SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Download to read offline
Reaktor, Vol. 11 No.1, Juni 2007, Hal. : 45-49
OPTIMASI PEMBUATAN KITOSAN DARI KITIN LIMBAH
CANGKANG RAJUNGAN (Portunus pelagicus) UNTUK
ADSORBEN ION LOGAM MERKURI
L. H. Rahayu dan S. Purnavita *)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi optimum faktor suhu dan waktu proses deasetilasi
dari khitin cangkang rajungan (Portunus pelagicus) menjadi khitosan dan mengetahui pengaruh pH
adsorpsi dari khitosan terhadap penurunan jumlah ion merkuri (%). Proses deasetilasi dilakukan
dengan memanaskan campuran khitin dengan larutan NaOH 50 % (rasio 1:20 b/v) pada suhu 70 o
C,
80 o
C, 90 o
C, dan 100 o
C dengan waktu proses masing-masing 30, 60, 90, dan 120 menit. Parameter
respon adalah derajad deasetilasi khitosan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat deasetilasi
khitosan tertinggi adalah 79,65 % yang dihasilkan pada suhu 90 o
C dan waktu proses 120 menit.
Khitosan selanjutnya diuji kemampuan adsorpsinya terhadap ion merkuri pada pH 2, 3, 4, 5, dan 6.
Hasil uji aplikasi khitosan sebagai adsorben ion logam merkuri menunjukkan bahwa semakin tinggi
pH adsorpsi semakin besar penurunan jumlah ion merkuri (%), dimana hubungan keduanya
ditunjukkan dengan persamaan y = 7,50.x + 26,11.
Kata kunci : adsorbsi; cangkang rajungan; deasetilasi; kitin; kitosan
Pendahuluan
Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah
satu komoditas ekspor sektor perikanan Indonesia yang
dijual dalam bentuk rajungan beku atau kemasan dalam
kaleng. Dari aktivitas pengambilan dagingnya oleh
industri pengolahan rajungan dihasilkan limbah kulit
keras (cangkang) cukup banyak yang jumlahnya dapat
mencapai sekitar 40-60 % dari total berat rajungan.
Cangkang rajungan ini dapat dimanfaatkan sebagai
campuran pakan ternak, tetapi pemanfaatan ini belum
dapat mengatasi limbah cangkang rajungan secara
maksimal. Padahal limbah cangkang rajungan masih
mengandung senyawa kimia cukup banyak, diantaranya
ialah protein 30 – 40 %; mineral (CaCO3) 30 – 50 %;
dan khitin 20 – 30 % (Srijanto, 2003).
Khitin yang terkandung dalam cangkang
rajungan tersebut dapat diproses lebih lanjut
menghasilkan khitosan yang mempunyai banyak
manfaat di bidang industri. Khitosan merupakan
biopolimer yang banyak digunakan di berbagai industri
kimia, antara lain dipakai sebagai koagulan dalam
pengolahan limbah air, bahan pelembab, pelapis benih
yang akan ditanam, adsorben ion logam, anti kanker
/anti tumor, anti kolesterol, komponen tambahan pakan
ternak, sebagai lensa kontak, pelarut lemak, dan
pengawet makanan (Mekawati dkk. , 2000; Hargono
dan Djaeni, 2003).
Khitin (C8H13NO5)n merupakan biopolimer dari
unit N-asetil-D-glukosamin yang saling berikatan
dengan ikatan β(1→4). Khitin adalah kristal amorphous
berwarna putih, tidak berasa, tidak berbau, dan tidak
dapat larut dalam air, pelarut organik umumnya,
asam-asam anorganik dan basa encer. Sumber khitin
yang sangat potensial adalah kerangka luar crustacea
(seperti udang, kepiting, rajungan, dan lobster),
serangga, dinding yeast dan jamur, serta mollusca
(Muzzarelli, 1985; Mekawati dkk., 2000). Di alam,
khitin merupakan senyawa yang tidak berdiri sendiri
tetapi bergabung dengan senyawa lain. Pada
crustacea, khitin bergabung dengan protein, garam
anorganik (CaCO3), dan pigmen (Suhardi, 1992).
Khitosan adalah suatu biopolimer dari D-
glukosamin yang dihasilkan dari proses deasetilasi
khitin dengan menggunakan alkali kuat. Khitosan
bersifat sebagai polimer kationik yang tidak larut
dalam air, dan larutan alkali dengan pH di atas 6,5.
Khitosan mudah larut dalam asam organik seperti
asam formiat, asam asetat, dan asam sitrat (Mekawati
dkk, 2000).
Khitin secara alami sering tidak lengkap
asetilasinya, sedangkan khitosan biasanya juga masih
mengandung gugus asetil dengan berbagai tingkatan.
Oleh karena itu, sebenarnya khitin ataupun khitosan
pada dasarnya merupakan ko-polimer N-asetil-D-
Glukosamin dan D-Glukosamin. Khitin biasanya
mempunyai derajad deasetilasi kurang dari 10 %.
Secara umum derajat deasetilasi untuk khitosan
sekitar 60% dan sekitar 90-100 % untuk khitosan
yang mengalami deasetilasi penuh. Harga ini
tergantung dari bahan baku khitin yang digunakan
dan proses yang dijalankan (Suhardi, 1992). Di
pasaran dunia, harga khitosan dengan derajat
*)
Akademi Kimia Industri St. Paulus Semarang 45
Jl. Sriwijaya 104, Semarang. 50241; Telp. (024) 8442979 Fax. (024) 8442988
Email : l_hermawati@yahoo.co.id
Optimasi Pembuatan Kitosan … (Rahayu dan Purnavita)
deasetilasi 70 % dapat mencapai US $ 750/kg (Djaeni,
2003).
Secara umum proses pembuatan khitosan
meliputi 3 tahap, yaitu deproteinasi, demineralisasi, dan
deasetilasi. Proses deproteinasi bertujuan mengurangi
kadar protein dengan menggunakan larutan alkali encer
dan pemanasan yang cukup. Proses demineralisasi
dimaksudkan untuk mengurangi kadar mineral (CaCO3)
dengan menggunakan asam konsentrasi rendah untuk
mendapatkan khitin, sedangkan proses deasetilasi
bertujuan menghilangkan gugus asetil dari khitin
melalui pemanasan dalam larutan alkali kuat dengan
konsentrasi tinggi (Yunizal dkk., 2001). Gambar 1
memperlihatkan proses penghilangan gugus asetil
(deasetilasi) pada khitin dengan alkali kuat NaOH.
Proses deasetilasi dengan menggunakan alkali
pada suhu tinggi akan menyebabkan terlepasnya gugus
asetil (CH3CHO-
) dari molekul khitin. Gugus amida
pada khitin akan berikatan dengan gugus hidrogen yang
bermuatan positif sehingga membentuk gugus amina
bebas –NH2 (Mekawati dkk., 2000). Dengan adanya
gugus ini khitosan dapat mengadsorpsi ion logam
dengan membentuk senyawa kompleks (khelat).
Reaksi pembentukan kompleks (khelat)
merupakan reaksi asam-basa Lewis, dengan asam Lewis
adalah penerima elektron, dan basa Lewis adalah
penyumbang elektron (Underwood, 2001). Pada
pembentukan kompleks khitosan-ion logam, ligan –NH2
bertindak sebagai basa Lewis yang menyumbangkan
sepasang elektron ke ion logam (asamnya) membentuk
ikatan kovalen koordinasi.
Khitin
NaOH
Khitosan
Gambar 1. Deasetilasi khitin menjadi khitosan
Khitosan dapat membentuk kompleks (khelat)
dengan ion logam berat dan ion logam transisi
terutama Cu2+
, Ni2+
, dan Hg2+
, tetapi tidak dengan
ion logam alkali dan alkali tanah. Pada proses
pengikatan logam tersebut, pengaturan pH larutan
perlu dilakukan (Mekawati dkk, 2000).
Kualitas dan penggunaan produk khitosan
terutama ditentukan dari seberapa besar derajat
