Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi menerbitkan pedoman tentang asesmen dalam Kurikulum Merdeka. Pedoman ini menjelaskan prinsip-prinsip asesmen formatif dan sumatif serta tahapan pelaksanaannya untuk mendukung tujuan pendidikan membentuk Pelajar Pancasila.
1. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN
RISET, DAN TEKNOLOGI
ASESMEN DALAM
KURIKLUM MERDEKA
Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen
Pendidikan
2022
4. VISI PENDIDIKAN
“mewujudkan Indonesia maju yang
berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian melalui terciptanya
Pelajar Pancasila yang bernalar kritis,
kreatif, mandiri, beriman, bertakwa
kepada Tuhan YME, dan berakhlak
mulia, bergotong royong, dan
berkebinekaan global
Visi Pendidikan Indonesia adalah
mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat,
mandiri, dan berkepribadian melalui
terciptanya Pelajar Pancasila
PELAJAR
PANCASILA
Beriman,
bertakwa kepada
Tuhan YME, dan
berakhlak mulia
Mandiri
Bernalar
Kritis
Kreatif
Bergotong-
Royong
Berkebinekaan
Global
14. Pengertian
• Asesmen formatif, yaitu asesmen yang bertujuan untuk
memberikan informasi atau umpan balik bagi pendidik dan peserta
didik untuk memperbaiki proses belajar.
• Asesmen sumatif, yaitu asesmen yang dilakukan untuk
memastikan ketercapaian keseluruhan tujuan pembelajaran.
• Asesmen sumatif dilakukan pada akhir proses pembelajaran atau
dapat juga dilakukan sekaligus untuk dua atau lebih tujuan
pembelajaran, sesuai dengan pertimbangan pendidik dan kebijakan
satuan pendidikan.
• Berbeda dengan asesmen formatif, asesmen sumatif menjadi
bagian dari perhitungan penilaian di akhir semester, akhir tahun
ajaran, dan/atau akhir jenjang.
15. Penekanan pada AsesmenFormatif
FungsiAsesmenFormatif dan Sumatif
Proporsi fungsi Assessment as,for
,dan of learning.
Asesmen
Formatif
Asesmen
Sumatif
Penting!
Pada kurikulum ini guru diharapkan
memberikan proporsi lebih banyakpada
pelaksanaan asesmenformatif daripada
menitikberatkan orientasi pada asesmen
sumatif.
Harapannya, ini akan mendukung proses
penanaman kesadaran bahwa proseslebih
penting daripada sebatas hasilakhir.
16. Penekanan pada Asesmen Formatif
Mengapa KeseimbanganAsesmenFormatif dan Sumatifpenting?
Mengubah paradigma belajar yang
menitikberatkan pada nilai menjadi
belajar yang menitikberatkan pada
proses.
Jika ketergantungan pada asesmen sumatifmasih
terjadi dengan umpan balik yang sedikit, maka
dapat menghambat proses murid untuk
“mengalami pengetahuan”.
Asesme
n
Formatif
Asesme
n
Sumatif
Proporsi fungsi Assessment as,for
,dan of learning.
26. • Untuk bisa membuatpembelajaran
yang berpusat pada peserta didik,
maka asesmenmenjadi tahap
pertama yang harus kitalakukan
• Asesmen ini biasa disebutjuga
asesmen diagnostik
• Yang perlu dikenali antara lain:
potensi, karakteristik, kebutuhan,
tahap perkembangan pesertadidik,
tahap capaian pembelajaran anak,
dll
• Setelah berhasil mengidentifikasi potensi,
karakteristik, tingkat capaian,kemampuan,
maka bagian berikutnya adalah menyusun
proses pembelajaran yang sesuaidengan
data asesmenkita.
• Perencanaan ini juga termasuk
pengelompokkan peserta didikdalam
tingkat yangsama.
• Dengan penyusunan pembelajaran yang
sesuaidengan capaian ataupun tingkat
kemampuan peserta didik ini, maka kita
menempatkan peserta didik sebagaipusat
utama pembelajarannya, sesuaidengan
filosofi Ki HadjarDewantara
• Selamaproses pembelajaran ini,perlu
dibuat adanya asesmen-asesmen
berkala untuk melihat proses
pemahaman murid, kebutuhan,
kemajuan selama pembelajaran atau
biasa disebut asesmenformatif.
