Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian puasa menurut Islam
2. Puasa dijelaskan sebagai menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang dilarang dari terbit fajar hingga terbenam matahari
3. Jenis puasa dibedakan menjadi puasa wajib, sunnah, makruh, dan haram
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puasa adalah menahan diri dari hal-hal yang membatalkannya dengan disertai niat
berpuasa. Sebagian ulama mendefinisikan, puasa adalah menahan nafsu dua
anggota badan, perut dan alat kelamin sehari penuh, Sejak terbitnya fajar kedua
sampai terbenamnya matahari dengan berdasarkan niat. Puasa merupakan dasar
praktis dan teoritis bagi sisi pengendalian diri untuk menjalankan perintah Allah.
Allah SWT menetapkan kunci masuk surga terletak dalam masalah
mengendalikan diri. Selain mengendalikan diri dari syahwat-syahwat yang
diharamkan dan dorongan-dorongan terlarangnya, mengendalikan diri juga untuk
menetapi akhlak yang agung dan baik.
Adapun macam-macam puasa ditinjau dari hukumnya, puasa bisa diklasifikasikan
menjadi puasa wajib, puasa sunah, puasa haram, dan puasa makruh. Puasa wajib.
Untuk melaksanakan puasa baik puasa wajib ataupun sunnah mempunyai syarat -
syarat dan juga rukunnnya. Puasa wajib merupakan puasa yang harus
dilaksanakan oleh seluruh umat islam di dunia. Sebagaimana kita ketahui bahwa
puasa yang dihukumi wajib adalah merupakan suatu keharusan yang harus
dilakukan dan apabila puasa wajib ditinggalkan atau tidak dilaksanakan maka
akan mendapat dosa.
Diwajibkannya puasa atas umat Islam mempunyai hikmah yang dalam yakni
merealisasikan ketaqwaan kepada Allah SWT. Puasa mempunyai banyak faedah
bagi rohani dan jasmani kita. Ibadah puasa juga banyak mengandung aspek sosial,
karena lewat ibadah ini kaum muslimin ikut merasakan penderitaan orang lain
yang tidak dapat memenuhi kebutuhan pangannya seperti yang lain. Ibadah puasa
juga menunjukkan bahwa orang-orang beriman sangat patuh kepada Allah karena
mereka mampu menahan makan atau minum dan hal-hal yang membatalkan
puasa.
2. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah yaitu tentang
Puasa menurut padangan hadits.
C. Tujuan Masalah
Tujuan makalah ini untuk mengetahui puasa menurut padangan hadits.
3. BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori
1. Pengertian puasa
Puasa menurut bahasa adalah menahan diri dari segala sesuatu. Sedangkan
menurut istilah Fiqih puasa adalah menahan diri dari segala perbuatan yang
membatalkan seperti makan, minum, serta hawa nafsu dari terbit fajar sampai
terbenamnya matahari, dengan berdasarkan niat, mematuhi persyaratan-persyaratan
dan rukunnya. Menurut Ash Shiddieqy (1987:114) Puasa adalah “
Menahan nafsu dari godaan syahwat dan mengekang diri dari segala kebiasaan
yang mengutamakan kenikmatan badani dan menciptakan kesucian batin yang
akan membawa ketenangan jiwa”. Adapun menurut Al-Zuhayly (1996: 85 ) “
Puasa berarti menahan diri dari hal-hal yang membatalkannya yang berupa
syahwat perut dan syahwat kemaluan serta menahan hawa nafsu dari makan dan
minum dengan niat yang dilakukan oleh seseorang yang akan berpuasa dari terbit
fajar sampai terbenamnya matahari”.
2. Macam-macam puasa
Macam-macam puasa apabila ditinjau dari segi pelaksanaan hukumunya
A.Ridwan (1983: 278) membedakannya menjadi puasa wajib, puasa sunat, puasa
makruh dan puasa haram. Adapun puasa yang termasuk dalam puasa wajib yaitu:
a. Puasa Ramadhan
Puasa bulan Ramdhan merupakan salah satu dari rukun islam yang lima,
sebagaimana sabda Rasulullah saw:
“ Diriwayatkan dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar bin Khathab ra, dia
berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda: “Islam dibangun di atas lima
perkara yaitu bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah dan Muhammad utusan
Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji ke Baitullah dan
berpuasa pada bulan Ramadhan”. (Riwayat Turmuzi dan Muslim)”.
