SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
Pencapan Krep Dan Pencelupan Kapas Dan Rayon
Dengan Zat Warna Reaktif Panas

I. MAKSUD DAN TUJUAN
A. MAKSUD
Mempelajari bagaimana mekanisme proses pencapan pada kain kapas dan rayon dengan
alkali kuat untuk menimbulkan efek krep dan pencelupan kapas dan rayon dengan zat
warna reaktif panas.
TUJUAN
1. Mewarnai kain kapas dan rayon dengan pasta cap yang mengandung alkali kuat untuk
menimbulkan efek krep.
2. Mencelup kain kapas dan rayon dengan zat warna reaktif panas.
3. Memvariasikan resep pencapan yaitu dengan variasi konsentrasi NaOH dan waktu
penyimpanan.
4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pencapan pada kain kapas dan
rayon dengan pasta cap yang mengandung alkali kuat yang meliputi ketuaan warna,
ketajaman dan kerataan motif, sifat bahan setelah dicap yaitu tingkat intensitas warna
dan ketahanan luntur setelah pencucian.
5. Menganalisa dan mengevaluasi hasil pencapan.
II. TEORI DASAR
A.

KOSTISASI KAPAS DAN RAYON (menimbulkan efek krep)
Prinsip dari proses merserisasi adalah terjadinya penggelembungan serat. Bila selulosa

direndam dalam larutan soda kostik maka air dan alkali akan berdifusi ke dalamnya menurut
teori kesetimbangan membran Donnan, yang segera diikuti oleh disosiasi gugus hidroksil
selulosa dan pembentukkan garam natrium selulosat. Dalam sistem kesetimbangan demikian
pembentukan garam selulosat akan sangat ditentukan oleh konsentrasi ion hidroksil dalam fase
selulosa (fase internal), yang pada gilirannya ditentukan oleh konsentrasi larutan soda kostik
yang digunakan. Pembentukan garam memperbesar konsentrasi ion dalam fase selulosa
sehingga timbul perbedaan tekanan osmotik antara fase tersebut dan fase larutan (eksternal).
Akibatnya air akan masuk dalam jumlah lebih besar lagi ke dalam serat dan menurunkan
konsentrasi ion di dalamnya sehingga tercapai suatu kesetimbangan antara kedua fase dan
serat menggelembung.

1
Proses merserisasi adalah pengerjaan bahan kapas dengan alkali kuat yaitu NaOH
pada suhu tertentu dan waktu yang tertentu pula disertai dengan pencucian (penetralan).
Tujuan dari proses merserisasi adalah untuk memperbaiki sifat-sifat dari bahan kapas
atau selulosa termasuk rayon yang dikerjakan, seperti sifat kilau dan daya serap. Proses
merserisasi merupakan proses penyempurnaan permanen pada bahan dan tidak hilang
meskipun dicuci, dicelup atau berbagai pengerjaan selanjutnya. Proses ini meliputi proses
impregnasi kapas dalam larutan NaOH pekat, dan jika diperlukan menggunakan tegangan
kemudian dicuci bersih dan dinetralkan. Serat kapas akan menggelembung secara lateral
dan

mengkeret

kearah

panjangnya

bila

direndam

dalam

larutan

soda

kostik

pekat,penggelembungan akan semakin besar sesuai dengan kenaikan konsentrasi soda
kostik dan mencapai maksimum pada konsentrasi sekitar 18 %, maka akan terjadi perubahan
– perubahan penting pada sifat sifat benang maupun kain ,yaitu :
Kekuatan tarik
Higrokospitas (Moiture Regain )
Daya serap terhadap zat warna
Reraktifitas terhadap zat zat pereaksi kimia
Pengerjaan dengan tengangan akan menimbulkan efek kilau
Dan tanpa tegangan memberikan pertambahan mulur yang besar.
Perbaikan yang didapat pada bahan kapas setelah mengalami proses merserisasi
adalah :


Merserisasi tanpa tegangan menghasilkan :
-

Bahan menjadi mengkeret

-

Kekuatan tarik bertambah

-

Perpanjangan sebelum putus bertambah

-

Daya serap dan reaksi selulosa terhadap zat warna pada suhu rendah
bertambah.



Merserisasi disertai dengan tegangan menghasilkan :
Bertambahnya kilau pada bahan kapas yang permanen, selain dari perubahanperubahan sifat diatas, bertambahnya kilau serat

terutama

disebabkan oleh

orientasi dari rantai-rantai molekul selulosa yang menyebabkan deretan kristalin
yang lebih sejajar dan teratur.
Pengerjaan merserisasi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
Merserisasi kering, yaitu proses merserisasi yang dilakukan pada bahan dalam
keadaan kering.

2
Merseriasai basah, yaitu proses merserisasi yang dilakukan pada bahan dalam
keadaan basah, misalnya setelah pemasakan.
Dalam

proses merserisasi akan terjadi penggelembungan serat kapas yang

menyebabkan terjadinya perubahan komposisi atau konstruksi dari molekul selulosa. Pada
konsentrasi 18 % NaOH penggelembungan adalah yang terbesar.
Efek pertama dari merserisasi adalah pengedaran ikatan antara mikrofibril, sehingga
penetrasi larutan terus sampai ke ruang mikrokapiler diantara bundel rantai selulosa dan
mikrofibril menggelembung. Bila penetrasi NaOH dapat masuk diantara mikrofibril-mikrofibril
tersebut, hal ini mengakibatkan serat menggelembung dengan bebas dan terjadi slip diantara
mikrofibril-mikrofibril tersebut. Reaksi yang terjadi pada proses merserisasi :
Sel-OH + H2O  Sel-OH --- O

H

H
Serat sedikit menggelembung
Sel-OH + NaOH  Sel-ONa + H2O + Panas
Serat menggelembung
Pada saat pencucian
Sel-ONa + H2O  Sel-OH + NaOH
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil merserisasi, yaitu :


Zat yang dipakai
Zat yang biasa digunakan adalah NaOH 38 oBe atau kira-kira 25 % larutan NaOH,
kadang-kadang ditambahkan zat pembasah yang tahan terhadap alkali. Sebenarnya
konsetrasi yang menimbulkan penggelembungan serat terbesar ialah 18 % larutan
NaOH.



Suhu pengerjaan
Suhu yang lebih rendah memberikan hasil merserisasi yang lebih baik. Hasil yang
terbaik didapat pada suhu yang tetap, seperti juga konsentrasi yang tetap akan
menghasilkan kilap yang rata. Selama pengerjaan timbul panas, maka larutan NaOH
harus selalu didinginkan sehingga suhunya selalu tetap. Pada suhu 30 oC NaOH
akan merusak selulosa.



Waktu atau lamanya pengerjaan
Pengerjaan merserisasi berlangsung ± 40 detik, yaitu waktu yang diperlukan
penyerapan NaOH (kostik soda) kedalam serat. Pengerjaan yang lebih lama tidak
memberikan hasil yang lebih baik.

