SlideShare a Scribd company logo
1 of 40
Download to read offline
ARGUMENTASI HUKUM
(Legal Opinion)
Pendidikan Khusus Profesi Advokad (PKPA)
Himpunan Advokad Pengacara Indonesia (HAPI) Provinsi Maluku
DR. SHERLOCK HALMES LEKIPIOUW, S.H.,M,H
Dosen HTN/HAN Fakultas Hukum Universitas Pattimura Ambon
lekipiouw.sherlock@gmail.com/082199299929
1. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
2. KEDUDUKAN ARGUMENTASI HUKUM
(LEGAL REASONING)
3. LEGAL OPINION DALAM PRAKTEK
PERADILAN
4. STUDI CASE (LATIHAN)
KURIKULUM DAN SILABUS PENGAJARAN
UJI KEPATUTAN
DARI SEGI
HUKUM
PENDAPAT
HUKUM
MELAKUKAN
TELAAH DAN
KAJIAN
ATAS KASUS
HUKUM
MELAKUKAN
TELAAH DAN
ANALISIS
TERHADAP
ASPEK LEGALITAS
LEGAL OPINION LEGAL AUDIT
ARGUMENTASI HUKUM; PENALARAN
HUKUM; SILOGISME HUKUM; TEORI
HUKUM;
KONSEP HUKUM; DAN DOGMATIK
HUKUM
LAPISAN LOGIKA; STRUKTUR
ARGUMENTASI
PENDAPAT
HUKUM PEMECAHAN
MASALAH
HUKUM
LAPISAN DIALETIK PERBANDINGAN
PRO KONTRA (PROKON)
ARGUMENTASI
STUKTUR
ARGUMENTASI
HUKUM
LAPISAN PROSEDUR (HUKUM ACARA)
PENERAPAN
HUKUMPENEMUAN
HUKUM
YANG
BERKAITAN
IDENTIFIKASI
DAN
PEMILIHAN
ISU HUKUM
YANG
RELEVAN)
DENGAN ISU
HUKUM
KLASIFIKASI
HAKEKAT
PERMASALAH
AN HUKUM
PENGUMPULAN
FAKTA
(PERBUATAN,
PERISTIWA,
KEADAAN)
1.
2.
3.
4.
5.
SUMMARY;
FAKTA HUKUM;
ISU HUKUM;
ANALISIS ISU HUKUM; dan
KESIMPULAN
 legal reasoning as one branch of practical reasoning,
which is the application by humans of their reason to
deciding how it is right to conduct themselves in
situations of choice (penalaran hukum sebagai salah
satu cabang dari penalaran praktis, yang merupakan
penerapan oleh manusia dari alasan mereka untuk
memutuskan bagaimana hal itu benar untuk
berperilaku sendiri dalam situasi pilihan) ;
Neil MacCormick
 Penalaran hukum adalah kegiatan berpikir problematis
tersistematisasi (gesystematiseerd probleemdenken)
dari subjek hukum (manusia) sebagai mahluk individu
dan sosial di dalam lingkaran kebudayaannya.
Shidarta (2004)
TEORI PENARALAN HUKUM (Legal Reasoning Theorie)
Kenneth J. Vandevelde
1. Mengidentifikasi sumber hukum yang mungkin,biasanya
berupa peraturan perundang-undangan dan putusan
pengadilan (identify the applicable sources of law);
2. Menganalisis sumber hukum tersebut untuk menetapkan
aturan hukum yang mungkin dan kebijakan dalam aturan
tersebut (analyze the sources of law);
3. Mensintesiskan aturan hukum tersebut ke dalamstruktur
yang koheren, yakni strukturm yang mengelompokkan
aturan-aturan khusus di bawah aturan umum (synthesize
the applicable rules of law into a coherent structure);
4. Menelaah fakta-fakta yang tersedia (research the available
facts);
5. Menerapkan struktur aturan tersebut kepada fakta-fakta
untuk memastikan hak atau kewajiban yang timbul dari fakta-
fakta itu, dengan menggunakan kebijakan yang terletak dalam
aturan-aturan hukum dalam hal memecahkan kasus-kasus
sulit (apply the structure of rules to the facts).
SYNTHESIZE THE APPLICABLE RULES OF LAW INTO A COHERENT STRUCTURE
PENALARAN HUKUM bertumpuh pada LOGIKA (aturan
berpikir), :
1. HAKEKAT HUKUM
2. SUMBER HUKUM
3. JENIS HUKUM
© Shidarta, 2004
IDENTIFY THE APPLICABLE SOURCES OF LAW
ANALYZE THE SOURCES OF LAW
Context of
Discovery
Context of
Justification
Context of
Justification
Context of Discovery
Lingkaran Hermeneutis
© Jurgen Habermas
© Shidarta, 2004
Secara etimologis, “hermeneutika” berasal dari bahasa Yunani hermeneuein yan berarti ‘menafsirkan’. Maka, kata benda
hermeneia secara harfiah dapat diartikan penafsiran atau interpretasi. Sedangkan secara terminologis, hermeneutika berarti proses
mengubah sesuatu atau situasi dari ketidaktahuan menjadi ketahuan atau mengerti
© Shidarta, 2011
© Shidarta, 2011
PENGSTRUKTURAN FAKTA
 Hal- hal yang sudah diketahui umum (Notoire*Feiten); langsung diterima sebagai fakta ;
 Bentuk Notoire*Feiten :
1. Suatu Pengetahuan Umum
2. Suatu Hukum Kausalitas yang dibenarkan dari pengalaman
TERAPKAN STUKTUR KASUS DENGAN
MENGKLASIFIKASIKAN FAKTA – FAKTA HUKUM
CATATAN ;
PERHATIKAN KONSTRUKSI PEMECAHAN
MASALAH HUKUM DAN STRUKTUR
ARGIMENTASI HUKUM
b PERHATIKAN PENDEKATAN
MODULASI (FAKTA - KONSEP) dan
PENDEKATAN TIPOLOGISASI
(KONSEP – FAKTA)
F
FACT
I
ISSUE
R
RULE
A
ANALYSIS
CCONCLUSION
Beda kan fakta biasa dengan fakta hukum.
Fakta Hukum :
 Perbuatan: pencurian, pemerkosaan, kelalaian
 Peristiwa Hukum: kelahiran, kematian, pengesahan
 Keadaan: dibawah umur, dibawah pengampuan
PENDEKATA TIPOLOGISASI (Konsep – Fakta)
PENDEKATAN MUDOLISASI (Fakta – Konsep)
Suatu Konsep Hukum tidak dapat digunakan
secara bersamaan (Pidana – Perdata – HTN/HAN)
TEORI KEBENARAN
Pragmatis; Korespodensi; Koherensi
