Buku petunjuk pelaksanaan pelayanan kesehatan jiwa di sekolah ini bertujuan untuk membantu pengelolaan UKS dalam mendeteksi dini dan menangani masalah emosi serta perilaku pada siswa, mengingat masalah tersebut dapat berdampak buruk pada perkembangan siswa dan prestasi belajar. Buku ini diharapkan dapat mengintegrasikan pelayanan kesehatan jiwa ke dalam program UKS di sekolah.
2. DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
MASALAH KESEHATAN JIWA DAN NAPZA
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
CETAKAN KETIGA TAHUN 2018
KEMENTERIAN
KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA
3. ii
Penasehat:
Direktur Pencegahan dan Pengendalian
Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza, Ditjen P2P, Kemenkes RI.
Tim Penyusun:
1. Prof. Dr. dr. Irawati Ismail, Sp.KJ., M.Epid (K).
2. Dr. dr. Tjhin Wiguna, Sp.KJ. (K).
3. dr. Edduwar Idul Riyadi, Sp.KJ.
4. Suharni Simbolon, SKM., M.Kes.
5. Drs. Subardi, M.Pd.
6. Waya Robin Subari, S.Pd.
7. Sri Hartati, S.Pd.
8. Dhito Aprianto, SKM.
9. Nizma Febrianti, SKM.
10. Tati Nuryati, SKM.,M.Kes.
11. Maryani, S.Psi.
12. Elna Yuslaini Siregar, M.Psi.
13. Danil Vina, sp.KJ.
Kontributor Daerah:
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jaya, Dinas Pendidikan Provinsi
DKI Jaya, Dinas Kesehatan Kotamadya Bogor dan Dinas
Pendidikan Kotamadya Bogor.
Tim Editor:
1. dr. Lina R. Mangaweang, Sp.KJ.
2. Marleni Desnita, S.Psi.
3. dr. Prianto Djatmiko, Sp.KJ.
Tim Administrasi:
1. Tetti Sariani Lubis, SH., MM.
2. Leni Mendra, SST., M.Kes.
TIM PENYUSUN
PETUNJUK PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN JIWA DI
SEKOLAH TERINTEGRASI PROGRAM USAHA KESEHATAN SEKOLAH
(UKS)
4. iii
Assalamu'alaikumWarahmatullahiWabarakatuh,
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji-syukur
kehadirat Allah Subhana Wa Ta'ala karena atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga buku petunjuk pelaksanaan pelayanan
kesehatan jiwa di sekolah yang terintegrasi dengan program
usaha kesehatan sekolah (UKS) dapat dicetak kembali untuk
ketiga kalinya sebagai edisi revisi.
Anak adalah tunas bangsa, generasi penerus dan
tumpuan harapan untuk melanjutkan cita-cita bangsa menuju
Indonesia yang bermartabat. Aset bangsa ini merupakan
modal utama sumber daya manusia yang memegang peranan
penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembangunan
nasional. Kualitas seorang anak maupun remaja juga
ditentukan oleh faktor bawaan dan pengaruh lingkungan
dimana remaja itu berkembang, termasuk asih, asah dan asuh
yang pernah diperolehnya mulai dari rumah di dalam keluarga,
dan guru di institusi sekolah sebagai tempat atau lembaga
pendidikan yang sangat penting dalam pembentukan
kepribadian, menentukan mutu dan kualitas remaja di
kemudian hari. Hampir sebagian besar waktu anak dan remaja
berada di sekolah bersama para guru dan kelompok teman-
temannya yang bisa saling mempengaruhi.
Pentingnya pembinaan lingkungan sekolah yang sehat
dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi remaja tak
lepas dari Upaya Kesehatan Sekolah (UKS). Upaya kesehatan
jiwa sebagai salah satu program yang terintegrasi dalam UKS,
memberikan peran yang sangat penting dan strategis untuk
mencapai status kesehatan anak didiknya. Penerapan UKS di
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
5. iv
tingkat pendidikan dasar, menengah dan atas (TK, SD, SMP dan
SMA) menitikberatkan pada upaya preventif dan promotif
perilaku berisiko pada anak dan remaja.
Upaya-upaya ini perlu dapat diimplementasikan secara
berkelanjutan, sehingga anak dan remaja dalam lingkungan
sekolah memiliki jaminan kesehatan secara holistik dan iklim
pertumbuhan yang mendukung dalam menciptakan generasi
yang berkarakter dan berkualitas.
Kepada tim penyusun dan editor buku ini, saya
sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih atas
kontribusi dan upayanya dalam melakukan beberapa
perbaikan pada buku cetakan ketiga edisi revisi ini. Masukan
dan saran dari pengguna buku ini sangat diharapkan guna
perbaikan-perbaikan program dan kegiatan selanjutnya.
WassalamualaikumWr.Wb.
Direktur Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit,
Kementerian Kesehetan RI,
dr. Anung Sugihantono, M.Kes
NIP. 196003201985021002
6. v
Assalamu'alaikumWr.Wb.
Anak dan remaja merupakan generasi penerus bangsa
dan menjadi tumpuan serta harapan para orang tua agar kelak
menjadi anak yang berguna bagi masyarakat, bangsa dan
negara. Oleh karena itu masa remaja merupakan masa
peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa. Pada masa
ini terjadi banyak perubahan yang amat pesat baik fisik,
psikologis dan sosial. Remaja dituntut untuk beradaptasi dan
tidak semua remaja mampu mengatasinya sehingga banyak
diantaranya yang mengalami masalah yang memerlukan
bantuan dari lingkungan. Bila mereka tidak mendapat
bantuan dalam penyelesaian masalah yang dihadapi, akan
dapat menghambat perkembangan mereka dan bahkan
menimbulkan gangguan baik bagi diri sendiri maupun bagi
lingkungan.
Selama ini sudah banyak upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan remaja, melalui pelayanan PKPR
(Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja) di Puskesmas dan UKS
(Usaha Kesehatan Sekolah) di sekolah. Namun upaya itu lebih
banyak terfokus pada pembinaan kesehatan fisik dan
kecerdasannya, misalnya dengan meningkatkan status gizi,
mencegah penyakit dengan melakukan imunisasi,
menyediakan sarana pendidikan yang baik dan lain-lain.
Masih belum optimalnya upaya yang dilakukan untuk
membina perkembangan mental remaja, bahkan tenaga
kesehatan diantaranya pengelola usaha kesehatan sekolah
dan PKPR sendiri masih kurang memahami masalah mental
emosional pada remaja.
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN DASAR
KETUA TIM PEMBINA USAHA KESEHATAN SEKOLAH KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
7. vi
Padahal masalah tersebut perlu dideteksi dan ditangani
dengan baik agar remaja dapat berkembang secara normal.
Saya menyambut baik terbitnya "Buku Petunjuk
Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Jiwa di Sekolah
Terintegrasi Program Usaha Kesehatan Sekolah" ini,
dengan harapan buku ini dapat bermanfaat bagi orang tua,
terutama pendidik/guru, dan masyarakat luas dalam
melakukan pengawasan dan mendeteksi sedini mungkin
terhadap gangguan dan hambatan perkembangan jiwa anak.
Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kami sampaikan kepada tim penyusun dan semua pihak yang
telah berkontribusi dalam menyelesaikan buku ini. Masukan
dan saran dari pengguna buku ini, sangat kami harapkan demi
penyempurnaannya.
WassalamualaikumWr.Wb.
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar & Menegah
Tim Pembina UKS Pusat
ttd
Hamid Muhammad, Msc, Ph.D
NIP. 195905121983111001
8. vii
Assalamu'alaikumWr.Wb.
Puji Syukur kita panjatkan Kehadirat Allah Yang Maha
Kuasa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Buku Petunjuk
Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Jiwa di Sekolah Terintegrasi
Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang telah tersusun
dapat dicetak kembali agar dapat dipergunakan sebagai acuan
di sekolah.
Program Indonesia Sehat dari Agenda ke-5 Nawa Cita
adalah meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
Salah satu upaya untuk mencapai Indonesia Sehat adalah
melalui gerakan nasional yang mengedepankan upaya
promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya
kuratif-rehabilitatif. Seluruh komponen bangsa turut serta
dalam memasyarakatkan paradigma sehat, mulai dari
individu, keluarga, dan masyarakat dalam mempraktekkan
perilaku hidup bersih sehat.
Sekolah sebagai institusi sarana pendidikan kedua
setelah orang tua dan merupakan wadah remaja di dalam
mengembangkan kompetensi diri. Untuk itulah diintegrasikan
pendidikan yang berkaitan dengan kesehatan jiwa untuk
pembentukan karakter remaja yang sehat, cerdas dan
berkualitas, menjadi manusia dewasa yang mampu
menghadapi tantangan dan berbagai kondisi lingkungan yang
kurang mendukung.
Kesehatan jiwa anak dan remaja merupakan salah satu
faktor penentu keberhasilan anak dan remaja di sekolah, serta
penentu masa depan mereka di masyarakat. Melalui Usaha
Kesehatan Sekolah perkembangan jiwa anak dapat dideteksi
sedini mungkin, sehingga terhindar dari gangguan yang dapat
menghambat perkembangannya. Oleh karena gejolak emosi
yang dialami remaja dapat menyebabkan mereka rentan
terhadap berbagai masalah perilaku negatif antara lain
KATA PENGANTAR
9. viii
tawuran, kenakalan remaja, putus sekolah, adiksi NAPZA,
alkohol dan tembakau, adiksi games on-line dan pornografi.
Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Jiwa di
Sekolah ini dapat membantu para orang tua dan para
pendidik/guru terhadap adanya gangguan perkembangan
anak, serta untuk mewujudkan kesehatan jiwa yang optimal
bagi peserta didik. Terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan buku ini.
WassalamualaikumWr.Wb.
Direktur P2 Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA
Dr. dr. Fidiansjah, Sp. Kj., MPH
NIP. 196306271988121002
10. ix
.............................................................................. ii
..................................................................................... iii
.................................................................................... v
.......................................................................... vii
...
