Urine merupakan cairan sisa yang diekskresikan ginjal dan dikeluarkan melalui proses urinasi. Urine berfungsi untuk membuang zat sisa dan sebagai penunjuk dehidrasi. Pengambilan sampel urine harus dilakukan dengan benar agar tidak terkontaminasi, yaitu dengan mengumpulkan urine tengah. Sampel urine perlu dijaga kemurniannya dan dikirim ke laboratorium dalam waktu 2 jam atau ditambah pengawet. Berbag
1. BAB I
PENDAHULUAN
1
1.1.Latar Belakang
Urine atau air kencing merupakan cairan sisa yang diekskresikan ginjal kemudian
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.proses terbentuknya urine ada 3 yaitu
filtrasi, reabsorpsi dan augmentasi,kandungan zat dalam urine terdiri dari air, zat warna
empedu,garam mineral dan zat racun seperti obat-obatan.urine memiliki fungsi untuk
membuang zat sisa seperti racun dari dalam tubuh dan sebagai penunjuk dehidasi.Dengan
sampel urine kita dapat mengetahui bahwa seseorang menderita penyakit diabetes, tes
kehamilan dan sebagainya.
Urine sebagai sebuah sampel haruslah dijaga agar tetap steril dan tidak ada bakteri
lain yang berkembang karna dapat merusak hasil pemeriksaan.Cara pengambilan urine juga
harus diperhatikan agar urine tidak tercemar bakteri baik yang berasal dari udara maupun
feaces, selain itu pengiriman dan pengawetan urine harus sesuai dengan prosedur yaitu
diletakkan di refrigator tidak lebih dari 2 jam, keakuratan hasil pemeriksaan sangat
bergantung pada penanganan sampel yang baik. Oleh karena itu penting bagi kita untuk
mengetahui bagaimana penanganan dan pemeriksaan sampel yang sesuai prosedur.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian urine?
2. Bagaimana cara pengambilan dan pengumpulan sampel urine?
3. Bagaimana cara pengiriman dan pengawetan sampel urine?
4. Pemeriksaan apa saja yang dapat dilakukan dengan sampel urine?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi urine
2. Untuk mengetahui cara pengambilan dan pengumpulan sampel urine
3. Untuk mengetahui cara pengiriman dan pengawetan sampel urine
4. Untuk mengetahui pemeriksaan pada urine
1.4 Manfaat
Dapat menambah ilmu serta mengetahui cara penangan dan pemeriksaan sampel yang benar
2. BAB II
PEMBAHASAN
2
A.Pengertian Urine
Urine atau air seni atau air kencing merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan
untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui
ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Terdapat 3 proses penting yang berhubungan dengan proses pembentukan urine, yaitu :
1. Filtrasi (penyaringan).
Penyaringan darah pada ginjal lalu terjadilah urine. Darah masuk ginjal melalui
pembuluh nadi ginjal. Ketika berada di dalam membrane glomenulus, zat-zat yang terdapat
dalam darah (air, gula, asam amino dan urea) merembes keluar dari pembuluh darah
kemudian masuk kedalam simpai/kapsul bowman dan menjadi urine primer.
2.Reabsorbsi (penyerapan kembali)
Urine primer dari kapsul bowman mengalir melalui saluran-saluran halus (tubulus
kontortokus proksimal). Di saluran-saluran ini zat-zat yang masih berguna, misalnya gula,
akan diserap kembali oleh darah melalui pembuluh darah yang mengelilingi saluran tersebut
sehingga terbentuk urine sekunder
3. Augmentasi
Urine sekunder yang terbentuk kemudian masuk tubulus kotortokus distal dan
mengalami penambahan zat sisa metabolisme maupun zat yang tidak mampu disimpan dan
akhirnya terbentuklah urine sesungguhnya yang dialirkan ke kandung kemih melalui ureter.
Dalam urine mengandung zat-zat seperti:
1. Air sebanyak 95 %
2. Urea, asam ureat dan ammonia
3. Zat warna empedu (bilirubin dan biliverdin)
4. Garam mineral, terutama NaCl (natrium chlorida)
5. Zat-zat bersifat racun seperti sisa obat dan hormon
3. 3
Fungsi urine
1. Untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh.
2. Sebagai penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan
mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan
urin berwarna kuning pekat atau cokelat.
