3. Bagaimanakah proses fermentasi untuk
memanfaatkan limbah tandan
kosong kelapa sawit (TKKS) menjadi bahan
pakan ternak?
Berapakah lama variasi waktu yang di
perlukan untuk mendapatkan
pakan ternak dengan hasil yang
maksimal dan bermutu tinggi?
RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah pengaruh
penambahan urea terhadap
fermentasi tandan
kosong kelapa sawit ?
Jurusan Kimia
Jepriadi
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
1
2
3
4. Jurusan Kimia
Jepriadi
TUJUAN PENELITIAN
1. Memanfaatkan tandan kosong kelapa sawit (TKKS)
menjadi pakan
ternak dengan cara fermentasi.
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
2. Mengetahui waktu yang paling sesuai untuk
mendapatkan hasil pakan
ternak yang terbaik
3. Mengetahui pengaruh penambahan urea terhadap tandan
kosong kelapa
sawit terfermentasi.
5. Jurusan Kimia
Jepriadi
MANFAAT PENELITIAN
PENELITIAN INI MEMBERIKAN MANFAAT SEBAGAI INFORMASI KEPADA MASYARAKAT
tentang pemanfaatan limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang
difermentasi dengan jamur p. ostreatus untuk menjadi pakan ternak yang
memiliki kualitas mutu yang tinggi serta bermanfaat untuk mengurangi limbah
tandan kosong kelapa sawit yang menumpuk yang berdampak pada lingkungan.
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
6. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2022 sampai dengan Maret
2023. Lokasi penelitian di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas
Matematika Universitas Sriwijaya Jalan Raya Palembang-Prabumulih No. KM. 32
Kec. Indralaya, Kabupaten, Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Sampel tandan kosong
kelapa sawit diambil di PT. Anugerah Djam Sawit Lestari (ADSL) Pangkalan
Balai,Kab.Banyuasin dengan menggunakan metode sampling secara acak
• Alat dan Bahan • Prosedur Penelitian
• Waktu dan Tempat
Jurusan Kimia
Jepriadi
WAKTU DAN TEMPAT
ALAT
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
- Alat Refluks
- Aluminium
foil
- Autoklaf
- Bunsen
- Cawan petri
- Cawan
porselin
- Desikator
- Inkubator
- Jarum Ose
- Kertas Saring
- Labu Kjedahl
- Laminar Air flow
- Plastik Polipropilena
7. Jurusan Kimia
Jepriadi
BAHAN
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
- Aquadest
- CaCO3
- Cellium reagen
- Dedak Padi
- Etanol 96%
- N-heksana
- HCl
- H SO pekat
- H BO
- Indikator merah
- Isolat Jamur tiram putih
- K SO 10%
- NaOH
- N-Heksana
- NaS O
- NH SO
- Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
- Tepung Jagung
(P.Ostreatus
)
2 4
3 3
4 4
2 3
4 4
9. UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Nurusan Kimia
Jepriadi
2. Penyiapan Media Isolat Jamur
Dedak Padi
Hasil
- Diayak
- Diambil dedak sebanyak 50 gram
- Ditambahkan tepung jagung 10 gram
- Ditambahkan CaCO 1 gram
- Ditambahkan aquades 100 ml
- Diaduk hingga rata
- Di autoklaf
- Kemudian dilakukan peremajaan jamur tiram putih
- Di masukkan ke inkubator selama 3-7 Hari
3
3
10. UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Jurusan Kimia
Jepriadi
- -
3. Inokulasi
Bahan
Inokulasi jamur pada substrat Tandan Kosong Kelapa Sawit
(TKKS) sesuai perlakuan inokulum yaitu masing-masing perlakuan 1%2%,3%,4%,5%
dari berat substratnya.
P.Ostreatu
s
4.
Pembungkusan
Tandan kosong kelapa sawit yang sudah diaduk rata dengan inokuludimasukkan kedalam kantong polipropilena 1
kg, kemudian kantong polipropilena ditutup dan diberi lubang bebrapa buah menggunakan jarum. Selanjutnya
cetakan kantong polipropilena yang berisi Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) yang akan difermentasikan
disimpan pada rak fermentor selama masa inkubasi pada suhu kamar.
12. UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Jurusan Kimia
Jepriadi
90%
Lorem ipsum dolor sit amet,
consectetur adipiscing elit. Mauris
vel pellentesque velit. Etiam at dui
pretium.Lorem ipsum dolor sit amet.
BERHASIL
DENGAN BAIK
6. Analisis Kandungan Hemiselulosa,Selulosa dan Lignin
6.1 Analisis Kandungan
Hemiselulosa
1-2 gram sampel
- Dicampur dengan 150 ml akuades
- Dipanaskan pada suhu 100°C Selama 2 jam,
- Disaring dengan kertas saring dan
- Dibilas dengan akuades kemudian
- Dikeringkan bagian padat dalam oven pada suhu 105°C
sampai konstan
- Ditimbang beratnya
Nilai a
- Selanjutnya mencampur sampel dengan 150 ml larutan H SO 1 N
- Dipaanaskan pada suhu 100°C selama 1 jam,
- Difiltrasi dengan kertas saring
- Dibilas dengan akuades
- Kemudian bagian padat dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C sampai kons
- Ditimbang
Nilai b
2 4
13. UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Jurusan Kimia
Jepriadi
6.2 Analisis Kandungan Selulosa
Sampel yang telah dikeringkan (b)
- Dicampur dengan larutan H SO 72% (v/v) sebanyak 10 mL
pada suhu kamar selama 4 jam,
- Diencerkan menjadi 0.5 M H SO 150 mL
- Direfluks pada suhu 100°C selama 2 jam
- Di keringkan
Nilai c
6.3 Analisis Kandungan
Lignin
Sampel yang telah dikeringkan (c)
- Difiltrasi dengan kertas saring
- Dibilas dengan akuades
- Kemudian bagian padat dikeringkan dalam oven
pada suhu 105°C sampai konstan
- Ditimbang beratnya (d)
- Kemudian diabukan dan diperoleh bobot tetap (e)
2
4
2
14. UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Jurusan Kimia
Jepriadi |
7. Analisis
Proksiamat
7.1 Analisis Bahan
Kering
2 gram sampel
- Dimasukkan ke dalam cawan porselin
- Dikeringkan dalam oven dengan suhu 105℃ selama 3-5 jam
- Didinginkan dalam desikator selama 15 menit
- Ditimbang hingga dapat berat konstan
dengan selisih kurang dari 0,2 mg.
Hasil
15. UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Jurusan Kimia
Jepriadi |
7.2 Analisis Protein
Kasar 2 gram sampel
- Dimasukkan ke dalam labu kjedhal
- Timbang 0,5 g selenium reagen dan 15 ml H SO pekat
- Sampel dididihkan selama 45 menit hingga cairan berwarna jernih
- Didinginkan
- Hasil destruksi dipindahkan ke dalam labu destilasi
dengan mencuci labu kjeldahl 3-5 kali dengan 2-3 ml akuades ke dalam labu
destilasi
- Ditambahkan 8 ml larutan NaOH-NaS O
- Didestilasi sampai diperoleh destilat kira-kira 20 ml
Campuran
Hasil
•Penampung destilasi: Erlenmeyer yang berisi 10-15 mL
H BO dan 3 tetes indikator merah
Blanko : 0,5 mL H.SO
2 4
2 3
3 3
2 4
16. UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Jurusan Kimia
Jepriadi |
7.3 Analisis Lemak
Kasar 2 gram sampel
Hasil
- Dimasukkan ke dalam kertas saring
- Dibungkus rapat dan dipasang tali
- Labu lemak dan pecahan porselen juga dilakukan penimbangan
- Sampel disambungkan pada tabung Soxhlet,
- ditambah ±150 mL n-Heksan
- Dirangkai alat
- Dilakukan ekstraksi selama ±4 jam.