.................................................................. 1
.................................................................... 1
................................................................................... 3
................................................................................. 4
........................................................................... 4
.................................................................... 6
........... ............................................................. 7
.. 7
.................... 8
........ 8
............................. 14
.......................... 22
............................ 25
.......................................................................................... 26
............................................................................. 26
........................................................ 27
....................... 29
.......................................................................... 29
................................................................................. 32
............................................................................ 33
.......................................................................... 35
.............................. ..................................................... 37
...................................................................... 55
DAFTAR ISI
Tim Penyusun
Sambutan
Sambutan
Kata Pengantar
BAB I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sasaran
D. Pengertian
E. Ruang Lingkup
F. Dasar Hukum
G. Struktur, Tugas Dan Fungsi Kesehatan Jiwa di Sekolah
BAB II. Pelayanan Kesehatan Jiwa di Sekolah
A. Pendidikan Kesehatan Jiwa di Sekolah/Madrasah
B. Pelayanan Kesehatan Jiwa di Sekolah
C. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat
D. Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan
Kesehatan Jiwa di Sekolah/Madrasah
BAB III. Pelaksanaan Kegiatan Kesehatan Jiwa di
Sekolah
A. Persiapan
B. Pelaksanaan Kegiatan
BAB IV. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
A. Monitoring
B. Evaluasi
C. Pelaporan
BAB V. PENUTUP
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
12. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Anak usia sekolah merupakan sumber daya manusia
yang sangat potensial bagi pembangunan bangsa dan
merupakan satuan yang terorganisir serta mudah untuk
dimotivasi dalam wadah sekolah. Anak usia sekolah juga
memiliki Angka Partisipasi Murni (APM) yang tinggi. Data
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013, APM
siswa Sekolah Dasar dan sederajat adalah 92,43 %, siswa
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan sederajat 70,73 %,
siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat 51,35 %.
Hal ini merupakan peluang yang besar untuk melakukan
pembinaan kesehatan jiwa bagi anak usia sekolah melalui jalur
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Berdasarkan fakta yang ditemui, UKS yang selama ini
sebagai sarana untuk mewujudkan peserta didik yang sehat
lebih berfokus pada kesehatan fisik dan kelengkapan sarana
dan prasarana. Akan tetapi, masalah yang ditemui pada
anak usia sekolah tidak hanya fisik namun juga meliputi
masalah emosi dan perilaku.
Masalah emosi dan perilaku pada anak usia sekolah
merupakan masalah yang penting dicermati oleh karena
adanya masalah tersebut pada anak usia sekolah seringkali
berdampak terhadap fungsi kehidupan mereka sehari-hari.
Anak dengan masalah emosi dan perilaku seringkali
mengalami kesulitan belajar, putus sekolah, masalah
berinteraksi dengan teman sebaya, serta mengalami
kesulitan dalam beradaptasi dengan berbagai situasi
kehidupan termasuk terlibat dengan kenakalan remaja,
13. 2
penggunaan zat terlarang, kekerasan di lingkungan sekolah
serta perkelahian di antara remaja. Penelitian menunjukkan
bahwa 5-9 persen dari anak-anak tidak berkembang secara
akademis karena masalah emosi dan perilaku.
Pada peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP),
Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA),
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah
(MA) pada umumnya lebih banyak terkait dengan perilaku
berisiko. Perilaku berisiko itu di antaranya kebiasaan
merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol, melakukan
hubungan seks di luar nikah, geng motor, tawuran dan bolos
sekolah.
Hasil penelitian dr. Elly Ang (2006-2007) terhadap 385
remaja berusia 11-17 tahun di Jakarta dengan menggunakan
SDQ (Strenght Difficult Questionnaire)menunjukkan:
1. Masalah hiperaktivitas 5,96 %.
2. Masalah emosi 26,16 %.
3. Masalah perilaku 22,27 %.
4. Masalah dengan teman sebaya 2,59 %.
5. Masalah pro-sosial 2,59 %.
Kesehatan jiwa anak dan remaja merupakan salah satu
faktor penentu keberhasilan anak dan remaja di sekolah, serta
penentu masa depan mereka di masyarakat. Kondisi tersebut
dipertimbangkan oleh karena anak dan remaja menghabiskan
hampir sebagian besar waktu mereka di sekolah. Hal ini
menempatkan sekolah menjadi tempat yang penting untuk
melakukan deteksi dan intervensi dini persoalan atau
kesulitan emosi dan perilaku yang mungkin mereka hadapi.
Oleh karena itu merupakan suatu hal yang penting
mengembangkan usaha kesehatan jiwa anak dan remaja di
sekolah.
Pada tahun 2012, unsur kesehatan jiwa sudah masuk
14. 3
B. Tujuan
Tujuan Umum :
Terwujudnya warga sekolah/madrasah yang sehat.
Tujuan Khusus :
1. Meningkatkan derajat kesehatan warga sekolah/madrasah.
2. Memfasilitasi warga sekolah/madrasah, orang
tua/pengasuh peserta didik, Tim Pelaksana UKS dan Tim
Pembina UKS dalam melakukan program kesehatan jiwa.
3. Meningkatkan kerjasama antara warga sekolah/madrasah,
orang tua/pengasuh peserta didik, Tim Pelaksana UKS dan
Tim Pembina UKS dalam melakukan program kesehatan
jiwa.
dalam indikator penilaian lomba sekolah sehat. Namun
sangat disayangkan, banyak sekolah yang belum menerapkan
kegiatan dalam mewujudkan sekolah yang sehat dari unsur
jiwanya. Hal ini disebabkan masih minimnya pengetahuan
dan pemahaman pengelola program UKS tentang kesehatan
jiwa dan belum adanya petunjuk pelaksanaan program
kesehatan jiwa di Sekolah. Program kesehatan jiwa di sekolah
dilaksanakan untuk mencapai kesehatan yang optimal bagi
warga sekolah dan bukan untuk menstigmasisasi. Untuk itu
diperlukan adanya Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) program
kesehatan jiwa terintegrasi Program Usaha Kesehatan
Sekolah.
C. Sasaran
1. Sasaran Utama
Warga sekolah (peserta didik, tenaga pendidik dan
kependidikan).
2. Sasaran Pendukung Program
a. Puskesmas.
15. 4
b. Tim Pelaksana UKS dan Tim Pembina UKS.
c. Orang tua/Pengasuh peserta didik.
d. Masyarakat di lingkungan sekolah.
D. Pengertian
1. Sehat
Menurut Undang-undang nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup secara produktif secara sosial dan ekonomis.
2. Kesehatan Jiwa
Kondisi dimana seorang individu dapat berkembang
secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu
tersebut dapat menyadari kemampuan sendiri, dapat
mengatasi tekanan/stres, dapat bekerja secara produktif
dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya
sebagai manusia tertentu.
3. Warga Sekolah
Seluruh individu yang terlibat dalam pelaksanaan sekolah
termasuk kepala sekolah, siswa, tenaga pendidik (kepala
sekolah dan guru), tenaga kependidikan (tata usaha dan
pustakawan) dan pekerja sekolah lainnya.
4. UKS
Upaya pendidikan dan kesehatan yang dilaksanakan
secara terpadu, sadar, berencana, terarah, dan
bertanggung jawab dalam menanamkan, menumbuhkan,
mengembangkan, dan membimbing untuk menghayati,
menyenangi dan melaksanakan prinsip hidup sehat dalam
kehidupan peserta didik sehari-hari.
16. 5
5. Tim Pembina UKS
Tim yang bertanggung jawab dalam pembinaan UKS yang
berkedudukan mulai dari tingkat pusat sampai kecamatan.
6. Tim Pelaksana UKS
Tim yang melaksanakan kegiatan UKS di sekolah.
7. Keterampilan Sosial
Kemampuan individu untuk berkomunikasi efektif dengan
orang lain baik secara verbal maupun non verbal sesuai
dengan situasi dan kondisi, dimana keterampilan ini
merupakan perilaku yang dipelajari.
8. Pola Asuh
Suatu bentuk interaksi antara orangtua/pengasuh dengan
anak dengan cara menstimulasi anak dalam membentuk
suatu kepribadian, perilaku, pengetahuan serta nilai-nilai
bagi anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitar.
9. Strenght Difficult Questionnaire (SDQ) adalah kuestioner
kesehatan jiwa bagi anak dan remaja dengan rentang usia
4-18 tahun yang dikembangkan oleh Departemen Psikiatri
FKUI-RSCM Jakarta dari Robert N Goodman (UK).
10. Pediatric Symtomp Cheklist (PSC) adalah kuesioner yang
menilai masalah psikososial anak dan remaja mulai dari
usia 4-18 tahun yang telah di validasi oleh Departemen
Psikiatri FKUI-RSCM Jakarta.
11. Symptomd Checklist 90 (SCL-90) adalah instrumen
psikometri yang berbentuk self report dan dirancang
untuk mengevaluasi masalah-masalah psikologis dan
gejala-gejala psikopatologi.
12. Anak dan Remaja
Individu yang berusia kurang dari 18 tahun.
17. 6
13. Sekolah/Madrasah
S e k o l a h a d a l a h s a t u a n p e n d i d i k a n y a n g
menyelenggarakan pendidikan umum di bawah
koordinasi dan pembinaan Kementerian Pendidikan Dasar
dan Menengah.
M a d r a s a h a d a l a h s a t u a n p e n d i d i k a n y a n g
menyelenggarakan pendidikan umum dan keagamaan di
bawah koordinasi dan pembinaan Kementerian Agama.
Ruang lingkup dari buku ini adalah bagaimana
melaksanakan pengembangan program kesehatan jiwa di
sekolah melalui Trias UKS yang mencakup :
1. Pendidikan kesehatan (kegiatan ekstrakurikuler dan
intrakurikuler).
2. Pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif).
3. Pembinaan lingkungan sekolah sehat.
E. Ruang lingkup
1. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak.
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah.
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan .
F. Dasar Hukum
18. 7
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Jiwa.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang
Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal.
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun
2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014
tentang Upaya Kesehatan Anak.
9. Peraturan Bersama (SKB) 4 Menteri antara Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, Menteri Agama Republik
Indonesia dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 6/X/PB/2014, Nomor 73 Tahun 2014, Nomor 41
Tahun 2014, Nomor 81 Tahun 2014 tentang Pembinaan dan
Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah .
G. Struktur, Tugas dan Fungsi Kesehatan Jiwa di Sekolah
Pengembangan program kesehatan jiwa di sekolah
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari program UKS.