• Adapun asesmen sumatif, sebagai
proses evaluasi ketercapaian tujuan
pembelajaran di akhir suatu
pembelajaran juga diperlukan untuk
membantu pendidik merancangprojek
berikutnya
Asesme
n
Perencana
an
Pembelajara
n
TAHAPAN
27. • Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in
Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan
kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek
• Ketiga aspek tersebut adalah :
1. Kesiapan belajar (readiness) murid Kognitif
2. Minat murid
3. Profil belajar murid
Non Kognitif
28. Kesiapan Belajar
• Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru.
Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa
murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang
tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru
tersebut.
• Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar.
• tujuan melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat
kesiapan belajar adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan
pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya (Joseph,
Thomas, Simonette & Ramsook, 2013).
• Tomlinson (2001) mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi
mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD.
30. Contoh pemetaan
kebutuhan belajar
berdasarkan Kesiapan
Belajar Murid (Readiness)
Ibu Lusi akan mengajar pelajaran Matematika. Tujuan Pembelajaran yang ia
tetapkan adalah: murid dapat menyajikan dan menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan keliling bangun datar.
Ia kemudian membuat pemetaan kebutuhan belajar dan memberikan penugasan
seperti di bawah ini:
Kesiapan
belajar
(Readiness)
Beberapa murid telah memahami
konsep keliling; dapat melakukan
operasi hitung dasar.
Beberapa murid telah memahami konsep keliling
namun belum lancar dalam melakukan operasi hitung
dasar.
Beberapa murid belum
memahami konsep keliling.
Tugas Murid diminta mengerjakan
soal-soal tantangan yang
mengaplikasikan konsep keliling
dalam kehidupan sehari-hari.
murid akan diminta untuk bekerja
secara mandiri dan saling
memeriksa pekerjaan
masing-masing.
Murid menggunakan bantuan benda-benda konkret
untuk menghitung keliling bangun datar (misalnya
menggunakan lidi atau sedotan). Jika mengalami
kesulitan, murid diminta menerapkan strategi “3
before me” (bertanya kepada 3 teman sebelum
bertanya langsung pada guru). Guru akan sesekali
datang ke kelompok ini untuk memastikan tidak ada
miskonsepsi.
Murid akan mendapatkan
pembelajaran eksplisit
tentang konsep keliling.
Guru akan memberikan
scaffolding yang lebih
banyak dalam proses ini.
High Medium Low
31. Minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk
“terlibat aktif” dalam proses pembelajaran (Tomlinson, 2001)
Photo by Akram Huseyn on Unsplash
Cocokkan
Mencari
kecocokan
antara minat
murid dengan
tujuan
pembelajaran
Koneksikan
Menunjukkan
koneksi antar materi
pembelajaran
Jembatani
Menjembatani pengetahuan
awal murid dengan
pengetahuan yang baru
B.MINATMURID (INTEREST)
Memotivasi
Memungkinkan
tumbuhnya
motivasi murid
untuk belajar
CeKJaM
32. • Sepanjang tahun, murid yang berbeda akan menunjukkan minat pada topik yang
berbeda.
• Gagasan untuk membedakan melalui minat adalah untuk "menghubungkan" murid
pada pelajaran untuk menjaga minat mereka.
• Dengan menjaga minat murid tetap tinggi, diharapkan dapat meningkatkan kinerja
murid
33. Tujuan Mempertimbangkan Minat Murid dalam Merancang
Pembelajaran
• Membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan keinginan
mereka sendiri untuk belajar;
• Menunjukkan keterhubungan antara semua pembelajaran;
• Menggunakan keterampilan atau ide yang familiar bagi murid sebagai jembatan
untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang familiar atau baru bagi
mereka, dan;
• Meningkatkan motivasi murid untuk belajar
35. Beberapa Ide yang dapat Dilakukan untuk Meningkatkan
dan Mempertahankan Minat
• Meminta murid untuk memilih apakah mereka ingin mendemonstrasikan
pemahaman dengan menulis lagu, melakukan pertunjukan atau menari atau
bentuk lain sesuai minat mereka.
• Menggunakan teknik Jigsaw dan pembelajaran kooperatif.
• Menggunakan strategi investigasi kelompok berdasarkan minat.
• Membuat kegiatan “sehari di tempat kerja”. Murid diminta mempelajari bagaimana
sebuah keterampilan tertentu diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Mereka boleh
memilih profesi yang sesuai minat mereka.
