Teologi abad pertengahan menganggap sakramen sebagai sarana keselamatan bagi individu dan mengikatnya pada gereja. Ada perdebatan tentang perubahan roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus pada perjamuan kudus. Kepausan dianggap sebagai otoritas tertinggi di dunia yang memerintah negara-negara berdasarkan konsep supremasi paus. Gereja dianggap sebagai lembaga penyelamat yang mengajarkan iman sejati melal
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
Eklesiologi
1. Sakramen
Pada tahun 818, Paschasius Radbert mengeluarkan doktrin
bahwa elemen-elemen dalam sakramen berubah menjadi tubuh
dan darah Kristus setelah konsekrasi. Hal ini menimbulkan
pertentangan hingga Berenger of Tours (1050) mengeluarkan
pernyataan bahwa konsekrasi saja tidak cukup melainkan harus
disertai dengan iman. Selain itu juga sakramen itu tidak berubah
wujud secara nyata melainkan hanya memberikan kuasa.
Pendapat ini ditentang oleh Lanfranc (1089) dan Humbert (1059)
yang mengatakan bahwa kuasa untuk mengubah roti dan anggur
menjadi tubuh dan darah Kristus ada pada pastur pada saat
konsekrasi. Sampai akhirnya Hildebert (1133) mengeluarkan
doktrin transubstansi (perubahan roti dan anggur menjadi tubuh
dan darah Kristus).
2. Terjadi pertentangan antara gereja Barat dan Timur tentang cara
memperingati Perjamuan Terakhir yang dilakukan oleh Yesus.
Menurut gereja Timur, perlu pembacaan doa supaya Roh Kudus
turun sehingga roti dan anggur benar-benar menjadi tubuh dan
darah Kristus. Menurut gereja Barat, hanya perlu perkataan
Kristus saja supaya roti dan anggur dapat menjadi tubuh dan
darah Kristus.
Pemahaman tentang perubahan roti dan anggur menjadi tubuh
dan darah Kristus ini berasal dari tulisan yang berjudul “On the
Body dab Blood of the Lord.” Tulisan ini dibuat oleh Radbertus,
seorang biarawan dari biara di Corbie, Prancis, pada tahun 831
M. Namun paham ini hanya dianut oleh gereja Katolik Roma
pada abad pertengahan.
3. Terdapat 2 hal yang berkaitan dengan sakramen-sakramen di
gereja abad pertengahan, yaitu: (1) menyajikan keselamatan
bagi individu dalam bentuk yang dipahami, (2) mengikat
keselamatan pada seitap indvidu di gereja. Dengan demikian
sakramen menjadi tanda-tanda pengkomunikasian anugrah
kepada individu di gereja. Peter Lombar mengakui 7 sakramen,
yaitu: baptisan, perjamuan Tuhan, konfirmasi, sakramen untuk
orang sakit, pengakuan dosa, pentahbisan, dan pernikahan.
Selanjutnya, sakramen ini disahkan di Konsili Florence (1439).
Sakramen konfirmasi adalah sakramen di mana umat
menerima Roh Kudus melalui uskup sehingga mereka boleh
dengan tabah menyatakan iman mereka, dan dengan setia
berbuat sesuai dengan itu.
4. Sakramen penebusan dosa adalah sakramen untuk
mengampuni dosa masa lalu; diperoleh oleh mereka yang
menyesal untuk dosa mereka, dengan sungguh-sungguh
mengaku dosanya.
Sakramen orang sakit adalah sakramen di mana mereka yang
nampak seperti dekat kematian, dengan pengurapan dengan
minyak kudus, dan oleh doa imam, menerima rahmat khusus
untuk mempercayai kemurahan hati Tuhan.
Sakramen pentahbisan adalah sakramen yang diberikan kepada
seseorang untuk menerima kuasa imam.