Maka untuk struktur, tugas dan fungsi dari pembina, pelaksana
kesehatan jiwa di Sekolah/Madrasah baik di tingkat pusat,
p r o v i n s i , k a b u p a t e n / k o t a , k e c a m a t a n d a n d i
Sekolah/Madrasah pada dasarnya sama sesuai Pedoman UKS.
19. 8
BAB II
PELAYANAN KESEHATAN JIWA DI SEKOLAH
Pengembangan kesehatan jiwa di sekolah tidak berbeda
dengan pelaksanaan pelayanan kesehatan lainnya yang telah
dikembangkan di sekolah melalui Trias UKS pada program UKS.
Untuk mengembangkan sekolah sehat dilakukan upaya
menanamkan perilaku hidup sehat sedini mungkin melalui
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan
lingkungan sekolah sehat. Sesuai dengan pedoman UKS, maka
Trias UKS dalam pelaksanaan program kesehatan jiwa di sekolah
meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut :
A. Pendidikan Kesehatan Jiwa di Sekolah/Madrasah
Pendidikan kesehatan jiwa adalah usaha/bantuan yang
diberikan berupa bimbingan, pelatihan keterampilan sosial,
dan tuntunan kepada peserta didik tentang kesehatan jiwa
yang meliputi; perkembangan fisik dan jiwa sesuai kelompok
usia peserta didik, permasalahan yang sering dihadapi, dan
keterampilan sosial dalam meningkatkan ketahanan mental
agar kepribadian peserta didik dapat tumbuh dengan baik.
1. Tujuan Pendidikan Kesehatan Jiwa di Sekolah/
Madrasah.
Tujuan pendidikan kesehatan jiwa adalah :
a. Bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan :
1) Memahami tentang perkembangan jiwa peserta
didik sesuai kelompok usia mereka dikaitkan dengan
perkembangan fisik.
20. 9
2) Memahami permasalahan kesehatan jiwa yang
sering dihadapi peserta didik sesuai kelompok usia
dan warga sekolah lainnya.
3) Mampu membimbing peserta didik dalam
meningkatkan kesehatan jiwa.
4) Warga sekolah mampu berfikir dan berperilaku
positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
5) Mewujudkan hubungan kerjasama yang harmonis
antara sesama warga sekolah.
b. Bagi Peserta didik :
1) Mampu menghadapi tantangan hidup serta memiliki
daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar
(narkoba, arus dan teknologi informasi).
2) Mampu berfikir dan berperilaku positif terhadap diri
sendiri dan orang lain.
3) Mewujudkan hubungan kerjasama yang harmonis
antara sesama warga sekolah.
2. Pelaksanan Pendidikan Kesehatan Jiwa di
Sekolah/Madrasah.
Pendidikan kesehatan jiwa anak dan remaja di sekolah
dilaksanakan melalui :
a. Kegiatan intrakurikuler yakni pelaksanaan
pembelajaran kesehatan jiwa yang diintegrasikan
dengan semua mata pelajaran pada kurikulum yang
berlaku. Dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan jiwa
intrakurikuler disesuaikan dengan usia peserta didik,
sebagai berikut ini :
21. 10
1). Untuk usia 4-10 tahun (TK-SD kelas 4) Materi
pendidikan kesehatan jiwa mencakup :
• Perilaku sehat jiwa dalam keluarga (lihat materi
kesehatan jiwa "Aku dan Keluargaku").
• Cara berteman yang baik (lihat materi kesehatan
jiwa "Aku dan Teman-temanku").
• Cara mengenali dan menghadapi emosi (lihat
materi kesehatan jiwa "Mengenal dan Menghadapi
Berbagai Macam Emosi").
2). Untuk usia 11-18 tahun (SD Kelas 5-SMA) Materi
pendidikan kesehatan jiwa mencakup:
• Materi perkembangan fisik dan jiwa sesuai
kelompok usia peserta didik (lihat Pedoman Upaya
Kesehatan Jiwa Anak Usia Sekolah di tingkat
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah
Lanjutan).
• Permasalahan kesehatan jiwa yang sering dihadapi
peserta didik.
• Meningkatkan kecakapan hidup dalam
menghadapi pengaruh negatif dari luar serta
membimbing siswa untuk berperilaku hidup sehat,
berteman yang baik (lihat materi kesehatan jiwa
"Keterampilan Sosial").
b. Kegiatan ekstrakurikuler, yaitu kegiatan pembelajaran
yang dilaksanakan di luar jam pelajaran sekolah
maupun di luar sekolah untuk menerapkan materi
kesehatan jiwa serta meningkatkan perilaku hidup
sehat bagi peserta didik, antara lain berupa :
22. 11
1) Kegiatan yang melibatkan warga sekolah dan tenaga
kesehatan, meliputi :
• Kader kesehatan sekolah (dokter kecil, kader
kesehatan sekolah/KKR, konselor sebaya/peer
conselor, pramuka, PMR, kunjungan ke RS Jiwa,
Panti Sosial dll).
• Kreatifitas peserta didik : Majalah dinding (untuk
menampilkan prestasi, kegiatan dan informasi
kesehatan jiwa di Sekolah yang bertujuan untuk
meningkatkan dan memotivasi warga sekolah).
2) Pendidikan dan bimbingan kesehatan yang
diberikan kepada tenaga pendidik dan
kependidikan, orangtua/pengasuh dan pengelola
UKS. Materi yang diberikan adalah semua materi
yang ada di pendidikan kesehatan jiwa serta materi
pola asuh. Bimbingan untuk menerapkan perilaku
hidup sehat seperti menghindari kebiasaan merokok
dan NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotik dan Zat
Adiktif lainnya) meningkatkan kerjasama kelompok,
tidak terlibat tawuran, tidak terlibat perkelahian,
adanya hubungan yang harmonis antara peserta
didik, pendidik, tenaga kependidikan, dan kepala
sekolah melalui materi keterampilan sosial.
c. Kegiatan sosial di sekolah
Kegiatan-kegiatan bersifat sosial yang mendukung
kesehatan jiwa peserta didik seperti:
23. 12
1) Kerja bakti yang dapat mempererat rasa
persaudaraan dan kebersamaan .
2) Aksi sosial (kunjungan dan memberi bantuan ke
panti sosial) dsb.
d. Kegiatan perlombaan yang dapat meningkatkan
kesehatan jiwa peserta didik, seperti:
1) Pertandingan olah raga.
2) Perlombaan pada hari-hari besar Nasional yang
dirayakan oleh Sekolah dan Madrasah dsb.
3. Pendekatan dan Metode Pendidikan Kesehatan Jiwa di
Sekolah/Madrasah
a. Pendekatan
Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam
rangka melaksanakan pendidikan kesehatan antara lain
adalah melalui pendekatan :
1) Individual (konseling oleh guru dan teman sebaya).
2) Kelompok di dalam dan di luar jam pelajaran
• Di dalam kelas misalnya melalui proses
pembelajaran di kelas .
• Di luar kelas misalnya melalui kegiatan
ekstrakurikuler.
• Lingkungan keluarga misalnya makan bersama,
melakukan ibadah bersama dan orang tua
membangun komunikasi berkualitas untuk anak
(keluarga inti).
24. 13
b. Metode
Dalam proses belajar mengajar guru dan pembina
dapat menggunakan metode misalnya; belajar
kelompok, kerja kelompok, diskusi, belajar perorangan,
pemberian tugas, karya wisata, bermain peran, tanya
jawab, simulasi dan bimbingan (konseling).
Agar tujuan pendidikan kesehatan jiwa bagi peserta
didik dapat tercapai secara optimal, maka dalam
pelaksanaannya memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1). Memperhatikan kebutuhan pembangunan nasional.
2). Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi.
3). Sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
4). Sesuai dengan tingkat kemampuan dan perbedaan
individual peserta didik.
5) Diupayakan sebanyak-banyaknya melibatkan peran
aktif peserta didik.
6). Selalu mengacu pada tujuan pendidikan kesehatan
jiwa.
4. Evaluasi Pelaksanaan program Kesehatan Jiwa di
Sekolah/Madrasah.
Untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan program
kesehatan jiwa di sekolah/madrasah maka perlu dilakukan
evaluasi.
Evaluasi pelaksanaan program kesehatan jiwa di
sekolah/madrasah adalah:
a. Kurang (<50 %).
b. Cukup (50-75 %).
c. Baik (>75 %).
d. Sangat baik (100 % plus swadana).
25. 14
B. Pelayanan Kesehatan Jiwa
1. Pelayanan Kesehatan Jiwa di Sekolah/Madrasah.
Pelayanan kesehatan jiwa di sekolah/madrasah
adalah upaya peningkatan (promotif), pencegahan
(preventif), tatalaksana (kuratif) dan pemulihan
(rehabilitatif) yang dilakukan terhadap peserta didik dan
lingkungannya.
Adapun kegiatan-kegiatan tersebut meliputi :
a. Peningkatan kesehatan jiwa (promotif) dilaksanakan
melalui kegiatan penyuluhan kesehatan termasuk
penyuluhan masalah emosi, perilaku dan latihan
keterampilan sosial.
b. Pencegahan (preventif) dilaksanakan melalui deteksi
dini atau penapisan awal kepada seluruh peserta didik
dengan cepat dan bersifat massal dengan
menggunakan kuesioner PSC (Pediatric Symptom
Checklist). Selanjutnya dilakukan penilaian pada
peserta didik yang terjaring dari hasil penapisan awal
dengan menggunakan SDQ (Strengths and Difficulties
Questionnaire) yang terdiri dari SDQ Anak (usia 4-10
tahun) dan SDQ Remaja (usia 11-18 tahun). Deteksi dini
kepada tenaga pendidik dan kependidikan dan
orangtua/pengasuh dengan menggunakan SCL-90.
Deteksi dini dilakukan melalui pemeriksaan secara
berkala dan pengamatan.
c. Tatalaksana dan pemulihan masalah kesehatan jiwa
dilakukan melalui :
1) Intervensi dini berupa psikoedukasi dan konseling
(oleh guru dan teman sebaya).
26. 15
2). Pembinaan dan konseling kepada keluarga agar ikut
berperan aktif dalam memberikan bimbingan,
meningkatkan kemampuan anak didik serta
meningkatkan kesehatan jiwanya.
3). Bila permasalahan tidak dapat ditangani di sekolah
dapat di rujuk ke puskesmas atau rumah sakit
dengan membawa buku rujukan kasus atau buku
rapor kesehatanku.
