Karya tulis ilmiah ini membahas asuhan keperawatan pada pasien laki-laki dengan gangguan sistem saraf akibat operasi laminatomi dan tumor ruang isi di tulang belakang. Tulisan ini menjelaskan konsep dasar, teori asuhan keperawatan, kasus pasien dan hasil evaluasi.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
Kti la ode safar
1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. T DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERSARAFAN: POST OP LAMINEKTOMI POD XIV A/I SPACE
OCCUPYING LESION (SOL) INTRAMEDULER EKSTRAMEDULER
DI RUANG BEDAH SARAF LANTAI II RSUP
dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan
Program Diploma III Keperawatan pada Akademi
Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna
DISUSUN OLEH :
LA ODE MUHAMAD SAFAR
NIM. 13. 13. 1070
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
RAHA
2016
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. T DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERSARAFAN: POST OP LAMINEKTOMI POD XIV A/I SPACE
OCCUPYING LESION (SOL) INTRAMEDULER EKSTRAMEDULER
DI RUANG BEDAH SARAF LANTAI II RSUP
dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan
Program Diploma III Keperawatan pada Akademi
Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna
DISUSUN OLEH :
LA ODE MUHAMAD SAFAR
NIM. 13. 13. 1070
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
RAHA
2016
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. T DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERSARAFAN: POST OP LAMINEKTOMI POD XIV A/I SPACE
OCCUPYING LESION (SOL) INTRAMEDULER EKSTRAMEDULER
DI RUANG BEDAH SARAF LANTAI II RSUP
dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan
Program Diploma III Keperawatan pada Akademi
Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna
DISUSUN OLEH :
LA ODE MUHAMAD SAFAR
NIM. 13. 13. 1070
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
RAHA
2016
2. i
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini berjudul :
”Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. T dengan Gangguan Sistem Persarafan
: Post Laminektomi POD XIV a/i Space Occupying Lesion (SOL) Intrameduler
Ekstrameduler di Ruang Bedah Saraf Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr.
Hasan Sadikin Bandung”.
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di depan penguji.
Raha, 27 Juni 2016
Pembimbing
HARNIA, S.Kep., Ns
Mengetahui
Direktur Akper Pemkab Muna
SANTHY, S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIP. 198002122003122006
3. ii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
Jln. Poros Raha-Tampo Km. 6 Motewe Tlp. 0403-2522954
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji
Pada Tanggal, 01 Juli 2016
DEWAN PENGUJI
1. HARNIA, S.Kep., Ns (…………..…….)
2. ALMAWIN SUSEN, S.Kep., Ns., M.Kes (…………….…..)
3. FITRIA MARFI, S.Kep., Ns (…………...……)
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada
Akademi Keperawatan Pemkab Muna
Raha, 26 Juli 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
SANTHY, S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIP. 19800212 200312 2 006
iiiii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
Jln. Poros Raha-Tampo Km. 6 Motewe Tlp. 0403-2522954
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji
Pada Tanggal, 01 Juli 2016
DEWAN PENGUJI
1. HARNIA, S.Kep., Ns (…………..…….)
2. ALMAWIN SUSEN, S.Kep., Ns., M.Kes (…………….…..)
3. FITRIA MARFI, S.Kep., Ns (…………...……)
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada
Akademi Keperawatan Pemkab Muna
Raha, 26 Juli 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
SANTHY, S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIP. 19800212 200312 2 006
iiiii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
Jln. Poros Raha-Tampo Km. 6 Motewe Tlp. 0403-2522954
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji
Pada Tanggal, 01 Juli 2016
DEWAN PENGUJI
1. HARNIA, S.Kep., Ns (…………..…….)
2. ALMAWIN SUSEN, S.Kep., Ns., M.Kes (…………….…..)
3. FITRIA MARFI, S.Kep., Ns (…………...……)
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada
Akademi Keperawatan Pemkab Muna
Raha, 26 Juli 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
SANTHY, S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIP. 19800212 200312 2 006
iii
4. iii
ABSTRAK
Latar Belakang : Berdasarkan data Medical Record di Ruang Bedah Saraf Gedung Kemuning
Lantai II RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari sampai dengan Februari 2016,
penyakit Space Occupying Lesion (SOL) Intrameduler Ekstrameduler (Tumor Medulla Spinalis)
tidak termasuk dalam golongan sepuluh penyakit terbesar, tetapi Space Ocopying Lesion (SOL)
Intrameduler Ekstrameduler (Tumor Medulla Spinalis) penting untuk dibahas kerena dapat
menimbulkan masalah yang kompleks bagi tubuh jika tidak di tangani dengan segera bahkan dapat
berujung pada kematian.
Tujuan Penulisan : Karya Tulis Ilmiah ini untuk memperoleh pengalaman secara nyata dan
mampu melaksanakan asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi aspek bio, psiko, sosial
dengan pendekatan proses keperawatan tentang pelaksaan asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem persarafan : ”Space Occupying Lesion (SOL) Intradular Ekstramedular ”.
Metode Telaahan : Dalam karya tulis ilmiah ini menggunakan metode analisis deskriptif melalui
studi kasus berdasarkan suatu proses keperawatan.
Hasil : Dari hasil pengkajian didapatkan 4 diagnosa dimana terdapat 3 diagnosa aktual yakni nyeri
akut, defisit perawatan diri, ansietas dan terdapat 1 diagnosa resiko yakni : resiko tinggi infeksi.
Dari hasil evaluasi setelah diberikan perawatan selama 4 hari pada klien Tn. T, didapatkan 2
diagnosa telah teratasi yaitu defisit perawatan diri dan ansietas, serta 2 diagnosa keperawatan
belum teratasi tetapi sudah ada perubahan.
Kesimpulan : Pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien dengan ganguan
sistem persarafan : “Space Occupying Lesion (SOL) Intradular Ekstramedular ” berdasarkan teori
dan kondisi klien sangat besar pengaruhnya terhadap proses penyembuhan serta adanya kerjasama
yang baik antara perawat, klien dan keluarga serta tim kesehatan lain.
5. iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. A
dengan Gangguan Sistem Persarafan : Post Op Laminaktomi POD XIV a/i Space
Occupying Lession di Ruang Bedah Saraf Gedung Kemuning Lantai II Rumah
Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.
Adapun maksud dari penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah untuk
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Program Diploma
III Keperawatan pada Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini tidak terlepas atas bimbingan,
dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik moral maupun material. Oleh
karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Ibu dr. Hj. Ayi Djembarsari, MARS. Selaku Direktur Utama Pendidikan
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung beserta staf yang telah
memberikan waktu dan kesempatan untuk praktek dan melaksanakan ujian
praktek klinik keperawatan pada Rumah sakit yang dipimpinnya.
2. Ibu Santhy, S.Kep, Ns., M.Kep selaku Direktur Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna yang telah membimbing dan memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Akper pemkab
Muna.
3. Bapak Kalih Sarjono, S.Kep, Ns selaku CI Lahan dalam pelaksanaan ujian
akhir program praktek klinik keperawatan untuk studi kasus pada karya tulis
ilmiah ini.
4. Ibu Harnia, S.Kep, Ns, selaku pembimbing karya tulis ilmiah sekaligus CI
Institusi ujian akhir program praktek klinik keperawatan yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan petunjuk dan
mengarahkan penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.
6. v
5. Seluruh Staf Dosen Akademi Keperawatan Pemkab Muna yang telah
memberikan dukungan dan bantuan serta kerja sama dalam proses penyusunan
karya tulis ilmiah ini.
6. Keluarga tercinta khususnya Ayahndaku “La Ode Engkurawu dan Ibundaku
Wa Ode Sitti, kakakku Halfia, Bari, Erwin, Ruslan, Nur Ani, dan Ardin ”serta
seluruh keluarga yang tidak putus –putusnya memberikan doa, motivasi,
harapan dan dorongan baik moril maupun materi selama mengikuti pendidikan
hingga penyusunan karya tulis ilmiah ini.
7. Rekan–rekan seangkatan yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini dan selalu mendukung saya selama menjalani pendidkan
di Akper sampai saat ini.
8. Buat seseorang yang spesial khususnya “Wa Ode Nurmila” yang senantiasa
menemani serta telah memberikan motivasi dan dukungan dalam pembuatan
karya tulis ilmiah ini sehingga dapat terselesaikan dengan cepat tanpa rasa
lelah.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan kepada semua pihak
yang telah membantu penyusunan karya tulis ilmiah ini hingga selesai. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih banyak
kekurangan baik dari segi penulisan maupun isinya, olehnya itu penulis
mengharapkan adanya masukan, baik kritik maupun saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama
bagi penulis dan seprofesi dan pembaca yang budiman guna mengembangkan
dunia keperawatan.
Raha, 27 Juni 2016
Penulis
7. vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iii
ABSTRAK.............................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................ v
DAFTAR ISI........................................................................................... vii
DAFTAR TABEL................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. x
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xii
MOTTO PERSEMBAHAN.................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................... 1
B. Ruang Lingkup Pembahasan ............................................. 3
C. Tujuan Penulisan................................................................ 3
D. Manfaat Penulisan.............................................................. 4
E. Metode Telaahan................................................................ 5
F. Waktu Pelaksanaan............................................................ 6
G. Tempat Pelaksanaan .......................................................... 6
H. Sistematika Telaahan ......................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN :
POST OP LAMINEKTOMI TUMOR SPACE
OCCUPYING LESION (SOL) INTRAMEDULER
EKSTRAMEDULER
A. Konsep Dasar
1. Defenisi....................................................................... 8
2. Anatomi Fisiologis Sistem Persarafan........................ 8
3. Etiologi ....................................................................... 11
8. vii
4. Patofisiologi................................................................ 12
5. Klasifikasi................................................................... 12
6. Tanda dan Gejala ........................................................ 12
7. Pemeriksaan Penunjang.............................................. 12
8. Penatalaksanaan Medis............................................... 13
9. Komplikasi.................................................................. 14
B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian................................................................... 15
2. Diagnosa Keperawatan ............................................... 21
3. Perencanaan ................................................................ 21
4. Implementasi............................................................... 26
5. Evaluasi....................................................................... 26
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Laporan Kasus
1. Pengkajian..................................................................... 27
2. Diagnosa Keperawatan.................................................. 42
3. Rencana Asuhan Keperawatan...................................... 44
4. Implementasi dan Evaluasi ........................................... 47
5. Catatan Perkembangan.................................................. 50
B. Pembahasan
1. Pengkajian..................................................................... 53
2. Diagnosa Keperawatan.................................................. 54
3. Perencanaan................................................................... 57
4. Implementasi................................................................. 58
5. Evaluasi......................................................................... 59
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ........................................................................ 60
B. Rekomendasi...................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
9. viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Intervensi dan Rasional Gangguan Perfusi Jaringan..................... 22
2. Intervensi dan Rasional Resiko Tinggi Trauma Spinalis.............. 22
3. Intervensi dan Rasional Ketidakefektifan pola napas................... 23
4. Intervensi dan Rasional Nyeri Akut.............................................. 23
5. Intervensi dan Rasional Gangguan Mobilitas Fisik ...................... 24
6. Intervensi dan Rasional Konstipasi............................................... 24
7. Intervensi dan Rasional Resiko Tinggi Retensi Urin.................... 25
8. Intervensi dan Rasional Kurang Pengetahuan............................... 25
9. Pola Kegiatan Sehari-Hari............................................................. 36
10. Pemeriksaan Penunjang ................................................................ 38
11. Analisa Data.................................................................................. 40
12. Perencanaan................................................................................... 44
13. Implementasi dan Evaluasi ........................................................... 47
14. Catatan Perkembangan.................................................................. 50
10. ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Jaringan Saraf................................................................................ 9
2. Medula Spinalis............................................................................. 10
11. x
DAFTAR SINGKATAN
DS : Data Subyektif
DO : Data Objektif
GCS : Glasgow Coma Scale
KDM : Kebutuhan Dasar Manusia
N : Nadi
No : Nomor
P : Pernapasan
RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat
S : Suhu
SOAP : Subyektif, Objektif, Analisa, Dan Perencanaan
SOL : Space Occupying Lesion
TD : Tekanan Darah
Tn : Tuan
WHO : World Health Organization
13. xii
MOTTO PERSEMBAHAN
Hidupmu adalah milikmu, kamu sendiri yang
menentukan baik buruknya, dan kamulah yang memimpin
dirimu sendiri, bukan orang lain.........
Hidup memang penuh resiko, dan tak ada alasan untuk
berdiam pun menghidarinya, Berbuatlah selagi Tuhan masih
memberikan waktu....dan gunakanlah waktu dan hidupmu
sebijak mungkin ,,,,,,,...
“la ode muhamad safar”
Hidupmu adalah
pilihanmu
14. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem saraf merupakan jalinan jaringan saraf yang saling berhubungan,
sangat khusus dan kompleks. Sistem saraf ini mempunyai kemampuan untuk
mengkoordinasi mengatur dan mengendalikan interaksi antara individu
dengan lingkungan sekitarnya. Sistem persarafan mengatur kebanyakan
aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. Pengaturan saraf tersebut
memungkinkan terjalinnya komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga
menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Di zaman yang
moderen ini banyak sekali masalah kesehatan yang timbul pada sistem
persarafan. Salah satu penyakit yang terjadi pada sistem persarafan yaitu
tumor medula spinalis (Muttaqin, 2008).
Tumor medula spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang
belakang atau isinya dan biasanya menimbulkan gejala-gejala karena
keterlibatan medulla spinalis atau akar-akar saraf. Tumor medula spinal
dikelompokan menjadi: tumor intrameduler, tumor intradura ekstrameduler
dan tumor ekstradura. Tumor medula spinalis intradura ekstrameduler
merupakan jenis tumor dengan jumlah insiden tertinggi (53,7%) bila di
bandingkan dengan jenis tumor medua spinalis lainnya. Tumor Medula
Spinalis intradura ekstrameduler yaitu tumor yang berkembang dalam tulang
belakang atau isinya berada dalam dural (intradural) dan terletak di luar
medular (ekstramedular) (Muttaqin, 2008).