3
B.

PENCAPAN
Pencapan pada kain tekstil dapat digambarkan sebagai suatu teknologi seni

pemindahan desain-desain pada kain tekstil. Pencapan adalah suatu proses untuk mewarnai
bahan tekstil dengan melekatkan zat warna pada kain secara tidak merata sesuai dengan
motif yang diinginkan. Motif yang akan diperoleh pada kain cap nantinya harusnya dibuat dulu
gambar pada kertas. Kemudian dari gambar ini masing-masing warna dalam komponen
gambar yang akan dijadikan motif dipisahkan dalam kertas film.
Dari kertas film inilah motif dipindahkan ke screen, dimana dalam screen ini bagianbagian yang tidak ada gambarnya akan tertutup oleh zat peka cahaya sedangkan untuk
bagian-bagian yang merupakan gambar akan berlubang dan dapat meneruskan pasta cap ke
bahan yang akan dicap.
Pada pencapan, pelekatan zat warna pada kain lebih banyak secara mekanis. Pada
pencapan, bermacam-macam golongan zat warna dapat dipakai bersama-sama dalam satu
kain dengan tidak saling mempengaruhi warna aslinya.

C.

SERAT KAPAS
Serat yang digunakan adalah kapas yang merupakan jenis serat selulosa. Penampang

melintang dari serat berbahan kapas memiliki bentuk yang tidak beraturan yaitu seperti ginjal.
Bentuk penampang melintang seperti itu membuat hasil pewarnaan pada permukaan memiliki
daya kilap yang kurang, akan tetapi bentuk seperti itu memberikan daya penutup kain yang
lebih besar.

Gambar diatas merupakan strukur molekul serat selulosa. Pada serat kapas diatas
memiliki gugus hidroksil (OH) yang dapat menarik gugus hidroksil dari molekul lainnya dan
gugus hidroksil air. Serat yang mengandung banyak gugus hidroksil akan mudah menyerap
air sehingga serat tersebut memiliki moisture regain yang tinggi. Dengan kemudahan molekul
air terserap kedalam serat, menyebabkan serat mudah menyerap zat warna yang berbentuk
pasta atau larutan.
Kekuatan serat kapas dipengaruhi oleh kadar selulosanya dalam serat, panjang rantai
dan orientasinya. Kapas mempunyai afinitas yang besar terhadap air. Serat yang kering
bersifat kasar, rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture regain kapas kondisi standar 7 – 8,5

4
%. Komposisi kapas tersusun atas selulosa dan selulosa merupakan polimer linier yang
tersusun dari kondensasi molekul – molekul glukosa yang dihubungkan pada posisi 1 – 4.
Kapas tersusun atas selulosa maka sifat – sifat kimianya adalah sifat kimia selulosa.
Pada umumnya tahan terhadap kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian normal
tetapi beberapa zat oksidasi atau penghidrolisa menyebabkan kerusakan dengan akibat
penurunan kekuatan. Kerusakan karena oksidasi dengan terbentuknya oksi selulosa biasanya
terjadi dalam proses pemutihan yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab atau
pemanasan yang lama diatas suhu 1400C.

D.

SERAT RAYON
Rayon viskosa adalah serat selulosa yang diregenerasi sehingga strukturnya sama

dengan serat selulosa yang lain, kecuali derajat polimerisasinya lebih rendah karena terjadi
degradasi rantai polimer selama pembuatan seratnya. Sifat rayon :
Kekuatan dalam keadaan kering lebih besar daripada dalam keadaan basah. Mulur
dalam keadaan kering

15 % dan dalam keadaan basah

25 %.

Moisture regain dalam kondisi standar ialah 12-13 %.
Elastisitasnya jelek.
Dalam keadan kering merupakan isolator listrik yang baik tetapi uap air yang
diserapnya akan mengurangi daya isolasinya.
Dalam penyinaran kekuatannya berkurang.
Tahan terhadap penyetrikaan tetapi pemanasan dalam waktu lama menyebabkan
warna kuning.
Lebih cepat rusak oleh asam dibandingkan dengan kapas. Pengerjaan dengan asam
encer dingin dalam waktu singkat biasanya tidak berpengaruh tetapi pada suhu
tinggi akan merusak.
Tahan terhadap pelarut untuk dry clean.
Jamur akan menyebabkan berkurang kekuatannya dan berwarna, Biasanya jamur
mula-mula tumbuh pada kanji yang menempel pada benang. Apabila kanji telah
dihilangkan kemungkinan diserang jamur berkurang.
Morfologinya, bentuk memanjang seperti silinder bergaris dan penampang
lintangnya bergerigi.

5
E.

ZAT WARNA REAKTIF
Zat warna reaktif adalah zat warna yang dapat bereaksi dengan serat selulosa secara

kovalen. Oleh karena itu, zat warna reaktif mempunyai ketahanan luntur yang sangat baik. Zat
warna ini terdiri dari dua jenis yaitu reaktif panas dan reaktif dingin.
Reaktif dingin mempunyai gugus reaktif yang lebih banyak sehingga kurang
memerlukan suhu tinggi (jenis triklorotriazin) sedang reaktif panas memerlukan suhu tinggi
dalam penggunaannya. Keunggulan zat warna reaktif dalam pemakaiannya adalah warna
yang dihasilkannya sangat cerah dan mudah sekali penggunaannya.

F.

PERSIAPAN PASTA CAP
Langkah pertama yang harus digunakan adalah memilih kesesuaian zat warna terhadap

jenis serat yang akan dicap. Selanjutnya adalah seleksi terhadap kesesuaian jenis pengental,
zat-zat pembantu, metoda pencapan yang digunakan dan kondisi-kondisi pengeringan, fiksasi
zat warna serta kondisi setelah pencapan, misalnya pencucian.
Pasta cap dibuat dengan disesuaikan selain terhadap jenis serat/kain juga terhadap
jenis mesin yang akan digunakan, sifat ketahanan warna yang diminta dan beberapa sifat
hasil pencapan lainnya yang digunakan. Resep pasta cap secara garis besar yaitu : zat warna
, zat pembantu pelarutan (misalnya urea), air, pengental (misalnya tapioka), zat kimia untuk
fiksasi zat warna, zat anti reduksi, zat anti busa, minyak, pigmen putih dan zat pemutih optik.
Tingkat kekentalan/viskositas pasta cap tergantung beberapa faktor, antara lain metoda
proses pencapan , jenis dan struktur kain yang akan dicap, kehalusan motif cap dan lain-lain.
III. PRAKTIKUM
A. ALAT DAN BAHAN
1 buah meja printing

Neraca analitik / timbangan digital

1 buah screen motif repeat siap cap

Mixer

2 buah rakel

Pengaduk

1 buah gelas ukur 100 ml

Setrika

1 buah gelas piala 500 ml

Selotip

2 buah gelas plastik tempat pasta cap

Gunting

6
B. BAHAN
3 lembar kain kapas siap cap dan siap celup
2 lembar kain rayon siap cap dan siap celup
Zat sesuai resep
C. DIAGRAM ALIR PENCAPAN
Diagram alir proses pencapan krep non repeat pada kain kapas dan rayon dengan zat
warna reaktif panas
Pembuatan pengental