deasetilasinya. Derajat deasetilasi pada pembuatan
khitosan bervariasi tergantung pada bahan dasar dan
kondisi proses seperti konsentrasi larutan alkali, suhu,
dan waktu (Suhardi, 1992). Penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan kondisi optimum suhu dan waktu
proses deasetilasi dari khitin limbah cangkang
rajungan menjadi khitosan. Selanjutnya khitosan pada
kondisi terbaik (yang memberikan derajat deasetilasi
tertinggi) diuji kemampuan adsorpsinya terhadap ion
logam merkuri pada berbagai pH. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif
metode pembuatan khitosan dari cangkang rajungan
dan penerapannya dalam pengolahan limbah beracun
merkuri.
Metodologi Penelitian
Bahan dasar
Bahan dasar dalam penelitian ini adalah
cangkang rajungan (Portunus pelagicus) yang
diperoleh dari sebuah home industri pengolahan
rajungan di Mangkang, Semarang Barat. Setelah
dipisahkan dari sisa daging yang masih menempel,
cangkang rajungan dicuci dengan air hingga bersih
kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari. Pada
tahap pendahuluan untuk penelitian ini dilakukan
analisis kimiawi terhadap bahan dasar cangkang
rajungan meliputi kadar air, protein, dan abu.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini secara garis besar terdiri atas tiga
tahap, yaitu isolasi khitin dari limbah cangkang
rajungan (Portunus pelagicus), deasetilasi khitin
menjadi khitosan, dan uji adsorbsi khitosan terhadap
ion logam merkuri.
Tahap isolasi khitin
Limbah cangkang rajungan setelah
dikeringkan, digerinding dan ditapis dengan ayakan
ukuran 100 mesh. Cangkang rajungan dideproteinasi
menggunakan larutan NaOH 2,0 N dengan
perbandingan 1 : 6 (b/v) sambil diaduk dan
dipanaskan pada suhu 80 o
C selama 1 jam. Setelah
dipisahkan dari larutannya, cangkang dicuci dengan
air hingga netral. Kemudian dikeringkan pada suhu
70 - 80°C selama 24 jam dalam oven. Padatan kering
hasil deproteinasi selanjutnya didemineralisasi
dengan menggunakan larutan HCl 1,5 N
(perbandingan 1:12 b/v) dan diaduk pada suhu kamar
selama 1 jam. Setelah disaring, padatan dicuci
dengan air hingga netral kemudian dikeringkan pada
suhu 70 - 80°C selama 24 jam dalam oven untuk
H
CH2OH
H
O
H
H
NH2
H
CH2OH
H
O
H
H
NH2
H H
H
CH2OH
H
O
H
H
NHCOCH3
H
CH2OH
H
O
H
H
NHCOCH3
HH
n
n
46
Reaktor, Vol. 11 No.1, Juni 2007, Hal. : 45-49
mendapatkan khitin kering (Rahayu dan Purnavita,
2004). Khitin yang diperoleh selanjutnya dilakukan
analisis kimiawi meliputi kadar protein, abu, air, dan
derajat deasetilasinya.
Tahap deasetilasi khitin menjadi khitosan
Proses deasetilasi dilakukan dengan merebus
khitin dalam larutan NaOH 50 % dengan perbandingan
1 : 20 (b/v) pada suhu 70o
C, 80o
C, 90o
C, dan 100o
C ,
masing-masing dengan waktu perebusan 30, 60, 90, dan
120 menit. Padatan kemudian dipisahkan dengan cairan,
selanjutnya dicuci dengan aquadest hingga netral.
Setelah itu padatan dikeringkan pada suhu 70-80o
C
dalam oven selama 24 jam. Produk yang diperoleh dari
proses ini dinamakan khitosan dan selanjutnya
dianalisis derajat deasetilasinya dengan menggunakan
infrared (IR) spectroscopy method. Dalam penelitian
ini, perhitungan derajad deasetilasi (DD) dilakukan
dengan base line metode Sabnis dan Block berdasarkan
hasil analisis FTIR menggunakan persamaan di bawah
ini (Khan et al., 2002):
DD = 100 – [(A1655/A3450) x 115]
dengan :
Nilai A(Absorbansi) = log (Po/P)
A1655 = Absorbansi pada panjang gelombang 1655 cm-1
untuk serapan gugus amida/asetamida
(CH3CONH-)
A3450 = Absorbansi pada panjang gelombang 3450 cm-1
untuk serapan gugus hidroksi (-OH)
Tahap uji adsorbsi
Serbuk khitosan sebanyak 2 g ditambahkan pada
100 ml larutan HgCl2 0,1 M, dan diatur keasamannya
dengan HCl hingga mencapai pH= 2. Campuran diaduk
dengan kecepatan 100 rpm selama 1 jam, lalu disaring.
Filtrat yang dihasilkan diukur kadar ion merkurinya dan
dihitung % penurunannya. Pengukuran kadar merkuri
dalam larutan sebelum dan setelah adsorbsi
menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometric
(AAS) Method. Percobaan diulangi lagi dengan pH 3, 4,
5, dan 6.
Rancangan Percobaan
Penelitian ini dilakukan secara eksperimental di
laboratorium dan dirancang dengan rancangan acak
lengkap (RAL) factorial dengan 3 kali ulangan. Untuk
menentukan kondisi optimum suhu dan waktu proses
deasetilasi dilakukan Analisis Varian (Anava), dan jika
terdapat perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan
Uji DMRT. Untuk menentukan hubungan antara pH
adsorbsi dengan persentase penurunan ion merkuri
dilakukan dengan cara Analisis Regresi.
Hasil dan Pembahasan
Hasil analisis kimia bahan dasar cangkang dan
khitin rajungan yang digunakan dalam penelitian ini
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisis kimia cangkang dan khitin
rajungan
Parameter Cangkang Kitin
Kadar Protein /
Nitrogen
29,91 % /
4,80 %
4,67 % /
0,75 %
Kadar Abu 44,03 % 1,64 %
Kadar Air 0,45 % 0,29 %
DD - 9,25 %
Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar air, kadar
protein/nitrogen, dan kadar mineral (abu) dari bahan
dasar cangkang rajungan menjadi khitin mengalami
penurunan secara signifikan setelah mengalami
proses deproteinasi dan demineralisasi. Berdasarkan
data pada Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa
kandungan senyawa kimia dari isolat khitin cangkang
rajungan diperoleh memenuhi spesifikasi khitin.
Tabel 2. Spesifikasi Khitin dan Khitosan
Parameter Kitin Kitosan
Derajat
deasetilasi
(DD)
< 10% Umumnya 60 %;
90-100 % untuk
yang terdeasetlasi
penuh
Kadar Air < 10 % < 10
Kadar Abu < 3% < 2%
Kadar nitrogen < 7 % < 8,4%
Sumber : Suhardi (1993), Srijanto (2003)
Pada tahap optimasi proses deasetilasi khitin
rajungan menjadi khitosan, parameter respon yang
diukur hanya derajat deasetilasi khitosan, sedangkan
kadar air, protein/nitrogen, dan abu khitosan tidak
dianalisis karena kandungan yang tertinggal dari
ketiga senyawa ini dalam bahan khitin sudah cukup
rendah dan nilainya berada di bawah toleransi maks
standar khitosan (Tabel 2).
Tabel 3. Derajat deasetilasi (%) khitosan pada
berbagai suhu dan waktu proses deasetilasi
Derajat deasetilasi khitosan (%), pada
waktu proses (menit)
Suhu
(o
C)
30 60 90 120
70 72,28 66,86 66,11 74,52
80 73,13 69,12 71,60 71,28
90 66,60 67,98 72,86 79,65
100 71,27 72,64 67,45 73,02
Ket.: Hasil merupakan rerata dari tiga kali ulangan
Hasil analisis derajat deasetilasi khitin
cangkang rajungan setelah melalui proses deasetilasi
seperti disajikan pada Tabel 3. Dari hasil analisis
