SlideShare a Scribd company logo
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. A DENGAN GANGGUAN
SISTEM MUSKULOSKELETAL : “POST DEBRIDEMENT POD IV A/I
FRAKTUR TIBIA FIBULA DEXTRA” DI RUANG BEDAH
ORTHOPEDI GEDUNG KEMUNING Lt. II RSUP
dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
OLEH:
MAS UDIN
NIM. 13. 13. 1075
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
RAHA
2016
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini berjudul :
”Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. A dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal : Post Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra di
Ruang Bedah Orthopedi Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat
dr. Hasan Sadikin Bandung”.
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di depan penguji.
Raha, 27 Juni 2016
Pembimbing
WA ODE FITRI NINGSIH, S.Kep.,Ns.,M.Kes
NIP. 19850104 2011012014
Mengetahui
Direktur Akper Pemkab Muna
SANTHY, S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIP. 198002122003122006
iii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
Jln. Poros Raha-Tampo Km. 6 Motewe Tlp. 0403-2522954
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji
Pada Tanggal, 02 Juli 2016
DEWAN PENGUJI
1. WA ODE FITRI NINGSIH, S.Kep.,Ns.,M.Kes (…………..…….)
2. SANTHY, S.Kep.,Ns.,M.Kep (…………….…..)
3. ASMALIA, S.Kep.,Ns.,M.Kes (…………...……)
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada
Akademi Keperawatan Pemkab Muna
Raha, Juni 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
SANTHY, S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIP. 19800212 200312 2 006
iii
iii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
Jln. Poros Raha-Tampo Km. 6 Motewe Tlp. 0403-2522954
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji
Pada Tanggal, 02 Juli 2016
DEWAN PENGUJI
1. WA ODE FITRI NINGSIH, S.Kep.,Ns.,M.Kes (…………..…….)
2. SANTHY, S.Kep.,Ns.,M.Kep (…………….…..)
3. ASMALIA, S.Kep.,Ns.,M.Kes (…………...……)
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada
Akademi Keperawatan Pemkab Muna
Raha, Juni 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
SANTHY, S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIP. 19800212 200312 2 006
iii
iii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
Jln. Poros Raha-Tampo Km. 6 Motewe Tlp. 0403-2522954
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji
Pada Tanggal, 02 Juli 2016
DEWAN PENGUJI
1. WA ODE FITRI NINGSIH, S.Kep.,Ns.,M.Kes (…………..…….)
2. SANTHY, S.Kep.,Ns.,M.Kep (…………….…..)
3. ASMALIA, S.Kep.,Ns.,M.Kes (…………...……)
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada
Akademi Keperawatan Pemkab Muna
Raha, Juni 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
SANTHY, S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIP. 19800212 200312 2 006
iii
iv
ABSTRAK
Latar Belakang : Berdasarkan hasil medical record Ruang Perawatan Bedah Ortophedi Gedung
Kemuning Lt. II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung periode bulan Desember
2015 sampai dengan Februari 2016, terdapat kasus sebanyak 114 pasien dan diantara 10 penyakit
terbesar itu, Fraktur Tibia masuk urutan pertama dalam 10 penyakit terbesar. Dengan jumlah
penderita 20 orang dengan persentase 17,22 %.
Tujuan : Karya Tulis Ilmiah ini untuk memperoleh pengalaman secara nyata dan mampu
melaksanakan asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi aspek bio, psiko, sosial dengan
pendekatanproses keperawatan tentang pelaksaan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem Muskuloskeletal : ”Fraktur Tibia Fibula”.
Metode Telaahan : Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan metode analisis
deskriptif dalam bentuk studi kasus, sedangkan dalam pengumpulan data penulis menggunakan
tekhnik sebagai berikut : observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan studi
kepustakaan
Hasil : Dari hasil pengkajian didapatkan 5 diagnosa yang terdiri dari 4 diagnosa actual yakni nyeri,
berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat Tindakan debridement, gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan gerakan sendi, defisit perawatan diri berhubungan
dengan keterbatasan rentang gerak, ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, dan 1
diagnosa resiko yakni resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka post operasi. Dari hasil
evaluasi setelah diberikan perawatan selama 3 hari pada klien Tn. A, didapatkan 3 diagnosa
keperawatan belum teratasi tetapi sudah ada perubahan, serta 2 diagnosa telah teratasi yaitu ansietas
dan defisit perawatan diri.
Kesimpulan : Penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pemberian asuhan keperawatan yang
komprehensif pada klien dengan ganguan sistem muskuloskeletal : “Fraktur Tibia Fibula”
berdasarkan teori dan kondisi klien sangat besar pengaruhnya terhadap proses penyembuhan serta
adanya kerjasama yang baik antara perawat, klien dan keluarga serta tim kesehatan lain.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukurpenulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. A dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Post Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia
Fibula Dextra di Ruang Bedah Orthopedi Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.
Adapun maksud dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Program Diploma III
Keperawatan pada Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas atas bimbingan,
dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik moral maupun material. Oleh karena
itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Ibu dr. Hj. Ayi Djembarsari., MARS. Selaku Direktur Utama Pendidikan
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung beserta staf yang telah
memberikan waktu dan kesempatan untuk praktek dan melaksanakan ujian
praktek klinik keperawatan pada Rumah sakit yang dipimpinnya.
2. Ibu Santhy, S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku Direktur Akademi Keperawatan
Pemerintahan Kabupaten Muna yang telah membimbing dan memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Akper pemkab
Muna.
3. Ibu Dewi Tita Agustina, S.Kep.,Ns selaku CI Lahan dalam pelaksanaan ujian
akhir program praktek klinik keperawatan untuk studi kasus pada Karya Tulis
Ilmiah ini.
4. Bapak Almawin Susen, S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku CI Institusi ujian akhir
program praktek klinik keperawatan Bandung yang telah banyak meluangkan
waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing penulis melakukan asuhan
keperawatan.
5. Ibu Wa Ode Fitri Ningsih, S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku pembimbing Karya Tulis
Ilmiah yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam
vi
memberikan petunjuk dan mengarahkan penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah
ini dapat terselesaikan.
6. Seluruh Staf Dosen Akademi Keperawatan Pemkab Muna yang telah
memberikan dukunagan dan bantuan serta kerja sama dalam proses
penyusunana Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Tn. A beserta keluarga yang telah bersedia bekerja sama dengan penulis selama
melaksanakan asuhan keperawatan.
8. Keluarga tercinta khususnya Ayahndaku “Sandi dan Ibundaku Iha, adikku
Ediarto”serta seluruh keluarga yang tidak putus - putusnya memberikan doa,
motivasi, harapan dan dorongan baik moril maupun materi selama mengikuti
pendidikan hingga penyususnan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak dapat penulis sebut
satu persatu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Buat seseorang yang spesial sahabatku “Niksan” yang senantiasa menemani
serta telah memberikan motivasi dan dukungan dalam pembuatan Karya Tulis
Ilmiah ini sehingga dapat terselesaikan dengan cepat tanpa rasa lelah.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan kepada semua pihak
yang telah membantu penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini hingga selesai. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan baik dari segipenulisan maupun isinya, olehnya itu penulis
mengharapakan adanya masukan, baik kritik maupun saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
penulis dan seprofesi dan pembaca yang budiman guna mengembangkan dunia
keperawatan.
Raha, 25 Juni 2016
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................... iv
KATA PENGANTAR............................................................................. v
DAFTAR ISI............................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................... ix
DAFTAR BAGAN .................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR............................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xii
MOTTO PERSEMBAHAN ................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Ruang Lingkup Pembahasan ............................................... 4
C. Tujuan Penulisan ................................................................. 4
D. Manfaat Penulisan ............................................................... 6
E. Metode Telaahan ................................................................. 7
F. Waktu Pelaksanaan.............................................................. 7
G. Tempat Pelaksanaan ............................................................ 8
H. Sistematika Telaahan........................................................... 8
BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
: POST DEBIDEMENT POD IV a/i FRAKTUR TIBIA
FIBULA DEXTRA
A. Konsep Dasar
1. Defenisi......................................................................... 10
2. Anatomi Fisiologis Sistem Persarafan.......................... 11
3. Etiologi ......................................................................... 20
viii
4. Klasifikasi..................................................................... 20
5. Patofisiologi.................................................................. 21
6. Tanda dan Gejala.......................................................... 22
7. Pemeriksaan Penunjang................................................ 22
8. Penatalaksanaan Medis................................................. 23
9. Komplikasi.................................................................... 28
10. Penyimpangan KDM .................................................... 29
B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian....................................................................... 31
2. Diagnosa Keperawatan ................................................... 44
3. Perencanaan .................................................................... 45
4. Implementasi................................................................... 52
5. Evaluasi........................................................................... 52
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Laporan Kasus
1. Pengkajian .................................................................... 54
2. Diagnosa Keperawatan................................................. 67
3. Rencana Asuhan Keperawatan ..................................... 73
4. Implementasi dan Evaluasi........................................... 76
5. Catatan Perkembangan ................................................. 80
B. Pembahasan
1. Pengkajian .................................................................... 86
2. Diagnosa Keperawatan................................................. 87
3. Perencanaan.................................................................. 87
4. Implementasi ................................................................ 88
5. Evaluasi ........................................................................ 89
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan...................................................................... 91
B. Rekomendasi ................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Sepuluh Penyakit Terbesar .............................................................. 3
2. Klasifikasi Nilai IMT....................................................................... 33
3. Intervensi dan Rasional : Nyeri........................................................ 46
4. Intervensi dan Rasional : Kerusakan Mobilitas Fisik ...................... 47
5. Intervensi dan Rasional : Kerusakan Integritas Kulit ...................... 48
6. Intervensi dan Rasional : Kurang Pengetahuan ............................... 49
7. Intervensi dan Rasional : Resiko Tinggi Infeksi.............................. 50
8. Intervensi dan Rasional : Resiko Tinggi Disfungsi Neurovaskuler ... 50
9. Intervensi dan Rasional : Resiko Tinggi Gangguan Pertukaran Gas . 51
10. Intervensi dan Rasional : Resiko Tinggi Terhadap Trauma ............ 52
11. Aktivitas Sehari - Hari ..................................................................... 64
12. Pemeriksaan Hasil Laboratorium..................................................... 66
13. Analisa Data..................................................................................... 68
14. Rencana Tindakan Keperawatan...................................................... 70
15. Implementasi dan Evaluasi .............................................................. 73
16. Catatan Perkembangan..................................................................... 77
x
DAFTAR BAGAN
1. Penyimpangan KDM ............................................................................ 29
2. Genogram.............................................................................................. 56
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Anatomi Sistem Muskuloskeletal ............................................... 11
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Satuan Acara Pembelajaran
Lampiran II : Leaflet
Lampiran III : Lembar Konsultasi
xiii
MOTTO PERSEMBAHAN
MANFAATKANLAH SETIAP KESEMPATAN
YANG ADA
“MAS UDIN”
WAKTU
ADALAH
PELUANG
xiv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Identitas
Nama : Mas Udin
Tempat tanggal lahir : Wanci, 09 Januari 1996
Status : Mahasiswa
Agama : Islam
Suku /Bangsa : Buton / Indonesia
Alamat : Jln. Pendidikan
2. Riwayat Pendidikan
a. SD Negeri 2 Mandati 1 masuk tahun 2001 dan lulus tahun 2007
b. SMP Negeri 3 Wakatobi masuk tahun 2007 dan lulus tahun 2010
c. MAN 1 Wakatobi masuk tahun 2010 dan lulus tahun 2013
d. Sejak tahun 2013 mengikuti pendidikan Diploma III Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna dan Insya Allah akan menyelesaikannya tahun
2016.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakangp
Tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar
masyarakat mampu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia
yang produktif secara sosial dan ekonomi serta sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum (Kemenkes RI, 2014).
Berdasarkan Undang Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan, tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga di bidang kesehatan
terdiri atas tenaga kesehatan dan asisten tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
dikelompokkan ke dalam tiga belas jenis, yang terdiri atas : tenaga medis,
tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga
kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan,
tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga teknik
biomedika, tenaga kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan lainnya.
(Kemenkes RI, 2014).
2
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh cedera. Trauma yang menyebabkan
fraktur dapat berupa trauma langsung, misalnya yang sering terjadi benturan
pada ekstermitas bawah yang menyebabkan fraktur pada tibia dan fibula dan
juga dapat berupa trauma tidak langsung misalnya jatuh bertumpu pada
tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah (Astuti,
2011).
Fraktur memberikan dampak yang signifikan pada perubahan kualitas
hidup individu, menyebabkan restriksi aktivitas, ketidakmampuan, cacat fisik,
perburukan kondisi dan kehilangan penghasilan. Fraktur juga menyebabkan
pasien harus dirawat dirumah sakit, mengalami gangguan mobilisasi,
ketidakmampuan (disability), ketidakmandirian, dan bahkan meninggal dunia
(Astuti, 2011).
WHO memperkirakan pada pertengahan abad mendatang, jumlah
fraktur meningkat tiga kalilipat dari 1,7 juta pada tahun 1990 menjadi 6,3 juta
kasus pada tahun 2050 kelak. Data dari Internasional Fraktur Foundation
menyebutkan bahwa di seluruh dunia, satu dari tiga wanita dan satu dari
delapan pria yang berusia di atas 50 tahun memiliki resiko mengalami fraktur
akibat osteoporosis dalam hidup mereka (Astuti, 2011).
Angka kejadian fraktur di RS. Al-Irsyad Surabaya dari januari 2010
sampai dengan desember 2010 terdapat 1239 kasus, dari jumlah tersebut
kasus fraktur pada laki-laki sebanyak 878 (71%) dan pada wanita 361 (29%).
3
Sedangkan kasus pada ektermitas bawah mencapai angka 733 (59%). (Astuti,
2011).
Berdasarkan data yang diperoleh di Ruang Bedah Orthopedi Gedung
Kemuning Lt. II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung
penderita gangguan Sistem Muskuloskeletal khususnya fraktur tibia fibula
pada bulan desember 2015 sampai dengan februari 2016 adalah sebagai
berikut :
Table.1...Daftar Sepuluh Besar Penyakit di Ruang Bedah Orthopedi Gedung Kemuning
..Lt. II .Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung Periode
..Desember .2015 sampai dengan Februari 2016
No. Penyakit Jumlah %
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Fraktur Tibia
Tumor ginjal
Tumor kulit
Post LE
BPH
Retensi Urine
Hipospadia
Hidroneposis
Tumor Rectum
Cholelithiasis
20
15
13
12
12
10
10
9
7
6
17,22
13,31
11,38
11,82
11,62
8,62
8,62
7,64
5,32
4,85
Jumlah 114 100
Sumber : ..Rekam Medik Ruang Bedah Orthopedi Gedung Kemuning Lt. II Rumah Sakit
.Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Desember .2015 sampai dengan
.Februari 2016.
Dari tabel di atas menunjukan bahwa dari jumlah pasien yang
mengalami fraktur tibia fibula adalah berjumlah 20 pasien (17,22%),
angka kejadian ini menempati urutan pertama dari data sepuluh penyakit
terbesar di atas. Fraktur Tibia Fibula dengan peringkat tersebut dapat
memberikan masalah yang sangat kompleks bagi tubuh. Selain itu fraktur
akan bertambah dengan adanya komplikasi yang berlanjut diantaranya
syok, sindrom emboli lemak, sindrom kompartemen, kerusakan arteri,
4
infeksi, dan avaskuler nekrosis. Komplikasi lain dalam waktu yang lama
akan terjadi mal union, delayed union, non union atau bahkan perdarahan
yang dapat berujung pada kematian.
Melihat keadaan tersebut di atas membuat penulis merasa tertarik
untuk menulis Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul.: “Asuhan
Keperawatan pada Klien Tn..A dengan Gangguan Sistem
Muskuloskletal : Post Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula
Dextra Di Ruang Bedah Orthopedi Gedung Kemuning Lt. II Rumah
Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis membatasi ruang
lingkup masalah yang di bahas yaitu Asuhan Keperawatan pada Klien
Tn..A dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal : Post Debridement POD
IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra di Ruang Bedah Orthopedi Gedung
Kemuning Lt. II Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum.
Untuk memperoleh gambaran dan pengalaman secara nyata
yang komprehensif dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada
Klien dengan Gangguan Sistem Musculoskeletal : Post Debridement
POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra, meliputi aspek biologis,
5
psikologis, spiritual dan cultural berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian keperawatan Pada Klien
dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Post Debridement
POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan Pada Klien dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Post Debridement POD IV
a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra.
c. Mampu menyusun rencana keperawatan Pada Klien dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Post Debridement POD IV
a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan Pada Klien dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Post Debridement POD IV
a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra.
e. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan Pada Klien dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Post Debridement POD IV
a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra.
f. Mampu melaksanakan pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Post
Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra.
6
D. Manfaat
1. Rumah sakit
Sebagai bahan masukan bagi institusi terkait khususnya di
bagian Ruang Bedah Orthopedi Gedung Kemuning Lt. II Rumah
Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
2. Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi rekan-rekan
mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuan tentang
Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal.: Post Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia
Fibula Dextra.
3. Perkembangan Ilmu Keperawatan
Sebagai sumbangsih isi pikir dalam mengembangkan ilmu
keperawatan, khususnya dalam pemberian Asuhan Keperawatan
Pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Post
Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra.
4. Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh selama pendidikan dalam penerapan Asuhan Keperawatan
Pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Post
Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra.
7
E. Metode Telaahan
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan
metode analisis deskriptif dalam bentuk studi kasus, sedangkan dalam
pengumpulan data penulis menggunakan tekhnik sebagai berikut :
1. Observasi yaitu mengamati keadaan klien yang meliputi bio, psiko,
sosial, kultural dan spiritual.
2. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan melakukan komunikasi
lisan secara langsung pada klien dan keluarganya.
3. Pemeriksaan fisik yaitu pengumpulan data dengan melakukan
pemeriksaan fisik pada klien secara head to toe meliputi inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi dan di dokumentasikan secara
persistem.
4. Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan mempelajari data
dan status klien melalui rekam medik.
5. Studi kepustakaan yaitu dengan membaca dan mempelajari teori-
teori dari buku-buku, dan literatur yang terpercaya seperti internet
dan surat kabar, sebagai kerangka teori yang dijadikan acuan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien.
F. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan studi kasus mulai pada dari tanggal 1 sampai dengan 4
Maret 2015.
8
G. Tempat Pelaksanaan
Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Bedah Orthopedi Gedung
Kemuning Lt. II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 4 (empat)
bab yaitu :
BAB I : Pendahuluan, menjelaskan Latar Belakang, Ruang lingkup
Pembahasan, Tujuan, Manfaat, Metode Telaahan, Waktu
Pelaksanaan dan Tempat Pelaksanaan serta Sistematika
Telaahan.
BAB II : Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal.: Post Debridement
POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra, menjelaskan
tentang Konsep Dasar Medis meliputi Definisi, Anatomi
Fisiologi Sistem Muskuloskeletal, Etiologi, Klasifikasi,
Patofisiologi, Tanda dan Gejala, Pemeriksaan Diagnostik,
Penatalaksanaan Medik, Komplikasi, dan Penyimpangan
KDM, serta Tinjauan Teoritis tentang Asuhan Keperawatan
yang meliputi Pengkajian, Diagnosa, Perencanaan,
Implementasi dan Evaluasi.
BAB III : Tinjauan Kasus Dan Pembahasan. Membahas tentang
Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Klien Tn. A dengan
9
Gangguan pada Sistem Muskuloskeletal : Post
Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra yang
disusun berdasarkan pada proses keperawatan yang
mencakup Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Rencana
Tindakan, Implementasi, Evaluasi dan Catatan
Perkembangan serta Pembahasan menjelaskan tentang
perbandingan antara fakta dan teoritis yang ada, dibahas
secara sistematis mulai dari Pengkajian, Diagnosa
Keperawatan, Rencana Tindakan, Implementasi, Evaluasi
serta Catatan Perkembangan.
BAB IV : Kesimpulan dan Rekomendasi, membahas tentang
Kesimpulan dari pelaksanaan asuhan keperawatan dan
Rekomendasi yang terikat operasional untuk mengatasi
masalah yang sama di kemudian hari.
10
BAB II
TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : POST
DEBRIDEMENT POD IV A/I FRAKTUR
TIBIA FIBULA DEXTRA
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh cedera. Selama masa perawatan,
klien dengan fraktur ekstremitas bawah melakukan penyesuaian (adaptasi)
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada diri, lingkungan
disekitarnya, kebutuhan fungsi fisiologis, konsep diri, peran dan
interdependensi dalam mempertahankan homeostasis (keseimbangan),
yang dapat menghasilkan perilaku respons adaptif atau respons
maladaptive (Hariana & Ariani, 2007).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
dengan jenisnya dan luasnya (Solihati, 2013).
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi,
tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial (Astuti,
2011).
Dari ketiga pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa fraktur
adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan, yang
menyebabkan edema jaringan lunak, perdarahan otot dan sendi, dislokasi
11
sendi, ruptur tendon, kerusakan syaraf serta kerusakan pembuluh darah
yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
2. Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal
a. Anatomi Sistem Muskuloskeletal
Gambar 1. Anatomi Sistem Muskuloskeletal
Sumber : (Syaifuddin, 2006).
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan
bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama dari sistem
muskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi,
otot, rangka, tendon, ligamen, bursa dan jaringan– jaringan khusus yang
menghubungan struktur–struktur ini (Syaifuddin, 2006).
1) Tulang
Tulang merupakan organ yang sangat penting yang memiliki
berbagai fungsi diantaranya fungsi mekanis yakni melakukan
12
pembentukan rangka dan tempat melekatnya berbagai otot kemudian
tempat penyimpanan mineral khususnya kalsium dan fosfor yang bisa
dilepaskan setiap saat dari kebutuhan kemudian tempat sum – sum
tulang dalam membentuk sel darah dan secara umum sebagai
pelindung pada organ–organ viseral.
Tulang terdiri dari 3 macam yakni, tulang pipih seperti tulang
kepala dan pelvis, tulang kuboid seperti tulang vertebrata serta tulang
tarsalia dan tulang panjang seperti tulang femur dan tibia. Tulang
panjang umumnya berbentuk lebar pada bagian ujung tulang panjang
dilapisi oleh kartilago dan secara anatomis tulang panjang tersebut
epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung tulang yang akan
menyatu pada tulang orang dewasa. Sedangkan pada anak – anak
terpisah dan lebih elastis (Syaifuddin, 2006).
Tulang ekstremitas bawah atau anggota gerak bawah dikaitkan
kepada batang tubuh dengan perantara gelang panggul. Pada tulang
anggota gerak bawah terdiri dari :
1 Tulang Koxae : Tulang kering: Tulang pangkal paha
1 Femur : Tulang paha
1 Tibia : Tulang kering
1 Fibula : Tulang betis
1 Patela : Tempurung lutut
1 Tulang Tarsal : Tulang pangkal kaki
5 Tulang Metatarsal : Tulang telapak kaki
14 Falanx : Ruas jari kaki
13
a) Tulang Koxae adalah tulang pipih berbentuk tak teratur dan
dibentuk oleh 3 tulang yang bermutu diasetabulum yaitu semua
rongga berbentuk sawan dipermukaan eksternal dari tulang koxa
dan menekan kepala femur dalam formasi gelang panggul.
b) Femur atau tulang paha adalah tulang terpanjang dari tubuh.
Tulang ini bersendi dengan asetabulum dan formasi persendian
panggul dan dari sini ia menjulur medial kelutut dan membuat
sendi dengan tibia. Tulangnya berupa tulang pipa dan
mempunyai sebuah batang dan dua ujung yaitu ujung atas dan
ujung bawah.
c) Tibia atau tulang kering merupakan kerangka yang utama dari
tungkai bawah dan terletak medial dari tibula atau tulang betis.
Tibia adalah tulang pipa dengan sebuah batang dengan dua buah
ujung yaitu ujung atas memperlihatkan kondil medial dan
kondial lateral sedangkan ujung bawah masuk kedalam formasi
persendian mata kaki. Tulangnya sedikit melebar dan kebawah
sebelah medial atau malcolus tibiae.
d) Tibula atau tulang betis adalah tulang sebelah lateral tungkai
bawah. Tulang ini adalah tulang dengan sebuah batang dua
ujung. Ujung atas kepala dan bersendi dengan bagian belakang
luar dari tibia tetapi tidak masuk kedalam formasi sendi lutut.
Batangnya ramping dan terbenam dalam otot tungkai dan
memberi banyak kaitan, sedangkan ujung bawah disebelah
14
bawah lebih memanjang menjadi malwolus lateraus atau
maleolus fibulae.
e) Patela atau tempurung lutut adalah tulang biji atau tulang
sesamoid yang berkembang didalam tendondan otot kwadrisep
extensor. Apex patela meruncing kebawah. Permukaan anterior
dari tulang adalah kasar permukaan, posteriornya halus dan
bersendi dengan permukaan pateler dari ujung bawah femur.
Letaknya didepan sendi lututtetapi tidak ikut serta didalamnya.
f) Tulang tarsal atau tulang pangkal kaki. Ada tujuh buah tulang –
tulang yang secara kolektif digunakan tarsus. Tulang – tulang itu
terbentuk jala dalam pembungkus jaringan kompak. Tulang –
tulang ini mendukung berat badan kalau berdiri.
g) Kalkaneus atau tulang tumit adalah tulang terbesar dari tulang
tapak kaki. Tulang itu ada disebelah belakang dan membentuk
tumit serta mengalihkan berat badan diatas tanah kebelakang.
Memberi kaitan pada otot besar dari betis dengan perantara
tendon achiles atau tendon kalkaneus, disebelah atas bersendi