• Membuat model.
36. Minat Murid (interest)
● Minat murid berbeda-beda
● Minat murid bisa berkembang
Ibu Zaenab ingin mengajarkan murid-muridnya keterampilan membuat tulisan teks prosedur.
Ia kemudian melihat pada catatan yang dimilikinya. Ia menemukan bahwa di kelasnya ada:
● 8 orang murid yang sangat menyukai kegiatan olahraga;
● 6 orang yang menyukai hal-hal yang berkaitan dengan sains;
● 4 orang senang membuat prakarya dan;
● 2 orang senang memasak.
Setelah selesai mendiskusikan tentang apa dan bagaimana membuat tulisan berbentuk prosedur, Bu
Zaenab lalu meminta murid berlatih membuat sendiri tulisan berbentuk prosedur tersebut. Setiap
murid diperbolehkan untuk menulis dengan topik sesuai dengan minat mereka. Ada murid yang
memilih membuat tulisan prosedur memasak nasi goreng, ada murid yang memilih membuat tulisan
tentang prosedur membuat bunga dari sedotan, dsb.
38. Profil Belajar Murid
• Menurut Tomlinson (dalam Hockett, 2018) profil belajar murid ini merupakan
pendekatan yang disukai murid untuk belajar, yang dipengaruhi oleh gaya berpikir,
kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dll.
• Tujuan dari pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah
untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan
efisien.
39. Profil
• Lingkungan: suhu, tingkat aktivitas, tingkat kebisingan, jumlah cahaya.
• Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.
• Visual: belajar dengan melihat (diagram, power point, catatan, peta, grafik
organisator).
• Auditori: belajar dengan mendengar (kuliah, membaca dengan keras,
mendengarkan musik).
• Kinestetik: belajar sambil melakukan (bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan
hands on, dsb).
42. • Asesmen di awal pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui kesiapan
peserta didik untuk mempelajari materi ajar dan mencapai tujuan pembelajaran
yang direncanakan.
• Asesmen ini termasuk dalam kategori asesmen formatif karena ditujukan untuk
kebutuhan guru dalam merancang pembelajaran, tidak untuk keperluan
penilaian hasil belajar peserta didik yang dilaporkan dalam rapor.
• Asesmen di dalam proses pembelajaran yang dilakukan selama proses
pembelajaran untuk mengetahui perkembangan peserta didik dan sekaligus
pemberian umpan balik yang cepat.
• Biasanya asesmen ini dilakukan sepanjang atau di tengah kegiatan/langkah
pembelajaran, dan dapat juga dilakukan di akhir langkah pembelajaran.
• Asesmen ini juga termasuk dalam kategori asesmen formatif
43.
44. 10Prinsip
PemberianUmpan
Balik yangEfektif
Prinsip ini diterjemahkan dan diadopsi dari
Model Pemberian Umpan Balik yang dua arah
(dialogical) dari Nicol, D. (2010) From
monologue to dialogue: improving written
feedback processes in masshighereducation.
Assessment & Evaluation in Higher Education,
35(5), 501-517
45. Umpan
Balik
Membuat umpan balik yangefektif
• Harus terdiri dari
✔ feed up (mengklarifikasi tujuan dengan murid),
✔ feedback (tanggapan atas pekerjaan murid dan kemajuan mereka)
✔ feed forward (saran bagi murid untuk dipakai di masa depan menggunakan data dari feedback).
• Membutuhkan tujuan dan sasaran yang jelas dan dapat dimengerti oleh murid dan guru.
• Memungkinkan murid untukmengidentifikasi:
✔ apa yang merekaketahui,
✔ apa yang merekapahami,
✔ di mana mereka membuatkesalahan,
✔ di mana mereka memilikikesalahpahaman
✔ kapan mereka terlibat / tidak terlibat dalam pembelajaran.
46. Umpan
Balik
Membuat umpanbalikyangefektif
UmpanBalik Guru(TeacherFeedback)
Pertanyaan panduanuntukguru:
• Apasajakomponenpentingyangperluada?
• Dokumen apayang bisadipakai guru untuk menjadi acuan
penulisanumpanbalikyangefektif danobjektif?
• Apakahadaformat umpanbalikyangsederhanadan
mudah dipahami olehmurid?
• Seberapasering umpan balik harusdiberikan?
• Seberapapanjangdandetailpenulisanumpanbalik yang
efektif (apabiladiberikantertulis)?
