1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penemuan Hidrogen
Gas hidrogen (H2)pertama kali dihasilkan secara artifisial oleh T. Von Hohenheim (dikenal
juga sebagai Paracelsus, 1493–1541) melalui pencampuran logam dengan asam kuat. Dia
tidak menyadari bahwa gas mudah terbakar yang dihasilkan oleh reaksi kimia ini adalah
unsur kimia yang baru. Pada tahun, Robert Boyle menemukan kembali dan mendeskripsikan
reaksi antara besi dan asam yang menghasilkan gas hidrogen. Pada tahun 1766, Henry
Cavendish adalah orang yang pertama mengenali gas hidrogen sebagai zat diskret dengan
mengidentifikasikan gas tersebut dari reaksi logam-asam sebagai udara yang mudah terbakar.
Pada tahun 1781 dia lebih lanjut menemukan bahwa gas ini menghasilkan air ketika dibakar.
Pada tahun 1783, Antoine Lavoisier memberikan unsur ini dengan nama hidrogen (dari
Bahasa Yunani hydro yang artinya air dan genes yang artinya membentuk) ketika dia dan
Laplace mengulang kembali penemuan Cavendish yang mengatakan pembakaran hidrogen
menghasilkan air.
Hidrogen pertama kali dicairkan oleh James Dewar pada tahun 1898 dengan menggunakan
penemuannya, guci hampa. Dia kemudian menghasilkan hidrogen padat setahun kemudian.
Deuterium ditemukan pada tahun 1931 Desember oleh Harold Urey, dan tritium dibuat pada
tahun 1934 oleh Ernest Rutherford, Mark Oliphant, and Paul Harteck. Air berat, yang
mengandung deuterium menggantikan hidrogen biasa, ditemukan oleh Urey dan temannya
pada tahun 1932. Salah satu dari penggunaan pertama H2 adalah untuk sinar sorot.
Sejumlah besar H2 diperlukan dalam industri petrokimia dan kimia. Penggunaan terbesar H2
adalah untuk memproses bahan bakar fosil dan dalam pembuatan ammonia. Konsumen utama
dari H2 di kilang petrokimia meliputi hidrodealkilasi, hidrodesulfurisasi, dan
penghidropecahan (hydrocracking). H2 memiliki beberapa kegunaan yang penting. H2
digunakan sebagai bahan hidrogenasi, terutama dalam peningkatan kejenuhan dalam lemak
takjenuh dan minyak nabati (ditemukan di margarin), dan dalam produksi metanol. Ia juga
merupakan sumber hidrogen pada pembuatan asam klorida. H2 juga digunakan sebagai
reduktor pada bijih logam.
Selain digunakan sebagai pereaksi, H2 memiliki penerapan yang luas dalam bidang fisika dan
teknik. Ia digunakan sebagai gas penameng di metode pengelasan seperti pengelasan
hidrogen atomik. H2 digunakan sebagai pendingin rotor di generator pembangkit listrik
karena ia mempunyai konduktivitas termal yang paling tinggi di antara semua jenis gas. H2
cair digunakan di riset kriogenik yang meliputi kajian superkonduktivitas. Oleh karena H2
lebih ringan dari udara, hidrogen pernah digunakan secara luas sebagai gas pengangkat pada
kapal udara balon.
Baru-baru ini hidrogen digunakan sebagai bahan campuran dengan nitrogen (kadangkala
disebut forming gas) sebagai gas perunut untuk pendeteksian kebocoran gas yang kecil.
Aplikasi ini dapat ditemukan di bidang otomotif, kimia, pembangkit listrik, kedirgantaraan,
dan industri telekomunikasi. Hidrogen adalah zat aditif (E949) yang diperbolehkan
penggunaanya dalam ujicoba kebocoran bungkusan makanan dan sebagai antioksidan.
2. 1.2.Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dari unsur hidrogen ?