15. 2
Menurut laporan World Health Organisation (WHO) pada tahun 2010
Jumlah kasus Tumor medula spinalis di Amerika mencapai 15% dari total
jumlah tumor yang terjadi pada susunan saraf pusat dengan perkiraan
insidensi sekitar 0,5-2,5 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Jumlah
penderita pria hampir sama dengan wanita dengan sebaran usia antara 30
hingga 50 tahun. Diperkirakan 25% tumor terletak di segmen servikal, 55% di
segmen thorakal dan 20% terletak di segmen lumbosakral. Sedangkan di
Indonesia jumlah penderita tumor medula spinalis belum diketahui secara
pasti (Fitri, 2014).
Berdasarkan data Medical Record di Ruang Bedah Saraf Gedung
Kemuning Lantai II RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari
sampai Februari 2016, penyakit Space Occupying Lesion (SOL) Intrameduler
Ekstrameduler (Tumor Medulla Spinalis) tidak termasuk dalam golongan
sepuluh penyakit terbesar, tetapi Space Occupying Lesion (SOL) Intrameduler
Ekstrameduler (Tumor Medulla Spinalis) penting untuk dibahas kerena dapat
menimbulkan masalah yang kompleks bagi tubuh jika tidak di tangani dengan
segera bahkan dapat berujung pada kematian.
Mengingat luasnya masalah yang dapat di timbulkan oleh penyakit
Space Occupying Lesion (SOL) Intrameduler Ekstrameduler (Tumor Medulla
Spinalis), sehingga penulis merasa tertarik untuk membuat Karya Tulis
Ilmiah ini dengan judul: “Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. T dengan
Gangguan Sistem Persarafan.: Post Op Laminektomi POD XIV a/i Space
Occupying Lesion (SOL) Intrameduler Ekstrameduler di Ruang Bedah Saraf
16. 3
Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin
Bandung”.
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis membatasi ruang lingkup
masalah yang dibahas yaitu “Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. T dengan
Ganguan Sistem Persarafan: Post Op Laminektomi POD XIV a/i Space
Occupying Lesion (SOL) Intrameduler Ekstrameduler di Ruang Bedah Saraf
Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin
Bandung”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh pengalaman secara nyata dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien dengan ganguan sistem
persarafan: Post Op Laminektomi POD XIV a/i Space Occupying Lesion
(SOL) Intrameduler Ekstrameduler di Ruang Perawatan Bedah Saraf,
meliputi aspek biologis, psikologis, spiritual dan cultural dengan proses
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian keperawatan pada klien Tn. T
dengan gangguan sistem persarafan: post op laminektomi POD XIV a/i
Space Occupying Lesion (SOL) intrameduler ekstrameduler.
17. 4
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien Tn. T dengan
gangguan sistem persarafan: post op laminektomi POD XIV a/i Space
Occupying Lesion (SOL) intrameduler ekstrameduler.
c. Mampu menyusun rencana keperawatan pada klien Tn. T dengan
gangguan sistem persarafan: post op laminektomi POD XIV a/i Space
Occupying Lesion (SOL) intrameduler ikstrameduler.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien Tn. T dengan
gangguan sistem persarafan: post op laminektomi POD XIV a/i Space
Occupying Lesion (SOL) intrameduler ekstrameduler.
e. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien Tn. T dengan
gangguan sistem persarafan: post op laminektomi POD XIV a/i Space
Occupying Lesion (SOL) intrameduler ekstrameduler.
f. Mampu melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan pada
klien Tn. T dengan gangguan sistem persarafan: post op laminektomi
POD XIV a/i Space Occupying Lesion (SOL) intrameduler
ekstrameduler.
D. Manfaat
1. Rumah sakit
Sebagai bahan masukan bagi institusi terkait khususnya di bagian
Ruang Bedah Saraf Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum
Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
18. 5
2. Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi rekan-rekan
mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan sistem persarafan: post op laminektomi a/i
Space Occupying Lesion (SOL) intrameduler ekstrameduler.
3. Profesi
Sebagai sumbangsih isi pikir dalam mengembangkan ilmu
keperawatan, khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan sistem persarafan: post op laminektomi POD XIV a/i
Space Occupying Lesion (SOL) intrameduler ekstrameduler.
4. Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh selama pendidikan dalam penerapan asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan sistem persarafan: post op laminektomi POD XIV
a/i Space Occupying Lesion (SOL) intrameduler ekstrameduler.
E. Metode Telaahan.
Pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menggunakan
beberapa pendekatan untuk mengumpulkan data mengenai pembahasan
asuhan keperawatan pada klien dengan ganguan sistem persarafan: post op
laminektomi POD XIV a/i Space Occupying Lesion (SOL) intrameduler
ekstrameduler yaitu:
1. Observasi yaitu mengamati keadaan klien yang meliputi bio, psiko, sosial,
kultural dan spiritual.
19. 6
2. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan melakukan komunikasi lisan
secara langsung pada klien dan keluarganya.
3. Pemeriksaan fisik yaitu pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan
fisik pada klien secara Head To Toe meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi dan didokumentasikan secara persistem.
4. Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan mempelajari data dan
status klien melalui rekam medik.
5. Studi kepustakaan yaitu dengan membaca dan mempelajari teori-teori dari
buku-buku, dan literatur yang terpercaya seperti internet dan surat kabar,
sebagai kerangka teori yang dijadikan acuan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada klien.
F. Waktu pelaksanaan
Studi kasus dilaksanakan pada hari Selasa, Tanggal 23 sampai dengan
26 Februari 2016.
G. .Tempat Pelaksanaan
Studi kasus dilaksanakan di Ruang Bedah Saraf Gedung Kemuning
Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
H. Sistematika Telaahan.
Untuk memahami apa yang ada dalam karya tulis ini, maka penulis
menguraikan dalam beberapa bab dan sub bab sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan, yang membahas tentang latar belakang
ruang lingkup pembahasan, tujuan, manfaat, metode
20. 7
telaahan, waktu pelaksanaan, tempat pelaksanaan serta
sistematika telaahan.
Bab II : Tinjauan Teoritis, asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem persarafan: post op laminektomi a/i
Space Occupying Lesion (SOL) intrameduler
ekstrameduler, menjelaskan tentang konsep dasar meliputi
definisi, anatomi fisiologi sistem saraf, etiologi,
patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan diagnostik,
penatalaksanaan medik, komplikasi, serta tinjauan teoritis
tentang asuhan keperawatan.
Bab III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan, terdiri dari laporan
kasus yang merupakan laporan asuhan keperawatan pada
klien Tn. T dengan gangguan sistem persarafan: post op
Laminektomi a/i Space Occupying Lesion (SOL)
intrameduler ekstrameduler yang disajikan secara
sistematik dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi keperawatan dan catatan
perkembangan serta berisi pembahasan.
Bab IV : Kesimpulan dan Rekomendasi, membahas tentang
kesimpulan dari pelaksanaan asuhan keperawatan dan
formulasi saran untuk rekomendasi yang operasional
terhadap masalah yang ditemukan.
21. 8
BAB II
TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: SPACE OCCUPYING
LESION (SOL) INTRADUREL EKSTRAMEDULER
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Tumor medula spinalis adalah tumor di daerah spinal dimulai dari
daerah servikal pertama hingga sakral (Hakim, 2006).
Tumor medula spinalis adalah tumor yang berkembang dalam
tulang belakang atau isinya dan biasanya menimbulkan gejala-gejala
karena keterlibatan medula spinalis atau akar-akar saraf (Muttaqin, 2008).
Tumor medula spinalis dapat menyebabkan gejala lokal dan distal
dari segmen spinal yang terkena (melalui keterlibatan traktus sensorik dan
motorik pada medula spinalis) (Price & Wilson, 2006).
Dari ketiga pengertian diatas, dapat di simpulkan bahwa tumor
medula spinalis yaitu suatu kelainan tidak lazim yang dapat menyebabkan
gejala lokal dan distal dari segmen spinal yang dapat terjadi pada daerah
cervical pertama hingga sacral.
2. Anatomi Fisiologi Sistem Persarafan
a. Anatomi Sistem Persarafan
1) Jaringan Saraf
a) Neuron adalah suatu sel saraf dan merupakan unit anatomis dan
fungsional sistem persaafan.
22. 9
b) Transmisi sinaps, merupakan tempat untuk mengadakan kontak
dengan neuron lain atau dengan organ-organ efektor
c) Neurotransmiter, merupakan zat kimia yang disintesis dalam
neuron dan disimpan dalam gelembung sinaptik pada ujung
akson. Selanjutnya dapat dilihat pada Gambar I di bawah ini :
Gambar 1. Sel saraf (neuron) dengan akson dan dendrit (Muttaqin,
2008).
2) Otak merupakan bagian dari saraf sentral yang terletak di dalam
rongga tengkorak (kranium) dibungkus oleh selaput otak yang kuat.
Otak terdiri dari :
a) Cerebrum merupakan bagian otak yang paling besar dan paling
menonjol.
b) Batang otak, terdiri dari diencephalons, mesensefalon,
ponsvaroli, dan medula oblongata.
c) Cerebellum (otak kecil) terletak pada bagian bawah dan
belakang tengkorak dipisahkan dengan serebrum oleh visura
transversalis di belakangi oleh pons varoli dan di atas medula
oblongata dan merupakan pusat koordinasi dan integrasi.
9
b) Transmisi sinaps, merupakan tempat untuk mengadakan kontak
dengan neuron lain atau dengan organ-organ efektor
c) Neurotransmiter, merupakan zat kimia yang disintesis dalam
neuron dan disimpan dalam gelembung sinaptik pada ujung
akson. Selanjutnya dapat dilihat pada Gambar I di bawah ini :
Gambar 1. Sel saraf (neuron) dengan akson dan dendrit (Muttaqin,
2008).
2) Otak merupakan bagian dari saraf sentral yang terletak di dalam
rongga tengkorak (kranium) dibungkus oleh selaput otak yang kuat.
Otak terdiri dari :
a) Cerebrum merupakan bagian otak yang paling besar dan paling
menonjol.
b) Batang otak, terdiri dari diencephalons, mesensefalon,
ponsvaroli, dan medula oblongata.
c) Cerebellum (otak kecil) terletak pada bagian bawah dan
belakang tengkorak dipisahkan dengan serebrum oleh visura
transversalis di belakangi oleh pons varoli dan di atas medula
oblongata dan merupakan pusat koordinasi dan integrasi.
9
b) Transmisi sinaps, merupakan tempat untuk mengadakan kontak
dengan neuron lain atau dengan organ-organ efektor
c) Neurotransmiter, merupakan zat kimia yang disintesis dalam
neuron dan disimpan dalam gelembung sinaptik pada ujung
akson. Selanjutnya dapat dilihat pada Gambar I di bawah ini :
Gambar 1. Sel saraf (neuron) dengan akson dan dendrit (Muttaqin,
2008).
2) Otak merupakan bagian dari saraf sentral yang terletak di dalam
rongga tengkorak (kranium) dibungkus oleh selaput otak yang kuat.
Otak terdiri dari :
a) Cerebrum merupakan bagian otak yang paling besar dan paling
menonjol.
b) Batang otak, terdiri dari diencephalons, mesensefalon,
ponsvaroli, dan medula oblongata.
c) Cerebellum (otak kecil) terletak pada bagian bawah dan
belakang tengkorak dipisahkan dengan serebrum oleh visura
transversalis di belakangi oleh pons varoli dan di atas medula
oblongata dan merupakan pusat koordinasi dan integrasi.
23. 10
3) Medula spinalis, merupakan bagian susunan saraf pusat yang
terletak di dalam kanalis vertebralis bersama ganglion radiks
posterior yang terdapat pada setiap foramen intervertebralis
terletak berpasangan kiri dan kanan. Organ ini mengurus
persarafan tubuh, angota badan serta bagian kepala. Vertebra
dimulai dari cranium sampai pada apex coccigeus,
membentuk skeleton dari leher, punggung dan bagian utama dari
skeleton (tulang cranium, costadan sternum). Vertebra pada orang
dewasa terdiri dari 33 vertebra dengan pembagian 5 regio yaitu 7
cervical, 12 thoracal, 5 lumbal, 5 sacral, 4 coccigeal. Tulang
vetebra terdiri dari jaringan lunak berupa ligament, discus dan
faset, tulang belakang dan medulla spinalis (Syaifuddin, 2006).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini :
Gambar 2 : Struktur Tulang Vetebral
Sumber: (Price & Wilson, 2005).
24. 11
b. Fisiologi Sistem Saraf
Sistem saraf mengatur kegiatan tubuh yang cepat seperti kontraksi
otot, peristiwa viseral yang berubah dengan cepat, menerima ribuan
informasi dari berbagai organ sensorik dan mengintegrasikannya untuk
menentukan reaksi yang harus dilakukan tubuh. Membran sel bekerja
sebagai suatu sekat pemisah yang amat efektif dan selektif antara cairan
intraseluler dan ekstraselulerdalam keadaan istrahat cairan ekstraseluler
adalah elektro-positif dan cairan intraseluler adalah elektro-negatif.
Gelombang depolarisasi merupakan suatu rangsangan neuron pada
membran neuron setempat mengakibatkan perubahan permebilitas
membrane sehingga ion-ion natrium dapat mengadakan difusi masuk ke
dalam neuron (akson). Masuknya ion natrium yang bermuatan positif ke
dalam neuron menyebabkan membran tersebut menjadi positif didalam
dan negative di luar (Syaifuddin, 2006).
