1. METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak, Departemen
Peternakan dan Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Ilmu Hama Dan
Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, serta
Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor, selama 3 (tiga) bulan penelitian dimulai bulan 20 Agustus 2010 sampai 19
November 2010.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan
Adapun domba yang digunakan adalah domba lokal jantan lepas sapih:
sebanyak 20 ekor, Hijauan (rumput lapangan), Konsentrat sesuai formula yang
diberikan 3.5% dari bobot badan yang terdiri dari: kulit daging buah kopi yang
tanpa diamoniasi, kulit daging buah kopi yang telah di amoniasi, bungkil inti
sawit, lumpur sawit, dedak padi, onggok, molases, garam, urea dan ultra mineral.
Cairan rumen. Aquadest, Asam borat berindikator, Larutan Na2CO3 jenuh,
Larutan H2SO4 0,005 N, Larutan HCL 0,5 N, Larutan H2SO4, larutan H2SO4, Es
batu, Vaselin, Larutan NaOH 0,5 N, Larutan indikator PP (Phenol Phtalein),
Alkohol 96%, Media agar Na, Obat-obatan seperti: obat cacing (Kalbazen), anti
bloat untuk obat kembung, terramycin (Salep mata) dan vitamin B-Kompleks
Universitas Sumatera Utara
2. diberikan untuk menjaga daya tahan tubuh domba, air minum, desinfektan
(Rodalon),
Alat
Kandang terdiri dari: kandang individu 20 unit beserta perlengkapannya,
Ember sebanyak: 20 buah tempat pakan dan 20 buah tempat minum, Timbangan
untuk menimbang bobot hidup berkapasitas 50 Kg dengan kepekaan 50 gr,
Timbangan berkapasitas 2 Kg dengan kepekaan 10 gr untuk menimbang pakan,
Terpal plastik untuk menjemur bahan pakan, Alat penerangan, Goni plastik, Alat
tulis, Sapu dan sekop untuk membersihkan kandang, Pisau, Sarung tangan, Kain
muslim, Termos, Corong, Pipet tetes, Shakerbath, Haemocytometer, Mikroskop,
Cawan petridisk. Inkubator, Tabung reaksi, Laminator, Gelas ukur, Spidol, Hand
counter, Tabung plastik, Indikator pH, Cool bag, Freezer, Cawan conway, Labu
erlenmeyer, Beker glass, Cover glass, Pipet serologi volume 25 ml, Seperangkat
alat destilasi, Kompor gas, Panci press cooker, Pipet volumetrik 5 ml, Pipet
serologi 5 ml, Pipet serologi 1 ml, Magnetic stirrer, Colony counter.
Metode Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan perlakuan yaitu:
P0 = Pemberian konsentrat yang menggunakan kulit kopi tanpa diamoniasi
dengan level sebesar 15 % + rumput lapangan
P1 = Pemberian konsentrat yang menggunakan kulit kopi diamoniasi
dengan level sebesar 15 % + rumput lapangan
P2 = Pemberian konsentrat yang menggunakan kulit kopi diamoniasi
dengan level sebesar 30 % + rumput lapangan
Universitas Sumatera Utara
3. P3 = Pemberian konsentrat yang menggunakan kulit kopi diamoniasi
dengan level sebesar 45 % + rumput lapangan
Ulangan yang didapat berasal dari rumus :
T (n-1) ≥ 15
4(n-1) ≥ 15
4n-4 ≥ 15
4n ≥ 19
n ≥ 5
Model Linear yang digunakan untuk Rancangan Acak Lengkap (RAL) adalah :
Yij = µ + αi + ij + ∑ ij
Dimana : Yij = Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan
ulangan ke-j
µ = Nilai tengah umum
αi = Pengaruh blok ke-i
ij = Pengaruhblok ke-j
∑ ij = Pengaruh galat (Experimental error) perlakuan ke-i
ulangan ke-j
(Hanafiah, 2003).