varians menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi
antara suhu dan waktu deasetilasi terhadap khitin
cangkang rajungan tidak memberikan pengaruh
terhadap derajat deasetilasi khitosan. Meskipun
demikian derajat deasetilasi khitosan yang dihasilkan
47
Optimasi Pembuatan Kitosan … (Rahayu dan Purnavita)
semua perlakuan diperoleh memenuhi standar mutu
khitosan perdagangan, yakni lebih dari 60 % (Tabel 2).
Besar derajat deasetilasi produk khitosan
diperkirakan sangat berpengaruh terhadap
penggunaannya sebagai adsorben (pengkhelat) ion
logam, karena semakin tinggi derajat deasetilasi
khitosan, berarti semakin banyak gugus amina (-NH2)
dalam polimer yang berfungsi sebagai tempat terjadinya
pengkhelatan, sehingga akan semakin memperbesar
kemampuan kitosan dalam mengikat ion logam.
Muzzarelli (1985) melaporkan bahwa khitosan
merupakan polimer yang lebih efektif dalam hal
kapasitas dan kemampuan adsorpsinya terhadap ion
logam (merkuri) dibandingkan dengan khitin. Hal ini
dimungkinkan karena jumlah gugus amina bebas
(sebanding dengan besar derajat deasetilasi) dalam
khitosan yang tersedia untuk pengkhelatan, lebih
banyak dibandingkan pada khitin, sehingga kemampuan
(% pengumpulan) khitosan dalam mengikat ion logam
pun diperoleh lebih besar daripada khitin.
Dalam penelitian ini diperoleh bahwa nilai
derajat deasetilasi tertinggi adalah pada kondisi suhu
90 o
C dan waktu proses 120 menit yang menghasilkan
kitosan dengan DD = 79,65 %. Khitosan pada kondisi
ini selanjutnya diuji kemampuan adsorpsinya terhadap
ion logam merkuri pada berbagai pH.
Pada umumnya dalam medium asam, logam
(M) berada sebagai ion kation bebas. Tetapi pada
kondisi netral hingga basa, kation akan terhidrolisis
membentuk hidroksidanya, dimana sebagian besar
hidroksida logam bersifat tidak larut (Underwood,
2001; Soeprijanto dkk, 2003)
Mn+
+ H2O → M(OH)(n-1)+
+ H+
Hidrolisis ion logam (Mn+
) dapat bersaing dengan
proses pembentukan kompleks, sehingga kebanyakan
adsorpsi (pengkomplekan) ion logam dilakukan pada
pH asam hingga sedikit netral. Muzzarelli dan Rocchetti
menggunakan pH 3 dan pH 5 pada pengkhelatan ion-
ion logam Cr3+
, Mn2+
, Fe3+
, Ni2+
, Cu2+
, Zn2+
, dan Hg2+
dengan khitosan (Muzzarelli, 1985).
Pada umumnya senyawa-senyawa pengompleks
(pengkhelat) adalah konjugat basa dari kation (ion
logam atau ion H+
). Oleh karena dalam beberapa hal
ion-ion logam dan ion H+
berkompetisi dalam
memperebutkan ligan sehingga dapat dipahami bahwa
kemampuan pengomplekan suatu ion logam
dipengaruhi oleh pH. Mekawati dkk. (2000) meneliti
adsorpsi ion logam Pb2+
dengan khitosan dari udang
putih (Penaeus merguiensis) pada pH 3 hingga pH 5
dan adsorpsi tertinggi diperoleh pada pH 5.
Pada penelitian ini, adsorpsi ion merkuri dengan
khitosan diselidiki pada pH asam hingga pH sedikit
netral (pH 6), pH tertinggi tidak dipilih > 7 karena
untuk menghindari hidrolisis ion logam merkuri.
Persentase penurunan jumlah ion merkuri dari
proses adsorpsi oleh khitosan pada berbagai pH larutan
tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4. Persentase penurunan jumlah ion Merkuri
pada berbagai pH proses adsorbsi
% Penurunan Jumlah Ion Hg2+
, pada pH Adsorbsi
2 3 4 5 6
43,06 45,83 55,56 65,28 70,83
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0 2 4 6 8
pHProsesAdsorbsi
PenurunanJumlahIonHg(II),%
Gambar 2. Hubungan antara penurunan jumlah ion
Merkuri (%) dengan pH Adsorpsi
Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa semakin
tinggi pH maka penurunan jumlah ion merkuri (%)
makin besar. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi pH
mempengaruhi kemampuan khitosan dalam
mengadsorpsi ion merkuri. Hal tersebut
dimungkinkan karena senyawa kompleks Hg-
khitosan yang terbentuk makin stabil. Pada pH makin
rendah, ion H+
dalam larutan akan semakin
mengganggu pengikatan antara khitosan dan ion
merkuri, karena semakin banyak gugus amina pada
khitosan yang mengikat ion H+
dan menjadi
bermuatan positif, sehingga khitosan makin sulit
berikatan dengan ion logam Hg2+
.
Dari analisis regresi, hubungan antara
penurunan jumlah ion merkuri (%) dengan pH proses
adsorpsi ditunjukkan persamaan berikut :
y = 4,50 x + 26,11
dimana :
y = penurunan jumlah ion merkuri (%)
x = pH proses adsorpsi
Kesimpulan
Kondisi terbaik proses deasetilasi khitin
limbah cangkang rajungan (Portunus pelagicus)
menjadi khitosan diperoleh pada suhu 90o
C dan
waktu proses 120 menit. Kondisi ini memberikan
derajat deasetilasi tertinggi sebesar 79,65 %.
Semakin tinggi pH adsorbsi oleh khitosan pada
range pH 2 – 6 maka % penurunan jumlah ion Hg2+
makin meningkat.
48
Reaktor, Vol. 11 No.1, Juni 2007, Hal. : 45-49
Daftar Pustaka
Djaeni, M., (2003), “Optimization of Chitosan
Preparation from Crab Shell Waste”. J. Reaktor. Vol. 7
(1), hal. 37 – 40
Hargono dan Djaeni, M., (2003), “Pemanfaatan
Khitosan dari Kulit Udang sebagai Pelarut Lemak”,
Prosiding Teknik Kimia Indonesia, Yogyakarta, hal.
MB 11.1 - MB 11.5
Khan, T.A., Peh, K.K., and Ching, H.S., (2002),
“Reporting Degree of Deacetylation values of
Chitosan”, J. Pharm Pharmaceut Sci. Vol. 5(3), pp 205-
212
Mekawati, Fachriyah, E. dan Sumardjo, D., (2000),
“Aplikasi Kitosan Hasil tranformasi Kitin Limbah
Udang (Penaeus merguiensis) untuk Adsorpsi Ion
Logam Timbal”, Jurnal Sains and Matematika, FMIPA
Undip, Semarang, Vol. 8 (2), hal. 51-54
Muzzarelli, R.A.A, (1985), “Chitin”, Pergamon Press,
New York
Rahayu, L. H., dan Purnavita, S., (2004), “Optimasi
Proses Deproteinasi dan Demineralisasi pada Isolasi
Kitin dari Limbah Cangkang Rajungan (Portunus
pelagicus)”, Prosiding: Teori Aplikasi Teknologi
Kelautan, ITS Surabaya, hal. III.8 – III.11
Soeprijanto, Elsony, A. dan Sulistyowati, E., (2003),
“Bio-adsorpsi Ion-ion Cu(II) dan Cr (VI) dalam
Larutan Menggunakan Biomassa Saccaromyces
Cereviceae”, Prosiding seminar Nasional Teknik
Kimia Indonesia 2003, Volume I, hal. FB11-1 –
FB11-6.
Srijanto, B., (2003), “Kajian Pengembangan
Teknologi Proses Produksi Kitin dan Kitosan Secara
Kimiawi”, Prosiding seminar Nasional Teknik Kimia
Indonesia 2003, Volume I, hal. F01-1 – F01-5.
Suhardi, (1992), “Khitin Dan Khitosan“, Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi, UGM Yogyakarta.
Underwood, A.L. dan Day, R.A., (2001), “Analisis
Kimia Kuantitatif”, Edisi VI, Penerbit Erlangga,
Jakarta
Yunizal dkk, (2001), “Ekstraksi Khitosan dari Kepala
Udang Putih (Penaeus merguensis)”. J. Agric. Vol.
21 (3), hal 113-117
49