dengan taltus dan didepan dengan kuboid (Syaifuddin, 2006).
2) Sendi
Sendi adalah pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari
kerangka. Sendi terdiri dari tiga jenis yaitu : sendi fibrous, sendi
kartilaginosa / sendi tulang rawan dan sendi sinovial atau diartroses.
15
a) Sendi fibrous atau sinartroses adalah sendi yang tidak dapat
bergerak atau merekat ikat (Syaifuddin, 2006).
b) Sendi kartilagenesta atau sendi tulang rawan.
Sendi kartilago atau sendi tulang rawan adalah sendi
dengan gerakan sedikit, dan permukaan persendiannya
dipisahkan oleh bahan antara dan hanya mungkin sedikit
gerakan, misalnya : simfisis pubis, dimana sebuah bantalan
tulang rawan mempersatukan kedua tulang pubis yaitu sendi
intervertebral dengan cakram intervetebral dari pada tulang
rawan fibro. Simfisis adalah istilah yang digunakan untuk
melukiskan sebuah persendian yang hanya dapat bergerak
sedikit, sedangkan ujung – ujung tulang dipisahkan oleh sebuah
bantalan tulang rawan (Syaifuddin, 2006).
c) Sendi sinovial adalah persendian yang bergerak bebas dan
terdapat banyak ragamnya. Semuanya mempunyai ciri yang
sama yaitu : Ujung tulang – tulang yang masuk dalam formasi
persendian ditutupi oleh tulang rawan hialin, ligamen diperlukan
untuk mengikat tulang – tulangnya, bersama sebuah rongga
persendian rongganya terbungkus oleh sebuah kapsul dari pada
jaringan fibrous yang biasanya diperkuat oleh ligamen
(Syaifuddin, 2006).
16
Jenis sendi sinovial terdiri dari 6 jenis yaitu : sendi datar
atau sendi geser, sendi putar, sendi engsel, sendi kendiloid, sendi
berporos dan sendi pelana.
(1) Sendi datar atau sendi geser yaitu dua permukaan datar
tulang saling melincur satu atas yang lainnya, misalnya
sendi karpys dan tarsus.
(2) Sendi putar yaitu dimana sebuah ujung bulat tepat masuk
didalam sebuah rongga cawan tulang lain, mengijinkan
gerakan kesegala jurusan, misalnya sendi panggul dan sendi
bahu.
(3) Sendi engsel yaitu didalam jenis ini satu permukaan bundar
diterima oleh yang lain sedemikian rupa sehingga hanya
mungkin gerakan dalam satu bidang seperti gerakan engsel.
Contoh yang baik adalah sendi siku.
(4) Sendi kendiloid mirip sendi engsel tetapi dapat bergerak
dalam dua bidang, lateral, kebelakang, dan kedepan
sehingga fleksibel dan ekstensi, adduksi (kesamping atau
ketengah) dan sedikit sirkunduksi, sedikit pada pergelangan
tangan tetapi bukan rotasi.
(5) Sendi berporos atau sendi putar ialah yang hanya mungkin
berputaran seperti pada gerakan kepala, dimana atlas yang
berbentuk cincin berputar sekitar proses yang berbentuk
paku dari axis (servikal kedua atau epistroveus).
17
(6) Sendi pelana atau sendi yang timbul bolak balik menerima
misalnya sendi antara trapezium (multagulum mayus) dan
tulang metakarpal pertama dari ibu jari, memberi banyak
kebebasan bergerak, memungkinkan ibu jari berhadapan
dengan jari-jari lainya (Syaifuddin, 2006).
3) Otot dan Tendon
Otot dengan kemampuan berkontraksi memungkinkan tubuh
bergerak sesuai dengan keinginan. Otot memiliki orido dan inserasi
tulang otot dihubungkan dengan tulang melalui tendon yakni satu
jaringan ikat yang melekat dengan sangat kuat pada tempat
insersinya ditulang (Syaifuddin, 2006).
4) Ligamen
Mengikat tulang dalam sendi ligamen dan tendon otot, yang
melintasi sendi, menjaga stabilitas sendi pada beberapa sendi,
ligamen antara beberapa sendi (misalnya : ligamen kurstatum
dilutut) terletak di dalam kapsul sendi dan memperkuat stabilitas
sendi.
5) Bursa
Bursa adalah suatu kantung berisi cairan sinovial yang terletak
dititik pergeseran, bursa biasanya merupakan bantalan bagi
pergeseran tendon. Ligamen dan tulang di siku, lutut dan beberapa
sendi lainnya.
18
b. Fisiologi Sistem Muskuloskeletal
Fungsi dari tulang adalah sebagai berikut :
1) Menyediakan tempat melekatnya otot untuk bekerja.
2) Melindungi organ.
3) Membentuk eritrosit dalam sum – sum tulang.
4) Menyimpan kalsium dan fosfor.
Fungsi Umum Tulang :
1) Formasi Kerangka
2) Formasi sendi- sendi
3) Perlengketan otot
4) Sebagai Pengungkit
5) Penyokong berat badan
6) Proteksi
7) Haemopoeisis
8) Imunologi
9) Penyimpanan kalsium (97%)
Fungsi Khusus Tulang :
1) Sinus-sinus paranasalis : menimbulkan nada pada suara
2) Email gigi : memotong, menggigit dan menggilas makanan
3) Tulang kecil telinga : mengkonduksi gelombang suara
4) Panggul wanita : memudahkan proses partus
Fungsi utama sendi adalah memberi pergerakan dan
fleksibilitas dalam tubuh.
19
Jenis Sendi Berdasarkan strukturnya :
1) Fibrosa : hubungan antar sendi oleh jaringan fibrosa
2) Kartilago/tulang rawan : ruang antar sendinya berikatan dengan
tulang rawan.
3) Sinovial/sinovial joint : ada ruang sendi dan ligament untuk
mempertahankan persendian.
Otot adalah jaringan tubuh yang berfungsi mengubah energi
kimia menjadi kerja mekanik sebagai respons tubuh terhadap
perubahan lingkungan. Fungsi otot adalah mengontrol pergerakan,
mempertahankan postur tubuh dan menghasilkan panas (Syaifuddin,
2006).
Otot terdiri dari 3 jenis :
1) Otot bergaris (otot lurik, otot rangka, otot sadar) dan akan
berkontraksi jika dirangsang oleh stimulus saraf. Misalnya otot
pada ekstremitas.
2) Otot polos (otot tidak bergaris, otot licin, otot tidak sadar) dan
berkontraksi tanpa stimulus saraf. Misalnya pembuluh darah,
pembuluh limfe, dan lain - lain.
3) Otot spinkter, misalnya. spinkter ani, spinkter pilorus.
3. Etiologi
a. Pukulan langsung
b. Jatuh dengan kaki fleksi
c. Gerakan memutir yang keras (Solihati, 2007).
20
4. Klasifikasi
a. Fraktur tertutup, yaitu Fraktur ini tanpa adanya komplikasi, kulit
masih utuh, tulang tidahk menonjol atau menembus kulit/ terhubungan
dengan dunia luar.
b. Fraktur terbuka, bila terdapat hubungan antara tulang patah dengan
dunia luar, dibagi dalam tiga derajat yaitu :
Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka
kecil kurang dari 1 cm, luka terbuka bersih, biasanya
diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam
menembus keluar, benturan otot minimal, biasanya pada
fraktur simple transfersal atau fraktur oblig.
Derajat II : Luka lebih besar dari 1 cm, dengan kerusakan jaringan
yang luas, dengan fraktur minimal, fraktur simple dengan
minimal cominutif, luka disebabkan karena benturan dari
luar.
Derajat III : Lukanya lebih luas termasuk otot, kulit dan struktur
pembuluh darah dan saraf, kondisi luka kotor, dapat
dibagi menjadi 3. III A : Laserasi jaringan lunak cukup
luas dengan terangkatnya periosteum minimal dan kulit
masih dapat menutup luka, biasanya terjadi pada fraktur
segmental, luka tembak. III B : Kerusakan jaringan lunak
yang luas dengan terangkatnya periosteum dan terjadi
bone expose yang membutuhkan penutupan jaringan
21
lunak dengan flap, biasanya terjadi kontaminasi luas
pada luka. III C : Terjadi cedera pada pembuluh darah
yang membutuhkan repair (Solihati, 2007).
5. Patofisiologi
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan ooleh trauma
gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan
metabolik, patologik, kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang
terbuka maupun yang tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan
mengakibatkan pendarahan, maka volume darah turun. COP menurun
maka akan terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematomaakan
mengeksudasi plasma atau poliferasi menjadi edem lokal maka
penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai
serabu saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain
itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi neurovaskuler yang
menimbulkan nyeri gerak sehinggah mobilits fisik terganggu .disamping
itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan
dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan
jaringan lunak akan mengakibatkan gangguan integritas kulit. Fraktur
adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh gangguan metabolik,
patologik yang terjadi itu terbuka dan tertutup. Pada umumya pada pasien
fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang
bertujuan untuk mempertahankan fragmen tulang yang telah di hubungkan
tetap pada tempatnya sampai sembuh (Sylvia, 2006).
22
6. Tanda dan Gejala
a. Nyeri, dinyatakan langsung setelah terjadi trauma, hal ini disebabkan
adanya spasme (mengalami peregangan) otot, tekanan dari patahan
tulang atau jaringan sekitarnya.
b. Deformitas, disebabnkan adanya trauma dan pergerakan otot yang
mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, sehingga tulang
kehilngan bentuk normalnya.
c. Hematoma yang jelas, merupakan perubahan warna kulit sebagai
akibat dari ektravasasi di jaringan sekitarnya.
d. Edema berat, biasanya timbul lebih cepat karena cairan serosa
terlokalisir pada daerah fraktur dan terjadi ekstravasasi di sekitar
jaringan (Solihati, 2007).
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Rontgen, menentukan lokasi./.luasnya fraktur dan jenis
fraktur.
b. CT Scan tulang, digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan
panjangnya tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
c. Hitung darah lengkap, hematokrit dan leukosit mungkin meningkat
atau menurun.
d. Arteriogram bila terjadi kerusakan vaskuler (Solihati, 2007).
23
8. Penatalaksanaan medik
a. Debridement
1) Pengertian
Debridement merupakan suatu tindakan eksisi yang
bertujuan untuk membuang jaringan nekrosis maupun debris yang
mengahalangi proses penyembuhan luka dan potensial terjadi atau
berkembangnya infeksi sehingga merupakan tindakan pemutus
rantai respon inflamasi sistemik dan maupun sepsis. Tindakan ini
dilakukan seawal mungkin, dan dapat dilakukan tindakan ulangan
sesuai kebutuhan (Price & Wilson, 2005).
2) Tujuan
Debridement merupakan sisi lain pada perawatan luka bakar.
Tindakan ini memiliki dua tujuan :
a) Untuk menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh
bakteri dan benda asing.
b) Untuk menghilangkan jaringan yang sudah mati dalam
persiapan kesembuhan luka.
3) Jenis-jenis debridement
a) Debridement alami
Pada peristiwa Debridement alami, jaringan mati akan
memisahkan diri secara spontan dari jaringan viable yang ada di
bawahnya. Namun, pemakaian preparat topical anti bakteri
cenderung memperlambat proses pemisahan ester yang alami.
24
Tindakan mempercepat proses ini akan menguntungkan bagi
pasien dan dapat dilakukan dengan cara-cara lain seperti
Debridement mekanis atau bedah sehingga waktu antara
terjadinya invasi bakteri dan tumbuhnya masalah yang lain
dapat dikurangi.
b) Debridement mekanis
Debridement mekanis meliputi penggunaan gunting
bedah dan forsep untuk memisahkan dan mengangkat
eskar.Teknik ini dapat dilakukan oleh dokter atau perawat yang
berpengalaman, dan biasanya Debridement mekanis dikerjakan
setiap hari pada saat penggantian balutan serta pembersihan
luka. Debridement dengan cara-cara ini dilaksanakan sampai
tempat yang masih terasa sakit dan mengeluarkan darah.
Preparat hemostatik atau balutan tekan dapat digunakan untuk
menghentikan perdarahan dari pembuluh-pembuluh darah yang
kecil.
c) Debridement bedah
Debridement bedah merupakan tindakan operasi dengan
melibatkan eksisi primer seluruh tebal kulit sampai fasia (eksisi
tangensial) atau dengan mengupas lapisan kulit yang terbakar
secara bertahap hingga mengenai jaringan yang masih berdarah.
Tindakan ini dapat dimulai beberapa hari atau segera setelah
kondisi hemodinamik pasien stabil dan edemanya berkurang.
25
Kemudian lukanya segera ditutup dengan graf kulit atau
balutan.Balutan biologic temporer atau balutan biosintetik dapat
digunakan dahulu sebelum graf kulit dipasang pada pembedahan
berikutnya.
4) Prosedur Tindakan Debridemnt
Sebelum dilakuk debridement, diberikan antibiotik profilaks
yang dilakukan di ruangan emergency. Yang terbaik adalah golongan
sefalosforin. Biasanya di pakai sefalosforin golongan pertama pada
fraktur terbuka gustilo tape III, diberikan tambahan berupa golongan
amoniklikosida, seperti tobramicin atau gentamicin. Golongan
sefalosforin golongan III dipertimbangkan disini. Sedangkan pada
fraktur yang dicurigai terkontaminasi kuman cloctridia, diberikaqn
penicilin.
Peralatan proteksi diri yang dibutuhkan saat operasi adalah
google, boot dan sarung tangan tambahan. Sebelum dilakukan
operasi, dilakukan pencucian dengan povine iodine, lalu drapping
area operasi. Penggunaan tidak dianjurkan, karena kita akan
melakukan pengamatan terhadap perdarahan jaringan. Debridement
dilakukan pertama kali pada daerah kulit. Kemudian rawat
perdarahan di vena dengan melakukan koagulasi. Buka fascia untuk
menilai otot dan tendon. Viabilitas otot dinilai dengan empat C,
“Color, Cotractility, Circulation and Consistency”. Lakukan
pengangkatan kontaminasi canal medullary dengan saw atau
26
rongeour. Curittage canal medullary dihindarkan dengan alasan
mencegah infeksi kearah proksimal. Irigasi dilakukan dengan normal
salien penggunaan normal saline adalah 6 – 10 liter untuk fraktur
terbuka grade II dan III. Tulang dipertahankan dengan reposisi. Bisa
digunkan eksternal fiksasi pada fraktur grade III4. Penutupan luka
dilakukan jika memungkinkan. Pada fraktur tipe III yang tidak bisa
dilakukan penutupan luka, dilakukan rawat luka terbuka, hingga luka
dapat ditutupsempurna (Solihati, 2007).
b. ORIF (Open Reduction and Internal Fixation)
1) Definisi
ORIF adalah suatu bentuk pembedahan dengan pemasangan
internal fiksasi pada tulang yang mengalami fraktur.
2) Tujuan
Tujuan dari operasi ORIF untuk mempertahankan posisi
fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak mengalami pergeseran.
Internal fiksasi ini berupa Intra Medullary Nail biasanya digunakan
untuk fraktur tulang panjang dengan tipe fraktur tranvers
3) Indikasi
a) Pasien penderita dan pasca stroke.
b) Pasien yang menderita kelumpuhan.
c) Pasien yang menderita fraktur.
4) Kontra Indikasi
a) Pasien dengan penurunan kesadaran.
27
b) Pasien dengan fraktur yang parah dan belum ada penyatuan tulang
c) Pasien yang mengalami kelemahan (malaise).
5) Persiapan atau Prosedur Pemasangan Orif
a) Persiapan alat dan Ruangan
(1) Alat tidak steril : Lampu operasi, Cuter unit, Meja operasi,
Suction, Hepafik, Gunting.
(2) Alat Steril : Duk besar 3, Baju operasi 4, Selang suction
steril, Selang cuter Steril,side 2/0, palain 2/0,berbagai macam
ukuran jarum.
(3) Set Orif : Koker panjang 2, Klem bengkok 6, Bengkok
panjang 1, Pinset cirugis 2, Gunting jaringan 1, Kom 2,
Pisturi 1, Hand mest Platina 1 set, Kassa steril, Gunting
benang 2, Penjepit kasa 1, Bor 1, Hak Pacul 1, Hak Sedang 1,
dan Hak Duk 3
b) Prosedur Operasi :
(1) Pasien sudah teranastesi GA
(2) Tim bedah melakukan cuci tangan (Scrub)
(3) Tim bedah telah memakai baju operasi (Gloving)
(4) Lakukan disinfeksi pada area yang akan dilakukan sayatan
dengan arah dari dalam keluar, alkohol dua kali, betadine 2x.
(5) Pasang duk pada area yang telah di disinfeksi (Drapping)
(6) Hidupkan cuter unit
(7) Lakukan sayatan dengan hand mest dengan arah paramedian
28
(8) Robek subkutis dengan menggunakan cuter hingga terlihat
tulang yang fraktur.
(9) Lakukan pengeboran pada tulang
(10)Pasang platina
(11)Lakukan pembersihan bagian yang kotor dengan cairan NaCl
(12)Jahit subkutis dengan plain 2/0
(13)Jahit bagian kulit dengan side 2/0
(14)Tutup luka dengan kassa betadine, setelah itu diberi hepafik
(Solihati, 2007).
9. Komplikasi
a. Gangguan saraf proneus, klien tidak dapat melakukan dorsofleksi ibu
jari dan gangguan.
b. Sensasi pada sela jari pertama dan kedua.
c. Kerusakan arteri tibialis.
d. Sindrom kompartemen.
e. Hemartrosis dan kerusakan ligament bila fraktur terjadi didekat sendi.
f. Komplikasi yang lain :
1) Malunion: tulang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak
seharusnya.
2) Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjalan tetapi
dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
3) Non union : tulang yang tidak menyambung kembali (Solihati,
2007).
29
30
31
B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu metode yang tereorganisasi dan
sistematis dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien, yang berfokus
pada respon manusia baik sebagai individu, keluarga maupun masyarakat
karena adanya gangguan kesehatan aktual maupun potensial (Asmadi, 2008).
Tujuan proses keperawatan secara umum adalah untuk menyusun
kerangka konsep berdasarkan keadaan individu (klien), keluarga, dan
masyarakat agar kebutuhan mereka dapat terpenuhi (Nursalam, 2013)
Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan ilmiah
yang digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai
atau mempertahankan keadaan biologis, psikologis, social dan spiritual yang
optimal, melalui tahap pengkajian, identifikasi diagnosis keperawatan,
penentuan rencana keperawatan, serta evaluasi tindakan keperawatan
(Asmadi, 2008).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai
sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Nursalam, 2013). Pengkajian dapat dilakukan persistem tubuh dengan
menggunakan 4 metode yaitu: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Dalam pengkajian yang dilakukan dalam tahapannya meliputi:
32
a. Pengumpulan data
Tipe data pada pengkajian keperawatan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu data subjektif dan data objektif. Penjelasan
mengenai kedua tipe tersebut adalah sebagai berikut (Nursalam,
2013).
1) Data subjektif, adalah data yang didapatkan dari klien sebagai
suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Data subjektif
diperoleh dari riwayat keperawatan termasuk persepsi klien,
perasaan, dan ide tentang status kesehatnnya.
2) Data objektif, adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh
perawat. Yang termasuk data objektif adalah frekuensi
pernapasan, tekanan darah, adanya edema, dan berat badan
Pengumpulan data dari klien fraktur terdiri dari :
1) Biodata klien
1) Identitas klien
Biodata klien terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, status marital, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no.medrek, diagnosa
medis dan alamat.
2) Identitas penanggung
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
dan hubungan dengan klien.
33
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit
Alasan utama klien saaat masuk rumah sakit di dapatkan
saat masuk rumah sakit yang di jadikan dasar untuk
menggali kondisi klien saat ini.
(2) Keluhan Utama
Keluhan yang paling di rasakan yang merupakan alasan
klien sehingga masuk rumah sakit atau di bawah ke rumah
sakit. Pada umunya pada kasus fraktur yang menjadi
keluhan utama adalah nyeri baik nyeri tekan maupun nyeri
gerak.
(3) Riwayat Keluhan Utama
Yaitu kapan keluhan mulai timbul, bagaimana terjadinya
apakah tiba-tiba atau berangsur-angsur, apa tindakan yang
dilakukan untuk mengurangi keluhan, obat apa yang
digunakan, adakah keluhan yang menyertai. Riwayat
keluhan utama dijabarkan dengan PQRST
P : Paliative/Provokatif yaitu yang menyebabkan
gejala, apa saja yang dapat mengurangi dan
memperberatnya.faktor pencetusnya adalah fraktur.
Q : Quality/Quantity yaitu bagaimana gejala dirasakan
oleh klien (panas, pedih) dan lain-lain.pada kasus
34
fraktur nyeri yang dirasakan bisanya berdenyut,
ketat, tumpul atau seperti ditusuk-tusuk.
R : Region/Radiasi yaitu dimana gejala terasa ? Apakah
rasa nyeri tersebut menjalar atau menyebar ke area
lain. untuk kasus ini biasanya terlokalisasi hanya
pada daerah frakturnya.
S : Severe/Scale yaitu sejauh mana keluhan tersebut
mengganggu aktivitasnya, dengan menggunakan
skala nyeri. biasanya nyeri selalu mengganggu
dengan skala 3-4 (0-10).
T : Timing/Time yaitu kapan terjadinya gejala dan
frekuensi terjadinya keluhan. biasanya pada kasus
fraktur berlangsung terus-menerus sampai keadaan
fraktur membaik.
b) Riwayat Kesehatan Terdahulu
Perlu dikaji untuk mengetahui apakah klien pernah mengalami
sesuatu penyakit yang berat atau penyakit tertentu yang
memungkinkan akan berpengaruh pada kesehatannya sekarang.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu diketahui untuk menentukan apakah dalam keluarga ada
penyakit keturunan atau penyakit – penyakit karena lingkungan
yang kurang sehat yang berdampak negatif sehingga
memperberat penyakitnya. Biasanya fraktur tidak ada
35
kecenderungan menurun dari keluarga karena penyebab
biasanya kecelakaan.
3) Pemeriksaan Fisik
Dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
terhadap berbagai sistim tubuh. Maka akan ditemukan hal-hal
sebagai berikut :
a) Keadaan Umum
Pada klien yang imobilisasi perlu dilihat dalam hal keadaan
umumnya, meliputi penampilan, postur tubuh dan gaya bicara,
karena imobilisasi biasanya akan mengalami kelemahan.
b) Tanda-tanda vital yaitu pengukuran yang meliputi suhu badan,
tekanan darah, pernapasan, serta denyut nadi.
c) Kesadaran
Tingkat kesadaran yaitu pengamatan yang dilakukan oleh perawat
tentang kondisi atau tingkat kesadaran klien dengan mengunakan
Glows Coma Skala (GCS) yang meliputi Eye (mata) dengan nilai
tertinggi yaitu 4 jika klien membuka mata spontan, 3 jika klien
membuka mata dengan rangsangan suara, 2 jika klien membuka
mata dengan rangsangan nyeri dan 1 jika tidak ada respon.
Motorik (pergerakan) diberikan nilai 6 jika klien menggerakan
tangan sesuai perintah, nilai 5 jika klien dapat melokalilasi nyeri,
dan 4 jika klien bergerak menjauhi sumber nyeri, 3 jika fleksi
abnormal, dan 2 jika ekstensi abnormal. Verbal (suara) di beri
36
nilai 5 jika klien terorientasi, nilai 4 jika klien bingung, 3 jika
kata-kata tidak teratur, 2 jika suara tidak dapat dimengerti, 1 jika
tidak ada respon. Klien di kategorikan dengan kesadaran kompos
metis jika nilai GCS 14-15, kesadaran apatis jika GCS 12-13,
somnolen jika GCS 11-12, sopor jika nilai GCS 8-10 dan koma
jika nilai GCS ≥5.
d) Pemeriksaan Antropometri
Antropometri yaitu pemeriksaan yang di lakukan dengan
mengukur berat badan tinggi dan badan dalam menentukan berat
badan ideal seseorang, dapat digunakan rumus keadaan berat
badan dalam satuan kilogram dibagi tinggi badan dalam satuan
meter, maka akan diperoleh nilai indeks masa tubuh (IMT).
Untuk mengetahui batas normal IMT dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 2. Klasifikasi Nilai IMT
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Sumber : (Hardi, 2015).
e) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan secara head to toe dengan
mengunkan empat langkah yaitu inspeksi (melihat), Palpasi
(meraba), auskultasi (mendengar) dan palpasi (mengetuk) dan di
dokumentasikan secara persistem.
37
(1) Sistem Pernapasan
Perlu dikaji mulai dari bentuk hidung, ada tidaknya sekret
pada lubang hidung, pergerakkan cuping hidung waktu
bernafas, auskultasi bunyi nafas. Hal ini penting karena
imobilisasi berpengaruh pada pengembangan paru dan
mobilisasi sekret pada jalan nafas.
(2) Sistem Kardiovaskuler
Pengkajian mulai dilaksanakan dari warna konjungtiva,
warna bibir, ada tidaknya peninggian vena jugularis, dengan
auskultasi dapat dikaji bunyi jantung pada daerah dada dan
pengukuran tekanan darah, dengan palpasi dapat dihitung
frekuensi denyut nadi.
(3) Sistim Pencernaan
Konstipasi, perubahan pola makan dan minum dari normal,
kurang kegiatan dan BAB harus menggunakan pispot juga
merupakan hal yang dapat menyebabkan perubahan pola
eliminasi BAB.
(4) Sistim Genitourinaria
Dapat dikaji ada tidaknya pembengkakan dan nyeri pada
daerah pinggang. Observasi dan palpasi
(5) Sistem musculoskeletal
Yang perlu dikaji pada sistim ini adalah range of motion dari
pergerakan sendi mulai dari kepala sampai anggota gerak
38
bawah. Ketidaknyamanan atau nyeri yang dilaporkan klien
waktu bergerak. Toleransi klien waktu bergerak dan
observasi adanya luka pada otot akibat fraktur terbuka. Selain
ROM tonus dan kekuatan otot dikaji karena klien immobilitas
biasanya tonus dan kekuatan otot menurun.
Terdapat nyeri pada daerah yang terkena, terjadi deformitas,
spasme otot dan kelemahan otot.
(6) Sistem integumen
Pada fraktur biasanya terjadi pembengkakan kulit dan
jaringan, perubahan warna kulit, laserasi kulit, avulasi
jaringan dan perubahan suhu.
(7) Sistem Endokrin
Pada fraktur biasanya dapat ditemukan pembesaran kelenjar
limfe sebagai dampak dari respon tubuh terhadap
perlindungan dari adanya infeksi.
(8) Sistem Indera
Pada klien dengan fraktur biasanya tidak ditemukan adanya
kelainan pada sistem ini.
(9) Sistem Imun
Pada klien dengan fraktur akan mengalami penurunan sistem
imunitas tubuh hal ini dikarenakan oleh infasi
mikroorganisme patogen yang dapat masuk melalui luka.
39
(10) Sistem Reproduksi
Pada klien dengan fraktur tidak ditemukan kelainan dalam
sistem reproduksi.
(11) Sistem neurosensori
Yang dikaji adalah fungsi serebral, fungsi saraf kranial,
fungsi sensori serta refleks. Pada klien dengan fraktur
biasanya terjadi hilang gerakan atau sensasi, spasme otot,
kesemutan atau paraestesis.
4) Pola Aktivitas Sehari-Hari
a) Nutrisi
Bagaimana kebiasaan makan klien, apakah ada perubahan
selama dirumah sakit dan perlu dikaji frekwensi dan makanan
yang disukai dan yang tidak disukai pada klien dengan fraktur
nafsu makan bisanya tidak ada perubahan.
b) Eliminasi
Bagaimana pola eliminasi BAK dan BAB, apakah ada
perubahan selama sakit atau tidak. Pada klien dengan fraktur
biasanya terjadi perubahan pola bab akibat kurangnya gerakan
sehingga mempengaruhi mobilitas usus berkurang.
c) Personal higiene
Bagaimana kebiasaan mandi , mencuci rambut dan gosok gigi
klien. Apakah ada perubahan atau tidak. Pada klien dengan
fraktur biasanya kebutuhan personal higiene tidak dapat
40
dilakukan sendiri karena keterbatsan gerak, sehingga
memerlukan bantuan dari perawat dan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan personal higienenya.
d) Istirahat tidur
Bagaimana kebisaan istirahat dan tidur klien, apakah ada
perubahan selama sakit atau tidak. Pada klien dengan fraktur
pola tidur terganggu akibat nyeri yang dirasakan.
e) Aktivitas dan Olahraga
Bagaimana kebisaan olahraga klien, apakah ada perubahan
selama sakit atau tidak. Pada klien dengan fraktur tidak dapat
lagi melakukan olahraga dan berhubungan dengan
ekstremitas. Namun mobilisasi ringan dapat dilakukan dengan
menggerakkan bagian ekstremitas yang tidak fraktur.
5) Data Psikososial
Pengkajian pada klien yang imobilisasi pada dasarnya sama dengan
pengkajian psikososial pada gangguan sistem lain, yaitu mengenai
konsep diri (gambaran diri, ideal diri, citra tubuh, harga diri, peran
diri dan identitas diri) dan hubungan atau intreraksi klien baik
dengan anggota keluarganya maupun dengan lingkungan disekitar
ruangan rumah sakit. Pada klien yang mengalami fraktur dan
immobilisasi, adanya perubahan pada konsep diri terjadi secara
perlahan-lahan yang dapat dilakukan melalui observasi terhadap
adanya perubahan yang kurang wajar dalam status emosional,
41
perubahan tingkah laku serta menurunnya kemampuan dalam
pemecahan masalah.
6) Data Spiritual
Klien yang mengalami fraktur perlu dikaji tentang agama dan
kepribadiannya, keyakinan, harapan serta semangat yang terkadang
dalam diri klien yang merupakan aspek penting untuk kesembuhan
penyakitnya.
7) Data Penunjang
a) Laboratorium
Dengan pemeriksaan darah, urine untuk mengetahui kadar
alkali fosfatase, kalsium, kreatinin dan fosfat.
b) Diagnostik
Uji sinar dan rontgen digunakan untuk mengetahui luasnya
fraktur, bone scane, tomografi, CT-Scan digunakan untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan. Hasil pemeriksaan
prosedur diagnostik merupakan dasar diagnosa, pengobatan
serta kemajuan dari suatu penyakit atau status kesehatan.
Prosedur diagnostik merupakan suatu proses multifase, yaitu
mengidentifikasi kebutuhan dari pemeriksaan, persiapan
pemeriksaan fisik serta edukasi bagi klien dan keluarganya,
pengumpulan, pemberian label dan penyimpanan spesimen.
42
8) Pengobatan Dan Perawatan
a) Pengobatan
Pada klien dengan fraktur tindakan yang pertama yaitu
tindakan debridement dan pemasangan fiksasi pada daerah
fraktur, serta pemberian obat yang dilakukan seperti
antibiotik, analgetik.
b) Perawatan
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada klien
dengan fraktur yaitu perawatan luka serta membantu klien
memenuhi kebutuhan KDM klien yang tidak dapat
dilakukan sendiri.
c. Pengelompokan Data
Pengelompokan data adalah kegiatan mengumpulkan informasi
tentang klien yanmg dilakukan secara sistematis untuk menentukan
masalah-masalah serta kebutuhan klien. Biasanya menggunakan
wawancara, observasi pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi dari
diri klien, keluarga dan orang lain. Dalam pendokumentasiannya
pengelompokan data dibagi menjadi dua yaitu data subjektif (DS)
yang merupakan keluhan yang di ungkapan oleh klien, serta data
Objektif (DO) yang merupakan data yang di perolah dari hasil
obserfasi perawat (Nursalam, 2013).
43
d. Analisa Data
Analisa data adalah proses intelektual yaitu kegiatan
mentabulasi, mengklasifikasi dan mengelompokan data serta
mengaitkan dengan menentukan kesimpulan dalam bentuk diagnosa
keperawatan, biasanya ditemukan data subyektif dan objektif.
Rumusan diagnosis keperawatan mengandung tiga komponen
utama, yaitu :
1) Problem (Masalah) merupakan gambaran keadaan klien dimana
tindakan keperawatan dapat diberikan. Masalah adalah
kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang
seharusnya tidak terjadi.
2) Etiologi (Penyebab), keadaan ini menunjukkan penyebab
keadaan atau masalah kesehatan yang memberikan arah terhadap
terapi keperawatan. Penyebabnya meliputi : perilaku,
lingkungan, interaksi antara perilaku dan lingkungan.
3) Sign & Symptom (Tanda& Gejala) adalah ciri, tanda atau gejala
yang merupakan informasi yang diperlukan untuk merumuskan
diagnosis keperawatan (Nursalam, 2013).
e. Prioritas Masalah
Prioritas keperawatan dituliskan dalam urutan tertentu untuk
memudahkan pengurutan diagnose keperawatan berkaitan yang
dipilih yang tersaji dalam pedoman rencana perawatan (Doenges,
2000).
44
