2. Abdoel Moeis lahir pada tanggal 3 Juni
1883 di Bukittinggi, Sumatra Barat. Beliau adalah
putra Datuk Tumenggung Lareh.
Sastrawan yang sekaligus juga pejuang dan
wartawan ini meninggal dunia di Bandung pada
tanggal 17 Juni 1959 dalam usia 76 tahun. Jenazahnya
dimakamkan di Taman Pahlawan Cikutra, Bandung. Ia
meninggalkan 2 orang istri dan 13 orang anak.
Abdoel Moeis lulusan Sekolah Eropa Rendah
(Eur. Lagere School atau yang sering disingkat
ELS).
Abdoel Moeis pun dimasukkan sekolah dokter
STOVIA di Batavia.
kemampuan Abdoel Moeis dalam berbahasa Belanda dianggap melebihi
rata-rata orang Belanda. Abdoel Moeis adalah saksi sejarah kolonialisme
Belanda dan merekam sejarah tersebut dalam karya sastra. Dengan
mengetengahkan tokoh Hanafi dalam Salah Asuhan, Abdoel Moeis
mengkritik sikap kaum borjuis yang kebarat-baratan dan lupa daratan
melalui tokoh Hanafi.
Meskipun hanya berijazah ujian amtenar kecil (klein ambtenaars examen) dan ELS, Abdoel
Moeis memiliki kemampuan berbahasa Belanda yang baik. Bahkan, menurut orang Belanda,
3. • Sepasang sahabat, Hanafi dan Corrie, sedangkan saling ingin
mengetahui di lapangan tenis, di sebuah kota kecil Solok,
Minangkabau, sebelum mereka bermain tenis, pada suatu sore.
• Corrie adalah anak tuan De Busse, seorang Prancis yang sudah
pensiun dari jabatan arsitek.
• Banyak sekali sudah para pemuda di Betawi yang tertarik
padanya dan mengajukan lamaran.
• Hanafi adalah seorang anak bumiputra. Berasal dari Kota Anau.
• Akibat kesal terhadap sikap Corrie ia terpaksa menerima Rapiah.
• Hanafi digigit anjing gila, sehingga ia terpaksa dirawat di
Jakarta.
• Hanafi akhirnya pindah bekerja ke Jakarta.
• Corrie akhirnya kawin dengan Hanafi.
• Karena suatu fitnah, Hanafi bercerai dengan Corrie
• Corrie berada di rumah sakit.
• Kemudian Hanafi berangkat ke Padang
• Hanafi ternyata memilih “mengikuti” Corrie
• Rapiah dan Syafei, kembali berkumpul dengan ibunya Hanafi, mertuanya.
4. UNSUR
INTRINSIK
Tokoh dan Watak Dalam Novel Salah Asuhan
• Keras kepala, Pencemburu, kukuh,
sangat mencintai corrie.
Hanafi
• Rendah hati, mau menerima cinta
Hanafi,baik
Corrie
• Teguh iman, teguh hati, pasrah.Rapiah
• Penyabar, rela anaknya
memutuskan hubungan
Ibu Hanafi
5. Alur Novel Salah Asuhan
Novel Salah Asuhan memakai
alur Maju/Progesif. Karena berdasarkan
tahapan-tahapan cerita berawal dari salah
asuhan hanafi di keluarga belanda sampai
dengan klimaks matinya corrie karena
penyakit kolera dan ditutup dengan
matinya Hanafi akibat keputus asaan
ditinggal corrie.
6. Munculnya sistem pendidikan kolonial ketika itu tidaklah berbanding lurus
dengan kepentingan mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Orientasi hasil
pendidikan dirancang untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga bagi Hindia Belanda.
Setelah dilaksanakan politik etis, banyak lembaga pendidikan mulai berdiri. Namun, ada
beberapa hambatan masuk sekolah, seperti berikut:
1.
• Adanya perbedaan warna kulit (color line division).
2.
• Sistem pendidikan yang dikembangkan disesuaikan dengan
status sosial masyarakat (Eropa, Timur Asing, atau bumi
putera).
3.
• Bagi kelompok bumi putera masih dibedakan oleh status
keturunan (bangsawan, priyayi, rakyat jelata).
7. Pendidikan kolonial pada awal abad ke-20 tumbuh cukup banyak terdiri atas beberapa
tingkatan berikut.
• Sekolah kelas satu seperti ELS (Europese
Legerschool) dan HIS (Holandsch Inlandschool),
untuk keturunan Indonesia asli golongan atas.
• Sekolah Kelas dua, untuk golongan Indonesia asli
kelas bawah.
1. Pendidikan Dasar
• HBS (Hogere Burger School) , MULO (Meer
Uitegbreit Ondewijs) dan AMS (Algemene
Middelbare school).
• Sekolah Kejuruan, seperti Kweekschoolen (guru
pribumi) dan Normaal School.