1.2.2 Bagaimana metode pembuatan dari gas hidrogen ?
1.2.3 Bagaimana sifat-sifat dari gas hidrogen ?
1.2.4 Bagaimana keisotopan dari gas hidrogen ?
1.2.5 Bagaimana kegunaan gas hidrogen dalam kehidupan ?
3. BAB II
ISI
2.1. Informasi Umum tentang Hidrogen
Hidrogen (bahasa Latin: hydrogenium, dari bahasa Yunani: hydro: air, genes: membentuk)
adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol H dan nomor atom 1. Pada
suhu dan tekanan standar, hidrogen tidak berwarna, tidak berbau, bersifat non logam,
bervalensi tunggal, dan merupakan gas diatomik yang sangat mudah terbakar. Dengan massa
atom 1,00794 amu, hidrogen adalah unsur teringan di dunia.
Hidrogen juga adalah unsur paling melimpah dengan persentase kira-kira 75% dari total
massa unsur alam semesta. Kebanyakan bintang dibentuk oleh hidrogen dalam keadaan
plasma. Senyawa hidrogen relatif langka dan jarang dijumpai secara alami di bumi, dan
biasanya dihasilkan secara industri dari berbagai senyawa hidrokarbon seperti metana.
Hidrogen juga dapat dihasilkan dari air melalui proses elektrolisis, namun proses ini secara
komersial lebih mahal daripada produksi hidrogen dari gas alam.
Dalam keadaan normal di bumi, unsur hidrogen berada dalam keadaan gas diatomik. Namun,
gas hidrogen sangatlah langka di atmosfer bumi (1 ppm berdasarkan volume) oleh karena
beratnya yang ringan yang menyebabkan gas hidrogen lepas dari gravitasi bumi. Walaupun
demikian, hidrogen masih merupakan unsur paling melimpah di permukaan bumi ini.
Kebanyakan hidrogen bumi berada dalam keadaan bersenyawa dengan unsur lain seperti
hidrokarbon dan air. Gas hidrogen dihasilkan oleh beberapa jenis bakteri dan ganggang dan
merupakan komponen alami dari kentut. Penggunaan metana sebagai sumber hidrogen akhir-akhir
ini juga menjadi semakin penting.
Informasi umum
Nama, lambang, nomor atom hidrogen, H, 1
Deret kimia nonlogam
Golongan, periode, blok 1, 1, s
Berat atom standar 1,00794(7) g·mol−1
Konfigurasi elektron 1s1
Elektron per kelopak 1
2.2. Sumber dan Pembuatan Hidrogen
Hidrogen diperkirakan membentuk komposisi lebih dari 90% atom-atom di alam semesta
(sama dengan tiga perempat massa alam semesta). Unsur ini ditemukan di bintang-bintang
dan memainkan peranan yang penting dalam memberikan sumber energi jagat raya melalui
reaksi proton-proton dan siklus karbon-nitrogen. Proses fusi atom-atom hidrogen menjadi
helium di matahari menghasilkan jumlah energi yang sangat besar.
Hidrogen dapat dipersiapkan dengan berbagai cara:
·Uap dari elemen karbon yang dipanaskan
·Dekomposisi beberapa jenis hidrokarbon dengan energi kalor
·Reaksi-reaksi natrium atau kalium hidroksida pada aluminium
4. ·Elektrolisis air
·Pergeseran asam-asam oleh metal-metal tertentu
Hidrogen dalam bentuk cair sangat penting untuk bidang penelitian suhu rendah (cryogenics)
dan studi superkonduktivitas karena titik cairnya hanya 20 derajat di atas 0 Kelvin. Tritium
(salah satu isotop hidrogen) dapat diproduksi dengan mudah di reaktor-reaktor nuklir dan
digunakan dalam produksi bom hidrogen. Hidrogen adalah komponen utama planet Jupiter
dan planet-planet gas raksasa lainnya. Karena tekanan yang luar biasa di dalam planet-planet
tersebut, bentuk padat hidrogen molekuler dikonversi menjadi hidrogen metalik.