4. Adapun Puasa bulan Ramadhan diwajibkan berdasarkan firman Allah swt dalam
surat Al-Baqarah [2]: 183 dan Al-Baqarah [2]: 185
Artinya:
“ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.( Al-
Baqarah:180)
Artinya:
“ Bulan Ramadhan, yang padanya diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, serta
pembeda (antara yang hakq dan yang bathil). Maka barang siapa yang berpuasa
di antara kamu berada di bulan itu, hendaklah ia mempuasainya. Dan barang
siapa sedang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia tidak berpuasa) maka (wajiblah
ia menggantikannya) sebanyak hari-hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari
lainnya. “ ( Al-Baqarah: 185).
Dari surat Al-Baqarah dan Hadits diatas menunjukan bahwa puasa bulan
Ramdhan merupakan puasa yang wajib dilaksanakan bagi seluruh umat islam di
dunia. Sebagai mana definisi wajib menurut fiqh adalah perintah yang harus
dilakukan atau dikerjakan. Jika perintah tersebut dipatuhi , maka yang
mengerjakannya mendapat pahala sebaliknya apabila perintah tersebut
ditinggalkan atau tidak dikerjakan maka akan mendapat dosa. Menurut Rasjid (
2010: 220) “puasa Ramadhan diwajibkan pada tahun kedua hijriah, yaitu tahun
kedua sesudah Nabi Muhammad Saw.hijrah ke Madinah. Hukumnya Fardu ‘ain
atas tiap-tiap mukallaf (baligh dan berakal)”. Selanjutnya dibawah ini akan
dijelaskan hal-hal yang terikat dalam puasa Ramadhan diantaranya sebagai
berikut:
a. Syarat-syarat puasa
Adapun syarat-syarat puasa terbagi menjadi dua yaitu syarat syah puasa dan
syarat wajib puasa. Syarat syah puasa menurut Ash Shiddieqy (1987: 84-85)
secara garis besar syarat yang harus dipenuhi untuk syahnya puasa Ramadhan
adalah:
5. 1) Tetap dalam islam sepanjang hari
Apabila seseorang kafir, baik asli atau kafir murtad berniat puasa, tidaklah sah
puasanya. Apabila seorang muslim yang berpuasavmenjadi murtad karena
mencela agama islam, atau mengingkari sesuatu hukum Islam yang diijma’I oleh
ummat atau dia mengerjakan sesuatu yang merupakan penghinaan bagi al-Quran
atau memaki seorang Nabi, niscaya keluarlah ia dari Islam dan batallah puasanya.
2) Suci dari haid, nifas dan wiladah (bersalin)
Puasa wanita yang mendapat haid, bernifas dan ataupun bersalin (wiladah), pada
saat darah keluar baik banyak, ataupun sedikit, baik anak yang lahir itu sempurna,
ataupun yang dilahirkan itu segumpal darah atau daging.
3) Tam-yiz
Tam-yiz yaitu dapat membedakan antara yang baik dan yang tidak baik.
4) Berpuasa pada waktunya
Berpuasa harus dilakukan pada waktunya yang tepat. Karenanya tidak sah puasa
jika dikerjakan diwaktu-waktu yang tidak dibenarkan berpuasa, seperti hari raya
Idul Fitri, Idul Adha dan hari-hari Tasyriq.
Syarat –syarat diatas berlaku pula untuk puasa-puasa lain, baik fardlu, maupun
puasa qadla, nazar, ataupun puasa sunnat, seperti puasa ‘Arafah, ‘Asyura dan lain-lain.
Adapun syarat wajib puasa Rasjid ( 2010: 227) mengemukakan sebagai berikut:
a) Berakal. Orang yang gila tidak wajib berpuasa,
b) Balig (umur 15 tahun ke atas ) atau tanda yang lain. Anak-anak tidak wajib
puasa
Sabda Rasulullah saw: “ tiga orang yang terlepas dari hukum: (a) orang yang
sedang tidur hingga ia bangun, (b) orang gila sampai ia sembuh, (c) kanak-kanak
sampai ia balig. “ ( Riwayat Abu Dawud dan Nasaih)
c) Kuat berpuasa, orang yang tidak kuat, misalnya karna sudah tua atau sakit,
tidak wajib puasa.
b. Rukun puasa
Menurut A. Ridwan (1983: 303-304) rukun puasa meliputi:
1) NIat.
6. Kedudukan niat dalam ajaran islam penting sekali, karena ia menyangkut dengan
kemauan. Hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh Bukhari menyatakan:
Artinya :“ sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung kepada niat, dan
setiap manusia hanya memperoleh menurut apa yang diniatkannya.”
Banayak terjadi salah pengertian tentang niat dalam berpuasa ini. Kata niat itu
sebenarnya berarti kehendak atau maksud untuk mengerjakan sesuatu dengan
sadar dan sengaja. Tetapi banyak orang mengartikan seoalah-olah niat itu berarti
mengucapkan atau melapalkan serangkaian kata-kata yang menjelaskan bahwa
yang bersangkutan akan berbuat ini atau itu.
