Puasa merupakan ibadah wajib bagi umat Islam. Terdapat syarat, rukun, dan hal-hal yang membatalkan puasa. Syarat puasa antara lain beragama Islam dan baligh. Rukun puasa meliputi niat dan menahan diri dari makan minum. Puasa akan batal jika melakukan makan minum, muntah sengaja, haid, nifas, atau hubungan seksual.
1. SYARAT, RUKUN, DAN YANG
MEMBATALKAN PUASA WAJIB
Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Presentasi
Fiqih
Dosen Pembimbing :
Dr. Hj. Mihmidaty Ya’qub, M.Pd.I
Oleh Kelompok 1 :
Siti Romi Syamsia (201205260021)
Zahrotun Nisa’ (201205260020)
Iva Nur Lailiyah (201205260030)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SUNAN GIRI
SURABAYA, 2014
2. i
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam memahami study Fiqih.
Shalawat dan salam dihaturkan pada Nabi Muhammad SAW.beserta
keluarga dan sahabatnya yang setia mengorbankan jiwa raga dan lainnya untuk
tegaknya syiar islam, yang pengaruh dan manfaatnya hingga kini masih terasa.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan
dan wawasan bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman dan
pengetahuan yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Rabu, 04 Maret 2014
Penyusun
3. ii
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
C. Tujuan Makalah ................................................................................................. 2
BAB II ........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 3
A. Pengertian Puasa................................................................................................... 3
B. Syarat-syarat Puasa ............................................................................................... 3
C. Rukun-rukun Puasa ...............................................................................................4
D. Hal-hal yang membatalkan puasa ........................................................................... 5
BAB III ....................................................................................................................................... 6
PENUTUP .................................................................................................................................. 6
Kesimpulan ................................................................................................................... 6
Daftar Pustaka................................................................................................................ 7
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puasa adalah menahan diri dari hal-hal yang membatalkannya dengan disertai niat
berpuasa. Sebagian ulama mendefinisikan, puasa adalah menahan nafsu dua anggota badan,
perut dan alat kelamin sehari penuh, Sejak terbitnya fajar kedua sampai terbenamnya
matahari dengan berdasarkan niat. Puasa merupakan dasar praktis dan teoritis bagi sisi
pengendalian diri untuk menjalankan perintah Allah. Allah SWT menetapkan kunci masuk
surga terletak dalam masalah mengendalikan diri. Selain mengendalikan diri dari syahwat-syahwat
yang diharamkan dan dorongan-dorongan terlarangnya, mengendalikan diri juga
untuk menetapi akhlak yang agung dan baik.
Adapun macam-macam puasa ditinjau dari hukumnya, puasa bisa diklasifikasikan
menjadi puasa wajib, puasa sunah, puasa haram, dan puasa makruh. Untuk melaksanakan
puasa baik puasa wajib ataupun sunnah mempunyai syarat -syarat dan juga rukunnnya. Puasa
wajib merupakan puasa yang harus dilaksanakan oleh seluruh umat islam di dunia.
Sebagaimana kita ketahui bahwa puasa yang dihukumi wajib adalah merupakan suatu
keharusan yang harus dilakukan dan apabila puasa wajib ditinggalkan atau tidak dilaksanakan
maka akan mendapat dosa.
Diwajibkannya puasa atas umat Islam mempunyai hikmah yang dalam yakni
merealisasikan ketaqwaan kepada Allah SWT. Puasa mempunyai banyak faedah bagi rohani
dan jasmani kita. Ibadah puasa juga banyak mengandung aspek sosial, karena lewat ibadah
ini kaum muslimin ikut merasakan penderitaan orang lain yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan pangannya seperti yang lain. Ibadah puasa juga menunjukkan bahwa orang-orang
beriman sangat patuh kepada Allah karena mereka mampu menahan makan atau minum dan
hal-hal yang membatalkan puasa.
5. 2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai
berikut :
1. Jelaskan pengertian puasa!
2. Sebutkan syarat-syarat puasa!
3. Sebutkan rukun-rukun puasa!
4. Sebutkan hal-hal yang membatalkan puasa wajib!
C. Tujuan Makalah
Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui tentang pengertian puasa.
