Dokumen tersebut membahas tentang sprain pergelangan kaki, termasuk etiologi, faktor risiko, mekanisme cedera, gejala klinis, penilaian, derajat cedera, dan pengelolaan melalui RICE serta latihan rehabilitasi.
1. SPRAIN ANKLE
D4 B FT
KELOMPOK 3 :
1. Edenia Chintya Nagari (P27226020222)
2. Faishal Ahmad Khoirruddin (P27226020223)
3. Febrina Maharani Putri A. (P27226020224)
4. Fikrotul Ilmah Nafi’ah (P27226020225)
2. MEKANISME OF INJURY
SPRAIN ANKLE
ETIOLOGI + FAKTOR RISIKO
MELAKUKAN MANIFESTASI KLINIS
ASSESMENT FT
MANAJEMENT FT
3. ETIOLOGI + FAKTOR RISIKO
Etiologi dari sprain ankle merupakan akibat dari gerakan pergelangan
kaki yang melebihi kekuatan ligamen ankle.
Faktor – faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya sprain
ankle dibagi menjadi dua kelompok yaitu faktor ekstrinsik dan faktor
intrinsik:
1. Faktor ekstrinsik : kesalahan dalam pelatihan, kinerja yang buruk,
teknik yang salah dan menapak pada permukaan yang tidak rata.
2. Faktor intrinsik : kerusakan jaringan penyangga, ketidakstabilan
aktif oleh otot-otot penggerak foot and ankle (muscle weaknes),
poor proprioceptive, hypermobile foot and ankle.
4.
5. Faktor resiko ankle sprain:
1. Longgarnya ligamen di pergelangan kaki akibat riwayat terkilir
sebelumnya,
2. Jenis sepatu tertentu (misalnya high heels), akan meningkatkan
risiko untuk jatuh,
3. Pola berjalan tertentu yang cenderung memungkinkan kaki terputar
atau adanya kelainan postur tumit yang sedikit mengarah ke dalam,
4. Bentuk aktivitas fisik/olahraga yang banyak mengandalkan gerakan
melompat, bergulir, dan memutar kaki.
6. MEKANISME OF INJURY
Mekanisme terjadinya sprain ankle disebabkan oleh gerakan ke sisi luar/samping
(lateral) atau sisi dalam/tengah (medial) dari pergelangan kaki yang terjadi secara
mendadak. Terkilir secara invesi yaitu kaki berbelok dan atau membengkok ke dalam
dan terbalik. Tipe ini merupakan cedera yang paling umum terjadi pada pergelangna
kaki. Hal ini disebabkan oleh banyaknya tulang penstabil pada sisi belah samping yang
mengakibatkan tekanan pada kaki menjadi terbalik.
Terjadinya sprain ankle pada sisi lateral juga dapat disebabkan tekanan yang kuat
pada tumit yang menekan kaki menjadi inverse, membuatnya lebih mungkin untuk
terjadi sprain ankle pada sisi lateral.
7. Sebaliknya sprain ankle pada sisi ekternal bisa disebabkan kaki yang melakukan
gerakan pronasi berlebih atau adanya tekanan dari telapak kaki sisi sebelah
dalam/tengah secara longitudinal lebih memungkinkan untuk terjadi eversi dan
menyebabkan pola sprain pada pergelangan kaki bagian medial. Cedera sprain pada
pergelangan kaki dengan pola eversi (medial) lebih jarang terjadi daripada cedera
sprain dengan pola inverse. Mekanisme yang biasa terjadi adalah olahragawan yang
tiba-tiba menapakkan kakinya pada lubang di lapangan olahraga menyebabkan kaki
tergerak dengan paksa dan menanamkan kaki pada gerakan yang eksternal.
9. ASSESMENT FT
Untuk mendiagnosa pada sprain ankle dapat dilakukan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan khusus:
1. Pemeriksaan Fisik
Foot : Memperhatikan adanya deformitas, bengkak dan memar untuk
menentukan tingkat keparahan dari sprain ankle serta kecenderungan terjadi
fraktur.
Feel : Lakukan palpasi pada seluruh fibula, distal tibia, kaki dan tendon
Achilles untuk menyingkirkan adanya fraktur.
Move : Perhatikan adanya nyeri pada gerakan pasif inversi dan eversi.