 an American movement in philosophy founded by C. S. Peirce and William
James ..............................., and that truth is preeminently to be tested by
the practical consequences of belief (bahwa kebenaran lebih dulu harus
diuji oleh konsekuensi praktis dari kepercayaan)
 Kebenaran (Korespodensi) yang di sebabkan pada sebab –akibat
(jika......., - maka.....)
 Kebenaran (Koherensi) yang didasarkan adanya kesesuaian antara yang
ditelaah dengan aturan yang diterapkan. (Pasal 362 KUHP; Pencurian)
F
FACT
I
ISSUE
R
RULE
A
ANALYSIS
CCONCLUSION
Rumusan masalah berdasarkan fakta hukum haruslah
fokus namun mewakili fakta hukum yang ada dan
memenuhi kebutuhan pimpinan atau pemohon
Dalam Pasal 3 UU PTPK “apakah penyalahgunaan wewenang in
haeren (sama) dengan melawan hukum dalam tindak pidana
korupsi ?
“jika perbuatan itu bukan melawan hukum, maka tentu bukan
penyalahgunaan wewenang”, selanjutnya “jika perbuatan itu
bukan penyalahgunaan wewenang, bisa terjadi perbuatan
melawan hukum dalam bentuk yang lain”.
F
FACT
I
ISSUE
R
RULE
A
ANALYSIS
CCONCLUSION
 SUBJEK NORMA
Pihak Yang Terkena Sasaran Untuk Melaksanakan
Norma tersebut
 MODUS DARI PERILAKU OPERATOR NORMA
Sifat Norma Yang Ditetapkan (Perintah, Larangan,
Izin, Dispensasi)
 OBJEK NORMA
Rumusan Perilaku Yang Diminta Untuk Dilaksanakan
 KONDISI NORMA
Kondisi Yang Dipersyaratkan (termasuk kapan dan
dimana perilaku itu dilaksanakan)
 Pasal 2 ayat (1) UU tipikor,
Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya
diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)”.
Subjek Norma :
Operator Norma :
Objek Norma :
Kondisi Norma :
 Pasal 3 UU Tipikor menyatakan
“Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain
atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana
yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama
20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah
Subjek Norma :
Operator Norma :
Objek Norma :
Kondisi Norma :
F
FACT
I
ISSUE
R
RULE
A
ANALYSIS
CCONCLUSION
NO IDENTIFIKASI PENYALAGUNAAN
WEWENANG
MELAWAN HUKUM
1 RUANG LINGKUP SPESIES GENUS
2 SUBJEK DELIK PEJABAT ORANG
3 PARAMETER ASAS LEGALITAS; AAUPB ASAS MELAWAN
HUKUM (FORMAL DAN
MATERIIL)
4 BENTUK KESALAHAN OPZET/DOLUS OPZET/DOLUS ATAU
CULPA
Apakah rumusan “dengan tujuan menguntungkan ....” sebagai
kesengajaan (dolus/opzet) atau kealpaan (culpa) ?
Teori Kehendak dan Teori Pengetahuan
Kesengajaan sebagai (1) Maksud; (2) Kepastian; (3) Kemungkinan
Apakah “penyalahgunaan wewenang“ sebagai kesalahan dapat
terjadi karena kealpaan ?
DALAM BIDANG HUKUM PERDATA
Teori kausalitas dalam bidang Hukum Perdata mempunyai makna
penting dalam penentuan kerugian akibat wanprestasi (pasal 1243
BW) atau perbuatan melawan hukum (pasal 1365 BW).
Contoh : Wanprestasi/PMH------------------------------------Kerugian
Sebab Akibat
Dalam Hukum perdata dikenal beberapa teori hubungan kausalitas, sebagai
berikut :
(1) Teori Conditio Sine Qua Non;
(2) Teori Causa Proxima, menurut teori ini yang dipandang sebagai
causa /sebab dari atau akibat hanya kejadian terakhir dalam
rangkaian causa;
(3) Teori Individualisasi;
(4) Teori adequate
DALAM BIDANG HUKUM ADMINISTRASI
Teori Kausalitas dalam bidang Hukum Administrasi mempunyai makna
penting dalam menentukan kerugian akibat dikeluarkannya Keputusan
Tata Usaha negara. Teori yang digunakan adalah teori akibat langsung.
Contoh :
keputusan TUN --------------------------------- Kerugian
Sebab Akibat
Pasal 1 ayat (9) Undang Undang No. 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua
Atas undang Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara,
disebutkan : "Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis
yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi
tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata";
F
FACT
I
ISSUE
R
RULE
A
ANALYSIS
CCONCLUSION
Kesimpulan singkat saja
Berisi pula saran dan rekomendasi
UPAYA HUKUM – SARANA HUKUM
RELASI SIFAT NORMA
Kontraris
Perintah
(gebod)
Larangan
(verbod)
P L
Implikasi
(subalter
nasi)
Implikasi
(subalternasi)
Dispensasi
(vrijstelling)
I DIzin
(toestem
ming)
Subkontraris
Kontradiktori
Menurut Bruggink, perumusan kata di dalam suatu norma hukum sebagai
berikut :
1. Perintah; dinyatakan dengan bantuan kata kerja “mengharuskan” (moeten)
atau dengan ungkapan seperti “terikat untuk” (gehouden zijti tot) atau
“berkewajiban untuk” (verplicht zijn tot)
2. Larangan; orang menggunakan kata-kata “tidak boleh’ (nietmogen) atau
“adalah dilarang” (het is verboden)
3. Izin; , orang menggunakan ungkapan “boleh” (mogen), “mempunyai hak