Niat bermakna gerak kemauan yang timbul dari hati nurani. Gerak kemauan inilah
yang dinilai dan merupakan cerminan asli dari hati seseorang untuk berbuat
sesuatu.
Sebagai suatu amalan hati, maka orang yang berniat untuk berpuasa adalah orang
yang mulai mengarahkan hatinya dengan tekad akan melaksanakan ketentuan-ketentuan
dalam puasa baik yang bersifat anjuran maupun yang bersifat larangan
untuk mendapat ridha-Nya. Karena itu maka yang berniat itu adalah hati. Hal ini
tidak berarti bahwa melapalkan niat tidak boleh, tetapi yang dinilai adalah niat
yang ada didalam hati tiap-tiap hambanya.
2) Menahan diri dari segala yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai
terbenam matahari.
c. Adab berpuasa
Adab-adab dalam melaksanakan puasa menurut Al-Habsyi ( 2000: 353-356)
adalah sebagai berikut:
1. Makan sahur
Para ulama bersepakat bahwa makan sahur adalah sunnah (tidak wajib tetapi
dianjurkan) bagi oaring yang akan berpuasa. Al-Bukhari dan Muslim merawikan
dari Anas r.a bahwa Nabi Saw. Pernah bersabda, “bersahurlah kamu, sebab
didalam makanan sahur terkandung berkah (yakni kebaikan yang banyak).
Sahur dapat dilaksanakan dengan makan atau minum, sedikit atau banyak
(meskipun hanya seteguk air); waktunya mulai pertengahan malam sampai
terbitnya fajar (yakni masuknya waktu untuk shalat subuh).
7. Walaupun demikian, sebaiknya ber-ihtiyath ( bersikap hati-hati) dengan berhenti
dari makan dan minum kira-kira sepuluh menit sebelum masuk waktu subuh,
yaitu pada waktu yang biasa disebut ‘waktu imsak’.
2. Menyegerakan Buka Puasa
Dianjurkan bagi yang berpuasa untuk berbuka, segera setelah meyakini
terbenamnya matahari. Tentang hal ini, Bukhari dan Muslim merawikan dari Sahl
bin Sa’ad, bahwa Nabi Saw. Pernah bersabda, “ Manusia masih dalam keadaan
baik sepanjang mereka masih menyegerakan buka puasa.”
Dianjurkan pula untuk berbuka dengan satu atau tiga butir kurma, atau boleh juga
dengan sesuatu yang manis, atau air walaupun hanya seteguk. Kemudian
heendaknya melaksanakan shalat maghrib sebelum makan malamnya. Kecuali
jika makan malamnya telah tesedia, maka tak ada salahnya mendahulukannya
sebelum shalat magrib.
Telah dirawikan dari Anas r.a bahwa Nabi Saw, biasa berbuka dengan beberapa
butir rutbab (kurma yang setengah masak) sebelum shalat. Kalau tidak ada,
dengan kurma biasa, dan kalau tidak ada juga, dengan minum air beberapa teguk.
(HR Abu Daud dan Tirmidzi).
3. Doa setelah Berbuka
Dianjurkan bagi orang yang sedang berpuasa agar memperbanyak bacaa zikir dan
doa sepanjang hari, terutama setelah berbuka.
Diriwayatkan oleh tirmidzi, bahwa Nabi Saw. Pernah bersabda, “ tiga orang takan
tertolak doanya: seorang yang sedang berpuasa sampai ia berbuka, penguasa negri
yang adil, dan seoarang Mazhlum ( yakni yang tertimpa kedzaliman).” Diantara
doa-doa yang dianjurkan membacanya berulang-ulang, terutama disore hari
menjelang saat berbuka.
4. Bersiwak (Menggosok Gigi)
Seorang yang sedang berpuasa tetap dianjurkan menjaga kebersihan giginya
dengan bersiwak (menggunakan kayu siwakataupun sikat gigi dan sebagainya);
baik pada pagi hari
8. 5. Banyak bersedekah dan mendarus Al-Quran
Banyak bersedekah dan mendaras (membaca bersama-sama atau sendiri-sendiri)
serta mempelajari Al-Quran adalah perbuatan yang sangat dianjurkan pada setiap
saat. Namun lebih dianjurkan lagi pada bulan Ramadhan. Telah dirawikan dari
Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah Saw. Adalah yang paling dermawan diantara
semua dermawan. Lebih-lebih lagi pada bulan Ramadhan, ketika jibril
menemuinya pada setiap malam, lalu mendaras Al-Quran bersama beliau. (HR
Bukhari).