3. Etiologi
Penyebab tumor medula spinalis primer sampai saat ini belum
diketahui secara pasti. Beberapa penyebab yang mungkin dan hingga saat
ini masih dalam tahap penelitian adalah virus, kelainan genetik, dan bahan-
bahan kimia yang bersifat karsinogenik. Adapun tumor sekunder
(metastasis) disebabkan oleh sel-sel kanker yang menyebar dari bagian
tubuh lain melalui aliran darah yang kemudian menembus dinding
pembuluh darah, melekat pada jaringan medula spinalis yang normal dan
membentuk jaringan tumor baru di daerah tersebut (Fitri, 2014).
25. 12
4. Patofisiologi
Medula spinalis radiksnya paling sering tertekan (terkompresi)
disebelah anterior oleh penyebaran posterior dari mestastasis hematogen
pada tulang belakang. Terus sampai ke rongga epidural atau melalui
kolapsnya tulang belakang. Sumsung tulang juga bisa terkena penyebaran
tumor paraspinal melalui foramen intervertebra, yang bisa terjadi tanpa
tanda-tanda kelainan pada tulang. Kerusakan terutama diperantarai oleh
gangguan sirkulasi pembuluh darah kecil yang dipicu oleh perubahan
tekanan darah kanalis spinalis. Bisa terjadi metastasis epidural multipel
yang menekan medula spinalis di berbagai tempat (Davey, 2005).
5. Klasifikasi
Tumor spinal merupakan tumor yang melibatkan medula spinalis
dan kolumna vertebralis. Tumor spinal dikelompokkan menjadi : Tumor
Intradural-Intramedular, tumor intradura ekstrameduler dan tumor
ekstradura (Price & Willson, 2006).
6. Tanda dan Gejala
Nyeri, kelemahan, sensori menurun/parestesia, ataksia, retensi urin
dan kostipasi (Davey, 2005).
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : cairan spinal (CSF) dapat menunjukkan peningkatan
protein dan xantokhrom, dan kadang-kadang ditemukan sel keganasan.
26. 13
b. Foto Polos Vertebrae : foto polos seluruh tulang belakang 67-85%
abnormal. Kemungkinan ditemukan erosi pedikel (defek menyerupai
“mata burung hantu” pada tulang belakang lumbosakral AP) atau
pelebaran, fraktur kompresi patologis, scalloping badan vertebra,
sklerosis, perubahan osteoblastik (mungkin terajdi mieloma, Ca prostat,
hodgkin, dan biasanya Ca payudara.
c. CT-scan : CT-scan dapat memberikan informasi mengenai lokasi
tumor, dan juga dapat memberikan informasi mengenai tipe tumor.
d. MRI : Pemeriksaan ini dapat membedakan jaringan sehat dan jaringan
yang mengalami kelainan secara akurat (Davey, 2005).
8. Penatalaksanaan Medik
1) Kortikosteroid dosis tinggi bisa mengurangi gejala.
2) Radioterapi untuk mengurangi ukuran tumor adalah terapi pilihan dan
bisa mengurangi nyeri.
3) Kemoterapi : kemoterapi sitotoksin adalah terapi pilihan pada anak-
anak dengan tumor yang kemosensitif, dan sebagai terapi tambahan
radioterapi pada orang dewasa dengan penyakit yang kemosensitif.
4) Fisioterapi sangat penting dalam memaksimalkan pulihnya fungsi
neurologis.
5) Pembedahan laminektomi
1) Laminektomi adalah membuang lamina dan ligamentum flavum
dari tepi lateral satu resesus lateralis sampai melibatkan level
transversal spina.
27. 14
2) Tujuan : untuk mengeluarkan lamina dan untuk menghapus taji
tulang pada tulang belakang.
3) Prosedur tumor biasanya diangkat dengan sedikit jaringan
sekelilingnya dengan teknik myelotomy. Aspirasi ultrsonik, laser
dan mikroskop digunakan pada pembedahan tumor medula
spinalis.
4) Indikasi : Tumor dan jaringan tidak dapat di diagnosis
(pertimbangkan biopsy bila lesi dapat dijangkau), medula spinalis
yang tidak stabil, kegagalan radiasi dan rekurensi (kekambuhan
kembali) setelah radiaksi maksimal (Devay, 2005).
9. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin pada tumor medula spinalis antara lain:
paraplegia, quadriplegia, infeksi saluran kemih, kerusakan jaringan lunak,
komplikasi pernapasan. Komplikasi yang mungkin muncul, yaitu :
a. Deformitas pada tulang belakang post operasi lebih sering terjadi pada
anak-anak dibanding orang dewasa. Deformitas pada tulang belakang
tersebut dapat menyebabkan kompresi medula spinalis.
b. Setelah pembedahan tumor medula spinalis pada servikal, dapat terjadi
obstruksi foramen Luschka sehingga menyebabkan hidrosefalus (Price
& Wilson, 2006).
28. 15
B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan pada klien Tumor Medula Spinalis dimulai dari
pengkajian, penentuan prioritas diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan, catatan perkembangan (Nursalam, 2013).
1. Pengkajian
Pengkajian diawali dengan pengumpulan data yang dapat diperoleh
dari klien, keluarga klien, ataupun tim kesehatan yang menangani klien
(Nursalam, 2013).
a. Pengumpulan Data
1) Biodata
a) Identitas klien : terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, status marital, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no.medrek, diagnosa
medis dan alamat.
b) Identitas penanggung jawab : terdiri dari nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan hubungan dengan klien.
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan sekarang
(1) Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit : alasan utama klien
saaat masuk rumah sakit didapatkan saat masuk rumah sakit
yang dijadikan dasar untuk menggali kondisi klien saat ini.
(2) Keluhan Utama : keluhan yang dirasakan klien saat
dilakukannya pengkajian. Pada umumnya pada kasus post
29. 16
op laminektomi a/i Space Occupying Lesion Intradural
Ektramedular yang menjadi keluhan utama adalah nyeri
pada medulla spinalis.
(3) Riwayat Keluhan Utama : kapan keluhan mulai timbul,
bagaimana terjadinya apakah tiba-tiba atau berangsur-
angsur, apa tindakan yang dilakukan untuk mengurangi
keluhan, obat apa yang digunakan, adakah keluhan yang
menyertai. Riwayat keluhan utama dijabarkan dengan
PQRST (Paliative/ Provokatif, Quality/ Quantity, Region/
Radiasi, Severe/ Scale, Timing/ Time).
b) Riwayat kesehatan terdahulu : untuk mengetahui apakah klien
pernah mengalami penyakit yang berat atau penyakit tertentu
yang akan berpengaruh pada kesehatannya sekarang.
c) Riwayat kesehatan keluarga : untuk menentukan apakah dalam
keluarga ada penyakit keturunan atau penyakit karena
lingkungan yang kurang sehat yang berdampak negatif sehingga
memperberat penyakitnya.
3) Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi terhadap berbagai sistem tubuh. Maka akan
ditemukan hal sebagai berikut :
a) Keadaan umum, pada klien yang imobilisasi perlu dilihat dalam
hal keadaan umumnya meliputi: penampilan, postur tubuh, gaya
bicara. Imobilisasi biasanya akan mengalami kelemahan.
30. 17
b) Tanda - tanda vital yaitu pengukuran yang meliputi suhu badan,
tekanan darah, pernapasan, serta denyut nadi.
c) Tingkat kesadaran yaitu pengamatan yang dilakukan oleh perawat
tentang kondisi atau tingkat kesadaran klien dengan mengunakan
Glows Coma Skala (GCS) yang meliputi Eye (mata), Motorik
(pergerakan) dan Verbal atau suara. GCS normal yaitu bernilai 15
atau kesadaran penuh compos mentis.
d) Pemeriksaan antropometri yaitu dilakukan dengan mengukur
berat badan, tinggi badan serta berat badan ideal, hal ini dilakukan
untuk menentukan tingkat kebutuhan nutrisi klien.
e) Sistem pernapasan yaitu yang perlu dikaji adalah pengembangan
dada saat bernapas, bentuk dada simetris atau tidak. Terjadi
hipoksia, frekuensi napas cepat, biasanya didapatkan bunyi napas
ngorok akibat sekret yang menumpuk.
f) Sistem kardiovaskuler yaitu pengkajian mulai dilaksanakan dari
warna konjungtiva, warna bibir, ada tidaknya peninggian vena
jugularis, auskultasi dapat dikaji bunyi jantung pada dada dan
mengukur tekanan darah, palpasi dapat dihitung frekuensi nadi.
g) Sistem gastrointestinal yaitu konstipasi, perubahan pola makan
dan minum dari normal, dan perubahan pola eliminasi BAB.
h) Sistem Persarafan
(1) Fungsi Serebral
(a) Tingkat kesadaran: Kemungkinan adanya penurunan
tingkat kesadaran, mulai dari lethargi sampai coma.
31. 18
(b) Orientasi : kemungkinan adanya disorientasi pada
tempat, waktu dan orang.
(c) Memori : kemungkinan gangguan memori, baik long
term memori, recent memori dan immediate memori.
(d) Kemampuan konsentrasi dan kalkulasi : kemungkinan
penurunan atau ketidakmampuan untuk berkonsentrasi.
(e) Kemampuan bicara dan bahasa : kemungkinan
ditemukan afasia motorik akibat kerusakan daerah broca,
afasia sensorik akibat kerusakan pada daerah wernicke.
(2) Pemeriksaan nervus kranial : Nervus I (Olfaktorius), Nervus
II (optikus), Nervus III, IV, VI (Okulomotorius, Troklearis,
Abdusen), Nervus V (Trigeminus), Nervus VII (Fasialis),
Nervus VIII (Akustikus), Nervus IX dan X (Glosofaringeus
dan Vagus), Nervus XI (Assesorius), Nervus (Hipoglosus).
(3) Tes fungsi motorik : dapat ditemukan adanya kelemahan dan
kelumpuhan otot, kesemutan, kekakuan, adanya penurunan
reflek tendon dalam, nyeri tekan atau spasme.
(4) Tes fungsi sensorik : dapat ditemukan adanya penurunan
sensibilitas terhadap rangsangan dari luar (sensasi tajam-
tumpul, fibrasi, suhu, dan posisi).
(5) Pemeriksaan iritasi meningen : pada kasus Space Occuping
Lesion jarang ditemukan adanya tanda-tanda iritasi
32. 19
meningen, seperti tes kaku kuduk (+), tes brudzinski (+), tes
kernig (+).
i) Sistem endokrin : dapat dikaji ada tidaknya nyeri tekan, serta ada
tidaknya pembesaran kelenjar tiroid.
j) Sistem perkemihan : dapat dikaji ada tidaknya konstipasi,
mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya inkontenensia/
retensi urin.
k) Sistem muskuloskeletal : yang perlu dikaji pada sistim ini adalah
penurunan rentang gerak dari ekstermitas pada salah satu bagian
tubuh tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan,
atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena serta gangguan dalam
berjalan.
l) Sistem integumen : hal yang di kaji biasanya terjadi
pembengkakan kulit dan jaringan, perubahan warna kulit, laserasi
kulit, avulasi jaringan dan perubahan suhu.
4) Pola Aktivitas Sehari-hari
a) Nutrisi yaitu bagaimana kebiasaan makan klien, apakah ada
perubahan selama dirumah sakit dan perlu dikaji frekwensi dan
makanan yang disukai dan yang tidak disukai.
b) Eliminasi yaitu bagaimana pola eliminasi BAK dan BAB, apakah
ada perubahan selama sakit atau tidak.
c) Istirahat dan tidur yaitu bagaimana kebiasaan istirahat dan tidur
klien, apakah ada perubahan selama sakit atau tidak.
33. 20
d) Personal hygiene yaitu bagaimana kebiasaan mandi , mencuci
rambut dan gosok gigi klien. Apakah ada perubahan atau tidak.
e) Aktifitas gerak yaitu pada aktifitas gerak yang dikaji apakah ada
perubahan aktifitas klien sebelum dan selama sakit.
5) Data psikologis : pada klien yang mengalami Space Occupying Lesion
(SOL) Intrameduler Ekstrameduler, biasanya ditemukan adanya
ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas masalah pekerjaan,
financial keluarga, tampak cemas depresi, serta menghindar dari
keluarga/orang terdekat.
6) Data sosial : kemungkinan ditemukan adanya kesulitan berinteraksi
akibat gangguan pendengaran, penglihatan, dan gangguan berbicara.
7) Data spiritual : klien perlu dikaji tentang agama dan kepribadiannya,
keyakinan, harapan serta semangat yang terkadang dalam diri klien
yang merupakan aspek penting untuk kesembuhan penyakitnya.
8) Pemeriksaan penunjang : Laboratorium, Foto Polos Vertebrae, CT-
scan dan MRI
b. Pengelompokan Data
Pengelompokan data adalah kegiatan mengumpulkan informasi tentang
klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah
serta kebutuhan klien. Biasanya menggunakan wawancara, observasi
pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi (Nursalam, 2013).
c. Analisa Data
Analisa data adalah proses intelektual yaitu kegiatan mentabulasi,
mengklasifikasi dan mengelompokan data serta mengaitkan dengan
34. 21
menentukan kesimpulan dalam bentuk diagnosa keperawatan, biasanya
ditemukan data subyektif dan objektif (Nursalam, 2013).
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Doenges, Moorhouse & Geissler (2000) diagnosa keperawatan
yang mungkin muncul pada klien post op akibat tumor medula spinalis :
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah.
b. Resiko tinggi trauma spinal berhubungan kesulitan keseimbangan
c. Ketidakefektif pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
d. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan (insisi)
dan penekanan masa tumor.
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuro
muscular.
f. Konstipasi berhubungan dengan bengkak pada area bedah imobilisasi.
g. Resiko retensi urin berhubungan dengan bengkak pada area operasi.