Setelah masalah dianalisa diprioritaskan sesuai dengan criteria
prioritas masalah untuk menentukan masalah yang harus segera
diatasi :
1) Masalah dapat mengancam jiwa klien
2) Masalah actual
3) Masalah potensial atau resiko tinggi.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respons manusi (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu
atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,
menurunkan, membatasi, mencegah, dan mengubah (Nursalam, 2013).
Adapun diagnosa yang sering muncul pada gangguan sistem
muskuloskeletal : fraktur (Doengoes, 2000)
a. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang edema,
cedara pada jaringan tulang lunak, alat traksi atau immobilisasi, stress,
ansietas.
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuro
muskukler : nyeri/ ketidaknyamanan, terapi rekritif (imobilisasi tungkai)
c. Kerusakan integritas kulit (actual/resiko) berhubungan dengan cedara
tusuk; fraktur terbuka; bedah perbaikan; pemasangan traksi, kawat,
sekrup, perubahan sensasi, sirkulasi, akumulasi eksudasi/secret dan
imobilisasi fisik.
45
d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajang/ mengigat,
salah interpretasi informasi.
e. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
ketahanan primer : kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajang pada
lingkungan, prosedur infasif trauma tulang.
f. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler berhubungan dengan
penurunan/iterupsi aliran darah; cedara vaskuler langsung, udema paru
berlebihan, pembentukan thrombus, hipovilemia.
g. Resiko tinggi terhadap gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan aliran darah/emboli lemak, perubahan membran
alveolar/kapiler :intertisial udema paru, kongesti.
h. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan fraktur
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam
proses keperawatan yang meliputi tujuan keperawatan, menetapkan
pemecahan masalah dan menentukan tujuan perencanaan untuk mengetahui
masalah klien (Doenges, 2000).
Tujuan adalah hasil yang diharapkan dari setiap asuhan keperawatan
yang dapat dicapai dalam upaya menanggulangi masalah kesehatan klien
yang telah teridentifikasi dalam merumuskan tujuan harus jelas dengan
kriteria yang dapat diukur.
46
Adapun rencana keperawatan untuk penderita fraktur berdasarkan
beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang
edema, cedera pada jaringan lunak, alat traksi / imobilisasi, stress,
ansietas.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berangsur-angsur
berkurang dengan kriteria :
1) Wajah tidak meringis lagi
2) Nampak tenang
Tabel 3. Intervensi dan Rasional : Nyeri
Intervensi Rasional
1. Pertahankan imobilisasi pada
bagian yang sakit dengan tirah
baring, gips, pembebat, traksi.
2. Tinggikan dan dukung
ekstremitas yan terkena.
3. Hindari penggunaan seprei /
bantal plastik dibawah
ekstremitas dalam gips.
4. Tinggikan penutup tempat tidur,
pertahan linen tebuka pad ibu jari
kaki.
5. Evaluasi keluhan nyeri / ketidak-
nyaman, perhatikan lokasi dan
karakteristik termasuk intensitas
(skala 0 – 10).
6. Dorong pasien untuk
mendiskusikan masalah
sehubungan dengan cedera.
7. Berikan alternatif tindakan
kenya-man, contoh pijatan,
pijatan pung-gung, perubahan
posisi.
8. Dorong menggunakan
menajemen stress contohnya
relaksasi progresif, latihan napas
dalam, imajinasi visualisasi dan
1. Menghilangkan nyeri dan mencegah
kesalahan posisi tulang / tegangan
jaringan yang cedera.
2. Meningkatkan aliran balik vena,
menurunkan edema dan menurunkan
nyeri.
3. Dapat meningkatkan ketidaknyama-
nan karena peningkatan produksi
panas dalam gips yang kering.
4. Mempertahankan kehangatan tubuh
tanpa ketidaknyamanan karena
tekanan selimut pada bagian yang
sakit.
5. Mempengaruhi pilihan / pengawasan
keefektifan intervensi.
6. Membantu untuk menghilangkan
ansietas. Pasien dapat merasakan
kebutuhan untuk menghilangkan
pengalaman kecelakaan.
7. Meningkatkan sirkulasi umum,
menurunkan tekanan area lokal dan
kelelahan otot.
8. Memfokuskan kembali perhatian,
meningkatkan rasa kontrol, dan
dapat meningkatkan kemampuan
koping dalam menajemen nyeri,
yang mungkin menetap untuk
47
sentuhan terapeutik.
9. Identifikasi aktivitas terapeutik
yang tepat untuk usia pasien,
kemampuan fisik dan
penampilan peribadi.
10. Lakukan kompres dingin 24 – 48
jam pertama dan sesuai
keperluan.
11. Kolaborasi pemberian obat
analgetik.
periode lebih lama.
9. Mencegah kebosanan, menurunkan
tegangan dan dapat meningkatkan
kekuatan otot, dapat meningkatkan
harga diri dan kemampuan koping.
10. Menurunkan edema / pembentukan
hematom, menurunkan sensasi
nyeri.
11. Analgetik berfungsi untuk memblok
reseptor saraf nyeri sehingga nyeri
tidak dipersepsikan.
Sumber : (Doengoes 2000).
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka
neuromuskuler : Nyeri/ ketidaknyamanan, terapi restriktif (imobilisasi
tungkai).
Tujuan :
Setelah diberi tindakan keperawatan klien akan mempertahankan
mobilisasi pada tingkat lebih tinggi dengan kriteria :
1) Menyatakan ketidaknyamanan hilang
2) Pada daerah fraktur bisa berfungsi lagi
Tabel 4. Intervensi dan Rasional : Kerusakan Mobilitas Fisik
Intervensi Rasional
1. Kaji derajat imobilisasi yang
di-hasilkan oleh cedera /
pengobatan dan perhatian
pasien terhadap imobilisasi.
2. Instruksikan pasien untuk /
bantu dalam rentang gerak
pasien / aktif pada
ekstremitas yang sakit dan
yang tak sakit.
3. Dorong latihan isometrik
mulai dengan tungkai yang
tak sakit.
4. Berikan papan kaki, bebat
perge-langan, gulungan
trokanter / tangan yang
sesuai.
5. Tempatkan dalam posisi
terlen-tang secara periodik,
bila traksi digunakan untuk
menstabilkan fraktur tungkai
1. Pasien mungkin dibatasi oleh panda-
ngan diri / persepsi diri tentang
keterbatasan fisik aktual, memerlukan
informasi / intervensi untuk mening-
katkan kemajuan kesehatan.
2. Meningkatkan aliran darah ke otot dan
tulang untuk meningkatkan tonus otot,
mempertahankan gerak sendi, mence-
gah kontraktur / atropi, dan resorpsi
kalsium karena tidak digunakan.
3. Kontraksi otot isometrik tanpa menekuk
sendi atau menggerakan tungkai dan
membantu memperta-hankan kekuatan
dan massa otot.
4. Berguna dalam mempertahankan
fungsional ekstremitas, tangan / kaki
dan mencegah komplikasi contohnya
kontraktur / kaki jatuh.
5. Menurunkan resiko kontraktur flekasi
panggul.
48
bawah.
6. Bantu / dorong perawatan diri
/ kebersihan contoh mandi.
7. Berikan / bantu dalam
mobilisasi dengan kursi roda,
tongkat sesegera mungkin.
Instruksikan keamanan dalam
menggunakan alat mobilitas.
8. Ubah posisi secara periodik
dan dorong untuk latihan
batuk / napas dalam.
6. Meningkatkan kekuatan otot dan
sirkulasi, meningkatkan kontrol pasien
dalam situasi, meningkatkan kesehatan
diri langsung.
7. Mobilisasi dini menurunkan komp-
likasi tirah baring contoh plebitis dan
meningkatkan penyembuhan dan
normalisasi fungsi organ.
8. Mencegah / menurunkan insiden kom-
plikasi kulit / pernapasan (contohnya
dekobitus atelektasis, pneumonia)
Sumber : (Doengoes 2000).
c. Kerusakan integritas kulit (actual/resiko) berhubungan dengan cedara
tusuk, fraktur terbuka, bedah perbaikan, pemasangan traksi, kawat,
sekrup, perubahan sensasi, sirkulasi, akumulasi eksudasi/secret dan
imobilisasi fisik.
Tujuan :
Setelah diberi tindakan keperawatan tidak ada tanda-tanda kerusakan
integritas kulit dengan kriteria luka mulai sembuh.
Tabel 5. Intervensi dan Rasional : Kerusakan Integritas Kulit
Intervensi Rasional
1. Kaji daerah luka terbuka,
adanya benda asing,
perdarahan, perubahan
warna (kelabu, memutih).
2. Ubah posisi dengan sering.
3. Beri penguatan pada
balutan awal / penggantian
sesuai indikasi. Gunakan
teknik aseptik yang ketat.
4. Periksa luka secara teratur,
catat karakteristik dan
integritas kulit.
5. Biarkan terjadi kontak
antara luka dengan udara
sesegera mungkin atau usap
dengan kain kasa tipis
sesuai kebutuhan.
1. Memberikan informasi tentang sirku-lasi
kulit dan masalah yang disebab-kan oleh
alat dan atau pemasangan gips / bebat atau
traksi, atau pemben-tukan edema yang
membutuhkan intervensi medik lanjut.
2. Mengurangi tekanan konstan pada area
yang sama dan meminimalkan resiko
kerusakan kulit.
3. Melindungi luka dari perlukaan mekanis
dan kontaminasi, mencegah akumulasi
cairan yang dapat menyebabkan ekskoriasi.
4. Pengenalan akan adanya kegagalan proses
penyembuhan luka / berkem-bangnya
komplikasi secara dini dapat mencegah
terjadinya kondisi yang lebih buruk.
5. Membantu mengeringkan luka dan
memfasilitasi proses penyembuhan luka.
Sumber : (Doengoes 2000).
49
d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajang/
mengingat, salah interpretasi informasi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan menyatakan pemahaman
kondisi prognosis, dan pengobatan dengan kriteria :
1) Melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan dan menjelaskan
alasan tindakan.
Tabel 6. Intervensi dan Rasional : Kurang Pengetahuan
Intervensi Rasional
1. Kaji ulang proses
penyekit, prosedur
pembedahan.
2. Dorong memilih tidur
dan aktivitas.
3. Kaji ulang perawatan
luka.
4. Identifikasi
kewaspadaan
perdarahan.
1. Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien
dapat membuat pilihan informasi.
2. Mengubah energi untuk penyembuhan dan
mencegah kelelahan yang dapat meningkatkan
resiko cedera / jatuh.
3. Meningkatkan kemandirian pada perawatan
diri, menurunkan resiko komplikasi.
4. Menurunkan resiko perdarahan karena terapi
atau tindakan pembedahan.
Sumber : (Doengoes 2000).
e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
ketahanan primer : Kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajang pada
lingkungan, prosedur invasif traksi tulang.
Tujuan :
Setelah diberi tindakan keperawatan tidak ada tanda-tanda yang
menunjukkan terjadinya infeksi dengan kriteria :
1) Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen
atau eritema, dan demam.
50
Tabel 7. Intervensi dan Rasional : Resiko Tinggi Infeksi
Intervensi Rasional
1. Catat adanya tanda-
tanda infeksi,
pertahankankan
tindakan sterilisasi dan
prosedur / kebijakan
aseptik.
2. Uju kesterilan semua
peralatan.
3. Periksa kulit untuk
mengetahui adanya
infeksi yang terjadi.
4. Sediakan pembalut yang
steril.
5. Lakukan irigasi luka
yang banyak, misalnya
salin air, antibiotik, dan
anseptik.
1. Mengetahui adanya tanda-tanda infeksi
sehingga memudahkan dalam memilih
intervensi yang tepat.
2. Membantu mencegah terjadinya infeksi lebih
lanjut akibat peralatan yang tidak steril.
3. Gangguan pada integritas atau dekat dengan
lokasi operasi adalah sumber kontaminasi
luka. Menggunting / bercukur secara berhati-
hati adalah imperatif untuk mencegah abrasi
dan penorehan pada kulit.
4. Mencegah kontaminasi lingkungan pada luka
yang baru.
5. Dapat digunakan pada intraoperasi untuk
mengurangi jumlah bakteri pada lokasi dan
pembersihan luka debris, mis : tulang,
jaringan iskemik, kontaminan usus, toksin.
Sumber : (Doengoes 2000).
f. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler berhubungan dengan
penurunan/iterupsi aliran darah ; cedera vaskuler langsung, udema paru
berlebihan, pembentukan thrombus, hipovilemia.
Tujuan :
setelah diberi tindakan keperawatan tidak ada tanda-tanda disfungsi
neurovaskuler.
Tabel 8. Intervensi dan Rasional : Resiko Tinggi Terhadap Disfungsi
Neurovaskuler
Intervensi Rasional
1. Lepaskan perhiasan dari
ekstrimitas yang sakit
2. Kaji aliran kapiler, warna
kulit, dan kehangatan distal
pada fraktur
3. Lakukan pengkajian
neuromuskular, perhatikan
perubahan fungsi
motor/sensor
4. Kaji keluhan rasa terbakar
dibawah gips
5. Awasi posisi/lokasi cincin
penyokong bebat
6. Selidiki tanda iskemia
ekstrimitas tiba-tiba, contoh
1. Dapat membendung sirkulasi bila terjad
edema
2. Warna kulit putih menunjukkan
gangguan arterial. Sianosis di gangguan
vena
3. Gangguan perasaan kebas, kesemutan,
peningkatan nyeri terjadi bila sirkulasi
pada saraf tidak adekuat atau saraf rusak
4. Faktor ini disebabkan atau
mengidentifikasikan tekanan
jaringan/iskemia, menimbulkan
kerusakan atau nekrosis
5. Alat traksi dapat menyebabkan tekanan
pada pembuluh darah/saraf, terutama
pada aksila dan lipat paha.
51
peniurunan suhu kulit, dan
peningkatan nyeri
7. Dorong pasien untuk
melakukan ambulasi sesegera
mungkin
8. Awasi tanda vital.
6. Dislokasi fraktur sendi (khususnya lutut)
dapat menyebabkan kerusakan arteri
yang berdekatan, dengan akibat
hilangnya aliran darah ke distal
7. Meningkatkan sirkulasi dan menurunkan
pengumpulan darah khususnya pada
ekstrimitas bawah
8. Perubahan tanda-tanda vital
menunjukkan peningkatan sirkulasi
Sumber : (Doengoes 2000).
g. Resiko tinggi terhadap pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
aliran darah/emboli lemak, perubahan membran alveolar/kapiler
:intertisial udema paru, kongesti.
Tujuan :
Setelah diberi tindakan keperawatan tidak menunjukkan terjadinya
gangguan pola napas.
Tabel 10. Intervensi dan Rasional : Resiko Tinggi Terhadap Pertukaran Gas
Intervensi Rasional
1. Awasi frekuensi pernafasan
dan upayanya. Perhatikan
stridor, penggunaan otot
bantu retraksi, terjadinya
sianosis sentral.
2. Auaskultasi bunyi nafas
perhatikan terjadinya ketidak
samaan
3. Atasi jaringan cedera/tulang
dengan lembut, khusunya
selama beberapa hari pertama
4. Bantu dalam latihan nafas
dalam
5. Observasi sputum untuk tanda
adanya darah.
1.Tarkipnea, dispnea, dan perubahan dalam
mental dan tanda dini insufisiensi
pernafasan dan mungkin hanya indikator
terjadinya emboli paru tahap awal
2.Perubahan dalam bunyi adventisius
menunjukan terjadinya komplikasi
pernafasan
3.Dapat mencegah terjadinya emboli lemak,
yang erat hubungannya dengan fraktur.
4.Menungkatkan ventilasi alveolar dan
perfusireposisi meningkatkan drimnage
sekret dan menurunkan kongesti pada area
dependen.
5.Hemodialisa dapat terjadi dengan emboli
paru.
Sumber : (Doengoes 2000)
h. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan fraktur
Tujuan :
Setelah diberi tindakan keperawatan diharapkan pasien akan :
1. mempertahankan stabilisasi dan posisi fraktur
52
2. menunjukan mekanika tubuh yang meningkatkan stabilitas pada sisi
fraktur
Tabel 11. Intervensi dan Rasional: Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan
dengan fraktur
Intervensi Rasional
1. Pertahankan cara baring
/ekstremitas sesuai
indikasi
2. Letakan papan dibawah
tempat tidur atau
tempatkan pasien pada
tempat tidur ortopedik
3. Sokong fraktur dengan
bantal atau gulungan
selimut, pertahankan
posissi netral padabagian
yang sakit dengan bantal
pasir.
4. Bantu letakan beban di
bawah roda tempat tidur
bila di indikasikan
5. Kaji ulang tahanan yang
mungkin timbul karena
terapi,contoh pergelangan
tidak menekuk atau
duduk dengan traksi buck
atau tidak memutar di
pergelangan dengan traksi
russel.
1. Meningkatkan stabilitas,menurunkan
kemungkinan gangguan posisi atau
penyembuhan
2. Tempat tidur lembut atau lentur dapat
membuat deformasi gips yang masih basah,
mematahkan gips yang sudah kering, atau
mempengaruhi dengan penarikan traksi.
3. Mencegah gerakan yang tidak perlu dan
perubahan-perubahan posisi yang tepat dari
bantal juga dapat mencegah tekanan
deformitas pada gips yang kering.
4. Membantu posisi tepat pasien dan fungsi
traksi dengan memberikan keseimbangan
timbal balik.
5. Mempertahankan interaksi tarikan traksi.
Sumber : (Doengoes 2001)
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tujuan dari implementasi adalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan mencakup
peningkatan kesehatan (Nursalam, 2013)
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan,
53
rencana intervensi, dan implementasinya. Tujuan evaluasi adalah untuk
melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan (Nursalam, 2013).
Sistem penulisan ini dapat menggunakan system SOAP atau model
dokumentasi lainnya (Nursalam, 2013).
S : Respon subjektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan.
O : Respon objektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan.
A : Analisa ulang atas data subjektif dan data objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau ada masalah
baru.
P : Perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon.
54
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. LAPORAN KASUS
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Biodata
a) Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 39 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : Garut
Suku / bangsa : Sunda / Indonesia
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal masuk : 26-02-2016
Tanggal pengkajian : 01-03-2016
Dx. Medis : Post Debridement POD IV a/i
Fraktur Tibia Fibula Dextra
No. Register : 000151413
55
b) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. D
Usia : 35 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan klien : Istri Klien
Alamat : Garut
2) Riwayat kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit
Pada saat di lakukan pengkajian pada tanggal 01-03-2016
klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit, klien
mengalami kecelakaan lalu lintas akibat tertabrak mobil dan
tidak sadarkan diri beberapa menit, klien lansung di bawah
ke Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung
untuk mendapatkan tindakan/perawatan.
(2) Keluhan Utama : Nyeri
(3) Riwayat Keluhan Utama
Pada saat di lakukan pengkajian pada tanggal 01-03-2016
klien mengeluh nyeri yang disebabkan oleh luka bekas
operasi, sifat nyeri seperti tersayat benda tajam, yang
dirasakan secara hilang timbul, pada daerah betis kanan,
56
Skala nyeri yang dirasakan 6 (0-10), ekspresi wajah
meringis saat nyeri, nyeri bertambah saat klien
bergerak/beraktivitas dan berkurang saat klien istrahat/tidak
beraktivitas.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
(1) Klien tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
(2) Klien tidak pernah mengalami kecelakaan lalulintas.
(3) Klien tidak alergi terhadap makanan ataupun jenis alergi
lainnya.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
(1) Klien mangatakan tidak ada yang menderita penyakit yang
sama dalam keluarga.
(2) Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan
dalam keluarga
(3) Genogram..
?
?
39
?
?
??
?
?
??
?
35
5
57
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
? : Usia tidak dikaji
: Klien
-------- : Tinggal serumah
X : Meninggal
: Garis keturunan
Bagan 2 : Genogram 3 generasi
3) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : lemah
b) Kesadaran : Compos Mentis (E4 M6 V5)
c) Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,5 0
C
Pernapasan : 22 x/menit
d) Berat badan dan tinggi badan
BB : 54 kg
TB : 165 cm
Indeks Masa Tubuh
IMT = ( , )
= 23 kg/m
58
Jadi IMT / klien adalah 23 kg/m (normal).
e) Pemeriksaan Fisik Persistem
(1) Sistem Pernapasan
Bentuk hidung simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung,
bentuk dada normal dengan perbandingan diameter anterior
posterior : transversal 1 : 2, pergerakan dada simetris, tidak
terdapat retraksi dinding dada, tidak ada penggunaan otot-
otot pernapasan, napas teratur, frekuensi pernapasan 22
x/menit, vokal fremitus teraba sama antara kiri dan kanan
pada saat klien mengatakan tujuh-tujuh, saat diperkusi suara
paru resonan, saat dilakukan auskultasi bunyi napas vasikuler
dan tidak terdengar bunyi napas tambahan.
(2) Sistem Kardiovaskuler
Tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi nadi 82 x/menit,
konjungtiva merah mudah, tidak terdapat peninggian JVP,
CRT < 2 detik, akral teraba hangat dengan suhu 36,50
C,
irama jantung reguler, bunyi jantung murni S1 lup pada linea
midelavicula kiri ICS V dan linea sternal kanan ICS IV dan
bunyi jantung S2 dup pada linea sternal kiri dan kanan ICS II,
tidak terdengar bunyi jantung tambahan seperti mur-mur
ataupun gallops.
59
(3) Sistem Pencernaan
Bentuk bibir simetris, keadaan gigi nampak kotor, tidak ada
karies gigi, nafsu makan baik, tidak memakai gigi palsu,
lidah berwarna merah muda dan dalam keadaan bersih dan
lembab, mulut nampak berbau, tidak terdapat lesi pada
mukosa mulut, bising usus 6 x/menit, tidak ada nyeri tekan
pada abdomen saat dilakukan palpasi, tidak terdapat
pembesaran hepar dan limfa, BAB lancar, klien minum
sekitar 1500 cc/hari, saat diperkusi terdengar bunyi timpani
pada abdomen.
(4) Sistem Perkemihan
Tidak ada pembesaran ginjal, tidak ada keluhan nyeri tekan,
BAK lancar, terpasang dower kateter, jumlah urine 1500 cc
/24 jam dalam urine bag.
(5) Sistem Musculoskeletal
(a) Ekstremitas Atas
Ekstremitas kanan dan kiri simetris, tidak terdapat
oedema, pada tangan kanan terpasang infus NaCl 0,9%
28 tetes/menit, pergerakan tangan bebas, kuku nampak
kotor, tidak terdapat nyeri tekan, CRT < 2 detik, kekuatan
otot 5/5.
60
(b) Ekstremitas Bawah
Ekstremitas kanan dan kiri simetris, tampak terpasang
pen pada kaki kanan. Kekuatan otot 5/1, klien
mengatakan kaki kanan susah digerakan, nyeri tekan
pada betis kanan.
(6) Sistem Integumen
Warna kulit sawo matang, rambut klien nampak kusam dan
berminyak, rambut berwarna hitam, selama masuk dirumah
sakit belum pernah mandi hanya dilap basah, distribusi
rambut merata, rambut mudah rontok, akral teraba hangat,
suhu tubuh 36,5 0
C, terdapat nyeri tekan pada daerah
disekitar luka, tampak luka masih basah dengan panjang
±8 cm, kemerahan, dan tertutup verban.
(7) Sistem Endokrin
Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid dan paratiroid.
(8) Sistem Reproduksi
Pada daerah genitalia tidak dilakukan pengkajian.
(9) Sistem Persarafan
(a) Test Fungsi Cerebrum
i. Tingkat Kesadaran
Compos mentis, GCS 15 (Eye : terbuka spontan 4 ;
Motorik : mengikuti perintah ketika disuruh
mengangkat tangan 6 : Verbal : oriented 5).
61
ii. Status Mental
Status mental klien jelas, klien dapat berkomunikasi
dengan baik dan dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh perawat.
iii. Pengkajian Bicara
Bicara jelas, klien dapat berkomunikasi dengan baik
dan dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
perawat.
(b) Tes Nervus Kranial
i. Nervus 1 (Olfaktorius)
Klien dapat mencium dan membedakan bau minyak
kayu putih dan kopi dengan mata klien dipejamkan
dan salah satu lubang hidung klien ditutup.
ii. Nervus II (Optikus)
Klien dapat membaca papan nama perawat pada
jarak + 80 cm tanpa menggunakan kaca mata. Lapang
pandang klien baik, ketika klien dapat melihat jari
perawat saat perawat mengarakan jari dari saping ke
tengah atau dari tengah ke samping.
iii. Nervus III, IV dan VI (Okulomotorius, khoklearis,
abdusen).
Pupil isokor, reaksi pupil terhadap cahaya kontriksi
+/+ ketika disinari dengan menggunakan penlight,
62
kedudukan bola mata simetris dan tidak menonjol,
tidak terdapat strabismus, gerak bola mata kesegala
arah ketika diuji dengan menggunakan pulpen yang
digerakan kelateral, medial, atas dan bawah.
iv. Nervus V (Trigeminus)
Ketika disuru merapatkan gigi dengan kuat, teraba
otot masseter dan otot temporalis.
v. Nervus VII (Fasialis)
Klien dapat mengangkat alis dan mengerutkan dahi,
klien dapat memejamkan mata dan menyeringai, klien
dapat merasakan pilinan kapas yang diusapkan ke
daerah pipi dan kelopak mata klien.
vi. Nervus VIII (Akustikus)
Klien disuruh tutup mata, kemudian klien disuruh
mendengarkan remasan kertas ditelinga kanan dan
kiri, klien dapat mendengarkan pada jarak + 15 cm.
vii. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)
Pada saat disuru mengucapkan “Aaaa….” suara klien
jelas, uvula klien terletak ditengah, ini terlihat pada
saat klien disuru membuka mulutnya.
63
viii. Nervus XI (Aksesorius)
Klien dapat menoleh ke kanan dan ke kiri dengan
mengikuti tangan perawat.
ix. Nervus XII (Hipoglosus)
Pada saat klien disuruh membuka mulut dan
menjulurkan lidah ke segala arah, klien dapat
melakukannya, lidah klien tidak atrofi.
(c) Pemeriksaan Fungsi Sensori
Klien dapat merasakan usapan atau sentuhan pilinan
kapas di daerah pipi, kelopak mata, dan dahi klien.
(d) Pemeriksaan Refleks
Refleks tendon ekstremitas atas : Trisep +/+, bisep +/+
Refleks tendon ekstremitas bawah sebelah kanan : tidak
dilakukan pemeriksaan disebabkan nyeri dirasakan klien
pada saat bergerak.
(10). Sistem Panca Indera
(1) Mata
Bentuk mata simetris, sklera ikteris, tidak ada gangguan
penglihatan.
(2) Hidung
Tidak terdapat lendir, tidak ada gangguan penciuman serta
klien dapat membedakan bau kopi dan alkohol.
64
(3) Lidah
Lidah nampak bersih, pergerakan lidah baik, serta klien
dapat merasakan rasa manis, asin dan pahit.
(4) Pendengaran / Telinga
Bentuk telinga simetris, tidak terdapat gangguan
pendengaran.
(5) Kulit
Kulit nampak kotor, tidak ada moonfice, tidak ada
pembengkakan periorbital, serta klien dapat merasakan
sensasi tajam dan sentuhan.
(11). Sistem imun
Tidak ada pembesaran pada kelenjar limfe dan tidak ada
tekan di daerah kelenjar limfe.
2) Pola Aktivitas Sehari-hari
Tabel 12. Pola Aktivitas Sehari - hari
a) Nutrisi
Sebelum sakit Saat sakit
Makan :
(1). Pola makan : teratur, porsi makan
dihabiskan
(2). Frekuensi makan: 3 kali perhari
(3). Jenis makanan : nasi, lauk pauk
dan sayuran.
(4). Keluhan : tidak ada
Minum :
1) Pantangan : tidak ada pantangan
2) Intake cairan perhari : 7 – 8 gelas
perhari
3) Jenis cairan : air putih dan susu
4) Keluhan : Tidak ada
Makan :
(1) Pola makan : teratur, porsi
makan dihabiskan
(2) Frekuensi makan : 3 kali perhari
(3) Jenis makanan: bubur, lauk pauk
dan sayuran
(4) Keluhan : tidak ada
Minum :
(1) Intake cairan perhari 6-7
gelas/hari
(2) Jenis cairan : air putih dan cairan
infus NaCl 0,9% 20 tetes/menit
(3) Keluhan : tidak ada
b) Pola eliminasi
Sebelum sakit Saat sakit
BAK :
(1) Frekuensi BAK/hari : 4-5 kali/hari
(2) .Warna urine : kuning jernih
(3) .Bau : amoniak
(4) Keluhan : Tidak ada
BAK :
(1)...terpasang dower kateter dengan
jumlah urine 1500 cc/24 jam
dalam urine bag.
(2)...Warna urine : kuning.
65
BAB :
(1) .Frekuensi BAB: 1 kali sehari
(2) .Konsistensi : lunak
(3) .Warna feses : kuning
(4) Bau : bau khas feses
(5) Keluhan : tidak ada
(3)...Bau : amoniak
(4) Keluhan : tidak ada
BAB :
(1)...Frekuensi BAB : 1 kali sehari
(2)...Konsistensi : lunak
(3)...Warna feses : kuning
(4)...Bau : bau khas feses
(5) Keluhan : Tidak ada
c) Personal hygiene
Sebelum sakit Saat sakit
(1)..Frekuensi mandi : 2 kali
sehari
(2).Frekuensi cuci rambut : 2 kali
perminggu
(3).Frekuensi gosok gigi : 3 kali sehari
(4).Frekuensi potong kuku : 1
kali perminggu
(5) keluhan : tidak ada
(1) 1 X seminggu dengan hanya
menggunakan waslap.
(2) 1 X seminggu
(3) belum pernah
(4) belum pernah
(5) Keluhan :
Klien mengatakan selama di rumah
sakit klien belum pernah mandi
hanya dilap basah saja, dan selama
dirawat dirumah sakit hanya sekali
cuci rambut, belum pernah gosok
gigi, belum pernah potong kuku.
d) Gangguan istirahat tidur
Sebelum sakit Saat sakit
(1) .Kebiasaan tidur siang : pukul
13.00 – 16.00
(2) .Kebiasaan tidur malam :
pukul 21.00 – 06.00
(3) keluhan : tidak ada
(1) tidur siang pukul 13.00-16.00
(2) tidur malam pukul 20.00-06.00
(3) keluhan : tidak ada
e) Pola aktivitas
Sebelum sakit Saat sakit
klien mengatakan klien adalah seorang
wiraswasta dan tidak ada keterbatasan
dalam bergerak.
Keluhan : tidak ada
Tampak aktivitas klien di bantu oleh
perawat dan keluarga.
Keluhan :
Klien mengatakan bahwa selama
berada di rumah sakit aktivitasnya di
bantu oleh keluarga dan perawat.
2) Keadaan psikologi
(a) Klien mengatakan cemas dengan keadaannya
(b) klien sering bertanya tentang proses pengobatannya.
(c) Klien berharap agar cepat sembuh.
66
3) Pola Interaksi Sosial
a) Klien mudah bergaul dengan orang-orang dilingkungan tempat
tinggalnya.
b) Hubungan antara klien dengan keluarga baik.
c) Orang terdekat klien adalah orang tua dan istri.
4) Data Penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
Tabel 13. Pemeriksaan laboratorium ( tanggal 11 maret 2016)
No. Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
1. I. Hematologi
* PT.INR
Masa prothroinbin
(PT)
INR
APTT
* Darah rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Eritrosit
Trombosit
13.1
0.99
11,8
36
9000
4,15
308.000
11.1 – 15.1
0.83-1.16
12-16
35-47
4400-11300
3,6-5,8
15.000-450.000
Detik
Detik
g/dl%
%
/mm³
Juta/ul
/mm3
2 * Indeks Eritrosit
MCU
McH
McHc
82.4
25.5
30.9
80-100
26-34
32-36
Fl
Pg
%
5) Perawatan dan Pengobatan
(a) Perawatan
1) Observasi TTV
2) Perawatan luka 2 kali sehari
(b) Pengobatan
1) IVFD NaCl 0,9% 20 tetes/menit
2) Ranitidin 50 mg tiap 12 jam / IV
67
3) Ketorolac 30 mg tiap 12 jam / IV
4) Cefazolin 1000 mg tiap 12 jam / IV.
b. Pengelompokan Data
1) Data Subjektif
a) Klien mengeluh nyeri pada betis kanan
b) Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul.
c) Klien mengatakan susah melakukan aktifitas.
d) Klien mengatakan bahwa selama berada di rumah sakit
aktifitasnya di bantu oleh keluarga dan perawat
e) Klien mengatakan bahwa selama berada di rumah sakit klien
belum pernah mandi, hanya di lap saja dan 1 kali, belum pernah
keramas dan potong kuku.
f) Klien mengatakan cemas dengan keadaannya.
g) Klien sering bertanya tantang proses pengobatannya.
2) Data Objektif
a) Ekspresi wajah meringis.
b) Skala nyeri 6 (0-10 ).
c) Nyeri tekan pada betis kanan.
d) Klien mengatakan kaki kanan susah digerakan.
e) Keadaan umum lemah.
f) Tampak aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat.
g) Tampak terpasang pen pada kaki kanan
h) Kekuatan otot 5/1.
68
i) Penampilan klien nampak kotor.
j) Kuku klien nampak panjang dan kotor.
k) Rambut nampak kusam dan berminyak.
l) Keadaan gigi nampak kotor dan mulut berbau
m)Klien nampak cemas.
n) Nampak luka masih basah kemerahan dengan panjang ± 8 cm
dan tertutup verban.
o) Lab : Leukosit 9000/mm³
c. Analisa Data
Tabel 14. Analisa Data
No. Simptom Etiologi Problem
1 DS :
a. Klien mengeluh nyeri
pada betis kanan.
b. Klien mengatakan nyeri
yang dirasakan hilang
timbul.
DO :
a. Ekspresi wajah meringis
b. Skala nyeri 6 (0-10).
c. Nyeri tekan pada betis
kanan.
Post Debridement