untuk” (het recht hebben om), “dapat” (kunnen), ataupun “berwenang
untuk” (bevoeged zijn tot)
4. Pembebasan (dispensasi); biasanya berkenaan dengan penolakan suatu
perintah (otkenning van een gebod). Biasanya digunakan istilah “tidak
berkewajiban untuk” (niet verplicht zijn om), dan “tidak terikat untuk” (niet
gehoudzen zijn om)
Nilai-nilai
Asas-asas
NORMA
norma
Norma
Argumentasi Hukum
 Dalam penalaran hukum dengan pola
silogisme, argumentasi yang dibangun
bersifat closed logical system.
 PREMIS MAYOR merupakan faktor
penentu dalam penarikan kesimpulan.
 Perhatikan contoh berikut ini:
Permasalahan hukum konkret:
Seorang jaksa ingin mengajukan upaya hukum
peninjauan kembali. Apakah jaksa berhak?
Pengertian
 Silogisme Kategoris: bentuk formal
deduksi
yang premis-premisnya dibangun melalui
proposisi-proposisi kategoris.
 Perhatikan 3 proposisi kategoris berikut:
P. Mayor Semua perjanjian adalah hubungan hukum yang wajib
ditaati.
P. Minor Jual beli adalah suatu perjanjian.
Konklusi Jual beli adalah hubungan hukum yang wajib ditaati.
Silogisme Kategoris
Dari tiga proposisi tersebut muncul TIGAbuah term;
Jumlah tiga term ini tidak boleh kurang, tidak boleh lebih:
1.
2.
3.
Perjanjian
Hubungan Hukum
Jual Beli
Masing-masing term harus muncul sebanyak 2 kali.
Term PERJANJIAN disebut TERM TENGAH (perantara).
P. Mayor Semua PERJANJIN adalah HUBUNGAN HUKUM.
P. Minor JUAL BELI adalah suatu PERJANJIAN.
Konklusi JUAL BELI adalah HUBUNGAN HUKUM.
Silogisme Kategoris
Mengapa disebut term tengah?
Perhatikan lingkaran “Euler” berikut ini. Lingkaran merah (M) letaknya di tengah!
Hubungan Hukum
(P)
Hubungan Hukum
(P)
Perjanjian
(M)
Perjanjian
(M) jual beli
(S)
jual beli
(S)
P. Mayor Semua PERJANJIAN adalah HUBUNGAN HUKUM.
P. Minor JUAL BELI adalah suatu PERJANJIAN.
Konklusi JUAL BELI adalah HUBUNGAN HUKUM.
M =
=
Terminus Medius (M)
Predikat (P)term tengah/perantara
Subjek
Bentuk Standar 1
SILOGISME KATEGORIS
(standar yang paling direkomendasikan)
P S
M
--------
S = P
P. Mayor Semua PERJANJIAN adalah HUBUNGAN HUKUM.
P. Minor JUAL BELI adalah suatu PERJANJIAN.
Konklusi JUAL BELI adalah HUBUNGAN HUKUM.
DALIL ARGUMENTASI
 Bentuk-bentuk logika dalam argumentasi dibedakan atas argumentasi deduksi dan non deduksi dan beberapa
karakteristik logis yang berkaitan dengan bentuk-bentuk tersebut. Tanpa argumentasi tidak ada rasionalitas
dan dengan pendekatan fungsional dapat dirumuskan syarat-syarat argumentasi yang rasional. Kriteria
argumentasi rasional dengan pendekatan ini berkaitan dengan :
1. Bentuk argumentasi (de vorm van de argumentatie), misalnya bentuk argumentasi deduksi.
2. Substansi atau isi argumentasi (de inhoud van de argumentatie) misalnya larangan argumentum ad
hominem (misal satu argumentasi menolak suatu argumentasi karena alasan bahwa yang
bersangkutan bukan orang Indonesia).
3. Prosedur atau hukum acara, misal beban pembuktian.
 Dalam BW Pasal 1865 beban pembuktian pada penggugat, tapi dalam UU No. 5 Tahun 1986 tentang PTUN,
Pasal 107 disebutkan hakim yang menentukan beban pembuktian. Dengan ketentuan tersebut dalam
perkara perdata, satu gugatan dapat ditolak, karena si penggugat tidak bisa membuktikan dalil-dalilnya,
tetapi alasan itu tidak bisa digunakan hakim dalam mengadili dan memutus sengketa TUN, karena hakim
bisa membebankan pembuktian pada tergugat. Dalam teori hukum, logika hukum bertitik tolak dari model
logika deduksi.
LOGIKA DEDUKTIF (Premis Mayor adalah Penentu)
Pasal 17 UU Administrasi Pemerintahan (30 Tahun 2014) menyatakan bahwa
1. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dilarang menyalahgunakan
Wewenang.
2. Larangan penyalahgunaan Wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi :
a. larangan melampaui Wewenang;
b. larangan mencampuradukkan Wewenang; dan/atau
c. larangan bertindak sewenang-wenang
Larangan Penyalagunaan Wewenang meliputi :
a. melampaui Wewenang;
b. mencampuradukkan Wewenang; dan/atau
c. bertindak sewenang-wenang
LOGIKA DEDUKTIF (Premis Mayor adalah Penentu)
Pasal 17 UU Administrasi Pemerintahan (30 Tahun 2014) menyatakan bahwa
1. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dilarang menyalahgunakan
Wewenang.
2. Larangan penyalahgunaan Wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi :
a. larangan melampaui Wewenang;
b. larangan mencampuradukkan Wewenang; dan/atau
c. larangan bertindak sewenang-wenang
Larangan Penyalagunaan Wewenang meliputi :
a. melampaui Wewenang;
b. mencampuradukkan Wewenang; dan/atau
c. bertindak sewenang-wenang
CONTOH KASUS
24 OKTOBER
2018
30 JANUARI
2018
CONTOH KASUS
PUSTAKA
Terima Kasih