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan.
3. Perencanaan
Perencanaan merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan yang meliputi tujuan keperawatan, menetapkan pemecahan
masalah dan menentukan tujuan perencanaan untuk mengetahui masalah klien
(Nursalam, 2013).
Adapun rencana keperawatan pada klien tumor medula spinalis
berdasarkan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul yakni :
35. 22
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran
darah. Tujuan : diharapkan gangguan perfusi jaringan dapat teratasi.
Dengan kriteria hasil : mendemonstrasikan sensasi normal dan gerakan
dengan tepat.
Tabel 1. Intervensi Keperawatan Gangguan Perfusi Jaringan
Intervensi Rasional
1. Pertahankan pasien pada posisi
terlentang sempurna selama beberapa
jam.
2. Observasi TTV
3. Inspeksi balutan untuk melihat
pengeluaran drainase dan periksa
glukosa jika perlu.
4. Lakukan pengukuran terhadap
drainase Hemovac pada setiap
pertukaran dinas.
5. Kolaborasi dalam pemberian terapi
cairan/darah sesuai indikasi.
1. Penekanan daerah operasi menurunkan
resiko hematoma.
2. Hipotensi yang berhubungan dengan
kecepatan nadi mungkin
mencerminkan hipovolemi.
3. Inspeksi menunjukan adanya
perdarahan atau rembesan.
4. Perdarahan erlebihan lama
membutuhkan evaluasi lanjut untuk
menentukan intervensi yang cocok.
5. Cairan pengganti tergantung pada
derajat hipovolemia.
Sumber: Dongoes, Moorhouse dan Geissler, 2000.
b. Resiko tinggi trauma spinal berhubungan kesulitan keseimbangan.
Tujuan : diharapkan trauma tidak terjadi. Dengan kriteria hasil :
mempertahankan kesejajaran yang tepat dari spinal.
Tabel 2. Intervensi Keperawatan Resiko Tinggi Trauma Spinal
Intervensi Rasional
1. Letakkan tanda pada sisi tempat tidur
mengenai pisisi yang diizinkan.
2. Berikan papan pada bawah tempat
tidur yang keras.
3. Pertahankan kolar leher pascaoperasi
dengan tindakan laminektomi daerah
servikal.
4. Batasi aktivitas setelah pasien
mengalami fusi spinal.
5. Minta pasien untuk menggunakan
sepatu datar ketika hendak berpola.
1. Menurunkan resiko terjadinya
ketegangan/fleksi pada daerah operasi.
2. Membantu menstabilkan derah
belakang.
3. Menurunkan spasme otot.
4. Pergerakan pada daerah vertebral yang
terkena harus dihindari ketika fusi telah
dilakukan dan proses penyembuhan
lebih lama.
5. Untuk mengurangi kecemasan klien.
Sumber: Dongoes, Moorhouse dan Geissler, 2000.
c. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru. Tujuan : diharapkan pola napas kembali normal. Dengan kriteria
36. 23
hasil : mempertahankan pola napas normal bebas dari sianonis dan
tanda - tanda lain dari hipoksia.
Tabel 3. Intervensi Keperawatan Ketidakefektifan Pola Napas
Intervensi Rasional
1. Inspeksi adanya edema pada wajah
atau leher.
2. Dengarkan adanya suara parau.
3. Ajarkan klien untuk melakukan
batuk efektif.
4. Berikan oksigen tambahan yang
dilembabkan jika diperlukan.
1. Edema trakea atau trauma saraf dapat
mengganggu fungsi pernapasan.
2. Mungkin sebagai indikasi adanya
trauma pada saraf trakea yang dapat
menimbulkan batuk tidak efektif.
3. Menurunkan resiko komplikasi
pernapasan.
4. Untuk melihat adanya hipoksia
Sumber : Doengoes, Moorhouse dan Geissler, 2000.
d. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
(insisi) dan penekanan masa tumor. Tujuan : diharapkan nyeri
berkurang. Dengan kritaria hasil : melaporkan nyeri hilang,
mengungkapkan metode yang memberikan penghilangan.
Tabel 4. Intervensi Keperawatan Nyeri Akut
Intervensi Rasional
1. Diskusikan perasaan klien mengenai
diagnosa, persepsi diri terhadap
penanganan yang dilakukan dan
anjurkan klien untuk mengungkapkan
atau mengekspresikan perasaannya
2. Anjurkan klien untuk tidak
merahasiakan masalahnya
3. Hindari pemberian perlindungan
yang berlebihan
4. Berikan dukungan pada klien dan
anjurkan keluarga untuk memberikan
dukungan
1. Dapat mengidentifikasi reaksi klien
terhadap keadaan penyakitnya dan
menentukan intervensi yang akan
dilakukan
2. Merahasiakan sesuatu adalah sifat
yang destruktif atau merusak
3. Dapat meningkatkan ketergantungan
dan menurunkan harga diri klien
4. Dapat meningkatkan harga diri klien,
serta dukungan dari keluarga
memberikan dampak positif terhadap
peningkatan pola koping.
Sumber : Doengoes, Moorhouse dan Geissler, 2000.
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuro
muscular. Tujuan : diharapkan klien dapat kembali melakukan
aktivitasnya dengan normal. Dengan kriteria hasil :
mendemonstrasikan perilaku memungkinkan melakukan aktivitas.
37. 24
Tabel 5. Intervensi Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik
Intervensi Rasional
1. Berikan suatu alat agar pasien mampu
untuk meminta pertolongan, seperti bel
atau lampu pemanggil.
2. Bantu/lakukan latihan rom pada semua
ekstrimitas dan sendi, dengan gerakan
perlahan dan lembut.
3. Letakan tangan dalam posisi (melipat)
kedalam menuju pusaran 90 derajat
dengan teratur.
4. Buat rencana aktivitas untuk pasien
sehingga pasien dapat beristirahat
tanpa terganggu.
5. Ukur/pantau tekanan darah sebelum
dan sesudah melakukan aktivitas
dalam fase akut atau sampai keadaan
pasien stabil.
1. Membuat pasien merasa aman, dapat
mengatur diri dan mengurangi ketakutan
karena ditinggal sendiri.
2. Meningkatkan sirkulasi,
mempertahankan tonus otot dan
mobilisasi sendi serta mencegah
kontraktur dan atrofi otot.
3. Mencegah kontraktur pada daerah bahu.
4. Mencegah kelelahan, memberikan
kesempatan untuk berperan
serta/melakukan upaya yang maksimal.
5. Hipotensi ortostatik dapat terjadi sebagai
akibat dari bendungan vena (sekunder
akibat hilngnya tonus otot vaskuler).
Sumber : Doengoes, Moorhouse dan Geissler, 2000.
f. Konstipasi berhubungan dengan bengkak pada area bedah
imobilisasi. Tujuan : diharapkan konstipasi terhenti. Dengan kriteria
hasil : membuat kembali pola normal dan fungsi usus dan
mengeluarkan feses lunak.
Tabel 6. Intervensi Keperawatan Konstipasi
Intervensi Rasional
1. Catat adanya distensi
abdomen dan auskultasi
peristaltic usus.
2. Gunakan bedpan ukuran kecil
sampai pasien mampu untuk
defekasi turun dari tempat
tidur (ke toilet).
3. Berikan privasi.
4. Anjurkan untuk melakukan
pergerakan sesuai
kemampuan.
5. Kolaborasi pemberian obat
laksatif, pelembek feses
sesuai kebutuhan.
1. Distensi dan hilangnya peristaltic usus
merupakan tanda bahwa fungsi defekasi
hilang yang kemungkinan berhubungan
dengan kehilangan persarafan parasimpatik
usus besar dengan tiba-tiba.
2. Meningkatkan rasa nyaman dan menurunkan
ketegangan pada otot.
3. Meningkatkan kenyamanan secara
psikologis.
4. Menstimulasi peristaltic yang memfasilitasi
kemungkinan terbentuknya flatus.
5. Melembekkan feses, meningkatkan fungsi
defekasi sesuai kebiasaan, dan menurunkan
ketegangan.
Sumber : Doengoes, Moorhouse dan Geissler, 2000.
g. Resiko tinggi retensi urin berhubungan dengan bengkak pada area
operasi. Tujuan : diharapkan retensi urin dapat teratasi. Dengan
38. 25
kriteria hasil : mengosongkan kandung kemih secara adekuat sesuai
kebutuhan individu.
Tabel 7. Intervensi Keperawatan Resiko Tinggi Retensi Urin
Intervensi Rasional
1. Observasi dan catat
jumlah/frekuensi berkemih.
2. Tingkatkan pemberian cairan.
3. Kolaborasi pemasangan kateter.
1. Menentukan apakah kandung kemih
dikosongkan dan saat kapan intervensi itu
diperlukan.
2. Mempertahankan fungsi ginjal.
3. Kateter intermitan mungkin diperlukan selama
beberapa hari pascaoperasi sampai terjadi
penurunan pada proses pembengkakkan.
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan. Tujuan:
diharapkan klien dapat mengetahui tentang penyakitnya. Dengan
kriteria hasil : mengungkapkan pemahaman tentang kondisi,
prognosis, dan aturan terapeutik.
Tabel 8. Intervensi Keperawatan Kurang Pengetahuan
Intervensi Rasional
1. Berikan HE tentang
penyakitnya kepada pasien.
2. Diskusikan perlunya
melakukan evaluasi asuhan.
3. Anjurkan untuk
mengembangkan program
latihan secara teratur, seperti
berpola.
1. Meningkatkan pengetahuan klien mengenai
penyakitnya.
2. Penanganan medis dalam jangka waktu yang
lama mungkin diperlukan untuk menangani
masalah/komplikasi dan membiasakan
individu dalam perubahan gaya hidup dan
aktivitas.
3. Meningkatkan proses penyembuhan,
menguatkan otot perut dan erector untuk
memberikan sokongan terhadap kolumna
spinalis dan meningkatkan penerimaan
terhadap diri secara umum baik fisik maupun
emosional.
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik (Nursalam, 2013).
Sumber : Doengoes, Moorhouse dan Geissler, 2000.
Sumber : Doengoes, Moorhouse dan Geissler, 2000.
39. 26
5. Evaluasi
Evaluasi adalah bagian terakhir dari proess keperawatan. Evaluasi
merupakan pengukuran keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan
dalam memenuhi kebutuhan klien yang mengacu pada indikator. Evaluasi
dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP (Nursalam,
2013).
40. 27
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Laporan Kasus
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Biodata
a) Indentitas Klien
Nama : Tn.T
Umur : 23 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Belum nikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Tanggal masuk RS : 5 Februari 2016
Tanggal pengkajian : 23 Februari 2016
No.Register : 000 1261631
Ruangan : Bedah Saraf
Diagnosa medis :
ying ti
Alamat : Karawang
Space Occupying Lesion (SOL)
Intradular Ektramedular
41. 28
b) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. A
Umur : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Nikah
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Suku/Agama : Sunda/Indonesia
Hubungan dengan klien : Nenek Klien
Alamat : Karawang
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Alasan Masuk RS : klien masuk RS, karena klien
mengeluh sakit sejak 3 minggu sebelum masuk RS,
keadaan tersebut tidak kunjung sembuh bahkan
semakin bertambah sehingga keluarga memutuskan
untuk membawa klien ke RS.
(2) Keluhan Utama : Nyeri
(3) Riwayat Keluhan Utama : pada saat dilakukan
pengkajian tanggal 23 Februari 2016, klien mengeluh
nyeri yang disebabkan oleh luka bekas operasi, nyeri
dirasakan seperti tersayat benda tajam, serta dirasakan
hilang timbul. Nyeri dirasakan pada daerah pinggang
42. 29
dengan skala nyeri 6 (0-10), klien mengatakan nyeri
bertambah saat malam dan pagi hari. klien juga
mengatakan nyeri bertambah saat klien banyak
melakukan aktivitas dan berkurang saat istirahat.
b) Riwayat Keadaan Masa Lalu
(1) Klien mengatakan sebelumnya sudah pernah dirawat
di RSUP dr Hasan sadikin Bandung dengan penyakit
yang sama.
(2) Klien tidak mempunyai riwayat alergi terhadap
makanan, minuman dan obat-obatan.
(3) Klien tidak mempunyai riwayat tekanan darah tinggi
(hipertensi).
(4) Klien tidak mempunyai riwayat merokok dan
minuman alkohol.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
(1) Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai
penyakit yang sama dengan klien.
(2) Dalam keluarga tidak ada yang memiliki riwayat
penyakit keturunan seperti DM, hipertensi, serta
dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
menular seperti TBC, Hepatitis, HIV dan ataupun
penyakit menular lainnya.
43. 30
(3) Genogram 3 generasi
GI
GII
GII
GIII
Keterangan :
: Laki - laki
: Perempuan
: Garis keturunan
: Tinggal serumah
: Klien
G1, G2, G3 : Generasi pertama, kedua dan ketiga.
3) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : Lemah
b) Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E 4, M 6, V5)
c) Tanda-tanda Vital :
TD : 100/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36 ̊C
P : 22 x/menit
x
x
xx
6
xx
Gambar 2. Genogram Keluarga
47
x 60
?
23
43
1519
X x
?