More Related Content

What's hot (20)

Uji Kelarutan Lemak
Uji Kelarutan LemakUji Kelarutan Lemak
Uji Kelarutan Lemak
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Penentuan Konsentrasi Kritis Misel (CMC) Surfaktan
Penentuan Konsentrasi Kritis Misel (CMC) SurfaktanPenentuan Konsentrasi Kritis Misel (CMC) Surfaktan
Penentuan Konsentrasi Kritis Misel (CMC) Surfaktan
 
Percobaan 3.docx
Percobaan 3.docxPercobaan 3.docx
Percobaan 3.docx
 
lipid- biokimia
lipid- biokimialipid- biokimia
lipid- biokimia
 
Laporan lipid
Laporan lipidLaporan lipid
Laporan lipid
 
Laporan praktikum bioKIMIA
Laporan praktikum bioKIMIALaporan praktikum bioKIMIA
Laporan praktikum bioKIMIA
 
Pengolahan limbah
Pengolahan limbahPengolahan limbah
Pengolahan limbah
 
Reaksi Redoks
Reaksi RedoksReaksi Redoks
Reaksi Redoks
 
Sanitasi dan Penanganan Limbah Laboratorium
Sanitasi dan Penanganan Limbah LaboratoriumSanitasi dan Penanganan Limbah Laboratorium
Sanitasi dan Penanganan Limbah Laboratorium
 
JURNAL KIMIA ANDRI TRIANTO 41614110052
JURNAL KIMIA ANDRI TRIANTO 41614110052JURNAL KIMIA ANDRI TRIANTO 41614110052
JURNAL KIMIA ANDRI TRIANTO 41614110052
 
Its undergraduate-13327-paper
Its undergraduate-13327-paperIts undergraduate-13327-paper
Its undergraduate-13327-paper
 
Praktikum 1
Praktikum 1Praktikum 1
Praktikum 1
 
Uji Moore
Uji MooreUji Moore
Uji Moore
 
Artikel
ArtikelArtikel
Artikel
 
Laporan lipid ii
Laporan lipid iiLaporan lipid ii
Laporan lipid ii
 
Surfaktan
SurfaktanSurfaktan
Surfaktan
 
Pengolahan limbah cair
Pengolahan limbah cairPengolahan limbah cair
Pengolahan limbah cair
 
Preparasi Kitin
Preparasi KitinPreparasi Kitin
Preparasi Kitin
 
Efek penurunan kadar co2 pada biogas dengan absorbsi naoh terhadap kecepatan ...
Efek penurunan kadar co2 pada biogas dengan absorbsi naoh terhadap kecepatan ...Efek penurunan kadar co2 pada biogas dengan absorbsi naoh terhadap kecepatan ...
Efek penurunan kadar co2 pada biogas dengan absorbsi naoh terhadap kecepatan ...
 

Similar to Kitosan Merkuri

Pengelolaan limbah cair dalam kawasan tambak
Pengelolaan limbah cair dalam kawasan tambakPengelolaan limbah cair dalam kawasan tambak
Pengelolaan limbah cair dalam kawasan tambakJulianto Subekti
 
Hasil review jurnal klorin
Hasil review jurnal klorinHasil review jurnal klorin
Hasil review jurnal klorinmuhlisun_azim
 
Sintesis polieugenil oksiasetat sebagai pengemban untuk pemisahan ion
Sintesis polieugenil oksiasetat sebagai pengemban untuk pemisahan ionSintesis polieugenil oksiasetat sebagai pengemban untuk pemisahan ion
Sintesis polieugenil oksiasetat sebagai pengemban untuk pemisahan ionLutfia Nur Izzati
 
Mt lasut 2009-hg-indo-jchem
Mt lasut 2009-hg-indo-jchemMt lasut 2009-hg-indo-jchem
Mt lasut 2009-hg-indo-jchemMarkus T Lasut
 
uji toksisitas
uji toksisitasuji toksisitas
uji toksisitasNana115852
 
SUMBER DAYA AIR
SUMBER DAYA AIRSUMBER DAYA AIR
SUMBER DAYA AIRMawar 99
 
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWITLIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWITriesonetwo
 
Uji karbohidrat pada makanan.docx by bista
Uji karbohidrat pada makanan.docx by bistaUji karbohidrat pada makanan.docx by bista
Uji karbohidrat pada makanan.docx by bistabistakrenzcool
 
Absorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinu
Absorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinuAbsorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinu
Absorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinurramdan383
 
Ringkasan tahu
Ringkasan tahuRingkasan tahu
Ringkasan tahuReza Nuari
 
Sidang Proposal Ta
Sidang Proposal TaSidang Proposal Ta
Sidang Proposal Tamah3ndr4
 
Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_
Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_
Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_Lailan Ni'mah
 

Similar to Kitosan Merkuri (20)