More Related Content

What's hot

PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)Adinda siti Hapsoh
 
Teori efektifitas hukum
Teori efektifitas hukumTeori efektifitas hukum
Teori efektifitas hukumRahma L
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Idik Saeful Bahri
 
Sumber hukum internasional
Sumber hukum internasionalSumber hukum internasional
Sumber hukum internasionalNuelnuel11
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Idik Saeful Bahri
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANADian Oktavia
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah KonstitusiHukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah KonstitusiKardoman Tumangger
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
hukum administrasi negara by diahandani.blogspot.com
hukum administrasi negara by diahandani.blogspot.comhukum administrasi negara by diahandani.blogspot.com
hukum administrasi negara by diahandani.blogspot.comAndani Abayz
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Idik Saeful Bahri
 
Antropologi hukum (Piyantoro PPT)
Antropologi hukum (Piyantoro PPT)Antropologi hukum (Piyantoro PPT)
Antropologi hukum (Piyantoro PPT)Belum Kerja
 
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Idik Saeful Bahri
 
hubungan hukum pidana dengan ilmu lain
hubungan hukum pidana dengan ilmu lainhubungan hukum pidana dengan ilmu lain
hubungan hukum pidana dengan ilmu lainRatri nia
 
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantarPolitik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantarUiversitas Muhammadiyah Maluku Utara
 

What's hot (20)

PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
 
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANAPROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
 
praktik peradilan perdata
praktik peradilan perdatapraktik peradilan perdata
praktik peradilan perdata
 
Hukum administrasi negara
Hukum administrasi negaraHukum administrasi negara
Hukum administrasi negara
 
Teori efektifitas hukum
Teori efektifitas hukumTeori efektifitas hukum
Teori efektifitas hukum
 
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARAHUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
 
Hukum agraria
Hukum agraria   Hukum agraria
Hukum agraria
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
Sumber hukum internasional
Sumber hukum internasionalSumber hukum internasional
Sumber hukum internasional
 
Hukum internasional
Hukum internasionalHukum internasional
Hukum internasional
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah KonstitusiHukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
 
hukum administrasi negara by diahandani.blogspot.com
hukum administrasi negara by diahandani.blogspot.comhukum administrasi negara by diahandani.blogspot.com
hukum administrasi negara by diahandani.blogspot.com
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
Antropologi hukum (Piyantoro PPT)
Antropologi hukum (Piyantoro PPT)Antropologi hukum (Piyantoro PPT)
Antropologi hukum (Piyantoro PPT)
 
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
 
hubungan hukum pidana dengan ilmu lain
hubungan hukum pidana dengan ilmu lainhubungan hukum pidana dengan ilmu lain
hubungan hukum pidana dengan ilmu lain
 
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantarPolitik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
 

Similar to Legal opinion

Hukum administrasi negara 2
Hukum administrasi negara 2Hukum administrasi negara 2
Hukum administrasi negara 2Nuelimmanuel22
 
ARGUMENTASI_HUKUM_and_LEGAL_OPINION.pptx
ARGUMENTASI_HUKUM_and_LEGAL_OPINION.pptxARGUMENTASI_HUKUM_and_LEGAL_OPINION.pptx
ARGUMENTASI_HUKUM_and_LEGAL_OPINION.pptxPDAMIKKBarombong
 
Kuliah 3 HPI Dhoni Yusra.pdf
Kuliah 3 HPI Dhoni Yusra.pdfKuliah 3 HPI Dhoni Yusra.pdf
Kuliah 3 HPI Dhoni Yusra.pdfadhyaksametro
 
Kuliah 3 HPI Dhoni Yusra.pptx
Kuliah 3 HPI Dhoni Yusra.pptxKuliah 3 HPI Dhoni Yusra.pptx
Kuliah 3 HPI Dhoni Yusra.pptxBulanRizkaAngela1
 