Tiap-tiap metode memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing. Tetapi secara umum
parameter yang dapat dipertimbangkan dalam memilih metode pembuatan H2 adalah biaya,
emisi yang dihasilkan, kelayakan secara ekonomi, skala produksi dan bahan baku. Berikut
metode-metode yang digunakan dalam pembuatan hydrogen :
1. Steam Reforming
Dalam proses ini, gas alam seperti metana, propana atau etana direaksikan dengan steam (uap
air) pada suhu tinggi (700 – 1000oC) dengan bantuan katalis, untuk menghasilkan hidrogen,
karbon dioksida (CO2) dan karbon monoksida (CO). Sebuah reaksi samping juga terjadi
antara karbon monoksida dengan steam, yang menghasilkan hidrogen dan karbon dioksida.
Persamaan reaksi yang terjadi pada proses ini adalah:
CH4 + H2O CO + 3H2
CO + H2O CO2 + H2
Gas hidrogen yang dihasilkan kemudian dimurnikan, dengan memisahkan karbon dioksida
dengan cara penyerapan. Steam reforming banyak digunakan untuk memproduksi gas
hidrogen secara komersil di berbagai sektor industri, diantaranya industri pupuk dan hidrogen
peroksida (H2O2). Akan tetapi metode produksi seperti ini sangat tergantung dari ketersediaan
gas alam yang terbatas, serta menghasilkan gas CO2, sebagai gas efek rumah kaca.
1. 2. Gasifikasi Biomasa
Metode yang kedua adalah gasifikasi biomasa atau bahan alam seperti jerami, limbah padat
rumah tangga atau kotoran. Di dalam prosesnya, bahan-bahan tadi dipanaskan pada suhu
tinggi dalam sebuah reaktor. Proses pemanasan ini mengakibatkan ikatan molekul dalam
senyawa yang ada menjadi terpecah dan menghasilkan campuran gas yang terdiri dari
hidrogen, karbon monoksida dan metana.
Selanjutnya dengan cara yang sama seperti pada steam reforming, metana yang dihasilkan
diubah menjadi gas hidrogen. Gasifikasi biomasa atau bahan organik memiliki beberapa
keunggulan, antara lain menghasilkan lebih sedikit karbon dioksida, sumber bahan baku yang
berlimpah dan terbarukan, bisa diproduksi di hampir seluruh tempat di dunia serta biaya
produksi yang lebih murah.
1. 3. Gasifikasi Batu Bara
Gasifikasi batu bara merupakan metode pembuatan gas hidrogen tertua. Biaya produksinya
hampir dua kali lipat dibandingkan dengan metode steam reforming gas alam. Selain itu, cara
5. ini pula menghasilkan emisi gas buang yang lebih signifikan. Karena selain CO2 juga
dihasilkan senyawa sulfur dan karbon monoksida.
Melalui cara ini, batu bara pertama-tama dipanaskan pada suhu tinggi dalam sebuah reaktor
untuk mengubahnya menjadi fasa gas. Selanjutnya, batu bara direaksikan dengan steam dan
oksigen, yang kemudian menghasilkan gas hidrogen, karbon monoksida dan karbon dioksida.
1. 4. Elektrolisa Air (H2O)
Elektrolisa air memanfaatkan arus listrik untuk menguraikan air menjadi unsur-unsur
pembentuknya, yaitu H2 dan O2. Gas hidrogen muncul di kutub negatif atau katoda dan
oksigen berkumpul di kutub positif atau anoda.
Hidrogen yang dihasilkan dari proses elektrolisa air berpotensi menghasilkan zero emission,
apabila listrik yang digunakan dihasilkan dari generator listrik bebas polusi seperti energi
angin atau panas matahari. Namun demikian dari sisi konsumsi energi, cara ini memerlukan
energi listrik yang cukup besar.
Selain keempat metode di atas, masih ada metode lain untuk memproduksi gas hidrogen,
yaitu antara lain photoelektrolisis, dekomposisi air pada suhu tinggi (themal decomposition of
water), photobiological production, plasmatron, fermentasi bahan organik dan lain-lain.
