SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan
Vol. 6, No. 1, hal. 21-27, 2007
Oksidasi Parsial Metana Menjadi Metanol dan Formaldehida
Menggunakan Katalis CuMoO
3
/SiO
: Pengaruh Rasio Cu:Mo,
Temperatur Reaksi dan Waktu Tinggal
2
Husni Husin, Lia Mairiza, Zuhra
Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalisis
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk. Syech Abdurrauf No. 7 Darussalam, Banda Aceh - 23111, Indonesia
e-mail: husni_husin2002@yahoo.com
Abstrak
Oksidasi parsial metana menjadi metanol dan formaldehida menggunakan katalis tembaga
molybdenum oksida berpenyangga silica (CuMoO
3
/SiO
) telah dilakukan. Preparasi katalis
dilakukan dengan metode impregnasi. Hasil identifikasi dengan XRD menunjukkan bahwa
komponen katalis terdiri dari senyawa MoO
3
, CuO, dan SiO
2
. Uji kinerja katalis dilangsungkan
dalam reactor pipa lurus berunggun tetap, beroperasi pada temperature 400, 425, 450, 475,
dan 500
o
2
C, dengan waktu tinggal (W/F) 5,82, 9,7, dan 14,55 gram katalis jam/mol. Produk
reaksi dianalisis menggunakan gas kromatografi dengan kolom molsieve 5A dan porapak-Q.
konversi metana tertinggi sebesar 36,83% diperoleh saat menggunakan katalis dengan rasio
Cu:Mo=1:1,5 pada W/F 14,55 gr
cat
jam/mol dan temperatur reaksi 500
o
C. Selektivitas metanol
tertinggi diperoleh 11,19 % menggunakan katalis dengan rasio Cu : Mo 1 : 3,5 pada W/F
5,82 gr
cat
.jam/mol dan temperatur reaksi 400
o
C. Selektivitas formaldehida tertinggi diperoleh
20,75% menggunakan katalis dengan rasio Cu : Mo 1 : 2,5 pada W/F 9,7 gr
jam/mol dan
temperatur reaksi 400
C.
o
Keywords: formaldehida, katalis CuMoO
3
/SiO
2
, metanol, oksidasi metana
1. Pendahuluan
Peningkatan eksplorasi gas alam perlu
diimbangi dengan peningkatan pemanfaatannya,
sehingga
diperlukan
peningkatan
produksi
komoditi-komoditi
turunan petrokimia
berbasis
gas
alam
yang
lainnya
selain
LNG.
Komoditi
cair
dari gas alam
pada
kondisi
kamar
selain
LNG
antara
lain
adalah
metanol
(CH
3
OH) dan formaldehida (CH
O).
Salah satu cara untuk produksi metanol dan
formaldehida adalah melalui proses oksidasi
parsial gas metana dimana kandungan gas
metana dalam gas alam adalah sekitar 8090%.
Proses konversi metana menjadi
metanol dan formaldehida selain dapat
sebagai alternatif dari pemanfaatan gas alam
juga mampu mengatasi masalah transportasi
yang selama ini sering dihadapi dalam usaha
pemanfaatan gas alam.
Metanol merupakan salah satu bahan kimia
industri yang penting Sebagai bahan kimia
industri, metanol telah digunakan secara luas
untuk produksi berbagai bahan kimia yang
lain. Sekitar sepertiga dari produksi metanol
digunakan untuk membuat formaldehida dan
selebihnya digunakan untuk pembuatan
MTBE (Methyl Tertiary Buthyl Eter), asam
asetat, pelarut, metaklirat, bahan bakar, dan
lain-lain. Sementara itu, formaldehida yang
2
cat
ISSN 1412-5064
ditemukan oleh Butlerov pada tahun 1859
adalah suatu senyawa yang dapat bereaksi
dengan hampir semua senyawa kimia baik
organik maupun anorganik. Penggunaan
terbesar formaldehida adalah sebagai bahan
dasar pembuatan resin-resin formaldehida
seperti urea formaldehida, melamin formaldehida,
dan
fenol
formaldehida
(Kirk dan
Othmer,
1994)
Proses
oksidasi
parsial
metana menjadi
metanol
dan formaldehida
telah
lama
menjadi
objek
penelitian
para
peneliti.
Umumnya,
para
peneliti
memfokuskan
studi
bagaimana
cara memperoleh
konversi
dan
selektifitas metanol dan formaldehida yang
tinggi diantaranya dengan cara memilih
katalis yang aktif dan selektif. Berbagai
katalis telah dicoba oleh beberapa peneliti
untuk mendapatkan konversi dan selektifitas
yang tinggi (Brown dan Parkyns, 1991).
Karena gas metana mempunyai kestabilan
yang kuat, maka sampai saat ini kataliskatalis
yang telah
diteliti
belum
memberikan
selektivitas
dan
hasil yang
memuaskan
untuk
diselenggarakan
dalam
skala
komersial.
Sifat
metanol
dan
formaldehida
yang
reaktif
menyebabkan
pembentukan
CO dan
CO
sebagai hasil oksidasi total sangat mudah
berlangsung, sehingga selektifitas terhadap
produk yang diinginkan masih sangat rendah
2
Husni Husin, dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 6 No. 1
22
akibat pembentukan CO dan CO
yang belum
dapat ditekan sampai tingkat yang serendahrendahnya
(Husin
dkk.,
2003).
Spencer
(1988)
melangsungkan
reaksi
oksidasi
metana
menggunakan katalis
molibdenum
oksida
berpenyangga
silika.
Hasil
penelitian
itu
melaporkan
bahwa perolehan
produk
formaldehida
sudah mendapatkan
hasil
yang
memuaskan.
Sebelumnya Dowden dan
Walker
(dalam Pitchai
dan Klier,
1986)
meneliti
beberapa
katalis
oksida
multi
komponen
berdasarkan
pada
oksida
molibdenum
(MoO
3
2
) dan menyimpulkan bahwa jika
molibdenum digabungkan dengan oksida lain
maka katalis akan menjadi lebih aktif. Husin
(2002) melaporkan bahwa senyawa kompleks
Fe
2
(MoO
4
)
dapat menghasilkan produk
formaldehida yang tinggi. Selanjutnya Husin,
dkk. (2003) mencoba menggabungkan senyawa
tembaga dengan MoO
3
untuk
digunakan pada reaksi oksidasi metana
3
menjadi metanol dan formaldehida. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa konversi
metana, selektifitas metanol dan selektifitas
formaldehida yang diperoleh masing-masing
adalah sebesar 25,3%, 8,18% dan 39,8%.
Sementara itu, Husin dan Marwan (2004)
telah mengevaluasi penggunaan katalis
CuMoO
3
/SiO
untuk oksidasi metana menjadi
metanol dan formaldehida. Dari hasil
penelitian, diperoleh nilai konversi metana,
selektifitas metanol dan selektifitas formaldehida
masing-masing
adalah
34,1%, 10,9%
dan
31,75%.
Husin
dan
Marwan
(2004)
menyarankan
agar dilakukan
penelitian
variasi
waktu
tinggal karena
waktu tinggal
merupakan
salah
satu parameter yang
dapat
mempengaruhi
kecepatan
reaksi.
Witt
dan
Schmidt
(1996) telah
mempelajari
pengaruh
laju
alir
umpan terhadap
reaksi
oksidasi
metana
pada
katalis
rhodium
dilapisi
monolit.
Witt
dan Schmidt
(1996) menyarankan
agar
dievaluasi
lebih
lanjut
pengaruh
waktu
tinggal
dari
reaksi
tersebut
karena
waktu
2
tinggal sangat berpengaruh pada perolehan
konversi reaktan dan selektivitas produk.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
pengaruh waktu tinggal pada reaksi oksidasi
metana menjadi metanol dan formaldehida
serta untuk mendapatkan katalis yang aktif
dan selektif. Untuk mencapai tujuan ini,
evaluasi kinerja katalis CuMoO
3
/SiO
pada
berbagai kondisi operasi serta mengetahui
karakterisasi komponen katalis CuMoO
akan dilakukan.
2
3
/SiO
2
2. Metodologi
2.1 Pembuatan Katalis
Pembuatan katalis dilakukan dengan cara
impregnasi. Bahan-bahan yang digunakan
adalah Cu(NO
3
)
2
.3H
2
O, (NH
4
)
6
Mo
7
O
O,
dan penyangga SiO
2
24
. Logam yang akan
dipadukan adalah Cu dan Mo dengan
perbandingan 1 : 1,5, 1 : 2,5, dan 1: 3,5.
Garam Cu(NO
3
)
2
.3H
2
O, (NH
4
)
6
Mo
7
O
O
dan SiO
2
.4H
24
masing-masing ditimbang dengan
perbandingan berat tersebut di atas,
dilarutkan dalam suatu gelas kimia dengan
aquades. Kemudian diaduk selama 1 jam.
Selanjutnya campuran diimpregnasi ke
penyangga SiO
dengan cara diaduk selama 4
jam menggunakan pengaduk magnetik pada
temperatur ruang. Impregnasi adalah
mendepositkan larutan garam pada padatan.
2
Kemudian, campuran tersebut dituang ke
dalam cawan porselin dan selanjutnya
dikeringkan di dalam oven pada temperatur
110
o
C selama 4 jam. Tujuan pengeringan
adalah untuk mengurangi kadar air dan
mengkristalisasi garam pada permukaan poripori.
Hasil pengeringan
dikalsinasi
dalam
reaktor
pada
temperatur 400
o
C selama 4 jam
dengan dialirkan udara. Kalsinasi adalah
pemanasan melebihi pengeringan. Kalsinasi
bertujuan untuk mengubah garam yang telah
terkristalisasi menjadi suatu oksida atau
logam atau menjadi suatu bentuk kristal yang
lebih stabil. Katalis hasil kalsinasi sebagian
diidentifikasi dengan x-ray difraktometer
(XRD) dan sebagian dievaluasi kinerjanya
terhadap reaksi oksidasi metana. Diagram
proses pembuatan katalis di tunjukan pada
Gambar 1.
2.2 Karakterisasi Katalis
Karakterisasi katalis dilakukan dengan XRD
untuk mengidentifikasi fasa kristal dari
sampel. Grafik XRD yang akan diperoleh
untuk nilai 2
 dari 10 sampai 60
o
dengan
ukuran scanning step 0,02
o
. Grafik XRD
sampel dapat dibaca dengan membandingkan
nilai d dari masing-masing peak difraktogram
sampel dengan nilai d difraktogram senyawa
standar.
2.3 Reaksi Uji Kinerja Katalis
Keberhasilan proses pembuatan katalis dapat
dilihat dari hasil uji kinerja katalis. Reaksi
oksidasi metana sebagai reaksi uji kinerja
katalis dilangsungkan dalam reaktor pipa
lurus aliran kontinyu (plug flow reactor).
Katalis dipasang dalam reaktor berunggun
.4H
2
2
Lar. Cu
Husni Husin, dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 6 No. 1
23
tetap (fixed bed) pada temperatur, tekanan,
dan laju alir yang dijaga konstan. Umpan
gas metana dan udara dialirkan dengan laju
25 ml/menit dengan perbandingan
metana:oksigen:nitrogen yaitu 84:6:10 yang
diukur dengan bubble soap flow meter.
Reaksi berlangsung pada temperatur 400,
425, 450, 475, 500
o
C dan tekanan atmosfir.
Dilakukan pengecekan terhadap
kemungkinan adanya kebocoran. Untuk
mencapai temperatur operasi tersebut
rangkaian alat dilengkapi furnace yang
dihubungkan dengan pengendali temperatur
untuk menjaga agar suhu reaksi konstan.
Produk yang dihasilkan selanjutnya
didinginkan menggunakan kondensor dan
produk yang dihasilkan berupa gas. Produk
gas yang terbentuk dialirkan melalui bubble
soap flowmeter sehingga laju alirnya dapat
diukur. Skema rangkaian alat dapat dilihat
pada Gambar 2.
impregnasi
katalis
CuMoO
Lar. Mo
2.4 Analisis Produk
Hasil keluaran reaktor dianalisis dengan
menggunakan Gas Chromatograph GC-8A
buatan Shimadzu untuk mendeteksi dan
menentukan jumlah fraksi mol produk.
Analisis ini menggunakan detektor jenis TCD
(Thermal Conductivity Detector) dengan
kolom Porapak Q dan mole sieve 5A. Luas
puncak dihitung dengan alat chromatopac CR6B.
Analisis
produk dilakukan
pada
temperatur
kolom 80
o
C dan temperatur
injektor 110
o
C.
SiO
2
PENGERINGAN
....
OVEN
Gambar 1. Skema proses pembuatan katalis
KALSINASI
Katalis aktif
2.5 Penentuan Konversi dan Selektivitas
Nilai konversi (X) adalah perbandingan antara
jumlah mol produk secara total terhadap
jumlah mol reaktan persatuan waktu.
Sedangkan nilai selektivitas (S) adalah
perbandingan jumlah mol produk satu
komponen terhadap jumlah mol produk total
persatuan waktu. Nilai konversi dan
selektivitas ditentukan masing-masing
dengan menggunakan persamaan-persamaan
berikut:
a. Penentuan konversi metana (X
):
% x
,inCH
n
,outCH
n
4
44
CH
X 100
4
,inCH
n
CH4

