebagian saldo laba
tersebut dipergunakan untuk membayar dividen
dan lain-lain saldonya bertambah sekitar Rp602
miliar.
27. SAHAM
Dengan demikian nilai buku per lembar saham pada
tahun 2007 :
𝑅𝑝5.975.315 𝑗𝑢𝑡𝑎
19.040 𝑗𝑢𝑡𝑎
= 𝑅𝑝 314
Sedangkan nilai buku per lembar saham pada tahun
2008 :
𝑅𝑝6; 572.008 𝑗𝑢𝑡𝑎
(19.040 𝑗𝑢𝑡𝑎 − 8,758 𝑗𝑢𝑡𝑎)
= 𝑅𝑝 345
Harga saham tersebut di bursa bisa sangat berbeda
dengan nilai bukunya.
28. OBLIGASI
Obligasi merupakan surat tanda hutang, dan
umumnya tidak dijamin dengan aktiva tertentu.
Karena itu, jika perusahaan bangkrut pemegang
obligasi akan diperlakukan sebagai kreditur
umum.
Obligasi akan mencantumkan:
1) Nilai perusahaan atau face value
2) Jangka waktu akan dilunasi
3) Bunga yang dibayarkan (coupon rate)
4) Berapa kali dalam satu tahun bunga tersebut
dibayarkan
29. OBLIGASI
Nilai pasar obligasi akan sangat dipengaruhi oleh
perubahan tingkat bunga yang umum berlaku.
Apabila tingkat bunga naik, maka harga obligasi
akan turun, dan sebaliknya.
Karena risiko obligasi terletak sebagian besar
pada tingkat bunga, maka beberapa perusahaan
memilih untuk menerbitkan obligasi dengan suku
bunga mengambang (floating rate).
Dengan demikian pada saat suku bunga naik,
coupon rate ikut naik, demikian juga sebaliknya.
30. OBLIGASI
Terkadang obligasi mencantumkan klausul yang
menyatakan bahwa obligasi tersebut dapat
dilunasi oleh perusahaan dengan harga tertentu
(call price).
Call price ini selalu lebih tinggi dari face valuenya.
Misalnya, obligasi dengan face value Rp1.000.000
dinyatakan mempunyai call price Rp1.100.000. ini
berarti bahwa perusahaan bisa melunasi obligasi
tersebut dengan harga Rp1.100.000.
31. OBLIGASI
Persyaratan ini dilakukan oleh perusahaan jika
perusahaan khawatir akan terjadi penurunan suku
bunga. Bagi pemegang obligasi, apabila suku bunga
turun, maka harga obligasi akan naik. Jika naiknya
sampai lebih dari Rp1.100.000, maka perusahaan
mungkin akan “memanggil” obligasi tersebut untuk
dilunasi.
Tentu saja ini akan merugikan pemilik obligasi.
Karena itu persyaratan ini harus sudah diberitahukan
pada saat penerbitan obligasi, dan terkadang
dicantumkan periode perlindungan terhadap
pemegang obligasi. Dalam periode itu perusahaan
tidak boleh memanggil obligasi.