Persiapan pasta cap

Proses pencapan pada kain kapas

Penyimpanan (20 atau 30 menit)

Pencucian dingin

Pencucian panas

Penetralan dengan CH3COOH 35%

Persiapan larutan celup

Pencelupan dengan zat warna reaktif
panas 80 oC 30 menit

Pencucian sabun 80 oC 10 menit

Evaluasi hasil pencapan dan pencelupan

7
D. RESEP
a. Resep Pasta Cap
Resep 1

Resep 2

Tapioka

= 20 g

Tapioka

= 20 g

Pembasah tahan alkali

= 10 g

Pembasah tahan alkali

= 10 g

NaOH 38 oBe

= 250 g

NaOH 38 oBe

= 350 g

Air

= 720 g

Air

= 620 g

1000 g

1000 g

(dalam praktek dibuat masing-masing 200 gram pasta cap untuk resep 1 dan dan 200
gram pasta cap untuk resep 2)
b. Resep Penetralan
CH3COOH 95 %

= 1 ml/l

Vlot

= 1 : 30

Suhu

= 30 oC

Waktu

= 5 menit

c. Resep Pencelupan
Zw reaktif panas

=1%

NaCl

= 30 g/l

Na2CO3

= 10 g/l

Vlot

= 1 : 30

Suhu

= 80 oC

Waktu

= 30 menit

d. Resep Pencucian
Sabun

= 1 g/l

Na2CO3

= 0,5 g/l

Suhu

= 80 oC

Vlot

= 1 : 30

Waktu

= 10 menit

8
E. FUNGSI ZAT
1. Proses Pencapan
Tapioka

= zat yang berfungsi sebagai medium dalam
pencapan yang sedikit mengandung gugus hidroksil

Pembasah

= memberikan suasana alkali pada pH 9-11 pada pasta
cap, menetralisir asam hasil reaksi, dan membentuk ion
selulosa

Zat anti reduksi

= mencegah terjadinya reduksi yang disebabkan olah air,
panas, udara, dll khususnya zw azo dan mangurangi
hidrolisa zat warna

Air

= zat penyeimbang/balancing untuk memperoleh
kekentalan tertentu

2. Penetralan
CH3COOH

= menetralkan atau menghilangkan sisa alkali yang
terdapat dipermukaan serat

3. Proses Cuci Sabun
Sabun

= zat yang berfungsi untuk mendispersikan kotoran padat yang tidak
larut dan mengemulsikan kotoran cair yang tidak larut

Na2CO3 = zat yang berfungsi agar proses saponifikasi lebih sempurna,
mengaktifkan kerja sabun,menyabunkan kotoran dan minyak
F. PERHITUNGAN RESEP
1. Proses Pencapan
a) Pasta cap resep 1 (dibuat 200 g)
Tapioka

= 20 g/1000 g x 200 g

=4g

= 10 g/1000 g x 200 g

=2g

NaOH 38 Be

= 250 g/1000 g x 200 g

= 50 g

Air

= 720 g/1000 g x 200 g

= 144 g

Pembasah tahan alkali
o

200 g

9
b) Pasta cap resep 2 (dibuat 200 g)
Tapioka

= 20 g/1000 g x 200 g

=4g

Pembasah tahan alkali

= 10 g/1000 g x 200 g

=2g

NaOH 38 oBe

= 250 g/1000 g x 200 g

= 50 g

Air

= 620 g/1000 g x 200 g

= 124 g
200 g

2. Penetralan
Berat bahan total (kapas + rayon)

= 140 g

Jumlah larutan

= vlot x berat bahan = 20 x 140 g = 2800 ml

CH3COOH

= 1 ml/1000 ml x 2800 ml = 2,8 ml

3. Pencelupan zw reaktif panas
Pencelupan kapas
Berat bahan

= 80 gram

Jumlah larutan

= berat bahan x volt
= 80 g x 20
= 1600 g = 1600 ml ( ρ air = 1 g/cm3 )

Zw reaktif panas

= 1/100 x 80 g = 0,8 g

Larutan induk
Zw reaktif panas

= 0,8 g / 1 g x 100 ml = 80 ml

Na2CO3

= 10 g / 1000 ml x 1600 ml = 16 g

NaCl

= 30 g / 1000 ml x 1600 ml = 48 g

Pencelupan rayon
Berat bahan

= 60 gram

Jumlah larutan

= berat bahan x volt
= 60 g x 20
= 1200 g = 1200 ml ( ρ air = 1 g/cm3 )

Zw reaktif panas

= 1/100 x 60 g = 0,6 g

Larutan induk
Zw reaktif panas

= 0,6 g / 1 g x 100 ml = 60 ml

Na2CO3

= 10 g / 1000 ml x 1200 ml = 12 g

NaCl

= 30 g / 1000 ml x 1200 ml = 36 g

10
4. Proses Cuci Sabun
Berat total (kapas + rayon)

= 140 gram

Jumlah larutan

= vlot x berat bahan = 20 x 140 g = 2800 ml

Sabun

= 1 ml/1000 ml x 2800 ml = 2,8 ml

Na2CO3

= 0,5 g/1000 ml x 2800 ml = 1,4 ml

G. LANGKAH KERJA
 Timbang semua zat yang dibutuhkan sesuai resep dengan timbangan digital (resep
pasta cap, resep penetralan, resep pencelupan, dan cuci sabun)
 Timbang masing-masing bahan kapas atau rayon dengan timbangan digital
 Siapkan pasta cap yang terdiri dari tapioka, pembasah tahan alkali, NaOH 38 oBe, dan
air dalam piala gelas kemudian diaduk sampai homogen dan kental
 Menyetrika kain yang akan dicap agar lebih rapi
 Menempelkan masing-masing kain yang akan dicap diatas meja pencapan secara
teratur dengan jarak tidak terlalu rapat
 Menyiapkan screen dan meletakkan screen diatas kain yang akan dicap
 Melakukan perakelan pasta cap (pencapan) diatas setiap kain dengan benar dan hatihati
 Menyimpan kain yang sudah dicap selama waktu tertentu tergantung resepnya
dengan cara digantungkan
 Melakukan cuci dingin, cuci panas, dan penetralan dengan CH3COOH pada suhu
kamar
 Menyiapkan larutan celup zw reaktif panas
 Melakukan proses pencelupan cara perendaman selama 30 menit suhu 80 oC
 Melakukan cuci sabun selama 10 menit suhu 80 oC
 Melakukan evaluasi hasil pencapan dan pencelupan

11
IV. DATA PRAKTIKUM
a) Pasta cap resep 1
Jumlah pasta

= 200 g

Tapioka

=4g

Pembasah tahan alkali
o

=2g

NaOH 38 Be

= 50 g

Air

= 144 g

b) Pasta cap resep 2
Jumlah pasta

= 200 g

Tapioka

=4g

Pembasah tahan alkali
o

=2g

NaOH 38 Be

= 50 g

Air

= 124 g

c) Penetralan
Berat bahan total (kapas + rayon)

