SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
PERAN FILSAFAT ILMU DALAM
             PENGEMBANGAN METODE PENDIDIKAN


   A. Abstrak
       Filsafat ilmu menjelaskan tentang duduk perkara ilmu atau science itu, apa
yang menjadi landasan asumsinya, bagaimana logikanya (doktrin netralistik etik),
apa hasil-hasil empirik yang dicapainya, serta batas-batas kemampuannya.
Metodologi    penelitian   menjelaskan   tentang   upaya    pengembangan      ilmu
berdasarkan tradisi-tradisinya, yang terdiri dari dua bagian, yaitu deduktif maupun
induktif. Demikian pula tentang hasil-hasil yang dicapai, yang disebut
pengetahuan atau knowledge, baik yang bersifat deskriptif (kualitatif dan
kuantitatif) maupun yang bersifat hubungan (proporsi tingkat rendah, proporsi
tingkat tinggi, dan hukum-hukum).
       Filsafat ilmu maupun metodologi penelitian bersifat mengisi dan
memperluas cakrawala kognitif tentang apa yang disebut ilmu, yang diharapkan
akan menimbulkan pengertian untuk berdisiplin dalam berkarya ilmiah, sekaligus
meningkatkan motivasi sebagai ilmuwan untuk melaksanakan tugas secara
sungguh-sungguh.


   B. Pendahuluan
       Upaya manusia manusia untuk mengetahui tentang Tuhan, alam semesta,
lingkungan (baik alamiah maupun sosial), dan dirinya (baik fisik maupun
perilakunya) dilakukan melalui kegiatan berfikir, baik secara deduktif maupun
induktif. Sudah menjadi kodrat manusia ingin mengetahui segala-galanya. Oleh
karena itu manusia selalu bertanya untuk mendapatkan jawabannya. Mengetahui
merupakan kenikmatan atau kebahagiaan. Karena manusia bisa mengetahui
(dalam arti kata yang lebih dalam: memahami, mengerti, menghayati), maka
derajat manusia lebih tinggi daripada binatang, bahkan lebih tinggi daripada
malaikat.
       Apa yang dipelajari sejauh ini adalah „‟ilmu-ilmu barat‟‟, yaitu ilmu yang
lahir dan berkembang di dunia barat, yang akar-akarnya digali dari filsafat Yunani
kuno. Tidak ada salahnya melanjutkan tradisi itu, namun bila hanya itu saja dan
begitu saja, maka belum konsekuen terhadap Pancasila. Begitu mengakui
Pancasila sebagai Dasar Negara dan sebagai pandangan hidup bangsa (Ways of
Life), maka quest for knowledge harus “diturunkan” dari Pancasila yang
menyatakan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertamanya. Maka dari satu
kekhususan dibandingkan dengan ilmu-ilmu barat itu, niscaya akan membawa
pada kebenaran yang lebih benar daripada yang telah diraih oleh ilmu-ilmu barat
itu. Kekhususan itu adalah bahwa the quest for knowledge tak lain merupakan
upaya untuk menemukan dan mengerti ilmu Tuhan, yang sangat luas dan dalam,
yang tidak akan habis-habisnya ditulis dengan tinta sebanyak tujuh samudera.
         Ilmu itu telah ada, telah diciptakan oleh Tuhan, dan berjalan dengan
ketetapan-ketetapan yang abadi (sunatullah), yang tunduk pada penciptaNya tanpa
membangkang sedikitpun. Bila diperbolehkan meminjam Istilah Kant, dikatakan
bahwa ilmu itu a priori. Tuhan telah memberikan kemampuan kepada manusia
untuk menemukan, mengerti dan menghayati ilmu, suatu kemampuan yang tidak
diberikanNya kepada ciptaanNya yang lain. Al Qur‟an mengisahkan ketika
diadakan “kompetisi” di antara para malaikat dan Adam, hanya Adam yang
sanggup menyebutkan nama berbagai hal (menjelaskan sifat dari hal-hal tersebut),
sementara malaikat tidak sanggup. Kemampuan untuk mengetahui inilah yang
menjadikan manusia terunggul dan termulia di antara ciptaan Tuhan, sehingga
manusia mendapat tugas dan kedudukan untuk menegakkan “kekhilafahan di atas
bumi”.
         Upaya   quest   for   knowledge   itu   manusia   menggunakan    segala
kemampuannya, yaitu akal budinya. Bila ilmu barat hanya menyandarkan pada
akal atau rasio saja dan kurang menempatkan budi dan rasa, sedangkan ilmu-ilmu
timur menekankan pada budi atau rasa dan sedikit atau tidak menggunakan rasio,
maka Pancasila menghendaki untuk menggunakan rasio dan rasa secara seimbang
pada “tempat” dan “takaran” yng benar. Dalam hal ini doktrin netralistik etik
(Weber) mampu diterapkan pada tempatnya yang benar, dengan takaran yang
tepat. Rasio dan rasa merupakan kemampuan yang dilimpahkan oleh Tuhan
kepada manusia, yang kedua-duanya mempunyai kemampuan dan keunggulan
masing-masing untuk digunakan pada tempat masing-masing dan tidak boleh
dicampur-adukkan.
Kemampuan rasio terletak pada kemampuan membedakan dan atau
menggolongkan,     menyatakan    secara   kuantitatif   maupun   kualitatif,   dan
menyatakan hubungan-hubungan dan mereduksi hubungan-hubungan. Semua
kemampuan itu berdasarkan ketentuan atau patokan yang sangat terperinci. Rasio
tidak berdusta. Dalam keadaan murni di menyatakan secara tegas “ya” atau
“tidak”. Kemampuan rasa menurut Soetriono dan SRDm Rita Hanafie (2007:100)
terletak pada kreativitas, yang merupakan kegaiban, karena itu langsung
berhubungan dengan Tuhan.
        Kreativitas inilah yang merupakan pemula di segala bidang, nalar, ilmu,
etika, dan estetika. Sebagai pemula, kemampuan ini disebut intuisi. Etika (love)
dan estetika (beauty) seluruhnya terletak pada rasa sehingga tiadanya rasa tak
mungkin ada etika maupun estetika. Rasa tidak mempunyai patokan. Rasa adalah
media kontak antara manusia dengan yang Ilahi yang juga menjadikan manusia
berderajat lebih tinggi dari malaikat, sedangkan rasa yang tidak terjaga dari
godaan setan (setan tidak bisa tergoda rasio) menjadikan manusia jatuh
martabatnya.
        Manusia, dengan bersenjatakan pengetahuannya, dapat memilih, untuk
menjalani roda kehidupan yang diridloi Allah dan tetap pada kemuliannya, atau
untuk menyimpang dari jalan itu dan terbenam ke dalam kenistaan yang lebih
rendah dari binatang sekalipun. Dalam hal ini guidance bagi manusia adalah
moral (yang bersemayam di dalam rasa). Rasio menghasilkan ilmu dan ilmu
menemukan atau mengungkapkan sunatullah, yang lebih kita kenal dengan istilah
“hukum-hukum nomologis”, bersifat kekal abadi dan “netral” yasng menghasilkan
etika atau moral, dengan hukum-hukumnya yang disebut hukum-hukum normatif
dan bersifat “imperatif”. Sehubungan dengan tidak adanya patokan, manusia
sangat mungkin sesat dalam menghasilkan hukum-hukum normatif yang imperatif
itu. Karena itu Tuhan menurunkan petunjuk bagi manusia berupa wahyu yang
disampaikan kepada para nabi, yang kemudian dicatat dan dikumpulkan dalam
kitab suci.
        Rasio, dengan patokan-patokannya yang sangat terperinci, mampu
menjaga diri untuk tidak terkena godaan setan. Rasa yang tidak berpatokan itu
dijaga dengan petunjuk Tuhan, dan dengan kebesaran Tuhan. Setan diijinkanNya
untuk menggoda manusia agar manusia lengah dan menyimpang dari petunjuk itu
sehingga terjerumuslah manusia ke dalam lembah kenistaan dalam usahanya
mencapai kebahagiaan dan kemuliaan, baik di dunia maupun di akhirat. Karena
itu, di dalam upaya quest for knowledge setiap hari, pertama-tama harus kuat
memahami ilmu maupun humanitas, dan kedua: dalam mencapai “kebenaran”,
tidak cukup dengan verifikasi seperti dalam ilmu barat, akan tetapi verifikasi yang
dibarengi dengan validasi. Adapun landasan validasi tak lain firman Allah Swt.