6. Bersungguh –sungguh dalam beribadat dan beramal shaleh
Telah disebutkan sebelum hal ini, bahwa ibadah dan amal kebaikan pada bulan
Ramadhan memperoleh pahala berlipat ganda disbanding pada bulan-bulan
lainnya. Karenanya, dianjurkan untuk menggunakan kesempatan ini sebaik-baikya.,
dengan memperbanyak ibadah dan amal shaleh, baik disiang hari maupun
dimalam hari Ramadhan, terlebih lagi pada sepuluh malam terakhir.
Bukhari dan muslim merawikan dari Aisyah r.a bahwa “ telah menjadi kebiasaan
Nabi Saw apabila berada disepuluh malam terakhir bulan Ramadhan,
menghidupkan malam-malamnya (dengan bersungguh-sungguh dalam beribadah),
sambil membangunkan istrinya(agar beribadah bersamanya).”
7. Menjauhkan diri dari perbuatan dan ucapan tidak senonoh
Puasa adalah ibadah yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah, dan melatih
jiwa agar selalu bertakwa kepada-Nya. Oleh sebab itu, seorang yang sedang
berpuasa hendaknya tidak hanya menahan dirinya dari makan, minum serta
perbuatan terlarang lainnya, tetapi harus pula mencangkup perbaikan jiwa dengan
akhlak mulia dan menjauh dari segala perbuatan tercela. Sabda Nabi Saw: “ puasa
bukan hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi harus pula menahan diri
dari perbutan sia-sia dan ucapan tidak senonoh. Maka apabila orang lain
menunjukan cercaan atau keajaiban terhadapmu, janganlah membalasnya dengan
perbuatan seperti itu, tetapi katakanlah: “ Aku sedang berpuasa; aku sedang
berpuasa!” (HR Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al-Hakim).
Diriwayatkan pula bahwa Nabi Saw, pernah bersabda:
9. “ Barangsiapa tidak meninggalkan ucapan dan perbuatan keji, maka tak ada
sedikitpun kehendak Allah untuk menerima puasanya dari makan dan minum.”
(HR Al-Jama’ah kecuali Muslim).
d. Hal-hal yang membatalkan puasa
Hal- hal yang membatalkan puasa Rasjid (2010: 230-233) mengemukakan:
1. Makan dan minum.
Makan dan minum yang membatalkan puasa ialah apabila dilakukan dengan
sengaja. Kalu tidak sengaja, misalnya lupa, tidak membatalkan
puasa.sebagaimana sabda Rasulullah Saw: “ Barang siapa lupa, sedangkan ia
dalam keadaan puasa, kemudian ia makan atau minum, maka hendaklah puasanya
disempurnakan, karena sesungguhnya Allah-lah yang memberinya maka dan
minum.”( Riwayat Bukhari dan Muslim).
Memasukkan seuatu kedalam lubang yang ada pada badan, seperti lubang telinga,
hidung, dan sebagainya, menurut sebagian ulama sama dengan makan dan
minum; artinya membatalkan puasa. Mereka mengambil alas an dengan Qias,
diqiaskan (disamakan) dengan makan dan minum. Ulama yang lain berpendapat
bahwa hal itu tidak membatalkan karena tidak dapat diqiaskan dengan makan dan
minum. Menurut pendapat yang kedua itu, kemasukan air sewaktu mandi tidak
membatalkan puasa, begitu juga memasukan obat melalui lubang badan selain
mulut, suntik, dan sebagainya, tidak membatalkan puasa karena yang demikian
tidak dinamakn makan dan minum.
2. Muntah yang disengaja, sekalipun tidak ada yang kembali kedalam.
Muntah yang tidak disengaja tidaklah membatalkan puasa.
Sabda Rasulullah Saw: “ Dari Abu Hurairah. Rasulullah Saw telah berkata,”
barangsiapa terpasksa muntah, tidaklah wajib mengqada puasanya;dan barang
siapa yang mengusahakan muntah, maka hendaklah dia mengqada puasanya.”
(Riwayat Abu Dawud, Tirmizi, dan Ibnu Hibban)
10. 3. Bersetubuh
Firman Allah Swt:
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istrimu.”
(Al-Baqarah: 187).
Laki-laki membatalkan puasanya dengan bersetubuh diwaktu siang hari dibulan
Ramadhan, sedangkan dia berkewajiban puasa, maka ia wajib membayar kafarat.