= 140 g

Jumlah larutan

= 2800 ml

CH3COOH

= 2,8 ml

d) Pencelupan
Pencelupan kapas
Berat bahan

= 80 gram

Jumlah larutan

= 1600 ml

Zw reaktif panas

= 0,8 g

Larutan induk
Zw reaktif panas

= 80 ml

Na2CO3

= 16 g

NaCl

= 48 g

Pencelupan rayon
Berat bahan

= 60 gram

Jumlah larutan

= 1200 ml

Zw reaktif panas

= 0,6 g

12
Larutan induk
Zw reaktif panas

= 60 ml

Na2CO3

= 12 g

NaCl

= 36 g

e) Pencucian sabun
Berat total (kapas + rayon)

= 140 gram

Jumlah larutan

= 2800 ml

Sabun

= 2,8 ml

Na2CO3

= 1,4 ml

13
a. Pencapan kain kapas dengan konsentrasi NaOH 250 g waktu penyimpanan 20 menit

14
b. Pencapan kain kapas dengan konsentrasi NaOH 350 g waktu penyimpanan 20 menit

15
c. Pencapan kain kapas dengan konsentrasi NaOH 250 g waktu penyimpanan 30 menit

16
d. Pencapan kain rayon dengan konsentrasi NaOH 350 g waktu penyimpanan 30 menit

17
e. Pencapan kain rayon dengan konsentrasi NaOH 250 g waktu penyimpanan 30 menit

18
V. DISKUSI
Pencapan krep pada dasarnya adalah memanfaatkan sifat serat selulosa yang dapat
digelembungkan oleh kostik (NaOH). Adapun untuk meningkatkan nilai hasil pencapan krep,
maka pada akhir proses pencapan (setelah penetralan) dilakukan pencelupan dengan ZW
reaktif panas.
Pada proses pembuatan pasta cap, pengental dibuat bersamaan dengan pembuatan
pasta cap. Sifat kostik keripik yang menghasilkan panas (reaksi eksoterm) saat dicampurkan
dengan larutan membuat pembuatan pengental sekaligusdengan pembuatan pasta cap. Jika
pengental tapioca dibuat sebelum pembuatan pasta cap, maka akan menyebabkan
penggumpalan

pengental

pada

saat

pemasukan

kostik.

Oleh

karena

itu

proses

pembuatannya dengan menghomogenkan campuran bubuk tapioca dengan air, setelah itu
dimasukkan kostik keripik tanpa pemanasan.
Resep pencapan pada praktikum ini ada 5 dengan divariasikan dari segi bahan kainnya,
konsentrasi kostik, dan waktu penyimpanan setelah perakelan. Dari segi bahan, hasil
pencapan krep pada kain kapas lebih bagus daripada kain rayon. Beberapa penyebabnya
adalah sifat moisture reagen kapas yang tidak berbeda jauh dengan rayon yang sama-sama
serat selulosa (MR kapas = 7-8,5 % sedangkan MR rayon = 12-13 %) dan kain rayon yang
digunakan tidak murni 100% serat rayon (ada campuran polyester) sebagaimana yang
disampaikan asisten dosen. Sehingga besar kemungkinan jumlah larutan / pasta cap yang
bisa dikandung oleh kain kapas lebih banyak daripada kain rayon.
a)

Hasil pencapan terbaik adalah resep 2 dengan bahan kapas, konsentrasi kostik 350 g,
dan waktu penyimpanan 20 menit. Sedangkan hasil terbaik kedua adalah resep 3
dengan bahan kapas, konsentrasi kostik 250 g, dan waktu penyimpanan 30 menit.
Walaupun waktu penyimpanan resep 3 lebih lama, namun karena resep 3 konsentrasi
kostiknya lebih sedikit maka efek krep yang dihasilkan juga lebih sedikit. Dari hasil
pewarnaannya resep 3 juga lebih muda daripada resep 2, karena sisa alkali setelah
pencapan pada proses pencelupan masih lebih banyak resep 2 (alkali banyak maka
warna lebih tua). Walaupun terdapat proses penetralan, namun hasil penggembungan
serat lebih besar resep 2.

b)

Hasil pencapan terbaik ke-2 adalah resep 3 dengan bahan kapas, konsentrasi kostik
250 g, dan waktu penyimpanan 30 menit. Sedangkan hasil terbaik ke-3 adalah resep 1
dengan bahan kapas, konsentrasi kostik 250 g, dan waktu penyimpanan 20 menit. Hal
ini karena waktu penyimpanan resep 3 lebih lama, sedangkan pemakaian konsentrasi
kostik sama banyak maka efek krep yang dihasilkan juga lebih tampak pada resep 3.

19
c)

Hasil pencapan terbaik ke-3 adalah resep 1 dengan bahan kapas, konsentrasi kostik
250 g, dan waktu penyimpanan 20 menit. Sedangkan hasil terbaik ke-4 adalah resep 5
dengan bahan rayon, konsentrasi kostik 250 g, dan waktu penyimpanan 30 menit.
Walaupun waktu penyimpanan resep 5 lebih lama, namun bahan yang digunakan
adalah rayon sedangkan resep 1 berbahan kapas maka efek krep yang dihasilkan pada
kain rayon juga lebih sedikit. Dan hasil pewarnaannya juga lebih muda daripada resep 1,
karena sifat penyerapan kain kapas 100% lebih bagus daripada kain rayon yang tidak
sepenuhnya 100%.

d)

Hasil pencapan terbaik ke-5 atau terjelek adalah resep 4 dengan bahan rayon,
konsentrasi kostik 350 g, dan waktu penyimpanan 30 menit. Walaupun konsentrasi
kostik lebih banyak, namun karena sifat pasta cap yang lebih kental sehingga
menyumbat screen maka efek krep yang dihasilkan juga lebih sedikit. Pada resep 4
hasilnya juga mblobor. Hal tersebut bisa disebabkan karena pada proses pencapan,
screen yang digunakan pada resep 4 dalam kondisi basah, sehinga hasil pencapannya
mblobor. Oleh karena itu efek krepnya lebih sedikit.