- Labu lemak yang berisi sampel dioven dengan suhu 105 0C selama 2 jam,
- Dimasukan desikator ±30 menit
- Labu lemak ditimbang hingga diperoleh bobot tetap
17. - diekstraksi lemak menggunakan soxhlet
- dimasukkan kedalam Erlenmeyer 600 mL
- ditambahkan 3 tetes anti buih (antifoam agent)
- ditambahkan 200 mL H SO
- direfluks selama 30 menit
- dicuci dengan akuades mendidih
- dipindahkan kedalam Erlenmeyer
- residu yang tersisa dicuci dengan 200 mL NaOH mendidih
- direfluks selama 30 menit
- disaring dalam keadaan panas
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Jurusan Kimia
Jepriadi |
7.4 Analisis Serat
Kasar 2 gram sampel
Filtrat
Residu
Filtrat Residu
2 4
18. UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Jurusan Kimia
Jepriadi |
Residu
Hasil
- dicuci dengan larutan K SO 10%
- dicuci dengan akuades mendidih dan alkohol 95% sebanyak 15 kali
- dilanjutkan proses ekstraksi selama 2 jam dengan pelarut petroleum eter
Endapan
- dikeringkan dalam oven pada suhu 110°C
- ditimbang sampai bobot konstan
2 4
19. UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Jurusan Kimia
Jepriadi |
Cawan Porselin
Hasil
- dikeringkan dalam oven pada suhu 100°C
selama 10 menit
- didinginkan dalam desikator selama 10 menit
- ditimbang menggunakan neraca analitik
- dimasukkan 2 gr sampel
Cawan+sampel
- dimasukkan kedalam tanur dengan suhu 600°C
sampai diperoleh abu berwarna keputih-putihan
- didinginkan dalam desikator selama 30 menit
- ditimbang dalam oven pada suhu 110°C
- ditimbang sampai bobot konstan
7.5 Analisis Kadar
Abu
20. UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Jurusan Kimia
Jepriadi |
7.7 Analisis BETN
Penentuan kandungan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN
) dengan cara pengurangan %Bahan kering dengan persentase protein kasar,
lemak kasar, serat kasar dan kadar abu.
22. UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Jurusan Kimia
Jepriadi |
BAB IV HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Tandan Kosong Kelapa Sawit
(TKKS)
Jumlah sampel TKKS yang diambil sebesar 6 kg pada saat sebelum
pengeringan. Setelah dilakukan pengeringan kemudian dilakukan penggilingan
dan juga dihaluskan menggunakan chopper/blender. Dihasilkan untuk jumlah
sampel TKKS sebesar 900 gram. Kandungan hemiselulosa,selulosa dan lignin
pada saat pengambilan TKKS itu dapatkan hemiselulosa sebesar 29,9%, selulosa
30,51%, dan lignin 20,97%. Serta untuk bahan kering di dapatkan 4,24%, kadar
abu. Sebelum dilakukan tahap fermentasi, dilakukan terlebih dahulu pembuatan
(P.Ostreatus
)
26. UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Jurusan Kimia
Jepriadi |
Berdasarkan pengujian yang dilakukan terhadap kadar hemiselulosa,selulosa dan
lignin menunjukkan bahwa semakin lama waktu fermentasi maka penurunan
kadar hemiselulosa,dan lignin serta peningkatan kadar selulosa akan semakin
baik. Hal ini juga dalam penelitian yang dilakukan oleh Amin dkk (2015)
mengatakan bahwa lama waktu fermentasi berpengaruh terhadap penurunan kadar
lignin dan juga hemiselulosa serta meningkatnya kadar selulosa.
Grafik Kadar Hemiselulosa
29. UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Jurusan Kimia
Jepriadi |
Dari Grafik diatas disimpulkan bahwa terjadi penurunan terhadap kadad lignin dan kadar hemiselulosa
serta peningkatan terhadap kadar selulosa. Dimana dipengaruhi dengan lamanya waktu fermentasi
semakin lama waktu fermentasi maka kadar lignin akan semakin turun akibat dari terdegradasi nya
lignin oleh jamur tiram putih serta adanya penambahan urea juga mempengaruhi berkurangnya kadar
lignin dan hemiselulosa. Urea berperan meregangkan ikatan lignoselulosa membesar serta bagian
kristal selulosa berkurang. Hal ini memudahkan untuk penetrasi enzim yang dihasilkan bakteri jamur
akibatnya meningkatnya kecernaan bahan kering dll.
30. UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Jurusan Kimia
Jepriadi |
4.3 Pengaruh Penambahan Urea Terhadap Pembuatan Pakan
Ternak
Terfermentasi
Tabel pengaruh penambahan urea terhadap pembuatan pakan ternak terfermentasi
Berdasarkan tabel diatas perbandingan penambahan urea dan tanpa urea
berpengaruh cukup signifikan terhadap berberapa aspek seperti pada peningkatan
protein kasar dan penurunan serat kasar. Karena urea merupakan sumber nitrogen
dsn karbon yang merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme sehingga
fermentasi bisa berjalan dengan baik.
31. UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Jurusan Kimia
Jepriadi |
4.3 Penambahan Jamur Tiram Putih (P.Ostreatus) Terhadap Pakan
Ternak Terfermentasi
Menurut Suciyanti., dkk (2015) jamur tiram putih (P.ostreatus) dapat meningkatkan
kadar protein kasar dan menurunkan kadar serat kasar dan menurunkan kadar lignin
dan hemiselulosa
selama masa penyimpanan. Karena jamur tiram putih termasuk golongan white
rot fungi yang dapat mendegradasi lignin lebih baik dari mikroorganisme lainnya
32. UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Jurusan Kimia
Jepriadi |
4.3 Penambahan Jamur Tiram Putih (P.Ostreatus) Terhadap Pakan
Ternak Terfermentasi
Tabel Pengaruh Penambahan Jamur tiram putih (P.Ostreatus) terhadap pakan ternak
terfermentasi
33. UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Jurusan Kimia
Jepriadi |
4.3 Penambahan Jamur Tiram Putih (P.Ostreatus) Terhadap Pakan
Ternak Terfermentasi
Tabel Pengaruh Penambahan Jamur tiram putih (P.Ostreatus) terhadap pakan ternak
terfermentasi
34. UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Jurusan Kimia
Jepriadi |
4.3 Penambahan Jamur Tiram Putih (P.Ostreatus) Terhadap Pakan
Ternak Terfermentasi
Tabel Pengaruh Penambahan Jamur tiram putih (P.Ostreatus) terhadap pakan ternak
terfermentasi
35. UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Jurusan Kimia
Jepriadi |
4.3 Penambahan Jamur Tiram Putih (P.Ostreatus) Terhadap Pakan
Ternak Terfermentasi
Tabel Pengaruh Penambahan Jamur tiram putih (P.Ostreatus) terhadap pakan ternak
terfermentasi
36. UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Jurusan Kimia
Jepriadi |
4.3 Penambahan Jamur Tiram Putih (P.Ostreatus) Terhadap Pakan
Ternak Terfermentasi
Tabel Pengaruh Penambahan Jamur tiram putih (P.Ostreatus) terhadap pakan ternak
terfermentasi
37. UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Jurusan Kimia
Jepriadi |
4.3 Penambahan Jamur Tiram Putih (P.Ostreatus) Terhadap Pakan
Ternak Terfermentasi
Tabel Pengaruh Penambahan Jamur tiram putih (P.Ostreatus) terhadap pakan ternak
terfermentasi
38. UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Jurusan Kimia
Jepriadi |
4.5 Kandungan proksiamat TKKS terfermentasi jamur tiram
putih
(P.ostreatus)
4.5.1 Bahan Kering dan Kadar Air
Bahan Kering di dapat dari persentase kadar air yang didapat. Kadar air dinyatakan
sebagai jumlah air yang terkandung pada bahan dan dinyatakan dalam persen. Kadar air
juga merupakan salah satu ciri khas
yang sangat penting dalam bahan pangan, karena itu pentingnya pengukuran
kadar air agar dapat mengetahui pengaruh dari air dalam bahan pangan seperti
pada tekstur,cita rasa bahan pangan,kesegeran dan daya awet dalam bahan pangan.
39. UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Jurusan Kimia
Jepriadi |
4.5 Kandungan proksiamat TKKS terfermentasi jamur tiram
putih
(P.ostreatus)
4.5.2 Protein Kasar
Haq dkk (2015) berpendapat bahwa energi penting sebagai sumber tenaga bagi
ternak, jika ternak kekurangan energi, ada zat
lain yang terdapat dalam tubuh ternak ruminansia seperti protein dan lemak akan
diubah menjadi energi.