B.Pengambilan Dan Pengumpulan Sampel Urine
Pengambilan spesimen urine dilakukan oleh penderita sendiri (kecuali dalam keadaan
yang tidak memungkinkan). Sebelum pengambilan spesimen, penderita harus diberi
penjelasan tentang tata cara pengambilan yang benar.
Spesimen urine yang ideal adalah urine pancaran tengah (midstream), di mana aliran
pertama urin dibuang dan aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah yang telah
disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis. Aliran pertama urine
berfungsi untuk menyiram sel-sel dan mikroba dari luar uretra agar tidak mencemari
spesimen urine.
Sebelum dan sesudah pengumpulan urine, pasien harus mencuci tangan dengan sabun
sampai bersih dan mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue. Pasien juga
perlu membersihkan daerah genital sebelum berkemih..
Pasien yang tidak bisa berkemih sendiri perlu dibantu orang lain (mis. Keluarga atau
perawat). Orang-orang tersebut harus diberitahu dulu mengenai cara pengumpulan sampel
urine, mereka harus mencuci tangannya sebelum dan sesudah pengumpulan sampel,
menampung urine midstream dengan baik. Untuk pasien anak-anak mungkin perlu
dipengaruhi/dimaotivasi untuk mengeluarkan urine. Pada pasien bayi dipasang kantung
penampung urine pada genitalia
Pada kondisi tertentu, urine kateter juga dapat digunakan. Dalam keadaan khusus,
misalnya pasien dalam keadaan koma atau pasien gelisah, diperlukan kateterisasi kandung
kemih melalui uretra. Prosedur ini menyebabkan 1 - 2 % risiko infeksi dan menimbulkan
trauma uretra dan kandung kemih. Untuk menampung urine dari kateter, lakukan desinfeksi
pada bagian selang kateter dengan menggunakan alkohol 70%. Aspirasi urine dengan
menggunakan spuit sebanyak 10 – 12 ml. Masukkan urine ke dalam wadah dan tutup rapat.
Segera kirim sampel urine ke laboratorium.
Untuk mengetahui kadar analit dalam urine biasanya diperlukan sampel 24 jam, Cara
pengumpulan urine 24 jam adalah :
4. Pada hari pengumpulan, pasien harus membuang urin pagi pertama. Catat tanggal dan
waktunya. Semua urine yang dikeluarkan pada periode selanjutnya ditampung.
Jika pasien ingin buang air besar, kandung kemih harus dikosongkan terlebih dahulu
untuk menghindari kehilangan air seni dan kontaminasi feses pada sampel urin
wanita.
Keesokan paginya tepat 24 jam setelah waktu yang tercatat pada wadah, pengumpulan
4
urin dihentikan.
Spesimen urine sebaiknya didinginkan selama periode pengumpulan.
Spesimen urine apabila ditampung secara benar mempunyai nilai diagnosis yang
besar, tetapi bila tercemar oleh kuman yang bersal dari uretra atau peritoneum dapat
menyebabkan salah penafsiran. Sampel urine acak cukup baik untuk biakan kuman. Namun,
bila specimen urine acak tidak menunjukkan pertumbuhan, urine pekat atau urine pagi dapat
digunakan.
Sampel urine yang dikumpulkan adalah urine midstream clean-catch. Biakan kuman
dengan sampel ini dapat menentukan diagnosis secara teliti pada 80% penderita wanita dan
hampir 100% penderita pria, apabila lubang uretra dibersihkan sesuai persyaratan. Urine
clean-catch adalah spesimen urin midstream yang dikumpulkan setelah membersihkan
meatus uretra eksternal. Urine jenis ini biasanya digunakan untuk tes biakan kuman (kultur).
Sebelum mengumpulkan urine, pasien harus membersihkan daerah genital dengan air bersih
atau steril. Jangan gunakan deterjen atau desinfektan. Tampung urine bagian tengah ke dalam
wadah yang steril. Kumpulkan urin menurut volume direkomendasikan, yaitu 20 ml untuk
orang dewasa dan 5-10 ml untuk anak-anak.
Pada keadaan yang mengharuskan kateter tetap dibiarkan dalam saluran kemih
dengan sistem drainase tertutup, urine untuk biakan dapat diperoleh dengan cara melepaskan
hubungan antara kateter dengan tabung drainase atau mengambil sampel dari kantung
drainase.