2. T u j u a n P e l a y a n a n K e s e h a t a n J i w a d i
Sekolah/Madrasah.
Tujuan pelayanan kesehatan jiwa di sekolah/madrasah
adalah untuk :
a. Memberikan penyuluhan, pelatihan dan bimbingan
kepada warga sekolah.
b. Melakukan deteksi dini masalah kesehatan jiwa bagi
warga sekolah.
c. Melakukan intervensi dini terhadap warga sekolah
yang terdeteksi.
d. Merujuk warga sekolah yang tidak bisa ditangani ke
puskesmas atau rumah sakit.
3. Tempat dan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Jiwa di
Sekolah/Madrasah.
Kegiatan pelayanan kesehatan jiwa dapat dilakukan di
sekolah/madrasah dan di puskesmas.
a. Sekolah/Madrasah.
Untuk pemeriksaan skrining secara umum (semua
peserta didik dalam satu sekolah) digunakan kuesioner
Pediatric Symptom Checklist (PSC). Jika ditemukan ada
masalah psikososial dilanjutkan dengan pemeriksaan
menggunakan kuesioner SDQ.
27. 16
Pemeriksaan ini lebih mengetahui masalah kesehatan
jiwa yang dialaminya, agar mempermudah melakukan
konseling dan penanganan lanjutan. Selanjutnya untuk
pemeriksaan berkala bagi peserta didik yang dianggap
bermasalah digunakan kuesioner SDQ. Selain itu guru
juga dapat mengobservasi prestasi belajar, emosi,
perilaku, konsentrasi dan sikap terhadap teman sebaya
melalui buku pengamatan rapor kesehatan siswa
sebagai bagian dari penilaian. Bagi peserta didik usia 4-
10 tahun dengan menggunakan SDQ Anak. SDQ Anak
dan PSC diisi oleh guru kelas dan orang tua/pengasuh
anak didik dengan penjelasan pengisian kuesioner
terlebih dahulu oleh guru/tenaga kesehatan (pengelola
program UKS) yang sudah memahami pengisian
kuesioner SDQ dan PSC. Peserta didik usia di atas 11-18
tahun, dapat mengisi sendiri kuesioner SOQ Remaja
dengan penjelasan sebelumnya. Deteksi dini dapat
dilakukan pada awal masuk sekolah dan selanjutnya
dilakukan secara berkala minimal 1 kali dalam 6 bulan.
1) Masalah Prestasi Belajar (Proses Pembelajaran)
a) Seluruh prestasi belajar rendah :
• Kesulitan belajar.
• Gangguan penyesuaian .
• Gangguan fungsi bahasa
• Gangguan keterbatasan kosa kata .
• Gangguan penglihatan pendengaran.
28. 17
b) Sebagian prestasi belajar rendah .
Kesulitan menulis, berhitung, membaca,
prakarya disebabkan oleh keterampilan
motorik kurang berkembang.
c) Prestasi belajar tidak stabil.
• Gangguan konsentrasi (gangguan
pemusatan perhatian, dan hiperaktifitas).
• Takut, cemas, tak mau sekolah, sering
mengeluh sakit perut, muntah, kepala, sukar
tidur (gangguan emosional seperti cemas
dan depresi).
• Sering sakit (asma, batuk-pilek, TBC dan
penyakit kronis lain).
2) Masalah Perilaku
a) Terlalu nakal, usil, sering menggangu teman,
tidak bisa duduk diam, dan sering bikin ulah di
kelas.
b) Terlalu pasif, pendiam, tak suka bergaul,
menyendiri, tak bisa bekerjasama dalam
kelompok di sekolah maupun di rumah.
c) Murung, sedih, mudah tersinggung, banyak
menangis dan merasa rendah diri.
Deteksi untuk tenaga pendidik (guru) dan tenaga
kependidikan (pegawai tata usaha, pekerja sekolah
lainnya) dengan menggunakan SCL-90. Deteksi
dilakukan oleh petugas puskesmas yang terlatih pada
saat melakukan kegiatan penjaringan kesehatan dan
kegiatan UKS di sekolah. Apabila hasil deteksi ditemukan
29. 18
ada tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang
bermasalah kesehatan jiwa, maka di diskusikan kepada
kepala sekolah untuk intervensi tindak lanjut, atau
dapat dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit terdekat
yang mempunyai tenaga kesehatan terlatih kesehatan
jiwa. Apabila dari hasil deteksi ditemukan pada kepala
sekolah maka didiskusikan pada dinas pendidikan.
b. Puskesmas.
Kasus yang tidak dapat diatasi di sekolah/madrasah,
dirujuk ke Puskesmas untuk mendapatkan tindak lanjut
pelayanan kesehatan jiwa oleh tenaga kesehatan.
Setiap peserta didik dan warga sekolah harus memiliki
surat rujukan ke pelayanan kesehatan. Kegiatan
pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang sudah terlatih. Contoh
pelayanan kesehatan jiwa adalah pemberian terapi
farmakologi dan konseling oleh tenaga kesehatan yang
telah terlatih kesehatan jiwa.
Peserta didik yang perlu dirujuk adalah peserta didik
yang tidak mengalami pemulihan kesehatan jiwa
setelah dibimbing dan dibina oleh guru dan kader
kesehatan remaja yang sudah terlatih dalam kurun
waktu 1-3 bulan.
30. 19
ALUR INTERVENSI MASALAH KESEHATAN JIWA
Bila diduga ada permasalahan pada prestasi belajar dan/
atau perilaku
Gunakan instrument skrining PSC/SDQ
Hasil skrining, bermasalah kesehatan jiwa
Pendidik mengajak bicara dan mendengarkan keluh
kesah peserta didik dengan sabar dan penuh perhatian,
libatkan juga orangtua peserta didik dan teman-teman di
kelas untuk membantu
Lakukan skrining SCL-90 pada orang tua dan guru
Tentukan pokok permasalahannya, dan coba atasi
dengan fasilitas dan kemampuan di sekolah
Apabila ada perubahan, tetap lakukan observasi jika tidak
ada perubahan/sulit diatasi, rujuk ke puskesmas atau
rumah sakit terdekat
31. 20
ALUR PENJARINGAN DAN PEMERIKSAAN JIWA/MENTAL
PENJARINGAN KESEHATAN
MENTAL DENGAN PSC/SEKALI
ADA MASALAH PSIKOSOSIAL
PENGAMATAN MELALUI
RAPOR KESEHATAN
ADA MASALAH
TIDAK ADA
MASALAH
PSIKOSOSIAL
NORMAL
PEMERIKSAAN SDQ ULANG
SETELAH 3 BULAN
NORMAL
SKOR KESULITAN
BORDERLINE
ABNORMAL
(RUJUK FASKES)
SKOR MASALAH
EMOSI SKOR MASALAH
PRILAKU
SKOR KEKUATAN/PROSOSIAL
ABNORMAL
(RUJUK FASKES)
BORDERLINE
BORDERLINE BORDERLINE BORDERLINE BORDERLINE
ABNORMAL
RUJUK
FASKES
RUJUK
FASKES
RUJUK
FASKES
RUJUK
FASKES
ABNORMAL
ABNORMAL ABNORMAL
SKOR
HYPERAKTIVITAS
SKOR MASALAH
TEMAN SEBAYA
KONSELING KONSELING KONSELING KONSELING
SKOR KESULITAN DAN
KEKUATAN
RUJUK
FASKES
BORDERLINE ABNORMAL
PEMERIKSAAN SDQ
33. 22
C. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat
Lingkungan sekolah sehat adalah suatu kondisi
lingkungan sekolah yang dapat mendukung tumbuh
kembang fisik, jiwa dan spiritual peserta didik dalam
mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Pembinaan lingkungan sekolah sehat dilaksanakan
dalam rangka menjadikan sekolah sebagai institusi
pendidikan yang dapat menjamin berlangsungnya proses
pembelajaran yang mampu menumbuhkan kesadaran,
kesanggupan dan kemampuan hidup sehat peserta didik.
Adapun kegiatan yang dapat dilakukan adalah :
1. Kegiatan pembinaan lingkungan sekolah dalam aspek
kesehatan jiwa yang meliputi upaya :
a. Mencegah terjadinya masalah kesehatan jiwa warga
sekolah, misalnya peningkatan kehidupan
beragama, memotivasi keteladanan guru dan siswa
dalam berperilaku sehat.
b. Menciptakan suasana dan hubungan kekeluargaan
yang akrab dan erat antar sesama warga sekolah
dan masyarakat.
2. Pelaksana Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat :
a. Kepala Sekolah/Madrasah
Kepala sekolah/madrasah selaku Ketua Tim
Pelaksana UKS di sekolah/madrasah bertanggung
j a w a b t e r h a d a p p e l a k s a n a a n p e m b i n a a n
lingkungan sekolah sehat di sekolah/madrasah
masing-masing. Dalam melaksanakan pembinaan,
kepala sekolah/madrasah dibantu oleh pendidik,
34. 23
pegawai sekolah/madrasah, peserta didik, orang
tua peserta didik (komite sekolah) dll.
b. Pendidik
Dalam melaksanakan pembinaan lingkungan
sekolah sehat, pendidik mempunyai peranan
penting antara lain dengan cara memberikan :
1) Pengetahuan praktis tentang pembinaan
lingkungan sekolah sehat.
2) Bimbingan dan keteladanan dalam sikap
serta tindakan yang bersahabat dengan para
peserta didik.
3) Melakukan pengawasan, pengamatan dan
pemantauan pada peserta didik dalam
perilaku kesehatan jiwa peserta didik.
4) Membimbing dan membina peserta didik
agar mau dan terampil dalam menerapkan
perilaku hidup sehat dan perilaku hidup
sehat baik di lingkungan sekolah, keluarga
dan lingkungan masayarakat.
c. Peserta didik
Peserta didik diharapkan ikut berperan serta
secara aktif dalam :
1) Menjaga dan menerapkan lingkungan
sekolah yang ramah, aman dan harmonis
serta mengawasi lingkungan sekolah dari
perilaku-perilaku negatif yang dapat
mengganggu ketentraman dan keamanan
lingkungan sekolah.
35. 24
2) Piket kelas bertugas untuk menjaga keamanan,
kekeluargaan dan ketertiban kelasnya masing-
masing.