(1)
b. Penentuan selektivitas komponen-i
(S
produk-i
):
,
%100
44
ioduk
S
Pr
n
outiproduk
n

(2)
inCH
UJI KARAKTERISTIK (XRD)
n
x
outCH
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Hasil Analisis XRD
Hasil karakterisasi katalis menggunakan XRD
ditampilkan pada Gambar 3 dan 4. Dari
Gambar 3 sampai 4 terlihat bahwa komponen
katalis terdiri dari MoO
3
UJI KINERJA
, CuO, dan SiO
. Tiga
Puncak utama karakteristik MoO
terletak
pada 2θ 25,97; 27,4; dan 33,18 derajat.
Tiga puncak utama karakteristik CuO
terdapat pada 2θ 17,2; 26,71; dan 30,21
derajat. Sedangkan tiga puncak utama
3
2
Husni Husin, dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 6 No. 1
24
karakteristik SiO
terletak pada 2θ 22,5;
29,2; dan 55,32 derajat.
Gambar 3 dan 4 adalah difraktogram XRD
katalis CuMoO
3
2
/SiO
dengan perbandingan
Cu:Mo = 1:2,5 dan 1:3,5. Sedangkan
puncak-puncak karakteristik Cu
2
2
O dan SiO
terlihat intensitasnya hampir stabil.
Membandingkan kedua difraktogram katalis
yang memiliki rasio Cu:Mo = 1:2,5 dengan
1:3,5 dapat disimpulkan bahwa puncak MoO
memiliki intensitas yang lebih tinggi.
16 0 0 0
14 0 0 0
12 0 0 0
10 0 0 0
8000
6000
4000
2000
0
m
m
m
m
CuMoO3 1:2,5
c
c
m
c
c
10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70
2 Theta (degree)
Gambar 3. Difraktogram CuMoO
3
/SiO
, rasio
Cu:Mo 1:2,5
Intensitas SiO
2
2
m = MoO3
c = Cu2O
m
c
c
cenderung menurun pada
katalis dengan kandungan Mo yang lebih
besar. Dari ketiga difraktogram tersebut
menunjukkan bahwa perbuatan katalis telah
berhasil dengan baik karena komponenkomponen
katalis yang
diinginkan
telah
terbentuk
yaitu:
MoO
3
, Cu
2
O, dan SiO
.
flowmeter
buble soap
nitrogen
oxigen
metana
Gas mixer
2
Vent
detektor
2
3
reaktor
katalis
Produk cair
produk gas
Gambar 2. Skema sistem reaktor reaksi oksidasi metana
H2O absorber
preheater
3.2 Uji Kinerja Katalis
Kinerja katalis secara kuantitatif ditinjau dari
aktivitas katalis. Aktivitas dinyatakan oleh
konversi dan selektivitas.
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
m
m
CuMoO3 1:3,5
m
m
c
m
m
m
m
m
c
c
cc
c
10 15 20 25 30 35 40 45 50 5560 65 70
2 Theta (degree)
Gambar 4. Difraktogram CuMoO
termokopel
kondenser
3
/SiO
, rasio
Cu:Mo 1:3,5
2
m = MoO3
c = Cu2O
c
a. Konversi
Grafik pengaruh W/F dan temperatur reaksi
terhadap konversi metana ditampilkan pada
Gambar 5. Dari Gambar 5 dapat dilihat
bahwa peningkatan waktu tinggal dan
temperatur reaksi menyebabkan naiknya
konversi metana.
Konversi metana saat menggunakan katalis
dengan W/F 5,82 gr
jam/mol, rasio Mo:Cu
1,5:1 dan temperatur reaksi 450
cat
sumber arus
pengontrol
temperatur
o
C adalah
31,33%. Konversi metana meningkat
menjadi 33,08% pada W/F 9,7 gr
jam/mol,
selanjutnya akan meningkat lagi menjadi
35,95% pada W/F 14,55 gr
cat
cat
jam/mol.
Husni Husin, dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 6 No. 1
25
Peningkatan konversi juga terjadi pada rasio
katalis Mo:Cu 2,5:1 dan temperatur reaksi
450
o
C. Pada harga W/F 5,82 gr
jam/mol
konversi metana yang diperoleh adalah
31,59%. Konversi metana pada W/F 9,7 gr
cat
jam/mol meningkat menjadi 33,74% dan
selanjutnya konversi metana pada W/F 14,55
gr
jam/mol meningkat kembali menjadi
34,20%. Dari hasil ini dapat disimpulkan
bahwa semakin meningkatnya harga W/F
maka akan menghasilkan konversi reaksi
yang semakin besar. Peningkatan konversi
reaksi ini disebabkan karena makin besar
W/F maka jumlah katalis yang digunakan
juga semakin banyak. Dengan demikian
reaktan akan lebih sempurna teradsorbsi
pada permukaan katalis sehingga
menyebabkan orientasi tumbukan molekulmolekul
reaktan dapat lebih
tepat (Husin,
2001).
Fenomena ini
juga sesuai
dengan
yang
dilaporkan
oleh
Piccoli
(1992) bahwa
cat
peningkatan W/F akan menyebabkan
meningkatnya konversi reaksi.
Konversi (%)
38
36
34
32
30
28
400 425 450 475 500
Temperatur (oC)
W/F= 5.82, M o:Cu 1,5:1 W/F = 9.7, M o:Cu 1,5:1 W/F =14.55,Mo:Cu 1,5:1
W/F = 5.82, Mo:Cu 2.5:1 W/F = 9.7, M o:Cu 2.5:1 W/F=14.55,Mo:Cu 2.5:1
W/F = 5.82, Mo:Cu 3.5:1 W/F = 9.7, M o:Cu 3.5:1 W/F=14.55,Mo:Cu 3.5:1
Gambar 5. Pengaruh temperatur terhadap konversi
metana pada berbagai variasi waktu
tinggal
Kenaikan temperatur reaksi juga
menyebabkan konversi metana semakin
meningkat. Konversi metana menggunakan
katalis CuMoO
3
/SiO
dengan rasio Mo:Cu
1,5:1 dan W/F 14,55 gr
2
jam/mol pada suhu
400
o
C, 425
o
C, 450
o
cat
C, 475
o
C, dan 500
C
berturut-turut adalah 34,04%, 35,78%,
35.95%, 36.61%, dan 36.83%. Temperatur
yang lebih tinggi akan menghasilkan energi
yang lebih besar sehingga dapat
mempercepat reaksi. Kenaikan konversi ini
sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Arrhenius yang menyatakan bahwa semakin
tinggi temperatur maka laju reaksi juga
semakin tinggi (Fogler, 1992 dalam Husin,
2004). Akan tetapi, pada katalis dengan rasio
Mo:Cu 2,5:1 dan W/F 9,7 gr
jam/mol
terjadi sedikit penyimpangan yaitu pada
temperatur reaksi 475
o
C dan 500
cat
o
cat
o
C tampak
konversi metana turun dari 33,74% menjadi
33,29% dan 32,84%. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena sifat fisik dan kimia katalis
tersebut belum stabil sehingga pada suhu
475
o
C katalis mulai terdeaktivasi (penurunan
aktivitas). Dari hasil perhitungan
menunjukkan bahwa konversi metana
tertinggi diperoleh sebesar 36,83% pada W/F
14,55 gr
jam/mol dan rasio katalis Mo:Cu
1,5:1 serta temperatur reaksi 500
cat
o
C.
b. Selektifitas
Gambar 6 sampai dengan 7 merupakan
hubungan antara temperatur terhadap
selektifitas metanol dan formaldehida pada
berbagai variasi waktu tinggal. Dari Gambar
6 tampak bahwa kenaikan waktu tinggal dan
temperatur reaksi menyebabkan penurunan
selektifitas metanol. Selektifitas metanol
lebih rendah pada waktu tinggal dan
temperatur yang tinggi. Selektifitas metanol
pada katalis dengan rasio Mo:Cu 1,5:1 dan
temperatur reaksi 450
o
C pada W/F 5,82 gr
jam/mol adalah 9,53% dan pada W/F 9,7
gr
jam/mol menurun menjadi 8,67%, serta
pada W/F 14,55 gr
cat
jam/mol selektifitasnya
semakin rendah menjadi 8,53%.
Selektifitas formaldehida menunjukkan
kecenderungan yang sama dengan metanol.
Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa semakin
tinggi waktu tinggal dan temperatur reaksi
menyebabkan penurunan selektifitas
formaldehida. Selektifitas formaldehida pada
katalis dengan rasio Mo:Cu 1,5:1, temperatur
reaksi 450
o
cat
C, dan W/F 5,82 gr
jam/mol
adalah 15,74% dan pada W/F 9,7 gr
cat
jam/mol menjadi 12,46%, serta pada W/F
14,55 gr
jam/mol selektifitas formaldehida
semakin rendah menjadi 11,94%. Fenomena
ini kemungkinan disebabkan karena terjadi
reaksi lanjut dari metanol dan formaldehida
membentuk CO dan CO
cat
. Hal ini sesuai
dengan yang dilaporkan oleh Husin dan
2
Marwan (2004) bahwa kenaikan temperatur
reaksi dapat menyebabkan terjadinya
oksidasi total dari metanol dan formaldehida
membentuk CO dan CO
sehingga
menurunkan selektifitas metanol dan
formaldehida. Kecenderungan yang sama
juga pernah dilaporkan oleh Piccoli (1992),
ketika menguji katalis besi molibdat untuk
reaksi oksidasi metanol menjadi formaldehida
yang menyimpulkan bahwa peningkatanW/F
menyebabkan penurunan selektifitas.
2
Penurunan selektifitas ini dikarenakan
semakin besar W/F kemungkinan metanol
dan formaldehida teradsorpsi kuat pada
katalis sehingga terjadi oksidasi lanjut
membentuk produk samping.
cat
cat
Husni Husin, dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 6 No. 1
26
Membandingkan hasil selektifitas yang
diperoleh untuk katalis berbagai rasio dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi waktu
tinggal dan temperatur reaksi maka
menyebabkan selektifitas methanol yang
dihasilkan semakin rendah. Dari hasil
perhitungan menunjukkan bahwa selektifitas
metanol tertinggi diperoleh sebesar 11,19%.
OH (% )
3
Selektifitas CH
16
14
12
10
8
6
400 425 450 475 500
Temperatur (oC)
W/F = 5.82, Mo:Cu 1.5:1 W/F = 9.7, M o:Cu 1.5:1 W/ F = 14 . 5 5 , M o : C u 1. 5 : 1
W/F = 5.82, Mo:Cu 2.5:1 W/F = 9.7, M o:Cu 2.5:1 W/F=14.55,Mo:Cu 2.5:1
W/F = 5.82, Mo:Cu 3.5:1 W/F = 9.7, M o:Cu 3.5:1 W/F=14.55,Mo:Cu 3.5:1
Gambar 6. Pengaruh temperatur terhadap selektifitas
metanol
pada berbagai
variasi
waktu
tinggal
Sebagaimana terlihat pada Gambar 7,
selektifitas formaldehida tertinggi diperoleh
sebesar 20,75% pada W/F 9,7 gr
jam/mol,
temperatur reaksi 400
o
cat
C dan menggunakan
katalis dengan rasio Mo:Cu 3,5:1. Hasil yang
diperoleh ini sedikit berbeda dengan yang
dilaporkan oleh Husin dan Marwan (2004)
yang memperoleh selektifitas metanol
tertinggi 10,9% dan selektifitas formaldehida
31,75%. Hal ini kemungkinan disebabkan
karena pengaruh W/F yang berbeda. Selain
itu, sifat fisik dan kimia katalis juga belum
sama. Akan tetapi, nilai selektifitas
formaldehida yang diperoleh pada penelitian
ini lebih tinggi dari yang dilaporkan oleh
Husin (2002) yang hanya sebesar 15%
dengan menggunakan katalis Fe/Mo/O untuk
oksidasi metana menjadi metanol dan
formaldehida.
4. Kesimpulan
Komponen katalis CuMoO
3
/SiO
terdiri dari
kristal: MoO
3
, CuO dan SiO
2
2
. Kenaikan waktu
tinggal reaksi menyebabkan naiknya konversi
metana, tetapi akan menurunkan selektifitas
metanol dan formaldehida. Selain itu,
kenaikan temperatur reaksi menyebabkan
meningkatnya konversi metana tetapi juga
menurunkan selektifitas metanol dan
formaldehida. Derajat konversi tertinggi
diperoleh 36,83% menggunakan katalis
CuMoO
3
/SiO
dengan rasio Cu : Mo 1 : 1,5
pada W/F 14,55 gr
2
jam/mol dan temperatur
reaksi 500
o
cat
C. Selektivitas metanol tertinggi
diperoleh 11,19 % menggunakan katalis
CuMoO
3
/SiO
dengan rasio Cu : Mo 1 : 3,5
pada W/F 5,82 gr
2
jam/mol dan temperatur
reaksi 400
o
cat
C. Selektivitas formaldehida
tertinggi diperoleh 20,75% menggunakan
katalis CuMoO
3
/SiO
dengan rasio Cu : Mo 1 :
2,5 pada W/F 9,7 gr
2
jam/mol dan
temperatur reaksi 400
C
O(% )
2
Selektifitas CH
22
20
18
16
14
12
10
8
o
cat
400 425 450 475 500
Temperatur (oC)
W/F = 5.82, Mo:Cu 1.5:1 W/ F = 9.7, Mo:Cu 1.5:1 W/F=14.55,Mo:Cu 1.5:1
W/F = 5.82, Mo:Cu 2.5:1 W/F = 9.7, Mo:Cu 2.5:1 W/F=14.55,Mo:Cu 2.5:1
W/F = 5.82, Mo:Cu 3.5:1 W/F = 9.7, Mo:Cu 3.5:1 W/F=14.55,Mo:Cu 3.5:1
Gambar 7. Pengaruh temperatur terhadap selektifitas
formaldehida
pada
berbagai
variasi
Waktu
Tinggal
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
DIKTI yang berkenan mendanai penelitian ini
melalui Penelitian Dosen Muda dan
Universitas Syiah Kuala yang menyediakan
fasilitas laboratorium serta semua pihak yang
telah membantu.
Daftar Pustaka
Brown, M. J., Parkyns N. D. (1991) Progress
in the partial oxidation of methane to
methanol and formaldehyde, Catalysis
Today, 8, 305-335.
Husin, H. (2002) Oksidasi parsial metana
menjadi metanol dan formaldehida, Jurnal
Rekayasa Kimia dan Lingkungan, 1, 32-36
Husin, H. (2001) Diktat kinetika reaksi
homogen, Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Syiah Kuala, Banda
Aceh.
Husin, H., Fitri, R., Marwan (2003) Oksidasi
parsial metana menjadi metanol dan
formaldehida menggunakan katalis
tembaga molibdenum oksida (CuMoO
),
Proceedings National Conference On
3
Husni Husin, dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 6 No. 1
27
Chemical Engineering Sciences And
Applications, Banda Aceh.
Husin, H., Marwan (2004) Studi penggunaan
katalis tembaga molibdenum oksida
berpenyangga silika (CuMoO
3
/SiO
) untuk
oksidasi metana menjadi metanol dan
formaldehida, Jurnal Reaktor, 8, 1-6.
2
Pitchai, R., Klier, K. (1986) Partial oxidation
of methane, Catalysis Review: Science
and Engineering, 28, 13-88.
Piccoli, R. L. (1992) Kinetic study of methanol
selective oxidation to formaldehyde on
iron molybdate catalyst, Research Report,
Laboratorium Voor Petrochemische Tech-
niek, Faculteit Der Toegepaste Wetenschappen,
Universiteit
Ghent.
Stuart H. T., Justin S. J. Graham J., Richard
W. J. (1998) Partial oxidation of methane
to methanol: an approach to catalyst
design, Catalysis Today, 42, 217-224.
Spencer, N. D. (1988) Direct oxidation of
methane, Journal of Catalysis, 109, 187.
Kirk Othmer (1994) Encyclopedia of chemical
technology, Fourth edition, vol. II,
Interscience, New York.
Witt, P. M., Schmidt, L. D. (1996) Effect of
flow rate on the partial oxidation of
methane and ethane, Journal of Catalysis,
163, 465-475.