Chitosan from irradiated chitin -Dr.Ir gatot Trimulyadi
Chitosan from irradiated chitin -Dr.Ir gatot TrimulyadiChitosan from irradiated chitin -Dr.Ir gatot Trimulyadi
Chitosan from irradiated chitin -Dr.Ir gatot Trimulyadi
 
Oligo chitosan iradiasi dr.ir gatot trimulyadi
Oligo chitosan iradiasi dr.ir gatot trimulyadiOligo chitosan iradiasi dr.ir gatot trimulyadi
Oligo chitosan iradiasi dr.ir gatot trimulyadi
 
Oligo chitosan iradiasi dr.ir gatot trimulyadi
Oligo chitosan iradiasi dr.ir gatot trimulyadiOligo chitosan iradiasi dr.ir gatot trimulyadi
Oligo chitosan iradiasi dr.ir gatot trimulyadi
 
Pengelolaan limbah cair dalam kawasan tambak
Pengelolaan limbah cair dalam kawasan tambakPengelolaan limbah cair dalam kawasan tambak
Pengelolaan limbah cair dalam kawasan tambak
 
Hasil review jurnal klorin
Hasil review jurnal klorinHasil review jurnal klorin
Hasil review jurnal klorin
 
ibnu
ibnuibnu
ibnu
 
Sintesis polieugenil oksiasetat sebagai pengemban untuk pemisahan ion
Sintesis polieugenil oksiasetat sebagai pengemban untuk pemisahan ionSintesis polieugenil oksiasetat sebagai pengemban untuk pemisahan ion
Sintesis polieugenil oksiasetat sebagai pengemban untuk pemisahan ion
 
Mt lasut 2009-hg-indo-jchem
Mt lasut 2009-hg-indo-jchemMt lasut 2009-hg-indo-jchem
Mt lasut 2009-hg-indo-jchem
 
391 754-1-pb
391 754-1-pb391 754-1-pb
391 754-1-pb
 
Chitosan irradiated for chili plant, Dr Ir Gatot Trimulyadi Rekso
Chitosan irradiated for chili plant, Dr Ir Gatot Trimulyadi ReksoChitosan irradiated for chili plant, Dr Ir Gatot Trimulyadi Rekso
Chitosan irradiated for chili plant, Dr Ir Gatot Trimulyadi Rekso
 
uji toksisitas
uji toksisitasuji toksisitas
uji toksisitas
 
SUMBER DAYA AIR
SUMBER DAYA AIRSUMBER DAYA AIR
SUMBER DAYA AIR
 
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWITLIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
 
Naskah publikasi
Naskah publikasiNaskah publikasi
Naskah publikasi
 
17562 19158-1-pb
17562 19158-1-pb17562 19158-1-pb
17562 19158-1-pb
 
Uji karbohidrat pada makanan.docx by bista
Uji karbohidrat pada makanan.docx by bistaUji karbohidrat pada makanan.docx by bista
Uji karbohidrat pada makanan.docx by bista
 
Absorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinu
Absorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinuAbsorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinu
Absorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinu
 
Ringkasan tahu
Ringkasan tahuRingkasan tahu
Ringkasan tahu
 
Sidang Proposal Ta
Sidang Proposal TaSidang Proposal Ta
Sidang Proposal Ta
 
Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_
Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_
Snlb 1609-647-653 nimah-et_al_
 

More from rramdan383

Bahan untuk menaikan p h air
Bahan untuk menaikan p h airBahan untuk menaikan p h air
Bahan untuk menaikan p h airrramdan383
 
Air limbah sianida
Air limbah sianidaAir limbah sianida
Air limbah sianidarramdan383
 
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineralrramdan383
 
93448331 02-genesa-bahan-galian
93448331 02-genesa-bahan-galian93448331 02-genesa-bahan-galian
93448331 02-genesa-bahan-galianrramdan383
 
89176662 04-teknik-pemboran
89176662 04-teknik-pemboran89176662 04-teknik-pemboran
89176662 04-teknik-pemboranrramdan383
 
66500465 batu-permata-dalam-sejarah
66500465 batu-permata-dalam-sejarah66500465 batu-permata-dalam-sejarah
66500465 batu-permata-dalam-sejarahrramdan383
 
40910709 the-story-of-plate-tectonics
40910709 the-story-of-plate-tectonics40910709 the-story-of-plate-tectonics
40910709 the-story-of-plate-tectonicsrramdan383
 
32998366 genesa-bahan-galian-complete2
32998366 genesa-bahan-galian-complete232998366 genesa-bahan-galian-complete2
32998366 genesa-bahan-galian-complete2rramdan383
 

More from rramdan383 (9)

Bahan untuk menaikan p h air
Bahan untuk menaikan p h airBahan untuk menaikan p h air
Bahan untuk menaikan p h air
 
Air limbah sianida
Air limbah sianidaAir limbah sianida
Air limbah sianida
 
Air asam
Air asamAir asam
Air asam
 
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
 
93448331 02-genesa-bahan-galian
93448331 02-genesa-bahan-galian93448331 02-genesa-bahan-galian
93448331 02-genesa-bahan-galian
 
89176662 04-teknik-pemboran
89176662 04-teknik-pemboran89176662 04-teknik-pemboran
89176662 04-teknik-pemboran
 
66500465 batu-permata-dalam-sejarah
66500465 batu-permata-dalam-sejarah66500465 batu-permata-dalam-sejarah
66500465 batu-permata-dalam-sejarah
 
40910709 the-story-of-plate-tectonics
40910709 the-story-of-plate-tectonics40910709 the-story-of-plate-tectonics
40910709 the-story-of-plate-tectonics
 
32998366 genesa-bahan-galian-complete2
32998366 genesa-bahan-galian-complete232998366 genesa-bahan-galian-complete2
32998366 genesa-bahan-galian-complete2
 