• Bagaimanaagarmuridtertarik untukmembacaumpan balik
danmendapatkanmanfaatyangmaksimal?
UmpanBalikTeman(Peer Feedback)
Pertanyaan panduan untuk murid:
• Apa saja komponen penting yang perlu ada?
• Apa yang bisa kamu pakai untuk membantu kamu
memberikan umpan balik yang efektif dan objektif
bagi temanmu?
• Apa hal baik yang sudah dilakukan oleh temanmu?
• Apa hal yang bisa diperbaiki/ dikembangkan lagi
oleh temanmu?
• Apa yang bisa dilakukan oleh temanmu agar
karyanya bisa lebih baik lagi di kemudian hari?
• Informasi apa yang kamu rasa akan bermanfaat
untuk membantu pengembangan diri temanmu?
47.
48. Ladder of
Feedback
Contoh praktik baik memberikanumpan balik secara berjenjang
Dikutip dari https://sonyaterborg.com/2018/10/21/ladder-of-feedback/
Apresiasi
Klarifikasi
•Apa yang kamu
maksud dengan…
•Bisatolongjelaskan
lagi tentang…
•Bagaimana itu bisa
terjadi?
Penilaian
•Bagian iniefektif
karena…
•Ini menarikkarena
…
•Ini ide yangbagus
untuk …
Perhatian
•Saya
membayangkan
bagaimana jika…
•Apakah mungkinjika
…
•Sayabelumpaham
bagaimana …
•Bagaimanakamu
bisa…
Saran
•Pernahkah kamu
berpikir tentang…
•Bagaimanakalau
menambahkan…
•Bisakah kamu
menghapusbagian
…
•Idemu mengingatkan
sayapada …
•Sayabisa melihat
pekerjaan …inibisa
sayagunakanjuga
•Sayabelajar …dari
jawabanmu
51. Pemberian soal/pertanyaan yang menuntut peserta didik
menjawab secara lisan, dan dapat diberikan secara klasikal
ketika pembelajaran
Asesmen performa dapat berupa praktik, menghasilkan produk,
melakukan projek, dan membuat portofolio.
Peserta didik diamati secara berkala, dengan fokus secara
keseluruhan maupun individu. Observasi bisa dilakukan dalam
tugas atau aktivitas rutin/harian.
Teknik dan Instrumen Asesmen
“Terdapat berbagai teknik
dalam melakukan
asesmen, pendidik
diberikan keleluasaan
memilih teknik dan
instrumen agar asesmen
selaras dengan kegiatan
pembelajaran. Sehingga
hasil belajar peserta didik
valid dan dapat ditindak
lanjuti”
Observasi
Penilaian Kinerja (Performance Test)
Tes Lisan
Teknik Asesmen Tes dengan soal dan jawaban disajikan secara tertulis.
Tes Tertulis
Kumpulan dokumen hasil penilaian, penghargaan, dan karya
peserta didik dalam bidang tertentu yang mencerminkan
perkembangan (reflektif-integratif) dalam kurun waktu tertentu.
Portofolio
52. Teknik dan Instrumen Asesmen
“Terdapat berbagai teknik
dalam melakukan
asesmen, pendidik
diberikan keleluasaan
memilih teknik dan
instrumen agar asesmen
selaras dengan kegiatan
pembelajaran. Sehingga
hasil belajar peserta didik
valid dan dapat ditindak
lanjuti”
Rubrik
Ceklist
Grafik Perkembangan
Instrumen Asesmen
Catatan Anekdotal
Pedoman yang dibuat untuk menilai dan mengevaluasi kualitas
capaian kinerja peserta didik. Capaian kinerja dituangkan dalam
bentuk kriteria atau dimensi yang akan dinilai yang dibuat
secara bertingkat dari kurang sampai terbaik.
Daftar informasi, data, ciri-ciri, karakteristik atau elemen yang
dituju.
Catatan singkat hasil observasi pada peserta didik. Berisi
catatan performa dan perilaku peserta didik yang penting,
disertai latar belakang kejadian dan hasil analisa dari observasi
yang telah dilakukan.
Grafik atau infografik yang menggambarkan tahap
perkembangan belajar peserta didik.
55. Untuk mengetahui apakah
peserta didik telah berhasil
mencapai tujuan pembelajaran,
pendidik perlu menetapkan
kriteria atau indikator
ketercapaian tujuan
pembelajaran.