3) Menjaga/memelihara lingkungan sehat di
lingkungan keluarga dan masyarakat, misalnya
d e n g a n m e n y a m p a i k a n p e s a n t e n t a n g
lingkungan sehat jiwa dan perilaku sehat jiwa
kepada anggota keluarga yang lain dan
masyarakat.
d. Pegawai Sekolah/Madrasah
Pegawai sekolah/madrasah yang merupakan warga
sekolah yang bersangkutan sehingga perlu ikut
melaksanakan penyelenggaraan dan mengawasi
serta memelihara lingkungan sekolah sehat jiwa,
terutama pada penyediaan fasilitas sarana dan
prasarana.
e. Komite Sekolah/Madrasah
Komite sekolah sebagai wadah organisasi orangtua
peserta diharapkan berperan secara aktif dalam
melaksanakan pembinaan lingkungan sekolah
sehat dan menunjang kegiatan yang ada .
3. Masyarakat
Masyarakat di sekitar sekolah/madrasah diharapkan
berperan serta untuk melaksanakan pembinaan
terutama memelihara dan menjaga lingkungan
sekolah sehat.
36. 25
D. Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Jiwa
di Sekolah/Madrasah
Untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan pelayanan
kesehatan jiwa di sekolah/madrasah maka perlu dilakukan
evaluasi.
Evaluasi pelaksanaan pelayanan kesehatan jiwa di
sekolah/madrasah adalah :
1. Kurang (<50 %) .
2. Cukup (50-75 %).
3. Baik (>75 %) .
4. Sangat baik (100 % plus swadana) .
Keterangan :
• Hasil evaluasi didapat dari hasil jumlah monitoring dibagi
total skor dikali 100 %.
• Penilaian evaluasi disebut kurang bila jumlah jawaban
dibagi total skor dikali 100 % hasilnya kurang dari 50 %.
• Penilaian evaluasi disebut cukup bila jumlah jawaban
dibagi total skor dikali 100 % hasilnya 50 -75 %.
• Penilaian evaluasi disebut baik bila jumlah jawaban dibagi
total skor dikali 100 % hasilnya lebih dari 75 %.
• Penilaian evaluasi disebut sangat baik bila jumlah
jawaban dibagi total skor dikali 100 % hasilnya 100 % plus
swadana .
37. 26
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN KESEHATAN JIWA
DI SEKOLAH
A. Persiapan
1. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan
lintas sektoral terkait (Dinas Pendidikan dan Kantor
Kemenag Kota) untuk memberikan informasi dan
sosialisasi kepada sekolah-sekolah, agar menghasilkan :
a. Kesepakatan tentang pelaksanaan kesehatan jiwa di
sekolah/madrasah.
b. Inventarisasi tenaga, sarana termasuk dana yang ada
untuk kebutuhan pelaksanaan kesehatan jiwa
sekolah/madrasah.
c. Identifikasi kebutuhan operasional dalam kegiatan
pelaksanaan kesehatan jiwa di sekolah/madrasah.
d. Persiapan pelaksanaan kesehatan jiwa meliputi
kesiapan Puskesmas, jumlah sekolah, dan jumlah warga
sekolah di tiap wilayah kerja Puskesmas.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menugaskan kepada
Puskesmas untuk melaksanakan kegiatan deteksi dini
kesehatan jiwa peserta didik di wilayah kerjanya untuk
memperoleh besaran masalah kesehatan jiwa peserta
didik di sekolah yang dapat diawali pada kegiatan
penjaringan.
38. 27
3. Puskesmas mengadakan pertemuan dengan unsur Tim
Pembina UKS Kecamatan lainnya dan kepala sekolah serta
unsur lain yang dipandang perlu untuk menghasilkan:
a. Inventarisasi data tentang jumlah sekolah, penyebaran
sekolah serta jumlah warga sekolah.
b. Rencana kerja pelaksanaan kesehatan jiwa di sekolah,
yang mencakup jadwal kerja, tenaga pelaksana,
kegiatan pelaksanaan, pencatatan dan pelaporan
pengembangan pelayanan kesehatan jiwa menurut
sekolah sasaran.
4. Satuan pendidikan
a. Inventarisasi data tentang jumlah peserta didik,
pendidik dan tenaga kependidikan untuk dilakukan
deteksi dini.
b. Inventarisasi data tentang jumlah pendidik yang dapat
dilatih untuk melakukan deteksi dini dan intervensi
psikoedukasi terhadap peserta didik.
c. Inventarisasi data tentang jumlah peserta didik yang
dapat dilatih keterampilan sosial sebagai konselor
sebaya dan kader kesehatan remaja.
B. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan kesehatan jiwa disekolah oleh tim
pelaksana UKS berkoordinasi dengan Puskesmas. Puskesmas
sebagai organisasi fungsional kesehatan di tingkat pelayanan
dasar bertanggungjawab dalam pelaksanaan deteksi
kesehatan jiwa, pelatihan, pembinaan dan pemberian tindak
lanjut pelayanan kesehatan jiwa. Puskesmas dan sekolah
bersama-sama bertanggung jawab melaksanakan deteksi dini
kesehatan jiwa serta intervensi terhadap masalah kesehatan
jiwa yang ditemui. Puskesmas berkoordinasi dengan
sekolah/guru UKS di wilayah kerja untuk menentukan jadwal
39. 28
kegiatan kesehatan jiwa disekolah. Untuk kegiatan psikoedukasi
dapat memanfaatkan PKPR, Promosi Kesehatan di sekolah serta
kegiatan-kegiatan UKS lainnya.
Pelaksanaan Kegiatan di Sekolah adalah sebagai berikut :
Data peserta
didik
Kegiatan /
pelaksanaan
Kepala
puskesmas
Kepala
sekolah
Tim
tenaga
kesehatan
Guru
UKS
Dokter
kecil/
KKR
Orang
tua
Penanggung
jawab
Sasaran
Sekolah peserta
didik
Sekolah Tim
Pelaksa-
na UKS
Koordinasi
pelaksanaan:
menyepakati
tempat, waktu
Orientasi teknis
pelaksanaan
Puskesmas Guru BK
dan guru
UKS,
dokter
kecil/
KKR
Pelatihan
psikoedukasi
(keterampilan
sosial) kepada
guru
Puskesmas Guru BK
dan Pen-
gelola
program
UKS
Informasi
peserta didik
dan orangtua
peserta didik
Sekolah
Menyediakan
form pemerik-
saan
Sekolah dan
atau Puskes-
mas
Feedback hasil
pemeriksaan ke
sekolah
Puskesmas
Feedback hasil
pemeriksaan ke
orang tua
Sekolah
Tatalaksana
kelainan yang
ditemukan
Puskesmas
Dan sekolah
Mengenali
gejala perilaku
berisiko dan
merujuk ke
puskesmas
Sekolah
40. 29
BAB IV
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
Monitoring, evaluasi dan pelaporan dalam pelaksanaan
program pembinaan dan pengembangan kesehatan jiwa di
sekolah untuk mengetahui sejauh mana manfaat maupun
keberhasilan dari program yang telah dilaksanakan serta untuk
mengetahui kendala dan hambatan, sekaligus untuk mengetahui
penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi pada tahap
perencanaan, pelaksanaan program dan dari kegiatan yang
dilaksanakan.
A. Monitoring
Monitoring adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam
rangka pengawasan atau pengendalian program kesehatan
jiwa di sekolah agar program tersebut sesuai dengan
kebutuhan, maka umpan balik dari lapangan sangat
diperlukan. Monitoring dilakukan secara terus menerus, baik
terhadap program maupun proses pelaksanaan guna
penyempurnaan lebih lanjut.
1. Tujuan Monitoring
Mengetahui sejauh manfaat/kegunaan dari program yang
telah dilaksanakan serta untuk mengetahui kendala dan
hambatan yang mungkin terjadi pada pelaksanaan
program dan kegiatan.
2. Sasaran Monitoring
Sasaran monitoring adalah pelaksanaan dan pengelolaan
kegiatan kesehatan jiwa di sekolah yang dilakukan oleh Tim
Pelaksana UKS dan warga sekolah.
41. 30
Monitoring dilakukan oleh Tim Pelaksana UKS pada
setiap jenjang dan dilakukan sebagai berikut :
a. Tim Pembina UKS Kecamatan melakukan monitoring
terhadap pelaksanaan kegiatan kesehatan jiwa di
sekolah yang terintegrasi Trias UKS.
b. Kepala sekolah selaku Ketua Tim Pelaksana UKS
melakukan monitoring terhadap pelaksanaan kegiatan
kesehatan jiwa di sekolah yang terintegrasi Trias UKS
secara terus menerus.
c. Penjaringan data dan informasi dilakukan dengan
wawancara dan pengamatan yang selanjutnya dicatat
pada instrumen monitoring dapat dilakukan oleh Guru
Pembina UKS.
3. Hasil Yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dapat dilihat dari indikator input,
proses dan output.
a. Indikator Input
1) SDM
• Mendapatkan pelatihan minimal 1 guru untuk 150
siswa.
• Untuk TK/RA dan SD/MI minimal guru kelas dan
guru agama wajib mendapatkan pelatihan
psikoedukasi.
2) Sarana
• Tersedianya keusioner PSC, SDQ dan SCL-90 untuk
warga sekolah.
• Tersedianya buku raport kesehatanku untuk
pengamatan penilaian prestasi, sikap dan perilaku-
emosi.
42. 31
• Untuk TK, tersedianya Stimulasi Deteksi Intervens
Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK).
• Tersedianya buku pedoman atau modul terkait
kesehatan jiwa.
b. Indikator Proses
1) Dilaksanakannya pelatihan keterampilan sosial bagi
guru, impelementasi keterampilan sosial oleh guru
terhadap siswa, siswa terhadap siswa (pendidikan
kelompok sebaya) minimal dua kali dalam setahun.
2) Dilaksanakannya deteksi dini pada warga sekolah
minimal dua kali dalam setahun.
3) Dilaksanakannya psikoedukasi dengan materi
kesehatan jiwa terkait bagi orangtua/pengasuh dan
warga sekolah lainnya minimal dua kali dalam
setahun.
4). Monitoring dan Evaluasi yang dilakukan oleh
puskesmas kepada sekolah 2 kali dalam setahun.
c. Indikator Output
1) Minimal 75 % dari jumlah siswa telah dilakukan
deteksi masalah emosi dan perilaku .