   C. Pembahasan
       Peran Filsafat Ilmu
       Filsafat Ilmu menurut Beerling (1988:1-4) adalah penyelidikan tentang
ciri-ciri mengenai pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperoleh
pengetahuan. Filsafat ilmua erat kaitannya dengan filsafat pengetahuan atau
epistemologi, yang secara umum menyelidiki syarat-syarat serta bentuk-bentuk
pengalaman manusia, juga mengenai logika dan metodologi.
       Untuk menetapkan dasar pemahaman tentang filsafat ilmu maka Cony (M.
Zainuddin 2006:21-22) menjelaskan empat titik pandang dalam filsafat ilmu:
       (1) Filsafat ilmu adalah perumusan world view yang konsisten dengan
             teori-teori ilmiah yang penting. Menurut pandangan ini, adalah
             merupakan tugas filsuf ilmu untuk mengelaborasi implikasi yang
             lebih luas dari ilmu;
       (2) Filsafat ilmu adalah eksposisi dari presupposition dan pre-disposition
             dari para ilmuwan;
       (3) Filsafat ilmu adalah suatu disiplin ilmu yang di dalamnya terdapat
             konsep dan teori tentang ilmu yang dianalisis dan diklasifikasikan;
       (4) Filsafat ilmu merupakan suatu patokan tingkat kedua, filsafat ilmu
             menuntut jawaban terhadap pertanyaan sebagai berikut: (a)
             karakteristik apa yang membedakan penyelidikan ilmiah dari tipe
             penyelidikan lain; (b) kondisi yang bagaimana yang patut dituruti
             oleh para ilmuwan dalam penyelidikan alam; (c) kondisi yang
             bagaimana yang harus dicapai bagi suatu penjelasan ilmiah agar
menjadi benar; (d) status kognitif yang bagaimana dari prinsip dan
             hukum ilmiah.
       Pada masa renaissance dan aufklarung ilmu telah memperoleh
kemandiriannya. Sejak itu pula manusia merasa bebas, tidak terikat dengan dogma
agama, tradisi maupun sistem sosial. Pada masa ini perombakan secara
fundamental di dalam sikap pandang tentang apa hakikat ilmu dan bagaimana cara
perolehannya telah terjadi. Ilmu yang kini telah mengelaborasi ruang lingkupnya
yang menyentuh sendi kehidupan umat manusia yang paling dasariah, baik
individual maupun sosial memiliki dampak yang amat besar, setidaknya menurut
Koento (1988:5) ada tiga hal. Pertama, ilmu yang satu sangat terkait dengan yang
lain, sehingga sulit ditarik batas antara ilmu dasar dan ilmu terapan, antara teori
dan praktik. Kedua, semakin kaburnya garis batas tadi sehingga timbul
permasalahan sejauhmana seorang ilmuwan terlibat dengan etika dan moral.
Ketiga dengan adanya implikasi yang begitu luas terhadap kehidupan umat
manusia, timbul pula permasalahan akan makna ilmu itu sendiri sebagai sesuatu
yang membawa kemajuan atau malah sebaliknya.
       Filsafat ilmu pengetahuan (theory of knowledge) di mana logika, bahasa,
matematika termasuk menjadi bagiannya lahir pada abad ke-18. Dalam filsafat
ilmu pengetahuan diselidiki apa yang menjadi sumber pengetahuan, seperti
pengalaman (indera), akal (verstand), budi (vernunft) dan intuisi. Diselidiki pula
arti evidensi serta syarat-syarat untuk mencapai pengetahuan ilmiah, batas
validitasnya dalam menjangkau apa yang disebut sebagai kenyataan atau
kebenaran itu. Dari sini lantas muncul teori empirisme (John Lock), rasionalisme
(Rene Descartes), Kritisisme (Immanuel Kant). Positivisme (Auguste Comte),
Fenomenologi (Husserl), Kontruktivisme (Feyeraband) dan seterusnya. Sejalan
dengan itu, masing-masing aliran ini atau disebut juga school of thought, memiliki
metodenya sendiri, sehingga metodologi menjadi bagian yang sangat menarik
perhatian.
       Filsafat ilmu menurut Roento Wibisono (1988:6) sebagai kelanjutan dari
perkembangan filsafat pengetahuan, adalah juga merupakan cabang filsafat. Ilmu
yang objek sasarannya adalah ilmu, atau secara populer disebut dengan ilmu
tentang ilmu. Dalam perkembangan selanjutnya pada tahap sekarang ini filsafat
ilmu juga mengarahkan pandangannya pada strategi pengembangan ilmu, yang
menyangkut juga etik dan heuristic, bahkan sampai pada dimensi kebudayaan
untuk menangkap arti dan makna bagi kehidupan umat manusia.
        Tiap-tiap pengetahuan memiliki tiga komponen yang merupakan tiang
penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya. Komponen tersebut adalah
ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ontologi menjelaskan mengenai pertanyaan
apa, epistemologi menjelaskan pertanyaan bagaimana dan aksiologi menjelaskan
pertanyaan untuk apa. Ontologi merupakan salah satu di antara lapangan-lapangan
penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Sejak dini pikiran barat sudah
menunjukkan munculnya perenungan ontologisme, sebagaiamana Thales ketika ia
merenungkan dan mencari apa sesungguhnya hakikat “yang ada” (being) itu, yang
pada akhirnya ia berkesimpulan, bahwa asal usul dari segala sesuatu (yang ada)
itu adalah air.
        Ontologi menurut Jujun (1986:2) merupakan azas dalam menetapkan batas
ruang lingkup wujud yang menjadi objek penelaahan serta penafsiran tentang
hakikat realitas (metafisika). Ontologi meliputi permasalahan apa hakikat ilmu itu,
apa hakekat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan itu, yang
tidak terlepas dari pandangan tentang apa dan bagaimana yang ada (being) itu.
Paham idealism atau spiritualisme, materialism, pluralism dan seterusnya
merupakan paham ontologism yang akan menentukan pendapat dan bahkan
keyakinan kita masing-masing tentang apa dan bagaimana kebenaran dan
kenyataan yang hendak dicapai oleh ilmu itu.
        Aliran monoisme, berpendapat bahwa yang ada itu hanya satu. Bagi yang
berpendapat bahwa yang ada itu serba spirit, ideal, serba roh, maka
dikelompokkkan dalam aliran monoisme-idealisme. Plato adalah tokoh filsuf yang
bisa dikelompokkan dalam aliran ini, karena ia menyatakan bahwa alam ide
merupakan kenyataan yang sebenarnya. Aliran dualism, menggabungkan antara
idealism dan materialism dengan mengatakan bahwa alam wujud ini terdiri dari
dua hakikat sebagai sumber, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani. Descartes
bisa digolongkan dalam aliran ini. Aliran pluralism, manusia adalah makhluk
yang tidak hanya terdiri dari jasmani dan rohani, tetapi juga tersusun dari api,
tanah dan udara yang merupakan unsur substansial dari segala wujud. Aliran
agnotisime mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat materi
maupun hakikat rohani. Mereka juga menolak suatu kenyataan yang mutlak yang
bersifat transenden.
       Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal muasal,
metode-metode dan sahnya ilmu pengetahuan. Menurut Harold Titus et.l.,
(1984:187-188) terdapat tiga persoalan pokok dalam bidang epistemologi antara
lain: (1) apakah sumber pengetahuan itu? Dari manakah datangnya pengetahuan
yang benar itu? Dan bagaimana cara mengetahuinya?; (2) Apakah sifat dasar
pengetahuan itu? Apa ada dunia yang benar-benar di luar pikiran kita? Dan kalau
ada, apakah kita bisa mengetahuinya?; (3) apakah pengetahuan itu benar (valid)?
Bagaimana kita dapat membedakan yang benar dan yang salah?.
       Secara umum pertanyaan epistemologi menyangkut dua macam, yakni
epistemologi kefilsafatan yang erat hubungannya dengan psikologi dan
pertanyaan semantik yang menyangkut hubungan antara pengetahuan dengan
objek pengetahuan tersebut. Epistemologi meliputi tata cara dan sarana untuk
mencapai    pengetahuan.     Perbedaan     mengenai   pilihan   ontologik   akan
mengakibatkan perbedaan sarana yang akan digunakan yaitu: akal, pengalaman,
budi, intuisi atau sarana yang lain. Ditunjukkan bagaimana kelebihan dan
kelemahan suatu cara pendekatan dan batas validitas dari suatu yang diperoleh
melalui suatu cara pendekatan ilmiah.
       Pada dasarnya metode ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan
menyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan pertama, kerangka pemikiran yang
bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten dengan pengetahuan
sebelumnya yang telah berhasil disusun; kedua,imenjabarkan hipotesis yang
merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut, dan ketiga melakukan
verifikasi terhadap hipotesis tersebut untuk menguji kebenaran pernyataannya
secara faktual. Secara akronim metode ilmiah terkenal sebagai logico-hypotetico-
verificative atau deducto-hypotetico-verificative.
       Kerangka pemikiran yang logis adalah argumentasi yang bersifat rasional
dalam mengembangkan penjelasan terhadap fenomena alam. Verifikasi secara
empirik berarti evaluasi secara objektif dari suatu pernyataan hipotesis terhadap
kenyataan faktual. Ini berarti bahwa ilmu terbuka untuk kebenaran lain, selain
yang terkandung dalam hipotesis. Demikian juga verifikasi faktual terbuka atas
kritik terhadap kerangka pemikiran yang mendasari pengajuan hipotesis. Befikir
ilmiah berbeda dengan kepercayaan religius yang memang didasarkan atas
kepercayaan dan keyakinan, tetapi dalam cara berfikir ilmiah didasarkan atas
dasar                             prosedur                               ilmiah.
Secara garis besar terdapat dua aliran pokok dalam epistemologi, yaitu
rasionalisme dan empirisme, yang pada gilirannya kemudian muncul beberapa
isme lain, misalnya: rasionalisme kritis (kritisisme), fenomenalisme, intuitisme
dan positivisme.
        Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang
pada umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Aksiologi meliputi nilai-
nilai, parameter bagi apa yang disebut sebagai kebenaran kita yang menjelajahi
berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan fisik materil dan kawasan
simbolik yang masing-masing menunjukkan aspeknya sendiri-sendiri. Lebih dari
itu, aksiologi juga menunjukkan kaidah-kaidah apa yang harus kita perhatikan di
dalam menerapkan ilmu di dalam menerapkan ilmu ke dalam praksis.
        Pertanyaan mengenai aksiologi menurut Kattsoff (1987:331) dapat
dijawab melalui tiga cara. Pertama, nilai sepenuhnya berhakikat subjektif.
Ditinjau dari sudut pandang ini, nilai-nilai itu merupakan reaksi-reaksi yang
diberikan oleh manusia sebagai pelaku dan keberadaannya tergantung kepada
pengalaman mereka. Kedua, nilai-nilai merupakan kenyataan ditinjau dari segi
ontologisme namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu. Nilai-nilai tersebut
merupakan esensi logis dan diketahui melalui akal. Pendirian ini dinamakan
objektivisme logis. Ketiga, nilai-nilai merupakan unsur-unsur objektif yang
menyusun kenyataan, yang demikian ini disebut objektivisme metafisik.
        Dalam pendekatan aksiologis ini, Jujun (1986:60) menyebutkan, bahwa
pada dasarnya ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan
manusia. Dalam hal ini maka ilmu menurutnya dapat dimanfaatkan sebagai sarana
atau alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan kodrat
dan martabat manusia serta kelestarian atau keseimbangan alam. Untuk
kepentingan manusia tersebut maka pengetahuan ilmiah yang diperoleh dan
disusun dipergunakan secara komunal dan universal. Komunal berarti, bahwa
ilmu merupakan pengetahuan yang menjadi milik bersama, setiap orang berhak
memanfaatkan ilmu menurut kebutuhannya sesuai dengan komunisme. Universal
berarti bahwa ilmu tidak mempunyai konotasi parokial seperti ras, ideologi atau
agama. Tidak ada ilmu Barat dan tidak ada ilmu Timur.