44. 31
d) Berat Badan dan Tinggi badan
BB : 62 kg
TB : 167 cm
e) Sistem Pernapasan : bentuk hidung simetris, tidak terdapat
secret pada hidung, pergerakan dada simetris antara kiri
dan kanan, tidak ada massa atau benjolan pada hidung,
tidak ada nyeri tekan pada dada, perkusi terdengar suara
vasikuler (+), napas 22 x/menit.
f) Sistem Kardiovaskuler : konjungtiva berwarna merah
muda, tidak ada peningkatan Jugular Venous Pressure
(JVP), tidak ditemukan adanya clubbing finger, Capilarry
Refilling Time (CRT) kembali dalam 2 detik, akral teraba
hangat, iktus kordis teraba pada ICS IV garis mid klavikula
kiri. Palpasi denyut nadi teraba kuat, irama denyut nadi
teratur, denyut nadi teraba 80 x/menit. Tekanan darah
100/70 mmHg. Suara perkusi jantung terdengar pekak, S1
dan S2 terdengar murni reguler.
g) Sistem pencernaan : bentuk bibir simetris, bibir nampak
lembab, bibir berwarna merah kecoklatan, gigi klien tidak
ada yang tanggal, lidah bergerak dengan bebas, bentuk
abdomen datar, bising usus terdengar dengan frekuensi
6 x/menit, terdengar bunyi timpani pada perkusi, tidak ada
45. 32
benjolan maupun nyeri tekan, tidak ada pembesaran tonsil,
tidak teraba pembesaran hepar dan limpa.
h) Sistem Endokrin : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
tidak ada nyeri tekan.
i) Sistem Perkemihan : tidak ada pembesaran ginjal, tidak ada
udema pada daerah preorbital, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada distensi pada kandung kemih, warna urine kuning
mudah, dengan bau khas amis.
j) Sistem Muskuloskeletal
(a) Ekstermitas atas : bentuk simetris, tidak ada udema,
tidak ada peradangan, refleks bisep/trisep : ++/++
kekuatan otot 5/5
(b) Ekstermitas bawah : Bentuk simetris kiri dan kanan,
Refleks patella kaki Dektra (+) sinistra (+), refleks
tendon achiles Dektra (+) sinistra (+), babinsky
Dektra (+) sinistra (+), kekuatan otot 4/4.
k) Sistem integumen : kulit kepala tampak bersih,
penyebaran rambut merata, warna rambut hitam, rambut
kotor dan nampak kusut, warna kulit sawo matang, kuku
nampak panjang, terdapat luka post op laminektomi
dibagian pinggang sepanjang 20 cm, luka nampak masih
basah dan kemerahan serta tertutup verban. Tidak ada pus
pada luka.
46. 33
l) Sistem Indra : ekspresi wajah meringis saat nyeri, tidak
ada radang dan udema pada palpebra, pada skelera tidak
ada tanda ikterus, konjungtiva merah muda, hidung
simetris kiri dan kanan, tidak ada secret. Klien tidak
menggunakan alat pendengaran, tidak ada nyeri tekan.
m) Sistem Reproduksi : tidak dilakukan pengkajian karena
klien menolak untuk dilakukan pemeriksaan. Klien
mengatakan tidak ada keluhan pada sistem ini.
n) Sistem imun : tidak ada pembesaran dan nyeri tekan pada
kelenjar limfe.
o) Sistem Persyarafan
(a) Tes fungsi cerebral
1. Fungsi kesadaran : kualitas kesadaran compos
mentis, GCS (E4 M6 V5).
2. Status mental
1) Orientasi : orietasi klien terhadap orang,
tempat dan waktu tidak terganggu dibuktikan
dengan klien mampu mengenal perawat dan
klien mampu menyebutkan tanggal masuk
Rumah Sakit.
2) Daya ingat : memori jangka panjang klien
baik, dibuktikan dengan klien dapat
menyebutkan tanggal kelahirannya. Memori
47. 34
jangka pendek klien baik, klien dapat
menyebutkan menu makanan yang baru saja
dimakan dengan benar.
3) Perhatian dan perhitungan : kemampuan
perhitungan dan perhatian klien masih baik,
klien dapat menjawab dengan benar hitungan
yang diberikan 10-17.
4) Bicara dan bahasa : fungsi bicara dan bahasa
klien baik, klien dapat berkomunikasi dengan
perawat.
(b) Tes fungsi cranial
(1) Nervus I (Nervus Olfaktorius) : Klien dapat
membedakan bau kopi dan minyak kayu putih.
(2) Nervus II (Nervus Optikus) : Fungsi penglihatan
kien kabur karena kurang .jelas membaca papan
nama perawat.
(3) Nervus III (Nervus Okulomotorius) : Klien
dapat menggerakkan kedua bola mata keatas
dan kebawah, pupil isokor pada kedua mata.
(4) Nervus IV (Nervus Troklearis) : Kelopak mata
kiri dan kanan dapat digerakkan keatas dan
kebawah.
48. 35
(5) Nervus V (Nervus Trigeminus) : Klien dapat
mengangkat dan kelopak matanya, maksilaris
(rahang atas) normal dan mandibularis (rahang
bawah) normal.
(6) Nervus VI (Nervus Abdusen) : Klien dapat
menggerakkan bola mata ke segala arah.
(7) Nervus VII (Nervus Vasialis) : Klien dapat
membedakan rasa kasar dan halus pada pipi
kanan dan kiri. Klien dapat tersenyum. Klien
dapat membedakan rasa manis dan asin. Klien
dapat mengangkat alis dan mengerutkan alis.
Klien dapat menggembungkan pipi.
(8) Nervus VIII (Nervus Akustikus) : Fungsi
pendengaran klien baik dibuktikan dengan klien
dapat mendengarkan bisikan pada kedua telinga.
(9) Nervus IX (Nervus Glosofaringeus) : Klien
dapat mengucapkan kata-kata dengan baik.
(10) Nervus X (Nervus Vagus) : Klien dapat
menelan dengan baik.
(11) Nervus XI (Nervus Asesorius) : Klien dapat
menahan tangan perawat yang diletakkan pada
kedua pipi dengan kuat. Klien dapat menahan
49. 36
beban tangan perawat yang diletakkan pada
kedua bahu.
(12) Nervus XII (Nervus Hipoglosus) : Klien dapat
mengeluarkan lidah. Klien tidak mengalami
kesulitan dalam menggerakkan lidah kekanan
dan kekiri.
(c) Refleks fisiologis
Biseps : Dekstra (+) sinistra (+), Trisep : Dekstra (+)
sinistra (+), Patella : Dekstra (+) sinistra (+),
Achilens : Dekstra (+) sinistra (+)
4) Pola kegiatan sehari-hari
Tabel 9. Pola Kegiatan Sehari-hari Tn. T
No Jenis Aktivitas Sebelum Sakit Setelah Sakit
1 . Nutrisi
a. a) Makan
b. (1) Frekuensi
c. (2) Porsi makan
(3) Jenis
(4) Keluhan
b) Minum
(1) Frekuensi
(2) Jenis
(3) Keluhan
3 x/hari
1 porsi dihabiskan
Nasi, Lauk, Sayur
Tidak ada keluhan
6-7 gelas/hari
Susu dan air mineral
Tidak ada keluhan
3 x/hari ½ porsi
makan dihabiskan .
Nasi, Lauk, Sayur
Tidak ada keluhan.
6-7 gelas/hari
Air mineral
Tidak ada keluhan
2. Eliminasi
a) BAK
(1) Frekuensi
(2) Bau
(3) Warna
(4) Keluhan
b) BAB
(1) Frekuensi
(2) Warna
(3) Konsistensi
(4) Keluhan
5 – 6/ hari
Normal
Kuning
2 – 3/hari
Kuning
Padat
Tidak ada keluhan
4 – 5/hari
Amoniak
Kuning
Tidak ada keluhan
1 – 2/hari
Kuning kecoklatan
Lunak.
Tidak ada keluhan
3. Istirahat
a) Tidur siang
b) Tidur malam
c) Keluhan
19.00-16.00
22.00-05.00
Tidak ada keluhan
13.00-15.00
21.00-05.00
Tidak ada keluhan
50. 37
No.
4.
Jenis Aktivitas
Personal hygiene
a) Mandi
b) Sikat gigi
c) Mencuci rambut
d) Mengguting
kuku
Sebelum Sakit
2x/ hari
2x sehari
2x seminggu
1x seminggu
Setelah Sakit
1x sehari dibantu
keluarga dengan
menggunakan waslap
1x sehari
Klien mengatakan
selama di RS belum
pernah keramas dan
gunting kuku.
5. Aktifitas Sehari-hari klien beraktifitas
membantu orang tua
memenuhi nafkah.
Klien hanya
berbaring diatas
tempat tidur.
Sumber : Data primer (pengkajian).
5) Data Psikologis
a) Status Emosi
Pada saat di lakukan pengkajian klien mengatakan cemas
dengan keadaannya, nampak gelisah, tidak tenang dan
meringis karena kesakitan, serta klien sering bertanya
tentang penyakitnya.
b) Konsep Diri
(1) Body image : klien mengatakan saat ini merasa
keadaan fisiknya terganggu, klien tidak bisa berbuat
apa - apa, hanya bisa berbaring di tempat tidur.
(2) Ideal Diri : klien berharap agar cepat sembuh, sehingga
klien bisa berkumpul kembali bersama keluarga.
(3) Harga Diri : klien menyadari bahwa semua ini cobaan
dari Tuhan.
(4) Peran : peran klien sebagai seoarang anak yang juga
turut membantu keluarga dalam mencari nafkah, dan
selama dirumah sakit klien tidak bisa bekerja.
Lanjutan tabel 9.
51. 38
(5) Identitas Diri : klien mengatakan dirinya seorang laki-
laki yang berusia 23 tahun dari 3 bersaudara.
c) Pola Koping : klien mengatakan bila ada masalah, klien
tidak pernah menceritakan masalahnya kepada orang lain,
hanya kepada ayah dan ibunya.
6) Data Sosial
a. Orang yang terdekat dengan klien adalah ayah ibu
kandungnya.
b. Klien orang yang mudah bergaul, serta mudah
mendapatkan teman.
c. Interaksi dengan lingkungan sekitarnya baik.
7) Data Spiritual
a. Klien beragama islam
b. Klien melaksanakan shalat lima waktu, tetapi setelah sakit
tidak dilaksanakan.
8) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium tanggal 22 Februari 2016.
Tabel 10. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tn. T
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan
Hematologi
Darah rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
9,5 g/dl
27
7.300
116.000
3,15
14-18
35-47
3.800-10.600
150.000-450.000
4,19-5,96
g/dL
%
g/mmᶾ
g/mmᶾ
Juta/uL
Sumber : Rekam Medik Bedah Saraf RSUP dr hasan Sadikin Bandung.
52. 39
9) Pengobatan
a) Ranitidin 1 ampul/12 jam/IV
b) Ketorolak 1 ampul/12 jam/IV
c) Ceftazidine 1 gr/8 jam/IV
b. Pengelompokkan Data
1) .Data Subjektif :
a) Klien mengeluh nyeri pada luka bekas operasi pada daerah
punggung.
b) Klien mengatakan nyeri hilang timbul.
c) Klien mengatakan tidak bisa melakukan aktifitasnya sendiri.
d) Klien mengatakan selama di RS belum pernah keramas dan
gunting kuku.
e) Klien mengatakan cemas dengan keadaanya.
2) Data Objektif
a) Klien nampak meringis saat nyeri.
b) Skala nyeri 6 (0-10).
c) Nampak luka post op laminektomi sepanjang 20 cm.
d) Luka nampak basah dan kemerahan serta tertutup verban.
e) Klien nampak lemah.
f) Aktifitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat
g) Kuku klien nampak panjang
h) Klien tidak mampu melakukan perawatan diri : keramas dan
gunting kuku.
53. 40
i) Rambut klien kotor dan nampak kusam.
j) Klien nampak cemas dan gelisah.
k) Klien sering bertanya tentang penyakitnya.
l) HB : 9,5 g/dl
m) TTV : TD : 100/70 mmHg
N : 80 x/menit
P : 22 x/menit
S : 36 ºC
c. Analisa Data
Tabel 11. Analisa Data
No Symtom Etiologi Problem
1. Data Subjektif :
a) Klien mengeluh nyeri
pada daerah luka bekas
operasi.
b) Klien mengatakan nyeri
dirasakan hilang timbul.
Data Objektif :
a) Nampak luka Post Op
laminektomi sepanjang
20 cm.
b) Ekspresi klien kadang
meringis saat nyeri.
c) Skala nyeri 6 (0 – 10)
d) TTV ( TD = 100/70
mmHg, N = 80 x/menit,
RR = 22 x/menit, dan S
= 36 ᵒ c)
Tumor Medulla Spinalis
↓
Tindakan pembedahan
laminektomi
↓
Terputusnya kontinuitas
jaringan
↓
Merangsang pelepasan
mediator kimia (bradikinin,
histamin, serotinin &
prostagladin)
↓
Merangsang saraf perifer
Dihantarkan ke kordaspinalis
Diteruskan ke jalur spino
thamamic traet (STT)
Thalamus
Kortex cerebri
Nyeri dipresepsikan
Nyeri akut
2. Data Subjektif :
a) Kien mengatakan selama
di RS belum pernah
menggunting kuku dan
keramas.
Tumor medulla spinalis
↓
Post op laminektomi
↓
Terputusnya kontinuitas
Defisit
perawatan diri
54. 41
No. Symtom
b) Klien mengatakan tidak
bisa melakukan
aktifitasnya sendiri.
Data Objektif :
a) Kuku klien nampak
panjang.
b) Klien tidak mampu
melakukan perawatan
diri : keramas dan
gunting kuku.
c) Rambut kotor dan
nampak kusut.
Etiologi
jaringan
↓
Nyeri saat beraktivitas
↓
Keterbatasan rentang gerak
Bed rest
↓
Defisit perawatan diri
Problem
3. Data Subyektif :-
Data Obyektif :
a) Nampak luka post op
laminektomi sepanjang 20
cm.
b)Luka nampak basah dan
kemerahan serta tertutup
verban.
c) TTV ( TD = 100 / 70
mmHg, N = 80 x / menit,
RR = 22 x / menit, dan S
= 36 ᵒ c).
d) HB : 9,5 g/dl
Tumor Medulla Spinalis
↓
Tindakan pembedahan
laminektomi
↓
Terputusnya kontunuitas
jaringan
Adanya Port The Entry
Pertahanan primer tidak
adekuat
Resiko infeksi
Resiko infeksi
4. Data Subjektif :
Klien mengatakan cemas
dengan penyakitnya.