VI. KESIMPULAN
Table Pengamatan Hasil Pencapan
Resep ke -

Nilai hasil pencapan

1
2
3
4
5

VII. DAFTAR PUSTAKA

20

keterangan

More Related Content

Similar to Lap 6.cap krep kapas rayon (20)

Uas basaqq
Uas basaqqUas basaqq
Uas basaqq
 
Uas basaqq
Uas basaqqUas basaqq
Uas basaqq
 
Lap 8. cap bo
Lap 8. cap boLap 8. cap bo
Lap 8. cap bo
 
Lap 8. cap bo
Lap 8. cap boLap 8. cap bo
Lap 8. cap bo
 
Merser
MerserMerser
Merser
 
Uas basaqq
Uas basaqqUas basaqq
Uas basaqq
 
Uas basaq
Uas basaqUas basaq
Uas basaq
 
Uas basaq
Uas basaqUas basaq
Uas basaq
 
Uas basaq
Uas basaqUas basaq
Uas basaq
 
Lap 3.cap pigmen repeat kapas
Lap 3.cap pigmen repeat kapasLap 3.cap pigmen repeat kapas
Lap 3.cap pigmen repeat kapas
 
Lap 3.cap pigmen repeat kapas
Lap 3.cap pigmen repeat kapasLap 3.cap pigmen repeat kapas
Lap 3.cap pigmen repeat kapas
 
Peng Aplikasian Pencelupan Zat Warna Asam
Peng Aplikasian Pencelupan Zat Warna AsamPeng Aplikasian Pencelupan Zat Warna Asam
Peng Aplikasian Pencelupan Zat Warna Asam
 
Karya ilmiah
Karya ilmiahKarya ilmiah
Karya ilmiah
 
Identifikasi serat 1
Identifikasi serat 1Identifikasi serat 1
Identifikasi serat 1
 
TM-11A Polymer.ppt
TM-11A Polymer.pptTM-11A Polymer.ppt
TM-11A Polymer.ppt
 
Celup poliester dispersi cara ht
Celup poliester dispersi cara htCelup poliester dispersi cara ht
Celup poliester dispersi cara ht
 
LAPRAK KOLOID DAN ADSORPSI(aryand hidayat) (1).docx
LAPRAK KOLOID DAN ADSORPSI(aryand hidayat) (1).docxLAPRAK KOLOID DAN ADSORPSI(aryand hidayat) (1).docx
LAPRAK KOLOID DAN ADSORPSI(aryand hidayat) (1).docx
 
Fabric's report
Fabric's reportFabric's report
Fabric's report
 
Rayon
RayonRayon
Rayon
 
Celup poliester disperse carrier
Celup poliester   disperse carrierCelup poliester   disperse carrier
Celup poliester disperse carrier
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Lap 6.cap krep kapas rayon