Bila tidak memungkinkan memperoleh urine yang dikemihkan atau bila diduga terjadi
infeksi dengan kuman anaerob, aspirasi suprapubik merupakan cara penampungan yang
paling baik.
Spesimen yang menunjukkan pertumbuhan lebih dari satu jenis kuman, dianggap
sebagai tercemar, kecuali pada penderita dengan kateter yang menetap.
Cara pengambilan sampel urine clean-catch pada pasien wanita :
5. Pasien harus mencuci tangannya dengan memakai sabun lalu mengeringkannya
dengan handuk, kain yang bersih atau tissue.
Tanggalkan pakaian dalam, lebarkan labia dengan satu tangan
Bersihkan labia dan vulva menggunakan kasa steril dengan arah dari depan ke
5
belakang
Bilas dengan air bersih dan keringkan dengan kasa steril yang lain.
Selama proses ini berlangsung, labia harus tetap terbuka dan jari tangan jangan
menyentuh daerah yang telah dibersihkan.
Keluarkan urine, aliran urine yang pertama dibuang. Aliran urine selanjutnya
ditampung dalam wadah steril yang telah disediakan. Pengumpulan urine selesai
sebelum aliran urine habis. Diusahakan agar urine tidak membasahi bagian luar
wadah.
Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium.
Cara pengambilan urine clean-catch pada pasien pria :
Pasien harus mencuci tangannya dengan memakai sabun lalu mengeringkannya
dengan handuk, kain yang bersih atau tissue.
Jika tidak disunat, tarik preputium ke belakang. Keluarkan urine, aliran urine yang
pertama dibuang. Aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah steril yang telah
disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis. Diusahakan agar
urine tidak membasahi bagian luar wadah.
Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium.
Aspirasi jarum suprapubik transabdominal kandung kemih merupakan cara
mendapatkan sampel urine yang paling murni. Pengumpulan urine aspirasi suprapubik harus
dilakukan pada kandung kemih yang penuh.
Lakukan desinfeksi kulit di daerah suprapubik dengan povidone iodine 10%
kemudian bersihkan sisa povidone iodine dengan alkohol 70%
Aspirasi urine tepat di titik suprapubik dengan menggunakan spuit
Diambil urine sebanyak ± 20 ml dengan cara aseptik/suci hama (dilakukan oleh
petugas yang berkompenten)
Masukkan urine ke dalam wadah yang steril dan tutup rapat.
Segera dikirim ke laboratorium.
6. C.Pengamanan,Pengiriman Dan Pengawetan Sampel Urine
Sebelum dikirim kita harus memastikan bahwa suatu sampel baik, salah satu
indikatornya adalah wadah spesimen,wadah untuk menampung spesimen urine sebaiknya
terbuat dari bahan plastik, tidak mudah pecah, bermulut lebar, dapat menampung 10-15 ml
urine dan dapat ditutup dengan rapat. Selain itu juga harus bersih, kering, tidak mengandung
bahan yang dapat mengubah komposisi zat-zat yang terdapat dalam urine.
Urine yang sudah ditampung sebaiknya segera diperiksa karna jika dibiarkan lebih
dari 2 jam akan terkontaminasi.Urine harus segera diperiksa, jika lokasi laboratorium jauh,
maka perkirakan jarak apabila kurang dari 2 jam dapat diletakkan pada refrigator dengan
suhu 40C,adapun jika lebih dari 2 jam dapat ditambahkan pengawet diantaranya:
a. Sodium Florida : Digunakan untuk tes glukosa , menghambat pertumbuhan bakteri
6
dan mencegah glikolisis sel .
b. Formalin : Mengawetkan elemen – elemen dalam urine .
c. HCL : Mengawetkan kalsium untuk tes phosporus .
d. Boric Acid : – Mengawetkan elemen urin seperti estriol dan esterogen
selama lebih dari 7 hari .Mengawetkan Kreatinin, Asam urat, Glukosa
.Mempertahankan pH dan mengawetkan protein .
e. Sodium Carbonate : Mengawetkan Porphyrin, urobilin .
f. Toluena : Menghambat perombakan urin oleh kuman dan baik dipakai
untuk mengawetkan glukosa .
g. Thymol : Mempunyai daya awet seperti Toluena
h. Natrium Carbonate : Mengawetkan Urobiinogen jika hendak menentukan
ekskresinya per 24 jam .