Terputusnya kontinuitas
jaringan tulang

Pelepasan zat – zat kimia
seperti bradikinin, histamin,
dan serotonin

Merangsang saraf perifer

dihantarkan ke jalur korda
spinalis

Dihantarkan ke jalur
Spinothalamic traet (STT)

Diteruskan ke medulla
spinalis

Thalamus

Korteks serebri

Nyeri di persepsikan
Nyeri
2 DS:
a. Klien mengatakan kaki
kanan susah digerakan.
b. Klien mengatakan nyeri
Post Debridement

Terputusnya kontinuitas
Gangguan
mobilitas fisik
69
bertambah saat
melakukan aktifitas.
c. Klien mengatakan susah
melakukan aktifitas.
d. Klien mengatakan selama
di RS aktifitas di bantu
oleh perawat dan keluarga
DO :
a. Keadaan umum lemah
b. Tampak aktifitas dibantu
oleh keluarga dan
perawat.
c. Tampak terpasang pen
pada betis kanan.
d. Kekuatan otot 5/1.
jaringan akibat trauma
eksternal

Nyeri
Bertambah bila bergerak

Terjadi pembatasan gerak

Pergerakan tidak maksimum

Gangguan mobilitas fisik
3 DS :
a. Klien mengatakan bahwa
selama berada di rumah
sakit klien belum pernah
mandi, hanya di lap saja
dan 1 kali, belum pernah
keramas dan potong kuku
DO :
a. Kulit nampak kotor.
b. Rambut nampak kusam
dan berminyak.
c. Gigi nampak kotor dan
berbau.
d. Kuku klien nampak
panjang dan kotor
Post Debridement

Nyeri
Bertambah bila bergerak

Terjadi pembatasan gerak

Pergerakan tidak maksimum

Ketidakmampuan dalam
melakukan perawatan diri

Defisit perawatan diri.
Defisit
perawatan diri
4 Ds :
a. Klien mengatakan cemas
dengan keadaannya.
b. Klien sering bertanya
tentang proses
pengobatannya
Do :
a. Klien nampak cemas.
Post Debridement

Adanya perubahan status
kesehatan

Kurangnya pengetahuan
tentang penyakit yang di
alami

Stress psikologis

Ansietas
Ansietas
5 DS :
DO :
a. Nampak luka masih
basah kemerahan dengan
panjang ± 8 cm dan
tertutup verban
b. Suhu : 36,50
C
c. Laboratorium..: leukosit
9000 mm3
Post Debridement

Terputusnya kontinuitas
jaringan

Kerusakan pelindung kulit
primer

Kecenderungan
mikroorganisme untuk
berkembang biak

Resiko tinggi
infeksi
70
Portal of entry

Resiko tinggi infeksi
Sumber : Hasil Analisa Data Primer.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan akibat Tindakan debridement ditandai
dengan :
DS :
1) Klien mengeluh nyeri pada betis kanan.
2) Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul.
DO :
1) .Ekspresi wajah meringis
2) Skala nyeri 6 (0-10).
3) Nyeri tekan pada betis kanan.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri kerusakan
gerakan sendi ditandai dengan :
DS:
1) Klien mengatakan kaki kanan susah digerakan.
2) Klien mengatakan nyeri bertambah saat melakukan aktifitas.
3) Klien mengatakan susah melakukan aktifitas.
4) Klien mengatakan selama di RS aktifitas di bantu oleh perawat dan
keluarga
DO :
1) Keadaan umum lemah
2) Tampak aktifitas dibantu oleh keluarga dan perawat.
71
3) Tampak terpasang pen pada betis kanan.
4) Kekuatan otot 5/1.
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan rentang gerak
yang ditandai dengan :
DS :
1) Klien mengatakan bahwa selama berada di rumah sakit klien belum
pernah mandi, hanya di lap saja dan 1 kali, belum pernah keramas
dan potong kuku
DO :
1) Kulit nampak kotor.
2) Rambut nampak kusam dan berminyak.
3) Gigi nampak kotor dan mulut berbau
4) Kuku klien nampak panjang dan kotor
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ditandai
dengan :
DS :
1) Klien mengatakan cemas dengan keadaannya.
2) Klien sering bertanya tentang proses pengobatannya
DO :
1) Klien nampak cemas.
e. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka post
operasi yang ditandai dengan :
DS : -
72
DO :
1) Nampak luka masih basah kemerahan dengan panjang ± 8 cm dan
tertutup verban
2) Suhu 36,50
C
3) Laboratorium..: leukosit 9000 mm3
73
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Nama : Tn. A Tanggal masuk : 26 Februari 2016
Umur : 39 Tahun Tanggal pengkajian : 01 Maret 2016
Jenis kelamin : Laki-Laki No. Register : 000151413
Alamat : Garut Diagnosa : Fraktur Tibia Fibula Post
Debridement
Tabel 15. Rencana Asuhan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 2 3 4 5
1. Nyeri berhubungan dengan akibat
tindakan debridement ditandai dengan :
DS :
a. Klien mengeluh nyeri pada betis
kanan.
b. Klien mengatakan nyeri yang
dirasakan hilang timbul.
DO :
a. Ekspresi wajah meringis
b. Skala nyeri 6 (0-10).
c. Nyeri tekan padabetis kanan.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 4 hari
nyeri teratasi dengan
kriteria :
a. Ekspresi wajah nampak
rileks
b. Skala nyeri 0 (0-10)
c. Tidak ada nyeri tekan
1. Catat lokasi dan intensitas
nyeri.
2. Beri posisi yang nyaman
3. Ajarkan teknik relaksasi
dan distraksi pada klien jika
mengalami nyeri.
4. Lanjutkan program dalam
pemberian obat analgetik.
1. Membantu dalam evaluasi
kebutuhan dan keefektifan
intervensi.
2. Untuk mengurangi rasa nyeri
3. Dapat mengalihkan perhatian
klien terhadap nyeri.
4. Obat analgetik dapat
mengurangi rasa nyeri.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri kerusakan gerakan sendi
ditandai dengan :
DS :
a. Klien mengatakan kaki kanan susah
digerakan.
b. Klien mengatakan nyeri bertambah
saat melakukan aktifitas.
Tujuan :
Setelah diberi tindakan
keperawatan selama 4 hari
gangguan mobilitas fisik
teratasi dengan kriteria :
a. Klien dapat beraktifitas
secara mandiri.
b. Kekuatan otot normal
1. Observasi tingkat
kemampuan mobilitas
klien.
2. Bantu klien dalam
memenuhi kebutuhan
aktivitas sehari-hari.
3. Bantu klien melakukan
gerakan-gerakan sendi
1. Untuk menentukan tingkat
aktivitas dan bantuan yang
diberikan.
2. Bantuan yang diberikan
mampu memenuhi kebutuhan
aktivitasnya.
3. Mempertahankan fungsi sendi
dan mencegah penurunan
74
c. Klien mengatakan susah melakukan
aktifitas.
d. Klien mengatakan selama di RS
aktifitas di bantu oleh perawat dan
keluarga
DO :
a. Keadaan umum lemah
b. Tampak aktifitas dibantu oleh
keluarga dan perawat.
c. Tampak terpasang pen pada betis
kanan.
a. Kekuatan otot 5/1.
5/5. secara aktif.
4. Anjurkan keluarga klien
untuk turut membantu
melatih dan memberikan
motivasi kepada klien.
tonus dan kekuatan otot serta
mencegah kontraktur.
4. Keterlibatan keluarga sangat
berarti dalam memberikan
dukungan moril klien
sehingga klien akan optimis
dalam keterbatasanya.
3. Defisit perawatan diri berhubungan
dengan kelemahan yang ditandai dengan
:
DS :
a. Klien mengatakan bahwa selama
berada di rumah sakit klien belum
pernah mandi, hanya di lap saja dan 1
kali, belum pernah keramas dan
potong kuku
DO :
a. Kulit nampak kotor.
b. Rambut nampak kusam dan
berminyak.
c. Gigi nampak kotor dan mulut berbau
d. Kuku klien nampak panjang dan
kotor
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 4 hari
defisit perawatan diri
teratasi dengan kriteria :
a. Penampilan klien rapi
dan bersih.
b. Dapat melakukan
perawatan diri secara
mandiri.
c. Rambut tampak bersih.
d. Gigi nampak bersih
dan mulut tidak berbau
e. Kuku bersih dan
pendek.
1. Kaji hambatan terhadap
partisipasi dalam perawatan
diri. Identifikasi atau
rencana untuk
memodifikasi lingkungan.
2. Berikan HE pada klien dan
keluarga akan pentingnya
perawatan diri.
3. Bantu klien dalam
melakukan perawatan diri
seperti mandi, keramas dan
memotong kuku bila
panjang serta lakukan
perawatan oral higiene.
4. Anjurkan keluarga klien
untuk membantu aktivitas
perawatan diri klien sampai
klien bisa melakukan secara
mandiri.
1. Mengetahui sejauh mana klien
dapat melakukan perawatan
diri sehingga perawat dapat
membuat intervensi yang dapat
membantu dalam penentuan
selanjutnya.
2. Membantu menambah
pengetahuan klien akan
pentingnya perawatan diri
selama proses penyem-buhan
klien.
3. Membantu memenuhi
kebutuhan akan perawatan diri
selama proses penyembuhan
klien.
4. Keterlibatan keluarga
merupakan support bagi klien
sehingga klien mau untuk ikut
serta dalam perawatan diri
sampai klien bisa melakukan
secara mandiri.
Kti mas udin
Kti mas udin
Kti mas udin
Kti mas udin
Kti mas udin
Kti mas udin
Kti mas udin
Kti mas udin
Kti mas udin
Kti mas udin
Kti mas udin
Kti mas udin
Kti mas udin
Kti mas udin
Kti mas udin
Kti mas udin
Kti mas udin
Kti mas udin
Kti mas udin
Kti mas udin
Kti mas udin
Kti mas udin
Kti mas udin
Kti mas udin
Kti mas udin
Kti mas udin
Kti mas udin
Kti mas udin
Kti mas udin
Kti mas udin
Kti mas udin
Kti mas udin

More Related Content

What's hot

Kti la ode ili
Kti la ode iliKti la ode ili
Kti tia mariadi
Kti tia mariadiKti tia mariadi
Kti irmawati budiman
Kti irmawati budimanKti irmawati budiman
Kti irmawati budiman
Operator Warnet Vast Raha
 
Kti batyol ladislaus
Kti batyol ladislausKti batyol ladislaus
Kti batyol ladislaus
Operator Warnet Vast Raha
 
Kti israwati
Kti israwatiKti israwati
Halaman depan cod.scr--
Halaman depan cod.scr--Halaman depan cod.scr--
Halaman depan cod.scr--
Septian Muna Barakati
 
Halaman depan
Halaman depanHalaman depan
Halaman depan
Septian Muna Barakati
 
Kti isma ekawati
Kti isma ekawatiKti isma ekawati
Kti isma ekawati
Operator Warnet Vast Raha
 
Halaman depan
Halaman depanHalaman depan
Halaman depan
Septian Muna Barakati
 

What's hot (9)

Kti la ode ili
Kti la ode iliKti la ode ili
Kti la ode ili
 
Kti tia mariadi
Kti tia mariadiKti tia mariadi
Kti tia mariadi
 
Kti irmawati budiman
Kti irmawati budimanKti irmawati budiman
Kti irmawati budiman
 
Kti batyol ladislaus
Kti batyol ladislausKti batyol ladislaus
Kti batyol ladislaus
 
Kti israwati
Kti israwatiKti israwati
Kti israwati
 
Halaman depan cod.scr--
Halaman depan cod.scr--Halaman depan cod.scr--
Halaman depan cod.scr--
 
Halaman depan
Halaman depanHalaman depan
Halaman depan
 
Kti isma ekawati
Kti isma ekawatiKti isma ekawati
Kti isma ekawati
 
Halaman depan
Halaman depanHalaman depan
Halaman depan
 

Viewers also liked

CONTOH Makalah UAP WAHYU BUDI P
CONTOH Makalah UAP WAHYU BUDI PCONTOH Makalah UAP WAHYU BUDI P
CONTOH Makalah UAP WAHYU BUDI P
Wahyu Budi Prasetyo
 
Makalah fraktur
Makalah frakturMakalah fraktur
Makalah frakturKANDA IZUL
 
Kti karmila
Kti karmilaKti karmila
Standar operasional prosedur (sop) rehabilitasi medik di rs
Standar operasional prosedur (sop) rehabilitasi medik di rsStandar operasional prosedur (sop) rehabilitasi medik di rs
Standar operasional prosedur (sop) rehabilitasi medik di rs
Ullank Stira
 
Bahan ajar sistem muskuloskeletal
Bahan ajar sistem muskuloskeletalBahan ajar sistem muskuloskeletal
Bahan ajar sistem muskuloskeletalTitha Masyitah
 
Ada 13 sop dalam pelayanan rumah sakit
Ada 13 sop dalam pelayanan rumah sakitAda 13 sop dalam pelayanan rumah sakit
Ada 13 sop dalam pelayanan rumah sakitRestyani Daniar
 
contoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensicontoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensi
Nirma Syari Vutry
 

Viewers also liked (9)

CONTOH Makalah UAP WAHYU BUDI P
CONTOH Makalah UAP WAHYU BUDI PCONTOH Makalah UAP WAHYU BUDI P
CONTOH Makalah UAP WAHYU BUDI P
 
Makalah fraktur
Makalah frakturMakalah fraktur
Makalah fraktur
 
Kti karmila
Kti karmilaKti karmila
Kti karmila
 
3. asuhan keperawatan pada batu ginjal
3. asuhan keperawatan pada batu ginjal3. asuhan keperawatan pada batu ginjal
3. asuhan keperawatan pada batu ginjal
 
Standar operasional prosedur (sop) rehabilitasi medik di rs
Standar operasional prosedur (sop) rehabilitasi medik di rsStandar operasional prosedur (sop) rehabilitasi medik di rs
Standar operasional prosedur (sop) rehabilitasi medik di rs
 