More Related Content

What's hot

Ketetapan kesetimbangan
Ketetapan kesetimbangan Ketetapan kesetimbangan
Ketetapan kesetimbangan Dede Suhendra
 
52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...
52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...
52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...Indriati Dewi
 
Kesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimiaKesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimiaTillapia
 
Volume molal parsial
Volume molal parsialVolume molal parsial
Volume molal parsialqlp
 
Acara 5 esterifikasi puji nur haji
Acara 5 esterifikasi puji nur hajiAcara 5 esterifikasi puji nur haji
Acara 5 esterifikasi puji nur hajiPuji Nur Haji
 
Laporan kelarutan dua cairan yang saling bercampur sebagian
Laporan kelarutan dua cairan yang saling bercampur sebagianLaporan kelarutan dua cairan yang saling bercampur sebagian
Laporan kelarutan dua cairan yang saling bercampur sebagianRuci Rushiana
 
Contoh Laporan Pembuatan Etil Asetat (mpd)
Contoh Laporan Pembuatan Etil Asetat (mpd)Contoh Laporan Pembuatan Etil Asetat (mpd)
Contoh Laporan Pembuatan Etil Asetat (mpd)fatmawati9625
 
Analilis Melalui Pengendapan
Analilis Melalui PengendapanAnalilis Melalui Pengendapan
Analilis Melalui Pengendapanhengkinugraha
 
Koefisien distribusi
Koefisien distribusiKoefisien distribusi
Koefisien distribusiIhsan Yaacob
 
Pemisahan kation dengan penukar ion
Pemisahan kation dengan penukar ionPemisahan kation dengan penukar ion
Pemisahan kation dengan penukar ionqlp
 
Laporan Praktikum Stoikiometri
Laporan Praktikum StoikiometriLaporan Praktikum Stoikiometri
Laporan Praktikum StoikiometriErnalia Rosita
 
Kinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsiKinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsiqlp
 
laporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokslaporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokswd_amaliah
 
Kesetimbangan kimia (2) PRAKTIKUM
Kesetimbangan kimia (2) PRAKTIKUM Kesetimbangan kimia (2) PRAKTIKUM
Kesetimbangan kimia (2) PRAKTIKUM risyanti ALENTA
 
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimiaLaporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimiawd_amaliah
 
Laporan Kimia - kesetimbangan
Laporan Kimia - kesetimbanganLaporan Kimia - kesetimbangan
Laporan Kimia - kesetimbanganDayana Florencia
 

What's hot (20)

Ketetapan kesetimbangan
Ketetapan kesetimbangan Ketetapan kesetimbangan
Ketetapan kesetimbangan
 
Laporan farfis stabilitas
Laporan farfis stabilitasLaporan farfis stabilitas
Laporan farfis stabilitas
 
52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...
52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...
52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...
 
Kesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimiaKesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimia
 
Volume molal parsial
Volume molal parsialVolume molal parsial
Volume molal parsial
 
05 stabilitas obat
05 stabilitas obat05 stabilitas obat
05 stabilitas obat
 
Acara 5 esterifikasi puji nur haji
Acara 5 esterifikasi puji nur hajiAcara 5 esterifikasi puji nur haji
Acara 5 esterifikasi puji nur haji
 
Redoks
RedoksRedoks
Redoks
 
Laporan kelarutan dua cairan yang saling bercampur sebagian
Laporan kelarutan dua cairan yang saling bercampur sebagianLaporan kelarutan dua cairan yang saling bercampur sebagian
Laporan kelarutan dua cairan yang saling bercampur sebagian
 
Contoh Laporan Pembuatan Etil Asetat (mpd)
Contoh Laporan Pembuatan Etil Asetat (mpd)Contoh Laporan Pembuatan Etil Asetat (mpd)
Contoh Laporan Pembuatan Etil Asetat (mpd)
 
Analilis Melalui Pengendapan
Analilis Melalui PengendapanAnalilis Melalui Pengendapan
Analilis Melalui Pengendapan
 
Koefisien distribusi
Koefisien distribusiKoefisien distribusi
Koefisien distribusi
 
Pemisahan kation dengan penukar ion
Pemisahan kation dengan penukar ionPemisahan kation dengan penukar ion
Pemisahan kation dengan penukar ion
 
Laporan Praktikum Stoikiometri
Laporan Praktikum StoikiometriLaporan Praktikum Stoikiometri
Laporan Praktikum Stoikiometri
 
Kinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsiKinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsi
 
Ion exchange
Ion exchangeIon exchange
Ion exchange
 
laporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokslaporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redoks
 
Kesetimbangan kimia (2) PRAKTIKUM
Kesetimbangan kimia (2) PRAKTIKUM Kesetimbangan kimia (2) PRAKTIKUM
Kesetimbangan kimia (2) PRAKTIKUM
 
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimiaLaporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
 
Laporan Kimia - kesetimbangan
Laporan Kimia - kesetimbanganLaporan Kimia - kesetimbangan
Laporan Kimia - kesetimbangan
 