2. Mengetahui syarat-syarat puasa.
3. Mengetahui rukun-rukun.
4. Mengetahui hal-hal yang membatalkan puasa wajib.
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Puasa
“saumu” (Puasa), menurut bahasa arab adalah “menahan dari segala sesuatu”, seperti
makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya. Menurut
istilah agama islam yaitu “Menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari
lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan memenuhi syarat dan
rukunnya.”
Muhammad ibn Ismail al-kahlani mendefinisikan puasa dengan menahan diri dari makan
minum dan hubungan seksual dan lain-lain yang telah diperintahkan menahan diri dari
padanya sepanjang menurut cara yang telah ditentukan oleh syara’. Wahbah al-Zuhaili
mendefinisikannya dengan menahan diri disiang hari dari segala yang membatalkannya sejak
terbit fajar sampai terbenamnya matahari1.
Dari beberapa definisi diatas ditarik pengertian umum puasa yaitu suatu ibadah yang
diperintahkan Allah kepada hamba-Nya yang beriman dengan cara mengendalikan diri dari
syahwat makan, minum dan hubungan seksual serta perbuatan-perbuatan yang merusak nilai
puasa pada waktu siang hari sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari.
Anjuran puasa ini terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 183:
B. Syarat-syarat Puasa
1. Syarat wajib puasa
Seorang muslim di wajibkan puasa apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Islam, orang kafir tidak wajib puasa.
1 Dr. Zainudin MA. Fiqih Ibadah. 1997. hal: 151
7. 4
b. Berakal sehat. Orang yang gila dan hilang ingatannya tidak diwajibkan berpuasa.
c. Baligh, yaitu orang yang sudah dewasa. Anak-anak yang belum dewasa tidak wajib
melaksanakan puasa, tetapi dianjurkan sebagai latihan.
d. Mampu atau kuat berpuasa. Orang yang tidak mampu berpuasa karena telah lanjut
usia atau sedikit atau sakit dapat diharapkan kesembuhannya tidak wajib berpuasa,
tetapi harus menggantinya dengan membayar fidyah.
2. Syarat sah puasa
Agar puasa seseorang diterima di sisi Allah, maka harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. Islam, orang kafir yang melakukan tidak sah puasanya.
b. Mumayyiz, yaitu anak-anak yang sudah mandiri dalam memenuhi kebutuhan
pribadinya yang ringan.
c. Suci dari haid dan nifas. Orang yang haid atau nifas tidak sah puasanya tetapi wajib
mengqadla dilain hari.
d. Pada waktu yang diperbolehkan puasa2.
C. Rukun-rukun Puasa
Rukun artinya perbuatan yang harus dilakukan oleh seorang muslim dalam suatu ibadah.
Seorang muslim bila akan melakukan ibadah puasa harus memenuhi rukun di bawah ini :
1. Niat
Kedudukan niat dalam ajaran islam penting sekali, karena ia menyangkut dengan
kemauan. Hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh Bukhari menyatakan:
Artinya :“ sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung kepada niat, dan setiap
manusia hanya memperoleh menurut apa yang diniatkannya”.
Banyak terjadi salah pengertian tentang niat dalam berpuasa ini. Kata niat itu sebenarnya
berarti kehendak atau maksud untuk mengerjakan sesuatu dengan sadar dan sengaja. Tetapi
banyak orang mengartikan seoalah-olah niat itu berarti mengucapkan atau melapalkan
serangkaian kata-kata yang menjelaskan bahwa yang bersangkutan akan berbuat ini atau itu.
Niat bermakna gerak kemauan yang timbul dari hati nurani. Gerak kemauan inilah yang
dinilai dan merupakan cerminan asli dari hati seseorang untuk berbuat sesuatu.
2 Drs. Mahsun Naim dkk, Fiqih, 2008, Hal: 34
8. Sebagai suatu amalan hati, maka orang yang berniat untuk berpuasa adalah orang yang
mulai mengarahkan hatinya dengan tekad akan melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam
puasa baik yang bersifat anjuran maupun yang bersifat larangan untuk mendapat ridha-Nya.