Bahan ajar sistem muskuloskeletal
Bahan ajar sistem muskuloskeletalBahan ajar sistem muskuloskeletal
Bahan ajar sistem muskuloskeletal
 
Ada 13 sop dalam pelayanan rumah sakit
Ada 13 sop dalam pelayanan rumah sakitAda 13 sop dalam pelayanan rumah sakit
Ada 13 sop dalam pelayanan rumah sakit
 
contoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensicontoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensi
 
Sop rs
Sop rsSop rs
Sop rs
 

Similar to Kti mas udin

Kti ita ariani
Kti  ita arianiKti  ita ariani
Kti la ode safar
Kti la ode safarKti la ode safar
Kti la ode safar
Operator Warnet Vast Raha
 
Kti la ode eko purwanto
Kti la ode eko purwantoKti la ode eko purwanto
Kti la ode eko purwanto
Operator Warnet Vast Raha
 
Kti AKPER wa runia
Kti AKPER  wa runiaKti AKPER  wa runia
Kti AKPER wa runia
Operator Warnet Vast Raha
 
Kti la ode muhammad jamaludin
Kti la ode muhammad jamaludinKti la ode muhammad jamaludin
Kti la ode muhammad jamaludin
Operator Warnet Vast Raha
 
Kti iksan
Kti iksanKti iksan
Kti tia mariadi
Kti tia mariadiKti tia mariadi
Kti irmawati budiman
Kti irmawati budimanKti irmawati budiman
Kti irmawati budiman
Operator Warnet Vast Raha
 
Kti la ode ili
Kti la ode iliKti la ode ili
Halaman depan
Halaman depanHalaman depan
Halaman depan
Septian Muna Barakati
 
Kti isma ekawati
Kti isma ekawatiKti isma ekawati
Kti isma ekawati
Operator Warnet Vast Raha
 
Kti la ode ali anugrah jufri
Kti la ode ali anugrah jufriKti la ode ali anugrah jufri
Kti la ode ali anugrah jufri
Operator Warnet Vast Raha
 
Kti la ode ali anugrah jufri
Kti la ode ali anugrah jufriKti la ode ali anugrah jufri
Kti la ode ali anugrah jufri
Operator Warnet Vast Raha
 
Kti batyol ladislaus
Kti batyol ladislausKti batyol ladislaus
Kti batyol ladislaus
Operator Warnet Vast Raha
 
Judul
JudulJudul
Kti lisrawati akper pemkab. muna
Kti lisrawati akper pemkab. munaKti lisrawati akper pemkab. muna
Kti lisrawati akper pemkab. muna
Operator Warnet Vast Raha
 
Kti lisrawati akper pemkab. muna
Kti lisrawati akper pemkab. munaKti lisrawati akper pemkab. muna
Kti lisrawati akper pemkab. muna
Operator Warnet Vast Raha
 
Kti akbid ayu andiani achdania. j 2 AKBID PARAMATA RAHA
Kti akbid ayu andiani achdania. j 2 AKBID PARAMATA RAHA Kti akbid ayu andiani achdania. j 2 AKBID PARAMATA RAHA
Kti akbid ayu andiani achdania. j 2 AKBID PARAMATA RAHA
Operator Warnet Vast Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
Warnet Raha
 

Similar to Kti mas udin (20)

Kti ita ariani
Kti  ita arianiKti  ita ariani
Kti ita ariani
 
Kti la ode safar
Kti la ode safarKti la ode safar
Kti la ode safar
 
Kti la ode eko purwanto
Kti la ode eko purwantoKti la ode eko purwanto
Kti la ode eko purwanto
 
Kti AKPER wa runia
Kti AKPER  wa runiaKti AKPER  wa runia
Kti AKPER wa runia
 
Kti la ode muhammad jamaludin
Kti la ode muhammad jamaludinKti la ode muhammad jamaludin
Kti la ode muhammad jamaludin
 
Kti iksan
Kti iksanKti iksan
Kti iksan
 
Kti tia mariadi
Kti tia mariadiKti tia mariadi
Kti tia mariadi
 
Kti irmawati budiman
Kti irmawati budimanKti irmawati budiman
Kti irmawati budiman
 
Kti la ode ili
Kti la ode iliKti la ode ili
Kti la ode ili
 
Halaman depan
Halaman depanHalaman depan
Halaman depan
 
Kti isma ekawati
Kti isma ekawatiKti isma ekawati
Kti isma ekawati
 
Kti la ode ali anugrah jufri
Kti la ode ali anugrah jufriKti la ode ali anugrah jufri
Kti la ode ali anugrah jufri
 
Kti la ode ali anugrah jufri
Kti la ode ali anugrah jufriKti la ode ali anugrah jufri
Kti la ode ali anugrah jufri
 
Kti batyol ladislaus
Kti batyol ladislausKti batyol ladislaus
Kti batyol ladislaus
 
Judul
JudulJudul
Judul
 
Judul
JudulJudul
Judul
 
Kti lisrawati akper pemkab. muna
Kti lisrawati akper pemkab. munaKti lisrawati akper pemkab. muna
Kti lisrawati akper pemkab. muna
 
Kti lisrawati akper pemkab. muna
Kti lisrawati akper pemkab. munaKti lisrawati akper pemkab. muna
Kti lisrawati akper pemkab. muna
 
Kti akbid ayu andiani achdania. j 2 AKBID PARAMATA RAHA
Kti akbid ayu andiani achdania. j 2 AKBID PARAMATA RAHA Kti akbid ayu andiani achdania. j 2 AKBID PARAMATA RAHA
Kti akbid ayu andiani achdania. j 2 AKBID PARAMATA RAHA
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Operator Warnet Vast Raha
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
Operator Warnet Vast Raha
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
Operator Warnet Vast Raha
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
Operator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Recently uploaded

PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Muh Saleh
 
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
HanifahCindyPratiwi
 
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptxTATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TariHappie
 
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL SOSIAL KULTURAL.pdf
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL  SOSIAL KULTURAL.pdfSTANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL  SOSIAL KULTURAL.pdf
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL SOSIAL KULTURAL.pdf
kemendagatang
 
Presentasi Dokumentasi Saran Kebijakan.pptx
Presentasi Dokumentasi Saran Kebijakan.pptxPresentasi Dokumentasi Saran Kebijakan.pptx
Presentasi Dokumentasi Saran Kebijakan.pptx
IpinTriono
 
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARUPAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
LtcLatif
 
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat IIVisitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Tri Widodo W. UTOMO
 
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
gabatgibut09
 
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
HasmiSabirin1
 
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui InovasiNANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
Tri Widodo W. UTOMO
 
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Muh Saleh
 
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdfAD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
ssuserd13850
 
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinasPPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
JOHANNESSIMANJUNTAK8
 
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptxMateri Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
adilaks
 
MANAJEMEN PELAYANAN SOSIAL BAGI MASYARAKAT
MANAJEMEN PELAYANAN SOSIAL BAGI MASYARAKATMANAJEMEN PELAYANAN SOSIAL BAGI MASYARAKAT
MANAJEMEN PELAYANAN SOSIAL BAGI MASYARAKAT
DinsosnakertransKota
 
manajemen kearsipan subjek peralatan dan perlengkapan tentang kearsipan din...
manajemen kearsipan subjek  peralatan dan perlengkapan tentang kearsipan  din...manajemen kearsipan subjek  peralatan dan perlengkapan tentang kearsipan  din...
manajemen kearsipan subjek peralatan dan perlengkapan tentang kearsipan din...
yennylampouw
 

Recently uploaded (16)

PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
 
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
 
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptxTATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
 
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL SOSIAL KULTURAL.pdf
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL  SOSIAL KULTURAL.pdfSTANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL  SOSIAL KULTURAL.pdf
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL SOSIAL KULTURAL.pdf
 
Presentasi Dokumentasi Saran Kebijakan.pptx
Presentasi Dokumentasi Saran Kebijakan.pptxPresentasi Dokumentasi Saran Kebijakan.pptx
Presentasi Dokumentasi Saran Kebijakan.pptx
 
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARUPAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
 
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat IIVisitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
 
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
 
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
 
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui InovasiNANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
 
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
 
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdfAD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
 
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinasPPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
 
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptxMateri Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
 
MANAJEMEN PELAYANAN SOSIAL BAGI MASYARAKAT
MANAJEMEN PELAYANAN SOSIAL BAGI MASYARAKATMANAJEMEN PELAYANAN SOSIAL BAGI MASYARAKAT
MANAJEMEN PELAYANAN SOSIAL BAGI MASYARAKAT
 
manajemen kearsipan subjek peralatan dan perlengkapan tentang kearsipan din...
manajemen kearsipan subjek  peralatan dan perlengkapan tentang kearsipan  din...manajemen kearsipan subjek  peralatan dan perlengkapan tentang kearsipan  din...
manajemen kearsipan subjek peralatan dan perlengkapan tentang kearsipan din...
 