Tabel Protein Kasar
40. UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Jurusan Kimia
Jepriadi |
4.5 Kandungan proksiamat TKKS terfermentasi jamur tiram
putih
(P.ostreatus)
4.5.3 Lemak Kasar
Apabila kadar lemak kasar tinggi akan mengakibatkan ketengikan akibatnya
mengurangi lamanya waktu simpan pakan ternak tersebut (Haq dkk., 2018).
Tabel Lemak Kasar
41. UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Jurusan Kimia
Jepriadi |
4.5 Kandungan proksiamat TKKS terfermentasi jamur tiram
putih
(P.ostreatus)
4.5.4 Serat Kasar
Tabel Hasil Serat Kasar
Penurunan ini diakibatkan adanya aktivitas dari mikroba yang memproduksi selulase dan enzim
lainnya yang
dapat memecah ikatan kompleks serat kasar menjadi lebih sederhana. Menurut
Zain (2006) lamanya waktu fermentasi mempengaruhi penurunan terhadap serat
kasar. Dan berdasarkan DitjenPKH (2009) Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk kandungan serat
kasar ternak ruminansia maksimal 12 % dari seluruh bahan (SNI 3182.2:2009).
42. UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Jurusan Kimia
Jepriadi |
4.5 Kandungan proksiamat TKKS terfermentasi jamur tiram
putih
(P.ostreatus)
4.5.5 Kadar Abu
Tabel Hasi Kadar Abu
Kadar abu untuk kandungannya tergantung dari komposisi bahan dan penggabungannya. Tingginya kadar abu pada P1 atau
sebelum fermentasi akibat dari penurunan bahan organik karena mikroorganisme sudah bekerja menggunakan bahan organik
yang ada pada pakan. Sedangkan P2 dan P3mengalami penurunan kadar abu karena setelah fermentasi selama 30 hari karena
meningkatnya bahan organik karena adanya proses degradasi bahan disebabkan oleh mikroorganisme.
43. UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Jurusan Kimia
Jepriadi |
4.5 Kandungan proksiamat TKKS terfermentasi jamur tiram
putih
(P.ostreatus)
4.5.5 Kadar BETN
Tabel Hasi Kadar BETN
Menurut Amrullah dkk (2015) Kadar BETN yang tinggi akibat dari menurunnya kadar serat kasar dari suatu
bahan. Lamanya waktu fermentasi juga mempengaruhi kadar BETN, menurut Kurniawan dkk (2012) perlakuan
fermentasi dengan menggunakan urea memiliki kandungan BETN yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa
penambahan urea namun dalam penelitian ini untuk perbandingannya terlalu signifikan. Hal ini karena dalam
perhitungan BETN memiliki faktor yang mempengaruhi diantaranya kadar abu,protein kasar,lemak kasar, dan
serat kasar.
44. UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Jurusan Kimia
Jepriadi |
BAB V KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1
Kesimpulan
1. Proses fermentasi tandan kosong kelapa sawit dengan jamur tiram putih
(pleurotus ostreatus) memiliki kadar nutrisi yang yang sesuai dengan
standar nasional indonesia kosong kelapa sawitmengenai pakan ternak
ruminansia.
2. Semakin lama waktu fermentasi maka fermentasi tersebut akan semakon
baik pada penelitian ini fermentadi terbaik pada hari ke 30.
3. Pengaruh Urea pada fermentasi memilki pengaruh yang cukup signifikan
dalam fermentasi terutama untuk menaikkan kandungan protein kasar dan
menurunkan kadar serat kasar.
45. UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Jurusan Kimia
Jepriadi |
BAB V KESIMPULAN DAN
SARAN
5.2
Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan perlu dilakukan penelitian yang lebih
lanjut untuk mengetahui pemanfaatan limbah TKKS untuk dijadikan pakan ternak
dengan cara fermentasi menggunakan jamur (P.Ostreatus) yang memilik
kandungan nutrisi yang tinggi