Denah Pemeliharaan yang dilaksanakan sebagai berikut :
R13 R02 R33 R31 R05
R11 R25 R01 R32 R21
R15 R22 R35 R24 R12
R04 R14 R03 R34 R23
Universitas Sumatera Utara
4. Parameter Penelitian
1. Populasi Bakteri
Jumlah populasi bakteri (sel bakteri/ml) = jumlah bakteri dalam cawan
petridisk × 105
2. Populasi Protozoa
Jumlah populasi protozoa (sel protozoa/ml) = A + B + C + D + E × 2.000
Ket: A = Jumlah populasi di kotak besar A
B = Jumlah populasi di kotak besar B
C = Jumlah populasi di kotak besar C
D = Jumlah populasi di kotak besar D
E = Jumlah populasi di kotak besar E
3. Konsentrasi VFA
Dilanjutkan dengan pelaksanaan in vitrio mengikuti metode Tilley
dan Terry (1963) dan dilakukan perhitungan konsentrasi VFA total yang
diukur dengan metode penyulingan uap. Adapun konsentrasi VFA dapat
diukur dengan rumus sebagai berikut (Anonim, 1966):
VFA (mM/1000ml) = (b – s) x N HCl x 1000/5
Ket. : N = Normalitas HCl (0,416)
b = Volume yitrasi blanko (5 ml NaOH)
s = Volume titrasi sample
Universitas Sumatera Utara
5. 4. Konsentrasi NH3
Peubah yang kedua dengan menghitung konsentrasi N-NH3 ditentukan
dengan teknik Mikro Difusi Conway dengan rumus sebagaiberikut
(Anonim, 1966) :
N- NH3 (mM) = (ml titrasi x N H2SO4 x 1000)
Mencari Data Hilang
Apabila data yang digunakan terjadi kehilangan atau missing data maka
data yang sudah ada di masukkan ke dalam rumus ;
(Y x T) + (X x P) – (T x P)
(T-1) x (P-1)
Ket :
Y = Jumlah ulangan yang hilang
X = Jumlah perlakuan yang hilang
T = Perlakuan
P = Ulangan
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan kandang
Kandang dipersiapkan dengan tipe kandang individu, kemudian di
fumigasi dengan desinfektan. Kandang dan semua peralatan yang digunakan
seperti tempat pakan dan tempat minum dibersihkan dengan larutan desinfektan.
Pengacakan Domba
Domba yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 20 ekor.
Penempatan domba dengan system acak yang tidak membedakan bobot badan
domba. Sebelumnya dilakukan penimbangan bobot badan domba.
Pemberian Pakan dan Air Minum
Universitas Sumatera Utara
6. Pakan yang diberikan adalah pakan dalam bentuk tepung tanpa hijauan
dimana semua bahan pakan yang digunakan dijadikan dalam bentuk seperti
konsentrat. Pakan diberikan pada pagi hari pada pukul 08.00 WIB dan pada sore
hari pukul 16.00 WIB. Sisa pakan ditimbang pada waktu pagi hari keesokan
harinya sesaat sebelum ternak diberi makan kembali untuk mengetahui konsumsi
ternak tersebut. Sebelum dilaksanakan penelitian diberikan waktu untuk
beradaptasi selama 2 minggu sedikit demi sedikit. Pemberian air minum diberikan
secara ad libitum, air diganti setiap harinya dan tempatnya dicuci bersih.
Pemberian Obat-Obatan
Ternak domba pertama masuk kandang diberikan obat cacing selama
adaptasi dengan adaptasi dengan dosis 1cc/5Kg bobot badan. Sedangkan obat-
obatan yang lainya diberikan berdasarkan kebutuhan bila ternak sakit.
Pengambilan Cairan Rumen
- Disiapkan domba ditempat pemotongan lalu domba tersebut dipotong
- Setelah itu, organ rumennya diambil dan dibelah secara vertikal dengan
pisau/gunting
- Diaduk isi rumen lalu diremas-remas dengan tangan menggunakan sarung
tangan
- Kemudian isi rumen disaring dengan kain muslim
- Diperas isi rumen secara merata dan dimasukkan ke dalam termos hingga
penuh benar dengan mengunakan corong, lalu ditutup rapat
Menghitung Populasi Protozoa
- Cairan rumen dari termos diambil dengan pipet tetes sebanyak 7.5 ml
Universitas Sumatera Utara
7. - Dicampur dengan alkohol 96% sebanyak 2.5 ml kemudian diaduk rata
dengan shakerbath
- Di ambil 1 tetes cairan tersebut di atas haemocytometer
- Di amati di bawah mikroskop
- Dihitung populasi protozoa dengan menggunakan hand counter.