09 sistem dan klasifikasi hukum
09 sistem dan klasifikasi hukum09 sistem dan klasifikasi hukum
09 sistem dan klasifikasi hukummudanp.com
 
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang Undangan
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang UndanganPengantar Ilmu Pengetahuan Perundang Undangan
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang UndanganImbang Jaya Trenggana
 
Skripsi lengkap hukum tindak pidana penipuan
Skripsi lengkap hukum tindak pidana penipuanSkripsi lengkap hukum tindak pidana penipuan
Skripsi lengkap hukum tindak pidana penipuanKonsultan Tesis
 
materi_270_2. Penafsiran Konstitusi.pdf
materi_270_2. Penafsiran Konstitusi.pdfmateri_270_2. Penafsiran Konstitusi.pdf
materi_270_2. Penafsiran Konstitusi.pdfAndrewYoshi1
 
IX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptx
IX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptxIX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptx
IX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptxdonihasmanto
 
Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundangan.pptx
Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundangan.pptxAsas-asas Pembentukan Peraturan Perundangan.pptx
Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundangan.pptxBenedetaML
 
Sistem_Hukum_Indonesia.ppt
Sistem_Hukum_Indonesia.pptSistem_Hukum_Indonesia.ppt
Sistem_Hukum_Indonesia.pptGustiZain
 
MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...
MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...
MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...ArsipDatunNTT
 
Hermeneutika hukum
Hermeneutika hukumHermeneutika hukum
Hermeneutika hukumMaulanamoel
 
Presentasi kd 2
Presentasi kd 2Presentasi kd 2
Presentasi kd 2ade_sobara
 
XIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptx
XIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptxXIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptx
XIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptxdonihasmanto
 

Similar to Legal opinion (20)

Hukum administrasi negara 2
Hukum administrasi negara 2Hukum administrasi negara 2
Hukum administrasi negara 2
 
ARGUMENTASI_HUKUM_and_LEGAL_OPINION.pptx
ARGUMENTASI_HUKUM_and_LEGAL_OPINION.pptxARGUMENTASI_HUKUM_and_LEGAL_OPINION.pptx
ARGUMENTASI_HUKUM_and_LEGAL_OPINION.pptx
 
Q
QQ
Q
 
Kuliah 3 HPI Dhoni Yusra.pdf
Kuliah 3 HPI Dhoni Yusra.pdfKuliah 3 HPI Dhoni Yusra.pdf
Kuliah 3 HPI Dhoni Yusra.pdf
 
Hukum Indonesia
Hukum IndonesiaHukum Indonesia
Hukum Indonesia
 
Kuliah 3 HPI Dhoni Yusra.pptx
Kuliah 3 HPI Dhoni Yusra.pptxKuliah 3 HPI Dhoni Yusra.pptx
Kuliah 3 HPI Dhoni Yusra.pptx
 
09 sistem dan klasifikasi hukum
09 sistem dan klasifikasi hukum09 sistem dan klasifikasi hukum
09 sistem dan klasifikasi hukum
 
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang Undangan
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang UndanganPengantar Ilmu Pengetahuan Perundang Undangan
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang Undangan
 
Skripsi lengkap hukum tindak pidana penipuan
Skripsi lengkap hukum tindak pidana penipuanSkripsi lengkap hukum tindak pidana penipuan
Skripsi lengkap hukum tindak pidana penipuan
 
materi_270_2. Penafsiran Konstitusi.pdf
materi_270_2. Penafsiran Konstitusi.pdfmateri_270_2. Penafsiran Konstitusi.pdf
materi_270_2. Penafsiran Konstitusi.pdf
 
IX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptx
IX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptxIX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptx
IX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptx
 
Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundangan.pptx
Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundangan.pptxAsas-asas Pembentukan Peraturan Perundangan.pptx
Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundangan.pptx
 
Hukum acara pidana
Hukum acara pidanaHukum acara pidana
Hukum acara pidana
 
Sistem_Hukum_Indonesia.ppt
Sistem_Hukum_Indonesia.pptSistem_Hukum_Indonesia.ppt
Sistem_Hukum_Indonesia.ppt
 
Pengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukumPengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukum
 
Sinopsis pranata hukum
Sinopsis pranata hukumSinopsis pranata hukum
Sinopsis pranata hukum
 
MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...
MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...
MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...
 
Hermeneutika hukum
Hermeneutika hukumHermeneutika hukum
Hermeneutika hukum
 
Presentasi kd 2
Presentasi kd 2Presentasi kd 2
Presentasi kd 2
 
XIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptx
XIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptxXIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptx
XIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptx
 

Recently uploaded

Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxFeniannisa
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdffile power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdfAgungIstri3
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxEkoPriadi3
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanIqbaalKamalludin1
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptxYudisHaqqiPrasetya
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptxMAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptxadesofyanelabqory
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaIndra Wardhana
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptAlMaliki1
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxendang nainggolan
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxFucekBoy5
 

Recently uploaded (12)

Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdffile power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptxMAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
 