Similar to KATALIS METANA

1 85-1-pb
1 85-1-pb1 85-1-pb
1 85-1-pbRsnyln
 
Hasil review jurnal klorin
Hasil review jurnal klorinHasil review jurnal klorin
Hasil review jurnal klorinmuhlisun_azim
 
Ppt cu dan nikel fix
Ppt cu dan nikel fixPpt cu dan nikel fix
Ppt cu dan nikel fixIsponi Umayah
 
Open circuit potential (ocp) decay oleh wahyudin
Open circuit potential (ocp) decay oleh wahyudin Open circuit potential (ocp) decay oleh wahyudin
Open circuit potential (ocp) decay oleh wahyudin artyudy
 
Mt lasut 2009-hg-indo-jchem
Mt lasut 2009-hg-indo-jchemMt lasut 2009-hg-indo-jchem
Mt lasut 2009-hg-indo-jchemMarkus T Lasut
 
Pengaruh Kecepatan angin terhadap kenaikan temperatur dan lamanya waktu pada ...
Pengaruh Kecepatan angin terhadap kenaikan temperatur dan lamanya waktu pada ...Pengaruh Kecepatan angin terhadap kenaikan temperatur dan lamanya waktu pada ...
Pengaruh Kecepatan angin terhadap kenaikan temperatur dan lamanya waktu pada ...Janry E. Sianturi
 
Investigasi korosi baja tulangan beton sirip DENGAN PROTEKSI KATODIK ARUS TAN...
Investigasi korosi baja tulangan beton sirip DENGAN PROTEKSI KATODIK ARUS TAN...Investigasi korosi baja tulangan beton sirip DENGAN PROTEKSI KATODIK ARUS TAN...
Investigasi korosi baja tulangan beton sirip DENGAN PROTEKSI KATODIK ARUS TAN...Moch. Syaiful Anwar
 
52816969 depart ace0d8d5df3feb04ef9fb5d3677f5833
52816969 depart ace0d8d5df3feb04ef9fb5d3677f583352816969 depart ace0d8d5df3feb04ef9fb5d3677f5833
52816969 depart ace0d8d5df3feb04ef9fb5d3677f5833Jack Tigabelass
 
Presentasi Proposal Kenari
Presentasi Proposal KenariPresentasi Proposal Kenari
Presentasi Proposal Kenarimegasekeon
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 4 gravimetri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 4 gravimetriITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 4 gravimetri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 4 gravimetriFransiska Puteri
 
Tugas teknik tambang batubara Institut Teknologi Medan
Tugas teknik tambang batubara Institut Teknologi MedanTugas teknik tambang batubara Institut Teknologi Medan
Tugas teknik tambang batubara Institut Teknologi MedanTIffani Agustasia Simorangkir
 
silabus kimia kelas 12 11 dan 10 sma asik
silabus kimia kelas 12 11 dan 10 sma asiksilabus kimia kelas 12 11 dan 10 sma asik
silabus kimia kelas 12 11 dan 10 sma asikNurmayantiChodijah
 
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWITLIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWITriesonetwo
 

Similar to KATALIS METANA (20)

1 85-1-pb
1 85-1-pb1 85-1-pb
1 85-1-pb
 
Hasil review jurnal klorin
Hasil review jurnal klorinHasil review jurnal klorin
Hasil review jurnal klorin
 
Ppt cu dan nikel fix
Ppt cu dan nikel fixPpt cu dan nikel fix
Ppt cu dan nikel fix
 
Open circuit potential (ocp) decay oleh wahyudin
Open circuit potential (ocp) decay oleh wahyudin Open circuit potential (ocp) decay oleh wahyudin
Open circuit potential (ocp) decay oleh wahyudin
 
KSFM 1.ppt
KSFM 1.pptKSFM 1.ppt
KSFM 1.ppt
 
Jenis Reaksi Kimia
Jenis Reaksi KimiaJenis Reaksi Kimia
Jenis Reaksi Kimia
 
Mt lasut 2009-hg-indo-jchem
Mt lasut 2009-hg-indo-jchemMt lasut 2009-hg-indo-jchem
Mt lasut 2009-hg-indo-jchem
 
Ppt Kinetika Kimia kel.4.pptx
Ppt Kinetika Kimia kel.4.pptxPpt Kinetika Kimia kel.4.pptx
Ppt Kinetika Kimia kel.4.pptx
 
Pengaruh Kecepatan angin terhadap kenaikan temperatur dan lamanya waktu pada ...
Pengaruh Kecepatan angin terhadap kenaikan temperatur dan lamanya waktu pada ...Pengaruh Kecepatan angin terhadap kenaikan temperatur dan lamanya waktu pada ...
Pengaruh Kecepatan angin terhadap kenaikan temperatur dan lamanya waktu pada ...
 
Investigasi korosi baja tulangan beton sirip DENGAN PROTEKSI KATODIK ARUS TAN...
Investigasi korosi baja tulangan beton sirip DENGAN PROTEKSI KATODIK ARUS TAN...Investigasi korosi baja tulangan beton sirip DENGAN PROTEKSI KATODIK ARUS TAN...
Investigasi korosi baja tulangan beton sirip DENGAN PROTEKSI KATODIK ARUS TAN...
 
52816969 depart ace0d8d5df3feb04ef9fb5d3677f5833
52816969 depart ace0d8d5df3feb04ef9fb5d3677f583352816969 depart ace0d8d5df3feb04ef9fb5d3677f5833
52816969 depart ace0d8d5df3feb04ef9fb5d3677f5833
 
Presentasi Proposal Kenari
Presentasi Proposal KenariPresentasi Proposal Kenari
Presentasi Proposal Kenari
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 4 gravimetri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 4 gravimetriITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 4 gravimetri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 4 gravimetri
 
Kimia ipa
Kimia ipaKimia ipa
Kimia ipa
 
Kimia ipa
Kimia ipaKimia ipa
Kimia ipa
 
KOPOLIMERISASI CANGKOK LEMBARAN SELULOSA DENGAN TEKNIK IRADIASI Gatot Trim...
KOPOLIMERISASI CANGKOK LEMBARAN SELULOSA  DENGAN TEKNIK IRADIASI   Gatot Trim...KOPOLIMERISASI CANGKOK LEMBARAN SELULOSA  DENGAN TEKNIK IRADIASI   Gatot Trim...
KOPOLIMERISASI CANGKOK LEMBARAN SELULOSA DENGAN TEKNIK IRADIASI Gatot Trim...
 
Tugas teknik tambang batubara Institut Teknologi Medan
Tugas teknik tambang batubara Institut Teknologi MedanTugas teknik tambang batubara Institut Teknologi Medan
Tugas teknik tambang batubara Institut Teknologi Medan
 
silabus kimia kelas 12 11 dan 10 sma asik
silabus kimia kelas 12 11 dan 10 sma asiksilabus kimia kelas 12 11 dan 10 sma asik
silabus kimia kelas 12 11 dan 10 sma asik
 
kakap
kakapkakap
kakap
 
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWITLIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
 

Recently uploaded

PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfwalidumar
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxSaefAhmad
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 

Recently uploaded (20)

PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 

KATALIS METANA

  • 1. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 6, No. 1, hal. 21-27, 2007 Oksidasi Parsial Metana Menjadi Metanol dan Formaldehida Menggunakan Katalis CuMoO 3 /SiO : Pengaruh Rasio Cu:Mo, Temperatur Reaksi dan Waktu Tinggal 2 Husni Husin, Lia Mairiza, Zuhra Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalisis Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syech Abdurrauf No. 7 Darussalam, Banda Aceh - 23111, Indonesia e-mail: husni_husin2002@yahoo.com Abstrak Oksidasi parsial metana menjadi metanol dan formaldehida menggunakan katalis tembaga molybdenum oksida berpenyangga silica (CuMoO 3 /SiO ) telah dilakukan. Preparasi katalis dilakukan dengan metode impregnasi. Hasil identifikasi dengan XRD menunjukkan bahwa komponen katalis terdiri dari senyawa MoO 3 , CuO, dan SiO 2 . Uji kinerja katalis dilangsungkan dalam reactor pipa lurus berunggun tetap, beroperasi pada temperature 400, 425, 450, 475, dan 500 o 2 C, dengan waktu tinggal (W/F) 5,82, 9,7, dan 14,55 gram katalis jam/mol. Produk reaksi dianalisis menggunakan gas kromatografi dengan kolom molsieve 5A dan porapak-Q. konversi metana tertinggi sebesar 36,83% diperoleh saat menggunakan katalis dengan rasio Cu:Mo=1:1,5 pada W/F 14,55 gr cat jam/mol dan temperatur reaksi 500 o C. Selektivitas metanol tertinggi diperoleh 11,19 % menggunakan katalis dengan rasio Cu : Mo 1 : 3,5 pada W/F 5,82 gr cat .jam/mol dan temperatur reaksi 400 o C. Selektivitas formaldehida tertinggi diperoleh 20,75% menggunakan katalis dengan rasio Cu : Mo 1 : 2,5 pada W/F 9,7 gr jam/mol dan temperatur reaksi 400 C. o Keywords: formaldehida, katalis CuMoO 3 /SiO 2 , metanol, oksidasi metana 1. Pendahuluan
  • 2. Peningkatan eksplorasi gas alam perlu diimbangi dengan peningkatan pemanfaatannya, sehingga diperlukan peningkatan produksi komoditi-komoditi turunan petrokimia berbasis gas alam yang lainnya selain LNG. Komoditi cair dari gas alam pada kondisi kamar selain LNG antara lain adalah metanol (CH 3 OH) dan formaldehida (CH O). Salah satu cara untuk produksi metanol dan formaldehida adalah melalui proses oksidasi parsial gas metana dimana kandungan gas metana dalam gas alam adalah sekitar 8090%. Proses konversi metana menjadi metanol dan formaldehida selain dapat sebagai alternatif dari pemanfaatan gas alam juga mampu mengatasi masalah transportasi yang selama ini sering dihadapi dalam usaha pemanfaatan gas alam. Metanol merupakan salah satu bahan kimia industri yang penting Sebagai bahan kimia industri, metanol telah digunakan secara luas untuk produksi berbagai bahan kimia yang lain. Sekitar sepertiga dari produksi metanol digunakan untuk membuat formaldehida dan selebihnya digunakan untuk pembuatan MTBE (Methyl Tertiary Buthyl Eter), asam asetat, pelarut, metaklirat, bahan bakar, dan lain-lain. Sementara itu, formaldehida yang 2 cat ISSN 1412-5064
  • 3. ditemukan oleh Butlerov pada tahun 1859 adalah suatu senyawa yang dapat bereaksi dengan hampir semua senyawa kimia baik organik maupun anorganik. Penggunaan terbesar formaldehida adalah sebagai bahan dasar pembuatan resin-resin formaldehida seperti urea formaldehida, melamin formaldehida, dan fenol formaldehida (Kirk dan Othmer, 1994) Proses oksidasi parsial metana menjadi metanol dan formaldehida telah lama menjadi objek penelitian para peneliti. Umumnya, para peneliti memfokuskan studi bagaimana cara memperoleh konversi dan selektifitas metanol dan formaldehida yang tinggi diantaranya dengan cara memilih katalis yang aktif dan selektif. Berbagai katalis telah dicoba oleh beberapa peneliti untuk mendapatkan konversi dan selektifitas yang tinggi (Brown dan Parkyns, 1991). Karena gas metana mempunyai kestabilan yang kuat, maka sampai saat ini kataliskatalis yang telah diteliti belum memberikan selektivitas
  • 4. dan hasil yang memuaskan untuk diselenggarakan dalam skala komersial. Sifat metanol dan formaldehida yang reaktif menyebabkan pembentukan CO dan CO sebagai hasil oksidasi total sangat mudah berlangsung, sehingga selektifitas terhadap produk yang diinginkan masih sangat rendah 2 Husni Husin, dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 6 No. 1 22 akibat pembentukan CO dan CO yang belum dapat ditekan sampai tingkat yang serendahrendahnya (Husin dkk., 2003). Spencer (1988) melangsungkan reaksi oksidasi metana menggunakan katalis molibdenum oksida berpenyangga silika. Hasil penelitian itu melaporkan bahwa perolehan produk formaldehida sudah mendapatkan hasil yang memuaskan.
  • 5. Sebelumnya Dowden dan Walker (dalam Pitchai dan Klier, 1986) meneliti beberapa katalis oksida multi komponen berdasarkan pada oksida molibdenum (MoO 3 2 ) dan menyimpulkan bahwa jika molibdenum digabungkan dengan oksida lain maka katalis akan menjadi lebih aktif. Husin (2002) melaporkan bahwa senyawa kompleks Fe 2 (MoO 4 ) dapat menghasilkan produk formaldehida yang tinggi. Selanjutnya Husin, dkk. (2003) mencoba menggabungkan senyawa tembaga dengan MoO 3 untuk digunakan pada reaksi oksidasi metana 3 menjadi metanol dan formaldehida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konversi metana, selektifitas metanol dan selektifitas formaldehida yang diperoleh masing-masing adalah sebesar 25,3%, 8,18% dan 39,8%. Sementara itu, Husin dan Marwan (2004) telah mengevaluasi penggunaan katalis CuMoO 3 /SiO untuk oksidasi metana menjadi metanol dan formaldehida. Dari hasil penelitian, diperoleh nilai konversi metana, selektifitas metanol dan selektifitas formaldehida masing-masing adalah 34,1%, 10,9% dan 31,75%. Husin dan Marwan
  • 6. (2004) menyarankan agar dilakukan penelitian variasi waktu tinggal karena waktu tinggal merupakan salah satu parameter yang dapat mempengaruhi kecepatan reaksi. Witt dan Schmidt (1996) telah mempelajari pengaruh laju alir umpan terhadap reaksi oksidasi metana pada katalis rhodium dilapisi monolit. Witt dan Schmidt (1996) menyarankan agar dievaluasi lebih lanjut pengaruh waktu tinggal dari reaksi tersebut karena waktu 2 tinggal sangat berpengaruh pada perolehan konversi reaktan dan selektivitas produk. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
  • 7. pengaruh waktu tinggal pada reaksi oksidasi metana menjadi metanol dan formaldehida serta untuk mendapatkan katalis yang aktif dan selektif. Untuk mencapai tujuan ini, evaluasi kinerja katalis CuMoO 3 /SiO pada berbagai kondisi operasi serta mengetahui karakterisasi komponen katalis CuMoO akan dilakukan. 2 3 /SiO 2 2. Metodologi 2.1 Pembuatan Katalis Pembuatan katalis dilakukan dengan cara impregnasi. Bahan-bahan yang digunakan adalah Cu(NO 3 ) 2 .3H 2 O, (NH 4 ) 6 Mo 7 O O, dan penyangga SiO 2 24 . Logam yang akan dipadukan adalah Cu dan Mo dengan perbandingan 1 : 1,5, 1 : 2,5, dan 1: 3,5. Garam Cu(NO 3 ) 2 .3H 2 O, (NH 4 ) 6 Mo 7 O O dan SiO 2 .4H 24