4. Keluar darah Haid (kotoran atau nifas (darah sehabis melahirkan). Dari
Aisyah. Ia berkata,” kami disuruh oleh Rasulullah Saw. Mengqada puasa, dan
tidak disuruhnya untuk mengqada salat.”
5. Gila. Jika gilaitu dating waktu siang hari, batallah puasa.
6. Keluar mani dengan sengaja (karena bersentuhan dengan perempuan /istri
atau lainnya). Karena keluar mani itu adalah puncak yang dituju orang pada
persetubuhan, maka hukumnya disamakan dengan bersetubuh. Adapun keluar
mani karena bermimpi, mengkhayal dan sebagainya, tidak membatalkan puasa.
Adapun orang-orang yang memperoleh keringanan untuk berbuka ketika sedang
berpuasa menurut Hamid ( 2009: 244 ) diantaranya:
a) Orang yang sedang hamil termasuk kelompok yang harus menjaga kondisi
bayi dalam perutnya normal dan menerima makanan yang seimbang, sehingga
jika orang yang hamil berpuasa akan berdampak buruk terhadap perkembangan
janin di dalam perutnya,
b) Orang yang sudah sangat tua yang tidak akan mampu menahan lapar dan
dahaga,
c) Orang-orang yang sakit yang tidak ada lagi harapan kesembuhannya,
d) Orang yang sedang bepergian jauh yang sangat melelahkan dan tidak akan
mampu menahan lapardan dahaga, yang jika dipaksakan akan berakibat
kemadaratan bagi jiwanya, dan
e) Para buruh kasar yang tenaganya terkuras dalam mencari nafkah.
e. Manfaat Puasa
Dalam catatan Dr. A.A mengemukakan tentang penelitian yang dilakukan oleh
dua orang ilmuan muslim bahwa puasa sangat banyak manfaatnya diantaranya
11. dengan puasa memberikan kesempatan beristirahat bagi alat pencernaan,
mencukupkan makan secara teratur pada waktu-waktu tertentu saja tanpa banyak
mengkonsumsi makanan ringan itu lebih baik dari pada mengkonsumsi segala
macam bentuk makanan baik yang bermanfaat atau tidak, akan tetapi tentunya
mengkonsumsi makanan yang bisa mencukupi kebutuhan tubuh, terbukti secara
ilmiah bahwa memperbanyak makan bisa menimbulkan berbagai dampak negatif
bahkan beberapa jenis penyakit seperti penyakit rematik, liver, tekanan darah
tinggi, dan penyakit kencing manis. (dalam Hawwa, 2004: 236). Sedangkan
manfaat puasa menurut Al-Zuhayly (1996:86-88) adalah sebagai berikut:
1. Puasa merupakan suatu bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Seorang
mukmin, dengan puasnya, akan diberi pahala yang luas dan tidak terbatas. Sebab,
puasa itu hanya diperuntukan bagi Allah SWT. Yang Kedermawaan-NYa sangat
luas. Dengan puasa, dia akan memperoleh ridha Allah SWT, dan berhak
memasuki surge dari pintu Khusus yang hanya disediakan untuk orang-orang
yang berpuasa namanya Ar-Rayyan. Puasa juga akan menjauhkan dirinya dari
siksaan yang disebabkan oleh kemaksiatan yang dilakukannya. Puasa merupakan
tebusan (kafarat) bagi dosa dari satu tahun ke tahun berikutnya. Dengan ketaatan,
urusan seorang Mukmin akan berdiri tegak ditas kebenaran yang disyariatkan oleh
Allah SWT. Dan menjauhkan diri dari segala sesuatu yang dilarang-Nya. Allah
SWT berfirman: “ hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa. (
Al-Baqarah:183).
2. Puasa merupakan madrasah moralitas yang besar dan dapat dijadikan sarana
latihan untuk menempa berbagai macam sifat terpuji. Puasa adalah jihad melawan
nafsu, menangkal godaan-godaan dan rayuan-rayuan setan yang terkadang
terlintas dalam pikiran. Puasa bisa membiasakan seseorang bersikap sabar
terhadap hal-hal yang diharamkan, penderitaan, dan kesulitan yang kadang
muncul dihadapannya.
3. Puasa mendidik seseorang untuk bersikap jujur dan merasa diawasi oleh Allah
SWT. Baik dalam kesendirian maupun dalam keramaian.
12. 4. Puasa dapat menguatkan kemauan, mempertajam kehendak, memdidik
kesabaran, membantu kejernihan akal, memyelamatkan pikiran, dan mengilhami
ide-ide cemerlang.
5. Puasa mengajarkan sikap disiplin dan ketetapan, karena puasa menuntut orang
yang berpuasa untuk makan dan minum pada waktu yang telah ditentukan.