2.3. Sifat-sifat Unsur Hidrogen
Sifat Fisika Dan Kimia Hidrogen
1. a. Sifat Fisika
§ Titik lebur : -259,140C
§ Titik didih : -252,87 0C
§ Warna : tidak berwarna
§ Bau : tidak berbau
§ Densitas : 0,08988 g/cm3 pada 293 K
§ Kapasitas panas : 14,304 J/gK
1. b. Sifat Kimia
§ Panas Fusi : 0,117 kJ/mol H2
§ Energi ionisasi 1 : 1312 kJmol
§ Afinitas electron : 72,7711 kJ/mol
§ Panas atomisasi : 218 kJ/mol
§ Panas penguapan : 0,904 kJ/mol H2
§ Jumlah kulit : 1
§ Biloks minimum : -1
§ Elektronegatifitas : 2,18 (skala Pauli)
§ Konfig electron : 1s1
§ Biloks maksimum : 1
§ Volume polarisasi : 0,7 Å3
§ Struktur : hcp (hexagonal close packed) (padatan H2)
§ Jari-jari atom : 25 pm
§ Konduktifitas termal : 0,1805 W/mK
§ Berat atom : 1,0079
§ Potensial ionisasi : 13,5984 eV
6. Kelarutan dan karakteristik hidrogen dengan berbagai macam logam merupakan subyek yang
sangat penting dalam bidang metalurgi (karena perapuhan hidrogen dapat terjadi pada
kebanyakan logam) dan dalam riset pengembangan cara yang aman untuk meyimpan
hidrogen sebagai bahan bakar. Hidrogen sangatlah larut dalam berbagai senyawa yang terdiri
dari logam tanah nadir dan logam transisi dan dapat dilarutkan dalam logam kristal maupun
logam amorf. Kelarutan hidrogen dalam logam disebabkan oleh distorsi setempat ataupun
ketidakmurnian dalam kekisi hablur logam.
Gas hidrogen sangat mudah terbakar dan akan terbakar pada konsentrasi serendah 4% H2 di
udara bebas. Entalpi pembakaran hidrogen adalah -286 kJ/mol. Hidrogen terbakar menurut
persamaan kimia:
2 H2(g) + O2(g) → 2 H2O(l) + 572 kJ (286 kJ/mol)
Ketika dicampur dengan oksigen dalam berbagai perbandingan, hidrogen meledak seketika
disulut dengan api dan akan meledak sendiri pada temperatur 560 °C. Lidah api hasil
pembakaran hidrogen-oksigen murni memancarkan gelombang ultraviolet dan hampir tidak
terlihat dengan mata telanjang. Oleh karena itu, sangatlah sulit mendeteksi terjadinya
kebocoran hidrogen secara visual. Karakteristik lainnya dari api hidrogen adalah nyala api
cenderung menghilang dengan cepat di udara, sehingga kerusakan akibat ledakan hidrogen
lebih ringan dari ledakan hidrokarbon. H2 bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur
oksidator lainnya. Ia bereaksi dengan spontan dan hebat pada suhu kamar dengan klorin dan
fluorin, menghasilkan hidrogen halida berupa hidrogen klorida dan hidrogen fluorida.
2.4 Kereaktifan Unsur Hidrogen dengan Unsur Lain
2.4.1. Bentuk monoatomik
Atom H juga disebut hidrogen nasen atau hidrogen atomik, diklaim eksis secara fana namun
cukup lama untuk menimbulkan reaksi kimia. Menurut klaim itu, hidrogen nasen dihasilkan
secara in situ, biasanya reaksi antara seng dengan asam, atau dengan elektrolisis pada katoda.
Sebagai molekul monoatomik, atom H sangat reaktif dan oleh karena itu adalah reduktor
yang lebih kuat dari H2 diatomik, namun pertanyaan kuncinya terletak pada keberadaan atom
H itu sendiri. Konsep ini lebih populer di bidang teknik dan di literatur- literatur lama.
Hidrogen nasen diklaim mereduksi nitrit menjadi ammonia atau arsenik menjadi arsina
bahkan dalam keadaan lunak. Penelitian yang lebih mendetil menunjukkan lintasan alternatif
lainnya dan bukanlah atom H. Atom hidrogen dapat dihasilkan pada temperatur yang cukup
tinggi (>2000 K) agar molekul H2 dapat berdisosiasi. Selain itu, radiasi elektromagentik di
atas 11 eV juga dapat diserap H2 dan menyebabkan disosiasi.