Kti mas udin

  • 1. i ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. A DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : “POST DEBRIDEMENT POD IV A/I FRAKTUR TIBIA FIBULA DEXTRA” DI RUANG BEDAH ORTHOPEDI GEDUNG KEMUNING Lt. II RSUP dr. HASAN SADIKIN BANDUNG KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna OLEH: MAS UDIN NIM. 13. 13. 1075 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA AKADEMI KEPERAWATAN RAHA 2016
  • 2. ii HALAMAN PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah ini berjudul : ”Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. A dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Post Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra di Ruang Bedah Orthopedi Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”. Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di depan penguji. Raha, 27 Juni 2016 Pembimbing WA ODE FITRI NINGSIH, S.Kep.,Ns.,M.Kes NIP. 19850104 2011012014 Mengetahui Direktur Akper Pemkab Muna SANTHY, S.Kep.,Ns.,M.Kep NIP. 198002122003122006
  • 3. iii PEMERINTAH KABUPATEN MUNA AKADEMI KEPERAWATAN Jln. Poros Raha-Tampo Km. 6 Motewe Tlp. 0403-2522954 HALAMAN PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Pada Tanggal, 02 Juli 2016 DEWAN PENGUJI 1. WA ODE FITRI NINGSIH, S.Kep.,Ns.,M.Kes (…………..…….) 2. SANTHY, S.Kep.,Ns.,M.Kep (…………….…..) 3. ASMALIA, S.Kep.,Ns.,M.Kes (…………...……) Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan Pemkab Muna Raha, Juni 2016 Direktur Akper Pemkab Muna SANTHY, S.Kep.,Ns.,M.Kep NIP. 19800212 200312 2 006 iii iii PEMERINTAH KABUPATEN MUNA AKADEMI KEPERAWATAN Jln. Poros Raha-Tampo Km. 6 Motewe Tlp. 0403-2522954 HALAMAN PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Pada Tanggal, 02 Juli 2016 DEWAN PENGUJI 1. WA ODE FITRI NINGSIH, S.Kep.,Ns.,M.Kes (…………..…….) 2. SANTHY, S.Kep.,Ns.,M.Kep (…………….…..) 3. ASMALIA, S.Kep.,Ns.,M.Kes (…………...……) Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan Pemkab Muna Raha, Juni 2016 Direktur Akper Pemkab Muna SANTHY, S.Kep.,Ns.,M.Kep NIP. 19800212 200312 2 006 iii iii PEMERINTAH KABUPATEN MUNA AKADEMI KEPERAWATAN Jln. Poros Raha-Tampo Km. 6 Motewe Tlp. 0403-2522954 HALAMAN PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Pada Tanggal, 02 Juli 2016 DEWAN PENGUJI 1. WA ODE FITRI NINGSIH, S.Kep.,Ns.,M.Kes (…………..…….) 2. SANTHY, S.Kep.,Ns.,M.Kep (…………….…..) 3. ASMALIA, S.Kep.,Ns.,M.Kes (…………...……) Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan Pemkab Muna Raha, Juni 2016 Direktur Akper Pemkab Muna SANTHY, S.Kep.,Ns.,M.Kep NIP. 19800212 200312 2 006 iii
  • 4. iv ABSTRAK Latar Belakang : Berdasarkan hasil medical record Ruang Perawatan Bedah Ortophedi Gedung Kemuning Lt. II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung periode bulan Desember 2015 sampai dengan Februari 2016, terdapat kasus sebanyak 114 pasien dan diantara 10 penyakit terbesar itu, Fraktur Tibia masuk urutan pertama dalam 10 penyakit terbesar. Dengan jumlah penderita 20 orang dengan persentase 17,22 %. Tujuan : Karya Tulis Ilmiah ini untuk memperoleh pengalaman secara nyata dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi aspek bio, psiko, sosial dengan pendekatanproses keperawatan tentang pelaksaan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem Muskuloskeletal : ”Fraktur Tibia Fibula”. Metode Telaahan : Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan metode analisis deskriptif dalam bentuk studi kasus, sedangkan dalam pengumpulan data penulis menggunakan tekhnik sebagai berikut : observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan studi kepustakaan Hasil : Dari hasil pengkajian didapatkan 5 diagnosa yang terdiri dari 4 diagnosa actual yakni nyeri, berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat Tindakan debridement, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan gerakan sendi, defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan rentang gerak, ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, dan 1 diagnosa resiko yakni resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka post operasi. Dari hasil evaluasi setelah diberikan perawatan selama 3 hari pada klien Tn. A, didapatkan 3 diagnosa keperawatan belum teratasi tetapi sudah ada perubahan, serta 2 diagnosa telah teratasi yaitu ansietas dan defisit perawatan diri. Kesimpulan : Penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien dengan ganguan sistem muskuloskeletal : “Fraktur Tibia Fibula” berdasarkan teori dan kondisi klien sangat besar pengaruhnya terhadap proses penyembuhan serta adanya kerjasama yang baik antara perawat, klien dan keluarga serta tim kesehatan lain.
  • 5. v KATA PENGANTAR Segala puji dan syukurpenulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. A dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Post Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra di Ruang Bedah Orthopedi Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”. Adapun maksud dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna. Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas atas bimbingan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik moral maupun material. Oleh karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Ibu dr. Hj. Ayi Djembarsari., MARS. Selaku Direktur Utama Pendidikan Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung beserta staf yang telah memberikan waktu dan kesempatan untuk praktek dan melaksanakan ujian praktek klinik keperawatan pada Rumah sakit yang dipimpinnya. 2. Ibu Santhy, S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku Direktur Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Muna yang telah membimbing dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Akper pemkab Muna. 3. Ibu Dewi Tita Agustina, S.Kep.,Ns selaku CI Lahan dalam pelaksanaan ujian akhir program praktek klinik keperawatan untuk studi kasus pada Karya Tulis Ilmiah ini. 4. Bapak Almawin Susen, S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku CI Institusi ujian akhir program praktek klinik keperawatan Bandung yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing penulis melakukan asuhan keperawatan. 5. Ibu Wa Ode Fitri Ningsih, S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam
  • 6. vi memberikan petunjuk dan mengarahkan penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. 6. Seluruh Staf Dosen Akademi Keperawatan Pemkab Muna yang telah memberikan dukunagan dan bantuan serta kerja sama dalam proses penyusunana Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Tn. A beserta keluarga yang telah bersedia bekerja sama dengan penulis selama melaksanakan asuhan keperawatan. 8. Keluarga tercinta khususnya Ayahndaku “Sandi dan Ibundaku Iha, adikku Ediarto”serta seluruh keluarga yang tidak putus - putusnya memberikan doa, motivasi, harapan dan dorongan baik moril maupun materi selama mengikuti pendidikan hingga penyususnan Karya Tulis Ilmiah ini. 9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak dapat penulis sebut satu persatu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 10. Buat seseorang yang spesial sahabatku “Niksan” yang senantiasa menemani serta telah memberikan motivasi dan dukungan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini sehingga dapat terselesaikan dengan cepat tanpa rasa lelah. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini hingga selesai. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan baik dari segipenulisan maupun isinya, olehnya itu penulis mengharapakan adanya masukan, baik kritik maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi penulis dan seprofesi dan pembaca yang budiman guna mengembangkan dunia keperawatan. Raha, 25 Juni 2016 Penulis
  • 7. vii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iii ABSTRAK ............................................................................................... iv KATA PENGANTAR............................................................................. v DAFTAR ISI............................................................................................ vii DAFTAR TABEL ................................................................................... ix DAFTAR BAGAN .................................................................................. x DAFTAR GAMBAR............................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xii MOTTO PERSEMBAHAN ................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang..................................................................... 1 B. Ruang Lingkup Pembahasan ............................................... 4 C. Tujuan Penulisan ................................................................. 4 D. Manfaat Penulisan ............................................................... 6 E. Metode Telaahan ................................................................. 7 F. Waktu Pelaksanaan.............................................................. 7 G. Tempat Pelaksanaan ............................................................ 8 H. Sistematika Telaahan........................................................... 8 BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : POST DEBIDEMENT POD IV a/i FRAKTUR TIBIA FIBULA DEXTRA A. Konsep Dasar 1. Defenisi......................................................................... 10 2. Anatomi Fisiologis Sistem Persarafan.......................... 11 3. Etiologi ......................................................................... 20
  • 8. viii 4. Klasifikasi..................................................................... 20 5. Patofisiologi.................................................................. 21 6. Tanda dan Gejala.......................................................... 22 7. Pemeriksaan Penunjang................................................ 22 8. Penatalaksanaan Medis................................................. 23 9. Komplikasi.................................................................... 28 10. Penyimpangan KDM .................................................... 29 B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian....................................................................... 31 2. Diagnosa Keperawatan ................................................... 44 3. Perencanaan .................................................................... 45 4. Implementasi................................................................... 52 5. Evaluasi........................................................................... 52 BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Laporan Kasus 1. Pengkajian .................................................................... 54 2. Diagnosa Keperawatan................................................. 67 3. Rencana Asuhan Keperawatan ..................................... 73 4. Implementasi dan Evaluasi........................................... 76 5. Catatan Perkembangan ................................................. 80 B. Pembahasan 1. Pengkajian .................................................................... 86 2. Diagnosa Keperawatan................................................. 87 3. Perencanaan.................................................................. 87 4. Implementasi ................................................................ 88 5. Evaluasi ........................................................................ 89 BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan...................................................................... 91 B. Rekomendasi ................................................................... 92 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
  • 9. ix DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Sepuluh Penyakit Terbesar .............................................................. 3 2. Klasifikasi Nilai IMT....................................................................... 33 3. Intervensi dan Rasional : Nyeri........................................................ 46 4. Intervensi dan Rasional : Kerusakan Mobilitas Fisik ...................... 47 5. Intervensi dan Rasional : Kerusakan Integritas Kulit ...................... 48 6. Intervensi dan Rasional : Kurang Pengetahuan ............................... 49 7. Intervensi dan Rasional : Resiko Tinggi Infeksi.............................. 50 8. Intervensi dan Rasional : Resiko Tinggi Disfungsi Neurovaskuler ... 50 9. Intervensi dan Rasional : Resiko Tinggi Gangguan Pertukaran Gas . 51 10. Intervensi dan Rasional : Resiko Tinggi Terhadap Trauma ............ 52 11. Aktivitas Sehari - Hari ..................................................................... 64 12. Pemeriksaan Hasil Laboratorium..................................................... 66 13. Analisa Data..................................................................................... 68 14. Rencana Tindakan Keperawatan...................................................... 70 15. Implementasi dan Evaluasi .............................................................. 73 16. Catatan Perkembangan..................................................................... 77
  • 10. x DAFTAR BAGAN 1. Penyimpangan KDM ............................................................................ 29 2. Genogram.............................................................................................. 56
  • 11. xi DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Anatomi Sistem Muskuloskeletal ............................................... 11
  • 12. xii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I : Satuan Acara Pembelajaran Lampiran II : Leaflet Lampiran III : Lembar Konsultasi
  • 13. xiii MOTTO PERSEMBAHAN MANFAATKANLAH SETIAP KESEMPATAN YANG ADA “MAS UDIN” WAKTU ADALAH PELUANG
  • 14. xiv DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1. Identitas Nama : Mas Udin Tempat tanggal lahir : Wanci, 09 Januari 1996 Status : Mahasiswa Agama : Islam Suku /Bangsa : Buton / Indonesia Alamat : Jln. Pendidikan 2. Riwayat Pendidikan a. SD Negeri 2 Mandati 1 masuk tahun 2001 dan lulus tahun 2007 b. SMP Negeri 3 Wakatobi masuk tahun 2007 dan lulus tahun 2010 c. MAN 1 Wakatobi masuk tahun 2010 dan lulus tahun 2013 d. Sejak tahun 2013 mengikuti pendidikan Diploma III Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna dan Insya Allah akan menyelesaikannya tahun 2016.
  • 15. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangp Tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat mampu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi serta sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan Undang Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga di bidang kesehatan terdiri atas tenaga kesehatan dan asisten tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan dikelompokkan ke dalam tiga belas jenis, yang terdiri atas : tenaga medis, tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga teknik biomedika, tenaga kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan lainnya. (Kemenkes RI, 2014).
  • 16. 2 Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh cedera. Trauma yang menyebabkan fraktur dapat berupa trauma langsung, misalnya yang sering terjadi benturan pada ekstermitas bawah yang menyebabkan fraktur pada tibia dan fibula dan juga dapat berupa trauma tidak langsung misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah (Astuti, 2011). Fraktur memberikan dampak yang signifikan pada perubahan kualitas hidup individu, menyebabkan restriksi aktivitas, ketidakmampuan, cacat fisik, perburukan kondisi dan kehilangan penghasilan. Fraktur juga menyebabkan pasien harus dirawat dirumah sakit, mengalami gangguan mobilisasi, ketidakmampuan (disability), ketidakmandirian, dan bahkan meninggal dunia (Astuti, 2011). WHO memperkirakan pada pertengahan abad mendatang, jumlah fraktur meningkat tiga kalilipat dari 1,7 juta pada tahun 1990 menjadi 6,3 juta kasus pada tahun 2050 kelak. Data dari Internasional Fraktur Foundation menyebutkan bahwa di seluruh dunia, satu dari tiga wanita dan satu dari delapan pria yang berusia di atas 50 tahun memiliki resiko mengalami fraktur akibat osteoporosis dalam hidup mereka (Astuti, 2011). Angka kejadian fraktur di RS. Al-Irsyad Surabaya dari januari 2010 sampai dengan desember 2010 terdapat 1239 kasus, dari jumlah tersebut kasus fraktur pada laki-laki sebanyak 878 (71%) dan pada wanita 361 (29%).
  • 17. 3 Sedangkan kasus pada ektermitas bawah mencapai angka 733 (59%). (Astuti, 2011). Berdasarkan data yang diperoleh di Ruang Bedah Orthopedi Gedung Kemuning Lt. II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung penderita gangguan Sistem Muskuloskeletal khususnya fraktur tibia fibula pada bulan desember 2015 sampai dengan februari 2016 adalah sebagai berikut : Table.1...Daftar Sepuluh Besar Penyakit di Ruang Bedah Orthopedi Gedung Kemuning ..Lt. II .Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung Periode ..Desember .2015 sampai dengan Februari 2016 No. Penyakit Jumlah % 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Fraktur Tibia Tumor ginjal Tumor kulit Post LE BPH Retensi Urine Hipospadia Hidroneposis Tumor Rectum Cholelithiasis 20 15 13 12 12 10 10 9 7 6 17,22 13,31 11,38 11,82 11,62 8,62 8,62 7,64 5,32 4,85 Jumlah 114 100 Sumber : ..Rekam Medik Ruang Bedah Orthopedi Gedung Kemuning Lt. II Rumah Sakit .Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Desember .2015 sampai dengan .Februari 2016. Dari tabel di atas menunjukan bahwa dari jumlah pasien yang mengalami fraktur tibia fibula adalah berjumlah 20 pasien (17,22%), angka kejadian ini menempati urutan pertama dari data sepuluh penyakit terbesar di atas. Fraktur Tibia Fibula dengan peringkat tersebut dapat memberikan masalah yang sangat kompleks bagi tubuh. Selain itu fraktur akan bertambah dengan adanya komplikasi yang berlanjut diantaranya syok, sindrom emboli lemak, sindrom kompartemen, kerusakan arteri,
  • 18. 4 infeksi, dan avaskuler nekrosis. Komplikasi lain dalam waktu yang lama akan terjadi mal union, delayed union, non union atau bahkan perdarahan yang dapat berujung pada kematian. Melihat keadaan tersebut di atas membuat penulis merasa tertarik untuk menulis Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul.: “Asuhan Keperawatan pada Klien Tn..A dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal : Post Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra Di Ruang Bedah Orthopedi Gedung Kemuning Lt. II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”. B. Ruang Lingkup Pembahasan Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis membatasi ruang lingkup masalah yang di bahas yaitu Asuhan Keperawatan pada Klien Tn..A dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal : Post Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra di Ruang Bedah Orthopedi Gedung Kemuning Lt. II Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung”. C. Tujuan 1. Tujuan Umum. Untuk memperoleh gambaran dan pengalaman secara nyata yang komprehensif dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Musculoskeletal : Post Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra, meliputi aspek biologis,
  • 19. 5 psikologis, spiritual dan cultural berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melaksanakan pengkajian keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Post Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra. b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Post Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra. c. Mampu menyusun rencana keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Post Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra. d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Post Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra. e. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Post Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra. f. Mampu melaksanakan pendokumentasian Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Post Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra.
  • 20. 6 D. Manfaat 1. Rumah sakit Sebagai bahan masukan bagi institusi terkait khususnya di bagian Ruang Bedah Orthopedi Gedung Kemuning Lt. II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung. 2. Institusi Pendidikan Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi rekan-rekan mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal.: Post Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra. 3. Perkembangan Ilmu Keperawatan Sebagai sumbangsih isi pikir dalam mengembangkan ilmu keperawatan, khususnya dalam pemberian Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Post Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra. 4. Penulis Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan dalam penerapan Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Post Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra.
  • 21. 7 E. Metode Telaahan Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan metode analisis deskriptif dalam bentuk studi kasus, sedangkan dalam pengumpulan data penulis menggunakan tekhnik sebagai berikut : 1. Observasi yaitu mengamati keadaan klien yang meliputi bio, psiko, sosial, kultural dan spiritual. 2. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan melakukan komunikasi lisan secara langsung pada klien dan keluarganya. 3. Pemeriksaan fisik yaitu pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan fisik pada klien secara head to toe meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dan di dokumentasikan secara persistem. 4. Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan mempelajari data dan status klien melalui rekam medik. 5. Studi kepustakaan yaitu dengan membaca dan mempelajari teori- teori dari buku-buku, dan literatur yang terpercaya seperti internet dan surat kabar, sebagai kerangka teori yang dijadikan acuan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien. F. Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan studi kasus mulai pada dari tanggal 1 sampai dengan 4 Maret 2015.
  • 22. 8 G. Tempat Pelaksanaan Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Bedah Orthopedi Gedung Kemuning Lt. II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung. H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 4 (empat) bab yaitu : BAB I : Pendahuluan, menjelaskan Latar Belakang, Ruang lingkup Pembahasan, Tujuan, Manfaat, Metode Telaahan, Waktu Pelaksanaan dan Tempat Pelaksanaan serta Sistematika Telaahan. BAB II : Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal.: Post Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra, menjelaskan tentang Konsep Dasar Medis meliputi Definisi, Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal, Etiologi, Klasifikasi, Patofisiologi, Tanda dan Gejala, Pemeriksaan Diagnostik, Penatalaksanaan Medik, Komplikasi, dan Penyimpangan KDM, serta Tinjauan Teoritis tentang Asuhan Keperawatan yang meliputi Pengkajian, Diagnosa, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi. BAB III : Tinjauan Kasus Dan Pembahasan. Membahas tentang Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Klien Tn. A dengan
  • 23. 9 Gangguan pada Sistem Muskuloskeletal : Post Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra yang disusun berdasarkan pada proses keperawatan yang mencakup Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Rencana Tindakan, Implementasi, Evaluasi dan Catatan Perkembangan serta Pembahasan menjelaskan tentang perbandingan antara fakta dan teoritis yang ada, dibahas secara sistematis mulai dari Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Rencana Tindakan, Implementasi, Evaluasi serta Catatan Perkembangan. BAB IV : Kesimpulan dan Rekomendasi, membahas tentang Kesimpulan dari pelaksanaan asuhan keperawatan dan Rekomendasi yang terikat operasional untuk mengatasi masalah yang sama di kemudian hari.
  • 24. 10 BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : POST DEBRIDEMENT POD IV A/I FRAKTUR TIBIA FIBULA DEXTRA A. Konsep Dasar 1. Definisi Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh cedera. Selama masa perawatan, klien dengan fraktur ekstremitas bawah melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada diri, lingkungan disekitarnya, kebutuhan fungsi fisiologis, konsep diri, peran dan interdependensi dalam mempertahankan homeostasis (keseimbangan), yang dapat menghasilkan perilaku respons adaptif atau respons maladaptive (Hariana & Ariani, 2007). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai dengan jenisnya dan luasnya (Solihati, 2013). Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial (Astuti, 2011). Dari ketiga pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan, yang menyebabkan edema jaringan lunak, perdarahan otot dan sendi, dislokasi
  • 25. 11 sendi, ruptur tendon, kerusakan syaraf serta kerusakan pembuluh darah yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. 2. Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal a. Anatomi Sistem Muskuloskeletal Gambar 1. Anatomi Sistem Muskuloskeletal Sumber : (Syaifuddin, 2006). Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot, rangka, tendon, ligamen, bursa dan jaringan– jaringan khusus yang menghubungan struktur–struktur ini (Syaifuddin, 2006). 1) Tulang Tulang merupakan organ yang sangat penting yang memiliki berbagai fungsi diantaranya fungsi mekanis yakni melakukan
  • 26. 12 pembentukan rangka dan tempat melekatnya berbagai otot kemudian tempat penyimpanan mineral khususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setiap saat dari kebutuhan kemudian tempat sum – sum tulang dalam membentuk sel darah dan secara umum sebagai pelindung pada organ–organ viseral. Tulang terdiri dari 3 macam yakni, tulang pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang kuboid seperti tulang vertebrata serta tulang tarsalia dan tulang panjang seperti tulang femur dan tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada bagian ujung tulang panjang dilapisi oleh kartilago dan secara anatomis tulang panjang tersebut epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung tulang yang akan menyatu pada tulang orang dewasa. Sedangkan pada anak – anak terpisah dan lebih elastis (Syaifuddin, 2006). Tulang ekstremitas bawah atau anggota gerak bawah dikaitkan kepada batang tubuh dengan perantara gelang panggul. Pada tulang anggota gerak bawah terdiri dari : 1 Tulang Koxae : Tulang kering: Tulang pangkal paha 1 Femur : Tulang paha 1 Tibia : Tulang kering 1 Fibula : Tulang betis 1 Patela : Tempurung lutut 1 Tulang Tarsal : Tulang pangkal kaki 5 Tulang Metatarsal : Tulang telapak kaki 14 Falanx : Ruas jari kaki
  • 27. 13 a) Tulang Koxae adalah tulang pipih berbentuk tak teratur dan dibentuk oleh 3 tulang yang bermutu diasetabulum yaitu semua rongga berbentuk sawan dipermukaan eksternal dari tulang koxa dan menekan kepala femur dalam formasi gelang panggul. b) Femur atau tulang paha adalah tulang terpanjang dari tubuh. Tulang ini bersendi dengan asetabulum dan formasi persendian panggul dan dari sini ia menjulur medial kelutut dan membuat sendi dengan tibia. Tulangnya berupa tulang pipa dan mempunyai sebuah batang dan dua ujung yaitu ujung atas dan ujung bawah. c) Tibia atau tulang kering merupakan kerangka yang utama dari tungkai bawah dan terletak medial dari tibula atau tulang betis. Tibia adalah tulang pipa dengan sebuah batang dengan dua buah ujung yaitu ujung atas memperlihatkan kondil medial dan kondial lateral sedangkan ujung bawah masuk kedalam formasi persendian mata kaki. Tulangnya sedikit melebar dan kebawah sebelah medial atau malcolus tibiae. d) Tibula atau tulang betis adalah tulang sebelah lateral tungkai bawah. Tulang ini adalah tulang dengan sebuah batang dua ujung. Ujung atas kepala dan bersendi dengan bagian belakang luar dari tibia tetapi tidak masuk kedalam formasi sendi lutut. Batangnya ramping dan terbenam dalam otot tungkai dan memberi banyak kaitan, sedangkan ujung bawah disebelah
  • 28. 14 bawah lebih memanjang menjadi malwolus lateraus atau maleolus fibulae. e) Patela atau tempurung lutut adalah tulang biji atau tulang sesamoid yang berkembang didalam tendondan otot kwadrisep extensor. Apex patela meruncing kebawah. Permukaan anterior dari tulang adalah kasar permukaan, posteriornya halus dan bersendi dengan permukaan pateler dari ujung bawah femur. Letaknya didepan sendi lututtetapi tidak ikut serta didalamnya. f) Tulang tarsal atau tulang pangkal kaki. Ada tujuh buah tulang – tulang yang secara kolektif digunakan tarsus. Tulang – tulang itu terbentuk jala dalam pembungkus jaringan kompak. Tulang – tulang ini mendukung berat badan kalau berdiri. g) Kalkaneus atau tulang tumit adalah tulang terbesar dari tulang tapak kaki. Tulang itu ada disebelah belakang dan membentuk tumit serta mengalihkan berat badan diatas tanah kebelakang. Memberi kaitan pada otot besar dari betis dengan perantara tendon achiles atau tendon kalkaneus, disebelah atas bersendi dengan taltus dan didepan dengan kuboid (Syaifuddin, 2006). 2) Sendi Sendi adalah pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari kerangka. Sendi terdiri dari tiga jenis yaitu : sendi fibrous, sendi kartilaginosa / sendi tulang rawan dan sendi sinovial atau diartroses.
  • 29. 15 a) Sendi fibrous atau sinartroses adalah sendi yang tidak dapat bergerak atau merekat ikat (Syaifuddin, 2006). b) Sendi kartilagenesta atau sendi tulang rawan. Sendi kartilago atau sendi tulang rawan adalah sendi dengan gerakan sedikit, dan permukaan persendiannya dipisahkan oleh bahan antara dan hanya mungkin sedikit gerakan, misalnya : simfisis pubis, dimana sebuah bantalan tulang rawan mempersatukan kedua tulang pubis yaitu sendi intervertebral dengan cakram intervetebral dari pada tulang rawan fibro. Simfisis adalah istilah yang digunakan untuk melukiskan sebuah persendian yang hanya dapat bergerak sedikit, sedangkan ujung – ujung tulang dipisahkan oleh sebuah bantalan tulang rawan (Syaifuddin, 2006). c) Sendi sinovial adalah persendian yang bergerak bebas dan terdapat banyak ragamnya. Semuanya mempunyai ciri yang sama yaitu : Ujung tulang – tulang yang masuk dalam formasi persendian ditutupi oleh tulang rawan hialin, ligamen diperlukan untuk mengikat tulang – tulangnya, bersama sebuah rongga persendian rongganya terbungkus oleh sebuah kapsul dari pada jaringan fibrous yang biasanya diperkuat oleh ligamen (Syaifuddin, 2006).
  • 30. 16 Jenis sendi sinovial terdiri dari 6 jenis yaitu : sendi datar atau sendi geser, sendi putar, sendi engsel, sendi kendiloid, sendi berporos dan sendi pelana. (1) Sendi datar atau sendi geser yaitu dua permukaan datar tulang saling melincur satu atas yang lainnya, misalnya sendi karpys dan tarsus. (2) Sendi putar yaitu dimana sebuah ujung bulat tepat masuk didalam sebuah rongga cawan tulang lain, mengijinkan gerakan kesegala jurusan, misalnya sendi panggul dan sendi bahu. (3) Sendi engsel yaitu didalam jenis ini satu permukaan bundar diterima oleh yang lain sedemikian rupa sehingga hanya mungkin gerakan dalam satu bidang seperti gerakan engsel. Contoh yang baik adalah sendi siku. (4) Sendi kendiloid mirip sendi engsel tetapi dapat bergerak dalam dua bidang, lateral, kebelakang, dan kedepan sehingga fleksibel dan ekstensi, adduksi (kesamping atau ketengah) dan sedikit sirkunduksi, sedikit pada pergelangan tangan tetapi bukan rotasi. (5) Sendi berporos atau sendi putar ialah yang hanya mungkin berputaran seperti pada gerakan kepala, dimana atlas yang berbentuk cincin berputar sekitar proses yang berbentuk paku dari axis (servikal kedua atau epistroveus).