Menghitung Populasi Bakteri
- Dipanaskan media agar Na
- Distrerilkan cawan petridis
- Dipersiapkan inkubator untuk proses inkubasi
- Diambil 1 ml cairan rumen yang berasal dari termos ke dalam tabung
reaksi
- Ditambahkan aquadest sebanyak 9 ml ke dalam tabung reaksi tersebut
kemudian dikocok untuk melakukan pengenceran
- Diambil 1 ml dari pengenceran pertama kemudian ditambahkan dengan
aquadest sebanyak 9 ml, dilakukan pengenceran sampai 5 kali
- Dimasukkan media agar Na kedalam cawan petridisk dan dimasukkan ke
dalam inkubator selama 15 menit
- Dari proses pengenceran tersebut, diambil 1 tetes dan ditanamkan ke
dalam cawan petridisk tersebut
- Setelah bakterinya ditanam didalam cawan petridisk, dibungkus
menggunakkan plastik dan dimasukkan kedalam laminator.
- Dibiarkan sampai bakterinya tumbuh selama 4 hari. Setelah bakterinya
kelihatan, di marker, diletakkan di colony counter dan dihitung bakterinya
Universitas Sumatera Utara
8. Untuk analisa VFA dan NH3
- Setelah Isi Rumen Di saring dengan kain muslim
- Diambil 10 ml cairan rumen dimasukkan ke dalam tabung plastik
- Ditambahkan 1 tetes H2SO4 sebanyak 1 tetes kemudian diukur dengan
kertas indikator pH hingga pH nya menjadi asam
- Ditutup rapat tabung plastiknya.
- Dipersiapkan termos pendingin yang telah diisi es batu
- Dimasukkan tabung plastik tersebut ke dalam cool bag
- Setelah di laboratorium tabung plastik tersebut dimasukkan ke dalam
frezeer
- Diambil tabung plastik dari dalam freezer dan dilakukan towing sebelum
menganalisa VFA dan NH3
Pengukuran Konsentrasi NH3
- Diolesi dengan vaselin Bibir cawan Conway dan tutupnya
- Di ambil 1,0 ml cairan rumen kemudian di tempatkan pada salah satu
ujung alur cawan Conway
- Di tempatkan pada salah satu ujung cawan Conway bersebelahan dengan
cairan rumen larutan Na2CO3 jenuh sebanyak 1,0 ml
- Di tempatkan dalam cawan kecil yang terletak di tengah cawan Conway
larutan asam borat berindikator sebanyak 1,0 ml
- Di tutup rapat hingga kedap udara Cawan Conway yang sudah di olesi
vaselin, larutan Na2CO3 di campur dengan cairan rumen hingga merata
dengan cara menggoyang-goyangkan dan memiringkan cawan tersebut
- Setelah itu di biarkan selama 24 jam dalam suhu kamar
Universitas Sumatera Utara
9. - Setelah 24 jam suhu kamar di buka, asam borat berindikator di titrasi
dengan H2SO4 0,005 N sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi
merah.
Pengukuran Konsentrasi VFA
- Diisi presscooker dengan aquadest sampai tanda MAX
- Kemudian pastikan air dari kran mengalir yang berfungsi sebagai
pendingin
- Di nyalakan kompor gas, sehingga aquadest yang ada dalam panic
presscooker tersebut mendidih dan menghasilkan uap yang akan masuk ke
tabung-tabung destilasi, dimana hal ini menandakan bahwa kita bisa
memulai analisis VFA
- Di ambil cairan rumen sebanyak 5 ml, kemudian di masukkan ke dalam
tabung destilasi
- Di tempatkan Erlenmeyer yang berisi 5 ml NaOH 0,5 N dbawah selang
tampungan
- Ditambahkan 1 ml H2SO4 15% ke dalam tabung destilasi yang sudah ada
larutan sampel, kemudian segera tutup penutup kacanya
- Dibilas dengan aquadest secukupnya
- Uap air panas mendesak VFA dan akn terkondensasi dalam pendingin
- Di tampung air yang terbentuk dalam labu Erlenmeyer yang berisi 5 ml
NaOH 0,5 N sampai mencapai 300 ml
- Ditambah Indikator PP (Phenol Pthalin) sebanyak 2-3 tetes dan di titrasi
dengan HCl 0,5 N sampai warna titrat berubah dari merah menjadi merah
muda seulas
Universitas Sumatera Utara
10. - Catatan : HCl 0,5 N sebagai titrat harus di standarisasi sehingga didapat
konsentrasi dengan 4 digit dibelakang koma.