Kadang kala hidrogen yang terserap secara kimiawi pada permukaan logam juga dirujuk
sebagai hidrogen nasen, walaupun terminologi ini sudah mulai ditinggalkan. Pandangan
lainnya mengatakan bahwa hidrogen yang terserap secara kimiawi itu kurang reaktif dari
hidrogen nasen disebabkan oleh ikatan yang dihasilkan oleh permukaan katalis logam
tersebut.
2.4.2. Senyawa kovalen dan senyawa organik
7. Walaupun H2 tidaklah begitu reaktif dalam keadaan standar, ia masih dapat membentuk
senyawa dengan kebanyakan unsur. Jutaan jenis hidrokarbon telah diketahui, namun itu
semua tidaklah dihasilkan secara langsung dari hidrogen dan karbon. Hidrogen dapat
membentuk senyawa dengan unsur yang lebih elektronegatif seperti halogen (F, Cl, Br, I)
dalam senyawa ini hidrogen memiliki muatan parsial positif. Ketika berikatan dengan fluor,
oksigen ataupun nitrogen, hidrogen dapat berpartisipasi dalam bentuk ikatan non-kovalen
yang kuat, yang disebut dengan ikatan hidrogen, yang sangat penting untuk menjaga
kestabilan kebanyakan molekul biologi. Hidrogen juga membentuk senyawa dengan unsur
yang kurang elektronegatif seperti logam dan metaloid, yang mana hidrogen memiliki muatan
parsial negatif. Senyawa ini dikenal dengan nama hidrida.
Hidrogen membentuk senyawa yang sangat banyak dengan karbon. Oleh karena asosiasi
senyawa itu dengan kebanyakan zat hidup, senyawa ini disebut sebagai senyawa organik.
Studi sifat-sifat senyawa tersebut disebut kimia organik dan studi dalam konteks kehidupan
organisme dinamakan biokimia. Pada beberapa definisi, senyawa organik hanya memerlukan
atom karbon untuk disebut sebagai organik. Namun kebanyakan senyawa organik
mengandung atom hidrogen. Dan oleh karena ikatan ikatan hidrogen-karbon inilah yang
memberikan karakteristik sifat-sifat hidrokarbon, ikatan hidrogen-karbon diperlukan untuk
beberapa definisi dari kata organik di kimia.
Dalam kimia anorganik, hidrida dapat berperan sebagai ligan penghubung yang
menghubungkan dua pusat logam dalam kompleks berkoordinasi. Fungsi ini umum
ditemukan pada unsur golongan 13, terutama pada kompleks borana (hidrida boron) dan
aluminium serta karborana yang bergerombol.
2.4.3. Hidrida
Senyawa hidrogen sering disebut sebagai hidrida, sebuah istilah yang tidak mengikat. Oleh
kimiawan, istilah hidrida biasanya memiliki arti atom H yang mendapat sifat anion, ditandai
dengan H−. Keberadaan anion hidrida, dikemukakan oleh Gilbert N. Lewis pada tahun 1916
untuk gologngan I dan II hidrida garam, didemonstrasikan oleh Moers pada tahun 1920
dengan melakukan elektrolisis litium hidrida cair (LiH) yang menghasilkan sejumlah
hidrogen pada anoda. Untuk hidrida selain logam golongan I dan II, istilah ini sering kali
membuat kesalahpahaman oleh karena elektronegativitas hidrogen yang rendah.
Pengecualian adalah hidrida golongan II BeH2 yang polimerik. Walaupun hidrida dapat
dibentuk dengan hampir semua golongan unsur, jumlah dan kombinasi dari senyawa
bervariasi, sebagai contoh terdapat lebih dari 100 hidrida borana biner yang diketahui, namun
cuma satu hidrida aluminium biner yang diketahui. Hidrida indium biner sampai sekarang
belum diketahui, walaupun sejumlah komplek yang lebih besar eksis.