  • 8. masing-masing ditimbang dengan perbandingan berat tersebut di atas, dilarutkan dalam suatu gelas kimia dengan aquades. Kemudian diaduk selama 1 jam. Selanjutnya campuran diimpregnasi ke penyangga SiO dengan cara diaduk selama 4 jam menggunakan pengaduk magnetik pada temperatur ruang. Impregnasi adalah mendepositkan larutan garam pada padatan. 2 Kemudian, campuran tersebut dituang ke dalam cawan porselin dan selanjutnya dikeringkan di dalam oven pada temperatur 110 o C selama 4 jam. Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air dan mengkristalisasi garam pada permukaan poripori. Hasil pengeringan dikalsinasi dalam reaktor pada temperatur 400 o C selama 4 jam dengan dialirkan udara. Kalsinasi adalah pemanasan melebihi pengeringan. Kalsinasi bertujuan untuk mengubah garam yang telah terkristalisasi menjadi suatu oksida atau logam atau menjadi suatu bentuk kristal yang lebih stabil. Katalis hasil kalsinasi sebagian diidentifikasi dengan x-ray difraktometer (XRD) dan sebagian dievaluasi kinerjanya terhadap reaksi oksidasi metana. Diagram proses pembuatan katalis di tunjukan pada Gambar 1. 2.2 Karakterisasi Katalis Karakterisasi katalis dilakukan dengan XRD untuk mengidentifikasi fasa kristal dari sampel. Grafik XRD yang akan diperoleh untuk nilai 2  dari 10 sampai 60 o dengan ukuran scanning step 0,02 o . Grafik XRD sampel dapat dibaca dengan membandingkan nilai d dari masing-masing peak difraktogram sampel dengan nilai d difraktogram senyawa standar. 2.3 Reaksi Uji Kinerja Katalis Keberhasilan proses pembuatan katalis dapat
  • 9. dilihat dari hasil uji kinerja katalis. Reaksi oksidasi metana sebagai reaksi uji kinerja katalis dilangsungkan dalam reaktor pipa lurus aliran kontinyu (plug flow reactor). Katalis dipasang dalam reaktor berunggun .4H 2 2 Lar. Cu Husni Husin, dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 6 No. 1 23 tetap (fixed bed) pada temperatur, tekanan, dan laju alir yang dijaga konstan. Umpan gas metana dan udara dialirkan dengan laju 25 ml/menit dengan perbandingan metana:oksigen:nitrogen yaitu 84:6:10 yang diukur dengan bubble soap flow meter. Reaksi berlangsung pada temperatur 400, 425, 450, 475, 500 o C dan tekanan atmosfir. Dilakukan pengecekan terhadap kemungkinan adanya kebocoran. Untuk mencapai temperatur operasi tersebut rangkaian alat dilengkapi furnace yang dihubungkan dengan pengendali temperatur untuk menjaga agar suhu reaksi konstan. Produk yang dihasilkan selanjutnya didinginkan menggunakan kondensor dan produk yang dihasilkan berupa gas. Produk gas yang terbentuk dialirkan melalui bubble soap flowmeter sehingga laju alirnya dapat diukur. Skema rangkaian alat dapat dilihat pada Gambar 2. impregnasi katalis CuMoO Lar. Mo 2.4 Analisis Produk Hasil keluaran reaktor dianalisis dengan menggunakan Gas Chromatograph GC-8A buatan Shimadzu untuk mendeteksi dan menentukan jumlah fraksi mol produk. Analisis ini menggunakan detektor jenis TCD (Thermal Conductivity Detector) dengan kolom Porapak Q dan mole sieve 5A. Luas puncak dihitung dengan alat chromatopac CR6B. Analisis produk dilakukan pada temperatur
  • 10. kolom 80 o C dan temperatur injektor 110 o C. SiO 2 PENGERINGAN .... OVEN Gambar 1. Skema proses pembuatan katalis KALSINASI Katalis aktif 2.5 Penentuan Konversi dan Selektivitas Nilai konversi (X) adalah perbandingan antara jumlah mol produk secara total terhadap jumlah mol reaktan persatuan waktu. Sedangkan nilai selektivitas (S) adalah perbandingan jumlah mol produk satu komponen terhadap jumlah mol produk total persatuan waktu. Nilai konversi dan selektivitas ditentukan masing-masing dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut: a. Penentuan konversi metana (X ): % x ,inCH n ,outCH n 4 44 CH X 100 4 ,inCH n CH4  (1) b. Penentuan selektivitas komponen-i (S produk-i ): , %100 44 ioduk S Pr n outiproduk n 
  • 11. (2) inCH UJI KARAKTERISTIK (XRD) n x outCH 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Hasil Analisis XRD Hasil karakterisasi katalis menggunakan XRD ditampilkan pada Gambar 3 dan 4. Dari Gambar 3 sampai 4 terlihat bahwa komponen katalis terdiri dari MoO 3 UJI KINERJA , CuO, dan SiO . Tiga Puncak utama karakteristik MoO terletak pada 2θ 25,97; 27,4; dan 33,18 derajat. Tiga puncak utama karakteristik CuO terdapat pada 2θ 17,2; 26,71; dan 30,21 derajat. Sedangkan tiga puncak utama 3 2 Husni Husin, dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 6 No. 1 24 karakteristik SiO terletak pada 2θ 22,5; 29,2; dan 55,32 derajat. Gambar 3 dan 4 adalah difraktogram XRD katalis CuMoO 3 2 /SiO dengan perbandingan Cu:Mo = 1:2,5 dan 1:3,5. Sedangkan puncak-puncak karakteristik Cu 2 2 O dan SiO terlihat intensitasnya hampir stabil. Membandingkan kedua difraktogram katalis yang memiliki rasio Cu:Mo = 1:2,5 dengan 1:3,5 dapat disimpulkan bahwa puncak MoO memiliki intensitas yang lebih tinggi. 16 0 0 0 14 0 0 0 12 0 0 0 10 0 0 0 8000 6000 4000 2000 0
  • 12. m m m m CuMoO3 1:2,5 c c m c c 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 2 Theta (degree) Gambar 3. Difraktogram CuMoO 3 /SiO , rasio Cu:Mo 1:2,5 Intensitas SiO 2 2 m = MoO3 c = Cu2O m c c cenderung menurun pada katalis dengan kandungan Mo yang lebih besar. Dari ketiga difraktogram tersebut menunjukkan bahwa perbuatan katalis telah berhasil dengan baik karena komponenkomponen katalis yang diinginkan telah terbentuk yaitu: MoO 3 , Cu 2 O, dan SiO . flowmeter buble soap nitrogen oxigen metana Gas mixer 2 Vent detektor 2 3 reaktor katalis Produk cair produk gas Gambar 2. Skema sistem reaktor reaksi oksidasi metana H2O absorber preheater 3.2 Uji Kinerja Katalis Kinerja katalis secara kuantitatif ditinjau dari aktivitas katalis. Aktivitas dinyatakan oleh konversi dan selektivitas.
  • 13. 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 m m CuMoO3 1:3,5 m m c m m m m m c c cc c 10 15 20 25 30 35 40 45 50 5560 65 70 2 Theta (degree) Gambar 4. Difraktogram CuMoO termokopel kondenser 3 /SiO , rasio Cu:Mo 1:3,5 2 m = MoO3 c = Cu2O c a. Konversi Grafik pengaruh W/F dan temperatur reaksi terhadap konversi metana ditampilkan pada Gambar 5. Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa peningkatan waktu tinggal dan temperatur reaksi menyebabkan naiknya konversi metana. Konversi metana saat menggunakan katalis dengan W/F 5,82 gr jam/mol, rasio Mo:Cu 1,5:1 dan temperatur reaksi 450 cat sumber arus pengontrol temperatur o C adalah 31,33%. Konversi metana meningkat menjadi 33,08% pada W/F 9,7 gr jam/mol, selanjutnya akan meningkat lagi menjadi 35,95% pada W/F 14,55 gr cat cat jam/mol. Husni Husin, dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 6 No. 1 25 Peningkatan konversi juga terjadi pada rasio katalis Mo:Cu 2,5:1 dan temperatur reaksi 450 o C. Pada harga W/F 5,82 gr jam/mol
  • 14. konversi metana yang diperoleh adalah 31,59%. Konversi metana pada W/F 9,7 gr cat jam/mol meningkat menjadi 33,74% dan selanjutnya konversi metana pada W/F 14,55 gr jam/mol meningkat kembali menjadi 34,20%. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa semakin meningkatnya harga W/F maka akan menghasilkan konversi reaksi yang semakin besar. Peningkatan konversi reaksi ini disebabkan karena makin besar W/F maka jumlah katalis yang digunakan juga semakin banyak. Dengan demikian reaktan akan lebih sempurna teradsorbsi pada permukaan katalis sehingga menyebabkan orientasi tumbukan molekulmolekul reaktan dapat lebih tepat (Husin, 2001). Fenomena ini juga sesuai dengan yang dilaporkan oleh Piccoli (1992) bahwa cat peningkatan W/F akan menyebabkan meningkatnya konversi reaksi. Konversi (%) 38 36 34 32 30 28 400 425 450 475 500 Temperatur (oC) W/F= 5.82, M o:Cu 1,5:1 W/F = 9.7, M o:Cu 1,5:1 W/F =14.55,Mo:Cu 1,5:1 W/F = 5.82, Mo:Cu 2.5:1 W/F = 9.7, M o:Cu 2.5:1 W/F=14.55,Mo:Cu 2.5:1 W/F = 5.82, Mo:Cu 3.5:1 W/F = 9.7, M o:Cu 3.5:1 W/F=14.55,Mo:Cu 3.5:1 Gambar 5. Pengaruh temperatur terhadap konversi metana pada berbagai variasi waktu tinggal Kenaikan temperatur reaksi juga menyebabkan konversi metana semakin meningkat. Konversi metana menggunakan katalis CuMoO 3 /SiO dengan rasio Mo:Cu 1,5:1 dan W/F 14,55 gr 2 jam/mol pada suhu 400 o C, 425 o C, 450 o