Pada sprain ankle lateral, nyeri akan meningkat pada gerakan inversi,
sedangkan pada medial sprain nyeri akan lebih meningkat pada gerakan
eversi
10. 2. Pemeriksaan khusus
Anterior Drawer Test : Dilakukan untuk memeriksa stabilitas dari ankle
khususnya pada Anterior Talofibular Ligament. Pada kaki yang
mengalami cedera akan terlihat pergerakan yang lebih banyak
dibandingkan kaki yang tidak.
Talar Tilt Test : Digunakan untuk melihat adanya gerakan inversi yang
berlebih pada ankle dan menentukan adanya robekan dari ligamen ada
pada ligamen calcaneofibular.
11. Squeeze Test : Pemeriksaan kompresi fibular digunakan apabila terdapat
kecurigaan terjadinya cedera sindesmotik atau fibular. Hasil positif
dikatakan apabila ditemui nyeri pada bagian bawah fibula.
External Rotation Test : Pemeriksaan rotasi eksternal dilakukan untuk
menentukan integritas dari ligamen sindesmotik. Pemeriksaan dikatakan
positif apabila terdapat nyeri pada sindemosis.
12. DERAJAT NYERI SPRAIN ANKLE:
1. Derajat I :
Ditandai dengan ligamentum teregang tetapi tida mengalami kerobekan.
Pergelangan kaki biasanya tidak terlalu membengkak, nyeri ringan dan sedikit
bengkak namun dapat meningkatkan resiko terjadinya cedera berulang
2. Derajat II :
Ditandai dengan ligament yang mengalami kerobekan, pembengkakan dan memar
dengan jelas, nyeri hebat (aktualitas berjalan) dan biasanya berjalan menimbulkan
nyeri.
3. Derajat III :
Ditandai dengan ligament yang mengalami kerobekan total, sehingga terjadi
pembengkakan dan kadang perdarahan dibawah kulit. Akibatnya pergelangan kaki
menjadi tidak stabil dan tidak mampu menahan beban.
13. MANAJEMENT FT
Setelah asesmen dilakukan dan diagnose di tegakkan berdasarkan pemeriksaan yang
dilakukan, fisioterapi dapat memulai perencanaan terhadap pasien dengan
pertimbangan kebutuhan intervensi dan mengarah kearah pengembangan fisioterapi.
Intervensi yang dapat di pilih ialah sebagai berikut :
1. Ultrasound : Ultrasound bermanfaat untuk menurunkan rasa nyeri yang dirasa
pasien menggunakan efek termal
2. Tens : Tens dapat menurunkan rasa nyeri dengan proses blok tranmisi nyeri
14. 3. Mengunakan metode RICE :
Rest : Pasien harus di pastikan beristirahat dan tidak beraktivitas terlebih
dahulu.
Ice : Dapat dilakukan pengompresan daerah yang mengalami cidera selama 15
menit, guna menurutkan rasa nyeri yang dirasa dan menghambat terjadinya
vasodilatasi dan sebagai penanganan awal jika terdapat inflamasi.
Compression : Pembalutan atau gips dapat diberikan jika cidera yang dialami
pasien parah (ligament pergelangan kaki putus)
Elevation : Pasien dapat menggunakan crutch (tongkat ketiak). Berguna untuk
mengakat bagian yang cidera agar meminimalisir pembengkakan. Selain itu
dapat menggunakan metode meletakkan kaki secara lurus dengan diganjal
dengan bantal.
15. 4. Terapi Latihan : Terapi Latihan perlu diberikan pada kasus sprain ankle guna
mengembalikan linkup gerak sendi (LGS). Pemberian terapi latihan secara
langsung ataupun menggunakan alat , dapat memberikan efek yang cukup terhadap
pemulihan ligament. Salah satu latihan yang dapat diberikan ialah melatih gerakan
inversi dan eversi.
5. Latihan Ankle Exercise Theraband : Latihan ini berguna untuk mengembalikan
kekuatan otot yang menurun akibat beberapa tahap selama masa penyembuhan.
Latihan ini merupakan bagian dari terapi Latihan.
Setelah dilakukan intervensi yang dipilih dan meinplementasikan kepada pasien.
Fisioterapi juga perlu melakukan evaluasi terhadap respon tubuh pasien terhadap
Latihan yang diberikan. Evaluasi juga dapat ,engetahui perkembangan pasien selama
dialkukan Latihan, terdapat penurunan ataupun peningkatan terhadap kondisi pasien.