   D. Metode Penelitian
       Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah sistematis dalam
mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Ilmu merupakan pengetahuan yang
didapatkan melalui metode ilmiah. Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk
mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah yang sistematis. Garis besar langkah-
langkah sistematis keilmuan menurut Soetriono dan SRDm Rita Hanafie
(2007:157) sebagai berikut:
       1. Mencari, merumuskan, dan mengidentifikasi masalah.
       2. Menyusun kerangka pemikiran (logical construct).
       3. Merumuskan hipotesis (jawaban rasional terhadap masalah).
       4. Menguji hipotesis secara empirik.
       5. Melakukan pembahasan.
       6. Menarik kesimpulan.
       Tiga langkah pertama merupakan metode penelitian, sedangkan langkah-
langkah selanjutnya bersifat teknis penelitian. Dengan demikian maka
pelaksanaan penelitian menyangkut dua hal, yaitu hal metode dan hal teknis
penelitian. Namun secara implisit metode dan teknik melarut di dalamnya.
       Mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah, yaitu menetapkan
masalah penelitian, apa yang dijadikan masalah penelitian dan apa obyeknya.
Menyatakan obyek penelitian saja masih belum spesifik, baru menyatakan pada
ruang lingkup mana penelitian akan bergerak. Sedangkan mengidentifikasi atau
menyatakan masalah yang spesifik dilakukan dengan mengajukan pertanyaan
penelitian (research question), yaitu pertanyaan yang belum dapat memberikan
penjelasan (explanation) yang memuaskan berdasarkan teori (hukum atau dalil)
yang ada. Misalnya menurut teori dinyatakan bahwa tidak semua orang akan
bersedia menerima suatu inovasi, sebab ada golongan penolak inovasi (laggard).
Tetapi pada kenyataannya (faktual) terdapat inovasi yang mudah diterima
sehingga tidak mungkin ada golongan yang menolaknya (laggard). Oleh karena
itu pertanyaan penelitiannya dapat diidentifikasikan pada situasi mana atau pada
kondisi mana tidak ada golongan laggard. Dengan mengidentifikasi situasi atau
kondisi yang memungkinkan atau tidak memungkinkan secara lebih lanjut berarti
telah                merumuskan                   masalah                  penelitian.
Cara yang paling sederhana untuk menemukan pertanyaan penelitian (research
question) adalah melalui data sekunder. Wujudnya berupa beberapa kemungkinan
misalnya:
        a. Melihat suatu proses dari perwujudan teori.
        b. Melihat linkage dari proposisi suatu teori, kemudian bermaksud
            memperbaikinya.
        c. Merisaukan keberlakuan suatu dalil atau model di tempat tertentu atau
            pada waktu tertentu.
        d. Melihat tingkat informative value dari teori yang telah ada. Kemudian
            bermaksud meningkatkannya.
        e. Segala sesuatu yang tidak dapat dijelaskan dengan teori yang telah ada
            atau belum dapat dijelaskan secara sempurna.
        Menyusun kernagka pemikiran yaitu mengalirkan jalan pikiran menurut
kerangka yang logis atau menurut logical construct. Hal ini tidak lain dari
mendudukperkarakan masalah yang diteliti (diidentifikasi) dalam kerangka
teoretis yang relevan dan mampu menangkap, menerangkan, serta menunjukkan
perspektif terhadap masalah itu. Upaya ditujukan untuk menjawab atau
menerangkan pertanyaan peneltian yang diidentifikasi.
        Cara berpikir (nalar) kearah memperoleh jawaban terhadap masalah yang
diidentifikasi ialah dengan penalaran deduktif. Cara penalaran deduktif ialah cara
penalaran yang berangkat dari hal yang umum (general) kepada hal-hal yang
khusus (spesifik). Hal-hal yang umum ilah teori/dalil/hukum, sedangkan hal yang
bersifat khusus (spesifik) tida lain adalah masalah yang diidentifikasi.
        Merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah kesimpulan yang diperoleh dari
penyusunan kerangka pemikiran, berupa proposisi deduksi. Merumuskan berarti
membentuk proposisi yang sesuai dengan kemungkinan-kemungkinan serta
tingkat-tingkat kebenarannya. Bentuk-bentuk proposisi menurut tingkat keeratan
hubungannya (linkage) serta nilai-nilai informasinya (informative value). Jika
dikaji kembali kalimat-kalimat proposisi, baik berupa teori maupun hipotesis,
ternyata kalimat-kalimat itu mengandung juga komponen, yaitu komponen
antiseden, konsekuen, dan depedensi.
       Menguji hipotesis ialah membandingkan atau menyesuaikan (matching)
segala yang terkandung dalam hipotesis dengan data empirik. Pembandingan atau
penyesuaian itu pada umumnya didasarkan pada pemikiran yang beranggapan
bahwa di alam ini suatu peristiwa mungkin tidak terjadi secara tersendiri. Dengan
kata lain, suatu sebab mungkin akan menimbulkan beberapa akibat, atau mungkin
pula suatu akibat ditimbulkan oleh beberapa penyebab.
       Pengujian hipotesis dalam penelitian mutakhir mempergunakan metode
matematika/statistika, dengan mempergunakan rancangan uji hipotesis yang telah
tersedia. Dengan kata lain, peneliti tinggal memilih rancangan uji mana yang tepat
dengan hipotesisnya. Meskipun demikian jika peneliti tidak memahami sifat-sifat
data/informasi (variabel) yang akan diukur maka akan sulit baginya untuk
memilih rancangan uji statistik.
       Membahas dan menarik kesimpulan. Dalam membahas sudah termasuk
pekerjaan interpretasi terhadap hal-hal yang ditemukan dalam penelitian. Dalam
interpretasi, pikiran kita diarahkan pada dua titik pandang. Pertama, kerangka
pemikiran yang telah disusun, bahkan ini harus merupakan frame of work
pembahasan penelitian. Kedua, pandangan diarahkan ke depan, yaitu mengaitkan
kepada variabel-variabel dari topic aktual. Pembahasan tidak lain adalah
mencocokkan deduksi dalam kerangka pemikiran dengan induksi dari empiric
(hasil pengujian hipotesis), atau pula kepada induksi yang diperoleh orang lain
(hasil penelitian orang lain) yang relevan. Bagaimana hasil dari mencocokkan ini,
apakah cocok (parallel atau analog), atau sebaliknya (bertentangan atau
kontradiktif). Apabila ternyata bertentangan atau tidak cocok maka perlu dilacak
di mana letak perbedaan atau pertentangan itu dan apa kemungkinan
penyebabnya.
       Hasil pembahasan tidak lain ialah kesimpulan. Kesimpulan penelitian
adalah penemuan-penemuan dari hasil interpretasi dan pembahasan. Penemuan
dari interpretasi dan pembahasan harus merupakan jawaban terhadap pertanyaan
penelitian sebagai masalah, atau sebagai bukti dari penerimaan terhadap hipotesis
yang diajukan. Pernyataan-pernyataan dalam kesimpulan dirumuskan dalam
kalimat yang tegas dan padat, tersusun dari kata-kata yng baik dan pasti,
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan tafsiran yang berbeda (apa yang
dimaksud oleh peneliti harus ditafsirkan sama oleh orang lian). Pernyataan
tersusun sesuai dengan identifikasi masalah tau dengan susunan hipotesisnya.