Universitas Sumatera Utara
11. HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsentrasi VFA
Proses degradasi karbohidrat dalam rumen terjadi melalui dua tahap yaitu
pemecahan karbohidrat kompleks menjadi gula sederhana dan pemecahan gula
sederhana menjadi asam asetat, asam propionat, asam butirat, CO2 dan CH4
(McDonald et al., 2002).
Asam lemak mudah terbang atau Volatile Fatty Acids (VFA) merupakan
produk utama fermentasi mikroba rumen. Produksi VFA mencerminkan
fermentabilitas pakan dan merupakan sumber energi utama bagi ternak. VFA
merupakan produk akhir dari fermentasi nutrien, khususnya protein dan
karbohidrat (Van Houtert, 1993). Rataan produksi Volatyle Fatty Acid (VFA)
cairan rumen yang diperoleh selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rataan konsentrasi Volatyle Fatty Acid (VFA-mM)
Perlakua
n
Ulangan
Rataan Sd
1 2 3 4 5
P0 81.43 105.23 120.26 102.73 142.81 110.49 22.76
P1 165.36 177.89 171.63 95.21 147.82 151.58 33.45
P2 159.10 154.09 114.00 125.28 100.22 130.54 25.45
P3 95.21 85.19 78.92 171.63 107.00 107.59 37.34
Rataan 125.28 130.60 121.20 123.71 124.46 125.05
Dari Tabel 9, dapat dilihat bahwa rataan konsentrasi VFA yang dihasilkan
dari semua perlakuan berkisar antara 107.59-151.58 mM. Hasil ini masih dalam
keadaan normal yang mendukung pertumbuhan mikroba. Kisaran produk VFA
cairan rumen normal yang mendukung pertumbuhan mikroba adalah 80-160 mM
(Sutardi,1980).
Universitas Sumatera Utara
12. Pada perlakuan P3 (konsentrat yang mengandung kulit daging buah kopi
yang diamoniasi sebesar 45%), rataan konsentrasi VFA yang terendah yaitu
107.59 mM. Sedangkan rataan yang tertinggi pada P1 (konsentrat yang
mengandung kulit daging buah kopi yang diamoniasi 15%) yaitu 151.58 mM.
Analisis keragaman konsentrasi VFA dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Analisis keragaman konsentrasi VFA
SK DB JK KT Fhitung
Ftabel
5% 1%
Perlakuan 3 6254.26 2084.75 2.27tn
3.24 5.29
Galat 16 14717.51 919.84
Total 19 20971.77
FK 312752.55
KK 24.25
Ket : tn = tidak nyata
Hasil analisis keragaman pada Tabel 10, menunjukkan pengaruh yang
tidak nyata (P>0.05) terhadap konsentrasi VFA. Hal ini menunjukkan bahwa
pemberian kulit daging buah kopi yang diamoniasi dengan urea pada pakan
domba tidak mempengaruhi ekosistem rumen dari sudut metabolisme rumen.
Pertumbuhan metabolisme rumen sangat dipengaruhi oleh pakan yang diberikan.
Faktor yang mempengaruhi populasi mikroba rumen secara umum ditentukan oleh
tipe makanan yang dikonsumsi ternak (Arora,1995).
Menurut Arora (1989), bahwa peranan VFA sangat penting sebagai
sumber energi. VFA merupakan sumber kerangka karbon untuk pembentukan
protein mikroba. Produksi VFA total dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain,
sifat karbohidrat, laju makanan meninggalkan rumen dan frekuensi pemberian
pakan (Sutardi, 1977). Proses fermentasi karbohidrat oleh mikroba rumen
menghasilkan energi yang berupa asam-asam lemak atsiri (VFA) antara lain yang
utama yaitu asetat, butirat dan propionat. Pakan baik berupa konsentrat maupun
Universitas Sumatera Utara
13. hijauan (rumput dan leguminosa) akan mengalami proses fermentasi oleh mikroba
rumen. Hasil utama pencernaan karbohidrat dalam rumen adalah VFA terutama
asam asetat (C2), propionat (C3), butirat (C4), laktat dan format
(Parakkasi, 1999). Produksi yang terpenting dan potensial sebagai sumber energi
karbon untuk pertumbuhan bagi mikroba adalah asam asetat, propionat dan butirat
(Hvelplund, 1991). Menurut Steward (1991) VFA akan diabsorbsi melalui
dinding rumen dan masuk ke sistem peredaran darah yang kemudian VFA akan
dioksidasi di dalam hati yang selanjutnya akan mensuplai sebagian besar
kebutuhan energi dari ternak yang bersangkutan.