Karena itu maka yang berniat itu adalah hati. Hal ini tidak berarti bahwa melapalkan niat
tidak boleh, tetapi yang dinilai adalah niat yang ada didalam hati tiap-tiap hambanya.
2. Menahan diri dari segala yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai
terbenam matahari3 .
5
D. Macam-macam puasa wajib
E. Hal-hal yang membatalkan puasa
Ahli fiqh membagi hal-hal yang membatalkan puasa kepada dua bentuk, yaitu: sesuatu
yang membatalkan dan wajib meng-qadha dan sesuatu yang membatalkan dan wajib meng-qadha
dan kaffarat.
Adapun hal-hal yang membatalkan puasa dan wajib meng-qadha nya adalah:
a. Makan dan minum dengan sengaja.
Seseorang yang sengaja makan dan minum pada siang hari Ramadhan puasanya
dinyatakan batal dan wajib menggabtikannya pada hari-hari lain.
b. Muntah dengan sengaja.
Seseorang yang dalam keadaan puasa kemudian dengan sengaja memuntahkan sesuatu
dari perutnya maka puasanya menjadi batal.
c. Haid dan nifas.
Para ulama telah sepakat menetapkan batalnya puasa seseorang apabila darah haid atau
nifasnya keluar, karena suci dari darah haid dan nifas telah disepakati sebagai salah satu
syarat syah puasa. Jika syarat ini tidak terpenuhi maka puasanya tidak sah.
d. Keluar mani dengan sengaja (Karena bersentuhan dengan perempuan dan lainnya).
Karena keluar mani itu adalah puncak yang dituju orang pada persetubuhan, maka
hukumnya disamakan dengan bersetubuh. Oleh karena itu puasanya akan batal, tetapi
jika keluar mani karena bermimpi puasa tersebut tidak batal.
e. Gila.
3 http://atthamimy.blogspot.com/2012/07/contoh-makalah-puasa.html
9. Sedangkan yang termasuk hal-hal yang membatalkan puasa dan mewajibkan qadha dan
kafarat menurut jumhur fukaha hanyalah melakukan hubungan seksual disiang hari
ramadhan4.
6
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Fiqh adalah ilmu tentang hukum syara’ mengenai perbuatan manusia yang amali yang
diperoleh melalui dalil-dalilnya yang rinci yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits.
Sebagai kaum muslimin harus bertafaqquh artinya memperdalam pengetahuan dalam
hukum-hukum agama baik dalam bidang aqaid dan akhlaq maupun dalam bidang ibadat dan
mu’amalat.
Mempelajari fiqih itu penting sekali bagi setiap muslim. Sehingga untuk hal-hal yang
wajib dilakukan, hukumnya pun wajib untuk mempelajarinya. Misalnya kita tahu bahwa
shalat 5 waktu itu hukumnya wajib. Maka belajar fiqih shalat itu pun hukumnya wajib juga.
4 Dr. Zainudin MA, Fiqih Ibadah, 1997, Hal: 160
10. Sebab tanpa ilmu fiqih, seseorang tidak mungkin menjalankan shalat dengan benar
sebagaimana perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Dengan mengetahui ilmu fiqih menurut yang dita’rifkan ahli Ushul, akan dapat diketahui
mana yang disuruh mengerjakan dan mana pula yang dilarang mengerjakannya. Dan mana-mana
yang haram, mana yang halal, mana yang sah, dan sebagainya yang harus diperhatikan
dalam segala perbuatan yang disuruh harus dikerjakan dan yang dilarang harus ditinggalkan
7
Daftar Pustaka
Hasby Ash Shiddiqiey, Prof. 1980. “Pengantar Hukum Islam”. Jakarta: Bulan Bintang.
__________________ “Pengantar Ilmu Fiqih”. Jakarta: Bulan Bintang, 1993.
Bakry, Nazar . “Fiqh Dan Ushul Fiqh”. 1996. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
http://mohfaizinitueachiko.blogspot.com/2012/05/memahami- fungsi-dan-kegunaan.html