   E. Kesimpulan
       Berdasarkan beberapa uraian dan penjelasan di atas maka dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
       1. Filsafat ilmu perlu didekati secara historis-kronologis untuk menagkap
          struktur prosesialnya dan secara sistematik-filosofis untuk menagkap
          struktur esensialnya.
       2. Struktur prosesial mencakup Sembilan langkah sistematik yaitu: Tahap
          Pra     Penelitian      (identifiksi   masalah,          penetapan    tujuan
          penelitian/tercapainya ilmu, instrospeksi dan skeptif). Tahap Proses
          Penelitian   (tahap      ontologisme     dasar/asumsi       dasar).   Tahap
          Epistemologis     (metodologi/sarana     dan      cara     mencapai   ilmu,
          penyimpulan, aplikasi ilmu praksis dan tercapainya sebagai pembuktian
          dan ilmu final). Tahap Akhir (tercapainya kebahagiaan abadi)
       3. Metode penelitian menurut metode ilmiah sebagai prosedur atau
          langkah-langkah      teratur   yang    sistematis   dalam      menghimpun
          pengetahuan untuk dijadikan ilmu yang meliputi masalah, kerangka
          pemikiran, hipotesis, uji hipotesis, pembahasan dan kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA


Anwar, Saeful. 2007. Filsafat Ilmu Al-Ghazali: Dimensi Ontologi dan
  Aksiologi. Bandung: Pustaka Setia.
Beerling. 1988. Filsafat Dewasa Ini. Terj. Hasan Amin. Jakarta: Balai
  Pustaka.
Kattsof, Louis. 1987. Element of Pholosophy. Terj.Soemargono.
  Yogyakarta: Tiara Wacana.
Suriasumantri, Jujun S. 1986. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer.
  Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Soetriono dan SRDm Rita Hanafie. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi
  Penelitian. Yogyakarta: Andi
Zainuddin, M. 2006. Filsafat Ilmu: Perspektif Pemikiran Islam. Jakarta:
  Lintas Pustaka.

More Related Content

What's hot

Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)
Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)
Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)Ria Widia
 
Filsafat, Ilmu dan Agama
Filsafat, Ilmu dan AgamaFilsafat, Ilmu dan Agama
Filsafat, Ilmu dan AgamaNovi Suryani
 
HNF 3012
HNF 3012HNF 3012
HNF 3012D066567
 
Makalah filsafat ilmu inda
Makalah filsafat ilmu indaMakalah filsafat ilmu inda
Makalah filsafat ilmu indaFerdy Tohopi
 
UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)
UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)
UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)Abdul Khaliq
 
Makalah pengantar filsafat
Makalah pengantar filsafatMakalah pengantar filsafat
Makalah pengantar filsafatnewskiem
 
Filsafat ilmu-mohammad-muslih
Filsafat ilmu-mohammad-muslihFilsafat ilmu-mohammad-muslih
Filsafat ilmu-mohammad-muslihWiwin Prehati
 
Makalah filsafat umum
Makalah filsafat umumMakalah filsafat umum
Makalah filsafat umumAyah Abeeb
 
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astutiMakalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astutiOperator Warnet Vast Raha
 
KUMPULAN PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 2
KUMPULAN PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 2KUMPULAN PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 2
KUMPULAN PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 2Amas Imania Fadlie
 
Perbedaan sains filsafat dan agama dan pengertian filsafat pendidikan agama
Perbedaan sains filsafat dan agama dan pengertian filsafat pendidikan agamaPerbedaan sains filsafat dan agama dan pengertian filsafat pendidikan agama
Perbedaan sains filsafat dan agama dan pengertian filsafat pendidikan agamaMiftahul Fikriyah
 
Kelompok 1 filsatal ilmu
Kelompok 1 filsatal ilmuKelompok 1 filsatal ilmu
Kelompok 1 filsatal ilmuNandanPrasetyo
 
Pengertian filsafat
Pengertian filsafatPengertian filsafat
Pengertian filsafatAdrian Hulu
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviPahlepy2013
 

What's hot (19)

Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)
Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)
Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)
 
Filsafat, Ilmu dan Agama
Filsafat, Ilmu dan AgamaFilsafat, Ilmu dan Agama
Filsafat, Ilmu dan Agama
 
HNF 3012
HNF 3012HNF 3012
HNF 3012
 
Makalah filsafat ilmu inda
Makalah filsafat ilmu indaMakalah filsafat ilmu inda
Makalah filsafat ilmu inda
 
UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)
UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)
UICI 2022 -Bab 01 manusia dan ilmu (nota)
 
Spe Bab1
Spe Bab1Spe Bab1
Spe Bab1
 
Makalah pengantar filsafat
Makalah pengantar filsafatMakalah pengantar filsafat
Makalah pengantar filsafat
 
Filsafat ilmu-mohammad-muslih
Filsafat ilmu-mohammad-muslihFilsafat ilmu-mohammad-muslih
Filsafat ilmu-mohammad-muslih
 