6. Puasa dapat menumbuhkan naluri kasih sayang, ukhuwah, dan perasaan
keterkaitan dalam tolong-menolong yang dapat menjalin rasa persaudaraan
sesame umat islam.
f. Amalan –amalan di bulan Ramadhan
Bulan Ramadhan memanglah bulan kita bercocok tanam untuk dipetik hasilnya
kelak diakhirat. Maka di antara amalan-amalan yang disyariatkan dalm bulan
Ramadhan yang penuh berkah Ash Shiddieqy (1987: 123) mengemukaan
pendapatnya sebagai berikut:
a. Membanyakan pemberian kepada orang-orang yang memerlukannya,
b. Membanyakan tilawah (membaca al-Quran),
c. Menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan sembahyangmalam
(tarawih),
d. Mengerjakan iktikaf pada puluhan yang akhir dari bulan Ramadhan, dan
g. Keutamaan Bulan Ramadhan
Keutamaan bulan Ramadhan adalah merupakan bulan ibadah, bulan ditrimanya
doa-doa, bulan permohonan ampunan, bulan pertobatan, bulan terjaga (tidak tidur)
malam,dan bulan penyucian diri, ibadah pada bulan ini dilipatgandakan
pahalanya, ramadhan merupakan bulan ketika pintu-pintu surge dibuka sedangkan
pintu neraka ditutup. Sedangkan menurut Burhanudin (2006: 12) mengenai
keutamaan bulan Ramadhan yaitu
Ramadhan menjadi bulan suci dan penuh berkah bagi umat islam, karena
didalamnya terdapat ragam pengorbanan. Ramadhan menjadi berkah karena enam
keutamaan; bulan diturunkannya al-Quran, puasa di siang hari, shalat tarawih di
13. malam hari, malam lailatul qadr (malam penentuan bagi hidup seseorang),
pelaksanaan zakat fitrah, dan hari raya idul fitri.
h. Nama-nama bulan puasa Ramadhan
Ditinjau dari segi fungsi-fungi bulan Ramadhan mempunyai beberapa nama, yang
masing-masing nama itu menunjukan kepada suatu pengertian. Adapun menurut
Ash Shiddieqy mengenai nama-nama bulan puasa Ramadhan adalah sebagai
berikut:
a. Syahrullahi = Bulan Allah
Bulan ini Allah sandarkan kepada diri- Nya sendiri. Karenanya bulan ini
dinamakan bulan Allah.
b. Syahrull ala-I = Bulan yang penuh kenikmatan dan limpahan karunia.
c. Syahrull Quran = Bulan yang didalamnya diturunkan permulaan Al Quran.
d. Syahrull Najah = Bulan pelepasan dari azab neraka,
e. Syahrull jud = Bulan memberikan keihlasan kepada sesama manusia dan
melimpahkan bantuan kepada fakir miskin atau bulan bermurah tangan,
f. Syahrul Munawasah = Bulan memberikan pertolongan kepada yang berhajat,
g. Syahrut Tilawah = Bulan membacakan Al Quran atau bulan menentukan diri
untuk memahami makna Al Quran,
h. Syahrush shabri = Bulan melatih diri bersabar dalam melaksanakan tugas-tugas
agama, sabar terhadap ujian hidup dengan ridla hati,
i. Syahrur Rahmah = Bulan Allah limpahkan Rahmat-Nya sendiri
j. Syahrur Rahmah = Bulan Allah limpahkan Rahmat- Nya kepada hamba-Nya
k. Syahrul’id = Bulan yang merayakan hari berduka.
b. Puasa Qadha.
Puasa Qadha adalah Puasa yang wajib ditunaikan karena seorang muslim berbuka
dalam puasanya di bulan Ramadhan yang disebabkan udzur seperti safar
(bepergian), sakit, haid dan nifas atau dengan sebab-sebab yang lain. Menurut
Handrianto ( 2007: 1) mengenai puasa Qadha adalah:
14. Sebenarnya puasa sebagai ibadah yang diwajibkan hanya puasa Ramadhan,
adapun puasa wajib yang lain berkaitan dengan puasa Ramadhan atau hal lain
Salah satunya adalah puasa qadha, yaitu puasa untuk menggantikan puasa
Ramadhan yang di tinggalkan karena suatu sebab syar’i. puasa qadha adalah
puasa yang wajib dibayar tunai, jangan ditunda-tunda apalagi sampai utang
berikutnya.