  • 1. Pencapan Krep Dan Pencelupan Kapas Dan Rayon Dengan Zat Warna Reaktif Panas I. MAKSUD DAN TUJUAN A. MAKSUD Mempelajari bagaimana mekanisme proses pencapan pada kain kapas dan rayon dengan alkali kuat untuk menimbulkan efek krep dan pencelupan kapas dan rayon dengan zat warna reaktif panas. TUJUAN 1. Mewarnai kain kapas dan rayon dengan pasta cap yang mengandung alkali kuat untuk menimbulkan efek krep. 2. Mencelup kain kapas dan rayon dengan zat warna reaktif panas. 3. Memvariasikan resep pencapan yaitu dengan variasi konsentrasi NaOH dan waktu penyimpanan. 4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pencapan pada kain kapas dan rayon dengan pasta cap yang mengandung alkali kuat yang meliputi ketuaan warna, ketajaman dan kerataan motif, sifat bahan setelah dicap yaitu tingkat intensitas warna dan ketahanan luntur setelah pencucian. 5. Menganalisa dan mengevaluasi hasil pencapan. II. TEORI DASAR A. KOSTISASI KAPAS DAN RAYON (menimbulkan efek krep) Prinsip dari proses merserisasi adalah terjadinya penggelembungan serat. Bila selulosa direndam dalam larutan soda kostik maka air dan alkali akan berdifusi ke dalamnya menurut teori kesetimbangan membran Donnan, yang segera diikuti oleh disosiasi gugus hidroksil selulosa dan pembentukkan garam natrium selulosat. Dalam sistem kesetimbangan demikian pembentukan garam selulosat akan sangat ditentukan oleh konsentrasi ion hidroksil dalam fase selulosa (fase internal), yang pada gilirannya ditentukan oleh konsentrasi larutan soda kostik yang digunakan. Pembentukan garam memperbesar konsentrasi ion dalam fase selulosa sehingga timbul perbedaan tekanan osmotik antara fase tersebut dan fase larutan (eksternal). Akibatnya air akan masuk dalam jumlah lebih besar lagi ke dalam serat dan menurunkan konsentrasi ion di dalamnya sehingga tercapai suatu kesetimbangan antara kedua fase dan serat menggelembung. 1
  • 2. Proses merserisasi adalah pengerjaan bahan kapas dengan alkali kuat yaitu NaOH pada suhu tertentu dan waktu yang tertentu pula disertai dengan pencucian (penetralan). Tujuan dari proses merserisasi adalah untuk memperbaiki sifat-sifat dari bahan kapas atau selulosa termasuk rayon yang dikerjakan, seperti sifat kilau dan daya serap. Proses merserisasi merupakan proses penyempurnaan permanen pada bahan dan tidak hilang meskipun dicuci, dicelup atau berbagai pengerjaan selanjutnya. Proses ini meliputi proses impregnasi kapas dalam larutan NaOH pekat, dan jika diperlukan menggunakan tegangan kemudian dicuci bersih dan dinetralkan. Serat kapas akan menggelembung secara lateral dan mengkeret kearah panjangnya bila direndam dalam larutan soda kostik pekat,penggelembungan akan semakin besar sesuai dengan kenaikan konsentrasi soda kostik dan mencapai maksimum pada konsentrasi sekitar 18 %, maka akan terjadi perubahan – perubahan penting pada sifat sifat benang maupun kain ,yaitu : Kekuatan tarik Higrokospitas (Moiture Regain ) Daya serap terhadap zat warna Reraktifitas terhadap zat zat pereaksi kimia Pengerjaan dengan tengangan akan menimbulkan efek kilau Dan tanpa tegangan memberikan pertambahan mulur yang besar. Perbaikan yang didapat pada bahan kapas setelah mengalami proses merserisasi adalah :  Merserisasi tanpa tegangan menghasilkan : - Bahan menjadi mengkeret - Kekuatan tarik bertambah - Perpanjangan sebelum putus bertambah - Daya serap dan reaksi selulosa terhadap zat warna pada suhu rendah bertambah.  Merserisasi disertai dengan tegangan menghasilkan : Bertambahnya kilau pada bahan kapas yang permanen, selain dari perubahanperubahan sifat diatas, bertambahnya kilau serat terutama disebabkan oleh orientasi dari rantai-rantai molekul selulosa yang menyebabkan deretan kristalin yang lebih sejajar dan teratur. Pengerjaan merserisasi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu : Merserisasi kering, yaitu proses merserisasi yang dilakukan pada bahan dalam keadaan kering. 2
  • 3. Merseriasai basah, yaitu proses merserisasi yang dilakukan pada bahan dalam keadaan basah, misalnya setelah pemasakan. Dalam proses merserisasi akan terjadi penggelembungan serat kapas yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi atau konstruksi dari molekul selulosa. Pada konsentrasi 18 % NaOH penggelembungan adalah yang terbesar. Efek pertama dari merserisasi adalah pengedaran ikatan antara mikrofibril, sehingga penetrasi larutan terus sampai ke ruang mikrokapiler diantara bundel rantai selulosa dan mikrofibril menggelembung. Bila penetrasi NaOH dapat masuk diantara mikrofibril-mikrofibril tersebut, hal ini mengakibatkan serat menggelembung dengan bebas dan terjadi slip diantara mikrofibril-mikrofibril tersebut. Reaksi yang terjadi pada proses merserisasi : Sel-OH + H2O  Sel-OH --- O H H Serat sedikit menggelembung Sel-OH + NaOH  Sel-ONa + H2O + Panas Serat menggelembung Pada saat pencucian Sel-ONa + H2O  Sel-OH + NaOH Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil merserisasi, yaitu :  Zat yang dipakai Zat yang biasa digunakan adalah NaOH 38 oBe atau kira-kira 25 % larutan NaOH, kadang-kadang ditambahkan zat pembasah yang tahan terhadap alkali. Sebenarnya konsetrasi yang menimbulkan penggelembungan serat terbesar ialah 18 % larutan NaOH.  Suhu pengerjaan Suhu yang lebih rendah memberikan hasil merserisasi yang lebih baik. Hasil yang terbaik didapat pada suhu yang tetap, seperti juga konsentrasi yang tetap akan menghasilkan kilap yang rata. Selama pengerjaan timbul panas, maka larutan NaOH harus selalu didinginkan sehingga suhunya selalu tetap. Pada suhu 30 oC NaOH akan merusak selulosa.  Waktu atau lamanya pengerjaan Pengerjaan merserisasi berlangsung ± 40 detik, yaitu waktu yang diperlukan penyerapan NaOH (kostik soda) kedalam serat. Pengerjaan yang lebih lama tidak memberikan hasil yang lebih baik. 3
  • 4. B. PENCAPAN Pencapan pada kain tekstil dapat digambarkan sebagai suatu teknologi seni pemindahan desain-desain pada kain tekstil. Pencapan adalah suatu proses untuk mewarnai bahan tekstil dengan melekatkan zat warna pada kain secara tidak merata sesuai dengan motif yang diinginkan. Motif yang akan diperoleh pada kain cap nantinya harusnya dibuat dulu gambar pada kertas. Kemudian dari gambar ini masing-masing warna dalam komponen gambar yang akan dijadikan motif dipisahkan dalam kertas film. Dari kertas film inilah motif dipindahkan ke screen, dimana dalam screen ini bagianbagian yang tidak ada gambarnya akan tertutup oleh zat peka cahaya sedangkan untuk bagian-bagian yang merupakan gambar akan berlubang dan dapat meneruskan pasta cap ke bahan yang akan dicap. Pada pencapan, pelekatan zat warna pada kain lebih banyak secara mekanis. Pada pencapan, bermacam-macam golongan zat warna dapat dipakai bersama-sama dalam satu kain dengan tidak saling mempengaruhi warna aslinya. C. SERAT KAPAS Serat yang digunakan adalah kapas yang merupakan jenis serat selulosa. Penampang melintang dari serat berbahan kapas memiliki bentuk yang tidak beraturan yaitu seperti ginjal. Bentuk penampang melintang seperti itu membuat hasil pewarnaan pada permukaan memiliki daya kilap yang kurang, akan tetapi bentuk seperti itu memberikan daya penutup kain yang lebih besar. Gambar diatas merupakan strukur molekul serat selulosa. Pada serat kapas diatas memiliki gugus hidroksil (OH) yang dapat menarik gugus hidroksil dari molekul lainnya dan gugus hidroksil air. Serat yang mengandung banyak gugus hidroksil akan mudah menyerap air sehingga serat tersebut memiliki moisture regain yang tinggi. Dengan kemudahan molekul air terserap kedalam serat, menyebabkan serat mudah menyerap zat warna yang berbentuk pasta atau larutan. Kekuatan serat kapas dipengaruhi oleh kadar selulosanya dalam serat, panjang rantai dan orientasinya. Kapas mempunyai afinitas yang besar terhadap air. Serat yang kering bersifat kasar, rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture regain kapas kondisi standar 7 – 8,5 4