Konsentrasi NH3
Amonia (NH3) merupakan produk utama dari proses deaminasi asam
amino dan kucukupannya dalam rumen untuk memasok sebagian besar N untuk
pertumbuhan mikroba merupakan prioritas utama dalam mengoptimalkan
fermentasi hijauan (Leng, 1990).
Konsentrasi amonia dalam rumen ikut menentukan metabolisme mikroba
yang pada gilirannya akan mempengaruhi hasil fermentasi bahan organik pakan
(Haryanto, 1994). Konsentrasi amonia menggambarkan kecepatan pencernaan
sumber nitrogen. Konsentrasi amonia ditentukan oleh tingkat protein pakan yang
dikonsumsi, derajat degradabilitasnya, lama dalam rumen dan pH rumen.
Amonia erat kaitannya dengan sintesis protein mikroba rumen, karena
mikroba rumen memanfaatkan amonia sebagai sumber N utama untuk sintesi
protein mikroba rumen. Dengan demikian, kadar NH3 merupakan salah satu
indikator untuk mengetahui fermentabilitas pakan yang berhubungan dengan
kecernaan protein pakan, aktivitas dan populasi mikroba rumen. Konsentrasi
Universitas Sumatera Utara
14. amonia didalam rumen merupakan suatu kebesaran yang sangat penting untuk
dikendalikan karena sangat menentukan optimasi pertumbuhan mikroba rumen.
Rataan konsentrasi amonia (NH3), dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11.Rataan konsentrasi amonia (NH3-mM)
Perlakuan
Ulangan
Rataan Sd
1 2 3 4 5
P0 10.33 11.15 11.33 8.97 10.15 10.39 0.94
P1 6.55 5.55 4.78 5.37 5.90 5.63 0.65
P2 10.62 8.14 7.20 7.43 8.50 8.38 1.36
P3 15.75 11.21 9.68 5.84 10.69 10.63 3.55
Rataan 10.81 9.01 8.25 6.90 8.81 8.76
Dari Tabel 11, Dapat dilihat bahwa rataan konsentrasi NH3 bekisar antara
5.63-10.63 mM. Rataan NH3 yang tertinggi pada perlakuan P3 (konsentrat yang
mengandung kulit daging buah kopi diamoniasi sebesar 45%) yaitu 10.63 mM,
Sedangkan yang terendah pada perlakuan P1 (konsentrat yang mengandung kulit
daging buah kopi yang diamoniasi sebesar 15%) yaitu 5.63 mM. Nilai tersebut
masih optimal untuk pertumbuhan mikroba rumen. Menurut Sutardi (1979) kadar
amonia yang dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan mikroba rumen antara
4-12 mM, Menurut Agustin et al. (1991) konsentrasi NH3 cairan rumen yang
optimal adalah 8 mM.
Konsentrat yang mengandung kulit daging buah kopi yang diamoniasi
mengandung urea yang cukup tinggi. Urea merupakan sumber NPN yang dapat
meningkatkan produksi amonia sehingga pada perlakuan P3 konsentrasi NH3 yang
dihasilkan tinggi. Analisis keragaman konsentrasi NH3 dapat dilihat pada Tabel
12.
Universitas Sumatera Utara
15. Tabel 12. Analisis keragaman konsentrasi NH3
SK DB JK KT Fhitung
Ftabel
5% 1%
Perlakuan 3 80.49 26.83 6.81**
3.24 5.29
Galat 16 63.04 3.94
Total 19 143.53
FK 1533.70
KK 22.67
Ket : ** = sangat berbeda nyata
Hasil analisis keragaman pada Tabel 12 menunjukkan bahwa pemberian
pakan dengan menggunakan kulit daging buah kopi tanpa diamoniasi dan kulit
daging buah kopi yang diamoniasi dalam pakan domba lokal jantan lepas sapih
memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata terhadap konsentrasi NH3.