2.4.4. Proton dan asam
Oksidasi H2 secara formal menghasilkan proton H+. Spesies ini merupakan topik utama dari
pembahasan asam, walaupun istilah proton digunakan secara longgar untuk merujuk pada
hidrogen kationik yang positif dan ditandai dengan H+. Proton H+ tidak dapat ditemukan
berdiri sendiri dalam laurtan karena ia memiliki kecenderungan mengikat pada atom atau
molekul yang memiliki elektron. Untuk menghindari kesalahpahaman akan proton terlarut
dalam larutan, larutan asam sering dianggap memiliki ion hidronium (H3O+) yang
bergerombol membentuk H9O4
+. Ion oksonium juga ditemukan ketika air berada dalam
pelarut lain.
8. Walaupun sangat langka di bumi, salah satu ion yang paling melimpah dalam alam semesta
ini adalah H3
+, dikenal sebagai molekul hidrogen terprotonasi ataupun kation hidrogen
triatomik.
2.5. Isotop
Protium, isotop hidrogen yang paling umum dijumpai, memiliki satu proton dan satu
elektron. Keunikan isotop ini adalah ia tidak mempunya neutron (lihat pula diproton untuk
pembahasan mengenai mengapa isotop tanpa neutron yang lain tidak eksis.
Hidrogen memiliki tiga isotop alami, ditandai dengan 1H, 2H, dan 3H. Isotop lainnya yang
tidak stabil (4H to 7H) juga telah disintesiskan di laboratorium namun tidak pernah dijumpai
secara alami.
1H adalah isotop hidrogen yang paling melimpah, memiliki persentase 99.98% dari
jumlah atom hidrogen. Oleh karena inti atom isotop ini hanya memiliki proton
tunggal, ia diberikan nama yang deskriptif sebagai protium, namun nama ini jarang
sekali digunakan.
2H, isotop hidrogen lainnya yang stabil, juga dikenal sebagai deuterium dan
mengandung satu proton dan satu neutron pada intinya. Deuterium tidak bersifat
radioaktif, dan tidak memberikan bahaya keracunan yang signifikan. Air yang atom
hidrogennya merupakan isotop deuterium dinamakan air berat. Deuterium dan
senyawanya digunakan sebagai penanda non-radioaktif pada percobaan kimia dan
untuk pelarut 1H-spektroskopi NMR. Air berat digunakan sebagai moderator neutron
dan pendingin pada reaktor nuklir. Deuterium juga berpotensi sebagai bahan bakar
fusi nuklir komersial.
3H dikenal dengan nama tritium dan mengandung satu proton dan dua neutron pada
intinya. Ia memiliki sifat radioaktif, dan mereras menjadi Helium-3 melalui pererasan
beta dengan umur paruh 12,32 tahun. Sejumlah kecil tritium dapat dijumpai di alam
oleh karena interaksi sinar kosmos dengan atmosfer bumi, tritium juga dilepaskan
selama uji coba nuklir. Ia juga digunakan dalam reaksi fusi nuklir, sebagai penanda
dalam geokimia isotop, dan terspesialisasi pada peralatan self-powered lighting.
Tritium juga digunakan dalam penandaan percobaan kimia dan biologi sebagai
radiolabel.
Hidrogen adalah satu-satunya unsur yang memiliki tiga nama berbeda untuk isotopnya.
(Dalam awal perkembangan keradioaktivitasan, beberapa isotop radioaktif berat diberikan
nama, namun nama-nama tersebut tidak lagi digunakan). Simbol D dan T kadang-kadang
digunakan untuk merujuk pada deuterium dan tritium, namun simbol P telah digunakan untuk
merujuk pada fosfor, sehingga tidak digunakan untuk merujuk pada protium. Dalam tatanama
IUPAC, International Union of Pure and Applied Chemistry mengijinkan penggunaan D, T,
2H, dan 3H walaupun 2H dan 3H lebih dianjurkan.
Isotop tertentu
Isotop dari hidrogen
iso NA Umur paruh DM DE (MeV) DP
1H 99,985% H stabil dengan 0 neutron
2H 0,015% H stabil dengan 1 neutron
3H kelumit 12,32 thn β−
0,019 3He
9. 2.6. Kegunaan
1. Bidang kimia organik.
Hidrogen sering dipakai untuk reaksi hidrogenasi senyawa alkena atau alkuna untuk sintesis
senyawa organik. Senyawa hidrida misalnya MgH2, NaH, LiH, dan lain-lain sering dipakai
untuk reagen pereduksi senyawa organik dan hal ini sering dipakai dalam proses sistesis
senyawa organik misalnya untuk reduksi senyawa aldehid atau keton.