2) Minimal 75 % dari jumlah warga sekolah telah
dilakukan deteksi masalah kesehatan jiwa.
3) Minimal 75 % dari jumlah warga sekolah telah
mendapatkan psikoedukasi (topik : kesehatan jiwa) .
43. 32
4) Tersedianya pencatatan dan pelaporan kegiatan
pelayanan kesehatan jiwa di sekolah .
5) Tersedianya pencatatan dan pelaporan kegiatan
rujukan pelayanan kesehatan jiwa .
B. Evaluasi
Evaluasi adalah salah satu kegiatan pembinaan melalui
proses pengukuran hasil yang dicapai dibandingkan dengan
sasaran yang telah ditentukan sebagai bahan
penyempurnaan perencanaan dan pelaksanaan Kesehatan
Jiwa di sekolah.
1. Evaluasi ini bertujuan untuk :
a. M e m b e r i k a n u m p a n b a l i k s e b a g a i d a s a r
penyempurnaan program pembinaan dan
pengembangan.
b. Mengukur keberhasilan seluruh program yang
dilaksanakan pada akhir kegiatan.
2. Sasaran evaluasi adalah :
a. Peserta didik dan warga sekolah.
b. Lingkungan sekolah.
c. Dampak pembinaan terhadap perilaku peserta didik.
d. Pengelolaan program pada setiap jenjang.
e. Manajemen/pengelolaan program pada setiap jenjang.
Ruang lingkup evaluasi meliputi seluruh komponen
program kesehatan jiwa di sekolah, proses maupun hasil
pelaksanaannya.
44. 33
3. Unsur-unsur yang dievaluasi adalah :
a. Perubahan tingkat pengetahuan yang berhubungan
dengan kesehatan jiwa.
b. Perubahan sikap dan afeksi terhadap prinsip-prinsip
pola hidup sehat terkait kesehatan jiwa.
c. Mekanisme pelaksanaan deteksi dini pada peserta didik
dan warga sekolah.
d. Mekanisme pelaksanaan keterampilan sosial.
e. Mekanisme psikoedukasi.
f. Tingkat keberhasilan maupun ketidak berhasilan
kegiatan pembinaan dan pengelolaan program
Kesehatan jiwa dari point “a” sampai “e”.
4. Teknik Evaluasi
Penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan Diskusi
Kelompok Terarah (DKT) berdasarkan indikator ukuran
yang digunakan.
C. Pelaporan
Pelaporan dalam pelaksanaan Kesehatan jiwa di sekolah
dilakukan oleh Tim Pelaksana UKS di Sekolah yang diteruskan
ke TP UKS Kecamatan yang mencakup:
1. Laporan Tahunan:
a. Guru yang mendapatkan pelatihan minimal guru untuk
150 siswa.
b. Tersedianya kuesioner PSC, SDQ dan SCL-90 untuk
warga sekolah.
c. Tersedianya buku raport kesehatanku untuk
pengamatan prestasi, sikap dan perilaku emosi.
45. 34
d. Untuk TK, tersedianya Stimulasi Deteksi Intervensi Dini
Tumbuh Kembang (SDIDTK).
e. Tersedianya buku pedoman atau modul terkait
kesehatan jiwa.
f. Dilaksanakannya pelatihan life skill bagi guru minimal
dua kali dalam setahun.
g. Implementasi life skill oleh guru terhadap siswa.
h. Implementasi life skill oleh siswa terhadap siswa
(pendidikan kelompok sebaya).
i. Dilaksanakannya deteksi dini pada warga sekolah
minimal dua kali dalam setahun.
j. Dilaksanakannya psikoedukasi dengan materi
kesehatan jiwa terkait bagi orang tua/pengasuh dan
warga sekolah lainnya minimal dua kali dalam setahun.
k. Monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh
puskesmas kepada sekolah dua kali dalam setahun.
CATATAN:
Jumlah kader kesehatan remaja/Dokcil/Konselor
Sebaya, minimal 10 % dari jumlah seluruh peserta
Didik.
2. Laporan Bulanan.
Laporan hasil deteksi dini yang diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Jumlah anak yang dideteksi dini masalah kesehatan jiwa.
b. Jumlah anak yang terdeteksi berisiko masalah kejiwaan.
c. Jumlah anak yang dirujuk.
46. 35
BABV
PENUTUP
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak
dan dewasa, dimana pada masa remaja ini terjadi banyak
perubahan yang amat pesat baik fisik, psikologis dan social.
Remaja dituntut untuk beradapatsi dan tidak semua remaja
mampu mengatasinya. Sehingga banyak diantara remaja yang
mengalami masalah yang memerlukan bantuan dari lingkungan.
Bila mereka tidak mendapatkan bantuan dalam penyelesaian
masalah yang dihadapi, akan mendapat hambatan perkembangan
mereka dan bahkan menimbulkan gangguan baik bagi diri sendiri
maupun lingkungannya.
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) ditentukan oleh dua
faktor yang saling berhubungan yakni kesehatan dan pendidikan.
Kesehatan merupakan bagian penting untuk tercapainya
keberhasilan suatu pendidikan, sebaliknya pendidikan yang
diperoleh akan mempengaruhi tingkat kesehatan. Oleh karena itu,
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dengan titik berat pada upaya
promotif dan preventif didukung oleh upaya kuratif dan
rehabilitatif yang berkualitas, menjadi sangat penting dan
strategis untuk mencapai status kesehatan yang setinggi-
tingginya pada anak usia sekolah. Pelaksanaan UKS ditingkat
pendidikan dasar (TK dan SD) berbeda dengan tingkat menengah
(SMP dan SMA). Pelaksanaan UKS pada tingkat pendidikan
menengah lebih difokuskan pada upaya preventif perilaku
berisiko seperti kekerasan, penyalahgunaan NAPZA (Narkotika,
Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya), adiksi pornografi, adiksi
game online, kehamilan tidak diinginkan, abortus yang tidak
aman, infeksi menular seksual, kesehatan reproduksi remaja,
kecelakaan dan trauma lainnya.
47. 36
Perilaku ini rentan dilakukan remaja karena sesuai dengan ciri
dan karakteristik remaja yang selalu ingin tahu, suka tantangan
dan ingin mencoba sesuatu yang baru.
Buku pedoman yang kami yakin belum sempurna, hanyalah
suatu alat bantu bagi para pendidik/guru untuk mendeteksi sedini
mungkin adanya gejala awal suatu kelainan jiwa yang mungkin
dialami oleh peserta didik dan dihadapi oleh para pendidik/guru
di dalam proses pembelajaran, namun setidaknya dapat dijadikan
atau digunakan sebagai pegangan di dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari. Semoga buku ini dapat bermanfaat dan dimanfaatkan
sebagaimana mestinya. Masukan dan arahan serta koreksi tetap
kami harapkan dari para pemakai buku ini.
48. 37
Lampiran 1
INSTRUMEN PENENTUAN STRATA DAN MONITORING
NO INDIKATOR
(1 ) TIDAK
YA
(1)
TIDAK
(0)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
12.
Guru yang mendapatkan pelatihan minimal 1 guru untuk 150 siswa
Tersedianya kuesioner SDQ, PSC dan SCL-90 untuk warga sekolah
Tersedianya buku raport kesehatanku untuk pengamatan penilaian
prestasi, sikap dan perilaku-emosi
Untuk TK, tersedianya Simulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK)
Tersedianya buku pedoman atau modul terkait kesehatan jiwa
Dilaksanakannya pelatihan keterampilan sosial bagi guru minimal dua kali
dalam setahun
Impelementasi keterampilan sosial oleh guru terhadap siswa
Impelementasi keterampilan sosial oleh siswa terhadap siswa (pendidikan
kelompok sebaya)
Dilaksanakannya deteksi dini pada warga sekolah minimal dua kali dalam
setahun
Dilaksanakannya psikoedukasi dengan materi kesehatan jiwa terkait bagi
orangtua/pengasuh dan warga sekolah lainnya minimal dua kali dalam
setahun (rencana kerja)
Jumlah kader kesehatan remaja/Dokcil/Konselor Sebaya, minimall 0 %
dari jumlah seluruh peserta didik
11. Monitoring dan Evaluasi yang dilakukan oleh puskesmas kepada sekolah 2
kali dalam setahun (rencana kerja)
Total:
Total Skor (total item kuesioner): 12
Total Nilai Indikator:
Jumlah jawaban x 100%
Total skor
Catatan:
Pertanyaan nomor 5 khusus untuk jenjang pendidikan sekolah TK/RA
(catatan untuk monitoring tidak menggunakan total nilai indikator)
................................................
Mengetahui
Kepala Sekolah/Madrasah *
Pembina UKS
Petugas Puskesmas/Guru
Selaku Ketua Tim Pelaksana UKS
(.....................................)
(.....................................)
49. 38
Lampiran 2
ALUR MONITORING
Tim Pembina UKS Pusat
Tim Pembina UKS Provinsi
Tim Pembina UKS Kabupaten/Kota
Tim Pembina UKS Kecamatan
Tim Pelaksana UKS
Tim
Pelaksana
UKS
Yankes Lingkungan
Sarana/
Prasarana
Guru -guru
Guru -guru
50. 39
Lampiran 3
Panduan pengisian dan skoring
Pediatric Symptom Checklist (PSC)
Pediatric Symptom Checklist (PSC) adalah sekumpulan
kondisi-kondisi perilaku yang digunakan sebagai alat untuk
mendeteksi secara dini kelainan/masalah psikososial pada anak
berusia 4-18 tahun.
Cara menilai:
1. Tentukan apakah perilaku dibawah ini tidak pernah,
kadang-kadang atau sering pada peserta didik yang
diperiksa.
2. Berikan nilai untuk setiap jawaban sesuai dengan data
perilaku anak:
Tidak pernah : 0
Kadang-kadang : 1
Sering : 2
3. Penilaian yaitu jumlahkan nilai jawaban dan data perilaku
anak,
• Untuk anak usia 4-6 tahun, jumlah nilai < 24 : Tidak
ditemukan masalah psikososial. Bila jumlah nilai ƒ 24:
Terdapat masalah psikososial.