Recently uploaded

TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 

Kitosan Merkuri

  • 1. Reaktor, Vol. 11 No.1, Juni 2007, Hal. : 45-49 OPTIMASI PEMBUATAN KITOSAN DARI KITIN LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN (Portunus pelagicus) UNTUK ADSORBEN ION LOGAM MERKURI L. H. Rahayu dan S. Purnavita *) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi optimum faktor suhu dan waktu proses deasetilasi dari khitin cangkang rajungan (Portunus pelagicus) menjadi khitosan dan mengetahui pengaruh pH adsorpsi dari khitosan terhadap penurunan jumlah ion merkuri (%). Proses deasetilasi dilakukan dengan memanaskan campuran khitin dengan larutan NaOH 50 % (rasio 1:20 b/v) pada suhu 70 o C, 80 o C, 90 o C, dan 100 o C dengan waktu proses masing-masing 30, 60, 90, dan 120 menit. Parameter respon adalah derajad deasetilasi khitosan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat deasetilasi khitosan tertinggi adalah 79,65 % yang dihasilkan pada suhu 90 o C dan waktu proses 120 menit. Khitosan selanjutnya diuji kemampuan adsorpsinya terhadap ion merkuri pada pH 2, 3, 4, 5, dan 6. Hasil uji aplikasi khitosan sebagai adsorben ion logam merkuri menunjukkan bahwa semakin tinggi pH adsorpsi semakin besar penurunan jumlah ion merkuri (%), dimana hubungan keduanya ditunjukkan dengan persamaan y = 7,50.x + 26,11. Kata kunci : adsorbsi; cangkang rajungan; deasetilasi; kitin; kitosan Pendahuluan Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu komoditas ekspor sektor perikanan Indonesia yang dijual dalam bentuk rajungan beku atau kemasan dalam kaleng. Dari aktivitas pengambilan dagingnya oleh industri pengolahan rajungan dihasilkan limbah kulit keras (cangkang) cukup banyak yang jumlahnya dapat mencapai sekitar 40-60 % dari total berat rajungan. Cangkang rajungan ini dapat dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak, tetapi pemanfaatan ini belum dapat mengatasi limbah cangkang rajungan secara maksimal. Padahal limbah cangkang rajungan masih mengandung senyawa kimia cukup banyak, diantaranya ialah protein 30 – 40 %; mineral (CaCO3) 30 – 50 %; dan khitin 20 – 30 % (Srijanto, 2003). Khitin yang terkandung dalam cangkang rajungan tersebut dapat diproses lebih lanjut menghasilkan khitosan yang mempunyai banyak manfaat di bidang industri. Khitosan merupakan biopolimer yang banyak digunakan di berbagai industri kimia, antara lain dipakai sebagai koagulan dalam pengolahan limbah air, bahan pelembab, pelapis benih yang akan ditanam, adsorben ion logam, anti kanker /anti tumor, anti kolesterol, komponen tambahan pakan ternak, sebagai lensa kontak, pelarut lemak, dan pengawet makanan (Mekawati dkk. , 2000; Hargono dan Djaeni, 2003). Khitin (C8H13NO5)n merupakan biopolimer dari unit N-asetil-D-glukosamin yang saling berikatan dengan ikatan β(1→4). Khitin adalah kristal amorphous berwarna putih, tidak berasa, tidak berbau, dan tidak dapat larut dalam air, pelarut organik umumnya, asam-asam anorganik dan basa encer. Sumber khitin yang sangat potensial adalah kerangka luar crustacea (seperti udang, kepiting, rajungan, dan lobster), serangga, dinding yeast dan jamur, serta mollusca (Muzzarelli, 1985; Mekawati dkk., 2000). Di alam, khitin merupakan senyawa yang tidak berdiri sendiri tetapi bergabung dengan senyawa lain. Pada crustacea, khitin bergabung dengan protein, garam anorganik (CaCO3), dan pigmen (Suhardi, 1992). Khitosan adalah suatu biopolimer dari D- glukosamin yang dihasilkan dari proses deasetilasi khitin dengan menggunakan alkali kuat. Khitosan bersifat sebagai polimer kationik yang tidak larut dalam air, dan larutan alkali dengan pH di atas 6,5. Khitosan mudah larut dalam asam organik seperti asam formiat, asam asetat, dan asam sitrat (Mekawati dkk, 2000). Khitin secara alami sering tidak lengkap asetilasinya, sedangkan khitosan biasanya juga masih mengandung gugus asetil dengan berbagai tingkatan. Oleh karena itu, sebenarnya khitin ataupun khitosan pada dasarnya merupakan ko-polimer N-asetil-D- Glukosamin dan D-Glukosamin. Khitin biasanya mempunyai derajad deasetilasi kurang dari 10 %. Secara umum derajat deasetilasi untuk khitosan sekitar 60% dan sekitar 90-100 % untuk khitosan yang mengalami deasetilasi penuh. Harga ini tergantung dari bahan baku khitin yang digunakan dan proses yang dijalankan (Suhardi, 1992). Di pasaran dunia, harga khitosan dengan derajat *) Akademi Kimia Industri St. Paulus Semarang 45 Jl. Sriwijaya 104, Semarang. 50241; Telp. (024) 8442979 Fax. (024) 8442988 Email : l_hermawati@yahoo.co.id
  • 2. Optimasi Pembuatan Kitosan … (Rahayu dan Purnavita) deasetilasi 70 % dapat mencapai US $ 750/kg (Djaeni, 2003). Secara umum proses pembuatan khitosan meliputi 3 tahap, yaitu deproteinasi, demineralisasi, dan deasetilasi. Proses deproteinasi bertujuan mengurangi kadar protein dengan menggunakan larutan alkali encer dan pemanasan yang cukup. Proses demineralisasi dimaksudkan untuk mengurangi kadar mineral (CaCO3) dengan menggunakan asam konsentrasi rendah untuk mendapatkan khitin, sedangkan proses deasetilasi bertujuan menghilangkan gugus asetil dari khitin melalui pemanasan dalam larutan alkali kuat dengan konsentrasi tinggi (Yunizal dkk., 2001). Gambar 1 memperlihatkan proses penghilangan gugus asetil (deasetilasi) pada khitin dengan alkali kuat NaOH. Proses deasetilasi dengan menggunakan alkali pada suhu tinggi akan menyebabkan terlepasnya gugus asetil (CH3CHO- ) dari molekul khitin. Gugus amida pada khitin akan berikatan dengan gugus hidrogen yang bermuatan positif sehingga membentuk gugus amina bebas –NH2 (Mekawati dkk., 2000). Dengan adanya gugus ini khitosan dapat mengadsorpsi ion logam dengan membentuk senyawa kompleks (khelat). Reaksi pembentukan kompleks (khelat) merupakan reaksi asam-basa Lewis, dengan asam Lewis adalah penerima elektron, dan basa Lewis adalah penyumbang elektron (Underwood, 2001). Pada pembentukan kompleks khitosan-ion logam, ligan –NH2 bertindak sebagai basa Lewis yang menyumbangkan sepasang elektron ke ion logam (asamnya) membentuk ikatan kovalen koordinasi. Khitin NaOH Khitosan Gambar 1. Deasetilasi khitin menjadi khitosan Khitosan dapat membentuk kompleks (khelat) dengan ion logam berat dan ion logam transisi terutama Cu2+ , Ni2+ , dan Hg2+ , tetapi tidak dengan ion logam alkali dan alkali tanah. Pada proses pengikatan logam tersebut, pengaturan pH larutan perlu dilakukan (Mekawati dkk, 2000). Kualitas dan penggunaan produk khitosan terutama ditentukan dari seberapa besar derajat deasetilasinya. Derajat deasetilasi pada pembuatan khitosan bervariasi tergantung pada bahan dasar dan kondisi proses seperti konsentrasi larutan alkali, suhu, dan waktu (Suhardi, 1992). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimum suhu dan waktu proses deasetilasi dari khitin limbah cangkang rajungan menjadi khitosan. Selanjutnya khitosan pada kondisi terbaik (yang memberikan derajat deasetilasi tertinggi) diuji kemampuan adsorpsinya terhadap ion logam merkuri pada berbagai pH. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif metode pembuatan khitosan dari cangkang rajungan dan penerapannya dalam pengolahan limbah beracun merkuri. Metodologi Penelitian Bahan dasar Bahan dasar dalam penelitian ini adalah cangkang rajungan (Portunus pelagicus) yang diperoleh dari sebuah home industri pengolahan rajungan di Mangkang, Semarang Barat. Setelah dipisahkan dari sisa daging yang masih menempel, cangkang rajungan dicuci dengan air hingga bersih kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari. Pada tahap pendahuluan untuk penelitian ini dilakukan analisis kimiawi terhadap bahan dasar cangkang rajungan meliputi kadar air, protein, dan abu. Prosedur Penelitian Penelitian ini secara garis besar terdiri atas tiga tahap, yaitu isolasi khitin dari limbah cangkang rajungan (Portunus pelagicus), deasetilasi khitin menjadi khitosan, dan uji adsorbsi khitosan terhadap ion logam merkuri. Tahap isolasi khitin Limbah cangkang rajungan setelah dikeringkan, digerinding dan ditapis dengan ayakan ukuran 100 mesh. Cangkang rajungan dideproteinasi menggunakan larutan NaOH 2,0 N dengan perbandingan 1 : 6 (b/v) sambil diaduk dan dipanaskan pada suhu 80 o C selama 1 jam. Setelah dipisahkan dari larutannya, cangkang dicuci dengan air hingga netral. Kemudian dikeringkan pada suhu 70 - 80°C selama 24 jam dalam oven. Padatan kering hasil deproteinasi selanjutnya didemineralisasi dengan menggunakan larutan HCl 1,5 N (perbandingan 1:12 b/v) dan diaduk pada suhu kamar selama 1 jam. Setelah disaring, padatan dicuci dengan air hingga netral kemudian dikeringkan pada suhu 70 - 80°C selama 24 jam dalam oven untuk H CH2OH H O H H NH2 H CH2OH H O H H NH2 H H H CH2OH H O H H NHCOCH3 H CH2OH H O H H NHCOCH3 HH n n 46
  • 3. Reaktor, Vol. 11 No.1, Juni 2007, Hal. : 45-49 mendapatkan khitin kering (Rahayu dan Purnavita, 2004). Khitin yang diperoleh selanjutnya dilakukan analisis kimiawi meliputi kadar protein, abu, air, dan derajat deasetilasinya. Tahap deasetilasi khitin menjadi khitosan Proses deasetilasi dilakukan dengan merebus khitin dalam larutan NaOH 50 % dengan perbandingan 1 : 20 (b/v) pada suhu 70o C, 80o C, 90o C, dan 100o C , masing-masing dengan waktu perebusan 30, 60, 90, dan 120 menit. Padatan kemudian dipisahkan dengan cairan, selanjutnya dicuci dengan aquadest hingga netral. Setelah itu padatan dikeringkan pada suhu 70-80o C dalam oven selama 24 jam. Produk yang diperoleh dari proses ini dinamakan khitosan dan selanjutnya dianalisis derajat deasetilasinya dengan menggunakan infrared (IR) spectroscopy method. Dalam penelitian ini, perhitungan derajad deasetilasi (DD) dilakukan dengan base line metode Sabnis dan Block berdasarkan hasil analisis FTIR menggunakan persamaan di bawah ini (Khan et al., 2002): DD = 100 – [(A1655/A3450) x 115] dengan : Nilai A(Absorbansi) = log (Po/P) A1655 = Absorbansi pada panjang gelombang 1655 cm-1 untuk serapan gugus amida/asetamida (CH3CONH-) A3450 = Absorbansi pada panjang gelombang 3450 cm-1 untuk serapan gugus hidroksi (-OH) Tahap uji adsorbsi Serbuk khitosan sebanyak 2 g ditambahkan pada 100 ml larutan HgCl2 0,1 M, dan diatur keasamannya dengan HCl hingga mencapai pH= 2. Campuran diaduk dengan kecepatan 100 rpm selama 1 jam, lalu disaring. Filtrat yang dihasilkan diukur kadar ion merkurinya dan dihitung % penurunannya. Pengukuran kadar merkuri dalam larutan sebelum dan setelah adsorbsi menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometric (AAS) Method. Percobaan diulangi lagi dengan pH 3, 4, 5, dan 6. Rancangan Percobaan Penelitian ini dilakukan secara eksperimental di laboratorium dan dirancang dengan rancangan acak lengkap (RAL) factorial dengan 3 kali ulangan. Untuk menentukan kondisi optimum suhu dan waktu proses deasetilasi dilakukan Analisis Varian (Anava), dan jika terdapat perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan Uji DMRT. Untuk menentukan hubungan antara pH adsorbsi dengan persentase penurunan ion merkuri dilakukan dengan cara Analisis Regresi. Hasil dan Pembahasan Hasil analisis kimia bahan dasar cangkang dan khitin rajungan yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis kimia cangkang dan khitin rajungan Parameter Cangkang Kitin Kadar Protein / Nitrogen 29,91 % / 4,80 % 4,67 % / 0,75 % Kadar Abu 44,03 % 1,64 % Kadar Air 0,45 % 0,29 % DD - 9,25 % Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar air, kadar protein/nitrogen, dan kadar mineral (abu) dari bahan dasar cangkang rajungan menjadi khitin mengalami penurunan secara signifikan setelah mengalami proses deproteinasi dan demineralisasi. Berdasarkan data pada Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa kandungan senyawa kimia dari isolat khitin cangkang rajungan diperoleh memenuhi spesifikasi khitin. Tabel 2. Spesifikasi Khitin dan Khitosan Parameter Kitin Kitosan Derajat deasetilasi (DD) < 10% Umumnya 60 %; 90-100 % untuk yang terdeasetlasi penuh Kadar Air < 10 % < 10 Kadar Abu < 3% < 2% Kadar nitrogen < 7 % < 8,4% Sumber : Suhardi (1993), Srijanto (2003) Pada tahap optimasi proses deasetilasi khitin rajungan menjadi khitosan, parameter respon yang diukur hanya derajat deasetilasi khitosan, sedangkan kadar air, protein/nitrogen, dan abu khitosan tidak dianalisis karena kandungan yang tertinggal dari ketiga senyawa ini dalam bahan khitin sudah cukup rendah dan nilainya berada di bawah toleransi maks standar khitosan (Tabel 2). Tabel 3. Derajat deasetilasi (%) khitosan pada berbagai suhu dan waktu proses deasetilasi Derajat deasetilasi khitosan (%), pada waktu proses (menit) Suhu (o C) 30 60 90 120 70 72,28 66,86 66,11 74,52 80 73,13 69,12 71,60 71,28 90 66,60 67,98 72,86 79,65 100 71,27 72,64 67,45 73,02 Ket.: Hasil merupakan rerata dari tiga kali ulangan Hasil analisis derajat deasetilasi khitin cangkang rajungan setelah melalui proses deasetilasi seperti disajikan pada Tabel 3. Dari hasil analisis varians menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi antara suhu dan waktu deasetilasi terhadap khitin cangkang rajungan tidak memberikan pengaruh terhadap derajat deasetilasi khitosan. Meskipun demikian derajat deasetilasi khitosan yang dihasilkan 47