i. Asam Sulfat Pekat : Mengawetkan Urin untuk penetapan kuantitatif kalsium,
nitrogen, dan zat organik lain .
j. Formaldehyde, mercury, benzoate : Meningkatkan berat jenis urin
C.Pemeriksaan Sampel Urine
Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat, diperlukan specimen yang
memenuhi syarat. Pemilihan jenis sampel urine,teknik pengumpulan sampai dengan
pemeriksaan harus dilakukan dengan prosedur yang benar.
jenis sampel urine :
7. Urine sewaktu/urine acak (random) urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan
setiap saat dan tidak ditentukan secara khusus. Mungkin sampel encer, isotonik, atau
hipertonik dan mungkin mengandung sel darah putih, bakteri, dan epitel skuamosa
sebagai kontaminan. Jenis sampel ini cukup baik untuk pemeriksaan rutin tanpa
pendapat khusus.
Urine pagi pengumpulan sampel pada pagi hari setelah bangun tidur, dilakukan
sebelum makan atau menelan cairan apapun. Urine satu malam mencerminkan
periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsur-unsur yang terbentuk
mengalami pemekatan. Urine pagi baik untuk pemeriksaan sedimen dan pemeriksaan
rutin serta tes kehamilan berdasarkan adanya HCG (human chorionic gonadothropin)
dalam urine.
Urine tampung 24 jam adalah urine yang dikeluarkan selama 24 jam terus-menerus
dan dikumpulkan dalam satu wadah. Urine jenis ini biasanya digunakan untuk analisa
kuantitatif suatu zat dalam urine, misalnya ureum, kreatinin, natrium, dsb. Urine
dikumpulkan dalam suatu botol besar bervolume 1.5 liter dan biasanya dibubuhi
bahan pengawet, misalnya toluene.
7
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan urinalisis dilakukan untuk menentukan dua parameter penting ISK
(Infeksi Saluran Kencing) yaitu leukosit dan bakteri. Pemeriksaan rutin lainnya seperti:
pemeriksaan warna, kejernihan , berat jenis urine, derajat keasaman urine, pemeriksaan
sedimen urine, pemeriksaan protein urine, bilirubin urine, reduksi urine, dan tes kehamilan
imunologik.
1. Pemeriksaan Dipstik
Pemeriksaan dengan dipstik merupakan salah satu alternatif pemeriksaan
leukosit dan bakteri di urin dengan cepat. Untuk mengetahui leukosituri, dipstik akan
bereaksi dengan leucocyte esterase (suatu enzim yang terdapat dalam granul primer
netrofil).Sedangkan untuk mengetahui bakteri, dipstik akan bereaksi dengan nitrit
(yang merupakan hasil perubahan nitrat oleh enzym nitrate reductase pada bakteri).
2. Pemeriksaan Mikroskopik Urin
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan untuk menentukan jumlah leukosit dan
bakteri dalam urin. Jumlah leukosit yang dianggap bermakna adalah > 10 / lapang
pandang besar (LPB). Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu dilanjutkan
dengan pemeriksaan kultur. Pemeriksaan langsung kuman patogen dalam urin sangat
tergantung kepada pemeriksa. Apabila ditemukan satu atau lebih kuman pada
pemeriksan langsung, perlu dilakukan pemeriksaan kultur.
8. 8
3. Pemeriksaan Kultur Urin
Deteksi jumlah bermakna kuman patogen (significant bacteriuria) dari kultur
urin masih merupakan baku emas untuk diagnosis ISK. Bila jumlah koloni yang
tumbuh > 105 koloni/ml urin, maka dapat dipastikan bahwa bakteri yang tumbuh
merupakan penyebab ISK. Sedangkan bila hanya tumbuh koloni dengan jumlah <
103 koloni / ml urin, maka bakteri yang tumbuh kemungkinan besar hanya
merupakan kontaminasi flora normal dari muara uretra. Jika diperoleh jumlah koloni
antara 103 - 105 koloni/ml urin, kemungkinan kontaminasi belum dapat disingkirkan
dan sebaiknya dilakukan biakan ulang dengan bahan urin yang baru.