Sakramen perkawinan adalah sakramen dengan mana suatu
pria dan wanita diikut-sertakan ikatan perkawinan kudus, dan
menerima rahmat dengan setia sampai kematian.
5. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teologi abad
pertengahan berpendapat keselamatan dan pengudusan adalah
hasil perbuatan baik dan bukannya anugrah Allah.
6. Kepausan
Pada periode skolastik, kepausan memegang otoritas spiritual atas seluruh dunia
dengan dukungan dari para skolasti seperti: Thomas Aquinas dan Bernard dari
Clairvaux. Pemahaman ini timbul dengan alasan bahwa Petrus dianugrahi otoritas atas
rasul lain dan ketika Petrus menjadi uskup pertama di Roma, otoritas itu dilanjutkan
pada paus-paus berikutnya di Roma.
Supremasi Paus diteruskan pada negara-negara oleh Paus Innocentius III bahwa Tuhan
memberikan seluruh dunia pada Petrus supaya diperintah sehingga otoritas sipil harus
tunduk pada paus. Otoritas paus antara lain: menurunkan penguasa, menerima
penghormatan, memberikan wilayah, menghukum pemberontak, dan membatalkan
pemerintahan suatu negara. Bahkan Paus Gregory VII mendeklarasikan bahwa ia
bertanggungjawab pada Allah atas kerajaan-kerajaan di dunia. Paus Bonifacius VIII
menguasai pedang rohani dan dunia (1302).
7. Berikut adalah pendapat beberapa teolog abad pertengahan
mengenai kepausan:
Gratian: ketidaktaatan pada paus sama dengan ketidaktaatan
pada Allah.
Thomas Aquinas
Paus, sebagai uskup di Roma adalah kepala tertinggi yang
menjamin pengajaran yang benar dan sah dalam gereja. Hanya
ajaran paus yang patut dipercaya.
Paus Innocentius III
Paus adalah “wakil Kristus” di bumi sehingga harus diperlakukan
sebagai yang kudus. Paus memiliki kunci kerajaan dan kuasa
untuk mengikat dan membebaskan. Setiap orang tidak taat maka
dinyatakan sesat dan kebenaran hanya ada di gereja Katolok
Roma saja.
8. Supremasi Paus diteruskan pada negara-negara oleh Paus
Innocentius III bahwa Tuhan memberikan seluruh dunia pada
Petrus supaya diperintah sehingga otoritas sipil harus tunduk
pada paus. Otoritas paus antara lain: menurunkan penguasa,
menerima penghormatan, memberikan wilayah, menghukum
pemberontak, dan membatalkan pemerintahan suatu negara.
Bahkan Paus Gregory VII mendeklarasikan bahwa ia
bertanggungjawab pada Allah atas kerajaan-kerajaan di dunia.
Paus Bonifacius VIII menguasai pedang rohani dan dunia (1302).
9. Natur Gereja
Ditemukan dua dokumen yang menyebabkan
perkembangan konsep pengidentifikasian gereja,
yaitu:
The Donation of Constantine (abad 8 M).
Hasil tulisan Konstantin ini mengungkapkan bahwa
semua kehidupan berasal dan bergera di sekitar
gereja. Semua yang tidak berkaitan dengan gereja
harus dianggap sebagai sekuler. Gereja cenderung
bergerak di bidang olitik dan bukan keselamatan.
10. The Decretals of Isodore (abad 9 M), mengembangkan
elemen berikut:
Natur gereja yang kelihatan lebih diutamakan
Pemisahan antara pengajar gereja dan pendengar
gereja
Gereja terdiri dari tubuh dan jiwa
Gereja membagikan anugrah Kristus melalui
pejabat gereja sebagai agennya
Gereja adalah sebuah “lembaga yang
menyelamatkan.” Gereja mengajarkan iman yang
sejati, yang mengakibatkan pengudusan melaui
sakramen-sakramen dan memerintah orang percaya
sesuai doktrin gereja.