Dapat disimpulkan bahwa rataan konsentrasi NH3 menurun dari perlakuan P0 ke
P1 sedangkan pada populasi bakteri yang dari P0 ke P1 meningkat. Hal ini
menandakan bahwa bakteri dalam rumen mempergunakan nitrogen (NH3) untuk
sintesis protein. Menurut Baldwin dan Allison (1983) lebih kurang 80% bakteri
rumen membutuhkan amonia untuk proses pertumbuhannya.
Rataan konsentrasi NH3 P0 ke P1 menurun seiring dengan penurunan
populasi protozoa. Protozoa berperan penting dalam daur ulang N, penurunan
protozoa di dalam rumen menyebabkan konsentrasi NH3 menurun
(Erwanto, 1993). Kemudian dilanjutkan dengan uji duncan 0.01% konsentrasi
NH3 yang dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Uji duncan 0.01% konsentrasi NH3
Perlakuan Rataan Notasi
P0 10.39 C
P1 5.63 A
P2 8.38 B
P3 10.63 C
Universitas Sumatera Utara
16. Dari Tabel diatas 13. Didapat bahwa penelitian dengan menggunakan kulit
daging buah kopi dalam pakan domba terhadap konsentrasi NH3 pada P2 dan P1,
notasinya berbeda. Sedangkan pada P3 dan P0, notasinya sama.
Populasi Bakteri
Bakteri rumen dapat diklasifikasikan berdasarkan substrat utama yang
digunakan, karena sulit mengklasifikasikan berdasarkan morfologinya.
Kebalikannya protozoa diklasifikasikan berdasarkan morfologinya sebab mudah
dilihat berdasarkan penyebaran silianya. Beberapa jenis bakteri yang dilaporkan
oleh Hungate (1966) adalah : (a) bakteri pencerna selulosa
(Bakteroidessuccinogenes, Ruminococcus flavafaciens, Ruminococcus albus,
Butyrifibriofibrisolvens), (b) bakteri pencerna hemiselulosa (Butyrivibrio
fibrisolvens, Bakteroides ruminocola, Ruminococcus sp), (c) bakteri pencerna pati
(Bakteroides ammylophilus, Streptococcus bovis, Succinnimonas amylolytica,
(d) bakteri pencerna gula (Triponema bryantii, Lactobasilus ruminus), (e) bakteri
pencerna protein (Clostridium sporogenus, Bacillus licheniformis). Rataan
populasi bakteri dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Rataan populasi bakteri (107
-sel/ml)
Perlakuan
Ulangan
Rataan Sd
1 2 3 4 5
P0 0.04 0.02 0.79 1.22 0.08 0.43 0.55
P1 1.20 0.85 0.54 1.04 1.07 0.94 0.26
P2 0.52 0.39 0.21 0.77 1.26 0.63 0.41
P3 0.87 0.31 0.16 0.08 0.53 0.39 0.32
Rataan 0.66 0.39 0.43 0.78 0.74 0.60
Dari Tabel 14 diatas, Dapat dilihat bahwa rataan populasi bakteri yang
tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (konsentrat yang mengandung kulit daging
Universitas Sumatera Utara
17. buah kopi yang diamoniasi sebesar 15%) yaitu sebesar 0.94×107
sel/ml isi rumen,
sedangkan yang terendah pada perlakuan P3 (konsentrat yang mengandung kulit
daging buah kopi tanpa amoniasi sebesar 45%) yaitu sebesar 0.39×107
sel/ml isi
rumen. Disini dapat dilihat bahwa dari perlakuan P0 ke P1 mengalami
peningkatan. Meskipun tidak dalam kisaran populasi bakteri dalam rumen. Hal ini
disebabkan karena ada kaitannya antara populasi bakteri dengan populasi
protozoa, dimana pada kondisi ini protozoa memangsa bakteri sebagai sumber
energi dalam hidupnya sehingga populasi bakteri berkurang hingga setengahnya,
hal ini juga sesuai dengan pernyataan Sembiring (2010),yang menyatakan bahwa
protozoa memangsa bakteri yang justru sangat bermanfaat dalam mencerna serat
kasar, sehingga jumlah bakteri berkurang sampai setengahnya. Sehingga pada
kondisi ini lebih baik dilakukan defaunasi pada rumen untuk mengurangi jumlah