2. Pendidikan
Tingkat Menengah
• Pendidikan Tinggi Teknik (Koninklijk Instituut
voor Hoger Technisch Ondewijs Nederlandsch
Indie).
• Sekolah Tinggi Hukum (Rechtschool).
• Sekolah Tinggi Kedokteran, berkembang sejak dari
nama Sekolah Dokter Jawa, STOVIA, NIAS dan
GHS (Geeneeskundige Hoogeschool).
• Sekolah pelatihan untuk kepala atau pejabat
pribumi, Hoofdenscholen, OSVIA
(Opleidingsscholen voor Inlansche Ambtenaren)
3. Pendidikan Tinggi
8. Latar sosial budaya dalam cerita ini
adalah budaya Minangkabau dalam waktu
penjajahan Belanda. Kebudayaan seperti utang
budi, kawin paksa, dan mempunyai budak
diwujudkan dalam cerita.
Sebagai akibat dari latar sosial budaya
ini ada beberapa kata daerah yang digunakan dan
perlu dijelaskan. Contohnya, sebutan orang
japutan dijelaskan sebagai berikut: orang
berbangsa, jika dia kawin menurut adat yang
biasa, pihak perempuan yang menjemput uang
dan lain-lain.
Pendukung kebudayaan Minang dianggap sebagai suatu masyarakat yang diatur
menurut sistem kekeluargaan yang berpusat kepada keibuan, sistem kekeluargaan yang
matrilineal. Corak kesalah satu unsur yang menjadi ciri khas kepada kebudayaan
Minangkabau, yang selalu terlukis dalam novel-novel masa Balai Pustaka.
Corak masyarakat Minang yang matrilineal ini jelas tergambar dalam
sistem kekerabatan, menurut garis ibu. Setiap orang Minang adalah
termasuk keluarga ibunya, bukan keluarga ayahnya. Seorang ayah dalam
masyarakat Minang berada di luar keluarga anak dan istrinya.
9. Seorang ayah dalam masyarakat Minang
termasuk keluarga lain dari keluarga istri dan
anaknya, sama halnya dengan seorang anak dari
seorang laki-laki Minang akan termasuk keluarga lain
dari pihak ayahnya. Si anak tersebut dikatakan
sebagai “anak pisang” dari keluarga ayahnya.
Kesatuan keluarga yang terkecil atas dasar prinsip di
atas, adalah paruik, yang benar-benar bersifat
genelalogis.
Seorang ayah dalam masyarakat Minang termasuk keluarga lain dari keluarga istri
dan anaknya, sama halnya dengan seorang anak dari seorang laki-laki Minang akan
termasuk keluarga lain dari pihak ayahnya. Si anak tersebut dikatakan sebagai “anak
pisang” dari keluarga ayahnya. Kesatuan keluarga yang terkecil atas dasar prinsip di atas,
adalah paruik, yang benar-benar bersifat genelalogis. Seorang ayah dalam masyarakat
Minang termasuk keluarga lain dari keluarga istri dan anaknya, sama halnya dengan seorang
anak dari seorang laki-laki Minang akan termasuk keluarga lain dari pihak ayahnya. Si anak
tersebut dikatakan sebagai “anak pisang” dari keluarga ayahnya. Kesatuan keluarga yang
terkecil atas dasar prinsip di atas, adalah paruik, yang benar-benar bersifat
genelalogis.
10. Dalam perkawinan, masyarakat Minang
sebenarnya tidak mengenal istilah “mas kawin”
.Bukanlah menjadi sistem di Minangkabau pihak
pengantin laki-laki (marapulai) menyerahkan
sesuatu pemberian kepada pengantin perempuan
(anak daro) sebagai yang berlaku dalam
masyarakat lain di Indonesia. Malah pada beberapa
daerah keluarga darolah yang memberikan
sejumlah uang atau barang sebagai adat kepada
pihak marapulainya, yang lazim disebut uang
japutan. Yang penting dalam upacara perkawinan
dalam masyarakat Minang ialah upacara,
batimbang tando, yakni pertukaran lambang ikatan
kedua belah pihak yang bersangkutan, berupa
cincin atau keris pusaka.
11. Adat di alam Minangkabau
adalah merupakan undang-undang
hukum yang tak tertulis tetapi harus
dipatuhi dengan sebaik-baiknya, yang
dalam pelaksanaannya selalu
diselaraskan dengan hukum agama,
yakni agama Islam. Adat dan agama
dalam kebudayaan Minang tidak
bertentangan, malah sebaliknya kuat-
menguatkan. Seorang orang Minang
akan hidup dengan aman dan sentosa
dengan menunaikan ajaran agamanya,
yaitu agama Islam dan selalu berjalan menurut adat dan negerinya, yakni adat
Minangkabau dengan semboyan, Hiduik baradaik, mati bariman.