1. Bidang industri.
Hidrogen banyak digunakan dalam industri kimia maupun industri petrokimia. Penggunaan
terbesar hidrogen adalah untuk proses peng-upgrading-an bahan bakar fosil dan untuk
pembuatan gas NH3 sebagai bahan dasar untuk industri pupuk. Dalam industri makanan
hidrogen banyak dipakai untuk meningkatkan kejenuhan minyak menjadi lemak seperti
banyak dipergunakan dalam industri margarine. Untuk industri petrokimia maka hidrogen
banyak dipakai untuk proses hidrodealkilasi, hidrodesulfurasi, dan hidrocracking. Hidrogen
juga dipakai sebagai bahan dasar untuk industri penghasil methanol dan industri penghasil
HCl. Industri pertambangan hidrogen dipakai untuk agen pereduksi biji logam.
1. Bidang fisika dan teknik.
Hidrogen dipakai sebagai shielding gas untuk pengelasan. Hidrogen juga dipakai sebagai zat
pendingin rotor dalam generator listrik di stasiun penghasil listrik. Disebabkan hidrogen
memiliki konduktifitas termal yang tingga maka hidrogen cair dipakai dalam studi-studi
kriyogenik meliputi penelitian superkonduktor. Karena hidrogen sangat ringan maka banyak
dipakai sebagai gas pengangkat dalam balon dan pesawat udara kecil untuk tujuan penelitian.
Hidrogen di campur dengan nitrogen dipakai sebagai gas pelacak kebocoran yang dapat
diaplikasikan dalam bidang otomotif, kimia, stasiun pembangkit listrik, aerospace, dan
telekomonikasi.
Isotop hidrogen seperti deuterium dipakai dalam aplikasi reaksi nuklir sebagai medium yang
dapat memperlambat laju netron yang dihasilkan dari reaksi fisi dan fusi. Deuterium juga
dipakai untuk penanda reagen yang akan direaksikan untuk proses sintesis. Tritium dihasilka n
dari reactor nuklir dipakai untuk produksi bom hidrogen dan sebagai label dalam cat
luminasi.
10. BAB III
PENUTUP
1. A. Simpulan
Berdasarkan materi yang telah dipaparkan tersebut, dapat diperoleh simpulan yaitu
1. Unsur hidrogen merupakan unsur yang teringan yang berada di permukaan bumi.
Karena massanya yang ringan, gas hidrogen lepas dari gravitasi bumi. Walaupun
demikian, hidrogen masih merupakan unsur paling melimpah di permukaan bumi ini.
Kebanyakan hidrogen bumi berada dalam keadaan bersenyawa dengan unsur lain
seperti hidrokarbon dan air.
2. 2. Pembuatan gas hidrogen dapat melalui proses steam reforming,gasifikasi
biomasa,gasifikasi batu bara, dan elektrolisa air (H2O), photoelektrolisis,
dekomposisi air pada suhu tinggi (themal decomposition of water), photobiological
production, plasmatron, fermentasi bahan organik dan lain-lain.
3. 3. Sifat-sifat dari unsure hidrogen antara lain sifat fisik dan sifat kimia.
4. 4. Keisotopan dari unsur hidrogen terdiri dari protium, deuterium, tritium,
yang mana keisotopan dari jenis hydrogen tersebut memiliki karakter masing-masing.
5. 5. Kegunaan gas hidrogen dalam kehidupan dapat dimanfaatkan dalam
berbagai bidang antara lain bidang kimia organik, bidang industri, dan bidang
fisika teknik.
11. DAFTAR PUSTAKA
http://www.wikipedia.com.
http://www. chem-is-try.org.
Supadi, Kasmadi Imam.2006. Kimia Dasar II. Semarang : UPT UNNES Press.
Sugiayarto,Kristian H. 2004. Kimia Anorganik I. Yogyakarta : JICA.