• Untuk anak yang berusia > 6 tahun, jumlah nilai < 28 :
Tidak ditemukan masalah psikososial. Bila jumlah nilai
adalah ƒ 28: Terdapat masalah psikososial.
Sering mengeluh nyeri atau sakit
Menyendiri
Mudah lelah, kurang energik
Gelisah, sulit untuk duduk tenang
Bermasalah dengan guru di sekolah
1.
2.
3.
4.
5.
No Perilaku anak
Tidak
pernah
Kadang
kadang Sering
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
Skor
51. 40
Kurang perhatian pada pelajaran di sekolah
Berperilaku seolah-olah dikendalikan oleh
mesin
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Terlalu banyak melamun
Mudah teralih perhatiannya
Takut pada situasi baru
Sedih dan murung
Mudah marah
Cepat putus asa
Susah berkonsentrasi
Tidak suka berkawan
Berkelahi dengan anak lain
Membolos di sekolah
Penurunan prestasi di sekolah
Memandang rendah diri sendiri
Ke dokter, tetapi ternyata tidak
ditemukan kelainan
Gangguan tidur
Kecemasan yang berlebihan
Ingin bersama anda lebih lama
Merasa dirinya buruk
Mengambil risiko berlebihan yang tidak perlu
Ceroboh
Kurang gembira
Kekanak-kanakan bila dibanding anak
sebayanya
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
Tidak mengikuti peraturan
Tidak menunjukkan perasaan
Tidak memahami perasaan orang lain
Mengganggu orang lain
Menyalahkan diri sendiri
Mengambil barang yang bukan
kepunyaannya
35 Menolak untuk berbagi
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
Jumlah Total
52. 41
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
No. Pertanyaan
Skor
Tidak
Benar
Agak
Benar
Benar
Lampiran 4
Panduan Pemberian Skor Kuesioner Kekuatan dan Kesulitan pada
Anak (Strength and Difficulties Questionnaire 4-10th)
Dapat memperdulikan perasaan orang lain
Gelisah, terlalu aktif, tidak dapat diam untuk
waktu lama
Sering mengeluh sakit kepala, sakit perut atau
sakit-sakit lainnya
Kalau mempunyai mainan, kesenangan, atau
pensil, anak bersedia berbagi dengan anakanak lain
Sering sulit mengendalikan kemarahan
Cenderung menyendiri, lebih suka bermain
seorang diri
Umumnya bertingkah laku baik, biasanya melakukan
apa yang disuruh oleh orang dewasa
Banyak kekhawatiran atau sering tampak khawatir
Suka menolong jika seseorang terluka, kecewa atau
merasa sakit
Terus menerus bergerak dengan resah atau
menggeliat-geliat
Mempunyai satu atau lebih teman baik
Sering berkelahi dengan anak-anak lain atau
mengintimidasi mereka
Sering merasa tidak bahagia, sedih atau menangis
Pada umumnya disukai oleh anak-anak lain
Mudah teralih perhatiannya, tidak dapat
berkonsentrasi
Gugup atau sulit berpisah dengan orang tua/
pengasuhnya pada situasi baru, mudah kehilangan
rasa percaya diri
Bersikap baik terhadap anak-anak yang lebih muda
Sering berbohong atau berbuat curang
Diganggu, dipermainkan, diintimidasi atau diancam
oleh anak-anak lain
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
2 1 0
0 1 2
0 1 2
0 1 2
2 1 0
0 1 2
0 1 2
2 1 0
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
53. 42
20
21
22
23
24
25
Sering menawarkan diri untuk membantu
orang lain (orang tua, guru, anak-anak lain)
Sebelum melakukan sesuatu ia berpikir dahulu
tentang akibatnya
Mencuri dari rumah, sekolah atau tempat lain
Lebih mudah berteman dengan orang dewasa
daripada dengan anak-anak lain
Banyak yang ditakuti, mudah menjadi takut
Memiliki perhatian yang baik terhadap
apapun, mampu menyelesaikan tugas atau
pekerjaan rumah sampai selesai
0 1 2
2 1 0
0 1 2
0 1 2
0 1 2
2 1 0
Skor Masalah Gejala Emosional (E)
Skor Masalah Perilaku (C)
Skor Masalah Hiperaktivitas (H)
Skor Masalah Teman Sebaya (P)
Skor Masalah Kekuatan/Prososial (Pr)
Skor Total Kesulitan
: skor anak pada pertanyaan nomor
3 + 8 + 13 + 16 + 24 = .....
: skor anak pada pertanyaan nomor
5 + 7 + 12 + 18 + 22 = .....
: skor anak pada pertanyaan nomor
2 + 10 + 15 + 21 + 25 = .....
: skor anak pada pertanyaan nomor
6 + 11 + 14 + 19 + 23 = .....
: skor anak pada pertanyaan nomor
1 + 4 + 9 + 17 + 20 = .....
: jumlah semua skor gejala tanpa
skor prososial yaitu :
(E) skor masalah emosi + (C) skor
masalah perilaku + (H) skor
masalah hiperaktifitas + (P) skor
masalah teman sebaya
54. 43
Lampiran 5
Strengths and Difficulties Questionnaire (11 -18 th)
Untuk setiap pernyataan, beri tanda (√ ) pada kotak kolom sesuai
dengan pilihan anda, sebagaimana terjadi pada dirimu selama
enam bulan terakhir (semua harus dijawab !!)
Nama : .......................................... laki-lakilperempuan :
Tgl pengisian : ...........................
Tanggal lahir (umur) : .......................... Tanda tangan :
No Kode* Tidak Agak Benar
benar benar
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Saya berusaha bersikap baik kepada orang lain.
Saya peduli dengan perasaan mereka
Saya gelisah, saya tidak dapat diam untuk waktu
lama
Saya sering sakit kepala, sakit perut atau
macam-macam sakit lainnya
Kalau saya memiliki mainan, CD, atau makanan,
saya biasanya berbagi dengan orang lain
Saya menjadi sangat marah dan sering tidak dapat
mengendalikan kemarahan saya
Saya lebih suka sendiri dari pada bersama
dengan orang yang seusiaku
Saya biasanya melakukan apa yang diperintahkan
oleh orang lain
Saya banyak merasa cemas atau khawatir terhadap
apapun
Saya selalu siap menolong jika seseorang terluka,
kecewa atau merasa sakit
Bila sedang gelisah atau cemas, badan saya
sering bergerak-gerak tanpa saya sadari
Saya mempunyai satu orang teman baik atau
lebih
Saya sering bertengkar dengan orang lain. Saya
dapat memaksa orang lain melakukannya apa
yang saya inginkan
Saya sering merasa tidak bahagia, sedih atau
menangis
Orang lain seumur saya pada umumnya
menyukai saya
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
2 1 0
0 1 2
0 1 2
0 1 2
2 1 0
0 1 2
0 1 2
2 1 0
Pr 1
H 1
E 1
Pr 2
C 1
P 1
C 2
E 2
Pr 3
H 2
P 2
C 3
E 3
P 3
55. 44
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
0 1 2
2 1 0
0 1 2
0 1 2
0 1 2
2 1 0
Perhatian saya mudah teralihkan. Saya sulit
memusatkan perhatian pada apapun
Saya merasa gugup dalam situasi baru, saya
mudah kehilangan rasa percaya diri
Saya bersikap baik pada anak-anak yang lebih
muda dari saya
Saya sering dituduh berbohong atau berbuat
curang
Saya sering diganggu atau dipermainkan oleh
anak-anak atau remaja lainnya
Saya sering menawarkan diri untuk membantu
orang lain, orang tua, guru atau anak-anak
Saya berpikir terlebih dulu akibat yang akan
terjadi,sebelum berbuat atau melakukan sesuatu
Saya mengambil barang yang bukan milik saya
dari rumah, sekolah, atau dari mana saja
Saya lebih mudah berteman dengan orang
dewasa daripada dengan orang-orang seusia saya
Banyak yang saya takuti, saya mudah menjadi
takut
Saya menyelesaikan pekerjaan yang sedang saya
lakukan. Saya mempunyai perhatian yang baik
terhadap apapun
* E = emotional; C = conduct problems; H = hyperactivity; P = peer
problem; Pr = Prosocial
Jika mengisi tidak benar nilainya = 0, agak benar nilainya = 1 dan benar
nilainya = 2
Skor Masalah Emosional (E) : skor anak pada pertanyaan nomor
3+8+13+16+24= .....
Skor Masalah Perilaku (C) : skor anak pada pertanyaan nomor
5+7+12+18+22= .....
Skor Masalah Hiperaktivitas (H) : skor anak pada pertanyaan nomor
2+10+15+21+25= .....
Skor Masalah Teman Sebaya (P) : skor anak pada pertanyaan nomor
6+11+14+19+23= .....
H 3
E 4
Pr 4
C 4
P 4
Pr 5
H 4
C 5
P 5
E 5
H 5
56. 45
Skor Kekuatan/Prososial (Pr) : skor anak pada pertanyaan nomor
1 + 4 + 9 + 17 + 20 = .........