Filsafat umum
Filsafat umumFilsafat umum
Filsafat umum
 
Peta minda kaedah epistemologi
Peta minda kaedah epistemologiPeta minda kaedah epistemologi
Peta minda kaedah epistemologi
 
Makalah filsafat umum
Makalah filsafat umumMakalah filsafat umum
Makalah filsafat umum
 
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astutiMakalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
 
KUMPULAN PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 2
KUMPULAN PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 2KUMPULAN PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 2
KUMPULAN PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 2
 
filsafat ilmu
filsafat ilmufilsafat ilmu
filsafat ilmu
 
Pengertian filsafat
Pengertian filsafatPengertian filsafat
Pengertian filsafat
 
Perbedaan sains filsafat dan agama dan pengertian filsafat pendidikan agama
Perbedaan sains filsafat dan agama dan pengertian filsafat pendidikan agamaPerbedaan sains filsafat dan agama dan pengertian filsafat pendidikan agama
Perbedaan sains filsafat dan agama dan pengertian filsafat pendidikan agama
 
Kelompok 1 filsatal ilmu
Kelompok 1 filsatal ilmuKelompok 1 filsatal ilmu
Kelompok 1 filsatal ilmu
 
Pengertian filsafat
Pengertian filsafatPengertian filsafat
Pengertian filsafat
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
 

Similar to Filsafat 2

PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptxPPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx22D082MuhammadIlham
 
Tantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmuTantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmuayu Naoman
 
PPT Sejarah perspektif barat 2.pptx
PPT Sejarah perspektif barat 2.pptxPPT Sejarah perspektif barat 2.pptx
PPT Sejarah perspektif barat 2.pptxBrowNiesParlay
 
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdfHUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdfRoida1
 
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1juniotrov
 
Artikel ilmiah Wanda hamidah
Artikel ilmiah Wanda hamidahArtikel ilmiah Wanda hamidah
Artikel ilmiah Wanda hamidahWandaWanda37
 
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptxPPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptxLinnoNarendraSeptyaw
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviPahlepy2013
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviPahlepy2013
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviPahlepy2013
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviPahlepy2013
 
Cabang kajian ilmu filsafat administrasi
Cabang kajian ilmu filsafat administrasiCabang kajian ilmu filsafat administrasi
Cabang kajian ilmu filsafat administrasiIntelektual Aceh
 
Makalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnahMakalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnahIska Nangin
 
Presentation3 (1).pptx
Presentation3 (1).pptxPresentation3 (1).pptx
Presentation3 (1).pptxJangFan
 
PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 11.pptx
PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 11.pptxPENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 11.pptx
PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 11.pptxAYUNWULANNDARI
 
Makalah filsafat dan makna pendidikan
Makalah filsafat dan makna pendidikanMakalah filsafat dan makna pendidikan
Makalah filsafat dan makna pendidikanTjoetnyak Izzatie
 
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AWFILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AWDjoko Adi Walujo
 

Similar to Filsafat 2 (20)

PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptxPPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
 
Tantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmuTantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmu
 
PPT Sejarah perspektif barat 2.pptx
PPT Sejarah perspektif barat 2.pptxPPT Sejarah perspektif barat 2.pptx
PPT Sejarah perspektif barat 2.pptx
 
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdfHUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
 
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
 
Artikel ilmiah Wanda hamidah
Artikel ilmiah Wanda hamidahArtikel ilmiah Wanda hamidah
Artikel ilmiah Wanda hamidah
 
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptxPPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
 
Soaljawab filsafat
Soaljawab filsafatSoaljawab filsafat
Soaljawab filsafat
 
Cabang kajian ilmu filsafat administrasi
Cabang kajian ilmu filsafat administrasiCabang kajian ilmu filsafat administrasi
Cabang kajian ilmu filsafat administrasi
 
Makalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnahMakalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnah
 
Bab 01 manusia & ilmu
Bab 01 manusia & ilmuBab 01 manusia & ilmu
Bab 01 manusia & ilmu
 
Presentation3 (1).pptx
Presentation3 (1).pptxPresentation3 (1).pptx
Presentation3 (1).pptx
 
PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 11.pptx
PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 11.pptxPENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 11.pptx
PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 11.pptx
 
Makalah filsafat dan makna pendidikan
Makalah filsafat dan makna pendidikanMakalah filsafat dan makna pendidikan
Makalah filsafat dan makna pendidikan
 
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AWFILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
 
Merumuskan kembali (makalah)
Merumuskan kembali (makalah)Merumuskan kembali (makalah)
Merumuskan kembali (makalah)
 

Recently uploaded

DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 

Recently uploaded (20)

DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 

Filsafat 2

  • 1. PERAN FILSAFAT ILMU DALAM PENGEMBANGAN METODE PENDIDIKAN A. Abstrak Filsafat ilmu menjelaskan tentang duduk perkara ilmu atau science itu, apa yang menjadi landasan asumsinya, bagaimana logikanya (doktrin netralistik etik), apa hasil-hasil empirik yang dicapainya, serta batas-batas kemampuannya. Metodologi penelitian menjelaskan tentang upaya pengembangan ilmu berdasarkan tradisi-tradisinya, yang terdiri dari dua bagian, yaitu deduktif maupun induktif. Demikian pula tentang hasil-hasil yang dicapai, yang disebut pengetahuan atau knowledge, baik yang bersifat deskriptif (kualitatif dan kuantitatif) maupun yang bersifat hubungan (proporsi tingkat rendah, proporsi tingkat tinggi, dan hukum-hukum). Filsafat ilmu maupun metodologi penelitian bersifat mengisi dan memperluas cakrawala kognitif tentang apa yang disebut ilmu, yang diharapkan akan menimbulkan pengertian untuk berdisiplin dalam berkarya ilmiah, sekaligus meningkatkan motivasi sebagai ilmuwan untuk melaksanakan tugas secara sungguh-sungguh. B. Pendahuluan Upaya manusia manusia untuk mengetahui tentang Tuhan, alam semesta, lingkungan (baik alamiah maupun sosial), dan dirinya (baik fisik maupun perilakunya) dilakukan melalui kegiatan berfikir, baik secara deduktif maupun induktif. Sudah menjadi kodrat manusia ingin mengetahui segala-galanya. Oleh karena itu manusia selalu bertanya untuk mendapatkan jawabannya. Mengetahui merupakan kenikmatan atau kebahagiaan. Karena manusia bisa mengetahui (dalam arti kata yang lebih dalam: memahami, mengerti, menghayati), maka derajat manusia lebih tinggi daripada binatang, bahkan lebih tinggi daripada malaikat. Apa yang dipelajari sejauh ini adalah „‟ilmu-ilmu barat‟‟, yaitu ilmu yang lahir dan berkembang di dunia barat, yang akar-akarnya digali dari filsafat Yunani kuno. Tidak ada salahnya melanjutkan tradisi itu, namun bila hanya itu saja dan
  • 2. begitu saja, maka belum konsekuen terhadap Pancasila. Begitu mengakui Pancasila sebagai Dasar Negara dan sebagai pandangan hidup bangsa (Ways of Life), maka quest for knowledge harus “diturunkan” dari Pancasila yang menyatakan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertamanya. Maka dari satu kekhususan dibandingkan dengan ilmu-ilmu barat itu, niscaya akan membawa pada kebenaran yang lebih benar daripada yang telah diraih oleh ilmu-ilmu barat itu. Kekhususan itu adalah bahwa the quest for knowledge tak lain merupakan upaya untuk menemukan dan mengerti ilmu Tuhan, yang sangat luas dan dalam, yang tidak akan habis-habisnya ditulis dengan tinta sebanyak tujuh samudera. Ilmu itu telah ada, telah diciptakan oleh Tuhan, dan berjalan dengan ketetapan-ketetapan yang abadi (sunatullah), yang tunduk pada penciptaNya tanpa membangkang sedikitpun. Bila diperbolehkan meminjam Istilah Kant, dikatakan bahwa ilmu itu a priori. Tuhan telah memberikan kemampuan kepada manusia untuk menemukan, mengerti dan menghayati ilmu, suatu kemampuan yang tidak diberikanNya kepada ciptaanNya yang lain. Al Qur‟an mengisahkan ketika diadakan “kompetisi” di antara para malaikat dan Adam, hanya Adam yang sanggup menyebutkan nama berbagai hal (menjelaskan sifat dari hal-hal tersebut), sementara malaikat tidak sanggup. Kemampuan untuk mengetahui inilah yang menjadikan manusia terunggul dan termulia di antara ciptaan Tuhan, sehingga manusia mendapat tugas dan kedudukan untuk menegakkan “kekhilafahan di atas bumi”. Upaya quest for knowledge itu manusia menggunakan segala kemampuannya, yaitu akal budinya. Bila ilmu barat hanya menyandarkan pada akal atau rasio saja dan kurang menempatkan budi dan rasa, sedangkan ilmu-ilmu timur menekankan pada budi atau rasa dan sedikit atau tidak menggunakan rasio, maka Pancasila menghendaki untuk menggunakan rasio dan rasa secara seimbang pada “tempat” dan “takaran” yng benar. Dalam hal ini doktrin netralistik etik (Weber) mampu diterapkan pada tempatnya yang benar, dengan takaran yang tepat. Rasio dan rasa merupakan kemampuan yang dilimpahkan oleh Tuhan kepada manusia, yang kedua-duanya mempunyai kemampuan dan keunggulan masing-masing untuk digunakan pada tempat masing-masing dan tidak boleh dicampur-adukkan.
  • 3. Kemampuan rasio terletak pada kemampuan membedakan dan atau menggolongkan, menyatakan secara kuantitatif maupun kualitatif, dan menyatakan hubungan-hubungan dan mereduksi hubungan-hubungan. Semua kemampuan itu berdasarkan ketentuan atau patokan yang sangat terperinci. Rasio tidak berdusta. Dalam keadaan murni di menyatakan secara tegas “ya” atau “tidak”. Kemampuan rasa menurut Soetriono dan SRDm Rita Hanafie (2007:100) terletak pada kreativitas, yang merupakan kegaiban, karena itu langsung berhubungan dengan Tuhan. Kreativitas inilah yang merupakan pemula di segala bidang, nalar, ilmu, etika, dan estetika. Sebagai pemula, kemampuan ini disebut intuisi. Etika (love) dan estetika (beauty) seluruhnya terletak pada rasa sehingga tiadanya rasa tak mungkin ada etika maupun estetika. Rasa tidak mempunyai patokan. Rasa adalah media kontak antara manusia dengan yang Ilahi yang juga menjadikan manusia berderajat lebih tinggi dari malaikat, sedangkan rasa yang tidak terjaga dari godaan setan (setan tidak bisa tergoda rasio) menjadikan manusia jatuh martabatnya. Manusia, dengan bersenjatakan pengetahuannya, dapat memilih, untuk menjalani roda kehidupan yang diridloi Allah dan tetap pada kemuliannya, atau untuk menyimpang dari jalan itu dan terbenam ke dalam kenistaan yang lebih rendah dari binatang sekalipun. Dalam hal ini guidance bagi manusia adalah moral (yang bersemayam di dalam rasa). Rasio menghasilkan ilmu dan ilmu menemukan atau mengungkapkan sunatullah, yang lebih kita kenal dengan istilah “hukum-hukum nomologis”, bersifat kekal abadi dan “netral” yasng menghasilkan etika atau moral, dengan hukum-hukumnya yang disebut hukum-hukum normatif dan bersifat “imperatif”. Sehubungan dengan tidak adanya patokan, manusia sangat mungkin sesat dalam menghasilkan hukum-hukum normatif yang imperatif itu. Karena itu Tuhan menurunkan petunjuk bagi manusia berupa wahyu yang disampaikan kepada para nabi, yang kemudian dicatat dan dikumpulkan dalam kitab suci. Rasio, dengan patokan-patokannya yang sangat terperinci, mampu menjaga diri untuk tidak terkena godaan setan. Rasa yang tidak berpatokan itu dijaga dengan petunjuk Tuhan, dan dengan kebesaran Tuhan. Setan diijinkanNya
  • 4. untuk menggoda manusia agar manusia lengah dan menyimpang dari petunjuk itu sehingga terjerumuslah manusia ke dalam lembah kenistaan dalam usahanya mencapai kebahagiaan dan kemuliaan, baik di dunia maupun di akhirat. Karena itu, di dalam upaya quest for knowledge setiap hari, pertama-tama harus kuat memahami ilmu maupun humanitas, dan kedua: dalam mencapai “kebenaran”, tidak cukup dengan verifikasi seperti dalam ilmu barat, akan tetapi verifikasi yang dibarengi dengan validasi. Adapun landasan validasi tak lain firman Allah Swt. C. Pembahasan Peran Filsafat Ilmu Filsafat Ilmu menurut Beerling (1988:1-4) adalah penyelidikan tentang ciri-ciri mengenai pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperoleh pengetahuan. Filsafat ilmua erat kaitannya dengan filsafat pengetahuan atau epistemologi, yang secara umum menyelidiki syarat-syarat serta bentuk-bentuk pengalaman manusia, juga mengenai logika dan metodologi. Untuk menetapkan dasar pemahaman tentang filsafat ilmu maka Cony (M. Zainuddin 2006:21-22) menjelaskan empat titik pandang dalam filsafat ilmu: (1) Filsafat ilmu adalah perumusan world view yang konsisten dengan teori-teori ilmiah yang penting. Menurut pandangan ini, adalah merupakan tugas filsuf ilmu untuk mengelaborasi implikasi yang lebih luas dari ilmu; (2) Filsafat ilmu adalah eksposisi dari presupposition dan pre-disposition dari para ilmuwan; (3) Filsafat ilmu adalah suatu disiplin ilmu yang di dalamnya terdapat konsep dan teori tentang ilmu yang dianalisis dan diklasifikasikan; (4) Filsafat ilmu merupakan suatu patokan tingkat kedua, filsafat ilmu menuntut jawaban terhadap pertanyaan sebagai berikut: (a) karakteristik apa yang membedakan penyelidikan ilmiah dari tipe penyelidikan lain; (b) kondisi yang bagaimana yang patut dituruti oleh para ilmuwan dalam penyelidikan alam; (c) kondisi yang bagaimana yang harus dicapai bagi suatu penjelasan ilmiah agar