  • 4. Optimasi Pembuatan Kitosan … (Rahayu dan Purnavita) semua perlakuan diperoleh memenuhi standar mutu khitosan perdagangan, yakni lebih dari 60 % (Tabel 2). Besar derajat deasetilasi produk khitosan diperkirakan sangat berpengaruh terhadap penggunaannya sebagai adsorben (pengkhelat) ion logam, karena semakin tinggi derajat deasetilasi khitosan, berarti semakin banyak gugus amina (-NH2) dalam polimer yang berfungsi sebagai tempat terjadinya pengkhelatan, sehingga akan semakin memperbesar kemampuan kitosan dalam mengikat ion logam. Muzzarelli (1985) melaporkan bahwa khitosan merupakan polimer yang lebih efektif dalam hal kapasitas dan kemampuan adsorpsinya terhadap ion logam (merkuri) dibandingkan dengan khitin. Hal ini dimungkinkan karena jumlah gugus amina bebas (sebanding dengan besar derajat deasetilasi) dalam khitosan yang tersedia untuk pengkhelatan, lebih banyak dibandingkan pada khitin, sehingga kemampuan (% pengumpulan) khitosan dalam mengikat ion logam pun diperoleh lebih besar daripada khitin. Dalam penelitian ini diperoleh bahwa nilai derajat deasetilasi tertinggi adalah pada kondisi suhu 90 o C dan waktu proses 120 menit yang menghasilkan kitosan dengan DD = 79,65 %. Khitosan pada kondisi ini selanjutnya diuji kemampuan adsorpsinya terhadap ion logam merkuri pada berbagai pH. Pada umumnya dalam medium asam, logam (M) berada sebagai ion kation bebas. Tetapi pada kondisi netral hingga basa, kation akan terhidrolisis membentuk hidroksidanya, dimana sebagian besar hidroksida logam bersifat tidak larut (Underwood, 2001; Soeprijanto dkk, 2003) Mn+ + H2O → M(OH)(n-1)+ + H+ Hidrolisis ion logam (Mn+ ) dapat bersaing dengan proses pembentukan kompleks, sehingga kebanyakan adsorpsi (pengkomplekan) ion logam dilakukan pada pH asam hingga sedikit netral. Muzzarelli dan Rocchetti menggunakan pH 3 dan pH 5 pada pengkhelatan ion- ion logam Cr3+ , Mn2+ , Fe3+ , Ni2+ , Cu2+ , Zn2+ , dan Hg2+ dengan khitosan (Muzzarelli, 1985). Pada umumnya senyawa-senyawa pengompleks (pengkhelat) adalah konjugat basa dari kation (ion logam atau ion H+ ). Oleh karena dalam beberapa hal ion-ion logam dan ion H+ berkompetisi dalam memperebutkan ligan sehingga dapat dipahami bahwa kemampuan pengomplekan suatu ion logam dipengaruhi oleh pH. Mekawati dkk. (2000) meneliti adsorpsi ion logam Pb2+ dengan khitosan dari udang putih (Penaeus merguiensis) pada pH 3 hingga pH 5 dan adsorpsi tertinggi diperoleh pada pH 5. Pada penelitian ini, adsorpsi ion merkuri dengan khitosan diselidiki pada pH asam hingga pH sedikit netral (pH 6), pH tertinggi tidak dipilih > 7 karena untuk menghindari hidrolisis ion logam merkuri. Persentase penurunan jumlah ion merkuri dari proses adsorpsi oleh khitosan pada berbagai pH larutan tersaji pada Tabel 4. Tabel 4. Persentase penurunan jumlah ion Merkuri pada berbagai pH proses adsorbsi % Penurunan Jumlah Ion Hg2+ , pada pH Adsorbsi 2 3 4 5 6 43,06 45,83 55,56 65,28 70,83 0 10 20 30 40 50 60 70 80 0 2 4 6 8 pHProsesAdsorbsi PenurunanJumlahIonHg(II),% Gambar 2. Hubungan antara penurunan jumlah ion Merkuri (%) dengan pH Adsorpsi Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa semakin tinggi pH maka penurunan jumlah ion merkuri (%) makin besar. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi pH mempengaruhi kemampuan khitosan dalam mengadsorpsi ion merkuri. Hal tersebut dimungkinkan karena senyawa kompleks Hg- khitosan yang terbentuk makin stabil. Pada pH makin rendah, ion H+ dalam larutan akan semakin mengganggu pengikatan antara khitosan dan ion merkuri, karena semakin banyak gugus amina pada khitosan yang mengikat ion H+ dan menjadi bermuatan positif, sehingga khitosan makin sulit berikatan dengan ion logam Hg2+ . Dari analisis regresi, hubungan antara penurunan jumlah ion merkuri (%) dengan pH proses adsorpsi ditunjukkan persamaan berikut : y = 4,50 x + 26,11 dimana : y = penurunan jumlah ion merkuri (%) x = pH proses adsorpsi Kesimpulan Kondisi terbaik proses deasetilasi khitin limbah cangkang rajungan (Portunus pelagicus) menjadi khitosan diperoleh pada suhu 90o C dan waktu proses 120 menit. Kondisi ini memberikan derajat deasetilasi tertinggi sebesar 79,65 %. Semakin tinggi pH adsorbsi oleh khitosan pada range pH 2 – 6 maka % penurunan jumlah ion Hg2+ makin meningkat. 48
  • 5. Reaktor, Vol. 11 No.1, Juni 2007, Hal. : 45-49 Daftar Pustaka Djaeni, M., (2003), “Optimization of Chitosan Preparation from Crab Shell Waste”. J. Reaktor. Vol. 7 (1), hal. 37 – 40 Hargono dan Djaeni, M., (2003), “Pemanfaatan Khitosan dari Kulit Udang sebagai Pelarut Lemak”, Prosiding Teknik Kimia Indonesia, Yogyakarta, hal. MB 11.1 - MB 11.5 Khan, T.A., Peh, K.K., and Ching, H.S., (2002), “Reporting Degree of Deacetylation values of Chitosan”, J. Pharm Pharmaceut Sci. Vol. 5(3), pp 205- 212 Mekawati, Fachriyah, E. dan Sumardjo, D., (2000), “Aplikasi Kitosan Hasil tranformasi Kitin Limbah Udang (Penaeus merguiensis) untuk Adsorpsi Ion Logam Timbal”, Jurnal Sains and Matematika, FMIPA Undip, Semarang, Vol. 8 (2), hal. 51-54 Muzzarelli, R.A.A, (1985), “Chitin”, Pergamon Press, New York Rahayu, L. H., dan Purnavita, S., (2004), “Optimasi Proses Deproteinasi dan Demineralisasi pada Isolasi Kitin dari Limbah Cangkang Rajungan (Portunus pelagicus)”, Prosiding: Teori Aplikasi Teknologi Kelautan, ITS Surabaya, hal. III.8 – III.11 Soeprijanto, Elsony, A. dan Sulistyowati, E., (2003), “Bio-adsorpsi Ion-ion Cu(II) dan Cr (VI) dalam Larutan Menggunakan Biomassa Saccaromyces Cereviceae”, Prosiding seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia 2003, Volume I, hal. FB11-1 – FB11-6. Srijanto, B., (2003), “Kajian Pengembangan Teknologi Proses Produksi Kitin dan Kitosan Secara Kimiawi”, Prosiding seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia 2003, Volume I, hal. F01-1 – F01-5. Suhardi, (1992), “Khitin Dan Khitosan“, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, UGM Yogyakarta. Underwood, A.L. dan Day, R.A., (2001), “Analisis Kimia Kuantitatif”, Edisi VI, Penerbit Erlangga, Jakarta Yunizal dkk, (2001), “Ekstraksi Khitosan dari Kepala Udang Putih (Penaeus merguensis)”. J. Agric. Vol. 21 (3), hal 113-117 49