  • 15. cat C, 475 o C, dan 500 C berturut-turut adalah 34,04%, 35,78%, 35.95%, 36.61%, dan 36.83%. Temperatur yang lebih tinggi akan menghasilkan energi yang lebih besar sehingga dapat mempercepat reaksi. Kenaikan konversi ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Arrhenius yang menyatakan bahwa semakin tinggi temperatur maka laju reaksi juga semakin tinggi (Fogler, 1992 dalam Husin, 2004). Akan tetapi, pada katalis dengan rasio Mo:Cu 2,5:1 dan W/F 9,7 gr jam/mol terjadi sedikit penyimpangan yaitu pada temperatur reaksi 475 o C dan 500 cat o cat o C tampak konversi metana turun dari 33,74% menjadi 33,29% dan 32,84%. Hal ini kemungkinan disebabkan karena sifat fisik dan kimia katalis tersebut belum stabil sehingga pada suhu 475 o C katalis mulai terdeaktivasi (penurunan aktivitas). Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa konversi metana tertinggi diperoleh sebesar 36,83% pada W/F 14,55 gr jam/mol dan rasio katalis Mo:Cu 1,5:1 serta temperatur reaksi 500 cat o C. b. Selektifitas Gambar 6 sampai dengan 7 merupakan hubungan antara temperatur terhadap selektifitas metanol dan formaldehida pada berbagai variasi waktu tinggal. Dari Gambar 6 tampak bahwa kenaikan waktu tinggal dan temperatur reaksi menyebabkan penurunan selektifitas metanol. Selektifitas metanol lebih rendah pada waktu tinggal dan temperatur yang tinggi. Selektifitas metanol pada katalis dengan rasio Mo:Cu 1,5:1 dan temperatur reaksi 450 o C pada W/F 5,82 gr jam/mol adalah 9,53% dan pada W/F 9,7 gr
  • 16. jam/mol menurun menjadi 8,67%, serta pada W/F 14,55 gr cat jam/mol selektifitasnya semakin rendah menjadi 8,53%. Selektifitas formaldehida menunjukkan kecenderungan yang sama dengan metanol. Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa semakin tinggi waktu tinggal dan temperatur reaksi menyebabkan penurunan selektifitas formaldehida. Selektifitas formaldehida pada katalis dengan rasio Mo:Cu 1,5:1, temperatur reaksi 450 o cat C, dan W/F 5,82 gr jam/mol adalah 15,74% dan pada W/F 9,7 gr cat jam/mol menjadi 12,46%, serta pada W/F 14,55 gr jam/mol selektifitas formaldehida semakin rendah menjadi 11,94%. Fenomena ini kemungkinan disebabkan karena terjadi reaksi lanjut dari metanol dan formaldehida membentuk CO dan CO cat . Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Husin dan 2 Marwan (2004) bahwa kenaikan temperatur reaksi dapat menyebabkan terjadinya oksidasi total dari metanol dan formaldehida membentuk CO dan CO sehingga menurunkan selektifitas metanol dan formaldehida. Kecenderungan yang sama juga pernah dilaporkan oleh Piccoli (1992), ketika menguji katalis besi molibdat untuk reaksi oksidasi metanol menjadi formaldehida yang menyimpulkan bahwa peningkatanW/F menyebabkan penurunan selektifitas. 2 Penurunan selektifitas ini dikarenakan semakin besar W/F kemungkinan metanol dan formaldehida teradsorpsi kuat pada katalis sehingga terjadi oksidasi lanjut membentuk produk samping. cat cat Husni Husin, dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 6 No. 1 26 Membandingkan hasil selektifitas yang diperoleh untuk katalis berbagai rasio dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi waktu tinggal dan temperatur reaksi maka menyebabkan selektifitas methanol yang dihasilkan semakin rendah. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa selektifitas metanol tertinggi diperoleh sebesar 11,19%.
  • 17. OH (% ) 3 Selektifitas CH 16 14 12 10 8 6 400 425 450 475 500 Temperatur (oC) W/F = 5.82, Mo:Cu 1.5:1 W/F = 9.7, M o:Cu 1.5:1 W/ F = 14 . 5 5 , M o : C u 1. 5 : 1 W/F = 5.82, Mo:Cu 2.5:1 W/F = 9.7, M o:Cu 2.5:1 W/F=14.55,Mo:Cu 2.5:1 W/F = 5.82, Mo:Cu 3.5:1 W/F = 9.7, M o:Cu 3.5:1 W/F=14.55,Mo:Cu 3.5:1 Gambar 6. Pengaruh temperatur terhadap selektifitas metanol pada berbagai variasi waktu tinggal Sebagaimana terlihat pada Gambar 7, selektifitas formaldehida tertinggi diperoleh sebesar 20,75% pada W/F 9,7 gr jam/mol, temperatur reaksi 400 o cat C dan menggunakan katalis dengan rasio Mo:Cu 3,5:1. Hasil yang diperoleh ini sedikit berbeda dengan yang dilaporkan oleh Husin dan Marwan (2004) yang memperoleh selektifitas metanol tertinggi 10,9% dan selektifitas formaldehida 31,75%. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pengaruh W/F yang berbeda. Selain itu, sifat fisik dan kimia katalis juga belum sama. Akan tetapi, nilai selektifitas formaldehida yang diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi dari yang dilaporkan oleh Husin (2002) yang hanya sebesar 15% dengan menggunakan katalis Fe/Mo/O untuk oksidasi metana menjadi metanol dan formaldehida. 4. Kesimpulan Komponen katalis CuMoO 3 /SiO terdiri dari kristal: MoO 3 , CuO dan SiO 2 2 . Kenaikan waktu tinggal reaksi menyebabkan naiknya konversi metana, tetapi akan menurunkan selektifitas metanol dan formaldehida. Selain itu, kenaikan temperatur reaksi menyebabkan meningkatnya konversi metana tetapi juga menurunkan selektifitas metanol dan
  • 18. formaldehida. Derajat konversi tertinggi diperoleh 36,83% menggunakan katalis CuMoO 3 /SiO dengan rasio Cu : Mo 1 : 1,5 pada W/F 14,55 gr 2 jam/mol dan temperatur reaksi 500 o cat C. Selektivitas metanol tertinggi diperoleh 11,19 % menggunakan katalis CuMoO 3 /SiO dengan rasio Cu : Mo 1 : 3,5 pada W/F 5,82 gr 2 jam/mol dan temperatur reaksi 400 o cat C. Selektivitas formaldehida tertinggi diperoleh 20,75% menggunakan katalis CuMoO 3 /SiO dengan rasio Cu : Mo 1 : 2,5 pada W/F 9,7 gr 2 jam/mol dan temperatur reaksi 400 C O(% ) 2 Selektifitas CH 22 20 18 16 14 12 10 8 o cat 400 425 450 475 500 Temperatur (oC) W/F = 5.82, Mo:Cu 1.5:1 W/ F = 9.7, Mo:Cu 1.5:1 W/F=14.55,Mo:Cu 1.5:1 W/F = 5.82, Mo:Cu 2.5:1 W/F = 9.7, Mo:Cu 2.5:1 W/F=14.55,Mo:Cu 2.5:1 W/F = 5.82, Mo:Cu 3.5:1 W/F = 9.7, Mo:Cu 3.5:1 W/F=14.55,Mo:Cu 3.5:1 Gambar 7. Pengaruh temperatur terhadap selektifitas formaldehida pada berbagai variasi Waktu Tinggal Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada DIKTI yang berkenan mendanai penelitian ini melalui Penelitian Dosen Muda dan
  • 19. Universitas Syiah Kuala yang menyediakan fasilitas laboratorium serta semua pihak yang telah membantu. Daftar Pustaka Brown, M. J., Parkyns N. D. (1991) Progress in the partial oxidation of methane to methanol and formaldehyde, Catalysis Today, 8, 305-335. Husin, H. (2002) Oksidasi parsial metana menjadi metanol dan formaldehida, Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, 1, 32-36 Husin, H. (2001) Diktat kinetika reaksi homogen, Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Husin, H., Fitri, R., Marwan (2003) Oksidasi parsial metana menjadi metanol dan formaldehida menggunakan katalis tembaga molibdenum oksida (CuMoO ), Proceedings National Conference On 3 Husni Husin, dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 6 No. 1 27 Chemical Engineering Sciences And Applications, Banda Aceh. Husin, H., Marwan (2004) Studi penggunaan katalis tembaga molibdenum oksida berpenyangga silika (CuMoO 3 /SiO ) untuk oksidasi metana menjadi metanol dan formaldehida, Jurnal Reaktor, 8, 1-6. 2 Pitchai, R., Klier, K. (1986) Partial oxidation of methane, Catalysis Review: Science and Engineering, 28, 13-88. Piccoli, R. L. (1992) Kinetic study of methanol selective oxidation to formaldehyde on iron molybdate catalyst, Research Report, Laboratorium Voor Petrochemische Tech- niek, Faculteit Der Toegepaste Wetenschappen, Universiteit Ghent. Stuart H. T., Justin S. J. Graham J., Richard W. J. (1998) Partial oxidation of methane to methanol: an approach to catalyst design, Catalysis Today, 42, 217-224. Spencer, N. D. (1988) Direct oxidation of methane, Journal of Catalysis, 109, 187.
  • 20. Kirk Othmer (1994) Encyclopedia of chemical technology, Fourth edition, vol. II, Interscience, New York. Witt, P. M., Schmidt, L. D. (1996) Effect of flow rate on the partial oxidation of methane and ethane, Journal of Catalysis, 163, 465-475.