Legal opinion

  • 1. ARGUMENTASI HUKUM (Legal Opinion) Pendidikan Khusus Profesi Advokad (PKPA) Himpunan Advokad Pengacara Indonesia (HAPI) Provinsi Maluku
  • 2. DR. SHERLOCK HALMES LEKIPIOUW, S.H.,M,H Dosen HTN/HAN Fakultas Hukum Universitas Pattimura Ambon lekipiouw.sherlock@gmail.com/082199299929
  • 3. 1. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP 2. KEDUDUKAN ARGUMENTASI HUKUM (LEGAL REASONING) 3. LEGAL OPINION DALAM PRAKTEK PERADILAN 4. STUDI CASE (LATIHAN) KURIKULUM DAN SILABUS PENGAJARAN
  • 4. UJI KEPATUTAN DARI SEGI HUKUM PENDAPAT HUKUM MELAKUKAN TELAAH DAN KAJIAN ATAS KASUS HUKUM MELAKUKAN TELAAH DAN ANALISIS TERHADAP ASPEK LEGALITAS LEGAL OPINION LEGAL AUDIT ARGUMENTASI HUKUM; PENALARAN HUKUM; SILOGISME HUKUM; TEORI HUKUM; KONSEP HUKUM; DAN DOGMATIK HUKUM
  • 5. LAPISAN LOGIKA; STRUKTUR ARGUMENTASI PENDAPAT HUKUM PEMECAHAN MASALAH HUKUM LAPISAN DIALETIK PERBANDINGAN PRO KONTRA (PROKON) ARGUMENTASI STUKTUR ARGUMENTASI HUKUM LAPISAN PROSEDUR (HUKUM ACARA) PENERAPAN HUKUMPENEMUAN HUKUM YANG BERKAITAN IDENTIFIKASI DAN PEMILIHAN ISU HUKUM YANG RELEVAN) DENGAN ISU HUKUM KLASIFIKASI HAKEKAT PERMASALAH AN HUKUM PENGUMPULAN FAKTA (PERBUATAN, PERISTIWA, KEADAAN) 1. 2. 3. 4. 5. SUMMARY; FAKTA HUKUM; ISU HUKUM; ANALISIS ISU HUKUM; dan KESIMPULAN
  • 6.  legal reasoning as one branch of practical reasoning, which is the application by humans of their reason to deciding how it is right to conduct themselves in situations of choice (penalaran hukum sebagai salah satu cabang dari penalaran praktis, yang merupakan penerapan oleh manusia dari alasan mereka untuk memutuskan bagaimana hal itu benar untuk berperilaku sendiri dalam situasi pilihan) ; Neil MacCormick  Penalaran hukum adalah kegiatan berpikir problematis tersistematisasi (gesystematiseerd probleemdenken) dari subjek hukum (manusia) sebagai mahluk individu dan sosial di dalam lingkaran kebudayaannya. Shidarta (2004)
  • 7. TEORI PENARALAN HUKUM (Legal Reasoning Theorie) Kenneth J. Vandevelde 1. Mengidentifikasi sumber hukum yang mungkin,biasanya berupa peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan (identify the applicable sources of law); 2. Menganalisis sumber hukum tersebut untuk menetapkan aturan hukum yang mungkin dan kebijakan dalam aturan tersebut (analyze the sources of law); 3. Mensintesiskan aturan hukum tersebut ke dalamstruktur yang koheren, yakni strukturm yang mengelompokkan aturan-aturan khusus di bawah aturan umum (synthesize the applicable rules of law into a coherent structure); 4. Menelaah fakta-fakta yang tersedia (research the available facts); 5. Menerapkan struktur aturan tersebut kepada fakta-fakta untuk memastikan hak atau kewajiban yang timbul dari fakta- fakta itu, dengan menggunakan kebijakan yang terletak dalam aturan-aturan hukum dalam hal memecahkan kasus-kasus sulit (apply the structure of rules to the facts).
  • 8. SYNTHESIZE THE APPLICABLE RULES OF LAW INTO A COHERENT STRUCTURE PENALARAN HUKUM bertumpuh pada LOGIKA (aturan berpikir), : 1. HAKEKAT HUKUM 2. SUMBER HUKUM 3. JENIS HUKUM
  • 9. © Shidarta, 2004 IDENTIFY THE APPLICABLE SOURCES OF LAW
  • 11. Context of Discovery Context of Justification Context of Justification Context of Discovery Lingkaran Hermeneutis © Jurgen Habermas © Shidarta, 2004 Secara etimologis, “hermeneutika” berasal dari bahasa Yunani hermeneuein yan berarti ‘menafsirkan’. Maka, kata benda hermeneia secara harfiah dapat diartikan penafsiran atau interpretasi. Sedangkan secara terminologis, hermeneutika berarti proses mengubah sesuatu atau situasi dari ketidaktahuan menjadi ketahuan atau mengerti
  • 14. PENGSTRUKTURAN FAKTA  Hal- hal yang sudah diketahui umum (Notoire*Feiten); langsung diterima sebagai fakta ;  Bentuk Notoire*Feiten : 1. Suatu Pengetahuan Umum 2. Suatu Hukum Kausalitas yang dibenarkan dari pengalaman
  • 15. TERAPKAN STUKTUR KASUS DENGAN MENGKLASIFIKASIKAN FAKTA – FAKTA HUKUM CATATAN ; PERHATIKAN KONSTRUKSI PEMECAHAN MASALAH HUKUM DAN STRUKTUR ARGIMENTASI HUKUM b PERHATIKAN PENDEKATAN MODULASI (FAKTA - KONSEP) dan PENDEKATAN TIPOLOGISASI (KONSEP – FAKTA)
  • 16. F FACT I ISSUE R RULE A ANALYSIS CCONCLUSION Beda kan fakta biasa dengan fakta hukum. Fakta Hukum :  Perbuatan: pencurian, pemerkosaan, kelalaian  Peristiwa Hukum: kelahiran, kematian, pengesahan  Keadaan: dibawah umur, dibawah pengampuan PENDEKATA TIPOLOGISASI (Konsep – Fakta) PENDEKATAN MUDOLISASI (Fakta – Konsep) Suatu Konsep Hukum tidak dapat digunakan secara bersamaan (Pidana – Perdata – HTN/HAN)