Skor Total Kesulitan : jumlah semua skor gejala tanpa skor
prososial yaitu :
(E) skor masalah emosi + (C) skor
masalah perilaku + (H) skor masalah
hiperaktivitas + (P) skor masalah teman
sebaya
57. 46
Lampiran 6
INTERPRETASI DAN KESIMPULAN PEMERIKSAAN SDQ
1. Kesulitan
a. Gejala Emosional (E)
b. Masalah Perilaku (C)
c. Hiperaktivitas (H)
d. Masalah Teman Sebaya (P)
Total skor Kesulitan = Skor E + C+ H+ P
Usia < 11 tahun: Normal: 0-13
Borderline: 14-15
Abnormal: 16-40
Usia 11-18 tahun: Normal: 0-15
Borderline: 16-19
Abnormal: 20-40
a. Gejala Emosional (E)
- Sering mengeluh sakit pada badan (seperti sakit kepala,
perut dll)
- Banyak kekhawatiran
- Sering tidak bahagia, menangis
- Gugup atau mudah hilang percaya diri
- Mudah takut
Usia < 11 tahun: Normal: 0-3
Borderline: 4
Abnormal: 5-10
Usia 11-18 tahu: Normal: 0-5
Borderline: 6
Abnormal: 7-10
b. Masalah Perilaku (C)
- Sering marah meledak-ledak
- Umumnya berperilaku tidak baik, tidak melakukan apa
yang diminta orang dewasa
58. 47
- Sering berkelahi
- Sering berbohong, curang
- Mencuri
Usia < 11 tahun: Normal: 0-2
Borderline: 3
Abnormal: 4-10
Usia 11-18 tahun: Normal: 0-3
Borderline: 4
Abnormal: 10
c. Hiperaktivitas (H)
- Gelisah, terlalu aktif, tidak dapat diam lama
- Terus bergerak dengan resah
- Mudah teralih, konsentrasi buyar
- Tidak berpikir sebelum bertindak
- Tidak mampu menyelesaikan tugas sampai selesai
Usia < 11 tahun: Normal: 0-5
Borderline: 6
Abnormal: 7-10
Usia 11-18 tahun: Normal: 0-5
Borderline: 6
Abnormal: 7-10
d. Masalah Teman Sebaya (P)
- Cenderung menyendiri, lebih senang main sendiri
- Tidak punya 1 teman baik
- Tidak disukai anak-anak lain
- Diganggu/digertak oleh anak lain
- Bergaul lebih baik dengan orang dewasa dari pada anak-
anak
59. 48
Usia < 10 tahun: Normal: 0-2
Borderline: 3
Abnormal: 4-10
Usia 10-18 tahun: Normal: 0-3
Borderline: 4-5
Abnormal: 6-10
2. Kekuatan
Perilaku Prososial (Pr)
- Mampu mempertimbangkan perasaan orang lain
- Bersedia berbagi dengan anak lain
- Suka menolong
- Bersikap baik pada anak yang lebih muda
- Sering menawarkan diri membantu orang lain
Usia < 11 tahun: Normal: 6-10
Borderline: 5
Abnormal: 0-4
Usia 11-18 tahun: Normal: 6-10
Borderline: 5
Abnormal: 0-4
60. 49
KUESIONER
KUESIONER SCL-90
Nama : ....................................................................
Tanggal lahir/umur : ....................................................................
Pendidikan/jurusan : ....................................................................
Status perkawinan : ....................................................................
Alamat : ....................................................................
Tanggal : ....................................................................
Tanggal : ....................................................................
PETUNJUK PENGISIAN
Pernyataan-pernyataan di bawah ini merupakan keluhan atau
masalah yang kadang-kadang kita alami sehari-hari. Bacalah
dengan cermat, pilihlah satu nomor/angka jawaban yang anda
anggap sesuai untuk menggambarkan yang sedang anda rasakan
atau atau sedang anda hadapi dalam waktu sebulan terakhir,
termasuk hari ini.
Nomor/angka jawaban :
0 = tidak sama sekali
1 = sedikit
2 = cukup
3 = agak banyak
4 = banyak
Disebelah kanan dari setiap pernyataan terdapat angka 0 sampai
dengan 4 sebagai jawaban anda (0. 1. 2. 3. 4.). Lingkarilah
nomor/angka yang anda pilih: bila anda ingin mengubah jawaban,
hapus atau coretlah jawaban sebelumnya.
Contoh : Anda merasakan sakit-sakit pada otot. 0 1 2 3 4
DAFTAR KELUHAN/MASALAH :
Sakit kepala.
Merasa gugup dan berdebar-debar.
1
2
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
61. 50
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
Anda mempunyai pikiran yang tidak
menyenangkan, berulang-ulang dan
sukar dihilangkan.
Anda merasa mau pingsan atau pusing.
Anda kehilangan gairah/kesenangan seksual.
Anda merasa ingin mengkritik orang lain.
Anda merasa bahwa orang lain dapat
mengkontrol pikiran anda.
Perasaan ingin menyalahkan orang lain untuk
sebagian besar kesulitan yang anda hadapi.
Anda sulit mengingat sesuatu.
Anda merasa kuatir melakukan kelalaian
atau hal-hal yang kotor.
Perasaan anda mudah terganggu atau
tersinggung.
Anda mengalami rasa sakit di daerah
dada/jantung.
Anda merasa lemah atau menjadi lebih lamban.
Anda ketakutan bila berada ditempat
terbuka atau di jalan umum.
Adanya pikiran untuk mengakhiri hidup .
Anda mendengar suara-suara sedangkan orang
lain disekitar anda tidak mendengarnya.
Gemetar.
Anda beranggapan bahwa orang-orang
lain sebagian besar tidak dapat dipercaya.
Nafsu makan anda menurun.
Anda mudah menangis.
Anda merasa malu atau tidak tenang
dengan pria/wanita lawan jenis anda.
Anda mempunyai perasaan bahwa
anda sedang dijebak.
Anda mendadak merasa takut tanpa alasan.
Temperamen anda mudah meledak
yang tak dapat anda kontrol.
62. 51
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
Rasa sakit di daerah pinggang bawah.
Anda merasa terhalang untuk
menyelesaikan sesuatu.
Anda merasa kesepian.
Perasaan anda diliputi kesedihan.
Anda mempunyai kekuatiran yang
berlebihan terhadap sesuatu.
Anda kehilangan minat terhadap sesuatu.
Anda mudah ketakutan.
Perasaan anda mudah terluka.
Anda merasa pikiran-pikiran pribadi
anda diketahui orang lain.
Anda merasa orang lain tidak memahami anda
atau anda merasa mereka tidak simpatik.
Perasaan bahwa orang lain tidak ramah
atau tidak menyukai anda.
Anda merasa sangat lambat dalam
menyelesaikan sesuatu karena
menghindari kesalahan.
Anda merasa debaran jantung anda
kuat dan cepat.
Rasa mual atau perasaan tak enak di perut.
Perasaan rendah diri terhadap orang-orang lain.
Anda merasakan sakit-sakit pada otot.
Perasaan bahwa orang lain memperhatikan
atau membicarakan anda.
Sukar tidur.
Anda harus memeriksa berulang-ulang
apa saja yang telah anda kerjakan.
Sukar membuat keputusan.
Anda merasa takut bepergian mengendarai
bis, kereta api atau pesawat terbang.
Kesukaran untuk bernafas dengan lega.
Rasa panas dan dingin.
25
26
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
Merasa takut keluar rumah sendirian.
Perasaan menyalahkan diri sendiri.
63. 52
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
Pikiran anda terasa kosong.
Hilang rasa/kebas atau kesemutan pada
bagian-bagian tententu tubuh anda.
Seperti ada sesuatu yang mengganjal
di tenggorokan.
Perasaan bahwa tak ada harapan untuk
masa depan.
Anda sukar berkonsentrasi.
Merasa lemah pada bagian tubuh tertentu.
Merasa tegang atau terpaku/bengong.
Kaki dan tangan terasa berat.
Pikiran-pikiran tentang kematian atau
akan mati.
Terlalu banyak makan.
Perasaan tidak tenang bila orang
memperhatikan atau membicarakan anda.
Anda mempunyai pikiran-pikiran yang
bukan milik anda sendiri.
Adanya dorongan untuk memukul,
melukai atau merugikan orang lain.
Terbangun pada dini hari.
Keharusan untuk mengulang-ulang
tindakan yang sama, seperti menyentuh,
menghitung atau mencuci.
Gelisah atau merasa terganggu waktu tidur.
Adanya dorongan untuk merusak atau
menghancurkan barang-barang.
Pikiran atau keyakinan bahwa orang lain
tak mau bekerjasama
Perasaan malu terhadap diri sendiri
diantara orang-orang
Keharusan untuk menghindari tempat, benda
atau kegiatan tertentu karena hal tersebut
menakutkan.
64. 53
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
Perasaan bahwa segala sesuatu perlu
dicapai dengan perjuangan berat.
Serangan-serangan panik atau teror
(ketakutan hebat).
Perasaan tidak nyaman dalam soal makan.
Sering terlibat dalam perdebatan/adu
argumentasi.
Gugup bila ditinggal sendirian.
Orang lain kurang menghargai hal yang
telah anda capai.
Merasa kesepian walaupun tidak sendirian.
Perasaan amat gelisah sehingga tidak
dapat duduk dengan tenang.
Perasaan tidak berguna.
Adanya perasaan bahwa sesuatu yang
buruk akan menimpa anda.
Berteriak atau membuang barang-barang.
Merasa takut atau jatuh pingsan di
tempat umum.
Merasa bahwa orang-orang akan
memanfaatkan anda.
Pikiran-pikiran tentang sek yang amat
mengganggu.
Pikiran bahwa anda pantas mendapat
hukuman karena dosa-dosa anda.
Anda mempunyai pikiran-pikiran atau
imajinasi tentang sesuatu yang menakutkan.
Pikiran bahwa ada sesuatu yang tak
beres dalam tubuh anda.
Anda tidak pernah dekat dengan orang lain.
Perasaan bersalah.
Merasa ada yang tidak beres dengan
pikiran anda.
70 0 1 2 3 4
Perasaan tidak tenang berada ditengah
orang banyak seperti saat berbelanja
atau menonton film.
65. 54
INTERPRETASI DAN KESIMPULAN
KUISIONER SCL-90
Semua daftar keluhan/masalah (yang telah di isi), dijumlahkan :
l Bila jumlah skor totalnya > 61 Memiliki masalah
Ò
Psikopatologi sehingga
perlu dirujuk.
l Bila jumlah skor totalnya < 61 Kemungkinan besar
Ò
tidak ada masalah
Psikopatologi
66. 55
DAFTAR PUSTAKA
Erikson, EH : Childhood and Society. Norton,
New York, 1950
Volkmar, F.R : Normal Child Development in
Comprehensive Textbook of
Psychiatry 6th edition. Editor:
Kaplan H. I., Sadock B; Williams
and Wilkins, Baltimore,1995
Fernald, D : Psycology. Prentice Hall, New
Jersey, 1997
Dit. Keswa Kemenkes RI : Pelatihan Keterampilan Sosial
Bagi Remaja, Jakarta, 2008
Dit. Keswa Kemenkes RI : Pedoman Upaya Kesehatan
Jiwa Anak Usia Sekolah di Tingkat
Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah, Jakarta, 2001
Dit. Anak Kemenkes RI : Petunjuk Teknis Penjaringan Anak
Sekolah Dasar, Jakarta, 2010
Dit. Anak Kemenkes RI : Petunjuk Teknis Penjaringan Anak
Sekolah Lanjutan, Jakarta, 2010