  • 31. 17 (6) Sendi pelana atau sendi yang timbul bolak balik menerima misalnya sendi antara trapezium (multagulum mayus) dan tulang metakarpal pertama dari ibu jari, memberi banyak kebebasan bergerak, memungkinkan ibu jari berhadapan dengan jari-jari lainya (Syaifuddin, 2006). 3) Otot dan Tendon Otot dengan kemampuan berkontraksi memungkinkan tubuh bergerak sesuai dengan keinginan. Otot memiliki orido dan inserasi tulang otot dihubungkan dengan tulang melalui tendon yakni satu jaringan ikat yang melekat dengan sangat kuat pada tempat insersinya ditulang (Syaifuddin, 2006). 4) Ligamen Mengikat tulang dalam sendi ligamen dan tendon otot, yang melintasi sendi, menjaga stabilitas sendi pada beberapa sendi, ligamen antara beberapa sendi (misalnya : ligamen kurstatum dilutut) terletak di dalam kapsul sendi dan memperkuat stabilitas sendi. 5) Bursa Bursa adalah suatu kantung berisi cairan sinovial yang terletak dititik pergeseran, bursa biasanya merupakan bantalan bagi pergeseran tendon. Ligamen dan tulang di siku, lutut dan beberapa sendi lainnya.
  • 32. 18 b. Fisiologi Sistem Muskuloskeletal Fungsi dari tulang adalah sebagai berikut : 1) Menyediakan tempat melekatnya otot untuk bekerja. 2) Melindungi organ. 3) Membentuk eritrosit dalam sum – sum tulang. 4) Menyimpan kalsium dan fosfor. Fungsi Umum Tulang : 1) Formasi Kerangka 2) Formasi sendi- sendi 3) Perlengketan otot 4) Sebagai Pengungkit 5) Penyokong berat badan 6) Proteksi 7) Haemopoeisis 8) Imunologi 9) Penyimpanan kalsium (97%) Fungsi Khusus Tulang : 1) Sinus-sinus paranasalis : menimbulkan nada pada suara 2) Email gigi : memotong, menggigit dan menggilas makanan 3) Tulang kecil telinga : mengkonduksi gelombang suara 4) Panggul wanita : memudahkan proses partus Fungsi utama sendi adalah memberi pergerakan dan fleksibilitas dalam tubuh.
  • 33. 19 Jenis Sendi Berdasarkan strukturnya : 1) Fibrosa : hubungan antar sendi oleh jaringan fibrosa 2) Kartilago/tulang rawan : ruang antar sendinya berikatan dengan tulang rawan. 3) Sinovial/sinovial joint : ada ruang sendi dan ligament untuk mempertahankan persendian. Otot adalah jaringan tubuh yang berfungsi mengubah energi kimia menjadi kerja mekanik sebagai respons tubuh terhadap perubahan lingkungan. Fungsi otot adalah mengontrol pergerakan, mempertahankan postur tubuh dan menghasilkan panas (Syaifuddin, 2006). Otot terdiri dari 3 jenis : 1) Otot bergaris (otot lurik, otot rangka, otot sadar) dan akan berkontraksi jika dirangsang oleh stimulus saraf. Misalnya otot pada ekstremitas. 2) Otot polos (otot tidak bergaris, otot licin, otot tidak sadar) dan berkontraksi tanpa stimulus saraf. Misalnya pembuluh darah, pembuluh limfe, dan lain - lain. 3) Otot spinkter, misalnya. spinkter ani, spinkter pilorus. 3. Etiologi a. Pukulan langsung b. Jatuh dengan kaki fleksi c. Gerakan memutir yang keras (Solihati, 2007).
  • 34. 20 4. Klasifikasi a. Fraktur tertutup, yaitu Fraktur ini tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidahk menonjol atau menembus kulit/ terhubungan dengan dunia luar. b. Fraktur terbuka, bila terdapat hubungan antara tulang patah dengan dunia luar, dibagi dalam tiga derajat yaitu : Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil kurang dari 1 cm, luka terbuka bersih, biasanya diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam menembus keluar, benturan otot minimal, biasanya pada fraktur simple transfersal atau fraktur oblig. Derajat II : Luka lebih besar dari 1 cm, dengan kerusakan jaringan yang luas, dengan fraktur minimal, fraktur simple dengan minimal cominutif, luka disebabkan karena benturan dari luar. Derajat III : Lukanya lebih luas termasuk otot, kulit dan struktur pembuluh darah dan saraf, kondisi luka kotor, dapat dibagi menjadi 3. III A : Laserasi jaringan lunak cukup luas dengan terangkatnya periosteum minimal dan kulit masih dapat menutup luka, biasanya terjadi pada fraktur segmental, luka tembak. III B : Kerusakan jaringan lunak yang luas dengan terangkatnya periosteum dan terjadi bone expose yang membutuhkan penutupan jaringan
  • 35. 21 lunak dengan flap, biasanya terjadi kontaminasi luas pada luka. III C : Terjadi cedera pada pembuluh darah yang membutuhkan repair (Solihati, 2007). 5. Patofisiologi Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan ooleh trauma gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik, patologik, kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka maupun yang tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah turun. COP menurun maka akan terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematomaakan mengeksudasi plasma atau poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabu saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehinggah mobilits fisik terganggu .disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan gangguan integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka dan tertutup. Pada umumya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen tulang yang telah di hubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh (Sylvia, 2006).
  • 36. 22 6. Tanda dan Gejala a. Nyeri, dinyatakan langsung setelah terjadi trauma, hal ini disebabkan adanya spasme (mengalami peregangan) otot, tekanan dari patahan tulang atau jaringan sekitarnya. b. Deformitas, disebabnkan adanya trauma dan pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, sehingga tulang kehilngan bentuk normalnya. c. Hematoma yang jelas, merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari ektravasasi di jaringan sekitarnya. d. Edema berat, biasanya timbul lebih cepat karena cairan serosa terlokalisir pada daerah fraktur dan terjadi ekstravasasi di sekitar jaringan (Solihati, 2007). 7. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan Rontgen, menentukan lokasi./.luasnya fraktur dan jenis fraktur. b. CT Scan tulang, digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya tulang didaerah yang sulit dievaluasi. c. Hitung darah lengkap, hematokrit dan leukosit mungkin meningkat atau menurun. d. Arteriogram bila terjadi kerusakan vaskuler (Solihati, 2007).
  • 37. 23 8. Penatalaksanaan medik a. Debridement 1) Pengertian Debridement merupakan suatu tindakan eksisi yang bertujuan untuk membuang jaringan nekrosis maupun debris yang mengahalangi proses penyembuhan luka dan potensial terjadi atau berkembangnya infeksi sehingga merupakan tindakan pemutus rantai respon inflamasi sistemik dan maupun sepsis. Tindakan ini dilakukan seawal mungkin, dan dapat dilakukan tindakan ulangan sesuai kebutuhan (Price & Wilson, 2005). 2) Tujuan Debridement merupakan sisi lain pada perawatan luka bakar. Tindakan ini memiliki dua tujuan : a) Untuk menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh bakteri dan benda asing. b) Untuk menghilangkan jaringan yang sudah mati dalam persiapan kesembuhan luka. 3) Jenis-jenis debridement a) Debridement alami Pada peristiwa Debridement alami, jaringan mati akan memisahkan diri secara spontan dari jaringan viable yang ada di bawahnya. Namun, pemakaian preparat topical anti bakteri cenderung memperlambat proses pemisahan ester yang alami.
  • 38. 24 Tindakan mempercepat proses ini akan menguntungkan bagi pasien dan dapat dilakukan dengan cara-cara lain seperti Debridement mekanis atau bedah sehingga waktu antara terjadinya invasi bakteri dan tumbuhnya masalah yang lain dapat dikurangi. b) Debridement mekanis Debridement mekanis meliputi penggunaan gunting bedah dan forsep untuk memisahkan dan mengangkat eskar.Teknik ini dapat dilakukan oleh dokter atau perawat yang berpengalaman, dan biasanya Debridement mekanis dikerjakan setiap hari pada saat penggantian balutan serta pembersihan luka. Debridement dengan cara-cara ini dilaksanakan sampai tempat yang masih terasa sakit dan mengeluarkan darah. Preparat hemostatik atau balutan tekan dapat digunakan untuk menghentikan perdarahan dari pembuluh-pembuluh darah yang kecil. c) Debridement bedah Debridement bedah merupakan tindakan operasi dengan melibatkan eksisi primer seluruh tebal kulit sampai fasia (eksisi tangensial) atau dengan mengupas lapisan kulit yang terbakar secara bertahap hingga mengenai jaringan yang masih berdarah. Tindakan ini dapat dimulai beberapa hari atau segera setelah kondisi hemodinamik pasien stabil dan edemanya berkurang.
  • 39. 25 Kemudian lukanya segera ditutup dengan graf kulit atau balutan.Balutan biologic temporer atau balutan biosintetik dapat digunakan dahulu sebelum graf kulit dipasang pada pembedahan berikutnya. 4) Prosedur Tindakan Debridemnt Sebelum dilakuk debridement, diberikan antibiotik profilaks yang dilakukan di ruangan emergency. Yang terbaik adalah golongan sefalosforin. Biasanya di pakai sefalosforin golongan pertama pada fraktur terbuka gustilo tape III, diberikan tambahan berupa golongan amoniklikosida, seperti tobramicin atau gentamicin. Golongan sefalosforin golongan III dipertimbangkan disini. Sedangkan pada fraktur yang dicurigai terkontaminasi kuman cloctridia, diberikaqn penicilin. Peralatan proteksi diri yang dibutuhkan saat operasi adalah google, boot dan sarung tangan tambahan. Sebelum dilakukan operasi, dilakukan pencucian dengan povine iodine, lalu drapping area operasi. Penggunaan tidak dianjurkan, karena kita akan melakukan pengamatan terhadap perdarahan jaringan. Debridement dilakukan pertama kali pada daerah kulit. Kemudian rawat perdarahan di vena dengan melakukan koagulasi. Buka fascia untuk menilai otot dan tendon. Viabilitas otot dinilai dengan empat C, “Color, Cotractility, Circulation and Consistency”. Lakukan pengangkatan kontaminasi canal medullary dengan saw atau
  • 40. 26 rongeour. Curittage canal medullary dihindarkan dengan alasan mencegah infeksi kearah proksimal. Irigasi dilakukan dengan normal salien penggunaan normal saline adalah 6 – 10 liter untuk fraktur terbuka grade II dan III. Tulang dipertahankan dengan reposisi. Bisa digunkan eksternal fiksasi pada fraktur grade III4. Penutupan luka dilakukan jika memungkinkan. Pada fraktur tipe III yang tidak bisa dilakukan penutupan luka, dilakukan rawat luka terbuka, hingga luka dapat ditutupsempurna (Solihati, 2007). b. ORIF (Open Reduction and Internal Fixation) 1) Definisi ORIF adalah suatu bentuk pembedahan dengan pemasangan internal fiksasi pada tulang yang mengalami fraktur. 2) Tujuan Tujuan dari operasi ORIF untuk mempertahankan posisi fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak mengalami pergeseran. Internal fiksasi ini berupa Intra Medullary Nail biasanya digunakan untuk fraktur tulang panjang dengan tipe fraktur tranvers 3) Indikasi a) Pasien penderita dan pasca stroke. b) Pasien yang menderita kelumpuhan. c) Pasien yang menderita fraktur. 4) Kontra Indikasi a) Pasien dengan penurunan kesadaran.
  • 41. 27 b) Pasien dengan fraktur yang parah dan belum ada penyatuan tulang c) Pasien yang mengalami kelemahan (malaise). 5) Persiapan atau Prosedur Pemasangan Orif a) Persiapan alat dan Ruangan (1) Alat tidak steril : Lampu operasi, Cuter unit, Meja operasi, Suction, Hepafik, Gunting. (2) Alat Steril : Duk besar 3, Baju operasi 4, Selang suction steril, Selang cuter Steril,side 2/0, palain 2/0,berbagai macam ukuran jarum. (3) Set Orif : Koker panjang 2, Klem bengkok 6, Bengkok panjang 1, Pinset cirugis 2, Gunting jaringan 1, Kom 2, Pisturi 1, Hand mest Platina 1 set, Kassa steril, Gunting benang 2, Penjepit kasa 1, Bor 1, Hak Pacul 1, Hak Sedang 1, dan Hak Duk 3 b) Prosedur Operasi : (1) Pasien sudah teranastesi GA (2) Tim bedah melakukan cuci tangan (Scrub) (3) Tim bedah telah memakai baju operasi (Gloving) (4) Lakukan disinfeksi pada area yang akan dilakukan sayatan dengan arah dari dalam keluar, alkohol dua kali, betadine 2x. (5) Pasang duk pada area yang telah di disinfeksi (Drapping) (6) Hidupkan cuter unit (7) Lakukan sayatan dengan hand mest dengan arah paramedian
  • 42. 28 (8) Robek subkutis dengan menggunakan cuter hingga terlihat tulang yang fraktur. (9) Lakukan pengeboran pada tulang (10)Pasang platina (11)Lakukan pembersihan bagian yang kotor dengan cairan NaCl (12)Jahit subkutis dengan plain 2/0 (13)Jahit bagian kulit dengan side 2/0 (14)Tutup luka dengan kassa betadine, setelah itu diberi hepafik (Solihati, 2007). 9. Komplikasi a. Gangguan saraf proneus, klien tidak dapat melakukan dorsofleksi ibu jari dan gangguan. b. Sensasi pada sela jari pertama dan kedua. c. Kerusakan arteri tibialis. d. Sindrom kompartemen. e. Hemartrosis dan kerusakan ligament bila fraktur terjadi didekat sendi. f. Komplikasi yang lain : 1) Malunion: tulang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya. 2) Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjalan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. 3) Non union : tulang yang tidak menyambung kembali (Solihati, 2007).
  • 43. 29
  • 44. 30
  • 45. 31 B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan Proses keperawatan adalah suatu metode yang tereorganisasi dan sistematis dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien, yang berfokus pada respon manusia baik sebagai individu, keluarga maupun masyarakat karena adanya gangguan kesehatan aktual maupun potensial (Asmadi, 2008). Tujuan proses keperawatan secara umum adalah untuk menyusun kerangka konsep berdasarkan keadaan individu (klien), keluarga, dan masyarakat agar kebutuhan mereka dapat terpenuhi (Nursalam, 2013) Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai atau mempertahankan keadaan biologis, psikologis, social dan spiritual yang optimal, melalui tahap pengkajian, identifikasi diagnosis keperawatan, penentuan rencana keperawatan, serta evaluasi tindakan keperawatan (Asmadi, 2008). 1. Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2013). Pengkajian dapat dilakukan persistem tubuh dengan menggunakan 4 metode yaitu: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Dalam pengkajian yang dilakukan dalam tahapannya meliputi:
  • 46. 32 a. Pengumpulan data Tipe data pada pengkajian keperawatan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data subjektif dan data objektif. Penjelasan mengenai kedua tipe tersebut adalah sebagai berikut (Nursalam, 2013). 1) Data subjektif, adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Data subjektif diperoleh dari riwayat keperawatan termasuk persepsi klien, perasaan, dan ide tentang status kesehatnnya. 2) Data objektif, adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh perawat. Yang termasuk data objektif adalah frekuensi pernapasan, tekanan darah, adanya edema, dan berat badan Pengumpulan data dari klien fraktur terdiri dari : 1) Biodata klien 1) Identitas klien Biodata klien terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, status marital, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no.medrek, diagnosa medis dan alamat. 2) Identitas penanggung Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan hubungan dengan klien.
  • 47. 33 2) Riwayat Kesehatan a) Riwayat Kesehatan Sekarang (1) Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit Alasan utama klien saaat masuk rumah sakit di dapatkan saat masuk rumah sakit yang di jadikan dasar untuk menggali kondisi klien saat ini. (2) Keluhan Utama Keluhan yang paling di rasakan yang merupakan alasan klien sehingga masuk rumah sakit atau di bawah ke rumah sakit. Pada umunya pada kasus fraktur yang menjadi keluhan utama adalah nyeri baik nyeri tekan maupun nyeri gerak. (3) Riwayat Keluhan Utama Yaitu kapan keluhan mulai timbul, bagaimana terjadinya apakah tiba-tiba atau berangsur-angsur, apa tindakan yang dilakukan untuk mengurangi keluhan, obat apa yang digunakan, adakah keluhan yang menyertai. Riwayat keluhan utama dijabarkan dengan PQRST P : Paliative/Provokatif yaitu yang menyebabkan gejala, apa saja yang dapat mengurangi dan memperberatnya.faktor pencetusnya adalah fraktur. Q : Quality/Quantity yaitu bagaimana gejala dirasakan oleh klien (panas, pedih) dan lain-lain.pada kasus
  • 48. 34 fraktur nyeri yang dirasakan bisanya berdenyut, ketat, tumpul atau seperti ditusuk-tusuk. R : Region/Radiasi yaitu dimana gejala terasa ? Apakah rasa nyeri tersebut menjalar atau menyebar ke area lain. untuk kasus ini biasanya terlokalisasi hanya pada daerah frakturnya. S : Severe/Scale yaitu sejauh mana keluhan tersebut mengganggu aktivitasnya, dengan menggunakan skala nyeri. biasanya nyeri selalu mengganggu dengan skala 3-4 (0-10). T : Timing/Time yaitu kapan terjadinya gejala dan frekuensi terjadinya keluhan. biasanya pada kasus fraktur berlangsung terus-menerus sampai keadaan fraktur membaik. b) Riwayat Kesehatan Terdahulu Perlu dikaji untuk mengetahui apakah klien pernah mengalami sesuatu penyakit yang berat atau penyakit tertentu yang memungkinkan akan berpengaruh pada kesehatannya sekarang. c) Riwayat Kesehatan Keluarga Perlu diketahui untuk menentukan apakah dalam keluarga ada penyakit keturunan atau penyakit – penyakit karena lingkungan yang kurang sehat yang berdampak negatif sehingga memperberat penyakitnya. Biasanya fraktur tidak ada
  • 49. 35 kecenderungan menurun dari keluarga karena penyebab biasanya kecelakaan. 3) Pemeriksaan Fisik Dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi terhadap berbagai sistim tubuh. Maka akan ditemukan hal-hal sebagai berikut : a) Keadaan Umum Pada klien yang imobilisasi perlu dilihat dalam hal keadaan umumnya, meliputi penampilan, postur tubuh dan gaya bicara, karena imobilisasi biasanya akan mengalami kelemahan. b) Tanda-tanda vital yaitu pengukuran yang meliputi suhu badan, tekanan darah, pernapasan, serta denyut nadi. c) Kesadaran Tingkat kesadaran yaitu pengamatan yang dilakukan oleh perawat tentang kondisi atau tingkat kesadaran klien dengan mengunakan Glows Coma Skala (GCS) yang meliputi Eye (mata) dengan nilai tertinggi yaitu 4 jika klien membuka mata spontan, 3 jika klien membuka mata dengan rangsangan suara, 2 jika klien membuka mata dengan rangsangan nyeri dan 1 jika tidak ada respon. Motorik (pergerakan) diberikan nilai 6 jika klien menggerakan tangan sesuai perintah, nilai 5 jika klien dapat melokalilasi nyeri, dan 4 jika klien bergerak menjauhi sumber nyeri, 3 jika fleksi abnormal, dan 2 jika ekstensi abnormal. Verbal (suara) di beri
  • 50. 36 nilai 5 jika klien terorientasi, nilai 4 jika klien bingung, 3 jika kata-kata tidak teratur, 2 jika suara tidak dapat dimengerti, 1 jika tidak ada respon. Klien di kategorikan dengan kesadaran kompos metis jika nilai GCS 14-15, kesadaran apatis jika GCS 12-13, somnolen jika GCS 11-12, sopor jika nilai GCS 8-10 dan koma jika nilai GCS ≥5. d) Pemeriksaan Antropometri Antropometri yaitu pemeriksaan yang di lakukan dengan mengukur berat badan tinggi dan badan dalam menentukan berat badan ideal seseorang, dapat digunakan rumus keadaan berat badan dalam satuan kilogram dibagi tinggi badan dalam satuan meter, maka akan diperoleh nilai indeks masa tubuh (IMT). Untuk mengetahui batas normal IMT dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2. Klasifikasi Nilai IMT Kategori IMT Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4 Normal 18,5 – 25,0 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0 Sumber : (Hardi, 2015). e) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan secara head to toe dengan mengunkan empat langkah yaitu inspeksi (melihat), Palpasi (meraba), auskultasi (mendengar) dan palpasi (mengetuk) dan di dokumentasikan secara persistem.
  • 51. 37 (1) Sistem Pernapasan Perlu dikaji mulai dari bentuk hidung, ada tidaknya sekret pada lubang hidung, pergerakkan cuping hidung waktu bernafas, auskultasi bunyi nafas. Hal ini penting karena imobilisasi berpengaruh pada pengembangan paru dan mobilisasi sekret pada jalan nafas. (2) Sistem Kardiovaskuler Pengkajian mulai dilaksanakan dari warna konjungtiva, warna bibir, ada tidaknya peninggian vena jugularis, dengan auskultasi dapat dikaji bunyi jantung pada daerah dada dan pengukuran tekanan darah, dengan palpasi dapat dihitung frekuensi denyut nadi. (3) Sistim Pencernaan Konstipasi, perubahan pola makan dan minum dari normal, kurang kegiatan dan BAB harus menggunakan pispot juga merupakan hal yang dapat menyebabkan perubahan pola eliminasi BAB. (4) Sistim Genitourinaria Dapat dikaji ada tidaknya pembengkakan dan nyeri pada daerah pinggang. Observasi dan palpasi (5) Sistem musculoskeletal Yang perlu dikaji pada sistim ini adalah range of motion dari pergerakan sendi mulai dari kepala sampai anggota gerak
  • 52. 38 bawah. Ketidaknyamanan atau nyeri yang dilaporkan klien waktu bergerak. Toleransi klien waktu bergerak dan observasi adanya luka pada otot akibat fraktur terbuka. Selain ROM tonus dan kekuatan otot dikaji karena klien immobilitas biasanya tonus dan kekuatan otot menurun. Terdapat nyeri pada daerah yang terkena, terjadi deformitas, spasme otot dan kelemahan otot. (6) Sistem integumen Pada fraktur biasanya terjadi pembengkakan kulit dan jaringan, perubahan warna kulit, laserasi kulit, avulasi jaringan dan perubahan suhu. (7) Sistem Endokrin Pada fraktur biasanya dapat ditemukan pembesaran kelenjar limfe sebagai dampak dari respon tubuh terhadap perlindungan dari adanya infeksi. (8) Sistem Indera Pada klien dengan fraktur biasanya tidak ditemukan adanya kelainan pada sistem ini. (9) Sistem Imun Pada klien dengan fraktur akan mengalami penurunan sistem imunitas tubuh hal ini dikarenakan oleh infasi mikroorganisme patogen yang dapat masuk melalui luka.
  • 53. 39 (10) Sistem Reproduksi Pada klien dengan fraktur tidak ditemukan kelainan dalam sistem reproduksi. (11) Sistem neurosensori Yang dikaji adalah fungsi serebral, fungsi saraf kranial, fungsi sensori serta refleks. Pada klien dengan fraktur biasanya terjadi hilang gerakan atau sensasi, spasme otot, kesemutan atau paraestesis. 4) Pola Aktivitas Sehari-Hari a) Nutrisi Bagaimana kebiasaan makan klien, apakah ada perubahan selama dirumah sakit dan perlu dikaji frekwensi dan makanan yang disukai dan yang tidak disukai pada klien dengan fraktur nafsu makan bisanya tidak ada perubahan. b) Eliminasi Bagaimana pola eliminasi BAK dan BAB, apakah ada perubahan selama sakit atau tidak. Pada klien dengan fraktur biasanya terjadi perubahan pola bab akibat kurangnya gerakan sehingga mempengaruhi mobilitas usus berkurang. c) Personal higiene Bagaimana kebiasaan mandi , mencuci rambut dan gosok gigi klien. Apakah ada perubahan atau tidak. Pada klien dengan fraktur biasanya kebutuhan personal higiene tidak dapat
  • 54. 40 dilakukan sendiri karena keterbatsan gerak, sehingga memerlukan bantuan dari perawat dan keluarga untuk memenuhi kebutuhan personal higienenya. d) Istirahat tidur Bagaimana kebisaan istirahat dan tidur klien, apakah ada perubahan selama sakit atau tidak. Pada klien dengan fraktur pola tidur terganggu akibat nyeri yang dirasakan. e) Aktivitas dan Olahraga Bagaimana kebisaan olahraga klien, apakah ada perubahan selama sakit atau tidak. Pada klien dengan fraktur tidak dapat lagi melakukan olahraga dan berhubungan dengan ekstremitas. Namun mobilisasi ringan dapat dilakukan dengan menggerakkan bagian ekstremitas yang tidak fraktur. 5) Data Psikososial Pengkajian pada klien yang imobilisasi pada dasarnya sama dengan pengkajian psikososial pada gangguan sistem lain, yaitu mengenai konsep diri (gambaran diri, ideal diri, citra tubuh, harga diri, peran diri dan identitas diri) dan hubungan atau intreraksi klien baik dengan anggota keluarganya maupun dengan lingkungan disekitar ruangan rumah sakit. Pada klien yang mengalami fraktur dan immobilisasi, adanya perubahan pada konsep diri terjadi secara perlahan-lahan yang dapat dilakukan melalui observasi terhadap adanya perubahan yang kurang wajar dalam status emosional,
  • 55. 41 perubahan tingkah laku serta menurunnya kemampuan dalam pemecahan masalah. 6) Data Spiritual Klien yang mengalami fraktur perlu dikaji tentang agama dan kepribadiannya, keyakinan, harapan serta semangat yang terkadang dalam diri klien yang merupakan aspek penting untuk kesembuhan penyakitnya. 7) Data Penunjang a) Laboratorium Dengan pemeriksaan darah, urine untuk mengetahui kadar alkali fosfatase, kalsium, kreatinin dan fosfat. b) Diagnostik Uji sinar dan rontgen digunakan untuk mengetahui luasnya fraktur, bone scane, tomografi, CT-Scan digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan. Hasil pemeriksaan prosedur diagnostik merupakan dasar diagnosa, pengobatan serta kemajuan dari suatu penyakit atau status kesehatan. Prosedur diagnostik merupakan suatu proses multifase, yaitu mengidentifikasi kebutuhan dari pemeriksaan, persiapan pemeriksaan fisik serta edukasi bagi klien dan keluarganya, pengumpulan, pemberian label dan penyimpanan spesimen.
  • 56. 42 8) Pengobatan Dan Perawatan a) Pengobatan Pada klien dengan fraktur tindakan yang pertama yaitu tindakan debridement dan pemasangan fiksasi pada daerah fraktur, serta pemberian obat yang dilakukan seperti antibiotik, analgetik. b) Perawatan Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada klien dengan fraktur yaitu perawatan luka serta membantu klien memenuhi kebutuhan KDM klien yang tidak dapat dilakukan sendiri. c. Pengelompokan Data Pengelompokan data adalah kegiatan mengumpulkan informasi tentang klien yanmg dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan klien. Biasanya menggunakan wawancara, observasi pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi dari diri klien, keluarga dan orang lain. Dalam pendokumentasiannya pengelompokan data dibagi menjadi dua yaitu data subjektif (DS) yang merupakan keluhan yang di ungkapan oleh klien, serta data Objektif (DO) yang merupakan data yang di perolah dari hasil obserfasi perawat (Nursalam, 2013).
  • 57. 43 d. Analisa Data Analisa data adalah proses intelektual yaitu kegiatan mentabulasi, mengklasifikasi dan mengelompokan data serta mengaitkan dengan menentukan kesimpulan dalam bentuk diagnosa keperawatan, biasanya ditemukan data subyektif dan objektif. Rumusan diagnosis keperawatan mengandung tiga komponen utama, yaitu : 1) Problem (Masalah) merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan keperawatan dapat diberikan. Masalah adalah kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi. 2) Etiologi (Penyebab), keadaan ini menunjukkan penyebab keadaan atau masalah kesehatan yang memberikan arah terhadap terapi keperawatan. Penyebabnya meliputi : perilaku, lingkungan, interaksi antara perilaku dan lingkungan. 3) Sign & Symptom (Tanda& Gejala) adalah ciri, tanda atau gejala yang merupakan informasi yang diperlukan untuk merumuskan diagnosis keperawatan (Nursalam, 2013). e. Prioritas Masalah Prioritas keperawatan dituliskan dalam urutan tertentu untuk memudahkan pengurutan diagnose keperawatan berkaitan yang dipilih yang tersaji dalam pedoman rencana perawatan (Doenges, 2000).
  • 58. 44 Setelah masalah dianalisa diprioritaskan sesuai dengan criteria prioritas masalah untuk menentukan masalah yang harus segera diatasi : 1) Masalah dapat mengancam jiwa klien 2) Masalah actual 3) Masalah potensial atau resiko tinggi. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusi (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah, dan mengubah (Nursalam, 2013). Adapun diagnosa yang sering muncul pada gangguan sistem muskuloskeletal : fraktur (Doengoes, 2000) a. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang edema, cedara pada jaringan tulang lunak, alat traksi atau immobilisasi, stress, ansietas. b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuro muskukler : nyeri/ ketidaknyamanan, terapi rekritif (imobilisasi tungkai) c. Kerusakan integritas kulit (actual/resiko) berhubungan dengan cedara tusuk; fraktur terbuka; bedah perbaikan; pemasangan traksi, kawat, sekrup, perubahan sensasi, sirkulasi, akumulasi eksudasi/secret dan imobilisasi fisik.
  • 59. 45 d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajang/ mengigat, salah interpretasi informasi. e. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya ketahanan primer : kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajang pada lingkungan, prosedur infasif trauma tulang. f. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler berhubungan dengan penurunan/iterupsi aliran darah; cedara vaskuler langsung, udema paru berlebihan, pembentukan thrombus, hipovilemia. g. Resiko tinggi terhadap gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran darah/emboli lemak, perubahan membran alveolar/kapiler :intertisial udema paru, kongesti. h. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan fraktur 3. Perencanaan Keperawatan Perencanaan merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan yang meliputi tujuan keperawatan, menetapkan pemecahan masalah dan menentukan tujuan perencanaan untuk mengetahui masalah klien (Doenges, 2000). Tujuan adalah hasil yang diharapkan dari setiap asuhan keperawatan yang dapat dicapai dalam upaya menanggulangi masalah kesehatan klien yang telah teridentifikasi dalam merumuskan tujuan harus jelas dengan kriteria yang dapat diukur.
  • 60. 46 Adapun rencana keperawatan untuk penderita fraktur berdasarkan beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dapat diuraikan sebagai berikut : a. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang edema, cedera pada jaringan lunak, alat traksi / imobilisasi, stress, ansietas. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berangsur-angsur berkurang dengan kriteria : 1) Wajah tidak meringis lagi 2) Nampak tenang Tabel 3. Intervensi dan Rasional : Nyeri Intervensi Rasional 1. Pertahankan imobilisasi pada bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat, traksi. 2. Tinggikan dan dukung ekstremitas yan terkena. 3. Hindari penggunaan seprei / bantal plastik dibawah ekstremitas dalam gips. 4. Tinggikan penutup tempat tidur, pertahan linen tebuka pad ibu jari kaki. 5. Evaluasi keluhan nyeri / ketidak- nyaman, perhatikan lokasi dan karakteristik termasuk intensitas (skala 0 – 10). 6. Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sehubungan dengan cedera. 7. Berikan alternatif tindakan kenya-man, contoh pijatan, pijatan pung-gung, perubahan posisi. 8. Dorong menggunakan menajemen stress contohnya relaksasi progresif, latihan napas dalam, imajinasi visualisasi dan 1. Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang / tegangan jaringan yang cedera. 2. Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema dan menurunkan nyeri. 3. Dapat meningkatkan ketidaknyama- nan karena peningkatan produksi panas dalam gips yang kering. 4. Mempertahankan kehangatan tubuh tanpa ketidaknyamanan karena tekanan selimut pada bagian yang sakit. 5. Mempengaruhi pilihan / pengawasan keefektifan intervensi. 6. Membantu untuk menghilangkan ansietas. Pasien dapat merasakan kebutuhan untuk menghilangkan pengalaman kecelakaan. 7. Meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan tekanan area lokal dan kelelahan otot. 8. Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol, dan dapat meningkatkan kemampuan koping dalam menajemen nyeri, yang mungkin menetap untuk
  • 61. 47 sentuhan terapeutik. 9. Identifikasi aktivitas terapeutik yang tepat untuk usia pasien, kemampuan fisik dan penampilan peribadi. 10. Lakukan kompres dingin 24 – 48 jam pertama dan sesuai keperluan. 11. Kolaborasi pemberian obat analgetik. periode lebih lama. 9. Mencegah kebosanan, menurunkan tegangan dan dapat meningkatkan kekuatan otot, dapat meningkatkan harga diri dan kemampuan koping. 10. Menurunkan edema / pembentukan hematom, menurunkan sensasi nyeri. 11. Analgetik berfungsi untuk memblok reseptor saraf nyeri sehingga nyeri tidak dipersepsikan. Sumber : (Doengoes 2000). b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler : Nyeri/ ketidaknyamanan, terapi restriktif (imobilisasi tungkai). Tujuan : Setelah diberi tindakan keperawatan klien akan mempertahankan mobilisasi pada tingkat lebih tinggi dengan kriteria : 1) Menyatakan ketidaknyamanan hilang 2) Pada daerah fraktur bisa berfungsi lagi Tabel 4. Intervensi dan Rasional : Kerusakan Mobilitas Fisik Intervensi Rasional 1. Kaji derajat imobilisasi yang di-hasilkan oleh cedera / pengobatan dan perhatian pasien terhadap imobilisasi. 2. Instruksikan pasien untuk / bantu dalam rentang gerak pasien / aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tak sakit. 3. Dorong latihan isometrik mulai dengan tungkai yang tak sakit. 4. Berikan papan kaki, bebat perge-langan, gulungan trokanter / tangan yang sesuai. 5. Tempatkan dalam posisi terlen-tang secara periodik, bila traksi digunakan untuk menstabilkan fraktur tungkai 1. Pasien mungkin dibatasi oleh panda- ngan diri / persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual, memerlukan informasi / intervensi untuk mening- katkan kemajuan kesehatan. 2. Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi, mence- gah kontraktur / atropi, dan resorpsi kalsium karena tidak digunakan. 3. Kontraksi otot isometrik tanpa menekuk sendi atau menggerakan tungkai dan membantu memperta-hankan kekuatan dan massa otot. 4. Berguna dalam mempertahankan fungsional ekstremitas, tangan / kaki dan mencegah komplikasi contohnya kontraktur / kaki jatuh. 5. Menurunkan resiko kontraktur flekasi panggul.