  • 17. TEORI KEBENARAN Pragmatis; Korespodensi; Koherensi  an American movement in philosophy founded by C. S. Peirce and William James ..............................., and that truth is preeminently to be tested by the practical consequences of belief (bahwa kebenaran lebih dulu harus diuji oleh konsekuensi praktis dari kepercayaan)  Kebenaran (Korespodensi) yang di sebabkan pada sebab –akibat (jika......., - maka.....)  Kebenaran (Koherensi) yang didasarkan adanya kesesuaian antara yang ditelaah dengan aturan yang diterapkan. (Pasal 362 KUHP; Pencurian)
  • 18. F FACT I ISSUE R RULE A ANALYSIS CCONCLUSION Rumusan masalah berdasarkan fakta hukum haruslah fokus namun mewakili fakta hukum yang ada dan memenuhi kebutuhan pimpinan atau pemohon Dalam Pasal 3 UU PTPK “apakah penyalahgunaan wewenang in haeren (sama) dengan melawan hukum dalam tindak pidana korupsi ? “jika perbuatan itu bukan melawan hukum, maka tentu bukan penyalahgunaan wewenang”, selanjutnya “jika perbuatan itu bukan penyalahgunaan wewenang, bisa terjadi perbuatan melawan hukum dalam bentuk yang lain”.
  • 19. F FACT I ISSUE R RULE A ANALYSIS CCONCLUSION  SUBJEK NORMA Pihak Yang Terkena Sasaran Untuk Melaksanakan Norma tersebut  MODUS DARI PERILAKU OPERATOR NORMA Sifat Norma Yang Ditetapkan (Perintah, Larangan, Izin, Dispensasi)  OBJEK NORMA Rumusan Perilaku Yang Diminta Untuk Dilaksanakan  KONDISI NORMA Kondisi Yang Dipersyaratkan (termasuk kapan dan dimana perilaku itu dilaksanakan)
  • 20.  Pasal 2 ayat (1) UU tipikor, Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)”. Subjek Norma : Operator Norma : Objek Norma : Kondisi Norma :
  • 21.  Pasal 3 UU Tipikor menyatakan “Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah Subjek Norma : Operator Norma : Objek Norma : Kondisi Norma :
  • 22. F FACT I ISSUE R RULE A ANALYSIS CCONCLUSION NO IDENTIFIKASI PENYALAGUNAAN WEWENANG MELAWAN HUKUM 1 RUANG LINGKUP SPESIES GENUS 2 SUBJEK DELIK PEJABAT ORANG 3 PARAMETER ASAS LEGALITAS; AAUPB ASAS MELAWAN HUKUM (FORMAL DAN MATERIIL) 4 BENTUK KESALAHAN OPZET/DOLUS OPZET/DOLUS ATAU CULPA Apakah rumusan “dengan tujuan menguntungkan ....” sebagai kesengajaan (dolus/opzet) atau kealpaan (culpa) ? Teori Kehendak dan Teori Pengetahuan Kesengajaan sebagai (1) Maksud; (2) Kepastian; (3) Kemungkinan Apakah “penyalahgunaan wewenang“ sebagai kesalahan dapat terjadi karena kealpaan ?
  • 23. DALAM BIDANG HUKUM PERDATA Teori kausalitas dalam bidang Hukum Perdata mempunyai makna penting dalam penentuan kerugian akibat wanprestasi (pasal 1243 BW) atau perbuatan melawan hukum (pasal 1365 BW). Contoh : Wanprestasi/PMH------------------------------------Kerugian Sebab Akibat Dalam Hukum perdata dikenal beberapa teori hubungan kausalitas, sebagai berikut : (1) Teori Conditio Sine Qua Non; (2) Teori Causa Proxima, menurut teori ini yang dipandang sebagai causa /sebab dari atau akibat hanya kejadian terakhir dalam rangkaian causa; (3) Teori Individualisasi; (4) Teori adequate
  • 24. DALAM BIDANG HUKUM ADMINISTRASI Teori Kausalitas dalam bidang Hukum Administrasi mempunyai makna penting dalam menentukan kerugian akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha negara. Teori yang digunakan adalah teori akibat langsung. Contoh : keputusan TUN --------------------------------- Kerugian Sebab Akibat Pasal 1 ayat (9) Undang Undang No. 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas undang Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, disebutkan : "Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata";
  • 25. F FACT I ISSUE R RULE A ANALYSIS CCONCLUSION Kesimpulan singkat saja Berisi pula saran dan rekomendasi UPAYA HUKUM – SARANA HUKUM
  • 26. RELASI SIFAT NORMA Kontraris Perintah (gebod) Larangan (verbod) P L Implikasi (subalter nasi) Implikasi (subalternasi) Dispensasi (vrijstelling) I DIzin (toestem ming) Subkontraris Kontradiktori
  • 27. Menurut Bruggink, perumusan kata di dalam suatu norma hukum sebagai berikut : 1. Perintah; dinyatakan dengan bantuan kata kerja “mengharuskan” (moeten) atau dengan ungkapan seperti “terikat untuk” (gehouden zijti tot) atau “berkewajiban untuk” (verplicht zijn tot) 2. Larangan; orang menggunakan kata-kata “tidak boleh’ (nietmogen) atau “adalah dilarang” (het is verboden) 3. Izin; , orang menggunakan ungkapan “boleh” (mogen), “mempunyai hak untuk” (het recht hebben om), “dapat” (kunnen), ataupun “berwenang untuk” (bevoeged zijn tot) 4. Pembebasan (dispensasi); biasanya berkenaan dengan penolakan suatu perintah (otkenning van een gebod). Biasanya digunakan istilah “tidak berkewajiban untuk” (niet verplicht zijn om), dan “tidak terikat untuk” (niet gehoudzen zijn om)