Pemeriksaan lainnya yang dapat dilakukan antara lain:
1. Warna Urine:
Prinsip: Warna urine diuji pada ketebalan 7-10cm dengan cahaya tembus
Tujuan: Dapat mengetahui warna urine
Persiapan: Pasien dilarang makan/minum obat yang memberi warna urine: B-komplek,
rifampisin, piramidon dll
Alat yang diperlukan: Tabung reaksi
Cara pemeriksaan:
Isi tabung reaksi dengan urine ¾ nya
Dilihat dalam posisi miring dengan penerangan matahar
Pelaporan: Tidak berwarna, kuning muda, kuning kemerahan, putih susu
Nilai normal: kuning muda – kuning tua
2. Kejernihan
Prinsip: memeriksa kejernihan urine secara langsung
Tujuan: menentukan apakah urine telah keruh pada saat dikeluarkan atau
setelah didiamkan
Persiapan: pasien jangan terlalu banyak makan protein
Cara pemeriksaan:
o Masukan urine ke dalam tabung reaksi, ¾ nya
o Dilihat dengan latar belakang hitam, dengan sinar matahari
o Dilihat kejernihanya, apakah ada kekeruhan
Pelaporan: jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh
Nilai normal: Tidak berwarna/jernih
9. 9
3. Pemeriksaan Berat Jenis Urine
Prinsip: memeriksa berat jenis urine dengan alat urinometer
Tujuan: mengetahui kepekatan urine
Alat yang diperlukan:
1. Urinometer
2. Gelas ukur 50 ml
3. Termometer 0oC- 50oC
Cara pemeriksaan:
Baca dan catat suhu tera yang tercantum pada alat urinometer, kemudian
baca suhu kamar
Tuang urine ke gelas ukur 50 cc
Masukan urinometer ke dalam gelas ukur, usahakan bebas terapung
Baca berat jenis setinggi miniskus bawah (3 angka dibelakang koma)
Perhitungan:
Jika suhu urinometer berbeda dengan suhu kamar, lakukan koreksi →
perbedaan 3oC, suhu kamar melebihi suhu tera → berat jenis ditambah
0,001, dibawahnya dikurangi 0,001
Contoh: suhu tera 30oC, urine 33oC → urinometer 1,004 → berat jenis
urine 1,004 + 0,001 = 1,005
Nilai normal: 1,003 – 1,030
4. Pemeriksaan Derajat Keasaman Urine
Prinsip: Perubahan warna kertas lakmus dalam suasana keasaman tertentu
Tujuan: Mengetahui pH urine
Alat yang dipakai: kertas lakmus merah – biru
Cara pemeriksaan:
1. Kertas lakmus merah atau biru dibasahi urine
2. Tunggu 1 menit, perhatikan perubahan warna yang terjadi
Pelaporan:
1. Urine asam: lakmus biru → merah
2. Urine basa: lakmus merah → biru
3. Urine netral: lakmus merah/biru tidak berubah warna
10. 10
5. Pemeriksaan sedimen urine
Prinsip: berat jenis unsur organik – anorganik > bj urine → dengan sentrifuge zat-zat
tersebut akan mengendap
Tujuan: menentukan unsur sedimen organik – anorganik dalam urine secara
mikroskopis
Persiapan pasien: dilarang makan obat sulfa
Cara pemeriksaan:
1. Kocok urine dalam botol agar sedimen merata
2. Masukan urine dalam tabung sentrifuge 10 –15 cc → sentrifuge selama 5
menit dengan kecepatan 2000 rpm
3. Tuang bagian atas urine → tinggal 0,5 – 1 cc → kocok kembali sedimen
4. Tuang dalam obyek glass, tutup dengan cover glass → periksa dibawah
mikroskop
Hasil yang mungkin ditemukan: Sel epitel, eritrosit, lekosit, silinder, kristal,
jamur, trikomonas, spermatozoa
6. Pemeriksaan Protein Urine
Prinsip: terjadi endapan urine jika direaksikan dengan asam sulfosalisilat
Tujuan; menentukan adanya protein dalam urine
Alat yang diperlukan:
1. Tabung reaksi dan rak
2. Pipet
Cara pemeriksaan:
2 tabung reaksi a & b diisi urine 2cc
Tabung a + 8 tetes asam sulfosalisilat 20 % → goyang perlahan agar
campur
Kekeruhan dilihat dengan latar belakang gelap, bandingkan dengan tabung
b