Adapun menurut Aulia (hlm. 89) mengenai puasa Qadha yakni:
Orang yang wajib puasa kemudian ia tidak berpuasa, maka ia berdosa.bagi mereka
tidak berpuasa dan membatalkan puasa di bulan suci Ramadhan karena alasan
sakit, musafir maupun karena kesengajaan,wajib menggantinya dihari lain diluar
bulan Ramdhan dan waktu-waktu yangdiharamkan untuk berpuasa, yaitu hari-hari
selain pada hari raya Idul Fitri, hari raya Idul Adha,dan hari-hari Tasyrik. Puasa
ini disebut puasa Qadha, dikerjakan sesuai dengan jumlah yang tertinggal. Dalam
proses pelaksanaannya, tidak berbeda jauh dengan pelaksanaan puasa di bulan
Ramadhan atau puasa sunnahlainnya,. Syarat wajib syahnya disesuaikan pula
dengan pusa lainnya asalkan diniatkan untuk meng-qadha puasa wajib di bulan
ramadhan.
c. Puasa Kaffarat ( denda karena suatu pelanggaran)
Puasa kaffarat ialah puasa yang wajib ditunaikan karena berbuka dengan sengaja
dalam melaksanakan puasa bulan ramadhan (dalam hal ini ada khilaf), bukan
karena sesuatu ‘udzur yang dibenarkan syara akan tetapi diantaranya karena
bersetubuh dengan sengaja bagi suami istri dibulan Ramadhan disiang hari ketika
dalam melaksanakan puasa, karena membunuh dengan tidak sengaja, karena
mengerjakan Sesuatu yang diharamkan dalam haji, serta tidak sanggup
menyembelih binatang hadyu; karena merusak sumpah dan berdhihar terhadap
isteri. Adpun puasa kaffarat menurut Aulia ( hlm 90) “Puasa kafarat atau kifarah
merupakan puasa sebagai penebusan karena melakukan pelanggaran terhadap
suatu hukum atau kelalaian dalam melaksanakan suatu kewajiban, sehingga
mengharuskan seorang mukmin dikenakan hukuman denda”. Dalam masalah ini
15. yang wajib membayar kafarat menurut Sumaji (2008-194) mengungkapkan
bahwa:
Para ulama berbeda pendapat dalam masalah siapakah yang wajib membayar
kafarat tentang prilaku kesengajaan suami istri yang melakukan hubungan seksual
pada saat puasa di bulan Ramadhan. Pertama, kewajiban membayar kafarat hanya
dibebankan kepada laki-laki saja dan bukan pada istrinya meskipun mereka
melakukannya berdua. Akan tetapi, pelakunya tetap saja jatuh pada laki-laki
karena walau bagaimanapun, laki-laki yang menentukan terjadi tidaknya
hubungan seksual. Pendapat ini didukung oleh imam Syafi’I dan ahli zahir. Dalil
yang mereka gunakan adalah bahwapada hadis tentang kafarat puasa rasulullah
saw hanya memerintahkan suami untuk membayar kafarat tanpa menyinggung
sama sekali kewajiban membayar bagi istrinya. Kedua, kewajiban membayar
kafarat itu berlaku bagi keduanya, yakni suami dan istri. Pendapat ini didukung
oleh Imam Abu Hanifah dan Imam Malikserta lainnya. Adapun dalil yang mereka
gunakan, adalah qiyas bahwa mengiyaskankewajiban suami kepada kewajiban
istri pula.
d. Puasa Nadzar
Puasa nadzar ialah puasa wajib yang difardlukan sendiri oleh seseorang muslim
atas dirinya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Puasa nadzar wajib ditunaikan
menurut nazarnya. Menurut Yasin (2009: 112) Puasa nadzar adalah “ puasa yang
dilakukan karena niat. Contoh, kalau saya lulus ujian dikampus, saya bernadzar,
atau saya berniat akan berpuasa selama tiga hari bulan ini, ketika saya lulus ujian,
puasa tersebut hukumnya wajib, artinya harus dilakukan”. Adapun menurut
Handrianto ( 2007:129) mengenai puasa Nadzar adalah sebagai berikut:
Bernadzar artinya berjanji akan berpuasa, apabila misalnya sembuh dari sakit atau
jika diperkenankan sesuatu maksud yang baik (yang bukan maksiat) dalam rangka
mensyukuri nikmat atauuntuk mendekatkan diri kepda Allah, maka wajiblah
atasnyauntuk melaksanakannya. Puasa Nadzar pada dasarnya utang, bahkan lebih
tegas lagi karena biasanya dikaitkan dengan sesuatu. Oleh karena itu, seorang
yang bernadzar wajib melaksanakan puasa Nadzar tersebut sebab ia sendiri yang
16. membuatnyawajib. Dengan mengatakan misalnya, “jika saya sembuh nanti, maka
saya akan puasa selamalima hari berturut-turut.” Wajib baginya untuk
dilaksanakan.Dengan demikian, kita harus berhati-hati dalam bernadzar jangnlah
kita mengucapkan nadzar akan melakukan sesuatu termasuk puasa. Jika kita tidak
sanggup melaksanakannya. Jangan hanya kesulitan yang menerpa kita kemudian
bernadzar akan, misalnya, berpuasa dua bulan berturut-turut karena itu akan
memberatkan diri sendiri. Padahal, Allah sendiri tidak memintanya. Nadzar sangat
baik dilaksanakan sebagai rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah kepada
kita, terutama setelah hilangnya kesulitan dalam diri atau keluarga, asal nadzar
tersebut masuk akal dalam pelaksanaanya dan tidak memberatkan diri.
17. BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang dapat membatalkannya seperti
makan, minum, serta hawa nafsu dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari
dengan berdasarkan niat dan mematuhi syarat dan rukunnya. Puasa wajib adalah
puasa yang harus dilaksanakan oleh seluruh umat islam di dunia. Sebagaimana
kita ketahui segala sesutu yang dihukumi wajib maka haruslah dilaksanakan
karena jika tidak dilaksanakan akan mendapat dosa. Puasa wajib meliputi puasa
Ramadhan, puasa Qadha, puasa Nadzar, dan puasa Kaffarat. Puasa Ramdahan
merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima. Syarat-syarat yang terdapat
dalam puasa meliputi syarat syah puasa dan syarat wajib puasa. Sayar-syarat
puasa adalah merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan. Dimana dalam
hal ini syarat-syarat puasa menjadi suatu penentuan diterimanaya puasa seseorang.
Adapun niat merupakan bagian dari rukun puasa. Niat juga merupakan hal yang
sangat penting yang juga harus diperhatikan. Sebagaimana sabda Nabi Nabi saw
yang diriwayatkan oleh Bukhari menyatakan: “ sesungguhnya segala amal
perbuatan itu tergantung kepada niat, dan setiap manusia hanya memperoleh
menurut apa yang diniatkannya”. Niat juga bisa dikatakan suatu pembeda antara
untuk melaksanakan ibadah ataupun hanya sekedar kebiasaan. Sedangkan puasa
Qadha merupakan puasa yang dilakukan atau dikerjakan di luar bulan Ramadhan
untuk mengganti atau membayar puasa Ramadhan yang terlewat atau tidak
berpuasa karena sakit, mufasir (bepergian), Haid dan nifas. Adapun Puasa
Kaffarat adalah puasa yang dilakukan karena adanya kekhilafan seoarang muslim.
Puasa kaffarat ini adalah sebagai denda suatu perbuatan seperti suami istri yang
bersetubuh di siang hari di bulan ramdhan, membunuh dengan sengaja dan lain-lain.
Adapun puasa nadzar adalah puasa yang dilakukan karena niat seseorang
untuk dirinya sendiri, dimana niat ini untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.
18. DAFTAR PUSTAKA
Al-Habsyi Muhammad Bagir. Fiqih Praktis. 2000. Bandung: Mizan.
Ridwan Wawan. 1983. Ilmu Fiqih. Jakarta: PTAI IAIN.
Aulia Nofisah Bunda. “1001 Cara Dahsyat Melatih Anak” (online),
http://books.google.co.id, diunduh 7 Desember 2012 pukul 10:29 WIB).
Al-Zuhayly Wahbah. 1996. Puasa & Itikaf. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ash Shiddieqy Teungku Muhammad Hasbi. 1987. Al Islam. Semarang:
PT. Pustaka Rizki Putra.
Burhanudin Yusuf. Misteri Bulan Ramadhan. 2006. Jakarta:
QultumMedia.
Hamid Abdul, Beni Ahmad Saebani. Fiqh Ibadah. Bandung: Pustaka
Setia.
Handrianto Budi, Miftah Faridl. 2007. “ Puasa Ibadah Karya Makna”
(online), (http://books.google.co.id/books, diunduh 7 Desember 2012
pukul 10:07 WIB).
Hawwa Said. 2004. Al-Islam. Jakarta: Gema Insani Press.
Rasjid Sulaiman. 2010. Fiqih Islam. Bandung: Penerbit Sinar Baru.
Sumaji Muhammad Anis. 2008. “ 125 Masalah Puasa” (online),
http://books.google.co.id. Diunduh 7 Desember 2012 pukul 10:25 WIB).
Yasin Ahmad Hadi. 2009. “ Puasa Cinta” (online),
http://books.google.co.id. Diunduh 7 Desember 2012 pukul 10:40 WIB).