  • 29. Argumentasi Hukum  Dalam penalaran hukum dengan pola silogisme, argumentasi yang dibangun bersifat closed logical system.  PREMIS MAYOR merupakan faktor penentu dalam penarikan kesimpulan.  Perhatikan contoh berikut ini: Permasalahan hukum konkret: Seorang jaksa ingin mengajukan upaya hukum peninjauan kembali. Apakah jaksa berhak?
  • 30. Pengertian  Silogisme Kategoris: bentuk formal deduksi yang premis-premisnya dibangun melalui proposisi-proposisi kategoris.  Perhatikan 3 proposisi kategoris berikut: P. Mayor Semua perjanjian adalah hubungan hukum yang wajib ditaati. P. Minor Jual beli adalah suatu perjanjian. Konklusi Jual beli adalah hubungan hukum yang wajib ditaati.
  • 31. Silogisme Kategoris Dari tiga proposisi tersebut muncul TIGAbuah term; Jumlah tiga term ini tidak boleh kurang, tidak boleh lebih: 1. 2. 3. Perjanjian Hubungan Hukum Jual Beli Masing-masing term harus muncul sebanyak 2 kali. Term PERJANJIAN disebut TERM TENGAH (perantara). P. Mayor Semua PERJANJIN adalah HUBUNGAN HUKUM. P. Minor JUAL BELI adalah suatu PERJANJIAN. Konklusi JUAL BELI adalah HUBUNGAN HUKUM.
  • 32. Silogisme Kategoris Mengapa disebut term tengah? Perhatikan lingkaran “Euler” berikut ini. Lingkaran merah (M) letaknya di tengah! Hubungan Hukum (P) Hubungan Hukum (P) Perjanjian (M) Perjanjian (M) jual beli (S) jual beli (S) P. Mayor Semua PERJANJIAN adalah HUBUNGAN HUKUM. P. Minor JUAL BELI adalah suatu PERJANJIAN. Konklusi JUAL BELI adalah HUBUNGAN HUKUM.
  • 33. M = = Terminus Medius (M) Predikat (P)term tengah/perantara Subjek Bentuk Standar 1 SILOGISME KATEGORIS (standar yang paling direkomendasikan) P S M -------- S = P P. Mayor Semua PERJANJIAN adalah HUBUNGAN HUKUM. P. Minor JUAL BELI adalah suatu PERJANJIAN. Konklusi JUAL BELI adalah HUBUNGAN HUKUM.
  • 34. DALIL ARGUMENTASI  Bentuk-bentuk logika dalam argumentasi dibedakan atas argumentasi deduksi dan non deduksi dan beberapa karakteristik logis yang berkaitan dengan bentuk-bentuk tersebut. Tanpa argumentasi tidak ada rasionalitas dan dengan pendekatan fungsional dapat dirumuskan syarat-syarat argumentasi yang rasional. Kriteria argumentasi rasional dengan pendekatan ini berkaitan dengan : 1. Bentuk argumentasi (de vorm van de argumentatie), misalnya bentuk argumentasi deduksi. 2. Substansi atau isi argumentasi (de inhoud van de argumentatie) misalnya larangan argumentum ad hominem (misal satu argumentasi menolak suatu argumentasi karena alasan bahwa yang bersangkutan bukan orang Indonesia). 3. Prosedur atau hukum acara, misal beban pembuktian.  Dalam BW Pasal 1865 beban pembuktian pada penggugat, tapi dalam UU No. 5 Tahun 1986 tentang PTUN, Pasal 107 disebutkan hakim yang menentukan beban pembuktian. Dengan ketentuan tersebut dalam perkara perdata, satu gugatan dapat ditolak, karena si penggugat tidak bisa membuktikan dalil-dalilnya, tetapi alasan itu tidak bisa digunakan hakim dalam mengadili dan memutus sengketa TUN, karena hakim bisa membebankan pembuktian pada tergugat. Dalam teori hukum, logika hukum bertitik tolak dari model logika deduksi.
  • 35. LOGIKA DEDUKTIF (Premis Mayor adalah Penentu) Pasal 17 UU Administrasi Pemerintahan (30 Tahun 2014) menyatakan bahwa 1. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dilarang menyalahgunakan Wewenang. 2. Larangan penyalahgunaan Wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. larangan melampaui Wewenang; b. larangan mencampuradukkan Wewenang; dan/atau c. larangan bertindak sewenang-wenang Larangan Penyalagunaan Wewenang meliputi : a. melampaui Wewenang; b. mencampuradukkan Wewenang; dan/atau c. bertindak sewenang-wenang
  • 36. LOGIKA DEDUKTIF (Premis Mayor adalah Penentu) Pasal 17 UU Administrasi Pemerintahan (30 Tahun 2014) menyatakan bahwa 1. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dilarang menyalahgunakan Wewenang. 2. Larangan penyalahgunaan Wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. larangan melampaui Wewenang; b. larangan mencampuradukkan Wewenang; dan/atau c. larangan bertindak sewenang-wenang Larangan Penyalagunaan Wewenang meliputi : a. melampaui Wewenang; b. mencampuradukkan Wewenang; dan/atau c. bertindak sewenang-wenang