Data Objektif :
a) Klien sering bertanya
tentang penyakitnya.
b) Klien klien nampak
cemas dan gelisah.
c)TD 100/70 mmHg, Nadi
80 x/mnt, Respirasi 22
x/mnt, Suhu 36 o
C
Tumor Medulla Spinalis
Merupakan penyakit kronis
Perubahan status kesehatan
Informasi yang kurang
mengenai program perawatan
dan pengobatan tentang
penyakitnya
Ketidaktahuan keluarga
tentang program perawatan
dan pengobatan
Stressor bagi klien
Koping individu tidak efektif
Ansietas
Ansietas
Lanjutan tabel 11.
55. 42
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan (luka
post op laminektomi), ditandai dengan :
Data Subyektif :
1) Klien mengeluh nyeri pada daerah luka bekas operasi pada daerah
punggung.
2) Klien mengatakan nyeri dirasakan hilang timbul.
Data Objektif :
1) Nampak luka Post Op laminektomi sepanjang 20 cm.
2) Ekspresi klien kadang meringis saat nyeri.
3) Skala nyeri 6 (0 – 10)
4) TTV (TD = 100/70 mmHg, N = 80 x/menit, RR = 22 x/menit, dan
S = 36 ᵒ c).
b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan rentang gerak
akibat nyeri, ditandai dengan :
Data Subjektif :
1) Kien mengatakan selama di RS belum pernah keramas dan
menggunting kuku.
2) Klien mengatakan tidak bisa melakukan aktifitasnya sendiri.
Data Objektif :
1) Kuku klien nampak panjang.
2) Klien tidak mampu melakukan perawatan diri : keramas dan
gunting kuku.
3) Rambut kotor dan nampak kusut
56. 43
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat, ditandai dengan :
Data Subyektif : -
Data Obyektif :
1) Nampak luka post op laminektomi sepanjang 20 cm.
2) Luka nampak basah dan kemerahan serta tertutup verban.
3) HB : 9,5 g/dl
4) TTV (TD = 100 / 70 mmHg, N = 80 x / menit, RR = 22 x / menit,
dan S = 36 ᵒ )
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, dibuktikan
dengan :
Data Subjektif :
1) Klien mengatakan cemas dengan penyakitnya.
Data Objektif :
1) Klien sering bertanya tentang penyakitnya.
2) Klien nampak cemas dan gelisah.
3) TTV (TD 100/70 mmHg, Nadi 80 x/mnt, Respirasi 22 x/mnt,
Suhu 36 o
C).
57. 44
3. Perencanaan
Nama : Tn. T Tanggal Masuk RS : 5 Februari 2016
Umur : 23 Tahun Tanggal Pengkajian : 23 Februari 2016
Jenis Kelamin : Laki-laki No. Register : 000 1261631
Alamat : karawang Diagnosa : SOL Intradural Ektramedular
Tabel 12. Rencana Asuhan Keperawatan
NO Diagnosa Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan (luka post op
laminektomi), ditandai dengan :
Data Subjektif :
a) Klien mengeluh nyeri pada daerah luka
bekas operasi pada daerah punggung.
b) Klien mengatakan nyeri dirasakan hilang
timbul.
Data Objektif :
a) Nampak luka Post Op laminektomi
sepanjang 20 cm.
b) Ekspresi klien kadang meringis saat nyeri.
c) Skala nyeri 6 (0 – 10)
d) TTV ( TD = 100/70 mmHg, N = 80
x/menit, RR = 22 x/menit, dan S = 36 ᵒc)
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
selama 3 hari nyeri
hilang atau terkontrol,
dengan kriteria hasil:
a) Klien mengatakan
nyeri hilang.
b) Klien nampak rileks.
c) Tanda vital dalam
rentang normal.
TD:100/70 mmHg
N: 80x/i
P : 22x/i
S : 36°C
d) Skala nyeri 1.
1. Observasi TTV
2. Identifikasi persepsi
klien tehadap nyeri,
lokasi dan intensitas
nyeri yang diraasakan
3. pertahankan kepala
dalam posisi 15-45
derajat
4. Ajarkan dan lakukan
teknik relakasi.
5. Ajarkan dan lakukan
teknik distraksi
6. Kolaborasi dalam
pemberian therapi obat
analgetik.
1. TTV merupakan gambaran umum
mengenai keadaan klien
2. Mendapatkan data sebagai dasar
penentuan intervensi yang akan
dilakukan
3. Dapat melancarkan venus return dari
vena jugularis, sehingga menurunkan
TIK dan mengurangi penyebab nyeri
4. Teknik relakasi dapat menurunkan
ketegangan otot
5. Dapat mengalihkamn konsentrasi
klien terhadap nyeri
6. Obat analgetik dapat meningkatkan
ambang nyeri
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan
kelemahan fisik, ditandai dengan :
Data Subjektif :
a) Klien mengatakan selama di RS belum
pernah keramas dan menggunting kuku.
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3
hari defisit perawatan
diri teratasi, dengan
kriteria:
1. Kaji tingkat kebersihan
klien
2. Bantu klien dalam
memenuhi kebersihan diri
yaitu, cuci rambut dan
1. Sebagai dasar dalam menentukan
intervensi selanjutnya.
2. Memberikan rasa nyaman klien.
58. 45
No. Diagnosa Keperawatan
b) Klien mengatakan tidak bisa melakukan
aktifitasnya sendiri.
Data Objektif :
a) Kuku klien nampak panjang.
b) Klien tidak mampu melakukan perawatan
diri : keramas dan gunting kuku.
c) Rambut kotor dan nampak kusust.
Tujuan
a)Klien merasa lebih
nyaman.
b)Rambut klien nampak
bersih.
c)Kuku klien nampak
pendek.
Intervensi
potong kuku
3. Jelaskan pada klien dan
keluarganya tentang
pentingnya kebersihan diri
4. Libatkan keluarga dalam
pemenuhan kebersihan diri
klien
Rasional
3. Meningkatkan pemahaman klien
tentang kebersihan diri.
4. Agar keluarga mampu merawat
klien.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
pertahanan primer tidak adekuat, di buktikan
dengan :
Data Subyektif : -
Data Obyektif :
a) Nampak luka post op laminektomi
sepanjang 20 cm.
b)Luka nampak basah dan kemerahan serta
tertutup verban
c) TTV ( TD = 100 / 70 mmHg, N = 80 x /
menit, RR = 22 x / menit, dan S = 36ᵒ c).
d) HB : 9,5 g/dl
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
selama 3 hari infeksi
tidak terjadi dengan
kriteria :
a. Tidak ada tanda-
tanda infeksi
b. Luka nampak kering.
c. TTV dalam batas
normal
TD:100/70 mmHg
N: 80x/i
P : 22x/i
S : 36°C
1. Kaji tanda-tanda vital
2. Berikan perawatan septik
dan antiseptik pada luka
3. Observasi daerah luka
4. Pantau suhu tubuh secara
teratur
5. Pertahankan intake
nutrisi klien secara
adekuat
6. Kolaborasi pemberian
obat antibiotik.
1. Tanda-tanda vital merupakan
gambaran umum mengenai status
kesehatan klien
2. Perawatan septik antiseptik dapat
mencegah terjadinya infeksi
nosokomial
3. Dapat mendeteksi dini perkembangan
infeksi yang memungkinkan untuk
melakukan tindakan dengan segera,
dan pencegahan terhadap komplikasi
selanjutnya.
4. Kenaikan suhu tubuh
mengindikasikan perkembangan
sepsis, yang selanjutnya memerlukan
evaluasi atau tindakan segera.
5. Intake nutrisi yang adekuat dapat
meningkatkan daya tahan tubuh dan
mempercepat proses penyembuhan
6. Obat antibiotik bersifat bakterisidal
dan bakteriostatik, sehingga
mencegah terjadinya infeksi.
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan
status kesehatan. dibuktikan dengan :
Data Subjektif :
a. Klien mengatakan cemas dengan
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
selama 3 hari kecemasan
klien teratasi dengan
1. Gunakan pendekatan yang
menenangkan.
2. Identifikasi tingkat
kecemasan
1. Langkah perawat dalam menentukan
tindakan keperawatan.
2. Untuk mengetahui tingkat
kecemasan klien.
Rencana Tindakan Keperawatan
Lanjutan tabel 12.
59. 46
No. Diagnosa Keperawatan
penyakitnya.
Data Objektif :
a. Klien sering bertanya tentang penyakitnya.
b.Klien klien nampak cemas dan gelisah.
c.TD 100/70 mmHg, Nadi 80 x/mnt, Respirasi
22 x/mnt, Suhu 36 o
C
Tujuan
kriteria hasil:
a) Klien mengatakan
sudah tidak cemas.
b) Klien nampak rileks.
Intervensi
3. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi, dan
dengarkan dengan penuh
perhatian.
4. Temani pasien untuk
memberikan keamanan dan
mengurangi takut.
5. Libatkan keluarga untuk
mendampingi klien.
6. Instruksikan pada pasien
untuk menggunakan tehnik
relaksasi.
Rasional
3. Untuk mengetahui penyebab
kecemasan klien.
4. Menunjukan rasa empati pada klien.
5. Untuk mengurangi kecemasan klien.
6. Agar klien mampu mengatasi
kecemasannya.
Rencana Tindakan Keperawatan
Lanjutan tabel 12.
60. 47
4. Implementasi dan Evaluasi
Nama : Tn. T Tanggal Masuk RS : 5 Februari 2016
Umur : 23 Tahun Tanggal Pengkajian : 23 Februari 2016
Jenis Kelamin : Laki-laki No. Register : 000 1261631
Alamat : karawang Diagnosa : SOL Intradural Ektramedular
Tabel 13. Implementasi dan Evaluasi
Hari/
Tanggal
No.
DX
Jam Impelementasi Hari/
Tanggal
Jam Evaluasi
Selasa,
23
Februari
2016
I 07.30
08.00
08.15
08.30
09.00
09.30
1. Mengobserfasi TTV :
Hasil : TTV ( TD = 100/70 mmHg, N = 80 x/menit, RR = 22
x/menit, dan S = 36 ᵒc).
2. Mengidentifikasi persepsi klien tehadap nyeri, lokasi dan
intensitas nyeri yang dirasakan.
Hasil : Nyeri dirasakan pada pinggang luka post op laminektomi
dengan skala 6(0-10) dengan sifat keluhan hilang timbul.
3. Mempertahankan kepala dalam posisi 15-45 derajat.
Hasil : klien merasa nyaman.
4. Mengajarkan teknik relaksasi pada klien, yaitu dengan menarik
napas dalam melalui hidung dan menghembuskan napas secara
perlahan melalui mulut.
Hasil : klien kooperatif.
5. Mengajarkan teknik distraksi, yaitu dengan mengajak ngobrol
atau mengalihkan perhatian klien terhadap hal yang disenanginya.
Hasil : klien paham dan kooperatif.
6. Memberikan obat analgetik.
Hasil : a. Injeksi ketorolac 50 mg /IV
b. Injeksiranitidine 1 amp/IV.
Selasa,
23
Februari
2016
13.00 S : klien mengatakan masih nyeri.
O :
a. Ekpresi klien meringis saat nyeri.
b. Skala nyeri 6 (0-10).
A : Tujuan Belum Tercapai.
P : Lanjutkan intervensi :
1. Observasi TTV
2. Identifikasi persepsi klien tehadap
nyeri, lokasi dan intensitas nyeri
yang diraasakan
3. pertahankan kepala dalam posisi
15-45 derajat
4. Ajarkan dan lakukan teknik
relakasi.
5. Ajarkan dan lakukan teknik
distraksi
6. Kolaborasi dalam pemberian
therapi obat analgetik.
Selasa,
23
II 07.30 1. Mengkaji tingkat kebersihan klien.
Hasil : rambut klien nampak kotor dan kusam, kuku klien
Selasa,
23
14.00 S : Klien merasa lebih nyaman.
O :
61. 48
Hari/
Tanggal
Februari
2016
No.
DX
Jam
08.00
08.15
08.30
Implementasi
nampak panjang.
2. Membantu klien dalam memenuhi kebersihan diri yaitu, cuci
rambut dan potong kuku.
Hasil : klien merasa lebih nyaman.
3. Menjelaskan pada klien dan keluarganya tentang pentingnya
kebersihan diri.
Hasil : klien dan keluarga paham.
4. Melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebersihan diri klien.
Hasil : klien dan keluarga kooperatif.
Hari/
Tanggal
Februari
2016
Jam Evaluasi
a. Rambut klien nampak lebih bersih
dan rapi.
b. Klien terlihat lebih segar.
A : Tujuan Tercapai
P : Pertahankan Intervensi.
Selasa,
23
Februari
2016
III 07.30
08.00
08.15
08.30
09.00
1. Mengkaji tanda-tanda vital.
Hasil : TTV ( TD = 100/70 mmHg, N = 80 x/menit, RR = 22
x/menit, dan S = 36 ᵒC).
2. Memberikan perawatan septik dan antiseptik pada luka.
Hasil : luka nampak bersih.
3. Mengobservasi daerah luka.
Hasil : tanda-tanda infeksi kalor, dolor, tumor & rotor tidak
ada.
4. Memantau suhu tubuh secara teratur
Hasil : suhu tubuh 36,4 ᵒC
5. Memberikanan obat antibiotik.
Hasil : injeksi ceftriaxone 1 gr/IV.