protozoa. Bakteri rumen banyak jenisnya dan populasinya berkisar antara 109
-1012
sel /ml isi rumen (Stewart, 1991). Analisis keragaman populasi bakteri dapat
dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Analisis keragaman populasi bakteri
SK DB JK KT Fhitung
Ftabel
5% 1%
Perlakuan 3 0.95 0.32 2.00tn
3.24 5.29
Galat 16 2.53 0.16
Total 19 3.47
FK 7.14
KK 66.51
Ket : tn = tidak nyata
Hasil analisis keragaman pada Tabel 15. menunjukkan bahwa F hitung
lebih kecil dari F tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan
mengunakkan kulit daging buah kopi yang tidak diamoniasi dengan level 30%
Universitas Sumatera Utara
18. dan kulit daging buah kopi yang diamoniasi dengan level 15%, 30%, dan 45%
dalam pakan domba lokal jantan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata
terhadap populasi bakteri. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian daging buah
kopi yang diamoniasi pada pakan domba tidak mempengaruhi populasi bakteri
dalam rumen domba. Perkembangan populasi mikroba rumen terutama bakteri
rumen akan dibatasi oleh kadar amonia, karena sangat diperlukan oleh bakteri
sebagai sumber N untuk membangun selnya dan sifat predasi dari protozoa.
Kecukupan ketersediaan amonia sebagai sumber N dan VFA yang merupakan
sumber bahan baku utama yang dibutuhkan untuk proses sintesis protein mikroba
yang berguna bagi induk semang (Preston dan Leng, 1987). Protein mikroba
merupakan sumber protein yang utama bagi ternak ruminansia. Produksi protein
mikroba dapat ditingkatkan dengan cara menambahkan karbohidrat mudah
dicerna dalam rumen seperti tetes, pati, glukosa, fruktosa dan sukrosa
(Hungate, 1966).
Populasi Protozoa
Sebagian besar protozoa yang terdapat di dalam rumen adalah cilliata
meskipun flagellata juga banyak dijumpai. Cilliata ini merupakan non pathogen
dan Anaerobic michroorganism.
Sejak pertama kali ditemukan oleh Gruby and Delafond (1843), telah
banyak dilakukan penelitian tentang taksonomi, fisiologi dan nutrisi cilliata.
Seperti halnya bakteri, cilliata juga mampu memfermentasi hampir seluruh
komponen tanaman yang terdapat didalam rumen seperti: selulosa, hemiselulosa,
fruktosan, pektin, pati, gula terlarut dan lemak.
Universitas Sumatera Utara
19. Protozoa rumen diklasifikasikan menurut morfologinya yaitu: Holotrichs
yang mempunyai silia hampir diseluruh tubuhnya dan mencerna karbohidrat yang
fermentabel, sedangkan Oligotrichs yang mempunyai silia sekitar mulut
umumnya merombak karbohidrat yang lebih sulit dicerna (Arora, 1989). Rataan
populasi protozoa selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Rataan populasi protozoa (105
-sel/ml)
Perlakuan
Ulangan
Rataan sd
1 2 3 4 5
P0 2.74 2.06 2.12 2.66 3.04 2.52 0.42
P1 2.40 1.88 2.08 2.28 2.10 2.15 0.20
P2 2.70 2.16 2.40 2.08 2.02 2.27 0.28
P3 2.88 3.06 2.48 2.52 2.83 2.75 0.25
Rataan 2.68 2.29 2.27 2.39 2.50 2.42
Dari Tabel 16. Diatas dapat dilihat bahwa rataan populasi protozoa yang
terendah pada perlakuan P1 (konsentrat yang mengandung kulit daging buah kopi
tanpa amoniasi sebesar 15%) yaitu sebesar 2.15×105
sel/ml isi rumen, sedangkan
yang tertinggi pada perlakuan P3 (konsentrat yang mengandung kulit daging buah
kopi yang diamoniasi sebesar 45%) yaitu sebesar 2.75×105
sel/ml isi rumen.
