2. Kromatografi Kertas &
Kromatografi Lapis Tipis
Nama Kelompok 4B :
Dina Ikhsanti (418014)
Lailatul Isti’Adzah (418025)
Nur Intan S. L. (418035)
Widya Budia Ningsih (418044)
3. Tujuan Praktikum
• Untuk mengetahui cara pemisahan campuran
senyawa menjadi senyawa murninya dan
mengetahui kuantitasnya yang digunakan.
4. Pendahuluan
• Kromatografi adalah teknik untuk memisahkan
campuran menjadi komponennya dengan
bantuan perbedaan sifat fisik masing- masing
komponen.
Teknik
Pemisahan
Suatu
Campuran
Komponen
5. Pendahuluan
Pada dasarnya semua cara kromatografi
menggunakan dua fase yaitu fasa tetap (stationary)
dan fasa gerak (mobile), pemisahan tergantung
pada gerakan relatif dari dua fasa tersebut. Cara-
cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan
sifat-sifat dari fasa tetap, yang dapat berupa zat
padat atau zat cair.
Jika fasa tetap berupa zat padat maka cara tersebut
dikenal sebagai kromatografi serapan, jika zat cair
dikenal sebagai kromatografi partisin (Hostettmann,
K., dkk., 1995).
6. Kromatografi Kertas
• Kromatografi kertas adalah kromatografi yang
menggunakan kertas selulosa murni yang
mempunyai afinitas besar terhadap air atau
pelarut polar lainnya.
• Kromatografi kertas digunakan untuk
memisahkan campuran dari substansinya
menjadi komponen-komponennya.
7. Prinsip
• Prinsip Kerja Kromatografi Kertas Pelarut
bergerak lambat pada kertas, komponen-
komponen bergerak pada laju yang berbeda
dan campuran dipisahkan berdasarkan pada
perbedaan bercak warna.
9. KLT
• Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah cara
pemisahan campuran senyawa menjadi
senyawa murninya dan mengetahui
kuantitasnya yang digunakan.
• Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk
memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya
hidrofobik seperti lipida – lipida dan
hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan
kromatografi kertas.
10. Prinsip
• KLT menggunakan sebuah lapis tipis silika atau
alumina yang seragam pada sebuah lempeng
gelas atau logam atau plastik yang keras.
• Gel silika (atau alumina) merupakan fase diam.
• Fase gerak merupakan pelarut atau campuran
pelarut yang sesuai.
• Pelaksanaan ini biasanya dalam pemisahan warna
yang merupakan gabungan dari beberapa zat
pewarna.
12. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Chamber Simplisia
Alat Tulis Baku Pembanding
Gelas Ukur Fase diam
Fase gerak
13. Cara Kerja
Kertas yang digunakan adalah Kertas Whatman No.1
( Kromatografi Kertas) Menggunakan Silika Gel (KLT)
Sampel diteteskan pada garis dasar kromatografi
kertas.
Kertas digantungkan pada wadah yang berisi
pelarut dan terjenuhkan oleh uap pelarut.
Penjenuhan udara dengan uap, menghentikan
penguapan pelarut sama halnya dengan pergerakan
pelarut pada kertas.
14. Data Pengamatan
Sampel Spot Jarak Pelarut Rf Rf Pembanding Selisih
1
2
3,5
1,4
8
8
0,4375
0,175
0,4
0,4
0,0375
0,225
16. Hasil
1. Warna bercak sampel dan baku sama
2. Harga Rf antara sampel dengan baku sama
atau saling mendekati dengan selisih harga
< 0,2
17. Rf
• Nilai Rf untuk senyawa murni dapat
dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa
standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai
jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik
asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh
pelarut dari titik asal. Oleh karena itu bilangan
Rf selalu lebih kecil dari 1.
18. Faktor yang mempengaruhi harga Rf
1. Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan
2. Sifat penjerap
3. Tebal dan kerataan dari lapisan penjerap
4. Pelarut dan derajat kemurniannya
5. Derajat kejenuhan uap pengembang dalam bejana
6. Teknik percobaan
7. Jumlah cuplikan yang digunakan
8. Suhu
9. Kesetimbangan.
19. Fase Diam
Ukuran partikel dan homogenitas, karena adesi
terhadap penyokong sangat tergantung pada kedua
sifat tersebut. Ukuran partikel yang biasa digunakan
adalah 1-25 mikron. Partikel yang butirannya sangat
kasar tidak akan memberikan hasil yang
memuaskan dan salah satu cara untuk memperbaiki
hasil pemisahan adalah dengan menggunakan fase
diam yang butirannya lebih halus. Butiran yang
halus memberikan aliran pelarut yang lebih lambat
dan resolusi yang lebih baik (Sastrohamidjojo,
1985).
20. Fase Gerak
• Pemisahan senyawa organik selalu
menggunakan pelarut campur. Tujuan
menggunakan pelarut campur adalah untuk
memperoleh pemisahan senyawa yang baik.
Kombinasi pelarut adalah berdasarkan atas
polaritas masing-masing pelarut, sehingga
dengan demikian akan diperoleh sistem
pengembang yang cocok.
21. Penotolan Sampel
• Volume sampel yang ditotolkan paling sedikit
0,5 µl menggunakan pipet mikro berskala
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1995). Jika volume sampel yang ditotolkan
lebih besar dari 2-10 µl, maka penotolan harus
dilakukan secara bertahap dengan dilakukan
pengeringan antar totolan.
22. Penampakan Noda
• Penampakan noda pada lampu UV 366 nm
adalah karena adanya daya interaksi antara sinar
UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh
komponen tersebut ketika elektron yang
tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat
energi yang lebih tinggi kemudian kembali lagi ke
keadaan semula sambil melepaskan energi.
Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366
nm terlihat terang karena silika gel yang
digunakan tidak berfluoresensi pada sinar UV 366
nm.
23. Keuntungan
• Peralatan yang diperlukan sedikit
• Waktu analisis yang cepat
• Hasil pemisahan lebih baik
• Daya pemisahan tinggi
• Pengerjaannya sederhana dan mudah
• Harganya terjangkau
24. Kerugian
• Pemilihan fase diam terbatas, dan koefisien
distribusi untuk serapan seringkali tergantung
pada kadar total, sehingga pemisahannya
kurang sempurna
25. Kesimpulan
Kromatografi dapat digunakan untuk
mengetahui cara pemisahan campuran senyawa
menjadi senyawa murninya dan mengetahui
kuantitasnya yang digunakan.
26. Dapus
• Agoes, G., (2007), Teknologi Bahan Alam, Penerbit ITB,
Bandung, 32-35.
• Agoes, G., (2009), Teknologi Bahan Alam, Edisi revisi,
Penerbit ITB, Bandung, 37 dan 85.
• Harborne, J.B., (1996), Metode Fitokimia: Penuntun Cara
Modern Menganalisa Tumbuhan, Terjemahan: Kosasih
Padmawinata dan Iwang Soediro. Penerbit ITB, Bandung.
• Kartasapoetra, G., (2004), Budidaya Tanaman Berkhasiat
Obat, Jakarta: PT Rineka Cipta, 50-51.
• Redja, I.W., Aziz, Z., Yantih, N., (2009), Analisis Instrumental,
Jakarta: Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, 133-140.