Selasa,
23
Februari
2016
13.00 S : -
O :
a. TTV ( TD = 110/80 mmHg, N
= 84 x/menit, RR = 20
x/menit, dan S = 36,2 ᵒC).
b. Nampak luka post op
laminektomi 20 cm.
c. Luka nampak masih basah.
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi.
1. Kaji tanda-tanda vital.
2. Berikan perawatan septik dan
antiseptik pada luka.
3. Observasi daerah luka.
4. Pantau suhu tubuh secara
teratur.
5. Pertahankan intake nutrisi
klien secara adekuat.
6. Kolaborasi pemberian obat
antibiotik.
Selasa,
23
IV 07.30 1. Melakukan pendekatan yang menenangkan.
Hasil : klien merasa senang pada perawat.
Selasa,
23
13.30 S : Klien mengatakan sudah tidak
cemas.
Lanjutan tabel 13.
62. 49
Hari/
Tanggal
Februari
2016
No.
DX
Jam
08.00
08.15
08.30
11.10
11.15
11.30
11.40
13.00
Implementasi
2. Mengidentifikasi tingkat kecemasan.
Hasil : tingkat kecemasan klien tinggi.
3. Membantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan.
Hasil : klien mengetahu kecemasan yang di alami
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan klien tentang
penyakitnya.
4. Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi.
Hasil : klien mengatakan cemas terhadap kondisi yang
menimpanya.
5. Mendengarkan dengan penuh perhatian.
Hasil : klien merasa nyaman mengungkapkan perasaannya.
6. menjelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
prosedur.
Hasil : klien paham dan setuju atas tindakan keperawatan
kepada klien seperti merawat luka.
7. Menemani pasien untuk memberikan keamanan dan
mengurangi takut.
Hasil : klien mengatakan kecemasanya berkurang dengan
adanya teman.
8. Melibatkan keluarga untuk mendampingi klien.
Hasil : keluarga kooperatif.
9. Menginstruksikan pada klien untuk menggunakan tehnik
relaksasi.
Hasil : klien mampu menggunakan tehnik relaksasi.
Hari/
Tanggal
Februari
2016
Jam Evaluasi
O :
a. Klien nampak rileks.
b. Klien sudah tidak bertanya-tanya
tentang keadaannya.
A : Tujuan Tercapai
P : Pertahankan Intervensi.
Lanjutan tabel 13.
63. 50
5. Catatan Perkembangan
Tabel 14. Catatan Perkembangan
No. DX.
Kep
Waktu/
Tanggal
Jam Catatan Perkembangan Paraf
1. I Rabu,
24
Februari
2016
08.00
08.10
08.20
08.30
08.35
08.45
09.00
09.15
S : klien mengatakan masih nyeri.
O : a. Ekpresi klien meringis saat nyeri.
b. Skala nyeri 6 (0-10).
A : Tujuan Belum Tercapai.
P : Lanjutkan intervensi.
I :
1. Mengobserfasi TTV :
Hasil : TTV (TD = 110/70 mmHg, N = 84 x/menit,
RR = 24 x/menit, dan S = 37 ᵒC).
2. Mengidentifikasi persepsi klien tehadap nyeri, lokasi
dan intensitas nyeri yang diraasakan.
Hasil : Nyeri dirasakan pada pinggang luka post op
laminektomi dengan skala 4 (0-10) dengan sifat
keluhan hilang timbul.
3. Mempertahankan kepala dalam posisi 15-45 derajat.
Hasil : klien merasa nyaman.
4. Mengajarkan teknik relakasi pada klien, yaitu
dengan menarik napas dalam melalui hidung dan
menghembuskan napas secara perlahan melalui
mulut.
Hasil : klien kooperatif.
5. Mengajarkan teknik distraksi, yaitu dengan
mengajak ngobrol atau mengalihkan perhatian klien
terhadap hal yang disenanginya.
Hasil : klien paham dan kooperatif.
6. Memberikan obat analgetik.
Hasil : a. Injeksi ketorolac 50 mg / IV
b. Injeksi ranitidin 1 amp/IV
E : Masalah belum teratasi namun sudah ada kemajuan.
2. III Rabu,
24
Februari
2016
08.00
08.10
08.20
08.30
08.35
08.45
09.00
S : -
O : a. TTV ( TD = 110/70 mmHg, N = 84 x/menit, RR =
24 x/menit, dan S = 37 ᵒC).
b. Nampak luka post op laminektomi 20 cm.
c. Luka nampak masi basah.
A : Tujuan belum tercapai.
P : Lanjutkan intervensi.
I :
1.Mengkaji tanda-tanda vital.
Hasil : TTV ( TD = 110/70 mmHg, N = 84 x/menit, RR
= 22 x/menit, dan S = 36,2 ᵒC).
2.Memberikan perawatan septik dan antiseptik pada.
Hasil : luka nampak bersih.
3.Mengobservasi daerah luka.
Hasil : tanda-tanda infeski kalor, dolor, tumor & dobor
tidak ada.
4.Memantau suhu tubuh secara teratur.
Hasil : suhu tubuh 36,4 ᵒC
5.Memberikan obat antibiotik.
Hasil : injeksi cefriaxone 1 gr/IV
E : Masalah belum teratasi namun sudah ada kemajuan.
64. 51
No. DX.
Kep
Hari/
Tanggal
Jam Catatan Perkembangan Paraf
3. I Kamis,
25
Februari
2016
08.00
08.10
08.20
08.30
08.35
08.45
09.00
09.15
S : klien mengatakan masih nyeri.
O : a. Ekpresi klien meringis saat nyeri.
b. Skala nyeri 6 (0-10).
A : Tujuan Belum Tercapai.
P : Lanjutkan intervensi.
I :
1. Mengobserfasi TTV :
Hasil : TTV ( TD = 110/70 mmHg, N = 84 x/menit,
RR = 24 x/menit, dan S = 37 ᵒC).
2. Mengidentifikasi perspsi klien tehadap nyeri, lokasi
dan intensitas nyeri yang diraasakan.
Hasil : Nyeri dirasakan pada pinggang luka post op
laminektomi dengan skala 4 (0-10) dengan sifat
keluhan hilang timbul.
3. Mempertahankan kepala dalam posisi 15-45 derajat.
Hasil : klien merasa nyaman.
4. Mengajarkan teknik relakasi pada klien , yaitu
dengan menarik napas dalam melalui hidung dan
menghembuskan napas secara perlahan melalui
mulut.
Hasil : klien kooperatif.
5. Mengajarkan teknik distrksi, yaitu dengan mengajak
ngobrol atau mengalihkan perhatian klien terhadap
hal yang di senanginya.
Hasil : klien paham dan kooperatif.
6. Memberikan obat analgetik.
Hasil : a. Injeksi ketorolac 50 mg / IV
b. Injeksi ranitidin 1 amp/IV
E : Masalah belum teratasi namun sudah ada kemajuan.
4. III Kamis,
25
Februari
2016
08.00
08.10
08.20
08.30
08.35
08.45
09.00
S : -
O : a. TTV ( TD = 110/70 mmHg, N = 84 x/menit, RR = 24
x/menit, dan S = 37 ᵒC).
b. Nampak luka post op laminektomi 20 cm.
c. Luka nampak masi basah.
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi.
I :
1.Mengkaji tanda-tanda vital.
Hasil : TTV ( TD = 110/70 mmHg, N = 84 x/menit,
RR = 22 x/menit, dan S = 36,2 ᵒC).
2.Memberikan perawatan septik dan antiseptik pada
luka.
Hasil : luka nampak bersih.
3.Mengobservasi daerah luka.
Hasil : tanda-tanda infeski kalor, dolor, tumor &
dobor tidak ada.
4.Memantau suhu tubuh secara teratur.
Hasil : suhu tubuh 36,4 ᵒC
5.Memberian obat antibiotik.
Hasil : injeksi cefriaxone 1 gr/IV
E : Masalah belum teratasi namun sudah ada kemajuan.
Lanjutan tabel 14.
65. 52
No. DX.
Kep
Hari/
Tanggal
Catatan Perkembangan Paraf
5. I Jumat,
26
Februari
2016
08.00
08.10
08.20
08.30
08.35
08.45
09.00
09.15
S : klien mengatakan masih nyeri.
O : a. Ekpresi klien meringis saat nyeri.
a. Skala nyeri 6 (0-10).
A : Tujuan Belum Tercapai.
P : Lanjutkan intervensi.
I :
1. Mengobserfasi TTV :
Hasil : TTV (TD = 110/80 mmHg, N = 82 x/menit,
RR = 22 x/menit, dan S = 36,8 ᵒC).
2. Mengidentifikasi persepsi klien tehadap nyeri, lokasi
dan intensitas nyeri yang diraasakan.
Hasil : Nyeri dirasakan pada pinggang luka post op
laminektomi dengan skala 4 (0-10) dengan sifat
keluhan hilang timbul.
3. Mempertahankan kepala dalam posisi 15-45 derajat.
Hasil : klien merasa nyaman.
4. Mengajarkan teknik relakasi pada klien, yaitu
dengan menarik napas dalam melalui hidung dan
menghembuskan napas secara perlahan melalui
mulut.
Hasil : klien kooperatif.
5. Mengajarkan teknik distraksi, yaitu dengan
mengajak ngobrol atau mengalihkan perhatian klien
terhadap hal yang disenanginya.
Hasil : klien paham dan kooperatif.
6. Memberikan obat analgetik.
Hasil : a. Injeksi ketorolac 50 mg / IV
b. Injeksi ranitidin 1 amp/IV
E : Masalah belum teratasi namun sudah ada kemajuan.
6 III Jumat,
26
Februari
2016
08.00
08.10
08.20
08.30
08.35
08.45
09.00
S : -
O : a. TTV (TD = 110/80 mmHg, N = 82 x/menit, RR =
22 x/menit, dan S = 36,8 ᵒC).
b. Nampak luka post op laminektomi 20 cm.
c. Luka nampak masih basah.
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi.
I :
1. Mengkaji tanda-tanda vital.
Hasil : TTV ( TD = 110/80 mmHg, N = 82 x/menit,
RR = 22 x/menit, dan S = 36,8 ᵒC).
2. Memberikan perawatan septik dan antiseptik pada
luka.
Hasil : luka nampak bersih.
3. Mengobservasi daerah luka.
Hasil : tanda-tanda infeski kalor, dolor, tumor &
dobor tidak ada.
4. Memantau suhu tubuh secara teratur.
Hasil : suhu tubuh 36,4 ᵒC
5. Memberikan obat antibiotik.
Hasil : injeksi cefriaxone 1 gr/IV
E : Masalah belum teratasi namun sudah ada kemajuan.
Lanjutan tabel 14.
66. 53
B. Pembahasan
Berdasarkan tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dan hasil studi kasus
yang penulis lakukan dari Tanggal 23 - 26 Februari 2016, maka pada
pembahasan ini dibahas tentang perbandingan antara teoritis dan fakta yang
ada, yang diperoleh penulis sebagai hasil pelaksanaan Asuhan Keperawatan
pada Klien Tn. T dengan Gangguan Sistem Persarafan : Post OP Laminektomi
a/i Space Occupying Lesion (SOL) Intrameduler Ekstrameduler Di Ruang Bedah
Saraf Gedung Kemuning Lt. II RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung.
1. Pengkajian
Tahap awal proses keperawatan adalah pengkajian yang meliputi
pengumpulan data, klasifikasi data dan analisa data yang kemudian
dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan. Tehnik pengumpulan data
yang digunakan adalah wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi
kokumentasi dan studi kepustakaan.
Menurut teori data – data yang muncul pada klien dengan gangguan
sistem persarafan : Post Op Laminektomi POD XIV Space Occupying
Lesion (SOL) Intrameduler Ekstrameduler yaitu nyeri pada daerah medula
spinalis, penurunan rentang gerak, tidak mampu melakukan aktivitas yang
biasa dilakukannya, gangguan dalam berjalan, konstipasi, mengalami
kesulitan defekasi adanya retensi urin, kekakuan, kesemutan, penurunan
refleks tendon dalam, ketakutan akan timbulnya paralis, ansietas,
penurunan kekuatan otot. Sedangkan pada pelaksanaan studi kasus
ditemukan antara lain data-data seperti : nyeri pada daerah luka bekas
67. 54
operasi pada daerah punggung, selama di RS belum pernah keramas dan
memotong kuku, adanya luka post op laminektomi sepanjang 20 cm, dank
klien mengatakan cemas terhadap penyakitnya sekarang.
Dari data-data tersebut terdapat kesenjangan antara teori dan kasus
Tn.T, dimana tidak semua data yang ada pada tinjauan teoritis ditemukan
pada kasus. Hal ini terjadi karena setiap manusia dalam memberikan
respon baik bio, psiko, sosial dan spiritual terhadap stimulus yang
berbeda-beda sehingga gejala dan karakteristik yang didapatkan berbeda
pula.
2. Diagnosa Keperawatan
Pada tinjauan teoritis, masalah keperawatan yang ditemukan pada
Klien Gangguan Sistem Persarafan : Post OP Laminektomi a/i Space
Occupying Lesion (SOL) Intrameduler Ekstrameduler, adalah sebagai berikut :
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran
darah.
b. Resiko tinggi trauma spinal berhubungan dengan kesulitan
keseimbangan
c. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru.
d. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
(insisi) dan penekanan masa tumor.
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuro
muscular.
68. 55
f. Konstipasi berhubungan dengan bengkak pada area bedah
imobilisasi.
g. Resiko retensi urin berhubungan dengan bengkak pada area operasi.
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam studi kasus
sebagai hasil analisa dan penetapan masalah keperawatan ditemukan 3
diagnosa aktual dan 1 diagnosa resiko yakni sebagai berikut :
a. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan (luka
post op laminektomi).
b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan rentang gerak
akibat nyeri.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat.