  • 5. menjadi benar; (d) status kognitif yang bagaimana dari prinsip dan hukum ilmiah. Pada masa renaissance dan aufklarung ilmu telah memperoleh kemandiriannya. Sejak itu pula manusia merasa bebas, tidak terikat dengan dogma agama, tradisi maupun sistem sosial. Pada masa ini perombakan secara fundamental di dalam sikap pandang tentang apa hakikat ilmu dan bagaimana cara perolehannya telah terjadi. Ilmu yang kini telah mengelaborasi ruang lingkupnya yang menyentuh sendi kehidupan umat manusia yang paling dasariah, baik individual maupun sosial memiliki dampak yang amat besar, setidaknya menurut Koento (1988:5) ada tiga hal. Pertama, ilmu yang satu sangat terkait dengan yang lain, sehingga sulit ditarik batas antara ilmu dasar dan ilmu terapan, antara teori dan praktik. Kedua, semakin kaburnya garis batas tadi sehingga timbul permasalahan sejauhmana seorang ilmuwan terlibat dengan etika dan moral. Ketiga dengan adanya implikasi yang begitu luas terhadap kehidupan umat manusia, timbul pula permasalahan akan makna ilmu itu sendiri sebagai sesuatu yang membawa kemajuan atau malah sebaliknya. Filsafat ilmu pengetahuan (theory of knowledge) di mana logika, bahasa, matematika termasuk menjadi bagiannya lahir pada abad ke-18. Dalam filsafat ilmu pengetahuan diselidiki apa yang menjadi sumber pengetahuan, seperti pengalaman (indera), akal (verstand), budi (vernunft) dan intuisi. Diselidiki pula arti evidensi serta syarat-syarat untuk mencapai pengetahuan ilmiah, batas validitasnya dalam menjangkau apa yang disebut sebagai kenyataan atau kebenaran itu. Dari sini lantas muncul teori empirisme (John Lock), rasionalisme (Rene Descartes), Kritisisme (Immanuel Kant). Positivisme (Auguste Comte), Fenomenologi (Husserl), Kontruktivisme (Feyeraband) dan seterusnya. Sejalan dengan itu, masing-masing aliran ini atau disebut juga school of thought, memiliki metodenya sendiri, sehingga metodologi menjadi bagian yang sangat menarik perhatian. Filsafat ilmu menurut Roento Wibisono (1988:6) sebagai kelanjutan dari perkembangan filsafat pengetahuan, adalah juga merupakan cabang filsafat. Ilmu yang objek sasarannya adalah ilmu, atau secara populer disebut dengan ilmu tentang ilmu. Dalam perkembangan selanjutnya pada tahap sekarang ini filsafat
  • 6. ilmu juga mengarahkan pandangannya pada strategi pengembangan ilmu, yang menyangkut juga etik dan heuristic, bahkan sampai pada dimensi kebudayaan untuk menangkap arti dan makna bagi kehidupan umat manusia. Tiap-tiap pengetahuan memiliki tiga komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya. Komponen tersebut adalah ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ontologi menjelaskan mengenai pertanyaan apa, epistemologi menjelaskan pertanyaan bagaimana dan aksiologi menjelaskan pertanyaan untuk apa. Ontologi merupakan salah satu di antara lapangan-lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Sejak dini pikiran barat sudah menunjukkan munculnya perenungan ontologisme, sebagaiamana Thales ketika ia merenungkan dan mencari apa sesungguhnya hakikat “yang ada” (being) itu, yang pada akhirnya ia berkesimpulan, bahwa asal usul dari segala sesuatu (yang ada) itu adalah air. Ontologi menurut Jujun (1986:2) merupakan azas dalam menetapkan batas ruang lingkup wujud yang menjadi objek penelaahan serta penafsiran tentang hakikat realitas (metafisika). Ontologi meliputi permasalahan apa hakikat ilmu itu, apa hakekat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan itu, yang tidak terlepas dari pandangan tentang apa dan bagaimana yang ada (being) itu. Paham idealism atau spiritualisme, materialism, pluralism dan seterusnya merupakan paham ontologism yang akan menentukan pendapat dan bahkan keyakinan kita masing-masing tentang apa dan bagaimana kebenaran dan kenyataan yang hendak dicapai oleh ilmu itu. Aliran monoisme, berpendapat bahwa yang ada itu hanya satu. Bagi yang berpendapat bahwa yang ada itu serba spirit, ideal, serba roh, maka dikelompokkkan dalam aliran monoisme-idealisme. Plato adalah tokoh filsuf yang bisa dikelompokkan dalam aliran ini, karena ia menyatakan bahwa alam ide merupakan kenyataan yang sebenarnya. Aliran dualism, menggabungkan antara idealism dan materialism dengan mengatakan bahwa alam wujud ini terdiri dari dua hakikat sebagai sumber, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani. Descartes bisa digolongkan dalam aliran ini. Aliran pluralism, manusia adalah makhluk yang tidak hanya terdiri dari jasmani dan rohani, tetapi juga tersusun dari api, tanah dan udara yang merupakan unsur substansial dari segala wujud. Aliran
  • 7. agnotisime mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat materi maupun hakikat rohani. Mereka juga menolak suatu kenyataan yang mutlak yang bersifat transenden. Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal muasal, metode-metode dan sahnya ilmu pengetahuan. Menurut Harold Titus et.l., (1984:187-188) terdapat tiga persoalan pokok dalam bidang epistemologi antara lain: (1) apakah sumber pengetahuan itu? Dari manakah datangnya pengetahuan yang benar itu? Dan bagaimana cara mengetahuinya?; (2) Apakah sifat dasar pengetahuan itu? Apa ada dunia yang benar-benar di luar pikiran kita? Dan kalau ada, apakah kita bisa mengetahuinya?; (3) apakah pengetahuan itu benar (valid)? Bagaimana kita dapat membedakan yang benar dan yang salah?. Secara umum pertanyaan epistemologi menyangkut dua macam, yakni epistemologi kefilsafatan yang erat hubungannya dengan psikologi dan pertanyaan semantik yang menyangkut hubungan antara pengetahuan dengan objek pengetahuan tersebut. Epistemologi meliputi tata cara dan sarana untuk mencapai pengetahuan. Perbedaan mengenai pilihan ontologik akan mengakibatkan perbedaan sarana yang akan digunakan yaitu: akal, pengalaman, budi, intuisi atau sarana yang lain. Ditunjukkan bagaimana kelebihan dan kelemahan suatu cara pendekatan dan batas validitas dari suatu yang diperoleh melalui suatu cara pendekatan ilmiah. Pada dasarnya metode ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan pertama, kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun; kedua,imenjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut, dan ketiga melakukan verifikasi terhadap hipotesis tersebut untuk menguji kebenaran pernyataannya secara faktual. Secara akronim metode ilmiah terkenal sebagai logico-hypotetico- verificative atau deducto-hypotetico-verificative. Kerangka pemikiran yang logis adalah argumentasi yang bersifat rasional dalam mengembangkan penjelasan terhadap fenomena alam. Verifikasi secara empirik berarti evaluasi secara objektif dari suatu pernyataan hipotesis terhadap kenyataan faktual. Ini berarti bahwa ilmu terbuka untuk kebenaran lain, selain
  • 8. yang terkandung dalam hipotesis. Demikian juga verifikasi faktual terbuka atas kritik terhadap kerangka pemikiran yang mendasari pengajuan hipotesis. Befikir ilmiah berbeda dengan kepercayaan religius yang memang didasarkan atas kepercayaan dan keyakinan, tetapi dalam cara berfikir ilmiah didasarkan atas dasar prosedur ilmiah. Secara garis besar terdapat dua aliran pokok dalam epistemologi, yaitu rasionalisme dan empirisme, yang pada gilirannya kemudian muncul beberapa isme lain, misalnya: rasionalisme kritis (kritisisme), fenomenalisme, intuitisme dan positivisme. Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang pada umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Aksiologi meliputi nilai- nilai, parameter bagi apa yang disebut sebagai kebenaran kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan fisik materil dan kawasan simbolik yang masing-masing menunjukkan aspeknya sendiri-sendiri. Lebih dari itu, aksiologi juga menunjukkan kaidah-kaidah apa yang harus kita perhatikan di dalam menerapkan ilmu di dalam menerapkan ilmu ke dalam praksis. Pertanyaan mengenai aksiologi menurut Kattsoff (1987:331) dapat dijawab melalui tiga cara. Pertama, nilai sepenuhnya berhakikat subjektif. Ditinjau dari sudut pandang ini, nilai-nilai itu merupakan reaksi-reaksi yang diberikan oleh manusia sebagai pelaku dan keberadaannya tergantung kepada pengalaman mereka. Kedua, nilai-nilai merupakan kenyataan ditinjau dari segi ontologisme namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu. Nilai-nilai tersebut merupakan esensi logis dan diketahui melalui akal. Pendirian ini dinamakan objektivisme logis. Ketiga, nilai-nilai merupakan unsur-unsur objektif yang menyusun kenyataan, yang demikian ini disebut objektivisme metafisik. Dalam pendekatan aksiologis ini, Jujun (1986:60) menyebutkan, bahwa pada dasarnya ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia. Dalam hal ini maka ilmu menurutnya dapat dimanfaatkan sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan kodrat dan martabat manusia serta kelestarian atau keseimbangan alam. Untuk kepentingan manusia tersebut maka pengetahuan ilmiah yang diperoleh dan disusun dipergunakan secara komunal dan universal. Komunal berarti, bahwa