Hasil:
1. Negatif : tidak ada kekeruhan
2. Positif + : kekeruhan ringan tanpa butiran
11. 3. Positif ++ : kekeruhan dengan butiran
4. Positif +++ : kekeruhan dengan kepingan
5. Positif ++++ : kekeruhan dengan gumpalan
11
7. Pemeriksaan bilirubine urine
Prinsip: oksidasi pigmen empedu oleh asam → biliverdin (hijau) atau
bilisianin (biru) atau choletelin (ungu)
Tujuan; mengetahui adanya bilirubin dalam urine
Persiapan px; dilarang minum obat pyridin
Alat yang digunakan:
1. Corong kaca,
2. Kertas saring,
3. Tabung reaksi dan rak
4. Reagen:
5. Barium klorit 10 %
6. Reagen fouchet
Cara pemeriksaan
Masukan urine dlm tabung reaksi 5cc + 5cc barium klorit 20 %
Campur lalu saring dengan kertas saring
Kertas saring dengan endapan dikeringkan
Tetesi endapan dengan reagen fouchet 2-3 tetes
Perhatikan perubahan warna
Hasil:
1. Positif : ada warna hijau
2. Negatif : tidak ada warna hijau
8. Pemeriksaan reduksi urine
Prinsip: glukosa dapat mereduksi ion cupri dalam larutan alkalis → terjadi
perubahan warna dari hijau → merah
Tujuan: menentukan adanya glukose dalam urine
Persiapan px :Dilarang minum obat vit.c, salisilat, sterptomisin → memberi
hasil positif palsu
Alat yang digunakan:
1. Tabung reaksi
2. Pipet
12. 12
3. Lampu spiritus
4. Penjepit tabung
5. Reagen:
6. Fehling
7. Benedict
Cara pemeriksaan (metode benedict):
1. Masukan 2,5cc reagen benedict kedalam tabung reaksi
2. Tambahkan urine 4 tetes
3. Panaskan dalam air mendidih 5 menit atau dengan api spiritus 2 menit,
jaga jangan sampai mendidih
4. Angkat tabung dan baca hasilnya
Hasil:
1. Negatif : tetap biru atau kehijauan
2. Positif +: hijau kekuningan keruh
3. Positif ++: kuning keruh
4. Positif +++: jingga atau lumpur keruh
5. Positif ++++: merah bata keruh
9. Pemeriksaan tes kehamilan imunologik
Tujuan: untuk mengetahui kehamilan dengan tes serologi
Prinsip:
1. Reaksi hambatan aglutinasi antara antibodi HCG dengan lateks (reagen) oleh
HCG
2. Lateks akan diendapkan oleh antibodi HCG
3. Adanya HCG bebas dalam urine → antibodi akan dinetralkan → sehingga
pengendapan tidak terjadi
Alat yg diperlukan:
o Kaca obyek, pipet, pengaduk
o Reagen: Antibodi HCG serum, HCG-lateks (antigen)
Cara pemeriksaan:
1. 1 tetes urine + 1 tetes anti serum → pada kaca obyek →aduk
2. Tambah 1 tetes antigen → goyang → baca
Hasil
1. Positif: tidak ada penggumpalan
13. 2. Negatif: ada penggumpalan
4. Pelakuan Terhadap Sisa Sampel Urine
Sampel urine yang sudah diperiksa bisa dibuang di tempat sampah kantong
plastik, namun alangkah baiknya jika sampel urine tersebut dimanfaatkan sebagai
pupuk kompos.bahkan mantan perdana menteri india morarji desai membeberkan
kalau minum urine merupakan rahasia sehat dan umur panjangnya. zat-zat kimia dan
nutrisi yang terkandung dalam air seni bertindak sebagai vaksin, antibakteri, antivirus,
dan antikanker alami. selain itu, urine juga berfungsi sebagai penyeimbang hormone
dan penyembuh alergi.caranya adalah dengan meminum urine.
13
14. BAB III
PENUTUP
14
A.KESIMPULAN
Urine cairan sisa yang diekskresikan ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh,
cara pengambilan, pengumpulan ,pengamanan dan pengiriman urine haruslah sesuai prosedur
agar tidak terjadi kontaminasi terhadap sampel sehingga diperoleh hasil yang akurat.
B.SARAN
Jagalah kebersihan saat pengambilan, pengumpulan sampel agar tidak terjadi
kontaminasi dan perhatikan prosedur yang berlaku .