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Adapun diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam kasus yang ada
dalam teori adalah : Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan (luka post op laminektomi).
Sedangkan diagnosa yang ditemukan dalam teori tetapi tidak
ditemukan dalam kasus adalah :
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran
darah. Masalah ini tidak muncul dikasus karena tidak adanya data-data
yang mendukung munculnya masalah seperti parestesia kebas,
penurunan rentang gerak/kekuatan otot.
69. 56
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru. Masalah ini tidak muncul dikasus karena tidak adanya data-data
yang mendukung munculnya masalah seperti adanya sesak napas.
c. Resiko tinggi trauma spinal berhubungan dengan kesulitan
keseimbangan. Masalah ini tidak muncul dikasus karena tidak adanya
data-data yang mendukung munculnya masalah seperti adanya
ketidakmampuan dalam mempertahankan kesejajaran yang tepat dari
spinal.
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuro
muscular. Masalah ini tidak muncul dikasus karena tidak adanya data-
data yang mendukung munculnya masalah seperti adanya penurunan
kekuatan otot.
e. Konstipasi berhubungan dengan bengkak pada area bedah
imobilisasi. Masalah ini tidak muncul dikasus karena tidak adanya
data-data yang mendukung munculnya masalah seperti adanya
penurunan fungsi usus dan pengeluaran feses yang keras.
f. Resiko retensi urin berhubungan dengan bengkak pada area operasi.
Masalah ini tidak muncul dikasus karena tidak adanya data-data yang
mendukung munculnya masalah seperti adanya ketidakmampuan
dalam mengosongkan kandung kemih secara adekuat sesuai
kebutuhan individu.
g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan.
Masalah ini tidak muncul dikasus karena tidak adanya data-data yang
70. 57
mendukung munculnya masalah seperti kurangnya pengetahuan klien
tentang penyakitnya.
Diagnosa yang ada di dalam kasus tetapi tidak ditemukan di dalam
teori yaitu : Defisit perawatan diri, Resiko tinggi infeksi, dan Ansietas.
Kesenjangan ini terjadi karena data-data yang ditemukan pada pengkajian
Tn.T mendukung untuk diagnosa tersebut.
3. Perencanaan
Pada tahap ini penulis bersama keluarga klien menyusun rencana
tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai masalah yang
muncul. Perencanaan keperawatan untuk diagnosa yang ada di kasus dan
ada di teori, tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus karena
dalam membuat intervensi penulis berpatokan pada teoritis. Sedangkan
untuk diagnosa keperawatan yang ada dalam kasus dan tidak ada dalam
teori, intervensi keperawatan disesuaikan dengan masalah dan kebutuhan
klien, serta disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang lain. Dalam
menyusun perencanaan, hal-hal yang mendukung adalah :
a. Adanya kerja sama yang baik dengan perawat, klien dan keluarga
sehingga memudahkan dalam perencanaan tindakan keperawatan.
b. Dukungan dan bimbingan dari perawat ruangan yang dapat
memperlancar dan menyusun perencanaan.
4. Implementasi
Tahap ini merupakan realisasi dari perencanaan yang telah disusun
sehingga dalam pelaksanaan ini mengacu pada perencanaan yang
71. 58
merupakan suatu pendukung berjalannya tahap pelaksanaan adalah kerja
sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga sehingga memudahkan
dalam setiap tindakan. Selain itu adanya dukungan serta bimbingan dari
perawat pembimbing. Sedangkan yang menjadi faktor penghambat dalam
proses pelaksanaan adalah kurangnya sarana dan prasana yang terdapat di
ruangan. Meskipun dengan keterbatasan sarana dan prasarana, namun
setiap intervensi yang telah disusun dapat diimplementasikan kepada
klien. Adapun tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada
antara lain :
a. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan (luka
post op laminektomi) yaitu mengacu pada intervensi atau perencanaan
yang telah ditetapkan dan semua intervensi yang ada.
b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik yaitu
mengacu pada intervensi atau perencanaan yang telah ditetapkan dan
semua intervensi yang ada.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka bekas operasi
yaitu mengacu pada intervensi atau perencanaan yang telah ditetapkan
dan semua intervensi yang ada.
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan yaitu
mengacu pada perencanaan yang telah ditetapkan dan semua
intervensi yang ada.
72. 59
5. Evaluasi
Tahap ini merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dimana
untuk menilai suatu keberhasilan pelaksanaan keperawatan dengan
mengacu pada tercapainya tujuan yang ditetapkan.
Setelah mengimplementasi asuhan keperawatan yang telah
direncanakan selama 3 hari, yang dimulai tanggal 23 sampai 26 February
2016, maka seluruh tujuan yang telah ditetapkan diharapkan dapat
tercapai. Dalam studi kasus ini terdapat 4 diagnosa yang terdiri dari tiga
diagnosa aktual dan 1 diagnosa resiko. 2 diagnosa keperawatan teratasi
yaitu defisit perawatan diri dan ansietas. Serta 2 diagnosa keperawatan
yang belum teratasi tetapi menunjukan perubahan yaitu nyeri akut dan
resiko tinggi infeksi.
Kesenjangan ini terjadi karena dibutuhkan waktu yang lama dalam
mengatasi seluruh diagnosa keperawatan dan membutuhkan waktu yang
berbeda-beda dalam proses penyembuhan.
73. 60
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Setelah penulis melaksanakan studi kasus melalui pendekatan proses yang
dilakukan di ruang perawatan Bedah Saraf Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr.
Hasan Sadikin Bandung sejak Tanggal 23 sampai 26 februari 2016, dengan
mengacu pada keberhasilan yang ingin dicapai, maka penulis menyimpulkan
sebagai berikut :
1. Dalam pengkajian keperawatan semua aspek bio, psiko, sosial, spiritual dan
kultual harus dikaji untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat karena
setiap individu memberikan respon yang berbeda-beda terhadap stimulus baik
internal maupun eksternal sehingga membutuhkan kejelian dalam menilai setiap
respon atau gejala yang ditampakkan oleh klien serta memerlukan kepekaan dan
kemampuan khusus dalam mengintepretasi dan menganalisa data pada klien
dengan gangguan sistem persarafan: Post Op Laminektomi a/i Space Occupying
Lession (SOL) Intrameduler Ekstrameduler.
2. Dalam diagnosa keperawatan pada tinjauan kasus, diagnosa keperawatan yang
ditemukan yaitu : Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas jaringan (luka post op
laminektomi), Defisit perawatan diri b/d keterbatasan rentang gerak akibat nyeri,
Resiko tinggi infeksi b/d pertahanan primer tidak adekuat, Ansietas b/d
perubahan status kesehatan.
3. Pada tahap perencanaan, penulis membuat dan menyusun rencana tindakan yang
disesuaikan dengan kebutuhan serta masalah klien dengan gangguan sistem
74. 61
persarafan : ”Post Op Laminektomi a/i Space Occupying Lession (SOL)
Intrameduler Ekstrameduler” berdasarkan ilmu yang dimiliki serta prosedur
konsep dasar keperawatan.
4. Dalam melakukan asuhan keperawatan pada gangguan sistem persarafan : ” Post
Op Laminektomi a/i Space Occupying Lession (SOL) Intrameduler
Ekstrameduler” diperlukan ilmu dan keterampilan seorang perawat, sarana dan
prasarana yang tersedia sehingga proses keperawatan dapat dilaksanakan dapat
berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
5. Tercapainya penyembuhan dari penyakit diperlukan evaluasi serta berkelanjutan
dan terarah dengan adanya catatan perkembangan, juga diperlukan pengobatan
sesuai dengan program terapi yang teratur. Dalam studi kasus ini terdapat 4
diagnosa yang terdiri dari tiga diagnosa aktual dan 1 diagnosa resiko. 2 diagnosa
keperawatan teratasi yaitu defisit perawatan diri dan ansietas. Serta 2 diagnosa
keperawatan yang belum teratasi tetapi menunjukan perubahan yaitu nyeri akut
dikarenakan luka belum sembuh dan resiko tinggi infeksi.
6. Pada tahap dokumentasi terdapat pernyataan yang berisi hasil aktivitas
keperawatan yang dilakukan perawat terhadap klien, mulai dari pengkajian
hingga evaluasi.
B. REKOMENDASI
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
persarafan : ” Post Op Laminektomi a/i Space Occupying Lession (SOL)
Intrameduler Ekstrameduler” menggunakan pendekatan keperawatan dengan
75. 62
kerjasama antara perawat, klien, keluarga serta tim kesehatan lainya. Maka penulis
megajukan beberapa saran yaitu :
1. Untuk Rumah Sakit
Rumah sakit diharapkan mampu memberikan pelayanan yang komprehensif
yaitu meliputi bio, psiko, sosial, spiritual kepada klien dan perawat agar selalu
menerapkan konsep asuhan keperawatan yang komprehensifdan meningkatkan
frekuensi kontak dengan klien dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta
adanya pendokumentasian yang lengkap dan akurat pada status kesehatan klien.
2. Untuk Institusi Pendidikan
Institusi sebagai penyelenggara pendidikan harus menyediakan referensi yang
memadai, menyangkut hal-hal baru mengenai gangguan sistem persarafan :
“Space Occupying Lession (SOL) Intrameduler Ekstrameduler” serta pembinaan
praktek laboratorium sebelum melaksanakan studi kasus.
3. Untuk Profesi Keperawatan
Selain penanganan secara medik, dorongan dan motivasi secara psikologis
sangat diperlukan oleh klien sehingga dibutuhkan peran aktif dari perawat agar
meningkatkan intensitas/frekuensi kunjungan terhadap klien, tanpa mengabaikan
dengan tim kesehatan lainnya. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perlu
adanya pendokumentasian yang dicatat dalam status kesehatan klien.
4. Untuk Penulis
Bagi penulis, semoga karya tulis ilmiah yang sederhana dapat menjadi bahan
bacaan dan acuan guna meningkatkan kreatifitas dalam pemberian asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan sistem persarafan: “ Post Op
Laminektomi a/i Space Occupying Lession (SOL) Intrameduler Ekstrameduler”.
76. DAFTAR PUSTAKA
Davey, P. (2005). At a glance medicine. Erlangga : Jakarta.
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., & Geissler, A.C. (2000). Rencana asuhan
keperawatatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien. EGC : Jakarta.
Fitri, R.F. (2014). ”Tumor medula spinalis intadural ekstramedula”.J Medula
Unila, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, Vol 4, P.1-8.
Hakim, A.A. (2006). Permasalahan serta penanggulangan tumor otak dan
sumsum tulang belakang. Materi dipresentasikan dalam Rapat Terbuka
Universitas Sumatra Utara, 26 Agustus Medan, P. 1-29.
Muttaqin, A. (2008). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
persarafan. Salemba Medika : Jakarta.
Nursalam. (2013). Proses dan dokumentasi keperawatan konsep dan praktik,
Edisi 2. Salemba Medika : Jakarta.
Price, S.A., & Wilson, L.M. (2006). Patofisiologi, konsep klinis proses-proses
penyakit, Edisi 6, Vol. 2. EGC : Jakarta.
RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung. (2016), Medical Record : Bandung
Syaifuddin. (2006). Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan, Edisi 3.
EGC : Jakarta.
77. SAP NYERI/LD.MUH.SAFAR/2016
Lampiran I
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Masalah : Kurangnya informasi mengenai teknik mengatasi nyeri
Pokok Bahasan : Nyeri
Sub Pokok Bahasan : Teknik mengatasi nyeri
Sasaran : Tn. T dan keluarga
Waktu : 15 Menit
Tempat : Ruang Bedah Saraf Gedung Kemuning Lantai II
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan sasaran mampu memahami
dan mendemonstrasikan teknik mengatasi nyeri.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penjelasan selama 15 menit diharapkan sasaran dapat :
1) Menyebutkan pengertian nyeri dengan benar tanpa melihat catatan / leaflet
2) Menyebutkan pengertian teknik mengatasi nyeri dengan benar tanpa
melihat catatan / leaflet
3) Menyebutkan tujuan mengatasi nyeri dengan benar tanpa melihat catata/
leaflet
4) Menyebutkan cara mengatasi nyeri dengan benar tanpa melihat catatan
leaflet
5) Mendemonstrasikan teknik mengatasi nyeri.
78. SAP NYERI/LD.MUH.SAFAR/2016
3. Pokok Materi
1) Pengertian nyeri
2) Pengertian teknik mengatasi nyeri
3) Tujuan mengatasi nyeri
4) Cara mengatasi nyeri
4. Kegiatan Belajar Mengajar
1) Metode : ceramah, tanya jawab dan demonstrasi
2) Langkah – langkah kegiatan :
a. Kegiatan Pra Pembelajaran
a) Mempersiapkan materi, media dan tempat
b) Kontrak waktu
b. Membuka Pembelajaran
a) Memberi salam
b) Perkenalan
c) Menjelaskan pokok bahasan
d) Menjelaskan tujuan
e) Apersepsi
c. Kegiatan inti
a) Penyuluh menyampaikan materi
b) Sasaran menyimak materi
c) Sasaran mengajukan pertanyaan
d) Penyuluh menjawab pertanyaan
e) Penyuluh menyimpulkan jawaban
79. SAP NYERI/LD.MUH.SAFAR/2016
d. Penutup
a) Evaluasi
b) Penyuluh dan sasaran menyimpulkan materi
c) Memberi salam
5. Media
Media : Leaflet
6. Evaluasi
1) Prosedur : Post test
2) Jenis tes : Pertanyaan secara lisan
3) Butir soal : 4 soal
a. Sebutkan pengertian nyeri
b. Sebutkan pengertian teknik mengatasi nyeri
c. sebutkan tujuan mengatasi nyeri
d. Sebutkan cara mengatasi nyeri
7. Lampiran Materi dan Media