  • 9. ilmu merupakan pengetahuan yang menjadi milik bersama, setiap orang berhak memanfaatkan ilmu menurut kebutuhannya sesuai dengan komunisme. Universal berarti bahwa ilmu tidak mempunyai konotasi parokial seperti ras, ideologi atau agama. Tidak ada ilmu Barat dan tidak ada ilmu Timur. D. Metode Penelitian Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah sistematis dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah. Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah yang sistematis. Garis besar langkah- langkah sistematis keilmuan menurut Soetriono dan SRDm Rita Hanafie (2007:157) sebagai berikut: 1. Mencari, merumuskan, dan mengidentifikasi masalah. 2. Menyusun kerangka pemikiran (logical construct). 3. Merumuskan hipotesis (jawaban rasional terhadap masalah). 4. Menguji hipotesis secara empirik. 5. Melakukan pembahasan. 6. Menarik kesimpulan. Tiga langkah pertama merupakan metode penelitian, sedangkan langkah- langkah selanjutnya bersifat teknis penelitian. Dengan demikian maka pelaksanaan penelitian menyangkut dua hal, yaitu hal metode dan hal teknis penelitian. Namun secara implisit metode dan teknik melarut di dalamnya. Mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah, yaitu menetapkan masalah penelitian, apa yang dijadikan masalah penelitian dan apa obyeknya. Menyatakan obyek penelitian saja masih belum spesifik, baru menyatakan pada ruang lingkup mana penelitian akan bergerak. Sedangkan mengidentifikasi atau menyatakan masalah yang spesifik dilakukan dengan mengajukan pertanyaan penelitian (research question), yaitu pertanyaan yang belum dapat memberikan penjelasan (explanation) yang memuaskan berdasarkan teori (hukum atau dalil) yang ada. Misalnya menurut teori dinyatakan bahwa tidak semua orang akan bersedia menerima suatu inovasi, sebab ada golongan penolak inovasi (laggard). Tetapi pada kenyataannya (faktual) terdapat inovasi yang mudah diterima
  • 10. sehingga tidak mungkin ada golongan yang menolaknya (laggard). Oleh karena itu pertanyaan penelitiannya dapat diidentifikasikan pada situasi mana atau pada kondisi mana tidak ada golongan laggard. Dengan mengidentifikasi situasi atau kondisi yang memungkinkan atau tidak memungkinkan secara lebih lanjut berarti telah merumuskan masalah penelitian. Cara yang paling sederhana untuk menemukan pertanyaan penelitian (research question) adalah melalui data sekunder. Wujudnya berupa beberapa kemungkinan misalnya: a. Melihat suatu proses dari perwujudan teori. b. Melihat linkage dari proposisi suatu teori, kemudian bermaksud memperbaikinya. c. Merisaukan keberlakuan suatu dalil atau model di tempat tertentu atau pada waktu tertentu. d. Melihat tingkat informative value dari teori yang telah ada. Kemudian bermaksud meningkatkannya. e. Segala sesuatu yang tidak dapat dijelaskan dengan teori yang telah ada atau belum dapat dijelaskan secara sempurna. Menyusun kernagka pemikiran yaitu mengalirkan jalan pikiran menurut kerangka yang logis atau menurut logical construct. Hal ini tidak lain dari mendudukperkarakan masalah yang diteliti (diidentifikasi) dalam kerangka teoretis yang relevan dan mampu menangkap, menerangkan, serta menunjukkan perspektif terhadap masalah itu. Upaya ditujukan untuk menjawab atau menerangkan pertanyaan peneltian yang diidentifikasi. Cara berpikir (nalar) kearah memperoleh jawaban terhadap masalah yang diidentifikasi ialah dengan penalaran deduktif. Cara penalaran deduktif ialah cara penalaran yang berangkat dari hal yang umum (general) kepada hal-hal yang khusus (spesifik). Hal-hal yang umum ilah teori/dalil/hukum, sedangkan hal yang bersifat khusus (spesifik) tida lain adalah masalah yang diidentifikasi. Merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah kesimpulan yang diperoleh dari penyusunan kerangka pemikiran, berupa proposisi deduksi. Merumuskan berarti membentuk proposisi yang sesuai dengan kemungkinan-kemungkinan serta tingkat-tingkat kebenarannya. Bentuk-bentuk proposisi menurut tingkat keeratan
  • 11. hubungannya (linkage) serta nilai-nilai informasinya (informative value). Jika dikaji kembali kalimat-kalimat proposisi, baik berupa teori maupun hipotesis, ternyata kalimat-kalimat itu mengandung juga komponen, yaitu komponen antiseden, konsekuen, dan depedensi. Menguji hipotesis ialah membandingkan atau menyesuaikan (matching) segala yang terkandung dalam hipotesis dengan data empirik. Pembandingan atau penyesuaian itu pada umumnya didasarkan pada pemikiran yang beranggapan bahwa di alam ini suatu peristiwa mungkin tidak terjadi secara tersendiri. Dengan kata lain, suatu sebab mungkin akan menimbulkan beberapa akibat, atau mungkin pula suatu akibat ditimbulkan oleh beberapa penyebab. Pengujian hipotesis dalam penelitian mutakhir mempergunakan metode matematika/statistika, dengan mempergunakan rancangan uji hipotesis yang telah tersedia. Dengan kata lain, peneliti tinggal memilih rancangan uji mana yang tepat dengan hipotesisnya. Meskipun demikian jika peneliti tidak memahami sifat-sifat data/informasi (variabel) yang akan diukur maka akan sulit baginya untuk memilih rancangan uji statistik. Membahas dan menarik kesimpulan. Dalam membahas sudah termasuk pekerjaan interpretasi terhadap hal-hal yang ditemukan dalam penelitian. Dalam interpretasi, pikiran kita diarahkan pada dua titik pandang. Pertama, kerangka pemikiran yang telah disusun, bahkan ini harus merupakan frame of work pembahasan penelitian. Kedua, pandangan diarahkan ke depan, yaitu mengaitkan kepada variabel-variabel dari topic aktual. Pembahasan tidak lain adalah mencocokkan deduksi dalam kerangka pemikiran dengan induksi dari empiric (hasil pengujian hipotesis), atau pula kepada induksi yang diperoleh orang lain (hasil penelitian orang lain) yang relevan. Bagaimana hasil dari mencocokkan ini, apakah cocok (parallel atau analog), atau sebaliknya (bertentangan atau kontradiktif). Apabila ternyata bertentangan atau tidak cocok maka perlu dilacak di mana letak perbedaan atau pertentangan itu dan apa kemungkinan penyebabnya. Hasil pembahasan tidak lain ialah kesimpulan. Kesimpulan penelitian adalah penemuan-penemuan dari hasil interpretasi dan pembahasan. Penemuan dari interpretasi dan pembahasan harus merupakan jawaban terhadap pertanyaan
  • 12. penelitian sebagai masalah, atau sebagai bukti dari penerimaan terhadap hipotesis yang diajukan. Pernyataan-pernyataan dalam kesimpulan dirumuskan dalam kalimat yang tegas dan padat, tersusun dari kata-kata yng baik dan pasti, sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan tafsiran yang berbeda (apa yang dimaksud oleh peneliti harus ditafsirkan sama oleh orang lian). Pernyataan tersusun sesuai dengan identifikasi masalah tau dengan susunan hipotesisnya. E. Kesimpulan Berdasarkan beberapa uraian dan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Filsafat ilmu perlu didekati secara historis-kronologis untuk menagkap struktur prosesialnya dan secara sistematik-filosofis untuk menagkap struktur esensialnya. 2. Struktur prosesial mencakup Sembilan langkah sistematik yaitu: Tahap Pra Penelitian (identifiksi masalah, penetapan tujuan penelitian/tercapainya ilmu, instrospeksi dan skeptif). Tahap Proses Penelitian (tahap ontologisme dasar/asumsi dasar). Tahap Epistemologis (metodologi/sarana dan cara mencapai ilmu, penyimpulan, aplikasi ilmu praksis dan tercapainya sebagai pembuktian dan ilmu final). Tahap Akhir (tercapainya kebahagiaan abadi) 3. Metode penelitian menurut metode ilmiah sebagai prosedur atau langkah-langkah teratur yang sistematis dalam menghimpun pengetahuan untuk dijadikan ilmu yang meliputi masalah, kerangka pemikiran, hipotesis, uji hipotesis, pembahasan dan kesimpulan.
  • 13. DAFTAR PUSTAKA Anwar, Saeful. 2007. Filsafat Ilmu Al-Ghazali: Dimensi Ontologi dan Aksiologi. Bandung: Pustaka Setia. Beerling. 1988. Filsafat Dewasa Ini. Terj. Hasan Amin. Jakarta: Balai Pustaka. Kattsof, Louis. 1987. Element of Pholosophy. Terj.Soemargono. Yogyakarta: Tiara Wacana. Suriasumantri, Jujun S. 1986. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Soetriono dan SRDm Rita Hanafie. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi Zainuddin, M. 2006. Filsafat Ilmu: Perspektif Pemikiran Islam. Jakarta: Lintas Pustaka.