Populasi protozoa, salah satu jenis mikroba yang hidup di dalam rumen, berkisar
antara 105
-106
sel/ml cairan rumen (Ogimoto & Imai, 1981), dan sangat
tergantung pada jenis ransum yang dikonsumsi. Protozoa biasanya memberikan
kontribusi sekitar 40% dari total nitrogen mikroba rumen. Walaupun populasinya
hanya setengah dari populasi bakteri yang ada dalam rumen, tetapi biomassanya
jauh lebih besar yaitu mencapai 50% dari total biomassa seluruh mikroba rumen
(Jouany, 1991). Analisis keragaman populasi protozoa dapat dilihat pada Tabel
17.
Universitas Sumatera Utara
20. Tabel 17. Analisis keragaman populasi protozoa (105
)
SK DB JK KT Fhitung
Ftabel
5% 1%
Perlakuan 3 1.09 0.36 4.08*
3.24 5.29
Galat 16 1.43 0.09
Total 19 2.52
FK 117.56
KK 12.32
Ket : * = berbeda nyata
Hasil analisis keragaman pada Tabel 17. menunjukkan bahwa pemberian
pakan mengunakkan kulit daging buah kopi yang tidak diamoniasi dengan level
30% dan kulit daging buah kopi yang diamoniasi dengan level 15%, 30%, dan
45% dalam pakan domba lokal jantan memberikan pengaruh yang nyata terhadap
populasi protozoa. Hal ini menandakan bahwa pemberian kulit daging buah kopi
yang diamoniasi pada pakan domba mempengaruhi populasi protozoa dalam
rumen domba. Telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa interaksi antara
protozoa dan bakteri didalam rumen lebih bersifat kompetitif. Kemudian
dilanjutkan dengan uju duncan 0.01% populasi protozoa yang dapat dilihat pada
Tabel 18.
Tabel 18. Uji duncan 0.01% populasi protozoa
Dari Tabel diatas 18. Didapat bahwa penelitian dengan menggunakan
kulit daging buah kopi dalam pakan domba terhadap populasi protozoa pada P0,
P1, P2 dan P3 notasinya berbeda.
Perlakuan Rataan Notasi
P0 2.52 c
P1 2.15 a
P2 2.27 b
P3 2.75 d
Universitas Sumatera Utara
21. Rekapitulasi Hasil Penelitian
Rekapitulasi hasil penelitian ini adalah gabungan dari beberapa
parameter seperti konsentrasi VFA, konsentrasi NH3, populasi bakteri dan
populasi protozoa untuk mengetahui pengaruh pemberian kulit daging buah kopi
yang tidak diamoniasi dan diamoniasi dengan pemberian level yang berbeda.
Tabel 19. Rekapitulasi Hasil Penelitian
Parameter
Perlakuan
P0 P1 P2 P3
Konsentrasi VFA (mM) 110.49tn
151.58tn
130.54tn
107.59tn
Konsentrasi NH3 (mM) 10.39C
5.36A
8.38B
10.63C
Populasi bakteri (×107
sel/ml) 0.43tn
0.94tn
0.63tn
0.39tn
Populasi protozoa (×105
sel/ml) 2.52c
2.15a
2.27b
2.75d
Ket: tn = tidak nyata
Huruf berbeda menyatakan perbedaan nyata pada baris
Dari hasil rekapitulasi pada Tabel 19. diatas, menunjukkan bahwa
perlakuan P0, P1, P2 dan P3 pada domba lokal jantan lepas sapih yang diberikan
konsentrat mengandung kulit daging buah kopi yang tidak diamoniasi dan yang
diamoniasi mamberikan pengaruh yang nyata pada konsentrasi NH3 dan populasi
protozoa sedangkan pada konsentrasi VFA dan populasi bakteri memberikan
pengaruh yang tidak nyata.
Universitas Sumatera Utara
22. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemanfataan Kulit Daging Buah Kopi yang diamoniasi dalam pakan
domba tidak dapat meningkatkan konsentrasi VFA dan populasi bakteri tetapi
meningkatkan konsentrasi NH3 dan populasi protozoa secara nyata.
Saran
Disarankan agar pemberian kulit daging buah kopi yang diamoniasi
pada level 15%.
Universitas Sumatera Utara