Kriteria ini dikembangkan saat
pendidik merencanakan asesmen,
yang dilakukan saat pendidik
menyusun perencanaan
pembelajaran, baik dalam bentuk
rencana pelaksanaan
pembelajaran ataupun modul
ajar.
Pengolahan hasil penilaian dapat dilakukan dengan menganalisis secara kuantitatif dan/atau kualitatif terhadap data
hasil pelaksanaan penilaian yang berupa angka dan/atau deskripsi. Pendidik perlu menentukan kriteria untuk
memetakan ketercapaian tujuan pembelajaran.
Dalam menentukan kriteria ketercapaian tujuan
pembelajaran, ada beberapa hal penting yang perlu
diperhatikan:
Tidak disarankan untuk menggunakan angka mutlak
(misalnya 75, 80, dan sebagainya) sebagai kriteria. Yang
paling disarankan adalah menggunakan deskripsi, namun
jika dibutuhkan, pendidik diperkenankan untuk
menggunakan interval nilai (misalnya 70 - 85, 85 - 100, dan
sebagainya).
Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran
Kriteria yang
digunakan untuk
menentukan apakah
peserta didik telah
mencapai tujuan
pembelajaran d apat
dikembangkan
menggunakan
beberapa
pendekatan,
1. Menggunakan deskripsi kriteria
2. Menggunakan rubrik
3. Menggunakan interval nilai
56. Contoh Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran
1. Menggunakan deskripsi kriteria
Contoh salah satu tujuan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia Fase C: “peserta didik
mampu menulis laporan hasil pengamatan dan wawancara”
57. Contoh Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran
2. Menggunakan rubrik
Contoh salah satu tujuan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia Fase C: “peserta didik
mampu menulis laporan hasil pengamatan dan wawancara”
58. Contoh Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran
3. Menggunakan interval
Contoh salah satu tujuan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia Fase C: “peserta didik
mampu menulis laporan hasil pengamatan dan wawancara”
63. • Satuan pendidikan menggunakan rentang nilai untuk ketercapaian tujuan
pembelajaran.
• Rentang ini bisa sama untuk setiap mapel atau berbeda, tergantung
kesepakatan para pendidik di satuan pendidikan.
64. Mekanisme Kenaikan Kelas
• Satuan pendidikan memiliki keleluasaan untuk menentukan kriteria kenaikan
kelas.
• Penentuan kenaikan kelas dilakukan dengan mempertimbangkan laporan
kemajuan belajar yang mencerminkan pencapaian peserta didik pada semua
mata pelajaran dan ekstrakurikuler serta prestasi lain selama 1 (satu) tahun
ajaran.
• Untuk menilai pencapaian hasil belajar peserta didik sebagai dasar penentuan
kenaikan kelas dapat berdasarkan penilaian sumatif.
• Penilaian pencapaian hasil belajar peserta didik untuk kenaikan kelas dilakukan
dengan membandingkan pencapaian hasil belajar peserta didik dengan kriteria
ketercapaian tujuan pembelajaran.
65. • Pembelajaran terdiferensiasi sesuai tahap capaian peserta didik menjadi
salah satu praktik yang dianjurkan dalam Kurikulum Merdeka.
• Penggunaan fase dalam Capaian Pembelajaran adalah salah satu alasan
mengapa peserta didik dapat terus naik kelas bersama teman-teman
sebayanya meskipun ia dinilai belum sepenuhnya mencapai kompetensi
yang ditetapkan dalam Capaian Pembelajaran di fase sebelumnya atau
tujuan pembelajaran yang ditargetkan untuk dicapai pada kelas tersebut.
68. • Kenaikan kelas dilaksanakan secara otomatis (automatic promotion).
• Pembelajaran dilaksanakan menggunakan prinsip mastery learning yang sangat
sesuai dengan pembelajaran berdiferensiasi atau pembelajaran sesuai tahap
capaian (teaching at the right level).
• Setiap peserta didik mempelajari tujuan pembelajaran yang sama dalam setiap
pertemuan, namun bagi peserta didik yang tidak dapat mencapai kriteria
ketercapaian tujuan pembelajaran perlu ditindaklanjuti dengan memberikan
perlakukan khusus agar dapat mencapainya.
• Dengan kata lain, tindakan untuk peserta didik yang berisiko tidak seharusnya
menunggu hingga tahun ajaran, tetapi perlu segera diberikan.