  • 62. 48 bawah. 6. Bantu / dorong perawatan diri / kebersihan contoh mandi. 7. Berikan / bantu dalam mobilisasi dengan kursi roda, tongkat sesegera mungkin. Instruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilitas. 8. Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan batuk / napas dalam. 6. Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan kontrol pasien dalam situasi, meningkatkan kesehatan diri langsung. 7. Mobilisasi dini menurunkan komp- likasi tirah baring contoh plebitis dan meningkatkan penyembuhan dan normalisasi fungsi organ. 8. Mencegah / menurunkan insiden kom- plikasi kulit / pernapasan (contohnya dekobitus atelektasis, pneumonia) Sumber : (Doengoes 2000). c. Kerusakan integritas kulit (actual/resiko) berhubungan dengan cedara tusuk, fraktur terbuka, bedah perbaikan, pemasangan traksi, kawat, sekrup, perubahan sensasi, sirkulasi, akumulasi eksudasi/secret dan imobilisasi fisik. Tujuan : Setelah diberi tindakan keperawatan tidak ada tanda-tanda kerusakan integritas kulit dengan kriteria luka mulai sembuh. Tabel 5. Intervensi dan Rasional : Kerusakan Integritas Kulit Intervensi Rasional 1. Kaji daerah luka terbuka, adanya benda asing, perdarahan, perubahan warna (kelabu, memutih). 2. Ubah posisi dengan sering. 3. Beri penguatan pada balutan awal / penggantian sesuai indikasi. Gunakan teknik aseptik yang ketat. 4. Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit. 5. Biarkan terjadi kontak antara luka dengan udara sesegera mungkin atau usap dengan kain kasa tipis sesuai kebutuhan. 1. Memberikan informasi tentang sirku-lasi kulit dan masalah yang disebab-kan oleh alat dan atau pemasangan gips / bebat atau traksi, atau pemben-tukan edema yang membutuhkan intervensi medik lanjut. 2. Mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimalkan resiko kerusakan kulit. 3. Melindungi luka dari perlukaan mekanis dan kontaminasi, mencegah akumulasi cairan yang dapat menyebabkan ekskoriasi. 4. Pengenalan akan adanya kegagalan proses penyembuhan luka / berkem-bangnya komplikasi secara dini dapat mencegah terjadinya kondisi yang lebih buruk. 5. Membantu mengeringkan luka dan memfasilitasi proses penyembuhan luka. Sumber : (Doengoes 2000).
  • 63. 49 d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajang/ mengingat, salah interpretasi informasi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan menyatakan pemahaman kondisi prognosis, dan pengobatan dengan kriteria : 1) Melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan tindakan. Tabel 6. Intervensi dan Rasional : Kurang Pengetahuan Intervensi Rasional 1. Kaji ulang proses penyekit, prosedur pembedahan. 2. Dorong memilih tidur dan aktivitas. 3. Kaji ulang perawatan luka. 4. Identifikasi kewaspadaan perdarahan. 1. Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan informasi. 2. Mengubah energi untuk penyembuhan dan mencegah kelelahan yang dapat meningkatkan resiko cedera / jatuh. 3. Meningkatkan kemandirian pada perawatan diri, menurunkan resiko komplikasi. 4. Menurunkan resiko perdarahan karena terapi atau tindakan pembedahan. Sumber : (Doengoes 2000). e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya ketahanan primer : Kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajang pada lingkungan, prosedur invasif traksi tulang. Tujuan : Setelah diberi tindakan keperawatan tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan terjadinya infeksi dengan kriteria : 1) Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.
  • 64. 50 Tabel 7. Intervensi dan Rasional : Resiko Tinggi Infeksi Intervensi Rasional 1. Catat adanya tanda- tanda infeksi, pertahankankan tindakan sterilisasi dan prosedur / kebijakan aseptik. 2. Uju kesterilan semua peralatan. 3. Periksa kulit untuk mengetahui adanya infeksi yang terjadi. 4. Sediakan pembalut yang steril. 5. Lakukan irigasi luka yang banyak, misalnya salin air, antibiotik, dan anseptik. 1. Mengetahui adanya tanda-tanda infeksi sehingga memudahkan dalam memilih intervensi yang tepat. 2. Membantu mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut akibat peralatan yang tidak steril. 3. Gangguan pada integritas atau dekat dengan lokasi operasi adalah sumber kontaminasi luka. Menggunting / bercukur secara berhati- hati adalah imperatif untuk mencegah abrasi dan penorehan pada kulit. 4. Mencegah kontaminasi lingkungan pada luka yang baru. 5. Dapat digunakan pada intraoperasi untuk mengurangi jumlah bakteri pada lokasi dan pembersihan luka debris, mis : tulang, jaringan iskemik, kontaminan usus, toksin. Sumber : (Doengoes 2000). f. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler berhubungan dengan penurunan/iterupsi aliran darah ; cedera vaskuler langsung, udema paru berlebihan, pembentukan thrombus, hipovilemia. Tujuan : setelah diberi tindakan keperawatan tidak ada tanda-tanda disfungsi neurovaskuler. Tabel 8. Intervensi dan Rasional : Resiko Tinggi Terhadap Disfungsi Neurovaskuler Intervensi Rasional 1. Lepaskan perhiasan dari ekstrimitas yang sakit 2. Kaji aliran kapiler, warna kulit, dan kehangatan distal pada fraktur 3. Lakukan pengkajian neuromuskular, perhatikan perubahan fungsi motor/sensor 4. Kaji keluhan rasa terbakar dibawah gips 5. Awasi posisi/lokasi cincin penyokong bebat 6. Selidiki tanda iskemia ekstrimitas tiba-tiba, contoh 1. Dapat membendung sirkulasi bila terjad edema 2. Warna kulit putih menunjukkan gangguan arterial. Sianosis di gangguan vena 3. Gangguan perasaan kebas, kesemutan, peningkatan nyeri terjadi bila sirkulasi pada saraf tidak adekuat atau saraf rusak 4. Faktor ini disebabkan atau mengidentifikasikan tekanan jaringan/iskemia, menimbulkan kerusakan atau nekrosis 5. Alat traksi dapat menyebabkan tekanan pada pembuluh darah/saraf, terutama pada aksila dan lipat paha.
  • 65. 51 peniurunan suhu kulit, dan peningkatan nyeri 7. Dorong pasien untuk melakukan ambulasi sesegera mungkin 8. Awasi tanda vital. 6. Dislokasi fraktur sendi (khususnya lutut) dapat menyebabkan kerusakan arteri yang berdekatan, dengan akibat hilangnya aliran darah ke distal 7. Meningkatkan sirkulasi dan menurunkan pengumpulan darah khususnya pada ekstrimitas bawah 8. Perubahan tanda-tanda vital menunjukkan peningkatan sirkulasi Sumber : (Doengoes 2000). g. Resiko tinggi terhadap pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran darah/emboli lemak, perubahan membran alveolar/kapiler :intertisial udema paru, kongesti. Tujuan : Setelah diberi tindakan keperawatan tidak menunjukkan terjadinya gangguan pola napas. Tabel 10. Intervensi dan Rasional : Resiko Tinggi Terhadap Pertukaran Gas Intervensi Rasional 1. Awasi frekuensi pernafasan dan upayanya. Perhatikan stridor, penggunaan otot bantu retraksi, terjadinya sianosis sentral. 2. Auaskultasi bunyi nafas perhatikan terjadinya ketidak samaan 3. Atasi jaringan cedera/tulang dengan lembut, khusunya selama beberapa hari pertama 4. Bantu dalam latihan nafas dalam 5. Observasi sputum untuk tanda adanya darah. 1.Tarkipnea, dispnea, dan perubahan dalam mental dan tanda dini insufisiensi pernafasan dan mungkin hanya indikator terjadinya emboli paru tahap awal 2.Perubahan dalam bunyi adventisius menunjukan terjadinya komplikasi pernafasan 3.Dapat mencegah terjadinya emboli lemak, yang erat hubungannya dengan fraktur. 4.Menungkatkan ventilasi alveolar dan perfusireposisi meningkatkan drimnage sekret dan menurunkan kongesti pada area dependen. 5.Hemodialisa dapat terjadi dengan emboli paru. Sumber : (Doengoes 2000) h. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan fraktur Tujuan : Setelah diberi tindakan keperawatan diharapkan pasien akan : 1. mempertahankan stabilisasi dan posisi fraktur
  • 66. 52 2. menunjukan mekanika tubuh yang meningkatkan stabilitas pada sisi fraktur Tabel 11. Intervensi dan Rasional: Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan fraktur Intervensi Rasional 1. Pertahankan cara baring /ekstremitas sesuai indikasi 2. Letakan papan dibawah tempat tidur atau tempatkan pasien pada tempat tidur ortopedik 3. Sokong fraktur dengan bantal atau gulungan selimut, pertahankan posissi netral padabagian yang sakit dengan bantal pasir. 4. Bantu letakan beban di bawah roda tempat tidur bila di indikasikan 5. Kaji ulang tahanan yang mungkin timbul karena terapi,contoh pergelangan tidak menekuk atau duduk dengan traksi buck atau tidak memutar di pergelangan dengan traksi russel. 1. Meningkatkan stabilitas,menurunkan kemungkinan gangguan posisi atau penyembuhan 2. Tempat tidur lembut atau lentur dapat membuat deformasi gips yang masih basah, mematahkan gips yang sudah kering, atau mempengaruhi dengan penarikan traksi. 3. Mencegah gerakan yang tidak perlu dan perubahan-perubahan posisi yang tepat dari bantal juga dapat mencegah tekanan deformitas pada gips yang kering. 4. Membantu posisi tepat pasien dan fungsi traksi dengan memberikan keseimbangan timbal balik. 5. Mempertahankan interaksi tarikan traksi. Sumber : (Doengoes 2001) 4. Implementasi Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan mencakup peningkatan kesehatan (Nursalam, 2013) 5. Evaluasi Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan,
  • 67. 53 rencana intervensi, dan implementasinya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan (Nursalam, 2013). Sistem penulisan ini dapat menggunakan system SOAP atau model dokumentasi lainnya (Nursalam, 2013). S : Respon subjektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan. O : Respon objektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan. A : Analisa ulang atas data subjektif dan data objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau ada masalah baru. P : Perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon.
  • 68. 54 BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. LAPORAN KASUS 1. Pengkajian a. Pengumpulan Data 1) Biodata a) Identitas Klien Nama : Tn. A Umur : 39 Tahun Jenis kelamin : Laki-Laki Agama : Islam Pendidikan : SD Alamat : Garut Suku / bangsa : Sunda / Indonesia Pekerjaan : Wiraswasta Tanggal masuk : 26-02-2016 Tanggal pengkajian : 01-03-2016 Dx. Medis : Post Debridement POD IV a/i Fraktur Tibia Fibula Dextra No. Register : 000151413
  • 69. 55 b) Identitas Penanggung Jawab Nama : Ny. D Usia : 35 tahun Jenis kelamin : Perempuan Status perkawinan : Kawin Pendidikan terakhir : SD Pekerjaan : IRT Hubungan dengan klien : Istri Klien Alamat : Garut 2) Riwayat kesehatan a) Riwayat Kesehatan Sekarang (1) Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit Pada saat di lakukan pengkajian pada tanggal 01-03-2016 klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit, klien mengalami kecelakaan lalu lintas akibat tertabrak mobil dan tidak sadarkan diri beberapa menit, klien lansung di bawah ke Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung untuk mendapatkan tindakan/perawatan. (2) Keluhan Utama : Nyeri (3) Riwayat Keluhan Utama Pada saat di lakukan pengkajian pada tanggal 01-03-2016 klien mengeluh nyeri yang disebabkan oleh luka bekas operasi, sifat nyeri seperti tersayat benda tajam, yang dirasakan secara hilang timbul, pada daerah betis kanan,
  • 70. 56 Skala nyeri yang dirasakan 6 (0-10), ekspresi wajah meringis saat nyeri, nyeri bertambah saat klien bergerak/beraktivitas dan berkurang saat klien istrahat/tidak beraktivitas. b) Riwayat Kesehatan Dahulu (1) Klien tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. (2) Klien tidak pernah mengalami kecelakaan lalulintas. (3) Klien tidak alergi terhadap makanan ataupun jenis alergi lainnya. c) Riwayat Kesehatan Keluarga (1) Klien mangatakan tidak ada yang menderita penyakit yang sama dalam keluarga. (2) Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan dalam keluarga (3) Genogram.. ? ? 39 ? ? ?? ? ? ?? ? 35 5
  • 71. 57 Keterangan : : Laki-laki : Perempuan ? : Usia tidak dikaji : Klien -------- : Tinggal serumah X : Meninggal : Garis keturunan Bagan 2 : Genogram 3 generasi 3) Pemeriksaan Fisik a) Keadaan umum : lemah b) Kesadaran : Compos Mentis (E4 M6 V5) c) Tanda-tanda vital : Tekanan darah : 110/80 mmHg Nadi : 82 x/menit Suhu : 36,5 0 C Pernapasan : 22 x/menit d) Berat badan dan tinggi badan BB : 54 kg TB : 165 cm Indeks Masa Tubuh IMT = ( , ) = 23 kg/m
  • 72. 58 Jadi IMT / klien adalah 23 kg/m (normal). e) Pemeriksaan Fisik Persistem (1) Sistem Pernapasan Bentuk hidung simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung, bentuk dada normal dengan perbandingan diameter anterior posterior : transversal 1 : 2, pergerakan dada simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, tidak ada penggunaan otot- otot pernapasan, napas teratur, frekuensi pernapasan 22 x/menit, vokal fremitus teraba sama antara kiri dan kanan pada saat klien mengatakan tujuh-tujuh, saat diperkusi suara paru resonan, saat dilakukan auskultasi bunyi napas vasikuler dan tidak terdengar bunyi napas tambahan. (2) Sistem Kardiovaskuler Tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi nadi 82 x/menit, konjungtiva merah mudah, tidak terdapat peninggian JVP, CRT < 2 detik, akral teraba hangat dengan suhu 36,50 C, irama jantung reguler, bunyi jantung murni S1 lup pada linea midelavicula kiri ICS V dan linea sternal kanan ICS IV dan bunyi jantung S2 dup pada linea sternal kiri dan kanan ICS II, tidak terdengar bunyi jantung tambahan seperti mur-mur ataupun gallops.
  • 73. 59 (3) Sistem Pencernaan Bentuk bibir simetris, keadaan gigi nampak kotor, tidak ada karies gigi, nafsu makan baik, tidak memakai gigi palsu, lidah berwarna merah muda dan dalam keadaan bersih dan lembab, mulut nampak berbau, tidak terdapat lesi pada mukosa mulut, bising usus 6 x/menit, tidak ada nyeri tekan pada abdomen saat dilakukan palpasi, tidak terdapat pembesaran hepar dan limfa, BAB lancar, klien minum sekitar 1500 cc/hari, saat diperkusi terdengar bunyi timpani pada abdomen. (4) Sistem Perkemihan Tidak ada pembesaran ginjal, tidak ada keluhan nyeri tekan, BAK lancar, terpasang dower kateter, jumlah urine 1500 cc /24 jam dalam urine bag. (5) Sistem Musculoskeletal (a) Ekstremitas Atas Ekstremitas kanan dan kiri simetris, tidak terdapat oedema, pada tangan kanan terpasang infus NaCl 0,9% 28 tetes/menit, pergerakan tangan bebas, kuku nampak kotor, tidak terdapat nyeri tekan, CRT < 2 detik, kekuatan otot 5/5.
  • 74. 60 (b) Ekstremitas Bawah Ekstremitas kanan dan kiri simetris, tampak terpasang pen pada kaki kanan. Kekuatan otot 5/1, klien mengatakan kaki kanan susah digerakan, nyeri tekan pada betis kanan. (6) Sistem Integumen Warna kulit sawo matang, rambut klien nampak kusam dan berminyak, rambut berwarna hitam, selama masuk dirumah sakit belum pernah mandi hanya dilap basah, distribusi rambut merata, rambut mudah rontok, akral teraba hangat, suhu tubuh 36,5 0 C, terdapat nyeri tekan pada daerah disekitar luka, tampak luka masih basah dengan panjang ±8 cm, kemerahan, dan tertutup verban. (7) Sistem Endokrin Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid dan paratiroid. (8) Sistem Reproduksi Pada daerah genitalia tidak dilakukan pengkajian. (9) Sistem Persarafan (a) Test Fungsi Cerebrum i. Tingkat Kesadaran Compos mentis, GCS 15 (Eye : terbuka spontan 4 ; Motorik : mengikuti perintah ketika disuruh mengangkat tangan 6 : Verbal : oriented 5).
  • 75. 61 ii. Status Mental Status mental klien jelas, klien dapat berkomunikasi dengan baik dan dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh perawat. iii. Pengkajian Bicara Bicara jelas, klien dapat berkomunikasi dengan baik dan dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh perawat. (b) Tes Nervus Kranial i. Nervus 1 (Olfaktorius) Klien dapat mencium dan membedakan bau minyak kayu putih dan kopi dengan mata klien dipejamkan dan salah satu lubang hidung klien ditutup. ii. Nervus II (Optikus) Klien dapat membaca papan nama perawat pada jarak + 80 cm tanpa menggunakan kaca mata. Lapang pandang klien baik, ketika klien dapat melihat jari perawat saat perawat mengarakan jari dari saping ke tengah atau dari tengah ke samping. iii. Nervus III, IV dan VI (Okulomotorius, khoklearis, abdusen). Pupil isokor, reaksi pupil terhadap cahaya kontriksi +/+ ketika disinari dengan menggunakan penlight,
  • 76. 62 kedudukan bola mata simetris dan tidak menonjol, tidak terdapat strabismus, gerak bola mata kesegala arah ketika diuji dengan menggunakan pulpen yang digerakan kelateral, medial, atas dan bawah. iv. Nervus V (Trigeminus) Ketika disuru merapatkan gigi dengan kuat, teraba otot masseter dan otot temporalis. v. Nervus VII (Fasialis) Klien dapat mengangkat alis dan mengerutkan dahi, klien dapat memejamkan mata dan menyeringai, klien dapat merasakan pilinan kapas yang diusapkan ke daerah pipi dan kelopak mata klien. vi. Nervus VIII (Akustikus) Klien disuruh tutup mata, kemudian klien disuruh mendengarkan remasan kertas ditelinga kanan dan kiri, klien dapat mendengarkan pada jarak + 15 cm. vii. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus) Pada saat disuru mengucapkan “Aaaa….” suara klien jelas, uvula klien terletak ditengah, ini terlihat pada saat klien disuru membuka mulutnya.
  • 77. 63 viii. Nervus XI (Aksesorius) Klien dapat menoleh ke kanan dan ke kiri dengan mengikuti tangan perawat. ix. Nervus XII (Hipoglosus) Pada saat klien disuruh membuka mulut dan menjulurkan lidah ke segala arah, klien dapat melakukannya, lidah klien tidak atrofi. (c) Pemeriksaan Fungsi Sensori Klien dapat merasakan usapan atau sentuhan pilinan kapas di daerah pipi, kelopak mata, dan dahi klien. (d) Pemeriksaan Refleks Refleks tendon ekstremitas atas : Trisep +/+, bisep +/+ Refleks tendon ekstremitas bawah sebelah kanan : tidak dilakukan pemeriksaan disebabkan nyeri dirasakan klien pada saat bergerak. (10). Sistem Panca Indera (1) Mata Bentuk mata simetris, sklera ikteris, tidak ada gangguan penglihatan. (2) Hidung Tidak terdapat lendir, tidak ada gangguan penciuman serta klien dapat membedakan bau kopi dan alkohol.
  • 78. 64 (3) Lidah Lidah nampak bersih, pergerakan lidah baik, serta klien dapat merasakan rasa manis, asin dan pahit. (4) Pendengaran / Telinga Bentuk telinga simetris, tidak terdapat gangguan pendengaran. (5) Kulit Kulit nampak kotor, tidak ada moonfice, tidak ada pembengkakan periorbital, serta klien dapat merasakan sensasi tajam dan sentuhan. (11). Sistem imun Tidak ada pembesaran pada kelenjar limfe dan tidak ada tekan di daerah kelenjar limfe. 2) Pola Aktivitas Sehari-hari Tabel 12. Pola Aktivitas Sehari - hari a) Nutrisi Sebelum sakit Saat sakit Makan : (1). Pola makan : teratur, porsi makan dihabiskan (2). Frekuensi makan: 3 kali perhari (3). Jenis makanan : nasi, lauk pauk dan sayuran. (4). Keluhan : tidak ada Minum : 1) Pantangan : tidak ada pantangan 2) Intake cairan perhari : 7 – 8 gelas perhari 3) Jenis cairan : air putih dan susu 4) Keluhan : Tidak ada Makan : (1) Pola makan : teratur, porsi makan dihabiskan (2) Frekuensi makan : 3 kali perhari (3) Jenis makanan: bubur, lauk pauk dan sayuran (4) Keluhan : tidak ada Minum : (1) Intake cairan perhari 6-7 gelas/hari (2) Jenis cairan : air putih dan cairan infus NaCl 0,9% 20 tetes/menit (3) Keluhan : tidak ada b) Pola eliminasi Sebelum sakit Saat sakit BAK : (1) Frekuensi BAK/hari : 4-5 kali/hari (2) .Warna urine : kuning jernih (3) .Bau : amoniak (4) Keluhan : Tidak ada BAK : (1)...terpasang dower kateter dengan jumlah urine 1500 cc/24 jam dalam urine bag. (2)...Warna urine : kuning.
  • 79. 65 BAB : (1) .Frekuensi BAB: 1 kali sehari (2) .Konsistensi : lunak (3) .Warna feses : kuning (4) Bau : bau khas feses (5) Keluhan : tidak ada (3)...Bau : amoniak (4) Keluhan : tidak ada BAB : (1)...Frekuensi BAB : 1 kali sehari (2)...Konsistensi : lunak (3)...Warna feses : kuning (4)...Bau : bau khas feses (5) Keluhan : Tidak ada c) Personal hygiene Sebelum sakit Saat sakit (1)..Frekuensi mandi : 2 kali sehari (2).Frekuensi cuci rambut : 2 kali perminggu (3).Frekuensi gosok gigi : 3 kali sehari (4).Frekuensi potong kuku : 1 kali perminggu (5) keluhan : tidak ada (1) 1 X seminggu dengan hanya menggunakan waslap. (2) 1 X seminggu (3) belum pernah (4) belum pernah (5) Keluhan : Klien mengatakan selama di rumah sakit klien belum pernah mandi hanya dilap basah saja, dan selama dirawat dirumah sakit hanya sekali cuci rambut, belum pernah gosok gigi, belum pernah potong kuku. d) Gangguan istirahat tidur Sebelum sakit Saat sakit (1) .Kebiasaan tidur siang : pukul 13.00 – 16.00 (2) .Kebiasaan tidur malam : pukul 21.00 – 06.00 (3) keluhan : tidak ada (1) tidur siang pukul 13.00-16.00 (2) tidur malam pukul 20.00-06.00 (3) keluhan : tidak ada e) Pola aktivitas Sebelum sakit Saat sakit klien mengatakan klien adalah seorang wiraswasta dan tidak ada keterbatasan dalam bergerak. Keluhan : tidak ada Tampak aktivitas klien di bantu oleh perawat dan keluarga. Keluhan : Klien mengatakan bahwa selama berada di rumah sakit aktivitasnya di bantu oleh keluarga dan perawat. 2) Keadaan psikologi (a) Klien mengatakan cemas dengan keadaannya (b) klien sering bertanya tentang proses pengobatannya. (c) Klien berharap agar cepat sembuh.
  • 80. 66 3) Pola Interaksi Sosial a) Klien mudah bergaul dengan orang-orang dilingkungan tempat tinggalnya. b) Hubungan antara klien dengan keluarga baik. c) Orang terdekat klien adalah orang tua dan istri. 4) Data Penunjang a) Pemeriksaan laboratorium Tabel 13. Pemeriksaan laboratorium ( tanggal 11 maret 2016) No. Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan 1. I. Hematologi * PT.INR Masa prothroinbin (PT) INR APTT * Darah rutin Hemoglobin Hematokrit Leukosit Eritrosit Trombosit 13.1 0.99 11,8 36 9000 4,15 308.000 11.1 – 15.1 0.83-1.16 12-16 35-47 4400-11300 3,6-5,8 15.000-450.000 Detik Detik g/dl% % /mm³ Juta/ul /mm3 2 * Indeks Eritrosit MCU McH McHc 82.4 25.5 30.9 80-100 26-34 32-36 Fl Pg % 5) Perawatan dan Pengobatan (a) Perawatan 1) Observasi TTV 2) Perawatan luka 2 kali sehari (b) Pengobatan 1) IVFD NaCl 0,9% 20 tetes/menit 2) Ranitidin 50 mg tiap 12 jam / IV
  • 81. 67 3) Ketorolac 30 mg tiap 12 jam / IV 4) Cefazolin 1000 mg tiap 12 jam / IV. b. Pengelompokan Data 1) Data Subjektif a) Klien mengeluh nyeri pada betis kanan b) Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul. c) Klien mengatakan susah melakukan aktifitas. d) Klien mengatakan bahwa selama berada di rumah sakit aktifitasnya di bantu oleh keluarga dan perawat e) Klien mengatakan bahwa selama berada di rumah sakit klien belum pernah mandi, hanya di lap saja dan 1 kali, belum pernah keramas dan potong kuku. f) Klien mengatakan cemas dengan keadaannya. g) Klien sering bertanya tantang proses pengobatannya. 2) Data Objektif a) Ekspresi wajah meringis. b) Skala nyeri 6 (0-10 ). c) Nyeri tekan pada betis kanan. d) Klien mengatakan kaki kanan susah digerakan. e) Keadaan umum lemah. f) Tampak aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat. g) Tampak terpasang pen pada kaki kanan h) Kekuatan otot 5/1.
  • 82. 68 i) Penampilan klien nampak kotor. j) Kuku klien nampak panjang dan kotor. k) Rambut nampak kusam dan berminyak. l) Keadaan gigi nampak kotor dan mulut berbau m)Klien nampak cemas. n) Nampak luka masih basah kemerahan dengan panjang ± 8 cm dan tertutup verban. o) Lab : Leukosit 9000/mm³ c. Analisa Data Tabel 14. Analisa Data No. Simptom Etiologi Problem 1 DS : a. Klien mengeluh nyeri pada betis kanan. b. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul. DO : a. Ekspresi wajah meringis b. Skala nyeri 6 (0-10). c. Nyeri tekan pada betis kanan. Post Debridement  Terputusnya kontinuitas jaringan tulang  Pelepasan zat – zat kimia seperti bradikinin, histamin, dan serotonin  Merangsang saraf perifer  dihantarkan ke jalur korda spinalis  Dihantarkan ke jalur Spinothalamic traet (STT)  Diteruskan ke medulla spinalis  Thalamus  Korteks serebri  Nyeri di persepsikan Nyeri 2 DS: a. Klien mengatakan kaki kanan susah digerakan. b. Klien mengatakan nyeri Post Debridement  Terputusnya kontinuitas Gangguan mobilitas fisik
  • 83. 69 bertambah saat melakukan aktifitas. c. Klien mengatakan susah melakukan aktifitas. d. Klien mengatakan selama di RS aktifitas di bantu oleh perawat dan keluarga DO : a. Keadaan umum lemah b. Tampak aktifitas dibantu oleh keluarga dan perawat. c. Tampak terpasang pen pada betis kanan. d. Kekuatan otot 5/1. jaringan akibat trauma eksternal  Nyeri Bertambah bila bergerak  Terjadi pembatasan gerak  Pergerakan tidak maksimum  Gangguan mobilitas fisik 3 DS : a. Klien mengatakan bahwa selama berada di rumah sakit klien belum pernah mandi, hanya di lap saja dan 1 kali, belum pernah keramas dan potong kuku DO : a. Kulit nampak kotor. b. Rambut nampak kusam dan berminyak. c. Gigi nampak kotor dan berbau. d. Kuku klien nampak panjang dan kotor Post Debridement  Nyeri Bertambah bila bergerak  Terjadi pembatasan gerak  Pergerakan tidak maksimum  Ketidakmampuan dalam melakukan perawatan diri  Defisit perawatan diri. Defisit perawatan diri 4 Ds : a. Klien mengatakan cemas dengan keadaannya. b. Klien sering bertanya tentang proses pengobatannya Do : a. Klien nampak cemas. Post Debridement  Adanya perubahan status kesehatan  Kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang di alami  Stress psikologis  Ansietas Ansietas 5 DS : DO : a. Nampak luka masih basah kemerahan dengan panjang ± 8 cm dan tertutup verban b. Suhu : 36,50 C c. Laboratorium..: leukosit 9000 mm3 Post Debridement  Terputusnya kontinuitas jaringan  Kerusakan pelindung kulit primer  Kecenderungan mikroorganisme untuk berkembang biak  Resiko tinggi infeksi
  • 84. 70 Portal of entry  Resiko tinggi infeksi Sumber : Hasil Analisa Data Primer. 2. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri berhubungan dengan akibat Tindakan debridement ditandai dengan : DS : 1) Klien mengeluh nyeri pada betis kanan. 2) Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul. DO : 1) .Ekspresi wajah meringis 2) Skala nyeri 6 (0-10). 3) Nyeri tekan pada betis kanan. b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri kerusakan gerakan sendi ditandai dengan : DS: 1) Klien mengatakan kaki kanan susah digerakan. 2) Klien mengatakan nyeri bertambah saat melakukan aktifitas. 3) Klien mengatakan susah melakukan aktifitas. 4) Klien mengatakan selama di RS aktifitas di bantu oleh perawat dan keluarga DO : 1) Keadaan umum lemah 2) Tampak aktifitas dibantu oleh keluarga dan perawat.
  • 85. 71 3) Tampak terpasang pen pada betis kanan. 4) Kekuatan otot 5/1. c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan rentang gerak yang ditandai dengan : DS : 1) Klien mengatakan bahwa selama berada di rumah sakit klien belum pernah mandi, hanya di lap saja dan 1 kali, belum pernah keramas dan potong kuku DO : 1) Kulit nampak kotor. 2) Rambut nampak kusam dan berminyak. 3) Gigi nampak kotor dan mulut berbau 4) Kuku klien nampak panjang dan kotor d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ditandai dengan : DS : 1) Klien mengatakan cemas dengan keadaannya. 2) Klien sering bertanya tentang proses pengobatannya DO : 1) Klien nampak cemas. e. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka post operasi yang ditandai dengan : DS : -
  • 86. 72 DO : 1) Nampak luka masih basah kemerahan dengan panjang ± 8 cm dan tertutup verban 2) Suhu 36,50 C 3) Laboratorium..: leukosit 9000 mm3
  • 87. 73 3. Rencana Asuhan Keperawatan Nama : Tn. A Tanggal masuk : 26 Februari 2016 Umur : 39 Tahun Tanggal pengkajian : 01 Maret 2016 Jenis kelamin : Laki-Laki No. Register : 000151413 Alamat : Garut Diagnosa : Fraktur Tibia Fibula Post Debridement Tabel 15. Rencana Asuhan Keperawatan No. Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional 1 2 3 4 5 1. Nyeri berhubungan dengan akibat tindakan debridement ditandai dengan : DS : a. Klien mengeluh nyeri pada betis kanan. b. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul. DO : a. Ekspresi wajah meringis b. Skala nyeri 6 (0-10). c. Nyeri tekan padabetis kanan. Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 4 hari nyeri teratasi dengan kriteria : a. Ekspresi wajah nampak rileks b. Skala nyeri 0 (0-10) c. Tidak ada nyeri tekan 1. Catat lokasi dan intensitas nyeri. 2. Beri posisi yang nyaman 3. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi pada klien jika mengalami nyeri. 4. Lanjutkan program dalam pemberian obat analgetik. 1. Membantu dalam evaluasi kebutuhan dan keefektifan intervensi. 2. Untuk mengurangi rasa nyeri 3. Dapat mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri. 4. Obat analgetik dapat mengurangi rasa nyeri. 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri kerusakan gerakan sendi ditandai dengan : DS : a. Klien mengatakan kaki kanan susah digerakan. b. Klien mengatakan nyeri bertambah saat melakukan aktifitas. Tujuan : Setelah diberi tindakan keperawatan selama 4 hari gangguan mobilitas fisik teratasi dengan kriteria : a. Klien dapat beraktifitas secara mandiri. b. Kekuatan otot normal 1. Observasi tingkat kemampuan mobilitas klien. 2. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari. 3. Bantu klien melakukan gerakan-gerakan sendi 1. Untuk menentukan tingkat aktivitas dan bantuan yang diberikan. 2. Bantuan yang diberikan mampu memenuhi kebutuhan aktivitasnya. 3. Mempertahankan fungsi sendi dan mencegah penurunan
  • 88. 74 c. Klien mengatakan susah melakukan aktifitas. d. Klien mengatakan selama di RS aktifitas di bantu oleh perawat dan keluarga DO : a. Keadaan umum lemah b. Tampak aktifitas dibantu oleh keluarga dan perawat. c. Tampak terpasang pen pada betis kanan. a. Kekuatan otot 5/1. 5/5. secara aktif. 4. Anjurkan keluarga klien untuk turut membantu melatih dan memberikan motivasi kepada klien. tonus dan kekuatan otot serta mencegah kontraktur. 4. Keterlibatan keluarga sangat berarti dalam memberikan dukungan moril klien sehingga klien akan optimis dalam keterbatasanya. 3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang ditandai dengan : DS : a. Klien mengatakan bahwa selama berada di rumah sakit klien belum pernah mandi, hanya di lap saja dan 1 kali, belum pernah keramas dan potong kuku DO : a. Kulit nampak kotor. b. Rambut nampak kusam dan berminyak. c. Gigi nampak kotor dan mulut berbau d. Kuku klien nampak panjang dan kotor Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 4 hari defisit perawatan diri teratasi dengan kriteria : a. Penampilan klien rapi dan bersih. b. Dapat melakukan perawatan diri secara mandiri. c. Rambut tampak bersih. d. Gigi nampak bersih dan mulut tidak berbau e. Kuku bersih dan pendek. 1. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi atau rencana untuk memodifikasi lingkungan. 2. Berikan HE pada klien dan keluarga akan pentingnya perawatan diri. 3. Bantu klien dalam melakukan perawatan diri seperti mandi, keramas dan memotong kuku bila panjang serta lakukan perawatan oral higiene. 4. Anjurkan keluarga klien untuk membantu aktivitas perawatan diri klien sampai klien bisa melakukan secara mandiri. 1. Mengetahui sejauh mana klien dapat melakukan perawatan diri sehingga perawat dapat membuat intervensi yang dapat membantu dalam penentuan selanjutnya. 2. Membantu menambah pengetahuan klien akan pentingnya perawatan diri selama proses penyem-buhan klien. 3. Membantu memenuhi kebutuhan akan perawatan diri selama proses penyembuhan klien. 4. Keterlibatan keluarga merupakan support bagi klien sehingga klien mau untuk ikut serta dalam perawatan diri sampai klien bisa melakukan secara mandiri.