  • 5. %. Komposisi kapas tersusun atas selulosa dan selulosa merupakan polimer linier yang tersusun dari kondensasi molekul – molekul glukosa yang dihubungkan pada posisi 1 – 4. Kapas tersusun atas selulosa maka sifat – sifat kimianya adalah sifat kimia selulosa. Pada umumnya tahan terhadap kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian normal tetapi beberapa zat oksidasi atau penghidrolisa menyebabkan kerusakan dengan akibat penurunan kekuatan. Kerusakan karena oksidasi dengan terbentuknya oksi selulosa biasanya terjadi dalam proses pemutihan yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab atau pemanasan yang lama diatas suhu 1400C. D. SERAT RAYON Rayon viskosa adalah serat selulosa yang diregenerasi sehingga strukturnya sama dengan serat selulosa yang lain, kecuali derajat polimerisasinya lebih rendah karena terjadi degradasi rantai polimer selama pembuatan seratnya. Sifat rayon : Kekuatan dalam keadaan kering lebih besar daripada dalam keadaan basah. Mulur dalam keadaan kering 15 % dan dalam keadaan basah 25 %. Moisture regain dalam kondisi standar ialah 12-13 %. Elastisitasnya jelek. Dalam keadan kering merupakan isolator listrik yang baik tetapi uap air yang diserapnya akan mengurangi daya isolasinya. Dalam penyinaran kekuatannya berkurang. Tahan terhadap penyetrikaan tetapi pemanasan dalam waktu lama menyebabkan warna kuning. Lebih cepat rusak oleh asam dibandingkan dengan kapas. Pengerjaan dengan asam encer dingin dalam waktu singkat biasanya tidak berpengaruh tetapi pada suhu tinggi akan merusak. Tahan terhadap pelarut untuk dry clean. Jamur akan menyebabkan berkurang kekuatannya dan berwarna, Biasanya jamur mula-mula tumbuh pada kanji yang menempel pada benang. Apabila kanji telah dihilangkan kemungkinan diserang jamur berkurang. Morfologinya, bentuk memanjang seperti silinder bergaris dan penampang lintangnya bergerigi. 5
  • 6. E. ZAT WARNA REAKTIF Zat warna reaktif adalah zat warna yang dapat bereaksi dengan serat selulosa secara kovalen. Oleh karena itu, zat warna reaktif mempunyai ketahanan luntur yang sangat baik. Zat warna ini terdiri dari dua jenis yaitu reaktif panas dan reaktif dingin. Reaktif dingin mempunyai gugus reaktif yang lebih banyak sehingga kurang memerlukan suhu tinggi (jenis triklorotriazin) sedang reaktif panas memerlukan suhu tinggi dalam penggunaannya. Keunggulan zat warna reaktif dalam pemakaiannya adalah warna yang dihasilkannya sangat cerah dan mudah sekali penggunaannya. F. PERSIAPAN PASTA CAP Langkah pertama yang harus digunakan adalah memilih kesesuaian zat warna terhadap jenis serat yang akan dicap. Selanjutnya adalah seleksi terhadap kesesuaian jenis pengental, zat-zat pembantu, metoda pencapan yang digunakan dan kondisi-kondisi pengeringan, fiksasi zat warna serta kondisi setelah pencapan, misalnya pencucian. Pasta cap dibuat dengan disesuaikan selain terhadap jenis serat/kain juga terhadap jenis mesin yang akan digunakan, sifat ketahanan warna yang diminta dan beberapa sifat hasil pencapan lainnya yang digunakan. Resep pasta cap secara garis besar yaitu : zat warna , zat pembantu pelarutan (misalnya urea), air, pengental (misalnya tapioka), zat kimia untuk fiksasi zat warna, zat anti reduksi, zat anti busa, minyak, pigmen putih dan zat pemutih optik. Tingkat kekentalan/viskositas pasta cap tergantung beberapa faktor, antara lain metoda proses pencapan , jenis dan struktur kain yang akan dicap, kehalusan motif cap dan lain-lain. III. PRAKTIKUM A. ALAT DAN BAHAN 1 buah meja printing Neraca analitik / timbangan digital 1 buah screen motif repeat siap cap Mixer 2 buah rakel Pengaduk 1 buah gelas ukur 100 ml Setrika 1 buah gelas piala 500 ml Selotip 2 buah gelas plastik tempat pasta cap Gunting 6
  • 7. B. BAHAN 3 lembar kain kapas siap cap dan siap celup 2 lembar kain rayon siap cap dan siap celup Zat sesuai resep C. DIAGRAM ALIR PENCAPAN Diagram alir proses pencapan krep non repeat pada kain kapas dan rayon dengan zat warna reaktif panas Pembuatan pengental Persiapan pasta cap Proses pencapan pada kain kapas Penyimpanan (20 atau 30 menit) Pencucian dingin Pencucian panas Penetralan dengan CH3COOH 35% Persiapan larutan celup Pencelupan dengan zat warna reaktif panas 80 oC 30 menit Pencucian sabun 80 oC 10 menit Evaluasi hasil pencapan dan pencelupan 7
  • 8. D. RESEP a. Resep Pasta Cap Resep 1 Resep 2 Tapioka = 20 g Tapioka = 20 g Pembasah tahan alkali = 10 g Pembasah tahan alkali = 10 g NaOH 38 oBe = 250 g NaOH 38 oBe = 350 g Air = 720 g Air = 620 g 1000 g 1000 g (dalam praktek dibuat masing-masing 200 gram pasta cap untuk resep 1 dan dan 200 gram pasta cap untuk resep 2) b. Resep Penetralan CH3COOH 95 % = 1 ml/l Vlot = 1 : 30 Suhu = 30 oC Waktu = 5 menit c. Resep Pencelupan Zw reaktif panas =1% NaCl = 30 g/l Na2CO3 = 10 g/l Vlot = 1 : 30 Suhu = 80 oC Waktu = 30 menit d. Resep Pencucian Sabun = 1 g/l Na2CO3 = 0,5 g/l Suhu = 80 oC Vlot = 1 : 30 Waktu = 10 menit 8
  • 9. E. FUNGSI ZAT 1. Proses Pencapan Tapioka = zat yang berfungsi sebagai medium dalam pencapan yang sedikit mengandung gugus hidroksil Pembasah = memberikan suasana alkali pada pH 9-11 pada pasta cap, menetralisir asam hasil reaksi, dan membentuk ion selulosa Zat anti reduksi = mencegah terjadinya reduksi yang disebabkan olah air, panas, udara, dll khususnya zw azo dan mangurangi hidrolisa zat warna Air = zat penyeimbang/balancing untuk memperoleh kekentalan tertentu 2. Penetralan CH3COOH = menetralkan atau menghilangkan sisa alkali yang terdapat dipermukaan serat 3. Proses Cuci Sabun Sabun = zat yang berfungsi untuk mendispersikan kotoran padat yang tidak larut dan mengemulsikan kotoran cair yang tidak larut Na2CO3 = zat yang berfungsi agar proses saponifikasi lebih sempurna, mengaktifkan kerja sabun,menyabunkan kotoran dan minyak F. PERHITUNGAN RESEP 1. Proses Pencapan a) Pasta cap resep 1 (dibuat 200 g) Tapioka = 20 g/1000 g x 200 g =4g = 10 g/1000 g x 200 g =2g NaOH 38 Be = 250 g/1000 g x 200 g = 50 g Air = 720 g/1000 g x 200 g = 144 g Pembasah tahan alkali o 200 g 9
  • 10. b) Pasta cap resep 2 (dibuat 200 g) Tapioka = 20 g/1000 g x 200 g =4g Pembasah tahan alkali = 10 g/1000 g x 200 g =2g NaOH 38 oBe = 250 g/1000 g x 200 g = 50 g Air = 620 g/1000 g x 200 g = 124 g 200 g 2. Penetralan Berat bahan total (kapas + rayon) = 140 g Jumlah larutan = vlot x berat bahan = 20 x 140 g = 2800 ml CH3COOH = 1 ml/1000 ml x 2800 ml = 2,8 ml 3. Pencelupan zw reaktif panas Pencelupan kapas Berat bahan = 80 gram Jumlah larutan = berat bahan x volt = 80 g x 20 = 1600 g = 1600 ml ( ρ air = 1 g/cm3 ) Zw reaktif panas = 1/100 x 80 g = 0,8 g Larutan induk Zw reaktif panas = 0,8 g / 1 g x 100 ml = 80 ml Na2CO3 = 10 g / 1000 ml x 1600 ml = 16 g NaCl = 30 g / 1000 ml x 1600 ml = 48 g Pencelupan rayon Berat bahan = 60 gram Jumlah larutan = berat bahan x volt = 60 g x 20 = 1200 g = 1200 ml ( ρ air = 1 g/cm3 ) Zw reaktif panas = 1/100 x 60 g = 0,6 g Larutan induk Zw reaktif panas = 0,6 g / 1 g x 100 ml = 60 ml Na2CO3 = 10 g / 1000 ml x 1200 ml = 12 g NaCl = 30 g / 1000 ml x 1200 ml = 36 g 10
  • 11. 4. Proses Cuci Sabun Berat total (kapas + rayon) = 140 gram Jumlah larutan = vlot x berat bahan = 20 x 140 g = 2800 ml Sabun = 1 ml/1000 ml x 2800 ml = 2,8 ml Na2CO3 = 0,5 g/1000 ml x 2800 ml = 1,4 ml G. LANGKAH KERJA  Timbang semua zat yang dibutuhkan sesuai resep dengan timbangan digital (resep pasta cap, resep penetralan, resep pencelupan, dan cuci sabun)  Timbang masing-masing bahan kapas atau rayon dengan timbangan digital  Siapkan pasta cap yang terdiri dari tapioka, pembasah tahan alkali, NaOH 38 oBe, dan air dalam piala gelas kemudian diaduk sampai homogen dan kental  Menyetrika kain yang akan dicap agar lebih rapi  Menempelkan masing-masing kain yang akan dicap diatas meja pencapan secara teratur dengan jarak tidak terlalu rapat  Menyiapkan screen dan meletakkan screen diatas kain yang akan dicap  Melakukan perakelan pasta cap (pencapan) diatas setiap kain dengan benar dan hatihati  Menyimpan kain yang sudah dicap selama waktu tertentu tergantung resepnya dengan cara digantungkan  Melakukan cuci dingin, cuci panas, dan penetralan dengan CH3COOH pada suhu kamar  Menyiapkan larutan celup zw reaktif panas  Melakukan proses pencelupan cara perendaman selama 30 menit suhu 80 oC  Melakukan cuci sabun selama 10 menit suhu 80 oC  Melakukan evaluasi hasil pencapan dan pencelupan 11
  • 12. IV. DATA PRAKTIKUM a) Pasta cap resep 1 Jumlah pasta = 200 g Tapioka =4g Pembasah tahan alkali o =2g NaOH 38 Be = 50 g Air = 144 g b) Pasta cap resep 2 Jumlah pasta = 200 g Tapioka =4g Pembasah tahan alkali o =2g NaOH 38 Be = 50 g Air = 124 g c) Penetralan Berat bahan total (kapas + rayon) = 140 g Jumlah larutan = 2800 ml CH3COOH = 2,8 ml d) Pencelupan Pencelupan kapas Berat bahan = 80 gram Jumlah larutan = 1600 ml Zw reaktif panas = 0,8 g Larutan induk Zw reaktif panas = 80 ml Na2CO3 = 16 g NaCl = 48 g Pencelupan rayon Berat bahan = 60 gram Jumlah larutan = 1200 ml Zw reaktif panas = 0,6 g 12
  • 13. Larutan induk Zw reaktif panas = 60 ml Na2CO3 = 12 g NaCl = 36 g e) Pencucian sabun Berat total (kapas + rayon) = 140 gram Jumlah larutan = 2800 ml Sabun = 2,8 ml Na2CO3 = 1,4 ml 13
  • 14. a. Pencapan kain kapas dengan konsentrasi NaOH 250 g waktu penyimpanan 20 menit 14
  • 15. b. Pencapan kain kapas dengan konsentrasi NaOH 350 g waktu penyimpanan 20 menit 15
  • 16. c. Pencapan kain kapas dengan konsentrasi NaOH 250 g waktu penyimpanan 30 menit 16
  • 17. d. Pencapan kain rayon dengan konsentrasi NaOH 350 g waktu penyimpanan 30 menit 17
  • 18. e. Pencapan kain rayon dengan konsentrasi NaOH 250 g waktu penyimpanan 30 menit 18
  • 19. V. DISKUSI Pencapan krep pada dasarnya adalah memanfaatkan sifat serat selulosa yang dapat digelembungkan oleh kostik (NaOH). Adapun untuk meningkatkan nilai hasil pencapan krep, maka pada akhir proses pencapan (setelah penetralan) dilakukan pencelupan dengan ZW reaktif panas. Pada proses pembuatan pasta cap, pengental dibuat bersamaan dengan pembuatan pasta cap. Sifat kostik keripik yang menghasilkan panas (reaksi eksoterm) saat dicampurkan dengan larutan membuat pembuatan pengental sekaligusdengan pembuatan pasta cap. Jika pengental tapioca dibuat sebelum pembuatan pasta cap, maka akan menyebabkan penggumpalan pengental pada saat pemasukan kostik. Oleh karena itu proses pembuatannya dengan menghomogenkan campuran bubuk tapioca dengan air, setelah itu dimasukkan kostik keripik tanpa pemanasan. Resep pencapan pada praktikum ini ada 5 dengan divariasikan dari segi bahan kainnya, konsentrasi kostik, dan waktu penyimpanan setelah perakelan. Dari segi bahan, hasil pencapan krep pada kain kapas lebih bagus daripada kain rayon. Beberapa penyebabnya adalah sifat moisture reagen kapas yang tidak berbeda jauh dengan rayon yang sama-sama serat selulosa (MR kapas = 7-8,5 % sedangkan MR rayon = 12-13 %) dan kain rayon yang digunakan tidak murni 100% serat rayon (ada campuran polyester) sebagaimana yang disampaikan asisten dosen. Sehingga besar kemungkinan jumlah larutan / pasta cap yang bisa dikandung oleh kain kapas lebih banyak daripada kain rayon. a) Hasil pencapan terbaik adalah resep 2 dengan bahan kapas, konsentrasi kostik 350 g, dan waktu penyimpanan 20 menit. Sedangkan hasil terbaik kedua adalah resep 3 dengan bahan kapas, konsentrasi kostik 250 g, dan waktu penyimpanan 30 menit. Walaupun waktu penyimpanan resep 3 lebih lama, namun karena resep 3 konsentrasi kostiknya lebih sedikit maka efek krep yang dihasilkan juga lebih sedikit. Dari hasil pewarnaannya resep 3 juga lebih muda daripada resep 2, karena sisa alkali setelah pencapan pada proses pencelupan masih lebih banyak resep 2 (alkali banyak maka warna lebih tua). Walaupun terdapat proses penetralan, namun hasil penggembungan serat lebih besar resep 2. b) Hasil pencapan terbaik ke-2 adalah resep 3 dengan bahan kapas, konsentrasi kostik 250 g, dan waktu penyimpanan 30 menit. Sedangkan hasil terbaik ke-3 adalah resep 1 dengan bahan kapas, konsentrasi kostik 250 g, dan waktu penyimpanan 20 menit. Hal ini karena waktu penyimpanan resep 3 lebih lama, sedangkan pemakaian konsentrasi kostik sama banyak maka efek krep yang dihasilkan juga lebih tampak pada resep 3. 19
  • 20. c) Hasil pencapan terbaik ke-3 adalah resep 1 dengan bahan kapas, konsentrasi kostik 250 g, dan waktu penyimpanan 20 menit. Sedangkan hasil terbaik ke-4 adalah resep 5 dengan bahan rayon, konsentrasi kostik 250 g, dan waktu penyimpanan 30 menit. Walaupun waktu penyimpanan resep 5 lebih lama, namun bahan yang digunakan adalah rayon sedangkan resep 1 berbahan kapas maka efek krep yang dihasilkan pada kain rayon juga lebih sedikit. Dan hasil pewarnaannya juga lebih muda daripada resep 1, karena sifat penyerapan kain kapas 100% lebih bagus daripada kain rayon yang tidak sepenuhnya 100%. d) Hasil pencapan terbaik ke-5 atau terjelek adalah resep 4 dengan bahan rayon, konsentrasi kostik 350 g, dan waktu penyimpanan 30 menit. Walaupun konsentrasi kostik lebih banyak, namun karena sifat pasta cap yang lebih kental sehingga menyumbat screen maka efek krep yang dihasilkan juga lebih sedikit. Pada resep 4 hasilnya juga mblobor. Hal tersebut bisa disebabkan karena pada proses pencapan, screen yang digunakan pada resep 4 dalam kondisi basah, sehinga hasil pencapannya mblobor. Oleh karena itu efek krepnya lebih sedikit. VI. KESIMPULAN Table Pengamatan Hasil Pencapan Resep ke - Nilai hasil pencapan 1 2 3 4 5 VII. DAFTAR PUSTAKA 20 keterangan